Download - Skripsi Ice

Transcript
Page 1: Skripsi Ice

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk menjaga kelangsungan hidup sebuah perusahaan atau

lembaga usaha milik pemerintah, maka diperlukan suatu penanganan dan

pengelolaan sumber daya yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan

baik. Bagi pihak manajemen, selain dituntut untuk dapat

mengkoordinasikan penggunaan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan secara efisien dan efektif, juga dituntut untuk dapat

menghasilkan keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian

tujuan perusahaan di masa yang akan datang. Sebuah perusahaan

ataupun lembaga usaha baik milik pemerintah maupun swasta dituntut

untuk lebih memaksimalkan kinerjanya dalam berbagai kegiatan. Dalam

melakukan kegiatan tersebut di dalam sebuah perusahaan atau lembaga

usaha diperlukan manajemen yang baik, yang bisa mengelola keuangan

dengan maksimal.

Selain itu manajemen juga perlu melakukan penilaian atas kinerja

keuangannya per periode sehingga berdasarkan hasil kinerja tersebut tim

manajemen dapat mengetahui maju mundurnya perusahaan tersebut, yang

nantinya akan berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang,

khususnya kemampuan perusahaan secara likuiditas.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu

unit usaha milik daerah, yang bergerak dalam distribusi air bersih bagi

masyarakat. Sebuah perusahaan yang didirikan oleh pemerintah daerah

yang dapat meningkatkan pendapatan daerah. Perusahaan Air Minum

1

Page 2: Skripsi Ice

Daerah (PDAM) yang pada awalnya menguasai penyediaan air bersih

diseluruh Indonesia termasuk di Kota Bima, akhir – akhir ini mengalami

tantangan baik dengan kehadiran perusahaan air minum kemasan isi ulang

yang harganya relatif terjangkau serta kecendrungan masyarakat di Kota

Bima yang memanfaatkan sumur bor, sehingga menyebabkan jumlah

pelanggan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima

mengalami penurunan.

Dengan adanya penurunan pelanggan tersebut, akan

memberikan dampak pada pengelolaan keuangan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima, karena dengan menurunnya jumlah

pelanggan tersebut akan menurunkan pula pendapatan yang diperoleh

oleh PDAM Cabang Bima, sementara biaya operasional termasuk biaya

pemeliharaan jaringan pipa air bersih yang dibutuhkan tidaklah sedikit.

Fenomena ini akan mempengaruhi terhadap tingkat likuiditas pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh menurunnya

pendapatan yang diakibatkan menurunnya jumlah pelanggan, serta adanya

kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi seperti biaya

pemeliharaan jaringan pipa air bersih.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi dengan judul:

“Analisa Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima”.

2

Page 3: Skripsi Ice

1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini

penulis dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Menurunnya jumlah pelanggan sehingga menyebabkan pendapatan

yang diperoleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima

ikut menurun sehingga mempengaruhi tingkat likuiditas.

2. Biaya operasional yang diperlukan cukup besar sehingga

mempengaruhi tingkat likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut :

“Seberapa baikkah tingkat likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima”.

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan dan kegunaan dalam penelitian ini

adalah:

1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui tingkat likuiditas pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima.

1.4.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademik

Sebagai salah syarat untuk mendapatkan kebulatan studi

jenjang Sarjana (S1) pada program studi Manajemen Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bima.

3

Page 4: Skripsi Ice

2. Secara Praktis

Sebagai bahan masukan untuk Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima dalam mengambil kebijakan untuk

mempertahankan tingkat likuiditas yang baik.

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

mandiri yaitu variabel yang tidak terikat dengan variabel lain dengan

anggapan bahwa faktor lain tetap (Ceteris Paribus). Adapun variabel

mandiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat likuiditas pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

1.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel perlu diberikan dengan maksud

mempermudah pemahaman terhadap variabel penelitian yang dimaksud.

Maka yang dimaksud dengan Tingkat Likuiditas adalah kemampuan untuk

memenuhi atau membayar kewajiban keuangan jangka pendek yang harus

segera dipenuhi. Dalam hal ini tingkat kemampuan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima dalam memenuhi kewajiban keuangan

jangka pendek yang harus segera dipenuhi.

4

Page 5: Skripsi Ice

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama

satu tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2000: 17). Sedangkan

definisi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam

bukunya Standart Akuntansi Keuangan 1994 dikatakan bahwa laporan

keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi: neraca, laba rugi, laporan

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti laporan

arus kas, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan).

Laporan yang dibuat oleh manajemen merupakan alat untuk

mempertanggungjawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan

yang telah diberikan (Munawir, 1995: 2). Pertanggungjawaban pimpinan

perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan keuangan hanyalah

sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha

dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

dilaksanakan secara konsisten.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan Laporan

keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan suatu ringkasan

dari transaksi - transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan yang biasanya meliputi:neraca, laporan laba rugi, dan

laporan perubahan modal.

