DIAGNOSIS TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA TERHADAP
POKOK BAHASAN METABOLISME SISWA\
KELAS XII IPA MA. SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh WAHYUNI
NIM. 20403109064
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2013
i
DIAGNOSIS TINGKAT KESULITAN BELAJAR SISWA TERHADAP
POKOK BAHASAN METABOLISME SISWA
KELAS XII IPA MA. SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA
Skripsi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Biologi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh WAHYUNI
NIM. 20403109064
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri, jika
dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau
dibuat oleh orang lain secara keseluruhan maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Makassar, 17 Juni 2013
Penulis,
Wahyuni
Nim. 20403109064
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahirabbil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini hingga selesai. Salam dan shalawat senantiasa penulis haturkan kepada
Rasulullah Muhammad Sallallahu’ Alaihi Wasallam sebagai satu-satunya penerang,
suritauladan, dan petunjuk jalan kebenaran dalam menjalankan aktivitas keseharian
kita.
Melalui tulisan ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda H. Nurdin dan ibunda
Hj. Supriani serta segenap keluarga besar kedua belah pihak yang telah mengasuh,
membimbing dan membiayai penulis selama dalam pendidikan, sampai selesainya
skripsi ini, kepada beliau penulis senantiasa memanjatkan doa semoga Allah swt
mengasihi, dan mengampuni dosanya. Amin.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Muh. Khalifah Mustami, M.Pd. dan Jamilah, S.Si, M.Si selaku
pembimbing I dan II yang telah memberi arahan, pengetahuan baru dan koreksi
dalam penyusunan skripsi ini, serta membimbing penulis sampai taraf penyelesaian.
Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena
itu penulis patut menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT. MS., Rektor UIN Alauddin Makassar
beserta pembantu rektor UIN Alauddin Makassar.
v
2. Dr. H. Salehuddin, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar.
3. Drs. Safei, M.Si dan Jamilah, S.Si.,M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Pendidikan Biologi UIN Alauddin Makassar.
4. Para dosen, karyawan dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang
secara konkrit memberikan bantuannya baik langsung maupun tak langsung.
5. Dra. Hj. Hafidah Hafid, MM., selaku Kepala Madrasah Aliyah Syekh Yusuf
Sungguminasa Kabupaten Gowa serta jajarannya, Darmawati, S.Pd selaku guru
bidang studi Biologi Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa Kabupaten
Gowa yang turut membantu penulis, dan seluruh staf serta adik-adik siswa
kelas XII IPA 1 dan XII IPA 2 atas segala pengertian dan kerja samanya
selama penulis melaksanakan penelitian.
6. Adikku (Marwah) yang telah memberikan motivasi, dorongan dan bantuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat(i) di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kak Hajir, Kak
Syam, Kak Fatmawati Nur, Kak Jalil serta sahabat(i) yang lain yang tidak
dapat saya sebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas ilmu dan bantuan
yang para sahabat(i) telah berikan kepada penulis selama penulis berproses di
PMII terkhusus kepada kanda sahabat Abdullah yang banyak memberikan
bantuan mulai dari penulis masih mahasiswa baru, hingga penulis
menyelesaikan sripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2009 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan
dengan suka dan duka terutama kepada Nurfadjriani dan Wilda Magfirah
vi
Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini. Kalian adalah teman-
teman terbaikku.
9. Kak Ridha, Kak Hamansah, Kak Atma, Kak Ridho, Kak Ira, Kak ayyub serta
kakak-kakak senior mulai dari angkatan 2006-2008 dan adik-adik angkatan
2010-2011, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan motivasi yang kalian
berikan.
Tiada balasan yang dapat diberikan penulis, kecuali kepada Allah SWT
penulis harapkan balasan dan semoga bernilai pahala di sisi-Nya.
Amin Ya Rabbal Alamin
Makassar, 17 Juni 2013
Penulis,
Wahyuni
Nim. 20403109064
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
ABSTRAK ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1-8
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 7
E. Garis Besar Isi Skripsi ................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 9-36
A. Belajar .... .................................................................................... 9
B. Faktor-fakor yang Mempengaruhi Belajar ................................... 10
1. Faktor Internal … ................................................................... 10
2. Faktor Eksternal ..................................................................... 15
C. Kesulitan belajar ..... ..................................................................... 16
1. Pengertian Kesulitan Belajar ................................................ 18
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar ................................................ 20
3. Penyebab Kesulitan Belajar ................................................... 20
D. Diagnosis ..................................................................................... 21
E. Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda…………………………… . 23
F. Metabolisme……………………………………………………. 26
1. Enzim……………………………………………………… 26
2. ATP (adenosine thriphosphate)…………………………… 28
3. Katabolisme………………………………………………... 28
4. Anabolisme ……………………………………………….. 33
5. Hubungan antra katabolisme karbohidrat, lemak dan protein 36
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 37-45
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................... 37
B. Variabel Penelitian ...................................................................... 37
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 38
1. Populasi ................................................................................. 38
viii
2. Sampel .................................................................................... 38
D. Instrumen Penelitian ..................................................................... 39
E. Langkah-Langkah Penelitian........................................................ 42
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 46-65
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 47
1. Hasil Analisis Tes Pilihan Ganda pada Pokok
Bahasan Metabolisme Pada Siwa Kelas XII IPA MA.
Syekh Yusuf Kab. Gowa ........................................................ 47
2. Hasil Anget dan Wawancara Mengenai Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Metabolissme Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf
Kab. Gowa .............................................................................. 48
1. Angket ………………………………………………... . 48
2. Wawncara……………………………………………... . 54
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 57
1. Hasil Analisis Tes Pilihan Ganda pada Pokok
Bahasan Metabolisme Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh
Yusuf Kab. Gowa ................................................................... 57
2. Kesulitan Belajar yang Dialami oleh Siswa Berdasaran
Analisis Tes Pilihan Ganda pada Siswa Kelas XII IPA
MA. Syekh Yusuf ................................................................. 60
3. Tindkaan yang Disarankan oleh Guru dalam Mengatasi
kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Metabolisme
pada Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab.
Gowa ...................................................................................... 62
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 66-67
A. Kesimpulan................................................................................... 66
B. Implikasi Penelitian ..................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Interval Kategori Tingkat Kesulitan Belajar .................................... ...... 43
Tabel 2 Distribusi Frekuensi ......................................................................... ...... 48
Tabel 3 Kategori Tingkat Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok
Bahasan Metabolisme ...................................................................... ...... 48
Tabel 4 Tabel Akumulasi Angket Diagnosis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa
XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa ........................................... ...... 49
Tabel 5 Tabel Akumulasi Wawancara Diagnosis Tingkat Kesulitan Belajar
Siswa XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa ................................. ...... 55
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Analisis Statistik Deskriptif
Lampiran A1 Teknik Analisis Deskriptif
Lampiran A2 Skala Penggambaran Daerah Skor
Lampiran B Instrumen Penelitian
Lampiran B1 Silabus
Lampiran B2 RPP
Lampiran B3 Soal Tes Hasil Belajar Biologi
Lampiran B4 Kisi Soal
Lampiran B5 Lembar Observasi
Lampiran B6 Kisi Lembar Observasi
Lampiran B7 Angket Penelitian
Lampiran B8 Kisi Angket Penelitian
Lampiran B9 Pedoman Wawancara
Lampiran B10 Uji Validitas Soal
Lampiran B11 Uji Validitas Angket
Lampiran C Uji validitas
Lampiran D Uji Reabilitas
Lampiran E Persuratan
Dokumentasi
Riwayat Hidup
xi
ABSTRAK
Nama : Wahyuni
NIM : 20403109064
Judul : Diagnosis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa Terhadap Pokok
Bahasan Metabolisme Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana tingkat kesulitan belajar siswa
pada pokok bahasan metabolisme, kesulitan belajar apa saja yang dialami oleh siswa
berdasarkan analisis tes pilihan gaanda pada pokok bahasan metabolisme, dan tidakan apa
saja yang disarankan oleh guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok
bahasan metabolisme siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan
metabolisme, kesulitan belajar apa saja yang dalami oleh siswa berdasarkan analisis tes
hasil belajar bentuk pilihan ganda, tindakkan apa saja yang disarankan oleh guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan metabolisme siswa kelas XII IPA
MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
jenis deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA MA Syekh
Yusuf Sungguminasa yang berjumlah 86 orang dan sampelnya adalah sampel jenuh, yakni
seluruh siswa kelas XII IPA MA Syekh Yusuf yang berjumlah 86 orang Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa, lembar
observasi, pedoman angket, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis statistik deskriptif.
Dari data yang diperoleh untuk tingkat kesulitan belajar siswa dapat diketahui
bahwa terdapat 44 orang siswa yang berada pada kategori “rendah” dengan
persentase 57,8%, 16 orang berada pada kategori “sedang” dengan persentase
sebesar 21,1%, 16 orang yang berada pada kategori “tinggi” dengan persentase
sebesar 21,1%. Berdasaran analisis tes pilihan ganda siswa mengalami kesulitan belajar
pada sub pokok bahasan enzim, respirasi dan fotosintesis.
Hal-hal yang disarankan dalam mengatasi kesulitan belajar pada pokok bahasan
metabolisme adalah menyusun program pembelajarn dengan memperhatikan sifat materi.
Memberikan penjelasan yang lebih terhadap materi yang dianggap sulit seperti Enzim,
respirasi dan fotosintesis. Memperkuat penjelasan terhadap proses, jalur, siklus dan reaksi-
reaksi dalam metabolisme sebaiknya menggunkan media yang menarik seperti media karton,
powerpoint, dan macromedia flash. melengakapi fasilitas belajar untuk siswa seperti buku
paket dan laboratorium. Untuk mencegah kesulitan belajar pada pokok bahasan metabolisme
dapat digunakan multimodel dan multimedia untuk meningkatkan motivasi belajar.
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudari Wahyuni, Nim: 20403109064
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang
bersangkutan dengan judul “DIAGNOSIS TINGKAT KESULITAN BELAJAR
SISWA PADA POKOK BAHASAN METABOLISME MELALUI ANALISIS
TES PILIHAN GANDA (MULTIPLE CHOICE) SISWA KELAS XII IPA MA.
SYEKH YUSUF KAB. GOWA”, memandang bahwa skripsi tersebut telah
memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang
munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Makassar, 17 Juni 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Muh. Khalifah Mustami, M. Pd Jamilah, S.Si, M.Si Nip. 19710412 200003 1 001 Nip. 19760504 200501 2 005
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dalam kehidupan suatu
bangsa, karena kemajuan suatu bangsa ditandai dengan berkembangnya
pendidikan nasional yang diterapkan di Negara tersebut, untuk meningkatkan
kualitas hidup suatu masyarakat diera modern ini, maka diperlukan suatu sistem
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui dunia pendidikan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dikembangkan, dengan begitu dapat
berguna bagi kesejahteraan umat manusia.
Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional
pada pasal 3 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa, bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Republik Indonesia 2003, 7) .
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya ntuk
bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubhan tingkah lakunya (Budiningsih 2005, 20).
2
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
secara wajar. Terkadang lancar, terkadang tidak, terkadang dapat cepat menagkap
apa yang dipelajari, terkadang terasa amat sulit. Inilah kenyataan yang sering kita
jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari kaitannya dengan
aktivitas belajar setiap individu memang tidak sama. Perbedaan ini pula yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan peserta didik. Dalam
keadaan dimana peseta didik tidak dapat belajar sebgaimana mestinya, itulah yang
disebut dengan kesulitan belajar (Dalyono 2009, 229).
Kesulitan belajar merupakan masalah yang nyaris dialami oleh semua
siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
yang ditandai dengan ketidakmampuan peserta didik dalam mencapai taraf
kualifikasi hasil belajar seperti yang telah ditetapkan oleh guru (Makmun 2012,
308).
