7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
1/87
i
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS FISIK
PADA LANSIA OSTEOARTHRITIS DIPANTI SOSIAL TRESNA
WHERDA BUDI SEJAHTERA PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN BANJARBARU
TAHUN 2015
SKRIPSI
ASMARA ARI SANDI
NPM.11312 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2015
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
2/87
ii
i
PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP AKTIVITAS FISIK
PADA LANSIA OSTEOARTHRITIS DIPANTI SOSIAL TRESNA
WHERDA BUDI SEJAHTERA PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN BANJARBARU
TAHUN 2015
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan
Pada Program Studi S1 Keperawatan
Oleh:
ASMARA ARI SANDI
NPM. 11312 AS1
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2015
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
3/87
iii
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
4/87
iv
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
5/87
v
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
6/87
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama mahasiswa : Asmara Ari Sandi
NPM : 11312 AS1
Prodi : S1 Keperawatan
Jenis Karya : Skripsi
Sebagai civitis akademik Stikes Muhammadiyah Banjarmasin, yang turut serta
mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Stikes Muhammadiyah Banjarmasin Hak Bebas Royalti atas karyailmiyah saya berjudul :
Pengaruh Senam Lansia Terdahap Aktivitas Fisik Pada Lansia Osteoarthritis di
Panti Sosial Tresna Wherda Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
Banjarbaru Tahun 2015
Dengan adanya Hak Bebas Royalti ini maka, Stikes Muhammadiyah Banjarmasin
mempunyai kebebasan secara penuh untuk menyimpan, melakukan editing,
mengalihkan ke format/media yang berbeda, melakukan kelolaan berupa
database, serta melakukan publikasi tugas akhir saya ini dengan pertimbangan
tetap mencantumkan nama penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta
Peryataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada Tanggal : Agustus 2015
Saya yang menyatakan,
(Asmara Ari Sandi)
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
7/87
vii
vi
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN
Skripsi, 24 Agustus 2015
Asmara Ari sandi
NPM: 11312 AS1
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Aktivitas Fisik Lansia Pada Penderita
Osteoarthritis Di Panti Tresna Werdha Banjar Baru tahun 2015
ABSTRAK
Permasalahna pada lansia cukup banyak salah satunya osteoartrhitisyang dapat
mengganggu aktivitas fisik lansia. Osteoarthritis cukup mengganggu aktivitas
fisik lansia, salah satu cara mengatasi osteoarthritis dengan mengikuti senam
lansia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap aktivitas
fisik lansia pada penderita Osteoartritis.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimentdengan rancangan pretest
posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Tresna Werdha
Banjarbaru yang memiliki masalah osteoartritis dengan jumlah 15 responden
yang diberikan intervensi senam lansia. Penelitian ini menggunakan metode
randomdengan uji wilcoxson.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan sebelum dan sudah senam lansia
yang di lakukan dengan uji wilcoxson di dapatkan hasil 0.001 hasil tersebut
kurang dari alfa p0,05, dengan kata lain ada pengaruh senam lansia terhadap
aktivitas fisik lansia pada penderita osteoarthritis.
Kata kunci : Aktivitas Fisik,Osteoartritis, Senam Lansia
Kepustakaan : 45 (2004-2015)
KATA PENGANTAR
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
8/87
viii
vii
Assalamualaikum.wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada
pernah berhenti dicurahkan kepada semua hamba-Nya yang mau berdoa dan
berusaha tiada henti. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis haturkan pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Atas kekuatan dan kemampuan yang
diberikan-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak M. Syafwani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Jiwa selaku ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin dan juga sebagai pembimbing I
yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan perbaikan dalam hal
materi, petunjuk maupun saran kepada penulis.
2. Bapak Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.KMB selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin.
3. Ibu Noor Amaliah, S.Kep.,Ns selaku Pembimbing Akademik (PA) yang
sangat berjasa dalam proses perkuliahan penulis selama kurang lebih 4 tahun
ini.
4. Bapak Suroto,SKM.,M.kes selaku pembimbing II tentang metodologi
penelitian sekaligus pembimbing teknik penulisan yang telah memberikan
bimbingan tentang cara metodologi penelitian dan teknik penulisan yang
baik.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta staf Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin yang selama ini banyak
memberikan bekal pengetahuan kepada penulis dan telah membantu
demi lancarnya segala urusan dalam penelitian ini.
6. Bapak Poniman dan Ibu Sriwulan selaku orang tua serta keluarga besar yang
sangat peneliti sayangi, yang terus mendoakan dan memberikan dukungan
serta memfasilitasi untuk keberhasilan penulis.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
9/87
ix
7.
Teman-teman khususnya Laila Fitriana, Ade Saputra, Irinne Gustina Arnisty
terima kasih kalian telah memberikan semangat dan motivasi dalam penulisan
penelitian ini.
8.
Keluarga perawat kelas E khususnya M.Anas Ali, Maulana Sam Ariskandar ,
Andre, Ikhwan, Haidir dll yang selalu menghadirkan semangat dan juga
bantuan untuk kelancaran penelitian ini.
9.
Teman-teman S.1 Keperawatan Ners A, kebersamaan kita selama 4 tahun ini
telah memberikan warna dalam hidup ini. Terimakasih telah menjadi teman
terbaik.
Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapakan banyak terimakasih dan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis sendiri khususnya.
Banjarmasin, Agustus 2015
Penulis
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
10/87
x
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...........................................................
PERNYATAAN ORISINIL PENELITIAN .................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................................
ABSTRAK .....................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................
DAFTAR TABEL .........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................
1.3 Tujuan .......................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................
1.5 Penelitian Terkait ......................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia ........................................................................
2.2 Masalah yang Terjadi pada Lansia ........................................
2.3 Konsep Senam Lansia ............................................................
2.4 Aktivitas Fisik pada Lansia ....................................................
2.5 Kegiatan Sehari-hari pada Lansia ..........................................
2.6 Bentuk Gangguan pada Lansia .............................................
2.7 Osteoarthritis
2.8 Keterkaitan Senam Lansia dengan Aktivitas Fisik Lansia ....
2.9 Kerangka Teori Penelitian .....................................................
2.10 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................
2.11 Hipotesa/Pertanyaan Penelitian .............................................
BAB 3 METODE PENELITIAN3.1 Desain Penelitian ....................................................................
3.2 Definisi Operasional ...............................................................
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling .............................................
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................
3.5 Jenis Senam yang digunakan....................................................
3.6 Langkah-langkah Penelitian ....................................................
3.7 Alat Pengumpulan Data .........................................................
3.8 Teknik Pengambilan Data ......................................................
3.9 Teknik Analisa Data ...............................................................
3.10 Etika Penelitian ......................................................................
iii
iii
iv
v
vi
vii
ix
xi
xii
xiii
1
3
4
4
5
6
8
11
16
18
19
22
30
31
32
32
33
34
34
36
36
36
37
37
38
39
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
11/87
xi
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian ......................................................................
4.2 Karakteristik Responden............................................................4.3 Pembahasan...............................................................................
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................
4.5 Implikasi Hasil Penelitian Bidang Keperawatan ......................
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran .........................................................................................
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN
40
4346
51
51
52
52
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
12/87
xii
xi
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 344.1 Luas Wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera ........................ 41
4.2 Jumlah Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera .......... 42
4.3 Sumber Daya Tenaga PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru Tahun 2015 ...... 42
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................................ 43
4.5 Karakteristik Responden Berdasarakan Umur ............................................ 44
4.6 Kondisi Aktifitas Sebelum Senam Lansia .................................................... 44
4.7 Kondisi Aktifitas Sesudah Senam Lansia ..................................................... 454.8 Hasil Analisis Pengaruh Senam Lansia Terhadap Aktifitas Fisik Pada
Lansia Osteoarthritis.......................................................................................45
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
13/87
xiii
xii
DAFTAR GAMBAR
Kerangka Konsep Penelitian .............................................................................. 31
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
14/87
xiv
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 2 Surat izin Penelitian
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 Lembar Observasi
Lampiran 6 Data Hasil Penelitian
Lampiran 7 Lembar Konsultasi
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
15/87
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia
adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir
setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati peringkat keempat dunia,
untuk kategori penduduk orang berusia lanjut terbanyak di dunia yaitu setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat (AS) (Nugroho,2002).
Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu
masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada
pada tubuh manusia.
Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran psikis
ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan berbagai fungsi organ
vital. Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas
emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri, dan minat
kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan subyek saja yang
berbeda).
Ada 2 proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat
sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor
lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat
mempercepat proses menjadi tua.
Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering
diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Jumlah
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
16/87
2
penduduk lanjut usia diperkirakan 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia 1000 orang perhari.
Pada tahun 2020 jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan sebesar
28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menkokesra,2007).
Pertambahan penduduk lansia secara bermakna akan disertai oleh berbagai
masalah dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lansia, baik
dalam individu maupun bagi keluarga dan masyarakat antara lain meliputi
fisik, biologis dan mental. Mengingat lansia sangat memerlukan perhatian
khusus sesuai keberadaannya. Usaha untuk memperbaiki fungsi organ dapat
ditempuh dengan cara aktivitas fisik atau olah raga yang teratur dan
berkesinambungan.
Menurut Hardin (2006), peneliti dari Arthritis Foundation, Atlanta, AS
olahraga membuat berat badan turun dan ini baik bagi sendi agar tidak kaku
dan otot lebih kuat. Maka olah raga yang disarankan untuk para Lansia antara
lain berjalan kaki, senam, aerobik dan olahraga ringan lainnya.
Ditinjau dari kecenderungan masalah berbagai penyakit pada lanjut usia
merupakan golongan yang rawan terhadap masalah penyakit degeneratif.
Karena pada lansia terjadi penurunan kegiatan sel-sel tubuh, maka perlu
mendapat keseimbangan dari kebutuhan dalam memperbaiki fungsi organ
dengan cara olahraga yang teratur.Dengan olah raga yang teratur seperti
dilakukannya senam lansia.
Salah satunya yang sering diderita para lansia karena penurunan kerja
jantung, tetapi terkadang ada lansia yang kurang berperan aktif dalam
aktifitas senam lansia dikarenakan keterbatasan fisiknya, tetapi sebagai tenaga
kesehatan harus mempunyai solusi agar tetap menyamaratakan untuk
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
17/87
3
memberikan pelayanannya yang terbaik pada lansia di PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru.
Sesuai dengan pengalaman pada saat studi pendahuluan di Panti Sosial
Tresna Wherda Budi Sejahtera Banjarbaru. Jumlah lansia yang mengalami
penyakit osteoartrhitis ada 15 orang lansia dan yang mengalami penyakit
osteoarthritis mengikuti senam setiap 1 kali dalam seminggu. Dari hasil
wawancara didapat aktivitas yang diberikan secara rutin senam lansia yang
diberikan setiap 1 kali dalam seminggu oleh instruktur yang sudah
profesional kurang lebih berjumlah 1 orang untuk memberikan senam lansia
didalam Panti Sosial Tresna Werda Budi Sejahtera Banjarbaru sebagai
aktivitas fisik agar dapat menjaga kesehatan lansia tetap dalam keadaan
bugar dan mengurangai dari penyakit osteoartrhitis.
Jadi, senam lansia ini dapat mengurangi resiko terjadinya osteoatrhitis pada
lansia dan dapat mengidentifikasi hasil dari senam lansia terhadap aktifitas
pada lansia pre dan post melakukan kegiatan senam lansia yang dilakukansecara rutin setiap 1 kali dalam seminggu.
Berdasarkan pengalaman dan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Senam Lansia Terhadap Aktifitas Fisik
Pada Lansia Osteoatrhitis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Apakah ada pengaruh senam lansia terhadap aktifitas fisik pada lansia
osteoatritis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
18/87
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Umum
Menjelaskan Pengaruh Senam Lansia Terhadap Aktivitas Fisik Pada
Lansia Osteoatrhitis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi aktifitas fisik sebelum diberikan senam lansia
pada lansia osteoatrhitis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.3.2.2 Mengidentifikasi aktifitas fisik sesudah diberikan lansia pada
lansia oteoatrhitis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.3.2.3 Menganalisa pengaruh senam lansia terhadap aktifitas fisik
lansia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis atau Akademis
Didalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
informasi bagi petugas di Panti maupun instruktur senam lansia tentang
manfaat dari keefektifan senam lansia yang diberikan secara benar,
sehingga dapat bermanfaat untuk kesehatan jantung para lansia dan
dapat menjaga kebugaran serta mengisi waktu aktifitas yang membuat
para lansia terhindar dari stress.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan
masukan dalam hal mengidentifikasi dari pengaruh aktifitas fisik yaitu
senam lansia terhadap aktifitas pada lansia yang dilakukan pemeriksaan
pre dan post, untuk dapat memantau aktifitas fisik selalu dalam batas
normal, sehingga para lansia terhindar dari penyakit jantung terutama
osteoatrhitis khususnya pada lansia di PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
19/87
5
1.5 Penelitian Terkait
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Margiyati,2010) tentang
Pengaruh Senam Lansia terhadap aktifitas fisik pada Lansia Penderita
Hipertensi di Posyandu Lansia Ngudi Waras, Dusun Kemloko, Desa Bergas
Kidul. Penelitian ini menggunakan desain Pra Eksperimental One Group
Pretest-Posttest Design. Untuk jumlah populasinya berjumlah 60 responden
serta sampel yang diambil berjumlah 12 responden dengan teknik purposive
sampling. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
desain yang digunakan menggunakan desain Quasi Eksperimen serta jumlah
populasi yang berbeda yaitu 107 responden dan jumlah sample yang diambil
berjumlah 20 responden. Pengambilan sampling sama dengan menggunakan
purposive sampling serta uji statistik menggunakan software SPSS 17.0.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
20/87
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi
Pengertian lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa. Ketika kondisi
hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan
memasuki selanjutnya, yaitu lansia, kemudian mati. Bagi manusia yang
normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam
setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya (Darmojo, 2004).
Lanjut Usia (Lansia) adalah orang tua yang berusia 55 tahun keatas
(Depkes RI,2001). Ketika usia pensiun ditentukan pada usia 65 tahun
melalui legislasi Social Securitypada tahun 1930-an, maka masyarakat
Amerika menerima usia 65 tahun sebagai awal usia tua, ini
menunjukkan definisi kronologis usia yang paling sering dipakai dalam
masyarakat. Namun, usia fungsional dan fisiologis berbeda dari satu
individu dengan lainnya dan karenanya tidak bisa distandardisasi.
(Menurut Nugroho, Wahjudi.2000).
2.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia (Menurut Nugroho, Wahjudi.2000)Mengenai kapankah orang disebut Lansia, sulit dijawab secara
memuaskan.
Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
2.1.2.1 Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa
vibrilitas.
b.
Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai senium.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
21/87
7
c.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO sebagai
presenium.
d. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65)
2.1.2.2 Lanjut Usia meliputi :
a. Usia pertengahan (midlle age) antara kelompok usia 45
sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun.
d.
Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.1.2.3 Menurut Pasal 1 Undang-undang No.4 Tahun 1965:
Seseorang dinyatakan sebagai orang jompo atau usia lanjut
setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari
orang lain.
2.1.2.4 Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada Lansia
(Menurut Mubaroq, W.i. 2010)
2.1.3 Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan,
yaitu masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari
oleh setiap individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-
perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ
dan sistem yang ada pada tubuh manusia.
Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan
secara sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan
pada tingkat sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses
penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan sosial, stres fisik/psikis,
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
22/87
8
serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua.Secara
umum, perubahan fisiologis proses penuaan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel
seperti :
1)Berkurangnya cairan dalam sel.
2)Berkurangnya ukuran sel.
3)
Berkurangnya jumlah sel.
b. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau
terlihat seperti:
1)
Erosi pada permukaan sendi-sendi
2)Terjadinya osteoporosis
3)Otot-otot mengalami atrofi
4)
Presbiopi
5)Adanya arteriosklerosis
6)Menopouse pada wanita
7)Kulit tidak elastis
8)
Rambut memutih.