5

Page 6: Skripsi Ice

S. Munawir (2002 : 13), sebelum menganalisa dan menafsirkan

suatu laporan keuangan, seorang penganalisa harus mempunyai

pengertian yang mendalam tentang bentuk- bentuk maupun prinsip–prinsip

penyusunan laporan keuangan serta masalah–masalah yang mungkin

timbul dalam penyusunan laporan. Berikut ini akan dibahas tentang bentuk

dan prinsipnya tiap–tiap macam laporan keuangan.

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta

modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan

neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan

pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku–buku

ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun

kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet.

Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu S.

Munawir (2002 : 14),:

a. Aktiva

Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan

perusahan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran

yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan

pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak

berwujud lainnya. Dimana pada dasarnya aktiva dapat

diklasifikasikan menjadi dua :

1) Aktiva lancar, yaitu uang kas dan aktiva lainnya yang dapat

diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,

dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama

satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang

normal).

6

Page 7: Skripsi Ice

2) Aktiva tidak lancar, yaitu aktiva yang mempunyai umur

kegunaan relatif permanen. Aktiva ini meliputi : Investasi jangka

panjang, aktiva tetap, aktiva tetap tidak berwujud, beban yang

ditangguhkan.

b. Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan kepada pihak lain

yang belum terpenuhi, dimana hutang merupakan sumber dana

atau modal perusahaan dari kreditur S Munawir (2002 :18). Hutang

pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Hutang lancar

Merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang

pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam

jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan

menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan..

Hutang lancar meliputi: hutang dagang, hutang wesel, hutang

pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang

yang segera jatuh tempo, penghasilan yang diterima di muka.

2) Hutang Jangka Panjang

Merupakan kewajiban keuangan yang jangka waktu

pembayarannya akan dilakukan dalam jangka panjang (lebih

dari satu tahun sejak tanggal neraca). Hutang jangka panjang

meliputi : hutang obligasi, hutang hipotik, pinjaman jangka

panjang yang lainnya.

c. Modal

Menurut S. munawir (2002 : 19), modal adalah hak atau

bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan

dalam modal saham, surplus dan laba yang ditahan.

7

Page 8: Skripsi Ice

Bambang Riyanto (2001:227), modal pada umumnya dapat

dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik

perusahaan yang ditanam dalam perusahaan untuk waktu tidak

tentu lamanya.

2) Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan

yang sifatnya sementara bekerja dalam perusahaan dan bagi

perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan

hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali.

Dalam pembuatan suatu neraca perusahaan, maka bentuk

susunan neraca tidak ada keseragaman di antara perusahaan

tergantung pada tujuannya yang dicapai. Tetapi pada umumnya bentuk

neraca yang digunakan ada yang berbentuk skontro adalah neraca

yang disusun dengan bentuk tanda “T”, dimana bentuk skontro ini

semua aktiva tercantum di sebelah kiri atau debet dan hutang serta

modal tercantum di sebelah kanan atau kredit. Sedangkan bentuk

susunan neraca staffel adalah dengan menyusun elemen neraca

secara vertikal dengan susunan aktiva lancar, aktiva tetap, hutang

jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut S. Munawir (2002 : 26), Laporan laba rugi adalah suatu

laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya ,laba rugi yang

diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum

ada keseragaman tentang susunan laporan laba rugi bagi tiap–tiap

perusahaan namun prinsip–prinsip pada umumnya diterapkan sebagai

berikut :

8

Page 9: Skripsi Ice

a. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh

dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau

memberikan servis) diikuti dengan harga pokok dan barang atau

servis yang dijual sehingga memperoleh laba kotor.

b. Bagian kedua menunjukkan biaya–biaya operasional yang terdiri

dari penjualan dan biaya umum atau administrasi (operational

Expenses).

c. Bagian ketiga menunjukka hasil–hasil yang diperoleh di luar

operasional pokok perusahaan (Non Operational atau Financial

Income dan Expenses).

d. Bagian keempat kembali menunjukkan laba atau rugi yang

diperoleh perusahaan dan laba setelah dikurangi dengan pajak

pendapatan akan diperoleh laba setelah pajak.

3. Laporan Laba Yang Ditahan

Menurut S Munawir (2002 : 27), daftar laporan laba ditahan

merupakan laporan keuangan yang tidak kalah pentingnya bagi

perusahaan. Pada laporan ini, laba atau rugi yang timbul secara

insidentil dapat diklasifikasikan tersendiri dalam laporan-laporan Rugi-

laba atau tercantum dalam “laba yang ditahan” atau dalam “laporan

perubahan modal”, tergantung pada konsep yang dianut perusahaan.

Kalau perusahaan mengikuti clean surplus principle atau all inclusive

consept, maka semua rugi laba insidentil nampak dalam laporan rugi

laba, dan dalam laporan laba yang ditahan hanya berisi net income

yang ditransfer dari laporan rugi laba, deklarasi (pembayaran) deviden,

tetapi kalau perusahaan mengikuti non clean surplus concept atau

current operating performance, maka dalam laporan rugi laba hanya

menentukan hasil dari operasi normal periode itu, sedang rugi laba

9

Page 10: Skripsi Ice

yang timbul secara insidentil nampak dalam laporan perubahan modal

atau laporan laba ditahan.