Metabolisme merupakan salah satu materi ajar yang terdapat dalam mata
pelajaran biologi yang sulit dipahami oleh para peserta didik, sebab peristiwa
yang dibicarakan dalam pokok bahasan ini cenderung abstrak (tidak dapat dilihat
dalam proses nyata). Selain itu, pada pokok bahasan metabolisme terdapat reaksi-
reaksi kimia rumit yang berlangsung di dalamnya, melibatkan berbagai macam
enzim-enzim yang nama-nama dari enzim tersebut mungkin sulit untuk
dihafalkan. Pada pokok bahasan metabolisme juga terdapat anabolisme dan
katabolisme yang menggunakan jalur metabolik dengan banyak langkah dan hasil
(produk) yang berbeda-beda di setiap tahapannya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nugrahalia (2008) bahwa kesulitan belajar yang
3
dialami peserta didik yang berkaitan dengan topik kajian Metabolisme dan Sel
adalah sulitnya siswa memahami materi karena peristiwa yang dibicarakan dalam
kajian ini cenderung abstrak (tidak dapat dilihat dalam proses nyata).
Hal tersebut jelas merupakan salah satu faktor penyebab kesulitan belajar
yang dialami oleh para peserta didik. Namun, tingkat intelegensi peserta didik
berbeda-beda. Ada siswa yang dengan mudah dapat memahami anabolisme,
namun sangat sulit dalam memahami katabolisme dan sebaliknya. Oleh karena itu
guru dituntut untuk mampu mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar ditandai dengan
perubahan tingkah laku siswa dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran biologi dapat diukur melalui evaluasi atau
penilaian yang merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar atau proses
untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik.
Tolok ukur keberhasilan program pembelajaran biologi adalah hasil belajar siswa.
Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, salah satu tujuan evaluasi
adalah memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah
dicapai oleh peserta didiknya. Dalam hal ini evaluasi dikatakan memeriksa
(mendiagnosa), yaitu memeriksa pada bagian-bagain manakah peserta didik pada
umumnya mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, untuk
selanjutnya dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya
(Sudijono 2011, 12).
Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple coice) merupakan salah satu
alternatif dalam melakukan kegiatan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa.
4
Tes objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri
atas pernyataan atau pertanyaan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan
(Sudijono 2011, 118).
Kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar
siswa termasuk kegiatan diagnosis. Dalam hal ini guru sebagai dokter yang
mendiagnosis penyakit yaitu kesulitan belajar atau kesulitan untuk menguasai
pokok bahasan tertentu pada pasiennya, yang tidak lain adalah siswa itu sendiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abbas (2009) yang berjudul
Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Upaya Mengatasinya di Madrasah
Ibtidaiyah Ulaweng Cinnnog Bone menyimpulkan bahwa dengan melakukan
diagnosis kesulitan belajar siswa, maka akan teridentifikasi seluruh penyebab
kesulitan belajar siswa agar dapat melakukan upaya dengan tepat. Melalui hasil
diagnosis, dapat ditentukan bidang yang perlu mendapat perbaikan, menyusun
program perbaikan, serta melaksanakan program perbaikan. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Agus (2011) yang berjudul Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa
Pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran Biologi Pokok Bahasan Virus SMA
Negeri 1 Bontotiro Kabupaten Bulukumba menyimpulkan bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar adalah guru tidak
menggunakan metode mengajar yang baik dan tidak menggunakan media dalam
proses pembelajaran. Faktor lain juga ditemukan oleh Akbar (2007) dalam
skripsinya yang berjudul Analisis Kesulitan Belajar Konsep Pecahan Murid Kelas
5
V SDI. Mallengkeri I Makassar. Faktor yang ditemukan antara lain siswa sulit
dalam mengkongkretkan mata pelajaran, sulit mengerti penjelasan guru, siswa
bersikap pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Diagnosis tingkat kesulitan belajar siswa terhadap pokok
bahasan metabolisme siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil analisis tes
pilihan ganda pada pokok bahasan metabolisme kelas XII IPA MA. Syekh
Yusuf Kab. Gowa?
2. Kesulitan belajar apa saja yang dialami oleh siswa berdasarkan analisis tes
pilihan ganda dalam pokok bahasan metabolisme pada siswa kelas XII
IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa?
3. Tindakan apa saja yang disarankan guru dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa pada pokok bahasan metabolisme siswa kelas XII IPA MA. Syekh
Yusuf Kab. Gowa?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan pada rumusan masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
6
a. Untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan
metabolisme siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa.
b. Untuk mengetahui kesulitan apa saja yang dialami oleh siswa dalam
belajar metabolisme pada siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab.
Gowa.
c. Untuk mengetahui tindakan apa saja yang disarankan oleh guru dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan metabolisme.
2. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
pihak, antara lain:
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat sebagai
bahan perbandingan bagi semua pihak dalam menyelenggarakan diagnosis
kesulitan belajar.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat terutama bagi praktisi
pendidikan untuk mengembangkan berbagai cara dalam mengatasi
kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa dan sekaligus menjadi
ukuran bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian relevan
selanjutnya.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat variabel tunggal atau fokus penelitian yakni
kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dimaksud disini adalah kesulitan belajar
akademik yang merujuk kepada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik sesuai dengan kapasitas yang diharapkan yang ditunjukkan dengan
7
ketidakmampuan peserta didik dalam memahami dan memperoleh nilai yang baik
pada pokok bahasan metabolisme. Diagnosis merupakan salah satu cara untuk
menemukan penyebab ketidak mampuan peserta didik dalam memahami dan
memperoleh nilai yang baik pada pokok bahasan metabolisme.
E. Garis Besar Isi Skripsi
Untuk memudahkan membahas dan memahami skripsi ini maka penulis
membagi atas lima bab dengan garis besar isi sebagai berikut:
Bab pertama, adalah bab pendahuluan yang mencakup penjelasan yang
erat hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab selanjutnya.
Dimana pendahuluan dimaksudkan untuk mengantar pembaca memasuki uraian
tentang masalah yang dibahas dalam skripsi ini, yang memuat lima sub bab yaitu
latar belakang masalah, dimana penulis menguraikan hal-hal yang
melatarbelakangi munculnya masalah pokok yang akan diteliti dalam skripsi ini.
Kemudian dari latar belakang masalah, muncul rumusan masalah sebagai penegas
dari masalah pokok yang akan diteliti. Terdapat definisi operasional yang
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dari pembaca
dalam memahami maksud yang terkandung dalam variabel atau fokus penelitian
yang dimaksudkan oleh peneliti. Pada bagian selanjutnya dikemukakan tujuan dan
manfaat penelitian, dan diakhiri dengan garis besar isi skripsi.
Bab kedua, penulis mengemukakan tinjauan pustaka, yaitu menjelaskan
bahwa pokok masalah akan diteliti mempunyai relevansi dengan sejumlah teori
yang ada dalam buku. Penulis mengemukakan tinjauan pustaka yang terdiri atas
enam sub bab yakni pada sub bab pertama dibahas mengenai belajar , selanjutnya
8
pada sub bab kedua dipaparkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,
pada sub bab ketiga dibahas tentang kesulitan belajar, pada sub bab keempat
penulis memaparkan tentang diagnosis, pada sub bab kelima dipaparkan mengenai
tes objektif bentuk pilihan ganda, dan pada sub bab keenam dibahas tentang
materi metabolisme.
Bab ketiga, mengemukakan tentang metode penelitian yaitu metode-
metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini, yang terdiri dari beberapa
sub bab, meliputi: jenis dan lokasi penelitian, variabel penelitian, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab keempat, penulis mengemukakan hasil penelitian yang memberikan
gambaran tentang pembahasan isi skripsi yang mengacu kepada penelitian
lapangan (field research).
Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
pembahasan dengan mengacu kepada rumusan masalah, kemudian berisi saran-
saran yang sifatnya membangun demi tercapainya kesempurnaan dari skripsi ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendri dan berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto
2003, 54).
Belajar meruapakan aktivitas psikis atau mental yanag berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap yang relative konstan dan
berbekas (Nasution 1991, 34).
Belajar merupakan suatu rangkaian yang terdiri atas proses dan hasil.
Karena itu, hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dalam suatu proses
pembelajaran. Proses dan hasil belajar tersebut hanya dapat dipahami secara
mendalam melalui kajian tentang makna belajar itu sendiri (Nasution 1991, 34).
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya ntuk
bertingkah laku dengan cara baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubhan tingkah lakunya (Budianingsih 2005, 20).
10
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik di sekolah maupun
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah 2004, 89).
Hilgard dalam Nasution (35, 2000) mengatakan bahwa: “learning is the
process by which an activity originates or is changed through training procedures
(whether in the laboratory or in the natural environtment) as distinguished from
changes by factors not attributable to training.” Belajar adalah proses yang
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam
laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-
perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan, misalnya perubahan
karena mabuk atau minim ganja bukan termasuk hasil belajar.
Menurut Makmun (2012, 157) baik secara eksplisit maupun secara implisit
pada akhirnya terdapat kesamaaan makna belajar yang dikemukakan oleh para
ahli psikologi, maknanya ialah bahwa definisi maupun konsep belajar itu selalu
menunjukkan kepada sesuatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri) dan faktor eksternal (faktor
yang berasal dari luar diri). Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar peserta didik.
11
1. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)
Menurut Nugroho (2007, 37) faktor internal merupakan sebuah dorongan
yang berada dalam diri anak sendiri. Faktor inilah yang mendorong peserta didik
untuk mencapai sesuatu apabila dalam dirinya tidak ada dorongan atau motivasi
maka anak pun pasti tidak akan pernah berusaha untuk mencapai sesuatu.
Pemberian dorongan dan motivasi ini harus selalu diberikan oleh orang-orang
yang berada di sekitar peserta didik seperti orang tua dan guru, sehingga peserta
didik memiliki semangat untuk terus belajar.
Yang termasuk faktor internal adalah:
a) Faktor Jasmaniah (Fisiologi)
Faktor jasmani (fisiologi) pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
proses belajar seseorang (Slameto 2003, 54).
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya
atau bebas dari penyakit.Kesehatan adalah suatu keadaan yang sangat
berpengaruh terhadap belajar seseorang. Dimana proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu karena anak atau peserta didik akan
kurang bersemangat, cepat lelah, ngantuk ataupun ada gangguan-gangguan atau
kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya (Slameto 2003, 54).
Oleh karena itu, agar proses belajar berjalan dengan baik, haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap tejamin. Faktor jasmani yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran sesorang selain kesehatan adalah masalah
bentuk tubuh atau cacat tubuh. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan
kurang baik, atau kurang sempurna tubu atau badan, yang dapat berupa buta atau
12
kelainan penglihatan, pincang, dan lain-lain. Seorang anak yang mempunyai
cacat, proses belajarnya akan terganggu karena anak tersebut akan merasa minder
atau rendah diri dari teman-temannya, takut diejek oleh teman-temannya sehingga
anak tersebut akan kehilangan rasa percaya diri untuk belajar (Slameto 2003, 54).
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kondisi jasmaniah sangat
mempengaruhi proses belajar seseorang, sehingga dari kelancaran pendidikan
pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya, maka kesehatan anak
haruslah tetap dijamin. Disamping itu anak-anak yang cacat tubuh hendaklah
diberikan pendidikan di lembaga khusus atau diusahakan alat bantu untuk
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya (Slameto 2003, 54).
b) Faktor Psikologis
Menurut M. Dalyono (1997, 56) yang termasuk faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi proses belajar seseorang yaitu tingkat kecerdasan atau
intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.
Namun ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses
belajar seseorang, tapi disini penulis mengambil beberapa saja yang ada
relevansinya dengan pembahasan skripsi ini, faktor-faktor tersebut adalah:
1) Tingkat Kecerdasan (Intelegesi)
Intelegensi yang sering diartikan sebagai kemampuan, merupakan salah
satu karakteristik yang unik dari seseorang.Pembahasan intelegensi sudah banyak
dilakukan orang, namun defenisi yang diberikan masih banyak yang berbeda-
beda.
13
Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian intelegensi menurut
para ahli diantaranya sebagai berikut:
Menurut Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah (2000: 133),
mengemukakan bahwa “Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-pisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dengan cara yang tepat”. Sedangkan Slameto (2003, 56)
mengemukakan bahwa intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Dari berbagai defenisi diatas dapat dipahami bahwa intelegensi merupakan
konsep yang sangat kompleks, yang antara lain tercermin dari kemampuan
seseorang untuk berfikir abstrak, menghubungkan berbagai peristiwa atau konsep,
memecahkan masalah, beradaptasi dengan lingkungan, atau mencari
kemungkinan-kemungkinan baru.
