i
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI
SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Disusun Oleh :
AAN WIDIYONO
X7110001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AAN WIDIYONO
NIM : X7110001
Jurusan/Program Study : FKIP / PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN MODEL QUANTUM
TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA
TENTANG GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012” ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
iii
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG GAYA BAGI
SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV
LAWEYAN SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh :
AAN WIDIYONO
X7110001
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang :
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Chumdari, M. Pd
Anggota I : Prof. Dr. St. Y. Slamet, M. Pd
Anggota II : Drs. Muh. Ismail Sriyanto, M. Pd
Tanda Tangan
…………………
…………………
…………………
…………………
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP 19660415 199103 1 002
vi
ABSTRAK
Aan Widiyono, “PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG
GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN 2012 “. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan kemampuan
belajar IPA tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas
IV SDN Karangasem IV. (2) untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA
tentang gaya melalui model quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN
Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN
Karangasem IV Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40
siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah
kemampuan belajar IPA tentang gaya, sedangkan variabel tindakan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model Quantum Teaching. Bentuk
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung 2 siklus.
Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
tes, observasi, dan dokumentasi. Validitasi data yang digunakan adalah
trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah
komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa
ada peningkatan kualitas proses pembelajaran tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya setelah diadakan tindakan kelas dengan Model
Quantum Teaching. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan
meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik.
Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik
dan meningkat pada siklus II menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Hal
itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya konsep pemahaman siswa
tentang IPA materi gaya dengan nilai rata-rata siswa sebelum dan sesudah
tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 51 dengan ketuntasan
klasikal 27,50%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai
62,25 dengan ketuntasan klasikal 52,50%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 75,43 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 87,50
%.
Kata Kunci : Quantum Teaching, kemampuan belajar
vii
ABSTRACT
Aan Widiyono, "APPLICATION OF QUANTUM TEACHING MODEL TO
IMPROVE SCIENCE LEARNING ABILITY OF THE CONCEPT OF
FORCE ON THE FOUR GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY
SCHOOL IN FOUR SDN KARANGASEM LAWEYAN SURAKARTA
YEAR 2012". Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education
March Twelve University of Surakarta.
Action research objectives to be achieved are (1) to improve science
learning about concept the force with quantum teaching model on the four
grade of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta
Year 2012. (2) to improve learning process science the force with quantum
teaching model on the four grade of elementary school in Four SDN
Karangasem Laweyan Surakarta Year 2012.
Research subjects of this classroom action reseach is on the four grade
students of elementary school in Four SDN Karangasem Laweyan Surakarta
Year 2012 consists 40 students. Variables were targeted changes in this study
is understanding the science learning ability of the concept of style, while the
variable action used in this study is a model of Quantum Teaching. Form of
research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of four
stages include planning, implementation of the action, observation and
reflection. Data collection techniques used were tests, observation, and
documentation. The validity of the data is used triangulation data and
triangulation methods. Data analysis technique used is an interactive
analytical data model which has three components, namely reduction data,
data presentation, and conclusion drawing or verification.
Based on the results of research can be concluded first that that there
was an increase in the quality of the learning process on the properties of a
variety of styles and style after a class action with the Model Quantum
Teaching. It can be demonstrated by the increasing value of the average
activities of teachers in the cycle I value 2.85 with good criteria and increase
in value 3.5 second cycle with the criteria very well. The average value of
students' activities in the cycle I value is 2.55 cycles with good criteria and
increase in value to 3.45 second cycle with the criteria very well. It can be
shown by increasing students' understanding of science concepts style
material with an average value of students before and after the action. In the
pre measures the average value of 51 classes with classical exhaustiveness
27.50%. In cycle I shows the average grade achieved 62.25 and
exhaustiveness classical increased to 52.50%. In cycle II, the class average
rose to 75.43 and the class of classical completeness increased to 87.50%.
Key word : Quantum Teaching, achievment
viii
MOTTO
Kesabaran kunci ketenangan dan ketulusan memberikan kepuasan hati.
(Widiyono)
Memecahkan masalah itu sulit, mengenal masalah itu lebih sulit, tetapi
menemukan masalah itu lebih sulit (Albert Einstein)
Pengetahuan adalah warisan yang mulia, budi pekerti ibarat pakaian yang baru
dan pikiran ibarat cermin yang bening (Ali Bin Abi Thalib)
Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang kita raih. Akan tetapi kegagalan yang
kita hadapi, dan keberanian dapat membuat kita tetap berjuang melawan rintangan
yang datang bertubi-tubi. (Schimmel)
Kehidupan bermakna jika ada perbedaan (live is difference). Keingann tercapai
jika ada usaha yang disertai doa. (Widiyono)
Teacher is sprit me and entrepreneurship is desire me. (Aan Widiyono)
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ayah, Ibu dan saudara yang selalu memberikan dorongan baik secara materiel
maupun spirituil.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almameter tercinta
kampus tempat kutimba aneka ilmu.
Keluarga besar SDN Karangasem IV
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat atas rahmat dan karuniaNya sehingga
skripsi penelitian ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik.
Skripsi penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar IPA Tentang Gaya Bagi Siswa Kelas IV
SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta Tahun 2012” diajukan untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi PGSD Jurusan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari
berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang
baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS).
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
3. Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
4. Pembimbing Sekripsi yang telah tulus ikhlas dan sabar meluangkan waktu,
tenaga, pikiran serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepala SDN Karangasem IV yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Bapak/Ibu Guru SDN Karangasem IV yang telah memberikan banyak bantuan.
7. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang selalu
diberikan hingga saat ini.
8. Teman-teman PGSD angakatan 2010 terutama kelas A Transfer SI terimakasih
atas dukungan dan kerjasamanya selama ini.
xi
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, yang secara langsung
berperan dalam penyusunan Skripsi ini.
Semoga bantuan yang diberikan pada peneliti mendapat balasan yang
setimpal dari serta kebahagiaan dunia dan akhirat.
Peneliti sadar bahwa Skripsi ini kurang sempurna, namun harapan peneliti
semoga Skripsi ini memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
pendidikan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi
pembaca semua.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………….………………………………
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …………………....
HALAMAN PERSETUJUAN ……………...………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………….……………………….…….....
HALAMAN ABSTRAK ....………………….……………………….….....
HALAMAN ABSTRACT ………………………………………………….
HALAMAN MOTTO ……………………..……………………….….........
HALAMAN PERSEMBAHAN …………..………………………………..
KATA PENGANTAR ……………….…………………………….…….....
DAFTAR ISI ………………………….………………………….…………
DAFTAR TABEL ……………………..……………………………………
DAFTAR GAMBAR ……………….………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ……………….………….…………………………
BAB I PENDAHULUAN ………….………………………………….....
A Latar Belakang Masalah ………………………………….....
B Rumusan Masalah …………………………………………...
C Tujuan Penelitian ……………………………………………
D Manfaat Penelitian ………………………………………......
BAB II LANDASAN TEORI …………..………………………………...
A Tinjauan Pustaka …………………………………………….
1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA …….…………..
a. Pengertian Kemampuan...................………………….
b. Pengertian Belajar ..................………………………..
c. Pengertian Kemampuan Belajar .....…………...…......
d. Tinjauan Materi Gaya .....................………….....……
e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ................................
i
ii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xii
xv
xvi
xvii
1
1
4
5
5
6
6
6
6
6
7
8
13
xiii
2. Tinjauan Model Quantum Teaching ................................
a. Pengertian Model Pembelajaran ...........………….....
b. Pengertian Model Quantum Teaching .......................
c. Ciri-ciri Quantum Teaching .......…………..………..
d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching IPA .....
e. Pelaksanaan Model Quantum Teaching IPA .............
f. Kelebihan Model Quantum Teaching ........................
g. Kelemahan Model Quantum Teaching........................
h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching .....
B Penelitian Yang Relevan ....................................................
C Kerangka Berfikir ……………………………………….....
D Hipotesis Tindakan ………………….………………........
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………..
A Tempat dan Waktu Penelitian ……………………….……....
B Subjek Penelitian ……………………………………………
C Bentuk dan Strategi Penelitian ………………………………
D Sumber Data ………………………………………..............
E Teknik Pengumpulan Data ………………………….……….
F Validitas Data ……………………………………………….
G Teknik Analisis Data ……………………………………......
H Indikator Keberhasilan ……………......…………………….
I Prosedur Penelitian ………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………….……..…….....
A Diskripsi Permasalahan Penelitian …………….………….....
1. Deskripsi Lokasi Penelitian .............................................
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian ..................................
B Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ……………….....
16
16
17
18
19
20
23
24
24
25
27
29
30
30
31
32
33
34
35
37
40
40
46
46
46
48
83
xiv
1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran
dengan Model Quantum Teaching ...................................
2. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Gaya dengan Model
Quantum Teaching ...........................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ………...…………….
A Simpulan …………………………………………………….
B Implikasi …………………………………………………….
C Saran ………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….….…..
LAMPIRAN ……………….……………………………………….……….
83
88
92
92
93
96
97
101
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Langkah-langkah Model Quantum Teaching .............................
Jadwal kegiatan pelaksanaan tindakan .......................................
19
31
Tabel 3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Pada Kondisi Awal ....... 50
Tabel 4 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus I ………............... 65
Tabel 5 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Siklus II ..……………... 81
Tabel 6 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Siklus I dan
Siklus II ……………...................................................................
84
Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus I dan
Siklus II ……………...................................................................
86
Tabel 8 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya ... 88
Tabel 9 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa ...................................... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Contoh gaya berupa tarikan dan dorongan ............................. 9
Gambar 2 Contoh gaya dapat mengubah bentuk benda ........................... 9
Gambar 3 Contoh gaya dapat mengubah arah gerak benda ..................... 9
Gambar 4 Contoh gaya dapat mengubah benda bergerak menjadi diam . 10
Gambar 5 Contoh gaya mengubah keadaan benda di dalam air ......…… 11
Gambar 6 Contoh gaya gesek ………………........................................... 11
Gambar 7 Contoh gaya magnet …............................................................ 11
Gambar 8 Contoh gaya pegas …………………….................................. 12
Gambar 9 Contoh gaya listrik statis …….................................................. 12
Gambar 10
Gambar 11
Gambar 12
Gambar 13
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Gambar 18
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Contoh gaya gravitasi ………………………………………...
Contoh gaya otot ......................................................................
Gambar Kerangka Berfikir ......................................................
Gambar Model Peneltian Tindakan .........................................
Gambar Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman ...
Gambar Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ..........
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal .................
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ...........................
Grafik Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II ..........................
Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Guru Siklus I
dan Siklus II ............................................................................
Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Siswa Siklus I
dan Siklus II .............................................................................
Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..............................................................
Grafik Peningkatan Ketuntasan Pada Kondisi Awal,
Siklus I, dan Siklus II ..............................................................
10
13
28
32
39
40
51
66
82
85
87
89
90
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 101
Lampiran 2
Lampiran 3
Soal dan Kunci Jawaban Pada Tes Kondisi Awal
Silabus Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ..........................
102
104
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I
Pertemuan I ………………………………………………..
111
Lampiran 5 LKS Siklus I Pertemuan I .................................................... 118
Lampiran 6
Lampiran 7
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I .......................
Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ......................................
124
125
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I
Pertemuan II ..........................................................................
127
Lampiran 9 LKS Siklus I Pertemuan II …………………......………….. 133
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II .……………. 139
Lampiran 11 Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan II ...…………………….. 140
Lampiran I2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II
Pertemuan I ...........................................................................
142
Lampiran 13 LKS Siklus II Pertemuan I .................................................... 149
Lampiran 14 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ....................... 155
Lampiran 15 Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ...................................... 156
Lampiran 16 Silabus Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ........................ 158
Lampiran 17 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II
Pertemuan II ..........................................................................
164
Lampiran 18 LKS Siklus II Pertemuan II .....................................…….…. 171
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II …………......
Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan II ....................................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Kondisi Awal ........................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus I ...................................
Nilai IPA Materi Gaya Pada Siklus II ..................................
177
178
180
181
182
xviii
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Lampiran 34
Lampiran 35
Lampiran 36
Lampiran 37
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ......
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ....
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ....
Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ....
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I
Pertemuan I ...........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus I
Pertemuan II ..........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II
Pertemuan I ...........................................................................
Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa Siklus II
Pertemuan II ..........................................................................
Dokumentasi .....................................................................
Surat Keterangan Ijin Pelaksanaan Penelitian ......................
Surat Keterangan Bukti Pelaksanakan Penelitian .................
Surat Keputusan Ijin Penyusunan Sekripsi .........................
Surat Keterangan Ijin Penyusunan Sekripsi .........................
Surat Ijin Penyusunan Sekripsi ke Gubernur ........................
183
186
189
192
195
198
201
204
207
210
211
212
213
214
1
BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran di
Sekolah Dasar. Terkait dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD), IPA
merupakan salah satu tujuan pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. (Permendiknas No.22,23, dan 24, 2006: 152). IPA
merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan untuk berfikir kritis,
menarik kesimpulan dari serangkaian percobaan juga merupakan latihan berfikir
logis. Karena IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan, tidak hanya merupakan
pelajaran menghafal belaka.
Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi
sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa
depan. Berdasarkan hal tersebut salah satu tugas guru selaku pelaksana pendidikan
dalam mengelola proses belajar mengajar adalah perencanaan pembelajaran
termasuk di dalamnya pemilihan model. Masih rendahnya kualitas hasil
pembelajaran siswa dalam pemahaman konsep gaya pada pembelajaran IPA
merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum IPA tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya belum tercapai secara optimal. Secara
umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian dan nilai
akhir semester khusunya pada materi gaya IPA tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya yang sangat memprihatinkan. Pada siswa sekolah dasar masih sulit
untuk menguasai sebuah pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu
berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkkan pemahaman konsep
gaya pada mata pelajaran IPA. Upaya itu di antaranya dengan pemilihan model
yang tepat sesuai dengan materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya pada mata pelajaran IPA.
1
2
Salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah
Dasar adalah memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda,
dengan kompetensi dasar yaitu menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah
konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya (Depdiknas, 2008:
51). Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi awal pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV diperoleh hasil bahwa pada pemahaman konsep gaya pembelajaran
IPA cenderung didominasi oleh guru. Kebanyakan guru dalam pembelajaran gaya
IPA masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang bersifat konvensional dapat
berupa guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah
sehingga pemahaman siswa masih kurang. Selain itu guru hanya memberikan tugas
berupa soal untuk dikerjakan tatapi guru tidak membimbing siswa dalam
pembelajaran. Pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi untuk menuangkan
ide, kreatifitas serta keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Kondisi yang masih terjadi di SD Negeri Karangasem IV masih
menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dimana dipandang dari
segi guru, guru cenderung menggunakan metode ceramah bervariasi dan
eksperimen, namun dalam bereksperimen guru menggunakan kegiatan eksperimen
sesuai dengan contoh dibuku, untuk itu pembelajaran terkesan terpusat pada guru.
Guru sudah menggunakan berbagai macam metode bervariasi dan sudah
menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu jigsaw tipe struktural untuk
memudahkan siswa belajar, tetapi dalam kenyataannya siswa masih kurang
termotivasi, terkadang bingung dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini
disebabkan karena guru tidak melakukan metode tersebut secara rutin sehingga
hasil yang diperoleh siswa kurang maksimal. Keadaan seperti ini membuat siswa
beranggapan bahwa pelajaran IPA tentang gaya merupakan pelajaran yang
membosankan akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi gaya
dengan baik sehingga pemahaman konsep gaya pada siswa yang dicapai masih
rendah. Dari 40 siswa kelas IV di SDN Karangasem IV hanya 11 siswa atau 27,5%
siswa berhasil mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Sedangkan
29 siswa atau 72,5% siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM (65), sehingga
3
nilai rata-rata kelas rendah yaitu 51 (lampiran 21 hal. 180). Dari pengamatan yang
dilakukan ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
yaitu : siswa tidak pernah serius dalam pembelajaran, siswa kebanyakan ramai
sendiri, semangat belajar siswa kurang, banyaknya ceramahan dari guru
menyebabkan siswa menjadi bosan. Dari faktor-faktor tersebut mengakibatkan
siswa tidak dapat menangkap materi dengan jelas sehingga pemahaman konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada pelajaran IPA masih
rendah.
Dari hasil observasi dan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang konsep gaya perlu diperbaiki
guna peningkatan kualitasnya. Pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA masih
sangat rendah, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan pemahamam konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV
SDN Karangasem Laweyan Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.
Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan model quantum
teaching untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang Gaya yang dapat
membangkitkan kreatifitas siswa, pembelajaran yang menyenangkan sekaligus
tidak membosankan. Guru kelas IV tertarik untuk mencoba melakukan model
quantum teaching tersebut karena mengetahui keuntungan yang diperoleh akan
baik dan terpusat pada siswa dan guru bisa menjadi fasilitator. Apabila guru
menjelaskan dengan model quantum teaching kemampuan siswa belum mengalami
grafik peningkatan pada kemampuan belajar IPA tentang Gaya, guru bisa
menambahkan strategi dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif
IPA, sehingga membuat pembelajaran lebih efektif. Proses belajar akan terlaksana
dengan aktif, partisipatif, konstruktif, komunikatif dan berorientasi pada tujuan.
Dengan adanya konsep TANDUR pada model quantum teaching yang merupakan
akronim dari, tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan,
kegiatan belajar sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses
pembelajaran.
Diharapkan pada SD Negeri Karangasem IV ini mengubah metode
pembelajaran yaitu dengan model quantum teaching dalam mata pelajaran Ilmu
4
Pengetahuan Alam tentang konsep gaya karena dalam pembelajaran siswa dituntut
menumbuhklan konsep AMBAK (Apa Manfaat Bagiku) yaitu dalam pembelajaran
siswa dituntut aktif, kreatif, mandiri, dan dapat memecahkan masalah sebuah
persoalan. Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) guru
dapat menerapkan model quantum teaching sebagai strategi pemecahan
masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari
kualitas hasil yang akan diperoleh siswa maka model quantum teaching akan
memiliki kontribusi yang lebih baik dari pada metode ceramah yang menerapkan
satu arah dari guru saja.
Dalam model pembelajaran quantum teaching pembelajaran didasarkan
pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata
sehingga siswa termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri.
Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dalam
pembelajaran adalah adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang
memberikan pemberdayaan dari potensi murid dan karakteristik bidang itu sendiri
sehingga kemampuan belajar siswa masih rendah
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR IPA TENTANG
GAYA BAGI SISWA KELAS IV SDN KARANGASEM IV LAWEYAN
SURAKARTA TAHUN 2012 ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA
tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
5
2) Apakah model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran IPA
tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah
1) Untuk meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya melalui model
quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012.
2) Untuk meningkatkan proses pembelajaran IPA tentang gaya melalui model
quantum teaching bagi siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012.
D. Manfaat Penhelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diterapkannya pembelajaran dengan model quantum teaching dapat untuk
meningkatkan kemampuan belajar IPA siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Laweyan Surakarta Tahun 2012.
b. Model quantum teaching dapat memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, sehingga sangat menekankan pada pencapaian
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Guru
Untuk menambah pengalaman guru dengan model quantum teaching.
b. Siswa
Meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang gaya dan pemahaman
nyata siswa terhadap materi gaya dalam pelajaran IPA.
c. Sekolah
Dapat menjadikan dasar pelaksanaan pendidikan melalui model
quantum teaching di sekolah guna meningkatkan kemampuan siswa.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Belajar Gaya IPA
a. Pengertian Kemampuan
Setiap melakukan kegiatan memerlukan suatu kemampuan, namun apa arti
kemampuan itu sendiri sering tidak diketahui. Menurut Lukmanul Hakiim (2007:
32) kemampuan diartikan bakat dan kecerdasan. Dalam hal ini bakat merupakan
potensi yang dimiliki siswa, sedangkan sikap adalah perilaku siswa dalam
menerima proses pembelajaran. Sedangkan menurut Anggiat M.Sinaga dan Sri
Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang
dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau
sangat berhasil.
Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang
individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini
atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai
keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.
b. Pengertian Belajar
Mengenai istilah belajar, sebenarnya hampir setiap orang mengenal dan
mengetahui istilah itu. Karena setiap manusia pasti mengalami yang namanya
belajar. Namun apa itu sebenarnya belajar, masing-masing orang mempunyai
persepsi yang berbeda. Oemar Hamalik (2010: 7) menyatakan bahwa: “Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan”.
6
7
Nana Sudjana (1991: 9) mengemukakan bahwa “Seseorang dapat dikatakan
belajar apabila pada dirinya terjadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya, yang dihasilkan
pengalamannya tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh
pegalaman baru”.
Menurut Abin Syamsudin (2009:157) mengemukakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik
atau pengalaman tertentu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian belajar adalah suatu
kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah
laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan; perubahan
yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.
c. Pengertian Kemampuan Belajar
Kemampuan/kompetensi belajar adalah kemampuan bersikap, berfikir dan
bertindak secara konsistensi sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dimiliki (Udin Syaefudin, 2009 : 67).
Sudjana, (2004 : 22) mengemukakan bahwa kemampuan belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
Sedangkan Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa kemampuan
belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan
memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
8
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar adalah
kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tinjauan Gaya
a. Pengertian Gaya
Gaya dalam sains berarti tarikan dan dorongan. Yosapath Sumardi dkk
(2006: 2.43) menyatakan dalam bahasa sehari hari gaya diartikan sebagai
tarikan/ dorongan terutama yang dilakukan oleh otot-otot kita. Gaya adalah
tarikan atau dorongan yang dapat menyebabkan benda yang diam menjadi
bergerak, merubah bentuk suatu benda, benda yang bergerak dapat menjadi :
berubah arah, berhenti, semakin cepat, atau semakin lambat.
Newton dalam Yosapath Sumardi dkk (2006 : 2.43) menyatakan bahwa
setiap benda akan tetap berada dalam keadaan diam/ bergerak lurus beraturan,
kecuali jika ia dipaksakan untuk mengubah keadaan itu oleh gaya yang
mempengaruhinya.
Dalam Qanita Alya ( 2010 : 340 ) gaya adalah dorongan atau tarikan
yang akan menggerakkan benda bebas, suatu interaksi yang bila bekerja
sendiri menyebabkan perubahan keadaan gerak benda.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan bahwa gaya adalah tarikan/
dorongan yang menyebabkan perubahan gerak dan bentuk suatu benda.
b. Bentuk Gaya
Menurut Choiril Azmiyawati (2008: 81-93) dan Haryanto (2004: 111-
130) uraian singkat materi pokok pembelajaran IPA tentang Gaya dalam
pembelajaran IPA di kelas IV adalah bentuk gaya yang terdiri dari :
a) Gaya Dapat Berupa Tarikan
Gaya yang berupa tarikan misalnya orang yang menarik meja, orang yang
membuka pintu, menimba air di sumur, dan olahraga tarik tambang.
9
b) Gaya Dapat Berupa Dorongan.
Gaya yang berupa dorongan misalnya mendorong meja, mendorong mobil
yang mogok, memencet bel dan menendang bola. (Lihat gambar 1)
Gambar. 1
c) Gaya Dapat Mengubah Bentuk Suatu Benda.
Kayu besar dapat berubah menjadi kecil-kecil karena adanya gaya. Telur
dipukul berubah bentuk karena pengaruh gaya. Dalam kehidupan sehari
hari perubahan gaya digunakan untuk membuat bermacam-macam bentuk
mainan yang terbuat dari lilin mainan (plastisin), kaleng yang dipukul akan
penyok. Selain itu, juga untuk membuat bermacam-macam bentuk
kerajinan tangan dari tanah liat. (Lihat Gambar 2)
Gambar. 2
d) Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Suatu Benda.
Jika bola dilempar kearah selatan, bola akan bergerak ke selatan. Jika bola
yang sedang bergerak itu dilempar lagi ke barat maka bola tersebut akan
bergerak ke arah barat. Perubahan arah gerak bola dari selatan ke barat
karena ada pengaruh gaya luar yang mempengaruhi gerak benda. (Lihat
Gambar 3)
Gambar. 3
10
e) Gaya Dapat Mengubah Benda Diam Menjadi Bergerak
Benda diam akan bergerak jika diberi gaya. Contohnya, bola akan
melambung ke udara jika kita tendang. Lemari akan bergeser jika kita
dorong. Sepeda akan berjalan jika kita kayuh. (Lihat Gambar 4)
Gambar. 4
f) Gaya Dapat Mengubah Benda Bergerak Menjadi Diam
Contoh benda yang bergerak adalah sepeda yang dikayuh, sepeda motor
yang sedang bergerak, kelereng yang menggelinding dan sebagainya.
Benda-benda yang bergerak tersebut dapat berhenti atau diam jika diberi
gaya. Sepeda yang bergerak akan berhenti jika direm.
g) Gaya Dapat Mengubah Kecepatan Benda
Ketika jalan lengang, pengemudi akan menginjak gasnya. Akibatnya,
mobil akan melaju kencang. Namun, ketika ada mobil yang lain di
depannya, pengemudi akan menginjak rem. Akibatnya, laju mobil akan
melambat. Injakan gas dan injakan rem termasuk bentuk gaya. Oleh karena
itu, gaya dapat mempengaruhi kecepatan gerak benda.
h) Gaya Dapat Mengubah Keadaan Benda Di Dalam Air
Jika benda dimasukkan ke air, benda tersebut dapat terapung, tenggelam,
atau melayang.
(1) Terapung, jika sebagian benda berada di atas permukaan air dan
sebagian lagi di bawah permukaan air.
(2) Tenggelam, jika seluruh bagian benda berada di dalam air dan
menyentuh dasar wadah.
11
(3) Melayang, jika seluruh bagian benda berada di dalam air. Namun, tidak
ada bagian benda yang menyentuh dasar wadah. (Lihat gambar 5)
Gambar. 5
c. Macam-Macam Gaya
a) Gaya Gesek
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh pergesekan antara dua permukaan
benda. Gaya gesek dapat terjadi jika dua permukaan benda saling
bersentuhan. Untuk memperkecil gaya gesek maka kedua permukaan yang
bergesekan diperluas atau dipasangi bantalan peluru. Contohnya adalah
gesekan roda pada jalan beraspal. (Lihat gambar 6)
Gambar. 6
b) Gaya Magnet
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh benda yang memiliki sifat
kemagnetan. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub
selatan. (Lihat gambar 7)
Gambar. 7
12
c) Gaya Pegas
Adalah gaya yang yang ditimbulkan oleh sifat elastisitas benda.
Misalnya ketapel, busur, anak panah, dan karet yang digunakan untuk
membuat tali rambut. Dalam kehidupan sehari-hari elastis benda misalnya
menarik busur panah. (Lihat gambar 8)
Gambar. 8
d) Gaya Listrik Statis
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh listrik. Misalnya kipas angin
dihidupkan menggunakan listrik. (Lihat gambar 9)
Gambar. 9
e) Gaya Gravitasi
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gaya tarik bumi. Contohnya buah
mangga yang jatuh dari pohonnya, daun-daun berguguran di tanah, segala
sesuatu pasti jatuh ke bumi. (Lihat gambar 10)
Gambar. 10
13
f) Gaya Otot
Adalah gaya yang ditimbulkan oleh gerakan otot-otot. Contohnya pada saat
kita menendang bola ke atas. (Lihat gambar 11)
Gambar. 11
g) Gaya dorong
Gaya dapat berupa dorongan. Misalnya mendorong meja, melempar bola.
h) Gaya tarik
Gaya berupa tarikan. Misalnya kuda menarik pedati, menimba air dengan
ember disumur.
e. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
Scientia yang artinya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang
menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Sund dan
Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan
proses. Mengenai pengertian Ilmu Pengetahuan Alam, Srini M. Iskandar
(2001: 2) mengemukakan IPA adalah “Ilmu Pengetahuan Alam (science) yang
mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”.
Selain itu pendapat ahli lain, Krajcik S. Joseps, Czerniak M. Charlene
dan Berger Carl dalam Srini M. Iskandar (2001: 2) menyatakan “Science was
created by humans to predict and explain event and fenomena”, yang artinya
ilmu pengetahuan merupakan hasil pengamatan yang dilakukan oleh manusia
dan peristiwa alam yang terjadi.
Leo Sutrisno (2007: 19) juga berpendapat “IPA merupakan usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
14
(correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar dan dijelaskan
dengan penelaran yang valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar”.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses yang didapat dengan cara
pengamatan yang dilakukan dengan prosedur yang benar sehingga diperoleh
kesimpulan yang benar pula.
2) Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006 : 151),
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau
MI adalah :
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaNya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
f) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
3) Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (2006: 152)
menjelaskan ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI adalah sebagai
berikut :
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
15
b) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi : cair, padat, dan gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
4) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA
Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas IV
semester II pada konsep gaya adalah :
a) Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau bentuk suatu benda.
b) Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.
d) Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
e) Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah adalah
mengenai “memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda” dengan
materi yaitu sifat-sifat gaya (gaya dapat mengubah bentuk benda, mengubah
arah gerak benda, gaya berupa dorongan, gaya berupa tarikan, gaya membuat
benda diam menjadi bergerak, gaya membuat benda bergerak menjadi diam,
gaya mengubah kecepatan benda, gaya mempengaruhi keadaan benda di dalam
air) dan macam-macam gaya (gaya dorong, gaya tarik, gaya magnet, gaya
gravitasi, gaya listrik, gaya pegas, gaya gerak, dan gaya gesek).
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains
beroriantasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan
dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk
mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan,
dan nara sumber lain.
16
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Quantum Teaching
a. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007:5).
Menurut Arrend dalam (Agus Suprijono, 2009:46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengoraganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu
berpikir kritis, memiliki ketrampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran
yang lebih optimal dalam (Isjoni, 2008: 146)
Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra
dalam (Anton Sukarno, 2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Pengertian model
pembelajaran mengandung unsur (1) pedoman, (2) pengelolaan pembelajaran,
(3) kerangka konseptual.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar
dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajarn untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
17
b. Pengertian Model Quantum Teaching
Kata Quantum ini berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas. (Miftahul A’la, 2011 : 21).
Charlotte Shelton (1998 : 1) menjelaskan tentang pengertian Quantum.
Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut :
“The word quantum literally means “a quantity of something”, mechanics
refers to “the study of motion”. Quantum mechanic is, therefore, the study
of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these
subatomic particle as quantities of “something”. Subatomic particles are
not material things, rather, they are probability tendencies-energy with
potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is
always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle
and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently
create a material world. It is really quite amazing that those seemingly
stable and stationary things we observe in the material world ore composed
solely of energy”.
“Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik
berarti studi tentang gerakan”. Jadi mekanika kuantum adalah ilmu yang
mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun
demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan
banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan
energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika
tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak
pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel
menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya
membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang
terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini
tersusun energi”
Menurut De porter. B (2004 : 62), quantum teaching dalam
pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi di dalam kelas antara siswa
dengan lingkungan belajar yang efektif. Quantum Teaching berfokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan
dan kerangka untuk belajar.
Menurut Miftahul A’la (2011 : 19) model quantum teaching adalah
pembelajaran yang menawarkan ide baru tentang bagimana menciptakan
18
lingkungan yang jauh lebih baik serta menjanjikan bagi pelajar dan mendukung
mereka dalam proses pembelajaran agar tidak terjadi ketidakseimbangan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa quantum teaching
merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang lebih menarik,
menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih berkesan
untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada akhirnya
akan melejitkan kemampuan guru.
c. Ciri-ciri Quantum Teaching
Miftahul A’la (2011 : 29) mengemukakan bahwa ada empat macam ciri-ciri
yang membangun sosok pembelajaran quantum teaching. Keempat ciri-ciri yang
dimaksud sebagai berikut :
1) Segalanya berbicara
Dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang guru bagikan
hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang
belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut.
2) Memilki tujuan
Semua yang terjadi karena guru mempunyai tujuan seperti seorang guru yang
harus secara hati-hati menyusun pelajaran.
3) Mengakui setiap usaha
Dalam belajar mengandung resiko yang besar dan terkadang keluar dari rasa
nyaman. Murid dalam hal ini berhak untuk mengambil resiko dan membangun
kompetensi dan kepercayaan diri mereka sendiri.
4) Layak dipelajari maka layak dirayakan (diberi rewerd)
Perayaan atau memberikan sesuatu sebagai reward adalah suatu umpan balik
mengenai kemajuan murid dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
belajar.
d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching dalam IPA
Sama seperti model pembelajaran yang seringkali dipakai, quantum
teaching menurut Miftahul A’la (2011 : 27), mengemukakan bahwa prinsip dasar
19
model quantum teaching adalah “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan
dunia kita ke dunia mereka”. Bobbi De Porter (2010 : 40) dalam pelaksanannya
quantum teaching melakukan langkah-langkah pengajaran dengan enam langkah
yang tercermin dalam istilah TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan,
ulangi dan rayakan). (Lihat Tabel 1)
Tabel 1
Langkah-langkah Model Quantum Teaching
Fase Tahap Laku Guru
Fase-1 (Tumbuhkan)
(Guru menumbuhkan
semangat siswa)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan salam dengan semangat dan
bertepuk tangan, memberikan contoh konkrit
tentang kegiatan yang akan dilakukan, dan
menyanyikan lagu sesuai dengan materi yang
dilakukan.