2.2 Analisis Rasio

2.2.1 Pengertian Analisis Rasio

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting

untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan

dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan. Data keuangan

tersebut akan lebih berarti bagi pihak yang berkepentingan apabila

data tersebut diperbandingkan dengan dua periode atau lebih dan

analisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan

mendukung keputusan yang akan diambil.

Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk

mengetahui hubungan dari pos - pos tertentu dalam neraca atau

laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

tersebut (Munawir,1995:37). Rasio menggambarkan suatu

hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan

dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat

menjelaskan dan menggambarkan kepada penganalisa tentang

baik buruknya keadaan posisi keuangan suatu badan usaha

terutama apabila angka rasio tersebut dapat dibandingkan dengan

angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Sebagai

standar atau pembanding penganalisa dapat ditentukan alternatif

sebagai berikut:

a. Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi

perusahaan tahun-tahun yang lampau.

10

Page 11: Skripsi Ice

b. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi

pesaingnya dipilih satu perusahaan alternatif yang tergolong

maju dan berhasil.

c. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan

(disebut “goal rasio”).

d. Didasarkan pada rasio industri, dimana perusahaan yang

bersangkutan masuk sebagian.

Munawir, (1995:67) menyatakan bahwa rasio bukanlah

merupakan angka pembanding yang ideal atau bukanlah

merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio dapat digunakan

sebagai pedoman atau pegangan bagi penganalisa.

Apabila dalam pembanding ini terdapat penyimpangan yang

cukup besar maka perlu bagi penganalisa untuk mengadakan

penelitian lebih jauh. Sebab penyimpangan tersebut mungkin sekali

ditimbulkan oleh hal-hal luar biasa yang hanya terjadi dalam

perusahaan yang dianalisis.

Dalam mengadakan pembanding rasio, penganalisis jangan

hanya berpegang pada standar rasio saja tetapi harus

memperhatikan rasio yang data keuangannya sedang dianalisis.

Dengan membandingkan angka rasio periode sekarang dengan

angka periode yang lalu akan diketahui perubahannya.

2.2.2 Penggolongan Rasio

Menurut Munawir, (1995:68) pada dasarnya macam atau

jumlah angka-angka rasio, itu banyak sekali karena rasio dapat

dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun demikian angka-

angka rasio yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi

dua kelompok. Golongan yang pertama adalah berdasarkan sumber

11

Page 12: Skripsi Ice

data keuangan yang merupakan unsur atau elemen dari angka

rasio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah didasarkan

pada tujuan penganalisa.

Berdasarkan sumber datanya maka angka rasio dapat

dibedakan antara :

a. Rasio-rasio neraca (balance sheet rasio) yang tergolong dalam

kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil

atau bersumber pada neraca, misalnya current rasio, acid test

rasio.

b. Rasio-rasio Laporan Rugi laba (income statement rasio) yaitu

angka – angka rasio yang dalam penyajiannya semua datanya

diambil dari laporan Rugi-laba, misalnya gross profit margin, net

operating margin, operating rasio dan lain sebagainya.

c. Rasio-rasio antar laporan (interatatement rasio) ialah semua

angka rasio yang penyusunannya datanya berasal dari neraca

da data lainnya dari laporan rugi-laba,misalnya tingkat

perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran

piutang (account receivable turn over).

Tujuan tiap penganalisa pada umumnya adalah untuk

mengetahui tingkat rentabilitas, solvabilitas dan likuiditas dari

perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu angka-angka rasio

pada dasarnya juga dapat digolongkan antara (1) rasio-rasio

likuiditas, (2) rasio-rasio solvabilitas, (3) rasio-rasio rentabilitas dan

rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa

misalnya rasio-rasio aktivitas (Munawir ,1995: 69).

Menurut (Riyanto,2001:331) pengelompokan rasio keuangan

sebagai berikut :

12

Page 13: Skripsi Ice

a. Rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk

mengukur likuiditas perusahaan (current rasio, Acid test rasio).

b. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk

mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang (Debt to total assets rasio, Net worth to debt rasio

dan lain sebagainya).

c. Rasio-rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk

mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam

mengerjakan sumber-sumber dananya (inventory turnover,

average collection period dan lain sebagainya.

d. Rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukkan

hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan kemampuan-

kemampuan (Profit margin on sales, Return on total assets,

return on net worth dan lain sebagainya).

2.3 Likuiditas

2.3.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

finansialnya yang segera harus dipenuhi (Bambang

Riyanto,2001:25). Sedangkan menurut (Muslich, 2003:47) likuiditas

menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera

dikonversikan ke dalam kas yang sedikit atau tanpa penurunan nilai,

serta tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh.

Menurut Munawir (2002:31), likuiditas adalah menunjukan

kemampuan suatu perushaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan

13

Page 14: Skripsi Ice

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat

ditagih.

Menurut Bambang Riyanto (2001:25), likuiditas adalah

berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewaiiban finansialnya yang segera harus

dipenuhi.

Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar

sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala

kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi, dikatakan

bahwa perusahan tersebut adalah likuid sebaliknya yang tidak

mempunyai kemampuan membayar adalah ilikuid.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengertian

likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang

tunai dan aktiva lain yang dapat disamakan dengan uang tunai

disuatu pihak dengan jumlah hutang lancar dipihak lain (likuiditas

perusahaan).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis

simpulkan bahwa pengertian likuiditas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi atau membayar kewajiban keuangan

jangka pendek yang harus segera dipenuhi.