Dengan demikian, dapat diberikan pemahaman bahwa intelegensi besar
pengaruhnya terhadap proses belajar seseorang. Bila seseorang memiliki
intelegensi yang tinggi maka proses belajarnya akan lancar dan sukses dibanding
dengan orang yang memiliki intelegensi rendah sehingga ia harus menyelesaikan
persoalan yang melebihi potensinya jelas ia tidak mampu dan banyak mengalami
kesulitan dalam belajar
14
2) Minat
Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai dengan rasa senang, suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai
suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi
dalam suatu aktivitas (2003, 57).
Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena
keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh belajar yang
besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar
kurang menghasilkan prestasi yang rendah ( Dalyono 1997, 112 ).
Dalam konteks itulah yang diyakini bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila seseorang mempelajari sesuatu yang tidak sesuai
dengan minatnya, maka ia tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya, sehingga ia malas untuk belajar dan pada akhirnya dapat
berpengaruh terhadap prestasinya di sekolah.
3) Motivasi
Motivasi menurut Djamarah, dkk (2002, 115) adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-
penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dalam proses pendidikan
pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar sangat tinggi.
15
Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan kesuksesan seseorang dalam proses pembelajaran. Seseorang yang
besar motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih tidak mudah menyerah,
sebaliknya mereka yang motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus
asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, sehingga dapat mengalami
kesulitan dalam belajar yang dapat berakibat fatal bagi dirinya sendiri dalam
artian prestasinya akan semakin menurun.
2. Faktor Eksteren (yang berasal dari luar diri)
Menurut Slameto (2003: 60), terdapat beberapa faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap proses belajar siswa adalah faktor keluarga, faktor sekolah
dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas ketiga faktor tersebut.
a) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, karena
dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga. Oleh karena itu, jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan
anaknya seperti tidak mengatur waktu belajar, tidak melengkapi alat belajarnya
dan tidak memperhatikan apakah anaknya belajar atau tidak, semuanya ini sangat
berpengaruh pada semangat belajar anaknya, sehingga bias jadi anaknya tersebut
malas dan tidak memiliki semangat untuk belajar. Selain hal tersebut, suasana
rumah dan keadaan ekonomi keluarga juga turut mempengaruhi belajar siswa.
16
b) Faktor Sekolah
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi minat seseorang
untuk belajar.Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan perlangkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah
siswa di kelas serta model pembelajaran yang diterapkan guru disekolah,
semuanya itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Sebagai contoh, apabila suatu sekolah kurang memperhatikan tata tertib
yang telah dibuat oleh sekolah itu sendiri, maka siswanya akan berbuat semaunya
sehingga bias saja mereka tidak mau belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah
maupun di rumah, yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga dapat mempengaruhi
proses belajar seseorang. Pengaruh itu dapat terjadi karena keberadaan anak dalam
masyarakat. Bila disekitar tempat tinggal, keadaan masyarakatnya terdiri dari
orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata berpendidikan
tinggi dan moralnya baik, hal tersebut akan mendorong anak untuk lebih giat
belajar. Akan tetapi sebaliknya, bila tinggal dilingkungan banyak anak-anak yang
nakal, tidak berpendidikan dan banyak pengangguran maka hal tersebut akan
membawa pengaruh terhadap semangat siswa untuk belajar. Selain teman bergaul,
juga kegiatan dalam masyarakat, bentuk kehidupan masyarakat juga sangat
berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Oleh karena itu, perlunya untuk
mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberikan pengaruh yang
positif terhadap anak atau siswa sehingga ia dapat belajar dengan sebaik-baiknya.
17
C. Kesulitaan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance). Yang memuaskan. Namun
dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan
dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga,
kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara serang
siswa dengan siswa lainnya (Syah 2006, 181-182).
Menurut Kadeni (2003, 5) gejala kesulitan belajar deapat terlihat dengan
memperhatikan beberapa cirri-ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi dari
gejala kesulitan belajar, yaitu:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah nilai rata-rata yang dicapai
oleh kelompok belajar di kelas).
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, mungkin ada
murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tapi nilai yang dicapai
kurang dan tidak sesuai dengan harapan.
c. Lambat dalam melakukan dan mengerjakan tugas-tugas kegiatan belajar.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, menentang, berpura-pura, masa
bodoh dan berdusta.
e. Menunjukkan tingkah laku yang menyimpang, seperti membolos, dating
terlambat, tidak mengerjakan tugas, mengasingkan diri, tidak bias bekerja
sama, menganggu teman baik di dalam maupun di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur belajar dan kurang percaya diri.
18
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar yaitu pemurung, mudah
tersinggung, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris
learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena
learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga
terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan; sehingga terjemahan
yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar (Abdurrahman 2003, 6).
Burton (1952, 622-624) dalam Abin (2012, 307-308) mengidentifikasi
seorang siswa kasus dapat dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh bruton sebagai
berikut:
1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan minimal dalam
pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh guru.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan
atau mencapai perestasi prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat
kemampuannya: intelegensi, bakat).
3. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan
tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian social sesuai dengan pola
organismiknya pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi
kelompok social dan usia yang bersangkutan.
19
4. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tigkat
penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat
pelajaran berikutnya.
Dari keempat definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa seorang siswa
diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria
keberhasilan seperti yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat kapasitas
atau keampuan dalam program pelajaran time allowed dan atau tingkat
perkembangannya) (Makmun 2012, 308).
Setiap individu memiliki keterbatasan, masing-masing memiliki
kekurangan dan kelebihan, perbedaan ini pula lah yang mengakibatkan perbedaan
perilaku belajar di kalangan peserta didik. Dalam keadaan dimana anak
didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan
kesulitan belajar (Ahmadi 2004, 77).
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang
rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh factor-faktor
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin
keberhasilna belajar. Karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat
kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah
yang berhubungan dengan kesulitan belajar (Ahmadi 2004, 77-78).
2. Klasifikasi Kesulitan Belajar
Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah karena kesulitan belajar
merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Tidak seperti tunanetra,
20
tunarungu, dan tunagrahita yang bersifat homogen. Kesulitan belajar memiliki
banyak tipe, yang masing-masing memerlukan diagnosis dan program
pembekalan peran yang berbeda-beda (Abdurrahman 2012, 6).
Secara garis besar kesulitan dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok, kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan dan
kesulitan belajar akademik. Kesulitan belajar belajar yang berhubungan dengan
perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa
dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam perilaku sosial. Kesulitan belajar
akademik merujuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi
akademik yang sesuai dengan yang diharapkan (Abdurrahman 2012, 7).
3. Penyebab Kesulitan Belajar
Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah
faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan
penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal,
yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membandingkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan
penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Abdurrahman 2012, 13).
Menurut Syah (2004, 173) faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan
belajar terdiri atas dua macam, yakni:
1) Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik
siswa, yakni:
21
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap;
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
2) Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar
yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi tiga macam:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidaharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan
kumuh (slam area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
D. Diagnosis
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar
siswa, guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni
kesulitan belajar siswa (Syah 2006, 184).
22
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor kesulitan
belajar. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber
penyebab penyerta lainnya adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka
mengatasi kesulitan belajar (Ahmadi 2004, 96).
Diagnosis kesulitan belajar adalah menentukan jenis dan penyebab
kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien
(Abdurrahman 2003, 20).
Diagnostik kesulitan belajar dapat pula diartikan sebagai suatu proses
upaya untuk memahami jenis karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan
belajar dengan menghimpun dan menggunakan berbagai data/informasi selengkap
dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan
dan keputusan serta mencari alternative kemungkinan pemecahannya (Abin 2012,
309).
Menurut Ahmadi (2004, 98) diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai
berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi penyebab kesulitan
belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
Dalam langkah melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang
terdiri atas langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada sitemukannya
kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini disebut
“diagnostik” kesulitan belajar (2006, 185).
23
Banyak langkah-langkah prosedur yang dapat dilakukan oleh guru dalam
melakukan kegiatan diagnostik kesulitan belajar, salah satunya yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener dan Senf dalam Syah (2006, 185) yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran;
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar;
3. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar;
4. Memberika tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami oleh siswa;
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Menurut Ross dan Stanley (1956, 332-341) dalam Abin (2012, 309).
Menggariskan tahapan diagnosis itu sebagai berikut:
1. Who are pupils having trouble? (siapa siswa yang mengalami gangguan?)
2. Where are the errors located? (dimanakah kelemahan-kelemahan tersebut
dapat dilokalisasikan?)
3. Why are the errors located? (mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?)
4. What are remedies are suggested? (penyembuhan apa saja yang disarankan?)
5. How can errors be prevented (bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat
dicegah?)
24
E. Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice)
Tes objektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan istilah tes
objektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk
menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan
(Sudijono 2011, 118).
1) Tes objektif bentuk pilihan ganda item model melengkapi lima pilihan
Tes objektif bentuk pilihan ganda item model melengkapi lima pilihan
pada umumnya terdiri atas: kalimat pokok (=item) yang berupa pernyataan yang
belum lengkap, diikuti oleh lima kemungkinan jawab (alternatif) yang dapat
melengkapi pernyataan tersebut. Tugas testee disini adalah memilih salah satu
diantara kelima kemungkinan jawaban tersebut, yang menurut keyakinan testee
yang paling tepat (Sudijono 2011, 120).
2) Tes objektif bentuk pilihan ganda item model asosiasi dengan lima atau
empat pilihan
Tes objektif bentuk pilihan ganda item model asosiasi dengan lima atau
empat pilihan ini terdiri dari lima atau empat judul/istilah/pengertian, yang diberi
huruf abjad di depannya, dan diikuti oleh beberapa pernyataan yang iberi nomor
urut di depannya. Untuk tiap pernyataan tersebut testee diminta memilih salah
satu judul/istilah/pengertian yang erhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee
adalah paling cocok (paling benar) (Sudijono 2011, 122).
3) Tes objektif bentuk pilihan ganda model melengkapi berganda
25
Butir soal sejenis ini pada dasarnya sama dengan pilihan ganda item
melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas satu kalimat pokok yang tidak (belum)
lengkap, diikuti dengan beberapa kemungkinan jawaban (bias merupakan lima
pernyataan dan bias pula merupakan empat pernyataan). Perbedaannya adalah,
bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bias satu, dua, tiga
atau empat (Sudijono 2011, 123).
4) Tes objektif bentuk pilihan ganda item model analisis hubungan antar hal
Tes objektif bentuk pilihan ganda item biasanya terdiri atas satu kalimat
pernyataan yang diikuti oleh satu kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan,
apakah pernyataan itu betul, dan apakah keterangan itu juga betul. Jika
pernyataan dan keterangan itu betul, tetsee harus memikirkan, apakah pernyataan
itu disebabkan oleh keterangan yang diberikan, ataukah pernyataan itu tidak
disebabkan oleh keterangan tersebut! (Sudijono 2011, 124-125).
5) Tes objektif bentuk pilihan ganda item model analisis kasus
Butir soal jenis ini merupakan tiruan keadaan yang sebenarnya. Jadi
seolah-olah testee dihadapkan kepada suatu kasus. Dari kasus tersebut, kepada
testee ditanyakan mengenai berbagai hal dan kunci jawaban-jawabn itu tergantung
pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus tersebut (Sudijono 2011,
126).
6) Tes objektif bentuk pilihan ganda item model hal kecuali
Model “hal kecuali” ini dikembangkan atas dasar asosiasi positif dan
asosiasi negative secara serempak.
26
Jika model semacam ini digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada
kolom sebelah kiri dicantumkan tiga macam gejala atau kategori (yakni A, B dan
C); sedangkan pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal atau keadaan (yaitu 1,
2, 3, 4 dan 5), di mana empat diantaranya cocok dengan satu hal yang berada di
sebelah kiri. Jawaban yang dikehendaki oleh tester ialah, agar testee menentukan
hal berabjad mana yang dipandang cocok dengan empat keadaan yang bernomor,
dan keadaan yang tidak cocok dengan hal atau keadaan itu. Jadi, disini testee
diminta untuk memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor
(Sudijono 2011, 128).