2.2 Masalah Yang Terjadi Pada Lansia
Secara individu, pengaruh proses menusa dapat menimbulkan bebagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis.
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan
pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya
gangguan didalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan orang lain.
Lanjut usia tidak saja ditandai dengan kemunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan
sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
23/87
9
berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan
dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007).
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih mempunyai
kemampuan untuk bekerja. Permasalahannya yang dapat timbul adalah
bagaimana memfungsikan tenaga dan kemampuan mereka tersebut didalam
situasi keterbatasan kesempatan kerja.
Masalah-masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar
pendertaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental,
dan inkontinensia.
2.2.1 Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan
psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor
fsikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi
imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson,
2003).
faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup
frakturekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan
penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovarkular yang menimbulkan
kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga tidak terjadi
ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan
gejala tumor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan
penyebab imobilisasi.
2.2.2 Ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh
lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding
pria. Jatuh adalah sesuatu kejadian yang di laporkan penderita atau
saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring dan terduduk dilantai tau tempat yang lebih
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
24/87
10
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesdaran atau luka yang akibat
jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Watson, 2003).
2.2.3 Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan
terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus iniberhubungan
dengan penyakit-penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga
kebanykan maslah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai
akibat langsung proses penuan tetapi karena penyakit.
Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita
gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah maslah utama
mempunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari-hari. Lanjut
usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak
mampu mengontrol diri, bahkan menunjukan prilaku yang agresif
sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan usia mengatasi
ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia
secara umum. Bantuan yang diberikan adlah melalui petugas panti
dan dukungan keluarga (Watson, 2003).
2.2.4 Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang
kehilangan kontrol berkemih dan defakasi. Hal ini berhubungan
dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah
dijelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi.
Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-
laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang
lemas, menjadi penyebab inkotinensia. Pada laki-laki, penyebab
umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur
bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003).
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
25/87
11
2.3 Konsep Senam Lansia
2.3.1 Definisi
Senam berasal dari kata yunani yaitu gymnastic, gymnos berati
telanjang dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan senam
harus bertelanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan
pertumbuhan badan yang dilatih dapat terpantau.
Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang
olahraga tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga
lainnya.
Pengertian lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu lansia, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungannya (Darmojo, 2004).
Jadi, senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta yang diikuti oleh lansia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam lansia ini dirancang
secara khusus untuk melatih bagian-bagian tubuh serta pinggang, kaki
serta tangan agar mendapatkan peregangan bagi para lansia, namun
dengan gerakan yang tidak berlebihan. Jika diperhatikan, senam lansia
tidak membuat pesertanya banyak bergerak seperti olahraga aerobik,
tujuannya adalah agar stamina dan energi para lansia tidak terkuras
habis.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
26/87
12
2.3.2 Manfaat Senam Lansia
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif/ penuaan. Senam ini sangat
dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia(45 tahun) dan
usia lansia (65 tahun ke atas).
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas
dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran di
evaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat
yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar.
Kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran
tetap segar. Selain itu memperlancar proses degenerasi karena
perubahan usia, mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan
jasmania dalam kehidupan( Adaptasi), dan fungsi melindungi, yaitu
memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya
tuntutan, misalnya sakitSebagai rehabilitas pada lanjut usia terjadi
penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal,
toleransi latihan, kapasitas aerobic dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat
mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan
dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan/ olahraga seperti
senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan
(Darmojo, 2001; 81).
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
27/87
13
2.3.3 Jenis-Jenis Senam Lansia
2.3.3.1 Senam kebugaran Lansia
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain
adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu
tubuh tetap dan segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekrja optimal, dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan darah baik
sehingga tubuh jasmani yang baik bila jantung dan peredaran
darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan
fungsinya dalam waktu yang cukup lama.
2.3.3.2 Senam otak
Manfaat dari senam otak antara lain : melepas otak dari
ketegangan, meningkatkan kecerdasan akademik, mengurangi
stress, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kemampuan
berbahasa, memperbaiki kondisi emosional yang berpengaruh
pada kondisi sosial.
2.3.3.3 Senam osteoporosis
Kendati osteoporosis dikenal sebagai penyakit silent killer
(pembunuh tersembunyi), tidak berarti kedatangannya tidak
bisa diantisipasi.osteoporosis sebenarnya bisa dicegah, tetapi
dengan beberapa persyaratan. Untuk mencegah osteoporosis,
maka kebiasaan merokok, minum kopi, alkohol dan soft drink
harus di kurangi. Sebaliknya harus membiasakan
mengkonsumsi makanan mengandungkalsium tinggi seperti
teri, udang rebon, kacang-kacangan, tempe atau minum susu.
Kenapa harus mengkonsumsi kalsium merupakan elemen
mineral yang paling banyak dibutukan untuk kesehatan tulang.
Tetapi, yang perlu diingat dalam mencegah osteoporosis, gizi
saja tanpa dibarengi oleh latihan fisik ternyata fisik tidak cukup.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
28/87
14
Untuk itu ada senam osteoporosis untuk mencegah dan
mengobati terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan
osteoporosis adalah area tulang punggung, pakngkal paha dan
pergelangan tangan.
2.3.3.4 Senam hipertensi
Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk
mengurangi berat badan dan mengelola stress dua faktor yang
mempertinggal resiko hipertensi.
2.3.3.5 Senam diabetes mellitus
Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam
tersebut dapat mengelola semua organ tubuh manusia, mulai
otak hingga ujung kaki. Sebab, dampak penyakit kencing manis
menyerang seluruh tubuh, dampak paling ringan adalah kaki
kesemutan. Sedangkan yang terparah adalah menderita stroke.
Karena manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya
diperuntukan bagi kalangan diabetes. Tapi, senam itu juga bisa
dilakukan oleh orang yang belum jadi penderita diabetes.
Tujuannya, mencegah agar tak terkena penyakit tersebut.
2.3.3.6 Olahraga rekreatif atau jalan santai
Liburan adalah waktu yang paling banyak ditunggu setiap orang
walaupun untuk liburan banyak hal yang bisa dilakukan dari
mulai yang sederhana sampai liburan yang memakan biaya
tinggi, tetapi hal itu bukan masalah sepanjang kita
memfokuskan pada aspek positif liburan terutama untuk
kesehatan. Peneliti telah menunjukan liburan ternyata sangat
dianjurkan oleh para dokterkarena memiliki pengaruh terhadap
kesehatan.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
29/87
15
2.3.4 Prinsip Senam Lansia
2.3.4.1 Gerakan bersifat dinamis (berubah-ubah)
2.3.4.2 Bersifat progresif (bertahap meningkat)
2.3.4.3 Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
2.3.4.4 Lama latihan berlangsung 15-60 menit
2.3.4.5 Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali
2.3.5 Langkah - langkah Penelitian
2.3.5.1 Persiapan tempat atau halaman di Panti Wherda
2.3.5.2 Persiapan alat seperti, kaset recorder, leptop dll
2.3.5.3 Persiapan lansia
2.3.5.4 langkahlangkah senam
a. Pemanasan (10 menit)
1)Berdiri tegak, menghadap kedepan
2)Jalan ditempat dengan hitungan 4x8 hitungan
3)Jalan maju, mundur, gerakan kepala menengok samping,
miringkan kepala menundukan kepala 8x8
4)Melangkahkan satu langkah kesamping dengan
menggerakkan bahu 8x8
5)Dorong tumit kanan kedepan bergantian dengan tumit kiri,
angkat kaki, tekuk lengan 8x8
6)
Peregangan dinamis dengan jalan ditempat hitungan 8x8
7)Gearakan perenggangan dinamis dan statis hitungan 8x8
2.3.5.5 Pendinginan (10 menit )
2.3.5.6 Manfaat senam yang saya teliti di atas tersebut untuk
mendapatkan kesegaran jasmani yang baik pada lansia, karena
orang yang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan
lansia merasakan rasa gembira.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
30/87
16
2.3.6 Langkah - langkah kegiatan senam
2.3.6.1 Persiapan tempat atau halaman di Panti Wherda
2.3.6.2 Persiapan alat seperti, kaset recorder, leptop dll
2.3.6.3 Persiapan lansia
2.3.6.4 langkahlangkah senam
a.