2.3.2 Faktor-faktor yang Menentukan Likuiditas

Pengukuran likuiditas dilakukan dengan membandingan

harta lancar dengan hutang lancar. Adapun faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dapat dibagi dalam tiga bagian sebagai berikut:

1. Besarnya investasi pada harga tetap dibandingkan dengan

seluruh dana jangka panjang

14

Page 15: Skripsi Ice

Pemakaian dana untuk pembelian harta tetap adalah salah satu

sebab utama dari keadaan tidak likuid. Jika makin banyak dana

dipergunakan untuk harta tetap maka sisanya untuk membiayai

kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu rasio

likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanva dapat dicegah

dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup

kebutuhan harta tetap yang meningkat.

a) Volume kegiatan perusahaan

Peningkatan voIume kegiatan perusahaan akan menambah

kebutuhan dana untuk membiayai harta Iancar. Sebagian

dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan

hutang-hutang. Tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi jangka

panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja

sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan.

b) Pengendalian harta lancar

Apabila pengendalian kurang baik terhadap besarnya

investasi dalam persediaan dan piutang menyebabkan

adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya,

maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali

apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.

Kesimpulannva ialah bahwa perbaikan dalam pengendalian

investasi semacam ini akan dapat memperbaiki rasio

likuditas.

Memperbaiki posisi likuditas hanya dapat dilaksanakan dengan:

a. Menambah lebih banyak dana jangka panjang baik dari

pemegang saham ataupun dengan pinjaman

15

Page 16: Skripsi Ice

b. Mengembalikan posisi investasi dengan menjual beberapa

harta tetap

c. Mengatur harta lancar secara Iebih efisien

2.3.3 Cara Meningkatkan Tingkat Likuiditas

Menurut Bambang Riyanto (2001), apabila kita mengukur

tingkat likuiditas dengan menggunakan “current rasio” sebagai alat

ukurnya. Maka tingkat likuiditas atau current rasio suatu

perusahaan dapat ditingkatkan dengan jalan sebagai berikut:

a. Dengan utang lancar (current liabilities) tertentu diusahakan

untuk menambah aktiva lancar (current assets).

b. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi

jumlah utang lancar.

c. Dengan mengurangi jumlah utang lancar bersama-sama

dengan mengurangi aktiva lancar. Hal ini dapat berlaku jika

current rasio itu lebih dari satu.

2.3.4 Arti Penting Likuiditas

Arti pentingnya likuiditas bagi setiap perusahaan akan

sangat dirasakan pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak

dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh laba, jika

perusahaan berada dalam keadaan tidak (kurang) likuid.

Berbagai kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya

kesempatan untuk memperoleh laba itu misalnya :

a. Aspek likuiditas merupakan suatu tingkat kemampuan yang

bersifat relatif. Karena itu apabila perusahaan berada dalam

keadaan kurang likuid, ada kemungkinan perusahaan tidak bisa

memanfaatkan kesempatan potongan (pembelian, tunai) yang

ditawarkan oleh para leveransiernya. Sebagai akibatnya

16

Page 17: Skripsi Ice

perusahaan terpaksa beroperasi pada tingkat biaya yang tinggi

sehingga mengurangi kesempatan untuk meraih laba yang lebih

besar.

b. Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban-kewajiaban jangka pendek baik yang

menyangkut kebutuhan operasional maupun utang kepada

leverensir dan banker (pihak ekstern). Keadaan yang

kurang/tidak likuid kemungkinan akan menyebabkan

perusahaan tidak bisa melunasi hutang jangka pendek pada

tanggal jatuh temponya. Dalam posisi demikian kadang-kadang

perusahaan terpaksa menarik pinjaman baru dengan tingkat

bunga yang relatif tinggi, menjual investasi jangka panjang atau

aktiva tetapnya untuk melunasi hutang jangka pendek tersebut.

Jika keadaan tidak (kurang) likuid demikian seriusnya, hal ini

akan cenderung untuk menuju kebangkrutan.

c. Bagi para pemilik (perusahaan) keadaan kurang/tidak likuid

berarti mengurangi (kesempatan) untuk meraih keuntungan

yang lebih besar, atau kehilangan kontrol terhadap sebagian

atau seluruh modal yang diinvestasikan. Dalam perusahaan-

perusahaan dimana tanggung jawab para pemilik tidak terbatas

pada modal yang ditanamkan, kerugian (akibat likuidasi) itu

bahkan bisa lebih dari jumlah penanaman modalnya, seperti

pada bentuk Persekutuan misalnya.

d. Bagi para kreditur perusahaan, keadaan tidak (kurang) likuid

dari perusahaan dimana ia memberikan kredit berarti

penundaan akan pengumpulan atas bunga dan pokok pinjaman

yang diberikan. Keadaan ini bahkan kemungkinan bisa berarti

17

Page 18: Skripsi Ice

sebagai suatu awal kerugian yang akan diderita atas sebagian

dari atau seluruh jumlah bunga beserta pokok pinjaman

tersebut, bagi kreditur yang bersangkutan.

e. Para langganan seperti halnya para leveransir atas barang-

barang dan jasa bagi perusahaan, kemungkinan juga akan

terpengaruh oleh keadaan tidak/kurang likuid yang sedang

dialami perusahaan. Pengaruh atau akibat yang dirasakan oleh

para langganan itu mungkin berupa ketidak mampuan

perusahaan didalam melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

telah diatur dalam kontrak, atau kehilangan arti (manfaat)

hubungannya dengan perusahaan sebagai supplier bagi

langganan yang bersangkutan.

Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan

tidak (kurang) likuid seperti dikemukakan itu, dapatlah dipahami

bahwa pengukuran atau penilaian terhadap aspek likuiditas didalam

dunia usaha dianggap sebagai suatu persoalan yang penting.

Begitu pentingnya aspek likuiditas ini sehingga eksistensi

perusahaan akan disangsikan, apabila perusahaan tidak lagi

berkemampuan cukup untuk membayar kewajiban-kewajiban

jangka pendek pada tanggal jatuh temponya. Apabila hal ini terjadi

pada perusahaan, berarti penilaian terhadap aspek-aspek yang lain

dalam perusahaan itu tidak bermanfaat lagi bagi pihak-pihak

berkepentingan

2.4 Faktor Penting dalam Mengukur Likuiditas

Ada dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan didalam menilai

atau mengukur tingkat likuiditas dari suatu perusahaan yaitu: Aktiva lancar

18

Page 19: Skripsi Ice

dan hutang jangka pendek (lancar). Agar diperoleh gambaran tentang

aspek likuiditas beserta interpretasi terhadap berbagai indicator yang

digunakan pada umumnya, terlebih dahulu akan dibahas secara garis

besar mengenai kedua faktor tersebut.

Aktiva Lancar meliputi kas dan lain-lain aktiva yang diharapkan

akan dapat dikonversikan menjadi kas, dijual atau dikonsumsikan dalam

siklus operasi normal perusahaan atau dalam jangka waktu satu tahun.

Dalam pengertian aktiva lancar semacam itu, jelaslah bahwa aktiva lancar

(dalam keadaan normal) merupakan sumber utama untuk melunasi

kewajiban-kewajiban jangka pendek bagi suatu perusahaan. Dalam

kedudukannya sebagai sumber utama pembayaran kembali

hutang/kewajiban jangka pendek itulah maka aktiva lancar harus

dipertimbangkan didalam menilai tingkat likuiditas perusahaan.

Jenis dan komposisi dari aktiva lancar yang dimiliki oleh tiap-tiap

perusahaan itu berbeda-beda, tergantung dari: sifat, jenis dan skope

operasinya. Namun demikian pada umumnya aktiva lancar itu dapat

dikategorikan kedalam kelompok sebagai berikut:

1. Kas

2. Surat-surat Berharga (Efek)

3. Piutang

4. Persediaan

5. Pos-pos transitoris dan antisipasi.

Penilaian atau pengukuran terhadap aspek likuiditas, harus

diidentifikasikan dengan perusahaan dalam keadaan going concern

(sedang berjalan) dan tidak dalam keadaan likuidasi. Dasar asumsi

demikian ini penting dan harus dipahami didalam menginterpretasikan

berbagai indicator tentang posisi likuiditas tersebut. Mengabaikan dasar

19

Page 20: Skripsi Ice

asumsi tersebut akan berakibat keputusan yang diambil darihasil analisa

menjadi fatal. Keharusan untuk senantiasa memperhatikan dan memahami

dasar asumsi tersebut didalam menginterpretasikan berbagai indikator

tentang likuiditas itu, khusus dalam kaitannya dengan aktiva lancar

mempunyai konsekuensi sebagai berikut:“ Dalam keadaan going concern

kemampuan untuk mengkonversikan aktiva lancar menjadi kas, sangat

dipengaruhi oleh siklus operasi perusahaan”.

Dalam hubungannya dengan siklus operasi perusahaan itu, derajat

likuiditas dari tiap-tiap (kelompok) aktiva lancar :

1. berbeda antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain,

2. berbeda antara masa yang satu dengan masa yang lain, dan

3. berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain

2.5 Rasio Likuiditas

Untuk dapat mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan

dipergunakan analisis rasio likuiditas. Menurut Sofyan Syafri Harahap

(2001:301), Rasio likuditas menggambarkan kemampuan perusahaan

untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya, rasio-rasio ini dapat

dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva

lancar dan hutang lancar”.

Bambang Riyanto (2001:331) mengemukakan bahwa: Rasio

Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas

perusahaan.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio

likuiditas rnenggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya.

20

Page 21: Skripsi Ice

Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek berikut ini diberikan

beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa dan

menginterprestasikan data tersebut :

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara

jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Sedangkan menurut

Riyanto, (2001:26) Current rasio kurang dari 2 : 1 dianggap kurang

baik, sebab apabila aktiva lancar turun sampai lebih dari 50 %, maka

jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi untuk menutup utang

lancarnya. Pedoman current ratio 2 : 1 sebenarnya hanya didasarkan

prinsip hati-hati. Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan

(margin safety) kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan

untuk membayar utang-utang tersebut. Dengan demikian pedoman

current rasio 200%, bukanlah yang mutlak artinya bahwa setiap

perusahaan mempunyai rasio minimum yang berbeda-beda tergantung

besarnya rasio minimum yang ditetapkan.