F. Metabolisme
1. Enzim
Enzim disebut juga biokatalisator, merupakan suatu senyawa protein yang
memiliki kemampuan mengatalisis. Suatu katalisator, seperti enzim, berfungsi
meningkatkan kecepatan laju reaksi kimia, tetapi tidak ikut bereaksi
(Pujiyanto 2008, 27).
a. Struktur enzim
Sebagian besar enzim tersusun atas protein. Ada enzim yang hanya
tersusun atas protein, contohnya pepsin dan tripsin. Namun, adapula enzim yang
terdiri atas tambahan komponen bukan berupa protein. Enzim yang seperti itu
dinamakan protein konjugasi. Komponen enzim yang terdidri atas enzim disebut
apoenzim, sedangkan komponen enzim yang bukan protein dinamakan kofaktor.
Gabungan antara apoenzim (protein enzim) dan kofaktor (non protein) dinamakan
holoenzim (Pujiyanto 2008, 28).
27
b. Prinsip kerja enzim
Enzim merupakan molekul besar yang bekerja dengan cara bereaksi
dengan senyawa lain (yang disebut substrat) untuk memebntuk suatu kompleks
enzim substrat (ES). Kompleks itu bersifat sementara dan terbentuk pada bagian
penting molekul enzim yang disebut sisi aktif. Sisi aktif enzim pada umumnya
terdapat pada permukaan enzim. Kompleks enzim-substrat itu kemudian akan
pecah dan membentuk produk, meninggalkan suatu molekul ezim yang akan
mengatalisis reaksi kimia lain. Sebagai contoh, satu molekul katalase (suatu enzim
intraseluler yang mengatalisis pemecahan hidrogen peroksida) dapat mengubah
5,6 juta molekul substrat permenit dalam kondisi optimal (Pujiyanto 2008, 29).
Enzim yang memerlukan ion logam sebagai kofaktornya dinamakan
metaholoenzim, contohnya ion kalsium (Ca2+
) pada enzim trombokinase, yaitu
enzim yang mengubah protombin menjadi thrombin dalam proses pembekuan
darah. Ion-ion logam tersebut berfungsi sebagai pusat katalisis primer, sebagai
tempat untuk mengikat substrat dan sebagai stabilisator agar enzim tetap aktif.
Sementara itu, enzim engan kofaktor berupa molekul organik disebut koenzim
(Pujiyanto 2008, 29).
Menurut pujiyanto (2008, 29) reaksi kimia yang dikatalisis oleh enzim
tidak berjalan spontan, tetapi melalui beberapa tahap yaitu:
1) Pembentukan kompleks enzim-substrat,
2) Modifikasi substrat membentuk enzim yang masih terikat dengan substrat, dan
3) Pelepasan produk dari ikatan molekul enzim.
28
Ada dua teori yang menjelaskan tentang mekanisme kerja enzim, yaitu
kunci dan anak kunci (lock dan key theory) serta teori induced fit (Pujiyanto 2008,
30).
Menurut teori kunci dan anak kunci enzim bekerja dengan mekanisme
hanya anak kunci (substrat) dengan ukuran yang sesuai yang dapat masuk ke
lubang kunci (sisi aktif enzim). Teori indiced fit berasumsi bahwa substrat
berperan dalam menentukan bantuk akhir dari enzim dan bahwa sebagian enzim
bersifat fleksibel (Pujiyanto 2008, 30).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
Kerja enzim sngat dpengaruhi oleh banyak factor, antara lain suhu, pH,
jumlah enzm, knsentrasi substrat, dan adanya zat penghambat (inhibitor)
(pujiyanto 2008, 31).
2. Adenosine Thriphosphate (ATP)
Adenosine thriphosphate (ATP) adalah senyawa berenergi tinggi yang
diperlukan untuk berbagai aktiitas sel. ATP tersusun atas basa adenine, gula
ribose, dan tiga gugus fosfat (Pujiyanto 2008, 33).
3. Katabolisme
a. Katabolisme karbohidrat
Pada peristiwa perombakan karbohidrat akan dihasilkan energi. Energi
lanjutannya akan digunakan untuk berbagai keperluan hidup sel, seperti gerak,
pembelahan, transportasi zat, dan penyususnanan molekul-molekul organik yang
besar. Reaksi katabolisme karbohidrat meliputi atas respirasi dan fermentasi
(Pujiyanto 2008, 34).
29
1) Respirasi
Respirasi merupakan peristiwa oksidasi biologis yang menggunakan
oksigen sebagai akseptor (penerima) elektron terakhirnya. Dalam proses ini,
oksigen direduksi menjadi air (H2O). elektron dah hidrogen yang bebas mula-
mula ditangkap oleh NAD (nicotiamide adenine dinucleotida suatu substansi
yang berasal dari vitamin niasin) menjadi NADH2, tetapi selanjutnya atom
hidrogen dan electron diberikan kepada oksigen melalui sistem transpor elektron
sehingga dihasilkan kembali NAD dan H2O (Pujiyanto 2008, 34).
Tahap-tahap penguraian glukosa secara sempurna adalah:
1. Glikolisis
Glikolisis merupakan peristiwa penguraian glukosa (suatu senyawa dengan
6 atom karbon) menjadi dua asam piruvat (suatu senyawa dengan 3 atom karbon).
Reaksi glikolisis terjadi di dalam sitoplasma sel (Pujiyanto 2008, 34). Menurut
Akhyar (2004, 36-37) glikolisis mempunyai 9 tahapan reaksi dan melibatkan
enzim yang berbeda-beda. Sembilan langkah glikolisis adalah sebagai berikut:
a. Glukosa (senyawa 6 C) diubah menjadi glukosa 6-fosfat. Pada tahap ini
digunakan 1 mol ATP dan dengan bantuan enzim heksokinase.
b. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim
fruktoglukoisomerase.
c. Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim
fosfofruktokinase. Pada tahapan ini dipakai 1 mol ATP.
d. Fruktosa 1,6-bifosfat berubah menjadi 2 molekul fosfogliseraldehid (PGAL),
molekul yang mempunyai 3 atom C dengan bantuan enzim aldolase. Enzim
30
isomerase mengatalisis perubahan bolak-balik (reversibel) antara kedua gula
berkarbon-tiga tersebut, dan jika dibiarkan dalam tabung reaksi, akan
mencapai kesetimbangan. Akan tetapi ini tidak akan terjadi di dalam sel
karena enzim berikutnya hanyan menggunakan gliseraldehidafosfat sebagai
substratnya dan tidak menerima dihidroksi aseton fosfat. Hal ini akan
mendorong kesetimbangan diantara kedua gula berkarbon tiga tersebut ke arah
gliseraldehidafosfat, dimana senyawa ini dikeluarkan secepat laju
terbentuknya.
2. Pembentukan asetil koenzim A
Molekul glukosa diosidasi menjadi 2 gugus asetil dan 2 molekul Co2.
Hydrogen yang dilepaskan mereduksi NAD+ menjadi NADH. Dalam repiraasi
aerob, dihasilkan 4 molekul NADH dari molekul glukosa, yaitu 2 selama
glikolisis dan 2 selama pembentukan asetil KoA dari pirivat.
3. Siklus krebs atau siklus asam sitrat
Pirivat dirubah menjadi as. Laktat, etanol, dan sebagian asetat. Asetat
khususnya asetil KoA dapat diolah lebih lanjut dalam suatu proses siklis yang
disebut lingkaran tikarbooksilat, biasa juga disebut dengan daur krebs. Dalam
proses siklis dihasilkan CO2 dan H2O, terlepas energi yang mengandung tenaga
kimia besar, yaitu ATP. Daur krebs merupakan jalur metabolisme yang utama dari
berbagai senyawa hasil metabolisme, yaitu hasil katabolisme karbohidrat, lemak
dan protein.
Tahap-tahap daur as. trikarbooksilat (daur krebs) dalam Subardi (2009, 24-
25) adalah sebagai berikut:
31
1. Fase pertama, terurainya asam piruvat terlebih dahulu atas CO2 dan suatu zat
yang mempunyai atom C (asetat). Senyawa kemudian bersatu dengan koenzim
A menjadi asetil koenzim A.
2. Fase kedua, bersatunya asam oksalo easetat dengan asetil koenzim A sehingga
tersusun asam sitrat.
a. Pembentukan sitrat dari oksalo asetat dengan enzim sitrasinase.
b. Pembenrukan isositrat sari sitrat melalui cis-akonitat dengan enzim
akonitase
c. Oksidasi isositrat menjadi a-ketoglutarat dehidrogenase.
d. Oksidasi a-ketoglutarat menjadi suksinat dengan bantuan enzim a-
ketoglutarat dehidroenase.
e. Oksidasi suksinat menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidroenase.
f. Penambahan 1 mol H2O pada fumarat dengan enzim fumarase menjadi
malat.
g. Oksidasi malat mejadi oksalo asetat dengan enzim malat dehidrogenase.
Satu molekul asetil KoA dalam daur krebs mengahsilkan 12 ATP. Adapun
satu molekul glukosa akan menghasilkan 38 ATP.
4. Transpor elektron.
Sebelum masuk rantai transport elektron yang berada dalam mitokondria,
8 pasang atom H yang dibebaskan selama berlangsungnya siklus krebs akan
ditangkap oleh NAD dan FAD menjadi NADH dan FADH. Pada saat masuk ke
rantai transport elektron, molekul tersebut mengalami rangkaian reaksi oksidasi-
reduksi (Redoks) yang terjadi secara berantai dengan melibatkan beberapa zat
32
perantara masuk menghasilkan ATP dan H2O. beberapa zat perantara dalam reaksi
redoks, antara lain flavoprotein, koenzim A dan Q serta sitokrom a, a3, b, c, dan
c1. Semua zat perantara itu berfungsi sebgai pembawa hidrogen/pembawa
elektron.
Untuk 1 molekul NADH2 yang masuk ke rantai transport elektron
dihasilkan 3 molekul ATP sedangkan dari 1 molekul FADH2 dapat dihasilkan 2
molekul ATP.
Jadi, selama rekasi oksidasi 1 molekul glukosa dapat dihasilkan 38 ATP,
terdiri atas 2 ATP dari glikolisis, 2 ATP dari dekarbooksilasi oksidatif dan 6 ATP
dari siklus krebs (berasal dari NADH2) serta 4 ATP dari siklus krebs (berasal dari
FADH2), jika di jumlahkan akan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Energi ATP berasal dari 10 NADH2 selama 3 kali = 3 x (2+2+6) = 34
2. Energi ATP berasal dari 2 FADH2 selama 2 kali = 2 x 2 = 4
b. Fermentasi
Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa organik untuk
memperoleh energi tanpa menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron
terakhirnya. Sebagai pengganti oksigen, digunakan senyawa antara, misanya asam
piruvat atau asetaldehid untk mengikat elektron terakhinya. Karena tidak
menggunkan oksigen, fermentasi disebut juga respirasi anaerob
(Pujiyanto 2008, 41).
33
1) Fermentasi alkohol
Proses fermentasi alkohol berlangsung dalam kondisi anaerob sehingga
asam piruat yang terbentuk pada akhir glikolisis tidak berubah menjadi asetil
KoA. Asam piruvat akan mengalami dekarboksilasi menjadi asetaldehid dengan
dikatalisis oleh enzim piruvaat dehidrogenase. Asetaldehid kemudian mengalami
reduksi menjadi alkohol dengan bantuan alkohol dehidrogenase (Pujiyanto 2008,
41).
Asam piruat piruvat dehidrogenase
asetaldehid + CO2
Asetaldehid + NADH + H+
alkohol dehidrogenase
etanol + NADH+
Secara singkat Pujiyanto (2008, 42) menuliskan reaksi fermentasi alkohol
sebgai berikut:
Glukosa enzim
etanol (etil alkohol) + 2CO2 + 2 ATP
2) Fermentasi Asam Laktat
Pada fermentasi asam laktat dihasilkan dua ATP untuk setiap molekul
glukosa. Hal itu disebabkan NADH + H+ dari proses glikolisis digunakan untuk
mereduksi asam piruvat menjadi asma laktat. Secara ringkas, reaksi pemecahan
as. Laktat dari bahan glukosa dituliskan sebagai berikut (Pujiyanto 2008, 42).