Jalan di tempat (2 x 8)
b. Angguk kepala (2 x 8)
c. Tengok kepala kiri kanan (2 x 8)
d.
Patahkan kepala kiri kanan (2 x 8)
e. Angkat bahu kiri (1 x 8)
f. Angkat bahu kanan (1 x 8)
g.
Angkat kedua bahu (2 x 8)
h. Buka kaki, tangan pegang di depan (1 x 8)
i. Buka kaki, tangan di atas (1 x 8)
j. Buka kaki, tangan ke bawah (1 x 8)
k.
Badan condong kekiri, tangan ke atas (2 x8) dan sebaliknya
l. Pegang siku kanan kiri (2 x 8)
m.
Telapak tanagn dibelakang (2 x 8)
n. Telapak tangan kanan dan kiri (2 x 8)
o. Jalan di tempat dan ambil nafas (2 x 8)
p.
Peralihan jalan ditempat (1 x 8)
q. Langkah kaki kanan dan kiri (1 x 8)
r.
Jalan ditempat (1 x 8)
s. Langkah kaki kanan kiri (1 x 8)
2.4 Aktifitas Fisik Pada Lansia
2.4.1 Definisi
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi
untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan
lain sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
31/87
17
melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta yang ditujukan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani disebut olahraga. Manfaat olahraga
pada lansia antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan
jantung,otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah
obesitas,mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh
kepercayaan diri yang lebih tinggi (Farizati, 2002).
Perkumpulan senam lansia Indonesia misalnya beranggotakan ribuan
orang yang sebagian besar para lansia latihan fisik akan memberi
manfaat baik pada fisik maupun kejiwaan.
2.4.1.1 Manfaat Fisik
Manfaat fisik didapat karena aktivitas fisik akan menguatkan
otot jantung dan memperbesar bilik jantung. Kedua hal ini akan
meningkatkan efesiensi kerja jantung. Elastisitas pembuluh
darah akan meningkat sehingga jalannya darah akan lebih
lancar dan tercegah pula keadaan tekanan darah tinggi dan
penyakit jantung koroner. Lacarnya pembuluh darah juga akan
membuat lancar pula pembuangan zat sisa sehingga tidak
mudah lelah. Otot rangka akan bertambah kekuatan, kelentukan
dan daya tahannya, sehingga mendukung terpeliharanya
kelincahan serta kecepatan reaksi. Dengan kedua hal ini
kecelakaan lebih dapat terhindarkan. Kekuatan akan kepadatan
tulang akan bertambah karena adnya tarikan otot sewaktu
latihan fisik, dan tercegahnya pengeroposan tulang. Persendian
akan terasa lentur,sehingga gerakan sendi tidak akan terganggu.
Dengan manfaat fisik ini, berbagai penyakit degeneratif
(misalnya : jantung, hipertensi, diabetes mellitus, rematik) akan
tercegah atau sedikit teratasi. Berat badan tubuh terpelihara dan
kebugaran akan bertambah sehingga produktivitas akan
meningkatkan dan dapat menikmatimasa tua dengan bahagia.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
32/87
18
2.4.1.2 Manfaat Kejiwaan
Beberapa ahli mendapatkan kesimpulan bahwa aktivitas fisik
dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih tenang, kurang
dan kecemasan. Latihan fisik akan membuat seseorang lebih
kuat menghadapi stres dan gangguan hidup sehari-hari, lebih
dapat berkonsentrasi, tidur lebih nyenyak. Hal ini disebabkan
karena gerakann fisik bisa digunakan untuk memproyeksikan
ketegangan, sehingga setelah latihan, orang merasa ada beban
jiwa yang terbebaskan. Disamping iu penurunan kadar garam
dan peningkatan kadar epineprhin serta endorphin membuat
orang merasa bahagia, tenang dan percaya diri.
2.5 Kegiatan Sehari-hari pada Lansia
2.5.1 Mandi
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika
mandi dengan menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk
mandihanya satu bagian tubuh (seperti punggung atau kaki), menerima
bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuuh (atau tidak dimandikan).
2.5.2 Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengnan lengkap tanpa bantuan,
kecuali mengikat tali sepatu, menrima bantuan dalam memakai baju,
atau membiarkan sebagian tetap tidak berpakaian.
2.5.3 Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa
bantuan (dapat menggunakan objek untuk menyokong seperti tongkat,
walker, atau kursi roda, dan dapat mengatur bedpan malam hari atau
bedpan pengosongan pada pagi hari, menriamaa bantuan kekamar kecil
membersihkan diri, atau dalam merapikan pakaian sesudah
eliminasi,atau menggunakan bedpan atau pispot pada malam hari, tidak
ke kamar kecil untuk proses eliminasi.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
33/87
19
2.5.4 Berpindah
Berpindah dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin menggunakan alat/objek untuk mendukung spserti
tempat atau alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau
kursi dengan bantuan, bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
2.5.5 Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri,
kadang-kadang mengalami ketidakmampuan untuk mengontrol
perkemihan dan defekasi, pengawasan membantu mempertahankan
control urin atau defekasi, kateter digunakan atau kontnensa.
2.5.6 Makan
Makan sendri tanpa bantuan, makan sendiri kecuali mendapatkan
bantuan dalam mengambil makanan sendri, menerima bantuan dalam
makan sebagian atau sepenuhnya dengan menggunakan selang atau
cairan intravena.
2.6 Bentuk Gangguan Pada Lansia
2.6.1 Demensia
Demensia adalah suatu gangguan intelektual / daya ingat yang
umumnya progresif dan ireversibel. Biasanya ini sering terjadi pada
orang yang berusia > 65 tahun.
2.6.2 Stres
Gangguan stres merupakan hal yang terpenting dalam problem lansia.
Usia bukan merupakan faktor untuk menjadi depresi atau stres tetapi
suatu keadaan penyakit medis kronis dan masalah-masalah yang
dihadapi lansia yang membuat mereka depresi. Gejala depresi pada
lansia dengan dewasa muda berbeda dimana pada lansia terdapat
keluhan somatik.
2.6.3 Skizofrenia
Skizofrenia biasanya dimulai pada masa remaja akhir / dewasa muda
dan menetap seumur hidup. Wanita lebih sering menderita skizofrenia
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
34/87
20
lambat dibanding pria. Perbedaan onset lambat dengan awal adalah
adanya skizofrenia paranoid pada tipe onset lambat.
2.6.4 Gangguan Delusi
Onset usia pada gangguan delusi adlah 40 55 tahun, tetapi dapat
terjadi kapan saja. Pada gangguan delusi terdapat waham yang tersering
yaitu : waham kejar dan waham somatik.
2.6.5 Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan
obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut,
gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik padalansia
adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia
kurang serius dari pada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak
lebih dapat menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia. Teori
eksistensial menjelaskan kecemasan tidak terdapat stimulas yang dapat
didentifikasi secara spesifik bagi perasaan yang cemas secara kronis.
Kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya.
Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asadan
kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas.
Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan
kecemasan setelah suatu stresor yang berat. Gangguan stres lebih sering
pada lansia terutama jenis stres pasca traumatik karena pada lansia akan
mudah terbentuk suatu cacat fisik.
2.6.6 Gangguan Somatiform
Gangguan somatiform ditandai oleh gejala yang sering ditemukan pada
pasien > 60 tahun. Gangguan biasanya kronis dan prognosis adalah
berhati-hati. Untuk mententramkan pasien perlu dilakukan pemeriksaan
fisik ulang sehingga ia yakin bahwa merka tidak memiliki penyakit
yang mematikan. Terapi pada gangguan ini adalah dengan pendekatan
psikologis dan farmakologis.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
35/87
21
2.6.7 Gangguan Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Riwayat minum / ketergantungan alkohol biasanya memberikan riwayat
minum berlebihan dimulai pada masa remaja / dewasa. Mereka
biasanya memiliki penyakit hati. Sejumlah besar lansia dengan riwayat
penggunaan alkohol terdapat penyakit dimensia yang kronis seperti
ensefalopati wernicke dan sindrima korsakoff. Presentasi klinis pada
lansia termasuk terjatuh, konfusi, heiginis pribadi yang buruk,
malnutrisi dan efek pemaparan. Zat yang dijualbeban seperti kafein dan
nikotin sering disalahgunakan. Di sini harus diperhatikan adanya
gangguan gastrointestiral kronis pada lansiapengguna alkohol maupun
tidak obat-obat sehingga tidak terjadi sesuatu penyakit medik (
Darmojo, 2006 ).