Menurut Bambang Riyanto (2001:332) rasio lancar dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio Lancar= Aktiva LancarHutang Lancar

x 100%

b. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini sering disebut sebagai quick ratio, yaitu perbandingan

antara (aktiva lancar - persediaan) dengan hutang lancar. Menurut

Bambang Riyanto (2001:88) rasio ini dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Rasio Cepat =Aktiva Lancar−PersediaanHutang Lancar

x 100%

21

Page 22: Skripsi Ice

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar dengan

aktiva lancar yang Iebih likuid (quick assets). Rasio ini lebih tajam

daripada rasio lancar karena hanya membandingkan aktiva yang

sangat likuid (mudah dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar.

Jika rasio lancar tinggi tapi quick rationya rendah menunjukkan adanya

investasi yang sangat besar dalam persediaan. Rasio ini dikenal

sebagai rasio 1 banding 1 yaitu perusahaan diharapkan untuk

mempunyai cukup aktiva lancar di luar persediaan, untuk membayar

semua hutang perusahaan. Idealnya likuiditas sebuah perusahaan

dikatakan sehat jika memiliki rasio cepat minimal 100%.

2.6 Kerangka Pikir

Dalam pengelolaan manajemen keuangan sebuah perusahaan,

salah satu indikator keberhasilannya adalah apabila perusahaan tersebut

dalam keadaan likuid. Demikian halnya dengan Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima. Untuk menentukan tingkat likuiditas pada

perusahaan tersebut, dapat diukur dengan menggunakan indikator rasio

cepat. Tingkat likuiditas keuangan pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima tergolong likuid (baik) jika rasio cepat yang

merupakan ukuran kemampuan PDAM Cabang Bima dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar (hutang jangka pendek)

dengan aktiva lancar diluar persediaan yang lebih likuid. Idealnya tingkat

likuiditas pada PDAM Cabang Bima dikatakan baik jika memiliki rasio cepat

minimal 100%. Apabila rasio cepat yang dimiliki oleh PDAM Cabang Bima

kurang dari 100%, maka tingkat likuiditas pada PDAM Cabang Bima

tergolong kurang baik (Ilikuid). Likuid dan ilikuid tingkat likuiditas pada

22

Page 23: Skripsi Ice

PDAM Cabang Bima akan menjadi sebuah nilai perusahaan yang akan

dipertimbangkan baik oleh investor maupun konsumen. Hal ini dapat

dijelaskan seperti terlihat pada kerangka berpikir berikut ini:

Ket: : Variabel yang diteliti

Gambar 2.1Kerangka pikir

2.7 Hipotesis

Hipotesis Penelitian adalah merupakan jawaban sementara

permasalahan yang telah dirumuskan maka berdasarkan rumusan masalah

diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut bahwa “Diduga tingkat

likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima cukup

baik, lebih besar atau sama dengan 75% dari yang diharapkan”.

Hipotesis statistik:

Ho : 75%; Tingkat likuiditas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima cukup baik, lebih besar atau sama dengan

75% dari yang diharapkan.

Ha : < 75%; Tingkat likuiditas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima Kurang baik, atau lebih kecil dari 75% dari

yang diharapkan

Tingkat Likuiditas

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima

Nilai Perusahaan

23

Page 24: Skripsi Ice

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti yaitu

melihat keberadaan variabel-variabel, baik satu ataupun lebih.

Dengan mengetahui penelitian ini akan dapat dibangun suatu teori

yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan

mengontrol suatu gejala (Sugiyono, 2003).

Penelitian deskriptif ini digunakan untuk mengetahui tingkat

likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang

Bima.

3.1.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran

dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka

instrumen dalam penelitian ini berupa tabel aktiva lancar, hutang

lancar dan persediaan yang diperoleh dari Laporan Keuangan.

3.1.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama

bulan Maret sampai dengan April 2010.

Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah :

24

Page 25: Skripsi Ice

Tabel 3.1Jadwal penelitian

No KegiatanWaktu / Bulan

Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Peny. Proposal                

2 Seminar Proposal                

3 Penelitian                

4 Seminar Hasil                

5 Perbaikan Skripsi                

6 Ujian Komprehensif                

2. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima.

3.1.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah Wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003).

Populasi dalam penelitian ini berupa Laporan Keuangan

selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2005-2009.

2. Sampel.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiono, 2003).

Jadi Dari jumlah populasi tersebut di atas maka yang akan

dijadikan sampel adalah laporan Keuangan selama 5 tahun yaitu

tahun 2005 - 2009.

25

Page 26: Skripsi Ice

3.2 Jenis Dan Sumber Data

3.2.1 Jenis data

Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

1. Data Kuantitatif adalah data dikumpulkan dalam angka-angka.

Data tersebut adalah data tentang aktiva lancar, hutang lancar

dan persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima.