Glukosa + 2 ADP enzim
2 as. Laktat + 2 H2O + 2 ATP
4. Anabolisme
Anabolisme (biosintesis) atau asimilasi merupakan reaksi penyusunan
senyawa kompleks dari senyawa-senyawa sederhana, misalnya sintesis asam
lemak, sintesis asam amino, atau sintesis senyawa metabolit sekunder lainnya.
Berdasarkan sumber energi yang dipakai, reaksi anabolisme dapat dibedakan
34
menjadi fotosintesis dan kemosintesis. Fotosintesis menggunakan energi cahaya
sebagai sumber energi untuk kemosintesis dan energi kimia (Pujiyanto 2008, 45).
Proses fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas terdapat di dalam
daging daun (mesofil) dan juga dapat ditemukan pada bagian-bagian lain
tumbuhan seperti batang dan ranting yang berwarna hijau. Di dalam kloroplas
terdapat pigmen berwarna hijau yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang dapat
menyerap spektrum cahaya matahari (Indun 2009, 54).
Susunan kloroplas terdiri atas membran ganda yang menyelubungi
ruangan yang berisi cairan (stroma). Membran tersebut membentuk suatu sistem
disebut membran tilakoid dan bentuknya seperti suatu bangunan kantung disebut
kantung tilakoid. Kantung-kantung tiakoid itu dapat berbentuk berlapis-lapis
disebut grana (Indun 2009, 54).
Tahapan dalam proses fotosintesis merupakan rangkaian dari suatu proses
penangkapan enrgi cahya (fotosistem), aliran elektron dan penggunaannya.
Klorofil hanyalah sebagian dari perangkat fotosistem untuk menangkap energi
cahaya dalam proses fotosintesis (Indun 2009, 54).
a. Reaksi terang fotosintesis
Reaksi terang fotosintesis terjadi di dalam membran tilakoid, tepatnya
pada kloroplas. Unit pengumpul cahaya pada membran tilakoid disebut
fotosistem, ada dua macam fotosistem yang terdapat pada membrane tilakoid
yaitu fotosistem I dan II. Reaksi terjadi ketika fotosistem I dan fotosistem II
terkena sinar matahari (Suwarno 2009, 49).
35
1) Fosforilasi siklik
Berlangsung di fotosistem I, pada fotosistem I terdapat klorofil a yang
peka terhadap pigmen gelombang 700nm sehingga disebut p700. Cahaya yang
mengenai klorofil akan menyebabkan krlorofil tereksitasi sehingga melepaskan
elektronnya. Elektron yang dilepaskan oleh klorofil ini akan di transfer dari satu
enzim ke enzim yang lain, dan sebagian dari energinya akan diserap oleh ADP
untuk mengikat phospat sehingga terbentuk ATP (Suwarno 2009, 49).
2) Fosforilasi nonsiklik
Fotosistem I yang terkena cahaya matahari akan melepaskan elektronnya
yang kemudian elektron ini akan segera mengikuti rantai tranpor elektron.
Sebagian energi yang ada pada reaksi transfer elektron ini digunakan untuk
membentuk ATP dari ADP. Bersamaan dengan peristiwa ini terjadi penguraian
molekul air menjadi molekul O2, ion hidrogen dan elektron, NADP akan
mengambil elektron yang berasal dari fotosistem I untuk mengikat ion hidrogen
sehingga terbentuk NADPH (Suwarno 2009, 49 ).
Fotosistem I yang telah kehilangan elektronnya akan segera menyedot
elektron dari fotosistem II (p680) yang terkena cahaya. Fotosistem II yang
kekurangan elektron akan segera mengambil elektron yang dihasilkan oleh
penguraian air. ATP dan NADPH yang dihasilkan pada reaksi terang ini akan
dimanfaatkan untuk membentuk glukosa pada reaksi gelap, sedangkan O2 yang
dihasilkan akan segera dikeluarkan sebagai hasil samping fotosintesis
(suwarno 2009, 49-50).
36
b. Reakasi gelap (siklus Calvin-Benson)
Jalur metabolisme reakasi pembentukan glukosa dari CO2 disebut siklus
Calvin. Dalam penambahan CO2 yang dikutip oleh Suwarno (2009, 50) terjadi
beberapa tahap reaksi, yaitu:
Tahap I
6 molekul CO2 dari udara brekasi dengan 6 molekul ribulosa difosfat
karbooksilaae menghasilkan 12 molekul 3 fosfogliserat.
Tahap II
12 molekul 3 fosfogliserat dikatalisis oleh enzim fosfogliserat kinase dan
gliseraldehida fosfat dehidrogenase akan terbentuk 12 molekul gliseraldehida 3
fosfat dengan bantuan 12 AT dan 12 NADPH.
Tahap III
12 gliseraldehida 3 fosfst akan diubah menjadi 3 molekul fruktosa-6-fosfat
untuk selajutnya fruktosa 6 fosfat diubah menjadi glukosa.
5. Hubungan antara katabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
Karbohidrat, protein, dan lemak bertemu pada jalur siklus krebs dengan
masukan asetil koenzim A. aseti KoA berperan sebagai bahan baku dalam siklus
krebs untuk menghasilkan energi yang berasal dari katabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak juga bermanfaat untuk menghasilkan senyawa lain yaitu dapat
membentuk ATP, hormone, komponen hemoglobin ataupun komponen sel
lainnya (Indun 2009, 59).
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Metode penelitian dalam penyususnan skripsi ini adalah metode penelitian
kualitatif jenis deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu pencarian fakta dengan
iterpretasi yang tepat (Nazir 2005, 54). Dengan penelitian deskriptif penulis
menggambarkan atau menjelaskan variabel yang telah diteliti melalui data-data
yang diambil dari penelitian, kemudian dianalisis dan diambil suatu kesimpulan
sebagai hasil penelitian. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan
tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik
objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
Lokasi penelitian bertempat di Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah fokus penelitian.
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang tidak dimaksudkan untuk
menguji teori yang ada. Namun, bertujuan untuk menggambarkan mengenai
fenomena tertentu. Oleh sebab itu penelitian ini hanya memiliki satu variabel atau
fokus penelitian. Dimana fokus penelitian yang dimaksudkan disini adalah
kesulitan belajar.
38
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi dalam penelitian kualitatif oleh Spradley dinamakan “social
situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place),
pelaku (actor), dan aktivitas (activitiy) yang berinteraksi secara sinergis
(Sugiyono 2011, 215).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan siswa kelas XII IPA Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa
Kabupaten Gowa kelas sebanyak 86 orang.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono 2011, 81).
Penelitian ini merupakan penelitian populasi, sebab keseluruhan anggota
populasi digunakan sebagai sampel.
Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 1 dan IPA 2.
D. Instrumen Penelitian
Instrumet penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian. Suatu instrumen harus teruji validitas dan realibilitasnya agar
dapat memperoleh data yang valid dan realiabel.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Tes hasil belajar biologi
Tes hasil belajar biologi adalah instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data hasil belajar siswa melalui tes objektif bentuk pilihan ganda
pada akhir pelajaran.
39
b. Pedoman Angket (Kuesioner)
Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2011, 142).
Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai faktor-faktor
kesulitan belajar apa yang dialami oleh siswa pada pokok bahasan metabolisme di
kelas XII IPA Madrasah Aliyah Syekh Yusuf Sungguminasa Kabupaten Gowa.
c. Lembar Observasi
Sutrisno hadi (1986) dalam Sugiyono (2011, 145) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatau proses yang tersususn
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Observasi yang dimaksud adalah observasi terhadap siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Instrumen ini digunakan dalam mengamati
segala aktivitas siswa yang menunjukkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
siswa pada pokok bahasan metabolisme, yang secara tidak langsung menunjukkan
siapa siswa yang mengalami kesulitan belajar.
d. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini
adalah wawancara terstruktur. Tekhnik ini digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa dan teknik remediasi apa
yang harus diambil untuk mengatasi kesulitan belajar siswa.
40
Suatu instrument harus teruji validitas dan reliabilitasnya agar dapat
memperoleh data yang valid dan reliabel. Oleh karena itu, untuk instrumen tes
hasil belajar peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu
melalui cara sebagai berikut:
1) Validitas
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur. Dalam bahasa Indonesia valid disebut dengan istilah “sahih”
(Arikunto 2005, 65).
Instrument yang valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mengungkap data variabel yang diteliti
secara lengkap. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana
data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang varibel yang
dimaksud.
rpbi =
√
keterangan:
ɣpbi = koefisien korelasi biseral
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang
dicari validitasnya
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
( p =
)
q = proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1-p) ......................................................(Sudijono 2011, 189).
Pengujian analisis statistik untuk validitas bisa juga dilakukan dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16
pada komputer.
41
b. Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika
tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian realibilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Menguji reliabilitas digunakan rumus Kuder Richardson20 (KR 20), yaitu:
r11 = (
∑
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
(arikunto 2005, 110-111).
Pengujian reliablitas soal dapat pula dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 pada komputer.
E. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 5 (lima) kali pertemuan pada pokok
bahasan metabolisme. Penelitian dilaksanakan untuk mendiagnosis tingkat
kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan metabolisme. Menurut Ross dan
Stanley dalam Makmun (2012, 309). Adapun langkah-langkah dalam
mendiagnosis adalah jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Who are pupils having trouble? (siapa siswa yang mengalami gangguan?)
2. Where are the errors located? (dimanakah kelemahan-kelemahan tersebut
dapat dilokalisasikan?)
42
3. Why are the errors located? (mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?)
4. What are remedies are suggested? (penyembuhan apa saja yang disarankan?)
5. How can errors be prevented (bagaimana kelemahan-kelemahan itu dapat
dicegah?)
F. Teknik Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik
untuk pengolahan data hasil penelitian yang meliputi analisis deskriptif yang
dimaksudkan untuk menjawab masalah pertama, masalah kedua, serta masalah
ketiga.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar
siswa, kemudian dari hasil belajar tersebut akan dilakukan diagnosis untuk
mengetahui kesultan belajar siswa. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas
tentang tingkat kesulitan belajar pada siswa maka dilakukan pengelompokan.
Pengelompokan dilakukan dengan lima kategori yang ditetapkan oleh Safriya
(2006, 53), yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.
Interval Kategori Tingkat Kesulitan Belajar
No. Nilai Kategori Kesulitan Belajar
1. 100 – 80 Sangat Rendah
2. 79 – 60 Rendah
3. 59 – 40 Sedang
4. 39 – 20 Tinggi
5. 19 – 1 Sangat Tinggi
Menentukan nilai hasil belajar siswa berdasarkan skor yang diperoleh
dengan rumus:
N =
%
43
Keterangan:
N : Nilai yang diperoleh siswa
w : Jumlah soal yang benar
n : Banyaknya item soal ......................................................(Sudijono 2011, 318).
Data yang terkumpul pada penelitian ini yaitu data hasil belajar dianalisis
dengan menggunakan teknik analisis deskriptif untuk mendeskripsikan
karakteristik distribusi nilai hasil belajar siswa dalam aspek kognitifnya. Untuk
keperluan tersebut digunakan:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan rentang nilai, yaitu data terbesar dikurangi data terkecil
R = Xt – Xr
Keterangan:
R = rentang nilai
Xt = data terbesar
Xr = data terkecil
2) Menentukan banyaknya kelas interval
K = 1 + (3,3) log n
Keterangan:
K = Kelas interval
n = jumlah siswa
3) Menghitung panjang kelas interval
P =
Keterangan:
P = panjang kelas interval
R = rentang nilai
K = Kelas interval
4) Menentukan ujung bawah kelas pertama
5) Membuat tabel distribusi frekuensi ...................................(Tiro 2006, 116).
44
b. Menghitung rata-rata
= ∑
∑
Keterangan:
= rata-rata
frekuensi
titik tengah
Standar deviasi
∑
Keterangan:
SD = Standar deviasi
Fi = frekuensi
∑(xi-x) = jarak antara tiap-tiap nilai
N-1 = banyaknya jumlah sampel
Pengujian analisis statistik untuk validitas bisa juga dilakukan dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16
pada komputer.
Data angket (Kuesioner) dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
persentase (%) melalui rumus:
Keterangan:
P : Angka persentase
f : Frekuensi yang dicari persentasenya
N : Banyaknya sampel responden ...........................................(Sudjana 2004, 130).