Fase-2 (Alami)
(Mencipatakan dan
mendatangkan pengalaman
umum yang dimengeri
siswa)
Guru memberikan pertanyaan dengan kata kunci
untuk menjelajah kemampuan siswa tentang
penguasaan materi, dan guru bercerita tentang
pengalaman yang berkaitan dengan materi
pelajaran.
Fase-3 (Namai)
(Menamai setiap kegiatan
yang dilakukan disaat
KBM)
Guru dan siswa menamai setiap kegiatan diskusi,
eksperimen, atau kegiatan pembelajaran sehingga
dapat menguasai materi dengan sempurna.
Fase-4 (Demonstrasikan)
(Guru dan siswa
mendemonstrasikan
kegiatan yang dilakukan
disaat KBM sehingga siswa
tahu dan merasakan
Guru memberikan contoh cara
mendemonstrasikan hasil eksperimen. Guru
mendorong siswa untuk melaksanakan diskusi
dan eksperimen sehingga mendapatakan
penjelasan, guru membantu siswa dalam
melakukan eksperimen dan memberikan
20
pengalaman yang sudah
dialami)
penegasan tentang kesimpulan yang didiskusikan
kelompok.
Fase-5 (Ulangi )
(Guru dan siswa
mengulangi materi yang
belum di kuasai siswa
sehingga benar-benar
mengerti)
Pada setiap kegiatan guru membantu siswa agar
lebih menguasai materi yang sudah dilaksanakan
dengan cara guru mengulangi kegiatan / materi
yang belum di kuasai siswa. Misalnya menarik
kesimpulan bahwa gaya dapat mengubah keadaan
benmda di dalam air.
Fase-6 (Rayakan)
Memberikan reward dan
perayaan bagi siswa
Guru memberikan semangat dan menilai tingkat
keberhasilan siswa dengan memberikan perayaan
sebuah tepuk tangan atau hadiah pada siswa.
e. Pelaksanaan Model Pembelajaran Quantum Teaching
1) Tugas-tugas perencanaan
Model Quantum Teaching membutuhkan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
Model pembelajaran Quantum Teaching dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti ketrampilan berdiskusi,
bereksperimen, menyampaikan pendapat, dan membantu siswa
menjadi pelajar mandiri, sehingga mampu meningkatkan kemampuan
dalam berprestasi yang dirahkan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Merancang situasi masalah
Guru dalam pembelajaran quantum teaching memberikan
permasalahan nyata tentang kehidupan sehari-hari yan g dipadukan
dengan materi yang sedang dipelajari siswa, sehingga siswa akan
melakukan penelitian dan penilaian terhadap permasalahan yang ada.
Situasi masalah yang baik seharusnya memungkinkan untuk
bekerjasama dalam menarik sebuah pemecahan masalah sehingga bagi
siswa dapat memotivasi dalam kehidupan belajar.
21
c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Guru dalam melaksanakan tugas mengorganisir setiap
kelompok yang ada di kelas dengan membagi kelompok secara
heterogen sesuai kemampuan yang dimiliki siswa dan berdasarkan
jenis kelamin. Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan diskusi
kelompok dalam memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
ditarik kesimpulan yang benar.
2) Tugas Interaktif
a) Orientasi pada permasalahan.
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
3) Lingkungan Kelas Quantum Teaching.
Siswa adalah tamu bagi guru yang diundang untuk acara penting
yaitu belajar. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk
berfokus dan menyerap informasi, bila benda-benda di kelas tidak menarik
pandang siswa, mungkin pesannya akan berbunyi “ belajar itu kuno,
melelahkan dan usang “, akan tetapi bila lingkungan ditata untuk
mendukung belajar, maka dapat berkata, “ belajar itu, hidup, penuh
semangat,”/ datang dan jelajahilah”! segala sesuatu dalam lingkungan jelas
menyampaikan pesan yang memacu/ menghambat belajar ( Dhority, 1991)
ingatlah : segalanya berbicara, segalanya , selalu !
a) Lingkungan kelas pada model quantum teaching adalah menggunakan
video visual yang ada pada program-program power point, animasi
dengan warna-warna yang terang dan menarik.
b) Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu benda. Alat yang
digunakan sesuai dengan materi kegiatan pembelajaran. Contohnya:
plastisin dan balon.
c) Pengaturan bangku
Pengaturan bangku mempunyai peranan penting dalam konsentrasi
belajar siswa. Pengaturan bangku dapat dilakukan secara fleksible
22
dengan memposisikan berhadap-hadapan saat kerja kelompok atau
menghadap ke depan untuk tetap fokus ke depan saat pemutaran video,
presentasi siswa, ajaran guru dan lain-lain.
4) Asesmen dan Evaluasi
Hein dan Price dalam Harun Rasyid (2009:61) menyatakan bahwa,
apapun yang dikerjakan seorang siswa di dalam kelas dapat digunakan
untuk objek penilaian.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai dalam pembelajaran
quantum teaching dengan menggunakan (1) tes tertulis : di antaranya
adalah guru menilai hasil kerja siswa secara individu dan kelompok
kemudian dilanjutkan penilaian akhir dalam proses pembelajaran. (2) tes
lisan : guru memberikan pertanyaan untuk mengeksplore pengetahuan
siswa tentang materi gaya dalam kegiatan awal (apersepsi). (3) observasi :
guru menilai kegiatan eksperimen/praktik siswa secara individu maupun
secara berkelompok. (4) demonstrasi : guru mengamati dan menilai
langsung kegiatan eksperimen/praktik yang dilakukan siswa. (5) penugasan
: guru menilai tugas-tugas diskusi kelompok siswa.
f. Kelebihan Model Quantum Teaching
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelebihan model
quantum teaching antara lain :
1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis dan bersifat
konstruktivis(tis).
3) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan
mengolaborasikan faktor potensi siswa selaku pembelajar dengan
lingkungan pembelajaran.
4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu
dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.
5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
23
6) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran.
7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi
pembelajaran.
9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau
material.
10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian
penting proses pembelajaran.
11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat
dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi.
12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam
proses pembelajaran.
g. Kelemahann Model Quantum Teaching
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kelemahan
model quantum teaching antara lain :
1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengjar cenderung lebih
banyak.
2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan
model quantum teaching tidak berjalan baik
h. Kualitas Proses Pembelajaran Quantum Teaching
Kualitas proses pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu (Subroto, 2002:
21).
24
Kualitas proses pembelajaran quantum teaching dapat memberikan
kemudahan dalam proses belajar mengajar lewat pemanduan seni dan pencapaian-
pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan
menggunakan metode quantum teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan
belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi
siswa.
Kualitas model quantum teaching merangkaikan yang paling baik dari yang
terbaik menjadi sebuah paket multi sensorik, multi kecerdasan, dan kompatibel
dengan otak, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan guru untuk dapat
merangsang anak untuk berprestasi. Cara ini dapat memaksimalkan usaha
pengajaran guru melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar, dan
penyampaian kurikulum serta menciptakan lingkungan belajar yang efektif,
merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
Quantum teaching dapat mengajari pendidik bagaimana orang belajar dan mengapa
siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu sebagaimana yang terjadi di dalam
kelas. Guru dapat meningkatkan kesuksesan siswa dengan mencatat “apa saja” di
dalam kelas yang berkaitan dengan lingkungan belajar, desain kurikulum dan
bagaimana cara mempresentasikannya. Hasilnya adalah kualitas quantum teaching
merupakan cara yang efektif dalam mengajar siapa saja, dapat menawarkan ide baru
tentang bagaimana menciptakan lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi
pelajar dan mendukung mereka dalam proses pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas model quantum
teaching adalah untuk memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar
pendidik untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas
sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil
peneltian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan
substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada
dengan penelitian yang akan dilakukan.
25
Berikut ini merupakan penelitian yang relevan yang pernah dilakukan :
1. Skripsi Nuur Aji Sandi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Materi
Gaya Peserta Didik Kelas V SDN 01 Kepatihan Kec. Selogiri. Kab. Wonogiri
Tahun Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
hasil dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap
hasil belajar adalah adanya kenaikan rata-rata skor dari nilai siswa yang
sebelumnya mencapai 62,2 meningkat menjadi 76,5. selain itu dampak tersebut
dapat dilihat dari hasil nilai tes evaluasi pada siklus I mencapai 52%, meningkat
pada siklus II menjadi 65%, meningkat pada siklus III menjadi 78%, pada siklus
IV sama dengan siklus III yaitu 78%, dan meningkat pada siklus V menjadi
91%.
2. Skripsi Rika Yuni Ambarsari dengan judul “Penerapan Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada
Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun
Pelajaran 2010 / 2011”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil
dan aktivitas belajar siswa. Indikasi adanya dampak yang baik terhadap hasil
belajar adalah pemahaman konsep gaya magnet tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep gaya magnet siswa 61, siklus I
nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 66,25 dan siklus II nilai
rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 77,98.
Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 8 siswa atau 36,36
%, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 63,63 %, dan pada siklus II sebanayak 18
siswa atau 81,81 %.
Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian dari penulis adalah terletak
pada materi yaitu Gaya. Akan tetapi dalam materi tersebut penulis meneliti pada
kelas IV SD, sedangkan penelitian yang terdahulu melaksanakan penelitian di
kelas V dengan konsep pembelajaran Gaya Magnet.
Sedangkan perbedaan penelitian tersebut, penelitian yang terdahulu
menggunakan model pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan PBL, sedangkan
penelitian sekarang menggunggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.
26
Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian sekarang dengan yang terdahulu juga
berbeda. Jika penelitaian yang terdahulu yaitu penulis menekankan pada
peningkatan hasil belajar, sedangkan penelitian yang sekarang menekankan pada
peningkatan proses pembelajaran dengan model Quantum Teaching dan
meningkatkan kemampuan belajar IPA dengan model Quantum Teaching.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah diungkapkan di atas dapat
diketahui bahwa proses kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan berbagai
model pembelajaran tidaklah mudah banyak taktik yang dipergunakan. Maka dari
itu diperlukan model pembelajaran yang dianggap paling cocok dalam
meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan belajar IPA.
Model pembelajaran Quantum Teaching dianggap paling cocok karena dapat
berinteraksi dengan mencakup unsur-unsur belajar efektif seperti TANDUR
(tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan) sehingga
kesuksesan pembelajaran dapat tercapai.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan
pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki siswa dan motivasi
belajar tinggi. Dengan pemahaman dan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa
akan dapat menguasai pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan mata
pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih menekankan
konsep-konsep yang terdapat pada buku, dan juga belum memanfaatkan
pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal.
Dalam pembelajaran IPA kelas IV dengan salah satu standar kompetensi
pada mata pelajaran IPA kelas IV Sekolah Dasar adalah memahami gaya dapat
mengubah gerak dan bentuk suatu benda, dengan kompetensi dasar yaitu
menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda. Materi pokok adalah Gaya sedangkan sub pokok
bahasan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
27
Pembelajaran pada materi gaya pada kondisi awal guru hanya
menyampaikan dengan metode ceramah dengan diskusi sederhana dan guru belum
menerepkan model quantum teaching, sehingga berakibat kemampuan belajar IPA
rendah dalam materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dan
ketrampilan sosial peserta didik rendah.
Dalam melakukan tindakan guru menerapkan model quantum teaching
dengan menggunakan strategi model siklus yang terdiri dua siklus dan tiap siklus
terdapat dua kali pertemuan. Pembelajaran pada siklus I menggunakan model
quantum teaching secara berkelompok dengan melalui tahapan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Jika siklus I pada pertemuan satu dan dua
kemampuan belajar IPA tentang materi gaya masih rendah, penulis dapat
merefleksikan kekurangan dan kelemahan pada siklus I untuk dilanjutkan ke siklus
II dengan tujuan agar siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan
kualitas proses pembelajaran IPA.
Pada kondisi akhir model quantum teaching pada pembelajaran IPA diduga
dapat meningkatkan kemampuan belajar IPA dan kualitas proses pembelajaran IPA
dapat meningkat dibandingkan menggunakan model konvensional. Pembelajarn
quantum teaching merupakan kegiatan yang menciptakan suasana belajar yang
lebih menarik, menggairahkan serta memberi pengalaman bagi siswa agar lebih
berkesan untuk meningkatkan kemampuan dalam berprestasi sehingga pada
akhirnya akan melejitkan kemampuan guru.
Untuk menerapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam di kelas IV
memang sangat sulit. Siswa diharapkan dapat berpikir secara sistematis, logis,
kritis, kreatif dan konsisten sesuai perkembangan kemampuan dan lingkungan anak
berada. Dalam pelaksanaan anak benar-benar ditekankan agar dapat melaksanakan
pemecahan masalah yang dihadapinya. Dengan model pembelajaran Quantum
Teaching konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam harus jelas, sehingga siswa dapat
belajar secara mudah dan alami sesuai dengan tujuan pembelajaran quantum
teaching adalah tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan
(tandur). Dengan konsep yang jelas melalui percobaan, akan menumbuhkan
motivasi dan minat dalam pembelajaran sehingga hasil belajar akan meningkat.
28
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
model quantum teaching akan meningkatkan kemampuan belajar IPA dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Untuk memperjelas kerangka
pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada gambar
bagan 12 berikut ini : (Lihat gambar bagan 12)
Kondisi
Awal
Tindakan
Kondisi
Akhir
Bagan. 12 Kerangka Berfikir
Guru menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching
Penggunaan metode
ceramah dan diskusi
sederhana
Kemampuan Belajar IPA
rendah
Keterampilan sosial peserta
didik rendah
Siklus I
Pembelajaran menggunakan
model Quantum Teaching
secara kelompok
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Obsevasi
4. Refleksi
Siklus II
Pembelajaran menggunakan
model Quantum Teaching
secara kelompok
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Obsevasi
4. Refleksi
Di duga dengan menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching dapat
meningkatkan kemampuan belajar
IPA tentang Gaya
Di duga dengan menerapkan
model pembelajaran
Quantum Teaching dapat
meningkatkan proses pembelajaran
IPA tentang Gaya
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan kemampuan belajar
IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
2) Penerapan model quantum teaching dapat meningkatkan proses pembelajaran
IPA tentang Gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan Surakarta
Tahun 2012 ?
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Karangasem IV Kecamatan Laweyan
Kota Surakarta. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, 1 ruang
perpustakaan, dengan tenaga kependidikan sejumlah 13 orang yang terdiri dari
kepala sekolah, guru, dan penjaga. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan
di SDN Karangasem IV, yaitu :
a. Pengajaran dengan model Quantum Teaching belum pernah diteliti di SDN
Karangasem IV.
b. Peneliti ingin meningkatkan kemampuan belajar mata pelajaran IPA khususnya
dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012.
c. Peneliti ingin meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata pelajaran
IPA khususnya dalam materi gaya semester genap tahun pelajaran 2011/ 2012.
d. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi jaraknya tidak jauh dari kos
peneliti ± 1 km. Peneliti juga merupakan Guru WB di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari Januari sampai dengan
Juni. Penelitian dilakukan pada semester (genap) tahun pelajaran 2011/2012
berdasarkan pada masalah kemampuan belajar dan kualitas proses pembelajaran
pada kondisi awal peserta didik dalam mata pelajaran IPA rendah (pada tabel 2 pada
halaman 31)
30
31
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
NO KEGIAT
AN
MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Mengu-
rus
perijinan
X
2
Pelaksa-
naan
peneliti-
an
X X X X
3 Analisis
data X X X X
4
Penyu-
sunan
laporan
X X X X X X X X X
5
Pelaksa-
naan
ujian
skripsi
X
6 Revisi X X
7 Pengesah
-an
X
8
Pengiri-
man
laporan
X
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian guru dan peserta didik kelas IV SDN Karangasem IV
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta yang berjumlah 40 anak. Dengan rincian 20
peserta didik putra, 20 peserta didik putri.
32
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarklan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih
menekankan pada masalah proses. Sedangkan data yang akan diperoleh berupa
data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan
yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis
penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research).
Suharsimi Arikunto (2001 : 2) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan
dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang
dilakukan di kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan
yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting)
dalam (St. Y Slamet, 2007 : 65). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat
digambarkan pada gambar 13. Sebagai berikut :
Gambar 13. Model Peneltian Tindakan dari Kurt Lewin dalam
St. Y Slamet & Suwarto (2007 : 65)
33
Rancangan Penelitiannya sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini meliputi :
1) Membuat perencanaan pengajaran.