2. Data Kualitatif adalah data data yang dikumpulkan berupa

uraian-uraian atau kalimat yang ada hubungannya dengan objek

penelitian. Data tersebut adalah data tentang gambaran umum

dan jenis layanan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima.

3.2.2 Sumber Data

1. Data Primer, merupakan data yang menjadi bahan pokok

pembahasan dalam skripsi ini, yaitu data aktiva lancar, hutang

lancar dan persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima.

2. Data Sekunder, merupakan data pendukung yang bersumber

dari bahan-bahan kepustakaan atau literatur yang mendukung

penelitian ini.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi (pengamatan).

Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada objek

penelitian yaitu untuk mendapatkan data awal maupun data

26

Page 27: Skripsi Ice

pendukung dengan mengamati aktivitas pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima.

2. Wawancara.

Yaitu kegiatan tanya jawab langsung dengan responden untuk

mendapatkan data yang relevan.

3. Dokumentasi.

Merupakan alat pengumpulan data dengan cara mengadakan

pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip, laporan,

catatan harian dan sebagainya dalam hal ini laporan keuangan.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan Tingkat Likuiditas

Untuk menentukan tingkat likuiditas dihitung dengan rumus sebagai

berikut: (Bambang Riyanto, 2001:88)

Rasio Cepat =Aktiva Lancar−PersediaanHutang Lancar

x 100%

2. Uji Statistik

Untuk menguji hipotesis yang diajukan diatas maka digunakan t-

test satu sampel dengan rumus sebagai berikut : (Sugiyono, 2003).

t =X̄−μ0

s√n

Dimana :

t = Nilai t-hitung

X = Nilai rata-rata

0 = Nilai yang dihipotesiskan

s = Simpangan baku sampel

27

Page 28: Skripsi Ice

n = Jumlah Sampel

Langkah-langkah pengujian hipotesis deskriptif dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai ideal dari rasio cepat.

b. Menghitung rata-rata nilai variabel (menghitung X )

c. Menentukan nilai yang dihipotesiskan (menentukan µ0)

d. Menghitung nilai simpangan baku variabel (menghitung s)

e. Menentukan jumlah anggota sampel

f. Memasukan nilai-nilai tersebut kedalam rumus t test satu sampel.

28

Page 29: Skripsi Ice

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil (Deskripsi Data)

Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Cabang Bima,

merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak dibidang

penyediaan dan pelayanan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Bima

dan Kota Bima. Sebagai sebuah badan usaha, PDAM Cabang Bima

memiliki tanggungjawab atas pengelolaan keuangannya.

Pertanggungjawaban ini, tertuang dalam laporan kinerja keuangan PDAM

setiap tahunnya yang memuat kondisi kesehatan keuangan dari PDAM

Cabang Bima, yang salah satunya adalah Likuiditas.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat

likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima

dibutuhkan beberapa data pokok yang diperoleh dari laporan keuangan.

Data-data tersebut akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan alat

analisis yaitu : rasio likuiditas, sehingga nantinya akan diketahui tingkat

likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

4.1.1 Gambaran Data

Adapun data-data yang diperoleh yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari data aktiva, data aktiva lancar, data hutang

lancar dan data persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima selama kurun waktu lima (5) tahun, yaitu

tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Adapun data aktiva pada

Perusahan Daerah Air Minum Cabang Bima tahun 2005-2009

seperti terlihat pada tabel 4.1 berikut

29

Page 30: Skripsi Ice

Tabel 4.1Data Aktiva Perusahaan Air Minum daerah (PDAM) Cabang Bima

Tahun 2005 – 2009

No Periode Aktiva Lancar (Rp)Aktiva Tetap

(Rp)Aktiva Lain-Lain

(Rp)Total Aktiva

(Rp)1 Tahun 2005 891.008.438,92 1.393.998.063,75 504.213.870,02 2.789.220.372,69 2 Tahun 2006 846.587.404,93 13.249.184.848,45 5.740.933.701,76 19.836.705.955,14 3 Tahun 2007 1.649.286.553,71 10.459.729.374,63 5.801.799.887,06 17.910.815.815,40 4 Tahun 2008 2.192.770.948,75 8.264.440.969,15 5.429.044.616,68 15.886.256.534,58 5 Tahun 2009 2.073.439.132,75 6.616.724.339,33 5.299.430.468,98 13.989.593.941,06

Sumber: Data Primer diolah.

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jumlah aktiva

pada tahun 2005 sebesar Rp. 2.789.220.372,69, pada tahun 2006

jumlah aktiva mengalami peningkatan dibandingkan jumlah aktiva

pada tahun 2005 dengan jumlah sebesar Rp. 19.836.705.955,14,

pada tahun 2007 jumlah aktiva mengalami penurunan dibandingkan

jumlah aktiva pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp.

17.910.815.815,40, pada tahun 2008 jumlah aktiva mengalami

penurunan dibandingkan jumlah aktiva pada tahun 2007 menjadi

sebesar Rp. 15.886.256.534,58 dan pada tahun 2009 jumlah aktiva

mengalami penurunan dibandingkan jumlah aktiva pada tahun 2008

menjadi sebesar Rp. 13.989.593.941,06.