Penentuan jenis pilihan jawaban dari angket dengan menggunakan skala
likert melalui 5 kategori jawaban. Jawaban setiap item instrument yang
menggunakan skala likert mempunyai gradiasi yang sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
45
a) Sangat setuju (skor 5)
b) setuju (skor 4)
c) ragu-ragu (skor 3)
d) tidak setuju (skor 2)
e) sangat tidak setuju (skor 1) ..............................................(Sugiyono 2011, 94).
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian yaitu berupa data hasil
belajar biologi siswa yang diperoleh dengan menggunakan instrument tes hasil
belajar yang diberikan sebagai tes kemampuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sekaligus tingkat penguasaan materi siswa. Penelitian ini juga didukung
dengan angket dan wawancara terstruktur untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dan
pada sub pokok bahasan apa dalam metabolisme yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan belajar.
I. Hasil Analisis Tes Pilihan Ganda (Multiple coice) pada Pokok Bahasan
Metabolisme Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di MA Syekh Yusuf Sungguminasa
pada siswa kelas XII IPA I dan XII IPA II penulis mengumpulkan data dari
instrumen tes melalui skor hasil belajar siswa dan analisis butir tes objektif (Lihat
Lampiran A1).
Hasil analisis statistik yang diperoleh dari tes hasil belajar, yaitu rentang
nilai (R) sebesar 78, banyaknya kelas sebanyak 8, interval kelas/panjang kelas
(K) sebesar 10, nilai rata-rata (X) yang diperoleh sebesar 56,17 dengan nilai
varians (S2) sebesar 337,63 (untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran
A1). Data keseluruhan hasil dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi di bawah
ini:
47
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Interval
kelas
Frekuensi
(fi)
Persentase
(%)
11-20 7 9,2
21-30 5 6,6
31-40 2 2,6
41-50 2 2,6
51-60 16 21,1
61-70 32 42,1
71-80 10 13,2
81-90 2 2,6
jumlah 76 100,0
Kategori tingkat kesulitan belajar siswa berdasarkan tes objektif pilihan
ganda dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
Kategori Tingkat Keslitan Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Metabolisme
Nilai Kategori Frekuensi Persentase (%)
61 – 90 Rendah 44 57,8
51 – 60 Sedang 16 21,1
11 – 50 Tinggi 16 21,1
Jumlah 76 100,0
Sumber Data : Hasil Tes objektif siswa Siswa Kelas XII IPA MA Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 44 orang siswa yang berada pada
kategori “rendah” dengan persentase 57,8%, 16 orang berada pada kategori
“sedang” dengan persentase sebesar 21,1%, 16 orang yang berada pada kategori
“tinggi” dengan persentase sebesar 21,1%. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat kesulitan belajar siswa pada pokok bahasan
metabolisme berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil tes belajar dapat pula
48
disimpulkan bahwa terdapat 32 orang siswa yang mengalami kesulitan belajar
pada pokok bahasan metabolisme.
II. Hasil Angket dan Wawancara Mengenai Faktor dan Penyebab Kesulitan
Belajar yang Dialami Oleh Siswa Pada Pokok Bahasan Metabolisme
Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf
1. Angket
Berikut ini merupakan data angket yang dianalisis secara deskriptif
merupakan tanggapan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari daftar
angket tersebut tentang kesulitan belajar. Frekuensi jawaban siswa menunjukkan
sejauh mana kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok bahasan
metabolisme di MA Syekh Yusuf Sungguminasa.
Tabel 4
Tabel Akumulasi Angket Diagnosis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa MA.
Syekh Yusuf Kab. Gowa
No.
Soal
Item
Jawaban
Jumlah
a b c d e
1. 45 144 45 8 12 254
2. 75 76 57 46 0 254
3. 70 108 36 46 0 260
4. 10 116 39 54 5 224
5. 0 36 39 96 6 117
6. 5 88 108 26 4 231
7. 80 48 30 64 6 228
8. 70 20 48 62 10 210
9. 65 60 51 54 4 234
10. 70 72 27 64 3 236
11. 90 136 21 28 3 278
12. 0 108 39 56 8 211
13. 90 172 24 14 2 302
Berdasarkan angket item nomor 1, sebanyak 76 siswa yang hadir pada saat
penelitian berlangsung, terdapat 9 orang orang yang menjawab sangat setuju
dengan persentase sebesar 11,8%, 36 orang yang menjawab setuju dengan
49
persentase 47,4%, 15 orang yang menjawab ragu-ragu dengan persentase 19,7%,
4 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 5,3%, 12 orang menjawab
sangat tidak setuju dengan persentase 15,8%. Jadi, berdasarkan data yang
diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata 245 berada pada daerah setuju
(untuk penentuan daerah dapat dilihat pada lampiran A2). Berdasarkan tabel di
atas dapat disimpulkan bahwa menurut siswa materi ajar metabolisme sangat
mudah.
Berdasarkan angket item nomor 2, terdapat 15 orang orang yang
menjawab sangat setuju dengan persentase sebesar 19,7%, 19 orang yang
menjawab setuju dengan persentase 25,0%, 19 orang yang menjawab ragu-ragu
dengan persentase 25,0%, 23 orang menjawab tidak setuju dengan persentase
30,3%, dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut siswa materi ajar metabolisme tidak
sulit.
Berdasarkan angket item nomor 2, terdapat 14 orang orang yang
menjawab sangat setuju dengan persentase sebesar 18,4%, 27 orang yang
menjawab setuju dengan persentase 35,5%, 12 orang yang menjawab ragu-ragu
dengan persentase 15,8%, 23 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 30,3
%, dan tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Jadi berdasarkan data
yang diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata 260 berada pada daerah
setuju. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa usaha yang dilakukan oleh siswa untuk
memperoleh nilai yang baik pada pokok bahasan metabolisme tidak seimbang
50
dengan nilai yang mereka dapatkan. Hal ini merujuk kepada ciri-ciri siswa
berkesulitan belajar.
Berdasarkan angket item nomor 4, terdapat 2 orang orang yang menjawab
sangat setuju dengan persentase sebesar 2,6%, 29 orang yang menjawab setuju
dengan persentase 38,2%, 17 orang yang menjawab ragu-ragu dengan persentase
13,1%, 27 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 35,2 %, dan 5 orang
menjawab sangat tidak setuju dengan persentase 6,8%. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kemampuan menghafal.
Berdasarkan angket item nomor 5, tidak ada siswa yang menjawab sangat
setuju, 9 orang siswa yang menjawab setuju dengan persentase 11,8%, 13 orang
yang menjawab ragu-ragu dengan persentase 17,1%, 48 orang menjawab tidak
setuju dengan persentase 63,2%, dan 6 orang menjawab sangat tidak setuju
dengan persentase 7,9%. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh terhadap 76
responden maka rata-rata 177 berada pada daerah tidak setuju. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan berhitung
saja tetapi memiliki kemampuan lain, seperti menghafal dan memahami.
Berdasarkan angket item nomor 6, terdapat seorang siswa yang menjawab
sangat setuju, dengan persentase 1,3%, 22 orang siswa yang menjawab setuju
dengan persentase 28,9%, 36 orang yang menjawab ragu-ragu dengan persentase
terbesar, yakni 47,4%, 13 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 17,1%,
dan 4 orang menjawab sangat tidak setuju dengan persentase 5,3%. Jadi
berdasarkan data yang diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata 231 berada
51
pada daerah setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan
menghafal dan mengitung.
Berdasarkan angket item nomor 7, terdapat 16 orang siswa yang
menjawab sangat setuju, dengan persentase 1,3%, 22 orang siswa yang menjawab
setuju (28,9%), 36 orang yang menjawab ragu-ragu (47,4%), 13 orang menjawab
tidak setuju dengan persentase 17,1%, dan 4 orang menjawab sangat tidak setuju
dengan (5,3%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tidak
hanya belajar di sekolah saja. Namun, waktu dirumah selain dimanfaatkan untuk
bermain dan beristirahat juga dimanfaatkan untuk belajar.
Berdasarkan angket item nomor 8, terdapat 14 orang siswa yang menjawab
sangat setuju, dengan persentase 18,4%, 5 orang siswa yang menjawab setuju
(6,6%), 16 orang yang menjawab ragu-ragu (21,0%), 31 orang menjawab tidak
setuju dengan persentase 40,8%, dan 10 orang menjawab sangat tidak setuju
(13,2%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tidak selalu
mengantuk ketikan pokok bahasan metabolism diajarkan.
Berdasarkan angket item nomor 9, terdapat 13 orang siswa yang menjawab
sangat setuju, dengan persentase 17,1%, 15 orang siswa yang menjawab setuju
dengan persentase 19,7%, 17 orang yang menjawab ragu-ragu dengan persentase
yakni 22,4%, 27 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 35,5%, dan 4
orang menjawab sangat tidak setuju dengan persentase 5,3%. Jadi berdasarkan
data yang diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata 234 berada pada
daerah setuju. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sulit memahami pokok bahasan
52
metabolisme karena mereka lambat dalam berfikir (slow learner)/ lambat dalam
menerima pelajaran.
Berdasarkan angket item nomor 10, terdapat 14 orang siswa yang
menjawab sangat setuju, dengan persentase 18,4%, 18 orang siswa yang
menjawab setuju (23,7%), 9 orang yang menjawab ragu-ragu (11,8%), 32 orang
menjawab tidak setuju (42,2%), dan 3 orang menjawab sangat tidak setuju (3,9%).
Jadi berdasarkan data yang diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata 236
berada pada daerah setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pokok bahasan
metabolism sulit difahami oleh siswa karena guru menjelaskan pokok bahasan
terlalu cepat.
Berdasarkan angket item nomor 11, terdapat 18 orang siswa yang
menjawab sangat setuju, dengan persentase 23,7%, 37 orang siswa yang
menjawab setuju dengan persentase 44,8%, 7 orang yang menjawab ragu-ragu
dengan persentase yakni 9,2%, 14 orang menjawab tidak setuju dengan
persentase 18,4%, dan 3 orang menjawab sangat tidak setuju dengan persentase
3,9%. Jadi berdasarkan data yang diperoleh terhadap 76 responden maka rata-rata
278 berada pada daerah setuju. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pokok
bahasan metabolism sulit untuk difahami oleh siswa sebab fasilitas belajar dan
buku paket mereka kurang.
Berdasarkan angket item nomor 12, tidak ada siswa yang menjawab sangat
setuju. 27 orang siswa yang menjawab setuju dengan persentase 35,5%, 13 orang
yang menjawab ragu-ragu dengan persentase yakni 17,1%, 28 orang menjawab
tidak setuju dengan persentase 36,9%, dan 8 orang menjawab sangat tidak setuju
53
dengan persentase 10,5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa menyesal ketika mendapat nilai kurang baik padapokok bahasan
metabolisme.
Berdasarkan angket item nomor 13, 18 orang siswa yang menjawab sangat
setuju dengan persentase 23,7%. 43 orang siswa yang menjawab setuju dengan
persentase 56,6%, 8 orang yang menjawab ragu-ragu dengan persentase, yakni
10,5%, 7 orang menjawab tidak setuju dengan persentase 9,2%, dan tidak ada
yang menjawab sangat tidak setuju. Jadi berdasarkan data yang diperoleh
terhadap 76 responden maka rata-rata 302 berada pada daerah setuju. Hal ini
menerangkan bahwa pokok bahasan metabolisme sulit untuk difahami ketika guru
mengajar menggunakan metode ceramah (hanya menjelaskan saja).
2. Wawancara
Berikut ini merupakan data wawancara terstruktur yang dianalisis secara
deskriptif yang merupakan jawaban siswa dalam menanggapi pertanyaan-
pertanyaan dari daftar wawancara terstruktur tentang kesulitan belajar. Frekuensi
jawaban siswa menunjukkan dibagian mana kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar apa saja yang dialami olesh
siswa pada pokok bahasan metabolisme di MA Syekh Yusuf Sungguminasa.
54
Tabel 5
Tabel Akumulasi Wawancara Diagnosis Tingkat Kesulitan Belajar Siswa
MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa
No.