2) Membuat lembar observasi.
3) Membuat alat evaluasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
c. Observasi
Tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d. Refleksi
Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan dan
dianalisa guna mengetahui perubahan yang terjadi.
D. Sumber Data
“Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh”
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 129). Adapun sumber data penelitian ini diperoleh dari
: nilai tes (kognitif) peserta didik, nilai aspek afektif dan psikomotorik peserta didik
SDN Karangasem IV kelas IV dalam proses pembelajaran IPA.
Sumber data penelitian ini adalah:
1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SDN Karangasem IV
Surakarta.
2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Dokumen atau arsip antara lain berupa kurikulum, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.
4. Kemampuan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi
pengamatan/observasi tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat
diuraikan sebagai berikut :
1. Teknik Observasi
Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. ”Observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran” (Suharsimi Arikunto, 2008 : 127). Observasi meliputi observasi sistematis
dan observasi non sistematis. Pada penelitian ini menggunakan observasi
sistematis. Observasi sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan instrumen pengamatan dan dilakukan pada waktu kegiatan
belajar berlangsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa
perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung dilakukan
pada guru dan siswa kelas IV SDN Karangaem IV Surakarta untuk mengetahui
pemahaman dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung sesuai dengan siklus yang ada.
Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses
pembelajaran IPA mengenai materi gaya yang dilakukan guru dan siswa di dalam
kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai
akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan
efisien.
Teknik pengumpulan data dengan observasi pada penelitian ini ditujukan
untuk mengambil data nilai afektif dan psikomotorik peserta didik. Dalam
melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman berupa format observasi.
Adapun format observasi terdiri dari nomor, nama, komponen indikator dan hasil.
Hasil pengamatan dicatat untuk digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi
untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus yang sudah dilakukannya dan untuk
menentukan perlu dan tidaknya untuk melakukan siklus berikutnya.
35
2. Teknik Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang
ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (
Pupuh & Sorby, 2007 : 77). “Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002: 127).
Tes ini diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau
kelemahan siswa dalam pembelajaran konsep gaya. Selain itu, tes ini dilakukan
setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep gaya
pada siswa. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
perkembangan pemahaman konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem
IV, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang ditandai
dengan nilai tes yang diperoleh siswa seusai dengan siklus yang ada.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai
sumber data. Dokumen sudah sejak lama digunakan sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. (St. Y.
Slamet, 2007: 52). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan peneliti
untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas IV dan
arsip-arsip lain yang dimilki guru kelas IV SDN Karangasem IV Laweyan
Surakarta.
F. Validitas Data
Untuk menjamin mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi. Sebelum suatu informasi
dijadikan data penelitian, informasi tersebut perlu diuji validitasnya sehingga data
yang diperoleh benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan
sebagai dasar yang kuat untuk mengambil kesimpulan. Pada penelitian ini teknik
yang dipergunakan untuk uji validitas data yaitu dengan trianggulasi.
36
Slamet dan Suwarto, (2007: 54) mengemukakan bahwa trianggulasi
merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multi
perspektif. Artinya, untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya
dari satu cara pandang, melainkan bisa dipertimbangkan dengan fenomena yang
muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa
diterima kebenarannya.
Adapun dari trianggulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik yaitu
Trianggulasi data dan Trianggulasi metode (St. Y. Slamet, 2007 : 54) :
1. Trianggulasi Data
Trianggulasi data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari
sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan
hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misalnya arsip nilai,
absen, dan lainnya.
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan hasil
pengamatan pembelajaran nilai mata pelajaran IPA tentang pemahaman konsep
gaya dengan data hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta. Peneliti juga membandingkan data nilai dari pre test konsep gaya
dengan nilai ulangan harian konsep gaya siswa kelas IV, selain itu juga
beberapa dokumen/data informasi dari Kepala Sekolah SDN Karangasem IV
Surakarta tentang konsep gaya siswa kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta
dengan dibandingkan hasil wawancara dari guru kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, pemahaman konsep gaya
dibandingkan kemudian diuji kemantapan dan kebenarannya.
2. Trianggulasi Metode
Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data
sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda dan
bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya. Yang ditekankan adalah penggunaan
teknik atau metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi,
37
dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang akurat dan gambaran
yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti menggunakan metode
wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.
Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap
kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Surakarta kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran gaya.
Selain itu, peneliti menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek
kebenaran informasi tersebut. Dari beberapa data yang diperoleh melalui teknik
pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat
ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang sudah diperoleh dari
dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif (Milles dan Huberman, 2007 : 20). Kegiatan pokok analisis model
ini meliputi reduksi data, penyajian data, kesimpulan-kesimpulan
penarikan/verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk
menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan.
1. Reduksi Data
Pada penelitian ini data yang direduksi yaitu nilai hasil belajar peserta didik
yang mencakup nilai kognitif (tes), nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Pengertian
reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan, reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian mungkin sehingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Pemilihan data yang dilakukan
yaitu memilih data-data yang sesuai sehingga dapat digunakan untuk menarik
simpulan.
38
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data.
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk menampilkan data
nilai hasil belajar yang mencakup nilai kognitif (tes), afektif, dan psikomotor agar
lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian data
hasil belajar, peneliti menjelaskan/menyajikan data melalui berbagai macam cara
visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik, dan sebagainya.
3. Kesimpulan/ verifikasi
Setelah data hasil belajar direduksi, disajikan langkah terakhir yaitu
dilakukannya penarikan kesimpulan / verifikasi. Data-data yang telah di dapat dari
hasil penelitian kemudian diuji kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan
bagian dari konfigurasi utuh, sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlanggsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar
dan tidaknya hasil laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang
pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya
merupakan validitasnya.
Berdasarkan uraian di atas maka reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan/ verifikasi sebagai suatu jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan
sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis. Kegiatan pengumpulan data itu sendiri merupakan
siklus dan interaktif.
Oleh karena itu penelitian ini sifatnya kualitatif maka diperlukan adanya
objektifitas, subyektifitas, dan kesepakatan intersubyektifitas dari peneliti agar hasil
penelitian tersebut mudah dipahami bagi para pembaca secara mendalam. Untuk
lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan pada gambar 14 berikut
ini:
39
Gambar 14. Bagan Siklus Analisis Interaktif Milles Huberman (2000: 20)
Langkah-langkah analisis :
a. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah cukup maka
dapat dikumpulkan.
b. Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun coding dan matrik yang
berguna untuk penelitian lanjut.
c. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus.
d. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila dalam persiapan
analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka
perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara terfokus.
e. Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi
susunan laporan.
f. Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.
g. Merumuskan implikasi kebijakan sebagai bagian dari pengembangan sarana
dalam laporan akhir penelitian.
H. Indikator Keberhasilan.
Sebagai indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu
proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil :
1. Meningkatkan kemampuan belajar siswa yaitu 75% dari seluruh siswa
memperoleh nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 65.
2. Meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran yaitu mencapai
75%.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
40
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-
masing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Secara singkat prosedur penelitian tindakan kelas dapat digambarkan pada gambar
15 berikut ini :
Gambar 15. Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam
satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2X35 menit. Tiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain. Untuk mengetahui pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa
kelas IV SDN Karangasem IV Surakarta diadakan observasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Berdasarakan hasil temuan di kelas, maka penelitian berusaha
meningkatkan pemahaman konsep gaya pada pelajaran IPA siswa kelas IV
dengan menerapkan model Quantum Teaching dan menghubungkan dengan
konsep lain yang telah dikuasai siswa.
Adapun prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini secara rinci diuraikan
sebagai berikut :
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan
identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk
menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap
selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan.
Rencana I
Refleksi
Observasi
Tindakan
Rencana II
Refleksi
Siklus
I
Siklus
II
Observasi
Tindakan
Siklus
Rekomendasi
41
Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan,
strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana
observasi terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan
instrument yang digunakan.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah.
1) Menentukan pokok bahasan materi gaya.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
model Quantum Teaching
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menginformasikan masalah pada siswa.
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan
tentang materi gaya.
6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar.
7) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
8) Menyiapkan lembar penilaian.
9) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah
direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu
upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan
pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi
belokan-belokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu
peneliti akan selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan
alasan perubahan itu terjadi. Rincian dalam tahap ini meliputi :
1) Guru menerapkan model Quantum Teaching dalam pembelajaran
IPA materi gaya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yaitu dengan membagi siswa secara kelompok terlebih
dahulu, lalu mengorientasikan masalah kepada siswa mengenai
materi gaya dan menyajikan lembar kerja siswa yang kemudian
meminta masing-masing kelompok mendiskusikan permasalahan
tersebut.
42
2) Siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing
anggota, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi, sesudah
melakukan eksperimen, siswa berkewajiban untuk merayakannya
dengan antusias.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model
Quantum Teaching. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek
dan indikator.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
b) Melakukan apersepsi
c) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami
d) Memberikan kesempatan untuk bertanya.
e) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok.
f) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
g) Memberikan tes akhir
h) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.
i) Memberikan umpan balik pada siswa.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain :
a) Aktif memperhatikan penjelasan guru.
b) Kemauan untuk menerima pelajaran.
c) Aktif mengerjakan tugas
d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan.
e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun
kelompok.
f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran
h) Keaktifan dalam proses pembelajaran
43
i) Kesungguhan mengerjakan tes.
d. Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Pada
pembelajaran siklus I tentang gaya didapatkan kendala yaitu siswa
belum memahami materi dan siswa mendapatkan nilai yang belum
sesuai dengan harapan atau tindakan yang dilakukan belum tercapai
secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan masalah.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
Quantum Teaching.
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.
4) Menginformasikan masalah pada siswa.
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang
materi gaya.
6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar.
7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
8) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran.
9) Menyiapkan lembar penilaian.
10) Menyiapkan lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Rincian dalam tahap ini meliputi :
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi dengan menerapkan
model Quantum Teaching.
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai gaya dengan
44
langkah-langkah pada siklus I dengan menerapkan model Quantum
Teaching.
4) Memantau perkembangan pemahaman siswa dalam konsep gaya.
5) Guru memberikan soal tes kepada siswa.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menarapkan model
Quantum Teaching.
Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek dan indikator.
1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain :
a) Mengkondisikan siswa kearah pembelajaran yang kondusif.
b) Memberikan motivasi.
c) Melakukan apersepsi.
d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami.
e) Memberikan kesempatan untuk bertanya.
f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok.
g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok.
h) Memberikan tes akhir.
i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok.
j) Memberikan umpan balik pada siswa.
2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain :
a) Aktif memperhatikan penjelasan guru.
b) Kemauan untuk menerima pelajaran.
c) Aktif mengerjakan tugas.
d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan.
e) Kesungguhan siswa mengerjakan tugas individu maupun
kelompok.
f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat.
g) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran.
h) Keaktifan dalam proses pembelajaran.
45
i) Kesungguhan mengerjakan tes.
d. Tahap Refleksi
Hasil analisis data dari siklus II digunakan sebagai acuan untuk
menetukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam
meningkatkan pemahaman konsep gaya malalui penerapan model
Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Laweyan Surakarta. Pada siklus II sudah diperoleh hasil yang optimal
sehinga siklus dihentikan.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian
terletak di desa Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Propinsi Jawa
Tengah. Sekolah ini merupakan sekolahan yang berada langsung diperbatasan
Kabupaten Karanganyar yang letaknya berdekatan dengan Kecamatan Colomadu.
SD Negeri Karangasem IV tergolong SD perkotaan tapi terletak dipinggiran. Oleh
karena itu, dari keseluruhan jumlah siswa di SD Negeri Karangasem IV 50% siswa
berasal dari luar kota. SD Negeri Karangasem IV dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah yang membawahi 6 guru kelas, 1 guru mata pelajaran Agama Islam, 1 guru
olahraga, 1 guru bahasa inggris, 1 guru kesenian tari, 1 petugas perpus, 1 guru
wiyata bakti sekaligus administrasi sekolah, dan 1 penjaga sekolah. Dengan jumlah
guru dan karyawan tersebut, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
dan lancar karena terpenuhinya jumlah tenaga pendidik dan kependidikan, di SD
Negeri Karangasem IV terdapat 237 siswa, dari siswa kelas I sebanyak 36 siswa,
siswa kelas II sebanyak 38 siswa, siswa kelas III sebanyak 41 siswa, siswa kelas IV
sebanyak 40 siswa, kelas V sebanyak 43 siswa, dan siswa kelas VI sebanyak 39
siswa.
Fasilitas yang ada di sekolah ini cukup memadai karena dapat bantuan Dana
Alokasi Khusus (DAK) perpustakaan tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2008
sampai tahun 2011 tidak maksimal pemanfaatannya karena tidak adanya petugas
perpustakaan sehingga buku-buku belum dimanfaatkan dengan maksimal. Pada
tahun 2012 perpustakaan di SDN Karangasem IV sudah berjalan lancar dengan
adanya petugas perpustakaan baru, penataan buku di ruang perpustakaan sangat
baik karena buku ditata menurut sistem program perpustakaan DAK dari
pemerintahan kota Surakarta. Untuk tahun 2011 di SDN Karangasem IV mendapat
bantuan DAK tahun 2010 yaitu tentang sarana dan prasarana sekolah senilai 80
juta rupiah yang berwujud komputer, laptop dell, printer dan scan hp, buku
46
47
perpustakaan, media dan alat peraga, sound sistem, dll. Adanya media dan alat
peraga belum dimanfaatkan maksimal bagi guru yang ada di SDN Karangasem IV.
Selain itu, alat peraga yang sudah ada di SDN Karangasem IV belum ada tempat
khusus untuk menyimpan sehingga alat peraga banyak yang berdebu, akan tetapi
alat peraga yang ada dikelas keadaannya masih bagus dan layak untuk digunakan.
Bulan januari dilaksanakannya jadwal penataan ruangan perpustakaan, semua alat
peraga, media dan buku-buku, sudah ditempatkan diruang perpustakaan dengan
penataan yang rapi, teratur, dan indah. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dalam
hal ini sebagai guru di SDN Karangasem IV memiliki kesempatan langsung untuk
menggunakan sarana dan prasarana yang ada untuk penunjang keberhasilan dalam
penelitian tindakan kelas dikelas IV SDN Karangasem IV tentang konsep gaya
yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Fasilitas lain yang dimiliki di SDN
Karangasem adalah sebuah musholla yang digunakan murid untuk beribadah setiap
duhur dengan kamar mandi/wc yang ditunjang dengan adanya rumah dinas sekolah
yang dihuni oleh penjaga sekolah.
Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, karena sebelum
penelitian ini dilaksanakan, peneliti mendapat informasi dari guru kelas IV, jika
hasil belajar IPA materi gaya dari tiap tahun tidak mengalami peningkatan (statis
nilai rata-rata tetap seperti tahun sebelumnya). Berdasarkan informasi dari guru
kelas IV, sebelum melaksanakan proses penelitian, peneliti terlebih dahulu
melakukan kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata
yang ada dilapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi/pengamatan pada
pembelajaran IPA materi gaya pada kelas IV di SDN Karangasem IV. Peneliti
masuk ke ruang kelas IV dan menanyakan tentang pengertian gaya, sifat-sifat gaya,
macam-macam gaya, semua siswa diam dan tidak ada yang menjawab. Dari
observasi secara singkat, peneliti membuat dugaan sementara bahwa siswa tidak
aktif dalam pelajaran dikarenakan bingung pada materi, sehingga mereka diam dan
tenang sehingga tidak mau menjawab pertanyaan dari peneliti.
Siswa kelas IV di SDN Karangasem IV ini mempunyai karakter yang tidak
jauh beda dengan kelas lain dalam pembelajaran IPA. Kebanyakan siswa
48
menganggap pelajaran IPA tentang materi gaya sebagai suatu mata pelajaran yang
sulit, sehingga pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya pada IPA belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditentukan sekolah pada awal semester. Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA
tentang gaya juga kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam
memecahkan masalah tentang gaya. Hal ini menyebabkan rendahnya pemahaman
konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, peneliti mengadakan penelitian dikelas IV dengan
menggunakan model pembelajaran yang dapat menyertakan segala kaitan interaksi
dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar sehingga dapat meningkatkan
pemahaman IPA tentang konsep gaya yaitu sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya dengan penerapan model Quantum Teaching.
Dengan penelitian ini diharapkan siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri
Karangasem IV lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA pada materi gaya
tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya, sehingga pemahaman konsep
gaya IPA dapat meningkat.