2.6.8 Gangguan Tidur / Insomnia
Usia lanjut adalah faktor tunggal yang paling sering berhubungan
dengan peningkatan prevalensi gangguan tidur atau insomnia.fenomena
yang sering dikeluhkan lansia daripada usia dewasa muda adalah
gangguan tidur, ngantuk siang hari dan tidur sejenak di siang hari
( Nugorho, 2008 ).
Secara klinis, lansia memiliki gangguan pernafasan yang berhubungan
dengan tidur dan gangguan pergerakan akibat medikasi yang lebih
tinggi dibanding dewasa muda. Disamping perubahan sistem regulasi
dan fisiologis,penyebab gangguan tidur primer pada lansia insomnia.
Selain itu gangguan mental lain, kondisi medis umum, faktor sosial dan
lingkungan. Gangguan tersering pada lansia pria adalah gangguan
Rapid Eye Movement (REM). Hal yang menyebabkan gangguan tidur
juga termasuk adanya gejala nyeri, nokturia, sesak nafas, nyeri perut (
Nugorho, 2008 ).
Keluhan utama pada lansia sebenarnya adalah lebih banyak terbangun
pada dini hari dibandingkan dengan gangguan dalam tidur.perburukan
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
36/87
22
yang terjadi adalah perubahan waktu dan konsolidasi yang
menyebabkan gangguan pada kualitas tidur pada lansia.
Berdasarkan The National Old Peoples Walfare Council di Inggris
menyebutkan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia
meliputi depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis,
gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi
panggul, anemia, demensia, gangguan pengelihatan, ansetas/kecemasan,
dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia, hipotiroidisme
dan gangguan defakasi.
2.6.9 Gangguan Aktivitas Dasar Sehari-hari
Permasalahan yang sering dialami oleh lansia adalah kemunduran
dibidang fisik-biologis yang berhubungan dengan gangguan aktivitas
yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal
ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat jlljkkjmengakibatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
2.7 Osteoartritis
2.7.1 Definisi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non
inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilogi sendi. Penyakit ini
bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang
rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral,
perubahan pada membran sinoval, disertai nyeri, biasanya setelah
aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau
setelah aktivitas. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis,
hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis
adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai mereka
di usia lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab terbanyak
kecacatan di negara berkembang.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
37/87
23
2.7.2 Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan oleh Altman et al menjadi 2 golongan
yaitu OA primer dan OA sekunder.
2.7.7.1 Osteoartritis Primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui
penyebabnya dan tidak berhubungan dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal pada sendi. Meski demikian,
osteartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan. Pada
orang tua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan
protein tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilogi mulai
degenerasi dengan mengelupas atau membentuk tulang muda
yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut, ada kehilangan total dari
bantal kartilogi antara tulang-tulang dan sendi-sendi.
Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun
ke tahun dapat membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan
meradang, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi.
Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan gesekan antar
tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi.
Peradangan dari kartilogi dapat juga menstimulasi pertumbuhan-
pertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitas sendi-sendi.
Osteoartritis primer ini dapat meliputi sendi-sendi perifer (baik
satu maupun banyak sendi), sendi interphalang, sendi besar
(panggul,lutut), sendi-sendi kecil (carpometacarpal,
metacarpophalangeal), sendi apophyseal dan atau intervertebral
pada tulang belakang, maupun variasi lainnya seperti OA
inflamatorik erosif, OA generalisata, chondromalacia patella,
atauDiffuse Idiopathic Skeletal Hyperostosis (DISH).
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
38/87
24
2.7.7.2 Osteoartritis Sekunder
Osteartritis sekunder adalah OA yang disebebkan oleh penyakit
atau kondisi lainnya, seperti pada post-traumatik, kelainan
kongenital dan pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata),
kelaina tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium,
kelainan endikrin, metabolik, inflamasi,imobilitas yang terlalu
lama, serta faktor resiko lainnya seperti obesitas, operasi
berulang kali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya.
2.7.3 Epidemiologi Osteoartritis
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling
umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang
dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut
merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.
Penelitin epidemiologi dari Joern ey al (2010) menemukan bahwa
oarang dewasa dengan kelompok 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria
dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. Pada
lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut
kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan
insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri
sebanyak 24,7%.
2.7.4 Patogenesis Osteoartritis
Osteoartritis selama ini di pandang sebagai akibat dari suatu proses
ketuan yang tidak dapat dihindari. Namun, peneltian para pakar
sekarang menyatakan bahwa OA ternyata merupakan penyakit
gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur proteoglikan kartilago yang menyebabkan belum diketahui.
Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor penting yang
merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi
kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
39/87
25
inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyer. Jejas mekanik dan
kimiawi pad sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena
faktor umumr, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau
penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek anotomik.
Kartilago sendi merupakan terget utama perubahan degeneratif pada
OA. Kartilago sendi ini secara umum berfungsi untuk membuat gerakan
sendi bebas gesekan karena terendam dalam cairan sinovial dan sebagai
absorb shok, penahan bebandari tulang. Pada OA, terjadi gangguan
homeostasis dari metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan
struktur proteoglikan kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan
cairan sendi.
Tulang rawan (kartilago) sendi dibentuk oleh sel kondrosit dan matriks
ekstraseluler, yang terutama terdiri dari air (65%-80%), proteoglikan,
dan jaringan kolagen. Kondrosit berfungsi mensintesis jaringan lunak
kolagen tipe II untuk penguat sendi dan proteoglikan untuk membuat
ajringan tersebut elastis, serta memelihara matriks tulang rawan
sehingga fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik.
Kartilago tidak memiliki pembuluh darah sehingga proses perbaikan
pada kartilago berbeda dengan jaringan-jaringan lain. Di kartilago,
tahap perbaikannya sangat terbatas mengingat kurangnya vaskularisasi
dan respon inflamasi sebelumnya.
Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi
matriks baru untuk memperbaiki diri akibat jejas mekainis maupun
kimiawi. Namun dengan hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks
yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degredasi dan
sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI,
dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek.
Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
40/87
26
yang mengubah biomekanik kartilago, sehingga sendi kehilangan sifat
kompresbilitasnya.
Beberapa keadaan seperti trauma / jejas mekanik menginduksi
pelepasan enzim degradasi, seperti strimelysin dan Matrix
Metalloproteinasis (MMP). Stromelysin mendegradasi proteglikan,
sedangkan MMP mendegredasi proteoglikan dan kolagen matriks
ektraseluler. MMP diproduksi oleh kondrosit, kemudian diaktifkan
melalui kaskade yang melibatkan proteinase serin (aktivator
plasminogen), radikal bebas, dan beberapa MMP tipe membran.
Kaskade enzimatik ini dikontrol oleh berbagai inhibator, termasuk
TIMP dan inhibator aktivator plasminogen. Tissue inhibator of
metalloproteinases (TIMP) yang umumnya berfungsi menghambat
MMP tidak dapat bekerja optimal karena di dalam rongga sendi ini
cenderung bersifat asam oleh karena stromelysin (pH 5,5), sementara
TIMP baru dpat bekerja optimal pada pH 7,5.
2.7.5 Diagnosis Osteoartritis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai
(Soerosos, 2006).