Soal
Jawaban
Siswa
Jumlah
a b c d e
1. 48 8 5 5 10 76
2. 10 21 31 4 10 76
3. 10 6 17 15 28 76
4. 39 6 12 5 15 76
5. 15 11 17 21 12 76
6. 8 24 11 6 27 76
7. 29 26 7 5 9 76
Berdasarkan wawancara item nomor 1, sebanyak 76 siswa yang hadir pada
saat penelitian berlangsung, 48 orang siswa yang menjawab menyukai biologi
dengan persentase 63,2%. 8 orang siswa yang menjawab matematika dengan
persentase 10,5%, 5 orang yang menjawab fisika dengan persentase 6,6%, 5 orang
menjawab kimia dengan persentase 6,6%, dan 10 orang siswa menjawab jawaban
lain, yakni gabungan dari kedua mata pelajaran misalnya biologi dan kimia, fisika
dan matematika, matematika dan biologi dengan persentase 12,2%. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa menyenagi pelajaran
biologi
Berdasarkan wawancara item nomor 2, 10 orang siswa yang menjawab
tidak menyukai biologi dengan persentase 13,2%. 21 orang siswa yang
menjawab matematika dengan persentase 27,6%, 4 orang yang menjawab fisika
dengan persentase 5,2%, 31 orang menjawab kimia dengan persentase 40,8%, dan
10 orang siswa menjawab jawaban lain yakni gabungan antara kedua mata
pelajaran. Misalnya biologi dan kimia, fisika dan matematika, dan matematika dan
55
biologi dengan persentase 13,2%. Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan siswa tidak menyenangi pelajaran kimia.
Berdasarkan wawancara item nomor 3, 10 orang siswa yang menjawab
lebih mudah memahami respirasi dengan persentase 13,2%. 6 orang siswa yang
menjawab katabolisme lemak dan protein dengan persentase 7,9%, 17 orang yang
menjawab fotosintesis dan kemosintesis dengan persentase 22,4%, 15 orang
menjawab enzim dengan persentase 19,7%, dan 28 orang siswa menjawab
jawaban lain, yakni tidak ada sub pokok materi dalam pokok bahasan
metabolisme yang mudah dipahami dengan persentase sebesar 6,8%. Berdasarkan
data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa tidak memahami sub-
sub materi pada pokok bahasan metabolisme.
Berdasarkan wawancara item nomor 4, 39 orang siswa yang menjawab
enzim minim/kurang penjelasan oleh guru dengan persentase 50,0%. 6 orang
siswa yang menjawab ATP dengan (7,9%), 12 orang yang menjawab katabolisme
(15,8%), 5 orang menjawab anabolisme (6,6%), dan 15 orang siswa menjawab
Enzim dan ATP (19,7%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
enzim merupakan sub materi yang kurang penjelasan oleh guru.
Berdasarkan wawancara item nomor 5, 15 orang siswa yang menjawab sub
pokok bahasan respirasi paling sulit untuk dipahami dengan persentase 19,7%. 11
orang siswa yang menjawab katabolisme lemak dan protein dengan persentase
14,5%, 17 orang yang menjawab fotosintesis dan kemosintesis dengan persentase
22,4%, 21 orang menjawab enzim dengan persentase 27,6%, dan 12 orang siswa
menjawab semua materi dalam metabolisme sulit untuk dipahami, dengan
56
persentase 15,8%. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa enzim merupakan sub
materi yang sulit dipahami oleh siswa.
Berdasarkan wawancara item nomor 6, 8 orang siswa yang menjawab
reaksi-reaksi dalam metabolisem yang paling sulit untuk dipahami dengan
persentase 10,5%. 24 orang siswa yang menjawab proses, siklus dan jalurnya
dengan persentase 31,6%, 11 orang yang menjawab enzim-enzim yang berbeda
namanya dengan persentase 14,5%, 6 orang menjawab anabolisme dengan
persentase 7,9%, dan 21 orang siswa menjawab dengan jawaban lain seperti
gabungan dari kedua hal misalnya enzim-enzim yang berbeda namanya dan
mengitung jumlah ATP yang dihasilkan, dengan persentase terbesar, yakni 35,5%.
Berdasarkan wawancara item nomor 7, 29 orang siswa yang menjawab
sulit berkonsentrasi merupakan faktor penyebab kesulitan belajar yang mereka
alami dalam belajar metabolisme dengan persentase 38,2%. 26 orang siswa yang
menjawab proses siklus dan jalurnya dengan persentase 34,2%, 7 orang yang
menjawab enzim-enzim yang berbeda namanya dengan persentase 9,2%, 5 orang
menjawab anabolisme dengan persentase 6,6%, dan 9 orang siswa menjawab
dengan jawaban lain, diantara jawaban lain tersebut ada siswa yang menyebutkan
bahwa semua dari faktor kesulitan belajar tersebut mereka alami dan ada pula
yang menjawab mereka memang lambat dalam berfikir (slow learner) dengan
persentase 11,8%. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kebanyakan siswa
sulit berkonsentrasi saat belajar metabolisme.
57
B. Pembahasan Hasil Penelitian
I. Tingkat Kesulitan Belajar Siswa berdasarkan Analisis Tes Pilihan
Ganda (Multiple coice) pada Pokok Bahasan Metabolisme Siswa Kelas
XII IPA MA. Syekh Yusuf Sungguminasa Berdasarkan analisis tes pilihan ganda pada pokok bahasan metabolisme
siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf Sungguminasa terlihat nilai tertinggi
adalah 89 dan nilai terendah adalah 11. Berdasarkan tabel 3, terdapat 44 orang
siswa yang berada pada kategori “rendah” dengan persentase 57,8%, 16 orang
berada pada kategori “sedang” dengan persentase sebesar 21,1%, 16 orang yang
berada pada kategori “tinggi” dengan persentase sebesar 21,1%. Berasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan belajar siswa pada pokok
bahasan metabolisme berada pada kategori rendah. Berdasarkan analisis tes
pilihan ganda dan lembar observasi yang diisi pada saat penelitian berlangsung
dapat disimpulkan bahwa terdapat 32 orang siswa yang mengalami kesulitan
belajar pada pokok bahasan metabolisme.
Hal ini didukung oleh pendapat Burton yang dikutip dalam Makmun
(2012, 308) menyatakan bahwa siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar
kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan minimal
seperti yang telah ditetapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil temuan dari penulis, hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal diantaranya minat terhadap pokok bahasan metabolisme kurang,
kurangnnya motivasi belajar, guru tidak menyusun program pembelajaran dengan
baik, penggunaan metode pembelajarn yang kurang tepat, dan fasilitas belajar
seperti buku paket dan laboratorium yang kurang memadai merupakan penyebab
kesulitan belajar siswa.
58
Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Slameto
(2003, 57) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran
yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-
baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik
minat siswa, lebih mudah dipelajari, karena minat menambah kegiatan belajar.
Begitu pula dengan motivasi. Menurut Djamarah (2002, 115) motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi
untuk belajar adalah kondisi pisikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
Dengan demikian siswa yang memiliki motivasi yang besar terhadap pokok
bahasan metabolisme akan tampak gigih berusaha untuk memahami pelajaran dan
memperoreh nilai yang baik. Sedangkan, siswa yang motivasinya rendah terhadap
pokok bahsan metabolisme akan Nampak acuh tak acuh, perhatiannya tidak
tertuju pada pelajaran, sehingga mengalami kesulitan dalam belajar. Untuk itu
minat dan motivasi terhadap pokok bahasan metabolisme perlu ditngkatkan. Disisi
lain, guru yang tidak menyusun program pembelajaran dengan baik dapat
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar. Menurut Abdurrahman
(2012, 8) penyebab utama kesulitan belajar adalah strategi pembelajaran yang
keliru dan pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi
belajar anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugrahalia (2008)
menunjukkan bahwa kunci kesuksesan pembelajaran di sekolah yang pertama dan
utama adalah terletak pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Sistem perencanaan dan pengelolaan pembelajaran yang baik akan menjamin
59
terjadinya proses belajar yang efektif pada siswa, terutama melalui pengamatan,
mendengarkan, resitasi dan terencana. Hal ini didukung oleh pendapat Gagne dan
Bringgs (1987) dalam Ardens (1998) yang menyatakan, bahwa pengajaran yang
dirancang secara sistematis banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu
manusia. Metode ceramah yang digunakan oleh guru juga merupakan penyebab
kesulitan belajar siswa, dimana dengan pengguanan metode ceramah siswa jenuh
dan tidak termotivasi terhadap pokok bahasan yang diajarkan. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Sapuroh (2010) dalam skripsinya bahwa metode ceramah yang
digunakan oleh guru kurang bervariasi dan tidak inovatif sehingga membosankan
dan tidak menarik minat siswa. Sehingga menyebabkan kesulitan belajar.
Pandangan ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Makmun
(2012, 240-250) bahwa kelemahan dari metode ceramah adalah terbatasnya
kesempatan para siswa, hanya bersifat mentaly prosessing saja (itu pun bagi
mereka yang mempunyai kemampuan daya tangkap dan kecocokan latar belakang
dengan permasalahan yang dibicarakan); kalau penceramah (guru) kurang mampu
mempergunakan berbagai teknik secara bervariasi, dapat mendatangkan
kejemuhan. Buku paket dan laboratorium merupakan fasilitas belajar yang harus
ada dalam pembelajaran IPA, dan apabila fasilitas belajar ini tidak memadai maka
hal ini dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar,
metabolisme merupakan pokok bahasan yang kompleks dan cenderung abstrak
jadi, diperlukan buku paket dan laboratorium untuk membuat pokok bahasan ini
lebih nyata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sapuroh (2010)
yang memaparkan bahwa faktor lingkungan sekolah seperti teman, guru, media
60
pembelajaran baik berupa buku paket ataupun laboratorium mampu memberikan
kostribusi yang cukup besar terhadap perkembangan siswa yang dapat
menyebabkan kesulitan atau tidaknya siswa dalam belajar sebesar 65%. Oleh
sebab itu, fasilitas belajar perlu dilengkapi guna menghindari kesulitan-kesulitan
belajar siswa.
II. Kesulitan Belajar yang Dialami oleh Siswa Berdasarkan Analisis Tes
PIlihan Ganda pada Siswa Kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf
Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas belajar bagi setiap siswa tidak
selamanya berlangsung secara wajar. Terkadang peserta didik tidak dapat beajar
sebagaimana mestinya sehingga peserta didik tidak mampu memahami dan
memperoleh nilai yang baik. Kondisi yang dialami oleh peserta didik seperti ini
disebut kesulitan belajar. Hal ini ditemui pada beberapa siswa di MA. Syekh
Yusuf Sungguminasa Kab. Gowa.
Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah karena kesulitan belajar
merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Tidak seperti tunanetra,
tunarungu, atau tunagrahita yang bersifat homogen, kesulitan belajar memiliki
banyak tipe yang masing-masing memerlukan diagnosis dan program pembekalan
peran yang berbeda-beda (Abdurrahman 2012, 6).
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilites) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic
learning disabilites) (Abdurrahman 2012, 7).
Kesulitan belajar yang dilami siswa kelas XII IPA MA. Syekh Yusuf
berdasarkan analisis tes pilihan ganda pada pokok bahasan metabolisme lebih
61
condong kepada kesulitan belajar akademik. Kesulittan belajar akademik
menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang
sesuai dengan kapasitas yang diharapkan (Abdurrahman 2012, 7).
Berdasarkan analisis tes pilihan ganda terlihat bahwa pada soal nomor 1, 3,
8, 9, 10, 20, 22, 23, dan 25 merupakan soal tersulit yang dikerjakan oleh siswa.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada sub
materi enzim, respirasi dan fotosintesis.
Berdasarkan temuan penulis hal tersebut disebabkan oleh pokok bahasan
metabolisme merupakan materi yang kompleks, dimana diperlukan kemampuan
untuk memahami proses-proses, siklus-siklus, dan reaksi-reaksi kimia yang
berlangsung di dalamnya dan juga diperlukan kemampuan berhitung untuk
menghitung energi dalam bentuk ATP yang dihasilkan pada tiap tahapan reaksi.
Tidak hanya itu saja, kesulitan belajar yang dialami oleh siswa juga disebabkan
karena pokok bahasan ini cenderung abstrak.