2. Deskripsi Permasalahan Penelitian
a. Deskripsi Data Awal
SD Negeri Karangasem IV yang dipergunakan sebagai tempat penelitian
terletak di desa Karangasem, kecamatan Laweyan, kota Surakarta, propinsi Jawa
Tengah. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu
melaksanakan observasi dan tes awal di kelas IV SDN Karangasem IV untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada di tempat penelitian.
Berdasarkan hasil obeservasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat
permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain :
1) Pada saat pembelajaran berlangsung.
a) Siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
b) Tidak berani tampil di depan kelas.
c) Kurang antusias saat merespon tindakan guru.
49
d) Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan
mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan mengantuk.
e) Anak sering berbicara sendiri pada saat pelajaran.
2) Rendahnya pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya yang ditunjukkan dari nilai tes awal yaitu dari 40 siswa hanya 11
siswa atau 27,5 % yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan 29 siswa atau
72,5 % mendapat nilai di bawah KKM dengan nilai rata-rata kelas yaitu 51.
Agar lebih jelas, hasil tes awal tersebut dapat dilihat pada lampiran 21 halaman
180.
Data di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk
memudahkan pengamatan tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dapat
dilihat pada tabel 3 (halaman 50) berikut ini:
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Materi Gaya Siswa kelas IV
SDN Karangasem IV pada kondisi awal
No Interva
l Nilai
Nilai
Batas
Bawah
Nilai
Batas
Atas
Frekuensi Persentas
i (%)
Keteranga
n
1. 30 - 41 29,5 41,5 12 30 % Tidak
Tuntas
2. 42 - 53 41,5 53,5 13 32,50 % Tidak
Tuntas
3. 54 - 65 53,5 65,5 4 10 % Tidak
Tuntas
4. 66 - 77 65,5 77,5 10 25 % Tuntas
5. 78 - 89 77,5 89,5 1 2,5 % Tuntas
6. 90 -
101 89,5 101,5 - - -
Jumlah 40
Ketidaktuntasan = (29 : 40) x 100 % = 72,5 %
Ketuntasan Klasikal = (11 : 40) x 100 % = 27,5 %
50
Dari data tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi
gaya (lampiran 21 halaman 180) yang dicapai siswa pada kondisi awal sebelum
tindakan masih rendah yaitu 65 yaitu masih di bawah KKM. Dari 40 siswa, yang
memperoleh nilai 30-41 ada 12 siswa, dan yang memperoleh nilai 42-53 ada 13
siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 54-65 ada 4 siswa. Adapun anak
yang tuntas nilainya di atas KKM yaitu yang mendapat nilai 66-77 ada 10 siswa.
Sedangkan yang mendapat nilai 78-89 ada 1 siswa. Dari data di atas dapat dilihat
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 29 siswa atau 72,5 %
sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya ada 11 siswa atau 27,5
%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya
tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV pada kondisi awal sebanyak 27,50 %.
Hasil tersebut sesuai dengan tabel 3 yang disajikan pada gambar 16 halaman
51 dengan grafik berikut ini :
Gambar 16. Grafik Nilai IPA materi Gaya Kelas IV di SDN Karangasem IV
Pada Kondisi Awal
1213
4
10
10
2
4
6
8
10
12
14
29,5 42,5 54,5 66,5 78,5 90,5
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Daftar Distribusi Materi Gaya Kondisi Awal
29,5 41,5 53,5 65,5 77,5 89, 5
TIDAK TUNTAS 72,5 % TUNTAS 27,5 %
51
Dari hasil tes awal pada tabel 3 dapat disimpulkan sementara bahwa
pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya oleh
siswa kelas IV SDN Karangasem IV masih kurang. Adanya beberapa indikator
yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari yang diharapkan sehingga
memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa
indikator belajar materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
b. Deskripsi Tindakan
Deskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
deskripsi tindakan siklus I dan deskripsi tindakan siklus II
1) Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan tanggal 12 Maret 2012 dan 16 Maret
2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan.
Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Kegiatan perencanaan tindakan pertama dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 7 Maret 2012 di ruang guru SDN Karangasem IV. Peneliti,
guru kelas IV, dan kepala sekolah SDN Karangasem IV mendiskusikan
rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini.
Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2X35 menit)
yaitu pertemuan pertama pada hari senin tanggal 12 Maret 2012, dan
pertemuan kedua pada tanggal 16 Maret 2012.
Dengan berpedoman berdasar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SD 2006 kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah
perencanaan pembelajaran materi gaya tentang sifat-sifat gaya dengan
menggunakan model Quantum Teaching sebagai berikut :
(1) Mempelajari Silabus IPA SD Kelas IV semester 2 tentang materi gaya
dan menentukan standar kompetensi dasar yang sesuai. Adapun hasilnya
sebagai berikut :
52
Standar Kompetensi
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda.
Kompetensi Dasar
7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan)
dapat mengubah gerak suatu benda.
(2) Menentukan indikator yang paling tepat pada siklus I yaitu :
Pertemuan I
7.1.1 Kognitif Produk :
(a) Menjelaskan sifat-sifat gaya :
Gaya Dapat Berupa Tarikan atau Dorongan.
Gaya Dapat Mengubah Bentuk Suatu Benda.
Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Suatu Benda
(b) Menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat
gaya
7.1.2 Kognitif Proses :
(a) Memberi dua contoh dari sifat-sifat gaya misalnya, gaya
dapat mengubah bentuk benda dan arah gerak benda.
(b) Mendiskusikan sifat-sifat gaya dari hasil kegiatan
eksperimen.
7.1.3 Afektif
(a) Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan eksperimen
tentang sifat-sifat gaya.
(b) Mencatat kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat gaya.
7.1.4 Psikomotor
(a) Menggunakan media konkret sesuai dengan sifat-sifat gaya
dalam bereksperimen.
Pertemuan II
7.1.5 Kognitif Produk :
(a) Menjelaskan sifat-sifat gaya :
Gaya Dapat Mengubah Benda Diam Menjadi Bergerak.
Gaya Dapat Mengubah Benda Bergerak Menjadi Diam.
53
Gaya Dapat Mengubah Kecepatan Benda.
Gaya Dapat Mengubah Keadaan Benda Di Dalam Air.
(b) Menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat
gaya
7.1.6 Kognitif Proses :
(a) Memberi dua contoh dari sifat-sifat gaya misalnya, gaya
dapat membuat benda bergerak menjadi diam, gaya dapat
menggerakan benda diam.
(b) Mendiskusikan sifat-sifat gaya dari hasil kegiatan
eksperimen.
7.1.7 Afektif
(a) Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan eksperimen
tentang sifat-sifat gaya.
(b) Mencatat kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat gaya.
7.1.8 Psikomotor
(a) Menggunakan media konkret sesuai dengan sifat-sifat gaya
dalam bereksperimen.
(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I
sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang
telah ditentukan. RPP dibuat untuk 2X pertemuan.
(4) Menyiapklan media dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
penelitian sesuai dengan model Quantum Teaching.
(5) Menyiapkan materi, sumber belajar dan lembar evaluasi untuk siswa.
(6) Membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 5 siswa. Pembagian kelompok ini dilaksanakan secara
heterogen dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan prestasi siswa
sehingga antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain
berimbang.
(7) Menyiapkan lembar evaluasi.
54
b) Tahap Tindakan
Tahap tindakan ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Peneliti
melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Peneliti menggunakan model Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA
materi Gaya tentang sifat-sifat gaya.
(1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12
Maret 2012 selama 2 jam pelajaran (2X35 Menit). Pada pertemuan ini
materi yang akan diajarkan adalah gaya dapat berupa tarikan dan
dorongan, gaya dapat mengubah bentuk benda dan gaya dapat
mengubah arah gerak benda. Guru kelas IV Ibu Sri Rejeki, S.Pd
bertindak sebagai observer.
Kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan memberi
salam dan mengabsen siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru
menggunakan plastisin sebagai alat peraga dalam memberi contoh gaya
dapat mengubah bentuk benda, selain plastisin guru menarik kursi dan
mendorong kursi dalam memberikan contoh gaya dapat berupa tarikan
dan dorongan.
Guru mengkondisikan siswa untuk bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menyanyikan lagu “Materi Gaya” yaitu
versi “Nenek Moyang Ku Seorang Pelaut”, lagu tersebut dapat
membuat siswa kelas IV bersemangat dan antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran, setelah bernyanyi tentang materi gaya yang
berlirik “kita belajar materi gaya, dari sifat serta macamnya, gaya dapat
mengubah bentuk, mengubah arah dan gerak benda” semua siswa
merayakan dengan bertepuk tangan bersama-sama.
Dengan konsep alami pada model quantum teaching guru
memberikan motivasi dan mengarahkan minat siswa dengan bertanya,
“Siapa yang pernah mendorong meja atau mengangkat kursi ?, Besar
manakah tenaga yang kita keluarakan ketika mendorong meja dengan
55
mengangkat meja ?, Jika kita mendorong meja, apakah meja dapat
berpindah tempat ?,
Dari pertanyaan guru di atas dapat dihubungkan dengan materi
yang akan dipelajarai. Guru tidak lupa menyampaikan tujuan dan
manfaat pembelajaran materi gaya pada pertemuan pertama yaitu
tentang sifat-sifat gaya (gaya dapat berupa tarikan dan dorongan, gaya
dapat mengubah bentuk benda dan gaya dapat mengubah arah gerak
benda).
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi secara singkat
tentang sifat-sifat gaya dengan media konkret misalnya plastisin, bola
sepak, kelereng/bola pingpong. Guru melakukan tanya jawab pada
siswa kemudian memberikan pertanyaan tentang konsep gaya dapat
mengubah bentuk dalam kehidupan sehari-hari. Pada waktu guru
bertanya ada salah satu siswa yang menjawab, kemudian guru
memberikan tepuk tangan atau sebuah perayaan pada siswa tersebut
agar siswa lain dapat mencontoh dan berantusias dalam menjawab
pertanyaan lisan dari guru. Guru mengetahui keadaan siswa yang
kurang bersemangat, kemudian guru menampilkan sebuah video
interaktif tentang contoh sifat-sifat gaya dengan penjelasan secara rinci.
Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Kelompok tersebut
dibagi dengan menentukan prestasi dan jenis kelamin sehingga terjadi
kelompok yang heterogen. Sebelum kegiatan eksperimen dilakukan,
guru membagikan lembar kerja siswa kepada ketua kelompok. Guru
memberikan pengarahan sedikit tentang kegiatan eksperimen yang
akan dilakukan, jika siswa tidak ada yang bertanya dan merasa sudah
jelas, siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing
untuk bereksperimen dengan sungguh-sunguh. Pada setiap kelompok
terdapat pembagian tugas, yaitu ada yang menjadi ketua, sekertaris, dan
anggota.
Kegiatan eksperimen yang pertama tentang gaya dapat mengubah
bentuk benda yang dilaksanakan oleh kelompok I dan kelompok V, alat
56
dan bahan yang dipakai antara lain selembar kertas dan plastisin.
Kegiatan yang dilakukan adalah selembar kertas dilipat untuk dibuat
pesawat terbang, kemudian plastisin dibentuk bulat untuk diamati dan
ditulis dalam lembar kerja yang sudah disediakan.
Eksperimen yang kedua tentang gaya dapat mengubah arah gerak
benda dilaksanakan oleh kelompok II dan kelompok VI, alat dan bahan
yang digunakan antara lain bola pingpong dan bola sepak. Kegiatan
yang dilakukan adalah memantulkan bola pingpong ketembok untuk
diamati gerakan pantulannya yang meliputi arah pantulan lurus dan
berbelok. Kegiatan lain yang dilakukan adalah menendang bola sepak
untuk dimasukkan kesela-sela kaki kursi/meja.
Eksperimen yang ketiga tentang gaya dapat berupa dorongan
dilaksanakan oleh kelompok III dan kelompok VII, alat dan bahan yang
digunakan antara lain buku tulis dan meja. Kegiatan yang dilakukan
adalah buku tulis didorong dengan jari kelingking untuk dibandingkan
dengan mendorong buku tulis dengan jari telunjuk, kegiatan lain yang
dilakukan adalah anggota kelompok perempuan dan anggota kelompok
laki-laki saling dorong-dorongan meja agar dapat mengetahui besar
gaya dorong berdasarkan jenis kelamin.
Eksperimen yang keempat tentang gaya dapat berupa tarikan
dilaksanakan oleh kelompok IV dan kelompok VIII, alat dan bahan
yang digunakan antara lain adalah ember yang diisi air, kursi, dan mobil
mainan. Kegiatannya adalah ember yang diisi air diangkat dengan satu
tangan untuk dibandingkan dengan mengangkat ember dengan dua
tangan sehingga dapat mengetahui besar gaya tarik yang diperlukan.
Kegiatan lain adalah menarik mobil dengan tali untuk di arahkan
membentuk huruf O dengan berjalan.
Kegiatan eksperimen dilakukan oleh dua kelompok bertujuan
untuk memperoleh kesimpulan yang dapat dipadukan.
Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melakukan
percobaan. Dari hasil tersebut hasilnya dimasukkan pada lembar yang
57
telah dipersiapkan guru dan tidak lupa hasil simpulan hasil eksperimen
diberikan.
Setiap masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi dan
eksperimen di depan kelas agar dapat diketahui kesimpulan sehingga
kelompok lain dapat menanggapi. Setiap siswa tidak lupa mencatat
hasil penjelasan dari kelompok yang sudah maju di depan kelas dan
merangkum penjelasan yang sudah disampaikan guru.
Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil
melaksanakan kegiatan percobaan dengan baik dan benar. Untuk lebih
jelas guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil kerja yang
telah dilakukan. Guru tidak lupa memberi kesempatan pada siswa
dalam menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan tanya jawab
tentang materi yang dipelajari, pada kegiatan tanya jawab diketahui
beberapa siswa dapat mengemukakan pendapat atau ide tentang hasil
eksperimen yang telah dipelajari. Siswa dibimbing untuk
menyimpulkan dan merangkum hasil kegiatan pembelajaran pada buku
catatan dengan bahasanya sendiri. Setelah itu, guru membagikan
lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai
tindak lanjut guru memberikan pesan-pesan agar siswa rajin belajar,
dan guru tidak lupa memberikan PR dan menyuruh untuk mempelajari
materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
Untuk mengakhiri kegiatann pembelajaran guru dan siswa
bersenang-senang dengan menyanyikan lagu OVJ Andeca-Andeci
Bola-Boli.
(2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 16 Maret
2012 selama 2 jam pelajaran (2X35 Menit). Pada pertemuan ini materi
yang akan diajarkan adalah macam-macam gaya (gaya dapat mengubah
benda diam menjadi bergerak, gaya dapat mengubah benda bergerak
58
menjadi diam, gaya dapat mengubah kecepatan benda, dan gaya dapat
mempengaruhi keadaan benda di dalam air). Guru kelas IV Ibu Sri
Rejeki, S. Pd bertindak sebagai observer.
Kegiatan awal guru memulai pembelajaran dengan memberi
salam dan mengabsen siswa. Sebelum melanjutkan materi pelajaran
guru memanggil salah satu siswa maju ke depan kelas untuk membuka
pintu dan menutup pintu, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar konsep gaya yang dikuasai siswa dalam pertemuan
pertama. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru menggunakan alat
peraga bola dalam melakukan kegiatan menangkap bola dan melempar
bola, siswa dengan antusias mengacungkan jari tangan untuk maju ke
depan kelas.
Guru memberikan contoh dengan memantulkan bola pingpong
secara cepat dan lambat, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
kecepatan pantulan dari bola pingpong.
Dengan konsep alami pada model quantum teaching guru
memberikan motivasi dan mengarahkan minat siswa dalam mengikuti
pembelajaran sesuai dengan apersepsi yang sudah dilakukan.
Guru menghubungkan kegiatan melempar bola, menangkap bola
dan menendang bola dengan materi yang akan dipelajarai. Guru tidak
lupa menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran materi gaya pada
pertemuan kedua yaitu tentang sifat-sifat gaya (gaya dapat membuat
benda bergerak menjadi diam, gaya dapat menggerakan benda diam,
gaya dapat mengubah kecepatan benda, gaya dapat mengubah keadaan
benda di dalam air).
Untuk mengkondisikan siswa agar bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran, guru dan siswa tidak lupa menyanyikan lagu bersama-
sama tentang “Materi Gaya” yaitu versi “Nenek Moyang Ku Seorang
Pelaut” seperti pertemuan pertama, semua siswa sangat berantusias
karena selain liriknya mudah dinyanyikan, liriknya juga mudah
59
dipahami dan dihafalkan, sesudah bernyanyi siswa merayakan dengan
tepuk tangan bersama-sama.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi secara singkat tentang
sifat-sifat gaya dengan media konkret misalnya plastisin, balon, kipas
angin, bola sepak, kelereng/bola pingpong. Guru melakukan tanya
jawab pada siswa kemudian memberikan pertanyaan tentang gaya dapat
mengubah benda diam menjadi bergerak dan mengubah benda bergerak
menjadi diam dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melihat keadaan siswa yang kurang bersemangat, guru
kemudian menampilkan sebuah video interaktif tentang contoh sifat-
sifat gaya dengan penjelasan secara rinci.
Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok. Kelompok tersebut
dibagi seperti dengan kelompok pertama dan kegiatan yang dilakukan
guru seperti dengan pertemuan pertama.
Kegiatan eksperimen pertama tentang gaya dapat mengubah
benda diam menjadi bergerak dilaksanakan oleh kelompok I dan
kelompok V, alat dan bahan yang digunakan antara lain buku, sepeda,
mobil mainan, meja/kursi. Kegiatan yang dilakukan adalah sepeda
distandarkan kemudian dinaiki untuk dikayuh, kegiatan lainnya adalah
mobil mainan ditarik dengan tali, setelah itu meja/kursi diangkat,
kegiatan di atas dilakukan untuk mengetahui apakah benda dapat
bergerak jika di beri gaya.
Eksperimen kedua tentang gaya dapat mengubah benda bergerak
menjadi diam dilaksanakan oleh kelompok II dan Kelompok VI, alat dan
bahan yang digunakan antara lain bola sepak, sepeda, dan kipas angin.
Kegiatan yang dilakukan adalah menendang bola sepak kemudian
ditangkap oleh temannya, selanjutnya adalah menekan tombol kipas
angin untuk dihidupkan kemudian ditekan untuk dimatikan, kegiatan
lainnya adalah sepeda yang sudah dikayuh kemudian direm, kegiatan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah benda dapat diam jika diberi gaya.
60
Eksperimen ketiga tentang gaya dapat mengubah kecepatan benda
dilaksanakan oleh kelompok III dan Kelompok VII, alat dan bahan yang
digunakan adalah bola sepak, sepeda, dan kipas angin. Kegiatan yang
dilakukan adalah menendang bola sepak dengan keras antara siswa laki-
laki dan perempuan. Selanjutnya menekan tombol kipas angin untuk
dihidupkan dengan menekan tombol 1, 2, dan 3 untuk dibandingan besar
kecepatan gerakan kipas angin. Kegiatan lain yang dilakukan adalah
sepeda dikayuh selama 5 menit untuk mengetahui kecepatan gerakan
roda sepeda.
Eksperimen keempat tentang gaya dapat mempengaruhi keadaan
benda di dalam air dilaksanakan oleh kelompok IV dan Kelompok VIII,
alat dan bahan yang digunakan antara lain balon, bola pingpong, dan
plastisin. Kegiatan yang dilakukan adalah meniup balon kemudian
dimasukkan ke ember yang sudah diisi air, selanjutnya mengisi balon
dengan air untuk diletakkan diember yang sudah berisi air. Kegiatan
lainnya adalah bola pingpong dimasukkan kedalam mangkok yang
sudah berisi air kemudian diamati apakah bola dalam keadaan terapung,
melayang, atau tenggelam, selanjutnya bola pingpong disuntik untuk
diisi penuh dengan air. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan benda di dalam air dalam keadaan tenggelam, terapung, dan
melayang.
Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melakukan
percobaan. Dari hasil tersebut hasilnya dimasukkan di lembar yang
telah dipersiapkan guru dan tidak lupa diberi kesimpulan hasil
eksperimen.
Setiap masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi dan
eksperimen di depan kelas agar dapat diketahui kesimpulan sehingga
kelompok lain dapat menanggapi. Setiap siswa tidak lupa mencatat
hasil penjelasan dari kelompok yang sudah maju di depan kelas dan
merangkum penjelasan yang sudah disampaikan guru.
61
Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil
melaksanakan kegiatan percobaan dengan baik dan benar. Untuk lebih
jelas guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil kerja yang
telah dilakukan. Guru tidak lupa memberi kesempatan pada siswa
dalam menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan tanya jawab
tentang materi yang dipelajari, pada kegiatan tanya jawab diketahui
beberapa siswa dapat mengemukakan pendapat atau ide tentang hasil
eksperimen yang telah dipelajari. Siswa dibimbing menyimpulkan dan
merangkum hasil kegiatan pembelajaran di buku catatan dengan
bahasanya sendiri. Setelah itu, guru membagikan lembar soal kepada
siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pesan-pesan agar siswa rajin belajar, dan guru tidak lupa
memberikan PR dan menyuruh untuk mempelajari materi gaya tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
Untuk mengakhiri kegiatann pembelajaran guru dan siswa
bersenang-senang dengan menyanyikan lagu OVJ Andeca-Andeci
Bola-Boli.
c) Observasi
Pada tahap ini peneliti mengadakan penelitian terhadap proses
pembelajaran. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan siswa
dalam pembelajaran dengan tujuan meningkatkan pemahaman konsep gaya
tentang sifat-sifat gaya. Observasi juga diperlukan untuk mendapatkan data
mengenai kinerja peneliti pada saat penelitian. Peneliti (observer)
mengamati kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya.
Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada siklus I
pertemuan I pada halaman 183 adalah sebagai berikut :
(1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran baik.
(2) Kemampuan memberikan apersepsi kurang.
62
(3) Ketrampilan guru mengajukan pertanyaan kurang.
(4) Kemampuan guru menyampaikan materi baik.
(5) Kemampuan guru mengelola kelas baik.
(6) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran baik.
(7) Respon siswa terhadap pelajaran kurang.
(8) Perhatian guru terhadap siswa dalam kategori baik.
(9) Pengembangan aplikasi guru sangat baik.
(10) Kemampuan dalam menutup pelajaran baik.
Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada siklus I
pertemuan II pada halaman 186 adalah sebagai berikut:
(1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran baik.
(2) Kemampuan memberikan apersepsi kategori kurang.
(3) Ketrampilan guru mengajukan pertanyaan baik.
(4) Kemampuan guru menyampaikan materi baik.
(5) Kemampuan guru mengelola kelas baik.
(6) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran masih kurang.
(7) Respon siswa terhadap pelajaran sudah baik.
(8) Perhatian guru terhadap siswa sudah baik.
(9) Pengembangan aplikasi guru sangat baik.
(10) Kemampuan dalam menutup pelajaran dalam kategori baik.
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
observasi kinerja guru pada pertemuan I dengan nilai 2,8 dan pertemuan II
dengan nilai 2,9 dalam siklus I mencapai kategori cukup dengan rata-rata
2,85.
Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada siklus I pada
pertemuan I pada halaman 195 adalah sebagai berikut ::
(1) Kedisiplinan siswa dalam kategori kurang.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran masih kurang.
(3) Keaktifan siswa masih kurang.
(4) Kemauan siswa berdiskusi kelompok kategori kurang
(5) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi kategori baik.
63
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kategori baik.
(7) Respon siswa dalam pembelajaran dalam kategori baik.
(8) Kemampuan siswa dalam mengembangkan kreatifitas dan inisiatif
dalam kategori baik.
(9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi dalam kategori baik.
(10) Keaktifan siswa saat pada akhir pelajaran masih kurang.
Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada siklus I pada
pertemuan II pada halaman 198 adalah sebagai berikut :
(1) Kedisiplinan siswa dalam kategori kurang.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran dalam kategori kurang.
(3) Keaktifan siswa dalam kategori kurang.
(4) Kemauan siswa berdiskusi kelompok dalam kategori baik.
(5) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi dalam kategori baik.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kategori baik.
(7) Respon siswa dalam pembelajaran sudah baik.
(8) Kemampuan siswa dalam mengembangkan kreativitas dan inisiatif
sudah baik.
(9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi sudah baik.
(10) Keaktifan siswa saat pada akhir pelajaran masih kurang
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
observasi kegiatan pembelajaran siswa pada pertemuan I dengan nilai 2,5
dan pertemuan II dengan nilai 2,6 dalam siklus I mencapai kategori kurang
dengan rata-rata 2,55.
d) Refleksi
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru
kelas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemahaman konsep gaya pada
siklus I tentang sifat-sifat gaya terhadap siswa masih rendah yaitu siswa
memperoleh di atas KKM yaitu pada lampiran 22 halaman 181 dengan rata-
rata 62,25. Hasil tersebut belum memenuhi target yaitu sebesar 65 % dan
keaktifan siswa cukup baik dengan nilai 2,55 pada halaman 195-200. Pada
64
pembelajaran siklus I Guru dalam memberikan apersepsi perlu peningkatan
dan dalam mengelola waktu pelajaran tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan dalam RPP. Siswa pada pembelajaran pada siklus I kedisiplinan
siswa perlu peningkatan, kemudian kesiapan siswa menerima pelajaran
kurang. Guru harus memotivasi terlebih dahulu baru siswa berani menjawab
pertanyaan guru. Keaktifan siswa dalam kegitan penutup kurang dan
kekompakan siswa dalam kerjasama kelompok juga belum maksimal
karena siswa malu-malu dan tidak terbiasa dengan kelompok yang
hetergoen dalam prestasi dan jenis kelamin. Adanya anggota kelompok
yang merasa diasingkan karena tidak melaksanakan kegiatan eksperimen
dan hanya diam, tidak antusias dalam berdiskusi kelompok yang
menyebabkan kerugian bagi kelompok sehingga kelompok tidak mau
menerima anggota kelompok tersebut, terdapat kelompok yang tidak
mempersiapkan kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari salah satu
anggota kelompok tidak membawa buku pelajaran sekaligus alat dan bahan
eksperimen,.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka
peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan yang lebih jelas pada
siswa. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan tindakan
untuk siklus berikutnya.
Adapun daftar distribusi frekuensi yang diperoleh pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 4 halaman 65 di bawah ini :
65
Tabel 4. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Materi Gaya siswa kelas IV
SDN Karangasem IV pada Siklus I
No Interval
Nilai
Nilai Batas
Bawah
Nilai Batas
Atas Frekuensi
Persentasi
(%) Keterangan
1. 30 - 41 29,5 41,5 3 7,5 % Tidak Tuntas
2. 42 - 53 41,5 53,5 11 27,5 % Tidak Tuntas
3. 54 - 65 53,5 65,5 5 12,5 % Tidak Tuntas
4. 66 - 77 65,5 77,5 16 40 % Tuntas
5. 78 - 89 77,5 89,5 3 7,5 % Tuntas
6. 90 - 101 89,5 101,5 2 5 % Tuntas
Jumlah 40 100 %
Ketidaktuntasan = (19 : 40) x 100 % = 47,5 %
Ketuntasan Klasikal = (21 : 40) x 100 % = 52,5 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi
gaya (lampiran 22 halaman 181) yang dicapai siswa pada kondisi awal
sebelum tindakan masih rendah yaitu 65 yaitu masih di bawah KKM. Dari
40 siswa, yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 19 anak yaitu nilai 30-
41 ada 3 siswa, siswa yang memperoleh nilai 42-53 ada 11 siswa.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 54-65 ada 5 siswa. Adapun anak
yang tuntas nilainya di atas KKM yaitu yang mendapat nilai 66-77 ada 16
siswa, yang memperoleh nilai 78-89 ada 3 siswa. Sedangkan yang mendapat
nilai 90-100 ada 2 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM hanya 19 siswa atau 47,5 % sedangkan siswa yang
mendapat nilai di atas KKM sebanyak ada 21 siswa atau 52,5 %. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya
tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV pada siklus I sebanyak 52,5 %.
66
Hasil di atas dapat disajikan pada gambar 17 halaman 66 dalam
grafik di bawah ini :
Gambar 17. Grafik Nilai IPA materi Gaya Kelas IV di SDN Karangasem IV
Pada Siklus I
Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketuntasan pemahaman
konsep materi gaya tentang sifat-sifat gaya, siswa memperoleh di atas KKM
yaitu pada lampiran 22 halaman 181 dengan rata-rata 62,25. Hasil tersebut
belum memenuhi target yaitu sebesar 65% sehingga pembelajaran akan
dilanjutkan untuk siklus ke II.
2) Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan tanggal 23 Maret 2012 dan 26 Maret
2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan.
Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran melalui model quantum teaching
yang dilaksanakan pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan
3
11
5
16
3 20
2
4
6
8
10
12
14
16
18
29,5 42,5 54,5 66,5 78,5 90,5
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Daftar Distribusi Materi Gaya Siklus I
29,5 41,5 53,5 65,5 77,5 89, 5 101,5
TIDAK TUNTAS 47,5 % TUNTAS 52,5 %
67
pemahaman konsep gaya yang cukup signifikan. Hal tersebut ditunjukkan
pada beberapa siswa yang belum tuntas atau nilai masih di bawah KKM.
Perencanaan pada siklus kedua ini adalah dengan melakukan identifikasi
masalah dan penetapan alternatif masalah sebagai berikut :
(1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan lebih
jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pemecahan
masalah dalam kelompok dengan model quantum teaching.
(2) Memberikan pengertian kepada masing-masing kelompok untuk
bekerjasama dan bersungguh-sungguh dalam kegiatan eksperimen
sehingga masing-masing kelompok akan kompak dan aktif dalam
pembelajaran.
(3) Memberikan motivasi kepada siswa misalnya memberikan penghargaan
baik verbal maupun non verbal.
(4) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran
yang menarik siswa.
Dengan berpedoman berdasar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan SD 2006 kelas IV dan mempertimbangkan hasil siklus I, guru
dan peneliti menyusun langkah-langkah perencanaan pembelajaran konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dengan menggunkan model Quantum Teaching
sebagai berikut :
(1) Mempelajari Silabus IPA SD Kelas IV semester 2 tentang materi gaya
dan menentukan standar kompetensi dasar yang sesuai. Adapun hasilnya
sebagai berikut :
Standar Kompetensi
7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda.
Kompetensi Dasar
7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa macam-macam gaya
antara lain gaya pegas, gaya tarik, gaya dorong, dan gaya gerak,
dapat mengubah gerak suatu benda.
68
(2) Menentukan indikator yang paling tepat pada siklus II yaitu :
Pertemuan I
7.2.1 Kognitif Produk :
(a) Menjelaskan macam-macam gaya :
Gaya Magnet
Gaya Gravitasi
Gaya Listrik Statis
Gaya Gesek
(b) Menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen tentang macam-
macam gaya
7.2.2 Kognitif Proses :
(a) Memberi dua contoh dari macam-macam gaya misalnya,
gaya magnet, gaya gravitasi, gaya listrik statis, dan gaya
gesek
(b) Mendiskusikan macam-macam gaya dari hasil kegiatan
eksperimen.
7.2.3 Afektif
(a) Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan eksperimen
tentang macam-macam gaya.
(b) Mencatat kegiatan eksperimen tentang macam-macam gaya.
7.2.4 Psikomotor
(a) Menggunakan media konkret sesuai dengan macam-macam
gaya dalam bereksperimen.
Pertemuan II
7.1.1 Kognitif Produk :
(a) Menjelaskan macam-macam gaya :
Gaya Pegas
Gaya Tarik
Gaya Dorong
Gaya Gerak
69
(b) Menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen tentang macam-
macam gaya.
7.1.2 Kognitif Proses :
(a) Memberi dua contoh dari macam-macam gaya misalnya,
gaya tarik, gaya dorong, gaya gerak, dan gaya pegas.
(b) Mendiskusikan macam-macam gaya dari hasil kegiatan
eksperimen.
7.1.3 Afektif
(a) Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan eksperimen
tentang macam-macam gaya.
(b) Mencatat kegiatan eksperimen tentang macam-macam gaya.
7.1.4 Psikomotor
(a) Menggunakan media konkret sesuai dengan macam-macam
gaya dalam bereksperimen.
(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I
sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang
telah ditentukan. RPP dibuat untuk 2X pertemuan.
(4) Menyiapkan media dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
penelitian sesuai dengan model Quantum Teaching.
(5) Menyiapkan materi, sumber belajar dan lembar evaluasi untuk siswa.
(6) Membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 5 siswa. Pembagian kelompok ini dilaksanakan secara
heterogen dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan prestasi siswa
sehingga antara kelompok yang satu dengan kelompok lain saling
berimbang.
(7) Menyiapkan lembar evaluasi.
b) Tahap Tindakan
Tahap tindakan ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Peneliti
melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
70
Peneliti menggunakan model Quantum Teaching dalam pembelajaran IPA
konsep gaya tentang macam-macam gaya.
(1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 23
Maret 2012 selama 2 jam pelajaran (2X35 Menit). Pada pertemuan ini
materi yang diajarkan adalah macam-macam gaya (gaya magnet, gaya
listrik statis, gaya gesek, dan gaya gravitasi). Guru kelas IV Ibu Sri
Rejeki, S.Pd bertindak sebagai observer.
Kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan memberi
salam dan mengabsen siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, guru
menggunakan alat peraga bola, kegiatan yang dilakukan adalah guru
mengangkat bola dan menjatuhkannya. Kegiatan lain yang dilakukan
guru adalah membawa magnet untuk didekatkan dengan magnet lain
sehingga terjadi tarikan atau tolakan dari magnet.
Guru memotivasi siswa untuk bersemangat dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan cara menyanyikan lagu bersama-sama
“Materi Gaya” yaitu versi “Becak” dengan lirik “mari kita belajar
tentang materi gaya, dari sifat-sifatnya dan beserta macamnya, ayo kita
bersama belajar tentang gaya, mari kita belajar bersama, ada macamnya
gaya, yaitu gaya magnet, dan gaya gravitasi serta listrik statis, gaya tarik
dan dorong, gaya pegas dan gesek, itu semua macam-macam gaya ”
semua siswa bersemangat dan berantusias kemudian merayakan dengan
tepuk tangan bersama-sama.
Dengan konsep alami pada model quantum teaching guru
memberikan motivasi dan mengarahkan minat siswa dengan bertanya
“Siapa yang disekitar rumahnya ada pohon kelapa? Mengapa pohon
kelapa dapat jatuh ke tanah ?, Siapa yang mengetahui ada berapa jumalh
kutub yang ada di bumi ?, Guru kemudian menghubungkan dari
apersepsi tersebut dengan materi yang akan dipelajarai.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran materi
gaya pada pertemuan pertama pada siklus ke dua yaitu tentang macam-
71
macam gaya (gaya gravitasi, gaya listrik statis, gaya magnet, gaya
gesek).
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi secara singkat
tentang macam-macam gaya dengan media konkret misalnya magnet,
bola, kipas angin, dan senter. Guru bertanya jawab kepada siswa
kemudian memberikan pertanyaan tentang contoh konsep gaya dalam
kegiatan sehari-hari. Guru memperhatiakan keadaan siswa yang kurang
bersemangat sehingga guru menampilkan sebuah video interaktif
contoh macam-macam gaya dengan penjelasan secara rinci.
Pada kegiatan pembagian kelompok pada siklus II guru
mengacak kembali pembagian kelompok menjadi 8 kelompok
berdasarkan menentukan prestasi dan jenis kelamin sehingga terjadi
kelompok yang heterogen. Sebelum kegiatan eksperimen dilakukan,
guru membagikan lembar kerja siswa kepada ketua kelompok. Guru
memberikan pengarahan sedikit tentang kegiatan eksperimen yang
akan dilakukan, jika siswa tidak ada yang bertanya dan merasa sudah
jelas, siswa berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing
untuk bereksperimen dengan sungguh-sunguh. Pada setiap kelompok
terdapat pembagian tugas, yaitu ada yang menjadi ketua, sekertaris, dan
anggota.
Kegiatan eksperimen yang pertama tentang macam gaya yaitu
gaya gesek dilaksanakan oleh kelompok I dan kelompok V, adapun alat
dan bahan yang digunakan adalah buku, bolpoint, karet penghapus dan
mobil mainan. Kegiatan yang dilakukan antara lain siswa menuliskan
kalimat “Belajar Gaya Gesek” di buku tulis kemudian di hapus dengan
karet pengahpus. Kegiatan lainnya adalah mobil mainan digerakkan di
atas meja sehingga terlihat adanya gaya gesek pada roda mobil dengan
meja.
Eksperimen kedua tentang macam gaya yaitu gaya magnet yang
dilaksanakan oleh kelompok II dan Kelompok VI, adapun alat dan
bahan yang digunakan adalah magnet, penggaris, kertas kecil-kecil, dan
72
paku kecil-kecil. Kegiatan yang dilakukan antara lain magnet
didekatkan dengan paku yang di beri penghalang buku, sehingga di
amati apakah magnet dapat atau tidak dapat menarik paku-paku kecil.
Kegiatan lainnya adalah penggaris plastik digosok-gosokan dengan
rambut selama 5 menit kemudian didekatkan kertas kecil-kecil pada
penggaris pelastik.
Eksperimen ketiga tentang macam-macam gaya yaitu gaya
gravitasi yang dilaksanakan oleh kelompok III dan Kelompok VII,
adapun alat dan bahan yang digunakan adalah bola, kertas, gunting, dan
penghapus karet. Kegiatan yang dilakukan adalah selembar kertas
digunting dibuat pesawat terbang, kemudian pesawat diterbangkan
dengan gaya dorongan tangan, untuk diamati apakah pesawat dapat
jatuh ke bawah setelah terbang. Bola dan karet penghapus diikat dengan
tali kemudian dipegang ujung tali, setelah itu menggunting tali yang
terletak di antara ujung tali yang dipegang dengan ikatan tali pada
pengapus atau bola.
Eksperimen yang keempat tentang macam-macam gaya yaitu
gaya listrik statis yang dilaksanakan oleh kelompok IV dan Kelompok
VIII, adapun alat dan bahan yang digunakan adalah senter dan kipas
angin. Kegiatan yang dilakukan adalah kipas angin dihidupkan
sehingga berputar yang disebabkan oleh listrik statis, kemudian senter
diisi dengan baterai untuk dihidupkan sehingga senter akan
mengeluarkan cahaya.
Setiap masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi dan
eksperimen di depan kelas agar dapat diketahui kesimpulan sehingga
kelompok lain dapat menanggapi. Setiap siswa tidak lupa mencatat
hasil penjelasan dari kelompok yang sudah maju di depan kelas dan
merangkum penjelasan yang sudah disampaikan guru.
Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil
melaksanakan kegiatan percobaan dengan baik dan benar. Untuk lebih
jelas guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil kerja yang
73
telah dilakukan. Guru tidak lupa memberi kesempatan pada siswa
dalam menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan tanya jawab
tentang materi yang dipelajari, pada kegiatan tanya jawab diketahui
beberapa siswa dapat mengemukakan pendapat atau ide tentang hasil
eksperimen yang telah dipelajari. Siswa dibimbing menyimpulkan dan
merangkum hasil kegiatan pembelajaran pada buku catatan dengan
bahasanya sendiri. Setelah itu, guru membagikan lembar soal kepada
siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pesan-pesan agar siswa rajin belajar, dan guru tidak lupa
memberikan PR dan menyuruh untuk mempelajari materi gaya tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
Untuk mengakhiri kegiatann pembelajaran guru dan siswa
bersenang-senang dengan menyanyikan lagu OVJ Andeca-Andeci
Bola-Boli.
(2) Pertemuan kedua
Pertemuan ke dua pada siklus ke dua dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 26 Maret 2012 selama 2 jam pelajaran (2X35 Menit). Pada
pertemuan ini materi yang akan diajarkan adalah macam-macam gaya
(gaya pegas, gaya tarik, gaya dorong, dan gaya gerak). Guru kelas IV
Ibu Sri Rejeki, S.Pd bertindak sebagai observer.
Kegiatan awal guru mengawali pembelajaran dengan memberi
salam dan mengabsen siswa. Sebelum melanjutkan kegiatan
pembelajaran, guru menunjuk dua orang siswa untuk maju ke depan,
keseluruhan siswa berantusias ingin maju ke depan, sehingga guru harus
memilih siswa yang cocok untuk melakukan kegiatan sebelum materi
dilanjutkan.
74
Kedua siswa maju ke depan kelas untuk memegang karet ban yang
disediakan guru kemudian menarik karet ban tersebut sehingga terlihat
jika karet ban dapat bertambah panjang. Guru menghubungkan kegiatan
yang sedang dilakukan dengan materi yang akan dipelajarai. Untuk
memusatkan perhatian siswa, guru menggunakan pertanyaan ulasan
tentang macam-macam gaya yang sudah dipelajari pada pertemuan ke
tiga.
Dengan konsep alami pada model quantum teaching guru
memberikan motivasi dan mengarahkan minat siswa dengan
menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran materi gaya pada
pertemuan ke dua pada siklus dua yaitu tentang macam-macam gaya
(gaya pegas, gaya gerak, gaya tarik, dan gaya dorong).
Untuk mengkondisikan siswa agar bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran, guru dan siswa tidak lupa menyanyikan lagu bersama-
sama tentang “Materi Gaya” yaitu versi “Becak” seperti pertemuan
sebelumnya, semua siswa sangat berantusias karena selain liriknya
mudah dinyanyikan, liriknya juga mudah dipahami dan dihafalkan,
sesudah bernyanyi siswa merayakan dengan tepuk tangan bersama-
sama.
Kegiatan inti guru menjelaskan dengan singkat tentang macam-
macam gaya dengan media konkret misalnya mobil mainan baterai,
boneka dengan baterai, kursi/meja, karet ban, dan bola bekel. Guru
bertanya jawab kepada siswa dengan memberikan pertanyaan kepada
siswa dalam memberikan contoh kegiatan sehari-hari tentang macam-
macam gaya misalnya berikan contoh benda yang dapat menimbulkan
gaya pegas, salah satu siswa menjawab dengan benar sehingga guru
memberikan tepuk tangan dan sebuah perayaan supaya siswa lain mau
menjawab pertanyaan lisan dari guru.
75
Guru mengetahui keadaan siswa yang kurang bersemangat,
kemudian guru menampilkan sebuah video interaktif tentang contoh
macam-macam gaya dengan penjelasan secara rinci.
Guru membagi siswa menjadi 8 kelompok sesuai dengan
pertemuan sebelumnya kemudian semua siswa aktif langsung mencari
dan berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Kegiatan eksperimen yang pertama tentang macam-macam gaya
yaitu gaya pegas yang dilaksanakan oleh kelompok I dan kelompok V,
alat dan bahan yang digunakan adalah karet ban, ketapel, dan bekel.
Kegiatan yang dilakukan adalah menyiapkan bekel, kemudian di
jatuhkan bekel ke lantai. Selanjutnya adalah menyiapkan ketapel,
setelah itu menarik karet/pentil yang ada pada ketapel. Kegiatan lainnya
adalah menyiapkan karet ban, kemudian menarik karet ban tersebut.
Eksperimen kedua tentang macam-macam gaya yang di
antaranya adalah gaya dorong yang dilaksanakan oleh kelompok II dan
Kelompok VI, alat dan bahan yang dipakai adalah buku tulis dan meja.
Kegiatannya adalah buku tulis didorong dengan jari kelingking untuk
dibandingkan dengan mendorong dengan jari telunjuk.
Eksperimen ketiga tentang macam-macam gaya yang di
antaranya adalah gaya tarik yang dilaksanakan oleh kelompok III dan
kelompok VII, alat dan bahan yang digunakan adalah ember yang di isi
air, kursi, dan mobil mainan. Kegiatan yang dilakukan adalah ember
yang diisi air diangkat dengan satu tangan untuk dibandingakan dengan
mengangkat menggunakan ke dua tangan. Selanjutnya mengetahui
gerakan mobil yang ditarik dengan berjalan membentuk huruf O.
Eksperimen keempat tentang macam-macam gaya di antaranya
adalah gaya gerak yang dilaksanakan oleh kelompok IV dan kelompok
VIII, alat dan bahan yang digunakan adalah mobil mainan baterai,
boneka dengan baterai, robot-robotan baterai. Kegiatan yang dilakukan
adalah menghidupkan robot-robotan baterai untuk diletakkan di atas
76
lantai, menyiapkan boneka kemudian menghidupkan boneka dengan
baterai untuk diletakkan di atas lantai.
Setiap masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi dan
eksperimen di depan kelas agar dapat diketahui kesimpulan sehingga
kelompok lain dapat menanggapi. Setiap siswa tidak lupa mencatat
hasil penjelasan dari kelompok yang sudah maju di depan kelas dan
merangkum penjelasan yang sudah disampaikan guru.
Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil
melaksanakan kegiatan percobaan dengan baik dan benar. Untuk lebih
jelas guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil kerja yang
telah dilakukan. Guru tidak lupa memberi kesempatan pada siswa
dalam menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
Kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan tanya jawab
tentang materi yang dipelajari, pada kegiatan tanya jawab diketahui
beberapa siswa dapat mengemukakan pendapat atau ide tentang hasil
eksperimen yang telah dipelajari. Siswa dibimbing menyimpulkan dan
merangkum hasil kegiatan pembelajaran pada buku catatan dengan
bahasanya sendiri. Setelah itu, guru membagikan lembar soal kepada
siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru
memberikan pesan-pesan agar siswa rajin belajar, dan guru tidak lupa
memberikan PR dan menyuruh untuk mempelajari materi gaya tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
Untuk mengakhiri kegiatann pembelajaran guru dan siswa
bersenang-senang dengan menyanyikan lagu OVJ Andeca-Andeci
Bola-Boli.
c) Observasi
Pada tahap ini masih menggunakan lembar observasi untuk
memantau perkembangan proses pembelajaran dan akan dibandingkan
dengan hasil observasi siklus I.
77
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada siklus II pertemuan I
pada halaman 189 adalah sebagai berikut :
(1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik.
(2) Kemampuan memberikan apersepsi baik.
(3) Ketrampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik.
(4) Kemampuan guru menyampaikan materi baik.
(5) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik.
(6) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran sudah baik.
(7) Respon siswa terhadap pelajaran sangat baik.
(8) Perhatian guru terhadap siswa sudah baik.
(9) Pengembangan aplikasi sangat baik.
(10) Kemampuan dalam menutup pelajaran dalam kategori sangat baik.
Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada siklus II
pertemuan II pada halaman 192 adalah sebagai berikut :
(1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sangat baik.
(2) Kemampuan memberikan apersepsi sangat baik.
(3) Ketrampilan guru mengajukan pertanyaan sangat baik.
(4) Kemampuan guru menyampaikan materi baik.
(5) Kemampuan guru mengelola kelas sangat baik.
(6) Kemampuan guru mengelola waktu pelajaran baik.
(7) Respon siswa terhadap pelajaran sangat baik.
(8) Perhatian guru terhadap siswa sudah baik.
(9) Pengembangan aplikasi guru sangat baik.
(10) Kemampuan dalam menutup pelajaran sangat baik.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
observasi kinerja guru pada pertemuan I dengan nilai 3,3 dan pertemuan II
dengan nilai 3,7 dalam siklus II mencapai kategori sangat baik dengan nilai
rata-rata 3,5.
Adapun hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada siklus II
pertemuan I pada halaman 201 adalah sebagai berikut:
(1) Kedisiplinan siswa sangat baik.
78
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran kurang.
(3) Keaktifan siswa baik.
(4) Kemauan siswa berdiskusi sudah baik.
(5) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi baik.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar sangat baik.
(7) Respon siswa dalam pembelajaran sudah baik.
(8) Kemampuan siswa dalam mengembangkan kreatifitas dan inisiatif
baik.
(9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi baik.
(10) Keaktifan siswa saat pada berakhir sudah baik.
Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada siklus II
pertemuan II pada halaman 204 adalah sebagai berikut :
(1) Kedisiplinan siswa sangat baik.
(2) Kesiapan siswa menerima pelajaran baik.
(3) Keaktifan siswa sangat baik.
(4) Kemauan siswa berdiskusi baik.
(5) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi sangat baik.
(6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar sangat baik.
(7) Respon siswa dalam pembelajaran baik.
(8) Kemampuan siswa dalam mengembangkan kreativitas dan inisiatif
sangat baik.
(9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi sangat baik.
(10) Keaktifan siswa saat pelajaran berkahir sangat baik.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian
observasi kegiatan pembelajaran siswa pada pertemuan I dengan nilai 3,2
dan pertemuan II dengan nilai 3,7 dalam siklus II mencapai kategori baik
dengan nilai rata-rata 3,45.
d) Refleksi
Pada siklus I telah dilakukan diskusi yang mendalam dengan guru
kelas tentang proses pembelajaran. Pada siklus II peneliti juga
79
melaksanakan diskusi membahas proses pembelajaran yang telah
berlangsung. Berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa terjadi
perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada siklus I siswa belum berani
dan masih ragu-ragu, malu-malu dalam menyampaikan gagasannya. Namun
pada siklus II siswa sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dalam mengerjakan tugas
kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah memperlihatkan
aktivitas yang baik. Siswa juga menunjukkan peningkatan pemahaman
konsep gaya tentang macam-macam gaya. Siswa dapat menjawab dengan
lebih cepat pertanyaan yang diberikan guru. Namun ada juga beberapa
hambatan yaitu masih ada beberapa siswa yang sulit menguasai materi dan
kesiapan siswa menerima pelajaran kurang.
Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes
belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa diketahui pemahaman konsep gaya
tentang macam-macam gaya siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh
terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal mengenai materi gaya
tentang macam-macam gaya, seperti dikemukakan dalam daftar distribusi
frekuensi pada tabel 5 halaman 81 berikut ini :
Adapun daftar distribusi frekuensi yang diperoleh pada siklus II
dapat dilihat pada tabel 5 halaman 81 berikut ini :
80
Tabel 5. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA Materi Gaya siswa kelas IV
SDN Karangasem IV pada Siklus II
No Interval
Nilai
Nilai Batas
Bawah
Nilai
Batas Atas Frekuensi
Persentasi
(%) Keterangan
1. 30 - 41 29,5 41,5 - - Tidak Tuntas
2. 42 - 53 41,5 53,5 1 2,5 % Tidak Tuntas
3. 54 - 65 53,5 65,5 4 10 % Tidak Tuntas
4. 66 - 77 65,5 77,5 22 55 % Tuntas
5. 78 - 89 77,5 89,5 8 20 % Tuntas
6. 90 - 101 89,5 101,5 5 12,5 % Tuntas
Jumlah 40 100 %
Ketidaktuntasan = (5 : 40) x 100 % = 12,5 %
Ketuntasan Klasikal = (35 : 40) x 100 % = 87,5 %
Dari data pada tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
IPA materi gaya (lampiran 23 halaman 182) yang dicapai siswa pada
kondisi awal sebelum tindakan masih rendah yaitu 65 yaitu masih dibawah
KKM. Dari 40 siswa, yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 5 anak
yaitu nilai 42-53 ada 1 siswa, sedangkan yang memperoleh nilai 54-65 ada
4 siswa. Adapun anak yang tuntas nilainya di atas KKM yaitu yang
mendapat nilai 66-77 ada 22 siswa, dan yang mendapat nilai 78-89 ada 8
siswa. Sedangkan yang mendapat nilai 90-100 ada 5 siswa. Dari data di atas
dapat dilihat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM hanya 5 siswa atau
12,5 % sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak ada 35
siswa atau 87,5%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA
materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa
kelas IV SDN Karangasem IV pada siklus II sebanyak 87,5%.
Hasil pada tabel 5 halaman 81 dapat disajikan pada gambar 18
halaman 82 dalam grafik di bawah ini :
81
Gambar 18. Grafik Nilai IPA materi Gaya Kelas IV di SDN Karangasem IV
Pada Siklus II
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar
pemahaman konsep materi gaya tentang sifat-sifat gaya yang memperoleh
nilai ≥ 65 (KKM) sudah menunjukkan peningkatan dan nilai rata-rata kelas
pada siklus II yaitu 75,43. Hasil tersebut sudah memenuhi target yaitu
sebesar 65 % sehingga pembelajaran IPA mengenai pemahaman konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya melalui model
quantum teaching sudah berhasil.
14
22
8 5
0
5
10
15
20
25
29,5 42,5 54,5 66,5 78,5 90,5
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
Daftar Distribusi Materi Gaya Siklus II
TIDAK TUNTAS 12,5 %
TUNTAS 87,5 %
29,5 41,5 53,5 65,5 77,5 89, 5 101,5
82
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran dengan
Menggunakan Model Quantum Teaching
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisi data yang telah diperoleh, dapat
ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pada pokok
materi gaya dengan model quantum teaching baik pada kegiatan guru maupun
kegiatan siswa.
Adapun temuan dari peningkatan kegiatan guru kelas IV SDN Karangasem
IV dalam proses pembelajaran pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya dengan model quantum teaching antara lain :
a. Persiapan guru dalam memulai kegiatan pembelajaran lebih tinggi dari
pembelajaran sebelum tindakan dilaksanakan.
b. Kemampuan guru dalam mengelola kelas semakin lebih meningkat.
c. Guru semakin terampil dalam mengelola waktu pembelajaran.
d. Guru menjadi lebih cermat dalam memberikan apersepsi.
e. Guru menyampaikan materi lebih mudah.
f. Kemampuan guru dalam memancing pertanyaan siswa menjadi lebih
meningkat.
g. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
menjadi lebih terlatih.
h. Perhatian guru terhadap siswa menjadi semakin lebih meningkat.
i. Guru lebih mudah dalam mengembangkan aplikasi.
j. Guru menjadi lebih terampil dalam menutup pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran guru kelas
IV SDN Karangasem IV pada proses pembelajaran pemahaman konsep gaya
dengan model quantum teaching dapat dilihat dari tabel 5 halaman 88 di bawah ini:
83
Tabel 5. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Kelas IV
SDN Karangasem IV Pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Observasi Guru Siklus I Siklus II
Pertemuan I 2,8 3,3
Pertemuan II 2,9 3,7
Rata-rata 2,85 3,5
Kriteria Cukup Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil observasi guru
mengalami peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi guru pada
siklus I adalah 2,85 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II
yaitu 3,5 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa
model quantum teaching dapat membantu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran terhadap guru. Hal ini direflesikan bahwa pembelajaran dengan
model quantum teaching dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi guru kelas IV SDN Karangasem IV
pada siklus I dan siklus II dengan model quantum teaching dapat disajikan pada
diagram gambar 19 halaman 85 berikut ini :
Gambar 19. Grafik Peningkatan Rata-rata hasil Observasi Guru Kelas IV
SDN Karangasem IV pada Siklus I dan Siklus II
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Siklus I Siklus II
2,853,5
Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru
Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
84
Sementara itu temuan dari peningkatan kegiatan siswa kelas IV SDN
Karangasem IV dalam proses pembelajaran pemahaman konsep gaya dengan model
quantum teaching antara lain :
a. Kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran lebih baik daripada sebelum
tindakan.
b. Kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran lebih tinggi dari pembelajaran
sebelum tindakan dilaksanakan.
c. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
d. Kemauan siswa dalam berdiskusi sangat tinggi, siswa sangat antusias.
e. Kemampuan siswa dalam berdiskusi memecahkan masalah lebih baik.
f. Keadaan siswa dengan lingkungan belajar sudah meningkat dengan sebelum
ada tindakan.
g. Siswa dapat merespon pelajaran dengan baik.
h. Siswa mampu mengembangkan kreatifitas dan inisiatif dengan sangat baik.
i. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes evaluasi meningkat.
j. Keaktifan siswa saatb pelajaran akan berakhir meningkat.
Berdasarkan hasil observasi, peningkatan kualitas pembelajaran siswa kelas
IV SDN karangasem IV pada proses pembelajaran pemahaman konsep gaya dengan
model quantum teaching dapat dilihat pada tabel 7 halaman 86 di bawah ini :
Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Kelas IV
SDN Karangasem IV Pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Observasi Siswa Siklus I Siklus II
Pertemuan I 2,5 3,2
Pertemuan II 2,6 3,7
Rata-rata 2,55 3,45
Kriteria Cukup Baik
Berdasarkan tabel 7 halaman 86 di atas, dapat diketahui bahwa hasil
observasi siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil
observasi siswa pada siklus I adalah 2,55 dengan kriteria cukup dan mengalami
85
peningkatan pada siklus II yaitu 3,45 dengan kriteria baik. Peningkatan tersebut
membuktikan bahwa model quantum teaching dapat membantu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran terhadap siswa. Hal ini direflesikan bahwa
pembelajaran dengan model quantum teaching dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran.
Peningkatan rata-rata hasil observasi siswa kelas IV SDN Karangaem IV
pada siklus I dan siklus II dengan model quantum teaching di atas dapat disajikan
pada gambar 20 halaman 87 dalam grafik berikut ini :
Gambar 20. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas IV
SDN Karangasem IV pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil
kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya dengan model quantum teaching berhasil meningkat baik dari
siklus I sampai ke siklus II. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini juga
mengakibatkan pemahaman konsep gaya siswa mengalami peningkatan.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Siklus I Siklus II
2,55
3,45
Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa
Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
86
2. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Gaya dengan Model Quantum
Teaching
Dengan meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran dengan
model quantum teaching maka hasil belajar pemahaman konsep gaya pada siswa
kelas IV SDN Karangasem IV juga meningkat. Peningkatan terlihat dari
perhitungan nilai hasil pemahaman konsep gaya yang diperoleh siswa pada kondisi
awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan
siklus II, yang masing-masing siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 8 halaman 88 berikut ini :
Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya
Siswa kelas IV SDN Karangasem IV pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No Pembelajaran Gaya Kondisi Awal Setelah dilaksanakan tindakan
Silklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 51 62,25 75,43
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
mencapai KKM ≥ 65 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata
pemahaman konsep siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 51. Pada
siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep gaya siswa
menjadi 62,25. Dan pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata pemahaman
konsepn gaya siswa menjadi 75,43. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa
model quantum teaching tepat untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep
gaya siswa. Hal ini dapat direflesikan bahwa pembelajaran gaya yang dilaksanakan
guru dapat dinyatakan berhasil.
87
Peningkatan nilai rata-rata hasil pemahaman konsep gaya pada siswa kelas
IV SDN Karangasem IV dengan model quantum teaching dapat disajikan pada
gambar 21 halaman 89 dalam diagram berikut ini :
Gambar 21. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya
Siswa Kelas IV SDN Karangasem IV
Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Secara garis perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar pemahaman konsep gaya pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, dan
siklus II ditunjukkan pada tabel 9 halaman 89 di bawah ini :
Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa kelas IV SDN Karangasem IV
Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikllus II
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tidak Tuntas 29 72,5 % 19 47,5 % 5 12,5 %
2. Tuntas 11 27,5 % 21 52,5 % 35 87,5 %
0
20
40
60
80
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
51
62,25 75,43
Ra
ta-r
ata
Pelaksanaan Tindakan
Grafik Peningkatan Nilai Rata-Rata
Pelaksanaan Tindakan
88
Berdasarkan tabel 9 halaman 89 di atas rekapitulasi ketuntasan belajar siswa
kelas IV SDN Karangasem IV, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar
siswa pada pemahaman konsep gaya yaitu kondisi awal jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 11 siswa atau 27,50 %, kemudian pada siklusi I mengalami peningkatan
menjadi 21 siswa atau 52,5 %, dan pada siklus II menjadi 35 siswa atau 87,5% .
Data dari tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas IV SDN Karangasem IV
pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk
gambar yaitu grafik peningkatan ketuntasan pemahaman konsep gaya siswa kelas
IV SDN Karangasem IV pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada gambar 22
halaman 90 berikut ini :
Gambar 22. Grafik Peningkatan Ketuntasan Pemahaman Konsep Gaya
Siswa Kelas IV SDN Karangasem IV
Pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam
gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV yaitu dengan perencanaan model
quantum teaching. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model quantum
0
5
10
15
20
25
30
35
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
11 2135
Ju
mla
h S
isw
a
Pelaksanaan Tindakan
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar
Siswa Kelas IV
27.5 %
52.5 %
87.5 %
89
teaching dapat mempermudah siswa dalam memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran. Untuk itu, kualitas proses pembelajaran quantum teaching dapat
memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar lewat perpaduan teknik dan
pencapaian-pencapaian yang terarah. Dengan menggunakan metode quantum
teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk
perencanaan pengajaran yang akan meningkatkan prestasi siswa.
Quantum teaching dapat mengajari pendidik bagaimana orang belajar dan mengapa
siswa bertindak dan bereaksi terhadap sesuatu sebagaimana yang terjadi di dalam
kelas. Guru dapat meningkatkan kesuksesan siswa dengan mencatat “apa saja” di
dalam kelas yang berkaitan dengan lingkungan belajar dan prestasi belajar siswa.
Hasilnya adalah kualitas quantum teaching merupakan cara yang efektif dalam
mengajar siapa saja, dapat menawarkan ide baru tentang bagaimana menciptakan
lingkungan yang baik yang menjanjikan bagi pelajar dan mendukung mereka dalam
proses pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA pada pokok materi gaya tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
90
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching dapat meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV. Peningkatan kualitas
proses pembelajaran gaya tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai
rata-rata kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran gaya dengan
model quantum teaching, yaitu nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I
nilainya 2,85 dengan kriteria cukup dan meningkat pada siklus II nilainya
menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu nilai rata-rata kegiatan
siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria cukup baik dan meningkat pada
siklus II menjadi 3,45 dengan kriteria baik. Dengan demikian, penggunaan
model quantum teaching dalam pembelajaran gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada materi gaya.
2. Pemahaman konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV.
Peningkatan kemampuan pemahaman konsep gaya tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep gaya pada setiap siklusnya
yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata pemahamana konsep gaya siswa 51,
siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep gaya siswa 62,25 dan siklus II nilai
rata-rata pemahaman konsep gaya siswa 75,43. Tingkat ketuntasan belajar
siswa pada kondisi awal sebanyak 11 siswa atau 27,5 %, pada siklus I yaitu 21
siswa atau 52,5 %, dan pada siklus II sebanyak 35 atau 87,5 %. Dengan
demikian, penerapan model quantum teaching dalam pembelajaran gaya dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya
dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN Karangasem IV.
90
91
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada
pembelajaran dengan menerapakan model quantum teaching dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA pada pokok materi gaya tersebut. Tindakan penlitian yang
dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal tanggal 12
Maret 2012 dan tanggal 16 Maret 2012, sedangkan siklus II dilaksanakan pada
tanggal 23 Maret 2011 dan 26 Maret 2012. Adapun indikatornya adalah sebagai
berikut:
(1) Menjelaskan sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. (2)
Menyimpulkan hasil kegiatan eksperimen tentang sifat-sifat gaya dan macam-
macam gaya. (3) Memberi dua contoh dari sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
(4) Mendiskusikan sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dari hasil kegiatan
eksperimen. (5) Mendemonstrasikan langkah-langkah kegiatan eksperimen tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. (6) Mencatat kegiatan eksperimen tentang
sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya. (7) Menggunakan media konkret sesuai
dengan sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dalam bereksperimen. Setiap
pelaksanaaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang,
sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu adanya perencanaan
dengan memperhatikan keberhasilan siklus sebelumnya. Tindakan dalam setiap
siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan kemampuan belajar IPA
tentang materi gaya. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan
satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan
peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa dengan model quantum teaching dapat meningkatkan pemahaman konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas IV SDN
Karangasem IV. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan
implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
92
1. Implikasi Teoritis
Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan
dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya, karena pembelajaran ini dapat
membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menemukan
ide/gagasannya, serta siswa dilatih untuk memecahkan sebuah masalah dalam
pembelajaran konsep gaya. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menerapakan model quantum teaching dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA dan meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya.
Hasil penelitian ini juga memperkuat teori yang menyatakan bahwa
melalui penggunaan model quantum teaching dapat menjadi salah satu model
pembelajaran IPA, karena dengan model quantum teaching dapat menjadikan
siswa lebih aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa karena
guru dituntut untuk meningkatkan kesuksesan siswa dengan mencaatat “apa
saja” di dalam kelas yang berkaitan dengan lingkungan belajar dan prestasi
belajar siswa. Penelitian ini juga dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan
model pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi kepada siswa.
Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini,
pemahaman konsep siswa terhadap materi gaya tentang sifat-sifat gaya dan
macam-macam gaya pada pembelajaran IPA dan kegiatan proses pembelajaran
menjadi meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatakan kemampuan
pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya dalam
berdiskusi, memecahkan masalah, interaksi dengan guru maupun kerjasama
dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang
meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya pemahaman
konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya pada siswa kelas
IV SDN Karangasem IV meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, implikasi teoritis
dari penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
93
pemahaman konsep gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya
dengan menggunakan model quantum teaching.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaran IPA
pada pokok materi pemahaman konsep gaya. Kemampuan pemahaman konsep
gaya tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya bagi siswa dapat
ditingkatkan dengan menggunakan model quantum teaching.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti lain
untuk membantu dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu,
perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau
menjaga dan meningkatkan pemahaman konsep gaya. Pembelajaran dengan
menggunakan model quantum teaching pada hakikatnya dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan sejenis, terutama
untuk mengatasi masalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep gaya,
yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus di atasi semaksimal mungkin.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran IPA tentang sifat-sifat gaya dan macam-macam gaya
untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya dengan menggunakan model
quantum teaching.
94
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan model quantum teaching dalam
pembelajaran konsep gaya. Penggunaan model quantum teaching dimaksudkan
agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam
meningkatkan prestasi siswa melalui pemahaman konsep gaya.
3. Bagi Siswa
a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Peneliti hendaknya mengkaji permasalahan yang sama dengan lebih cermat
dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
model quantum teaching guna melengkapi kekurangan yang ada serta
sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep yang
belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
95
DAFTAR PUSTAKA
Top Related