2.7.5.1 Tanda dan Gejala Klinis
Pada umumnya, pasien OA mengatakan bahwa keluhan-
keluhan yang dirasakannya telah berlangsung lama, tetapi
berkembang secara perlahan Berikut adalah keluhan yang dapat
dijumpai pada pasien OA :
a. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa gerakan dan tertentu terkadnag
dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemuakan meski OA masih tergolong
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
41/87
27
dini (secara radiologis). Umumnya bertamba berat dengan
semakin beratnya penyakit sampai sendi hanya bisa
digoyangkan dan menjado kontraktur, hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris
(salah satu arah gerakan saja) (Soeroso, 2006)..
Kartilago tidak mengandung serabut dan kehilangan
kartilago pada sendi tidak diikuti denagn timbulnya nyeri.
Sehingga dpat diasumsikan bahwa nyri yang timbul pada
OA berasal dari luar kartilago (Felson,2008).
Pad apenelitian dengan menggunakan MRI, didapat bahwa
summber dari nyeri yang timbul diduga bersal dari
peradangan sendi (senovitis), efusi sendi, dan edema
sumsun tulang (Felson, 2008).
Osteofit merupakan salah satu penyebab timbulnya nyeri.
Ketika osteofit tumbuh, inervasi neurovaskular menembusi
bagian dasar tulang hingga ke kartilago dan menuju ke
osteofit yang sedang berkembang hal ini menimbulkan
nyeri (Felson, 2008).
Nyeri dapat timbul dari bagian diluar sendi, termasukk
bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut
adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibial
band (Felson, 2008).
b. Hambatan Gerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan pertambahan rasa nyeri (Soeroso,
2006).
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
42/87
28
c.
Kaku Pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam
diri atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di
kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan
setelah bangun tidur di pagi hari ( Soeroso, 2006).
d.
Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang
sakit. Gejala ini umum dijumpai pada pasien OA lutut. Pada
awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang
patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa.
Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat
terdengar hingga jarak tertentu. (Soeroso,2006).
e. Pembesaran Sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar
(Soeroso, 2006).
f.
Pembengkakan Sendi yang Asimetris
Pembengkakan sendi yang timbul dikarenakna terjadi efusi
pada sendi yang biasanya tidak banyak ( < 100 cc) atau
karena adanya osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi
berubah (Soeroso, 2006).
g. Tanda-tanda Peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna
kemerahan) dapat dijumpai pada OA karena adanya
synovitis. Biasanya tnda-tanda ini tidak menonjol dan
timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala
ini dijumpai pada OA lutut (Soeroso,2006).
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
43/87
29
h. Perubahan Gaya Berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien dan
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien
OA, terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu
berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat
badan terutama pada OA lutut (Soeroso, 2006).
2.7.6 Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukan pemeriksaan radiografi pada sendi
yang terkena sudah cukup unutk memberikan suatu gambaran
diagnostik. Gambaran Radiografik sendi yang menyokong diagnosis
OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat
pada bagian yang menanggung beban sperti lutut).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).
c.
Kista pada tulang.
d. Osteofit pada pinggir sendi.
e.
Perubahan strukut anatomi sendi.
Berdasarkan temuan-temuan radiografik diatas, maka OA dapat
diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdsarkan temuan
radiografik dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang
membagi OA dimulai dari tingkat ringan hinggatingkat berat.
Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis
sendi masih terlihat normal (Felson, 2006).
2.7.7 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak
berguna. Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas-batas normal.
Pemeriksaan imunologi masih dalam batas-batas normal. Pada OA yang
disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan sel
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
44/87
30
peradangan ( < 8000 / m) dan peningkatan nilai protein (Soeroso,
2006).
2.7.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada OA bertujuan untuk mengontrol nyeri,
memperbaiki fungsi sendi yang terserang, menghambat progresifitas
penyakit, serta edukasi pasien.
2.9 Keterkaitan Senam Lansia dengan Aktivitas fisik lansia
Fase menurunnya kemampuan akal dan fisik yang di mulai dengan adanya
beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan
anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan
fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu lansia, kemudian mati. Bagi
manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan
baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungannya.
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap
segar. Selain itu memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia,
mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmania dalam kehidupan(
Adaptasi), dan fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam
fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakitSebagai rehabilitas
pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut
jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobic dan terjadinya
peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia
dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan
dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan/ olahraga seperti senam
lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi,
diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
45/87
31
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang serta yang ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
disebut olahraga. Manfaat olahraga pada lansia antara lain dapat
memperpanjang usia, menyehatkan jantung,otot, dan tulang, membuat lansia
lebih mandiri, mencegah obesitas,mengurangi kecemasan dan depresi, dan
memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi.
2.10 Kerangka Teori Penelitian
Kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor yang penting diketahui dalam suatu
penelitian. sebagai kerangka teori dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Senam Lansia aktivitas yang saling terkait untuk melihat fungsi dari Senam
Lansia terhadap aktifitas fisik.(Menurut Notoatmodjo,2010).
Input Proses Output
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Senam Lansia:
1. Pre test
2. Post test
LansiaAktivitas Fisik
1. Pembagian usia lansia:
a. Usia pertengahan (midlle
age) ialah kelompok usia
45 sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly)
antara 60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old)
antara 75 dan 90 tahun.d. Usia sangat tua (very
old) diatas 90 tahun.
2. Jenis kelamin
a. Pria
b. Wanita
a. Berjalan kaki
b. Senam jantungsehat.
c. Aerobik
d. Senamosteoporosis
e. Olahraga ringanlainnya.
1. Kegiatan sehari-hari
a. Makan
b. Berpindah tempat
c. Ke kamar kecil
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
46/87
32
Senam Lansia
2.11 Kerangka Konsep Penelitian
Merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang
peneliti menyusun teori atau singkatnya kerangka konsep membahas saling
ketergantungan antara variable yang dianggap perlu untuk melengkapi
dinamika situasi atau hal yang sedang akan diteliti (Alimul,2007).
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka kerangka
konsep dalam penelitian ini dapat menggambarkan pada gambar dibawah ini :
Pengaruh senam Lansia terhadap aktivitas fisik pada lansia di PSTW Budi
Sejahtera Banjarbaru.
Gambar 2.2: Kerangka konsep
Keterangan : Diteliti
Berhubungan
2.12 Hipotesa/Pertanyaan penelitianAda pengaruh bermakna antara pengaruh senam lansia terhadap aktivitas fisik
pada lansia di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
Aktivitas Sebelum Aktivitas Sesudah
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
47/87
33
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan hasil dari suatu tahap keputusan yang dibuat
oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan.
Rancangan sangat erat dengan kerangka konsep sebagai petunjuk
perencanaan pelaksanaan suatu penelitian (Nursalam, 2003).
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (Quasi
Experiment Design) artinya desain ini tidak mempunyai pembatasan yang
ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol
ancaman-ancaman validitas. Dalam hal ini kecuali, penelitian mempunyai
keuntungan dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang-ulang),
pre testdanpost test.
Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut:
Pre test Perlakuan Post test
O1 X O2
Keterangan:
1. O1 : Pre test untuk mengetahuai aktivitas fisik pada lansia osteoarthritis
sebelum di lakukan senam lansia.
2.
X : Perlakuan (Senam Lansia).
3. O2 : Post test untuk mengetahui perubahan aktivitas fisik pada lansia
osteoarthritis setelah di lakukan senam lansia.
23
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
48/87
34
3.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (observasi). Definisi operasional penelitian ini
adalah :
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional
Variabel Definisi Paremeter Alat ukur Skala Kategori
Dependen:
Aktivitas
fisik
a.Pre test
b.Post test
Aktivitas fisik
adalah setiap
gerakan tubuh
yang
membutuhkan
energy untuk
mengerjakannya.
Kegiatan sehari-hari
- Makan
- Berpindah tempat
- Ke kamar kecil
Observasi Ordinal -Baik (7-9)
-Cukup
(4-6)
-Kurang
(0-3)
Independen:
Senam
lansia
Senam lansia
adalah
serangkaian
gerak nada yang
teratur dan
terarah serta
yang diikuti oleh
lansia yang
dilakukan dengan
meningkatkan
kemampuan
fungsional raga.