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugrahalia
(2008). dari hasil diagnosis yang beliau lakukan ditemukan bahwa kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa pada umumnya disebabkan karena ingatan siswa
terhadap materi pelajaran metabolisme sangat rendah; siswa kurang mampu
menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
sebelumnya. Selain itu permasalahan pembelajaran lain, khusus berkaitan dengan
topik kajian Metabolisme dan Sel adalah sulitnya siswa memahami materi karena
peristiwa yang dibicarakan dalam kajian ini cenderung abstrak (tidak dapat dilihat
dalam proses nyata). Guru telah berupaya membuatnya menjadi lebih nyata
62
dengan melakukan praktikum, namun karena keterbatasan peralatan yang dimiliki
dan waktu yang tersedia tidak semua fenomena biologi yang dapat diungkap.
Berdasarkan temuan tersebut maka langkah diagnosis ke dua dan ke tiga
telah terjawab; untuk langkah diagnosis ke dua letak kelemahan-kelemhan
peyebab kesulitan belajar adalah pada sub materi enzim, respirasi dan fotosintesis;
untuk langkah diagnosis ke tiga kelemahan-kelemahan tersebut dapat terjadi
disebabkan karena metabolisme merupakan materi yang kompleks, diperlukan
kemampuan menghafal dan memahami proses, siklus dan reaksi-reaksi yang
terjadi di dalamnya dan menghitung jumlah energi yang diahasilkan pada tiap
tahapannya, selain itu materi metabolisme juga cenderung abstrak (tidak dapat
dilihat dalam proses nyata).
III. Tindakan yang Disarankan oleh Guru dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Metabolisme Pada Siswa Kelas XII
IPA MA. Syekh Yusuf Kab. Gowa
Berdasarkan penelitian yang dilakuan dapat diketahui bahwa kesulitan
belajar siswa merupakan kesulitan belajar akademik, sebab siswa yang mengalami
kesulitan belajar tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi yang telah ditetapkan
oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdurrahman (2012, 7) yang
menyatakan bahwa kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-
kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang
diharapkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakuan, kesulitan belajar terletak pada sub
pokok materi enzim, respirasi, dan fotosintesis. Atas dasar itu, dapat disimpulkan
bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut masih dapat ditolong
dengan jalan menggunakan waktu yang tersedia seefisien mungkin untuk
63
menjelaskan atau memaparkan materi yang dianggap sulit dan minim penjelasan
oleh guru, dengan jalan menyusun program pembelajaran sesuai dengan sifat
materinya. Berdasarkan temuan penulis materi yang dianggap sulit oleh siswa
adalah enzim, respirasi, dan fotosintesis. Oleh sebab itu diperlukan waktu yang
lebih untuk memaparkan materi tersebut, terutama untuk enzim yang dianggap
siswa minim penjelasan oleh guru. Memperkuat penjelasan pada reaksi, proses
siklus dan jalurnya, sebaiknya menggunakan media belajar yang menarik agar
siswa mudah memahami misalkan siklus dibuat pada materi karton, powerpoint,
dan macromedia flash.
Dengan melihat penyebab kesulitan yang dialam siswa diantaranya siswa
sulit berkonsentrasi, fasilitas belajar seperti buku paket yang kurang, sering tidak
masuk sekolah karena sakit, beberapa siswa lambat dalam berfikir (slow learner),
penjelasan guru yang terlalu cepat, dan pembelajaran dengan menggunakan
metode ceramah. Sebaiknya siswa yang sulit berkonsentrasi di tempatkan pada
tempat duduk di depan agar dengan mudah siswa dapat berinteraksi pada guru,
sealain itu penggunaan metode ceramah dapat diubah dengan menggunakan
metode lain misalkan metode pembelajaran kooperatif atau metode pembelajaran
kognitif. Untuk siswa yang jarang masuk karena sakit dan siswa yang lambat
dalam berfikir dapat diatur tempat duduknya dan dipilihkan teman duduk sebagai
tutor sebaya agar ketinggalan yang mereka alami dapat dikejar. Sebaiknya guru
tidak terlalu cepat dalam menjelasan agar siswa dapat mengerti, selain itu
sebaiknya guru memberikan umpan balik berupa bertanya kepada siswa, agar
siswa fokus dalam proses pembelajaran. Menciptaan suasana belajar yang sehat,
64
dapat dilakukan dengan suasana belajar koperatif, suasana belajar kompetitif, dan
suasana belajar individualistik. Hal ini didukung oleh pendapat Abdurrahman
(2012, 87) yang menyatakan bahwa suasana belajar berpengaruh terhadap
motivasi sedangkan motivasi berpengaruh terhadap besarnya upaya pencapaian
prestasi. Ada tiga suasana belajar yang perlu diperhatikan agar anak berhasil
mencapai prestasi yang diharapkan, yaitu suasana belajar kooperatif, kompetitif
dan individualistik. Fasilitas belajar sebaiknya juga menjadi prioritas utama bagi
seluruh pemerhati pendidikan terutama oleh guru, sebab seperti yang kita ketahui
bahwa fasilitas belajar seperti buku paket merupakan salah satu penunjang dalam
tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian langkah diagnosis ke empat
dapat terjawab. Hal serupa juga dikemukakan oleh Makmun (2012, 335) bahwa
untuk mengatasi kesulitan belajar komponen-komponen belajar mengajar pokok
yang disyaratkan (buku paket, laboratorium, dan sebagainya) perlu dipenuhi.
Proses pemberian bantuan dapat dilaksanakan segera setelah proses
diagnosis dilaksanakan. Pada proses pemberian bantuan yang terlibat di dalamnya
adalah seluruh elemen-elemen sekolah terutama guru dan siswa yang
bersangkutan. Waktu yang diperlukan untuk proses pemberian bantuan
disesuaikan dengan waktu yang disediakan sekolah untuk proses prognosis
(pemberian bantuan).
Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa pada pokok bahasan
metabolisme tingkat kesulitannya berada pada kategori rendah. Oleh sebab itu, hal
ini dapat dicegah dengan cara pengguanan multimodel, multimedia dan strategi
pembelajaran yang menarik agar para siswa tidak jenuh dan bersemangat dalam
65
mempelajari pokok bahasan metabolism. Menurut penulis Penggunaan
multimodel, multimedia, dan stategi pembelajaran yang menarik merupakan salah
satu cara yang efektif dalam mencegah kesulitan belajar pada pokok bahasan
metabolisme.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugrahalia (2008)
yang memaparkan bahwa Pembelajaran topik kajian Metabolisme dan Sel
menggunakan multimodel dan multimedia dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas belajar siswa di dalam dan di
luar kelas.
Dengan demikian proses diagnosis ke lima telah terjawab. kelemahan-
kelemahan itu dapat dicegah dengan jalan penggunaan multimodel, multimedia,
dan strategi belajar yang menarik pada pokok bahasan metabolisme.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat kesulitan belajar siswa berdasarkan hasil analisis tes pilihan ganda
pada pokok bahasan metabolisme terdapat 44 orang siswa yang berada pada
kategori “rendah” dengan persentase 57,8%, 16 orang berada pada kategori
“sedang” dengan persentase sebesar 21,1%, 16 orang yang berada pada
kategori “tinggi” dengan persentase sebesar 21,1%. Berdasarkan data
tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan belajar siswa pada pokok
bahasan metabolisme berada pada kategori rendah.
2. Berdasaran analisis tes pilihan ganda, siswa mengalami kesulitan belajar
akademik pada sub pokok bahasan enzim, respirasi dan fotosintesis.
3. Tindakan yang disarankan dalam mengatasi kesulitan belajar adalah
menyusun program pembelajaran dengan memperhatikan sifat materi.
Memberikan penjelasan yang lebih terhadap materi yang dianggap berat
seperti enzim, respirasi, dan fotosintesis. Memperkuat penjelasan terhadap
reaksi, proses, jalur dan siklus metabolisme. Sebaiknya menggunakan media
seperti media powerpoint, macromedia flash, atau membuatnya pada media
karton. Memberikan perhatian yang lebih terhadap siswa yang berkesulitan
belajar dengan menempatkan siswa yang berkesulitan belajar bersama tutor
sebaya. Melengkapi fasilitas belajar peserta didik seperti buku cetak dan
67
laboratorium. Mengajarkan pokok bahasan metabolisme dengan metode
pembelajaran yang dapat memfokuskan konsentrasi siswa, misalnya dengan
metode kooperatif atau metode kognitif dan menciptakan suasana belajar yang
sehat, seperti suasana belajar kooperatif, kompetitif dan individualistik.
Pencegahan kesulitan belajar dapat dilakukan dengan menggunakan
multimodel dan multimedia untuk meningkatkan motivasi siswa.
B. ImplikasiPenelitian
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka beberapa
hal yang disarankan antara lain:
1. Kepada guru mata pelajaran biologi, khususnya di MA Syekh Yusuf Kab.
Gowa disarankan agar melakuan tindakan diagnosis untuk mengetahui
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, khususnya pada pokok bahasan
Metabolisme.
2. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dapat diklasifikasikan menjadi 2
yakni kesulitan belajar perkembangan dan akademik. Oleh sebab itu guru
dituntut harus memiliki kompetensi teknis dan kolaboratif, untuk menangani
anak yang berkesulitan belajar.
3. Diharapkan bagi calon peneliti berikutnya selain melakukan diagnosis
sebaiknya peneliti juga melakukan tindakan prognosis (penyembuhan) agar
penelitian yang dilakukan hasilnya lebih maksimal.
73
Daftar Pustaka
Abbas, Husmawati. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Upaya Mengatasinya di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ulaweng Cinnong Bone. Makassar: Skripsi Sarjana
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2009.
Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Agus, Ali. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa pada Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Biologi Pokok Bahasan Virus SMA Negeri 1 Bontotiro Kabupaten Bulukumba.
Makassar: Skripsi Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar,
2011.
Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Akbar. Kesulitan Belajar Konsep Pecahan Murid Kelas V SDI Mallengkeri I Makassar.
Makassar: Skripsi Sarjana Universitas Negeri Makassar, 2007.
Arends. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies, 1998.
Arikunto, Suarsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Budiningsih, C. Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Djamarah, Bahri, Saeful, dan Azwan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2002.
Indun, Kistinnah dan Endang sri Lestari. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya.
Jakarta: DEPDIKNAS, 2009.
Kadeni, Peranan Guru dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar (Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 2003) Vol. 5 no. 1, Edisi April.
Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul.
Bandung. PT. Rosdakarya, 2012.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 2005.
Nasution. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Nasution, Noehi. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta: direktorat jendral
pembinaan kelembagaan agama islam dan universitat terbuka, 1991.
74
Nugrahalia, Maida. Peningakatan Motivasi Belajar Siswa Pada Topik Kajian
Metabolisme dan Sel Menggunakan Multimodel dan Multimedia MAN 1
Medan. Medan: Universitas Negeri Medan, 2008.
Nugroho, W. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Pujiyanto, Sri. Menjelajah Dunia Biologi 3. Bandung: Platinum, 2008.
Purwanto, MN. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996.
Republik Indonesia. 2003. “Undang-undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Pendidikan. Jakarta: PT.
Panca Usaha.
Sapuroh, Sitti. Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Memahami Konsep Biologi
pada Konsep Monera MAN Serpong Tangrang: Skripsi Sarjana Fakultas
Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina
Aksara, 2003.
_______. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Bina
Akasara, 2010.
Subardi, Nuryani, dan Pramono. Biologi 3. Jakarta: DEPDIKNAS, 2009.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo. 2004
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 2005.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Suwarno. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: DEPDIKNAS, 2009.
Syah, Muhibidin. Psikologi Pendidikan dengan penekatan baru. Bandung:PT. remaja
rosdakarya,2004.
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2000.
____________. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2006.
RIWAYAT HIDUP
Wahyuni dilahirkan di Ambon pada tanggal 30 Oktober
1991. Anak pertama dari 2 bersaudara hasil buah kasih
dari pasangan H. Nurdin dengan Hj. Supriani. Pendidikan
Formal dimulai dari Sekolah Dasar di SDI Pajjaiang dan
lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) Negeri 12 Makassar dan lulus pada tahun 2006, dan pada tahun yang
sama pula penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 21 Makassar dan lulus
pada tahun 2009. Kemudian penulis melanjutkan studi ke jenjang S1 dengan
mengambil jurusan Pendidikan Biologi pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar melalui jalur SNPTN dan selesai pada tahun 2013 dengan gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Top Related