- Frekuensi,
diberikannya senam 1
hari dalam seminggu
selama 3 minggu
- Durasi, selama
melaksanakan senam
lansia diberikan
waktu > 20 menit
- Lamanya, mengikuti
senam lansia sampai
waktu yang
dibataskan
Suara
musik dan
panduan
instruktur
senam
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek tertentu yang akan diteliti.
Bukan hanya subyek atau obyek yang dipelajari saja tetapi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Hidayat,
2003). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lansia yang
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
49/87
35
memiliki riwayat dengan osteartrhitis di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru
yang berjumlah 15 lansia dari kapasitas penampungan maksimal berjumlah
112 lansia yang sudah dibagi menjadi satu kelompok untuk mengikuti senam
lansia dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti di PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru.(Nursalam, 2003).
Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat dipergunakan sebagai subyek
penelitian (Nursalam, 2003). Sampel adalah sebagian jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya
keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2003).
Sampling adalah suatu praktek statistk yang berhubungan dengan pemilihan
observasi individual yang ditujukan untuk memahami populasi yang terkait,
khususnya untuk kepentingan pembuatan inferensi statistic.
Dalam Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple random
samplingdengan cara peneliti membuat one group. Jadi sampel yang diambil
dalam penelitian ini berjumlah 15 Responden dengan satu kelompok yang
akan diberi perlakuan di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru.
Kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
3.3.1
Kriteria Inklusi
3.3.1.1 Lansia ikut senam sebanyak 3 kali.
3.3.1.2 Lansia ikut senam senam minimal 20 menit.
3.3.1.3 Lansia ikut senam dengan serius.
3.3.1.4 Lansia bisa ikut mandiri dalam senam.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
50/87
36
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Banjarbaru.
Alasan peneliti memilih tempat tersebut karena PSTW Budi Sejahtera
Banjarbaru merupakan panti dengan jarak yang paling dekat dari panti yang
lain di daerah Banjarbaru. Penelitian ini akan dilakukan dalam waktu satu
bulan dengan pengolahan data yang didapat selama penelitian di PSTW Budi
Sejahtera Banjarmasin.
3.5 Jenis Senam yang digunakan
3.5.1 Senam kebugaran Lansia
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam
lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap dan segar
karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal,
dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam
tubuh. Dapat dikatakan bugar, atau dengan perkataan darah baik
sehingga tubuh jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik
sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu
yang cukup lama.
3.6 Langkah - langkah Penelitian
3.6.1 Persiapan tempat atau halaman di Panti Wherda
3.6.2 Persiapan alat seperti, kaset recorder, leptop dll
3.6.3 Persiapan lansia
3.6.4 langkahlangkah senam
3.6.4.1 Pemanasan (10 menit)
a. Jalan di tempat (2 x 8)
b. Angguk kepala (2 x 8)
c. Tengok kepala kiri kanan (2 x 8)
d. Patahkan kepala kiri kanan (2 x 8)
e. Angkat bahu kiri (1 x 8)
f. Angkat bahu kanan (1 x 8)
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
51/87
37
g. Angkat kedua bahu (2 x 8)
h. Buka kaki, tangan pegang di depan (1 x 8)
i. Buka kaki, tangan di atas (1 x 8)
j. Buka kaki, tangan ke bawah (1 x 8)
k. Badan condong kekiri, tangan ke atas (2 x8) dan sebaliknya
l. Pegang siku kanan kiri (2 x 8)
m. Telapak tanagn dibelakang (2 x 8)
n. Telapak tangan kanan dan kiri (2 x 8)
o. Jalan di tempat dan ambil nafas (2 x 8)
p. Peralihan jalan ditempat (1 x 8)
q. Langkah kaki kanan dan kiri (1 x 8)
r. Jalan ditempat (1 x 8)
s. Langkah kaki kanan kiri (1 x 8)
3.6.4.4 Pendinginan (10)
3.6.4.5 Manfaat senam yang saya teliti di atas tersebut untuk
mendapatkan kesegaran jasmani yang baik pada lansia, karena
orang yang melakukan senam, peredaran darah akan lancar dan
lansia merasakan rasa gembira.
3.7 Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian berupa: observasi
Karena, data yang akan dikumpulkan menyangkut pemeriksaan fisik seperti
pengukuran aktivitas fisik pada lansia yang Osteoartrhitis pre test dan post
test setelah diberikan perlakuan yaitu Senam lansia terhadap aktivitas fisik
pada lansia osteoartrhitis yang sudah dibentuk menjadi satu kelompok.
Alat yang digunakan dalam penelitian observasi aktivitas fisik dihitung
berdasarkan kesesuaian kunci jawaban setiap pertanyaan yang cocok, jika
jawaban baik maka nilainya , jika jawaban cukup nilainya 0, begitu juga bila
jawabannya kurang nilainya 0.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
52/87
38
3.8 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data adalah suatu proses pendekatan pada subyek dan proses
pengambilan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Metode pengambilan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengumpulkan data berupa pengamatan observasi
(Observasi Eksperimental). Dalam observasi ini observee dicoba atau
dimasukkan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Prosedur pengambilan data yang dilakukan secara langsung pada subyek yang
dirawat di PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru. Pertama yang dilakukan peneliti
ialah mengidentifikasi tempat penelitian dan populasi target kemudian
mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian. Persetujuan
telah didapatkan kemudian penelitian melakukan pendekatan kepada calon
responden, bila mendapat persetujuan maka responden bersedia dengan
menandatangani surat persetujuan. Peneliti kemudian bekerja sama dengan
instruktur senam yang sudah profesional untuk memberikan perlakuan pada
responden yang memenuhi kriteria pada kelompok yang di berikan perlakuan.
3.9 Teknik Analisa Data
Analisa bevariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini menggunakan rumus Wilcoxson
yaitu uji nonparametrik merupakan alat uji statisktik yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif (uji beda) bila datanya berskala numerik pada
dua sampel berhubungan (related).Menurut Algifari (2003).
Sebuah sampel dikatakan related apabila dalam sebuah penelitian, peneliti
hanya menggunakan satu sampel, namun diberi perlakuan (treatment) lebih
dari satu kali.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
53/87
39
Rumus Wilcoxson:
Z = () ()()
Keterangan :
Z = Nilai hitung n = Nilai yang tidak sama
T = Jumlah rangking terkecil
3.10 Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk
menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya
ancaman terhadap responden.
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat rekomendasi dari
institusinya atas pihak lain mengajukan permohonan izin kepada
institusi/lembaga setempat penelitian.Menurut Notoatmodjo (2010).
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi :
3.8.1Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian, bila subyek menolak maka penelitian tidak
memaksakan dan tetap menghormati hak-hak subyek.
3.8.2Anonymity(tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama
respon, tetapi lembar tersebutr diberikan kode.
3.8.3Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
54/87
40
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1Lokasi Penelitian
4.1.1Panti Sosial Tersna Werdaha Budi Sejahtera Banjarbaru
Panti Sosil Tresna Werdha Budi Sejahtara Provinsi Kalimantan Selatan
Di Banjarbaru yaitu salah satu usaha pemerintah dalam penanganan
lanjut usia terlantar melalui program pelayanan dalam panti dengan
harapan lanjut usia dapat menikmati hidupnya dalam panti berupa
pelayanan pengasramaan, jaminan hidup seperti makan, minum dan
pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk
rekreasi, bimbingan sosial, mental dan agama serta latihan
keterampilan.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan Di Banjarbaru berdiri pada tahun 1977 dengan
nama Sasana Trena Werdha Rawa Sejahtera, yang berlokasi di jalan A.
Yani Km. 18.700 kelurahan landasan ulin barat dengan daya tampung
50 orang. Mengingat kondisi bangunan kurang memenuhi syarat maka
sejak tahun 1981 dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu di jalan A.Yani
Km 21.700 Landasan Ulin Tengah Banjarbaru dengan nama Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera sesuai dengan SK
Mensos Nomor: 6 HUK/ tanggal 5 februari 1994 dengan kapasitas daya
tamping 100 orang.
Berdasarkan SK Gubernur Kalimantan selatan Nomor: 026/DIKDA-
KEU/2002 tanggal 16 Januari 2002, PSTW Pembimbing Budi Sejahtera
Landasan Ulin Banjarbaru.
40
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
55/87
41
Tabel 4.1 Luas Wilayah Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
Banjarbaru Tahun 2015
No Bangunan Luas wilayah (m2)
1 Kantor 500
2 Aula 250
3 Wisma tamu 70
4 Poliklinik 100
5 Wisma (13) 90-135
6 Dapur 220
7 Mushala 80
8 Gudang 48
9 Rumah dinas (7 buah) -10 Pos jaga 24
4.1.2Gambaran Umum Lanjut Usia di Lokasi Penelitian
Kapasitas lanjut usia di Panti Tresna Werdha Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan Banjarbaru sesuai dengan peraturan Gubernur
Kaliamantan Selatan No 8 tahun 2010 yaitu berjumlah 110 orang.
Berdasarkan penelitian pada tanggal 17- 31 Juli 2015 jumlah lanjut usia
sebanyak 112 orang, yang terdiri dari 62 orang perempuan dan 50 laki-
laki. Jumlah lanjut usia di masing-masing wisma menurut jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
56/87
42
Tabel 4.2 Jumlah Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Banjarbaru
No Wisma Jumlah Lanjut Usia
Laki-Laki Perempuan
1 Dahlia 0 7
2 Teratai 0 8
3 Seroja 10 0
4 Melati 0 8
5 Sakura 0 9
6 Flamboyant 9 0
7 Anggrek 7 0
8 Mawar 0 79 Isolasi A 0 8
10 Isolasi B 5 0
11 Aster 10 0
12 Cempaka 0 9
13 Kenanga 0 6
14 Nusa indah 9 0
Total 50 62
Tabel 4.3 Sumberdaya Tenaga PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru Tahun
2015No Sumber Daya Tenaga Kerja Jumlah (Energi)
Pegawai negeri sipil (PNS)
1 Pejabat Structural 3
2 Pejabat Fungsional 5
3 Staf
Tenaga Honorer
1 Tenaga Honorer 19
Tenaga Pendukung
1 Satpam 4
2 Pengasuh 11
3 Dokter 14 Perawat 3
5 Ahli Gizi 1
6 Juru Masak 3
7 Tukang Kebun 1
8 Clanning Service 2
9 Tukang Cuci 1
Jumlah 85
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
57/87
43
Fasilitas dan pelayanan yang dilakukan di dalam dan di luar gedung
Panti Sosial Tresna Werdha Banjarbaru, yaitu dengan melaksanakan
kegiatan diantaranya:
4.1.2.1 Pelayanan sosial, berupa bimbingan individual atau kelompok.
4.1.2.2 Pelayanan fisik, berupa senam kesegaran jasmani dan kerja
bakti bagi para lanjut usia yang kondisi fisiknya
memungkinkan.
4.1.2.3 Pelayanan psikososial, berupa kegiatan penyaluran bakat/hobi
dan pengisian waktu luang.
4.1.2.4 Pelayanan spiritual/keagamaan, berupa bimbingan rohani dn
ibadah.
4.1.2.5 Pelayanan pendamping, berupa mendampingi kegiatan sehari-
hari.
4.1.2.6 Pelayanan pemakaman, berupa pengurusan jenazah.
4.2Karakteristik Responden
4.2.1
Karakteristik responden
Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 15 responden diambil
pada bulan 17 Juli 2015. Karakteristik responden peneliti meliputi jenis
kelamin dan usia.
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Frekuensi Persen (%) Kumulatif (%)
1 perempuan 3 20.0 20.0
2 Laki-laki 12 80.0 100.0Total 15 100.0
Dari data tabel 4.4 diatas nilai data responden berdasarkan jenis
kelamin mayoritas responden terbanyak adalah laki-laki sebanyak 12
orang (80%)
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
58/87
44
Tabel 4.5 Kakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Usia Frekuensi Persen (%)
1 65 1 6.72 67 1 6.7
3 68 2 13.3
4 69 1 6.7
5 70 1 6.7
6 72 2 13.3
7 73 1 6.7
8 74 1 6.7
9 75 2 13.3
10 76 1 6.7
11 78 1 6.712 80 1 6.7
Total 15 100
Dari data tabel 4.5 diatas nilai data responden berdasarkan umur
mayoritas responden terbanyak adalah 72 dan 75 tahun yaitu masing-
masing 2 orang yaitu dengan masing masing 13.3% .
4.2.2 Analisis Univariat
4.2.2.1 Gambaran Aktifitas Fisik Sebelum Senam Lansia
Analisis univariat dalam penelitian ini adalah mengemukakan
kondisi aktifitas lansia. Penelitian ini menggunakan 15 sampel,
dilakukan pengukurang nilai peningkatan aktifitas anara sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan. Berikut hasil responden
sebelum dan sesudah senam lansia.
Tabel 4.6 Kondisi Aktifitas Fisik Sebelum Senam Lansia di
PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru
No Katagori Frekuensi Persen (%)
1 Baik 1 6.7
2 Cukup 11 73.3
3 Kurang 3 20
Total 15 100
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
59/87
45
Dari tabel 4.6 diatas di dapatkan mayoritas skor aktivitas
responden sebelum senam lansia terbanyak adalah cukup
sebanyak 11 orang yaitu 73.3%.
4.2.2.2 Gambaran Aktifitas Fisik Sesudah Senam Lansia
Tabel 4.7 Kondisi Aktifitas Fisik Sesudah Senam Lansia di
PSTW Budi Sejahtera Banjarbaru
Dari tabel 4.7 diatas di dapatkan mayoritas skor aktivitas
responden sesudah senam lansia yang adalah baik sebanyak 11
orang yaitu 73.3%.
4.2.3 Analisis Bivariat
4.2.3.1 Anilisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis yang
dirumuskan dalam peneltian. Uji hipotesis dengan menggunakan
uji wilcoxson.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Aktivita Fisik Pada Lansia Osteoartritis
SebelumSetelah Senam
TotalBaik Cukup Kurang
f % F % f % f %
Baik 1 100 0 0 0 0 1 100
Cukup 10 90,9 1 9,1 0 0 11 100
Kurang 0 0 2 66,7 1 33,3 3 100
Total 11 73.3 3 20.0 1 6.7 15 100.0
p Value = 0,001; = 0,05
No Katagori Frekuensi Persen (%)
1 Baik 11 73.3
2 Cukup 3 20
3 Kurang 1 6.7Total 15 100.
7/23/2019 SKRIPSI pengaruh senam lansia terhadap hipertensi
60/87
46
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum senam lansia
dengan kategori cukup namun setelah senam dengan kategori
baik sebanyak 10 orang (66.7%). Hasil uji wilcoxsondiatas pada
tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa hasil dari nilai signifikan
didapatkan sebesar 0.001 Hal ini menandakan bahwa nilai
tersebut lebih kecil dari alfa yaitu p 0,05, dalam hal ini Ha
diterima dan Ho ditolak artinya ada pengaruh senam lansia
terhadap aktivitas fisik pada lansia osteoartitis di Panti Sosial
Tresna Wherda Budi Sejahtera Banjarbaru.
4.3 Pembahasan
4.4.1 Kondisi aktivitas fisik sebelum melakukan senam lansia pada lansia
osteoatritis.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas
responden di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan Banjarbaru sebelum dilakukan intervensi
didapatkan mayoritas aktivitas responden sebelum senam lansia dengan
kategori cukup sebanyak 11 orang (73.3%).
Dari 15 orang 3 diantaranya kurang dalam aktivitas fisik, hal ini di
dalam index makan, lansia yang setelah makan mereka tidak dapat
mencuci piring sendiri, mereka merasa sakit kalau melipat kakinya
terlalu lama karena dalam mencuci piring harus melipat kaki terlebih
dahulu. Hal ini sesuai dengan hasil observasi tentang Lansia mencuci
piring sendiri sehabis makan tanpa bantuan dengan jawaban kurang
terbanyak. Dalam index berpindahtempat lansia tidak dapat berjalan
terlalu jauh, sering mengeluh sakit jika berjalan jauh.ini sesuai dengan
jawaban lansia berpindah tempat dari wisma ke wisma yang lain dengan
jawaban terendah
Top Related