Jumlah aktiva tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar

Rp. 19.836.705.955,14 dan jumlah aktiva terrendah terjadi pada

tahun 2005 sebesar Rp. 2.789.220.372,69.

Besarnya aktiva Lancar pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

seperti terlihat pada tabel 4.2 berikut ini :

30

Page 31: Skripsi Ice

Tabel 4.2Aktiva Lancar Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Cabang Bima

Tahun 2005 - 2009

No PeriodeAktiva Lancar

(Rp.)

1 Tahun 2005 891.008.438,92

2 Tahun 2006 846.587.404,93

3 Tahun 2007 1.649.286.553,71

4 Tahun 2008 2.192.770.948,75

5 Tahun 2009 2.073.439.132,75

Sumber: Data Primer diolah.

Berdasarkan tabel 4.2, besarnya aktiva lancar pada tahun

2005 sebesar Rp. 891.008.438,92, pada tahun 2006 mengalami

penurunun dibandingkan jumlah aktiva lancar pada tahun 2005

menjadi sebesar Rp. 846.587.404,93, pada tahun 2007 mengalami

kenaikan dibandingkan jumlah aktiva lancar pada tahun 2006

menjadi sebesar Rp. 1.649.286.553,71, pada tahun 2008

mengalami kenaikan dibandingkan jumlah aktiva lancar pada tahun

2007 menjadi sebesar Rp. 2.192.770.948,75, dan pada tahun 2009

mengalami kenaikan dibandingkan jumlah aktiva lancar pada tahun

2008 menjadi sebesar Rp. 2.073.439.132,75.

Jumlah aktiva lancar tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar

Rp. 2.073.439.132,75 dan jumlah aktiva lancar terrendah terjadi

pada tahun 2006 sebesar Rp. 846.587.404,93

Besarnya Hutang Lancar pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :

31

Page 32: Skripsi Ice

Tabel 4.3Hutang Lancar Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Cabang

Bima Tahun 2005 - 2009

No PeriodeHutang Lancar

(Rp.)

1 Tahun 2005 712.457.094,17

2 Tahun 2006 1.096.217.765,00

3 Tahun 2007 1.787.063.235,28

4 Tahun 2008 2.095.492.457,60

5 Tahun 2009 2.464.554.309,51

Sumber: Data Primer diolah.

Berdasarkan tabel 4.3, besarnya hutang lancar pada tahun

2005 sebesar Rp. 712.457.094,17, pada tahun 2006 mengalami

peningkatan dibandingkan jumlah hutang lancar pada tahun 2005

menjadi sebesar Rp. 1.096.217.765,00, pada tahun 2007

mengalami kenaikan dibandingkan jumlah hutang lancar pada

tahun 2006 menjadi sebesar Rp. 1.787.063.235,28, pada tahun

2008 mengalami kenaikan dibandingkan jumlah hutang lancar pada

tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 2.095.492.457,60, dan pada

tahun 2009 mengalami kenaikan dibandingkan jumlah hutang

lancar pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 2.464.554.309,51.

Jumlah hutang lancar tertinggi terjadi pada tahun 2009

sebesar Rp. 2.464.554.309,51 dan jumlah hutang lancar terrendah

terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp. 712.457.094,17

Besarnya Persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

seperti terlihat pada tabel 4.4 berikut :

32

Page 33: Skripsi Ice

Tabel 4.4Persediaan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Cabang Bima

Tahun 2005 - 2009

No PeriodePersediaan

(Rp.)

1 Tahun 2005 24.193.000,00 2 Tahun 2006 7.238.500,00 3 Tahun 2007 30.046.000,00 4 Tahun 2008 73.128.750,00 5 Tahun 2009 57.488.040,00

Sumber: Data Primer diolah

Berdasarkan tabel 4.4, besarnya dana Persediaan dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuasi, yaitu pada

tahun 2005 jumlah dana persediaan sebesar Rp. 24.193.000,00,

pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan jumlah dana

persediaan pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 7.238.500,00,

pada tahun 2007 mengalami peningkatan dibandingkan jumlah

dana persediaan pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp.

30.046.000,00, pada tahun 2008 mengalami peningkatan

dibandingkan jumlah dana persediaan pada tahun 2007 menjadi

sebesar Rp. 73.128.750,00, dan pada tahun 2009 mengalami

penurunan dibandingkan jumlah dana persediaan pada tahun 2008

menjadi sebesar Rp. 57.488.040,00.

Dana Persediaan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar

Rp. 73.128.750,00,- dan terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar

Rp. 7.238.500,00.

4.1.2 Tabulasi Data

Adapun data yang menjadi pokok pembahasan dalam

penelitiaan ini dapat dibuatkan tabulasi datanya sebagaimana

terlihat pada rabel 4.5 berikut

33

Page 34: Skripsi Ice

Tabel 4.5Data Aktiva Lancar, Hutang Lancar dan Persediaan Perusahaan Air Minum

Daerah (PDAM) Cabang Bima Tahun 2005 - 2009

No PeriodeAktiva Lancar

(Rp.)Hutang Lancar

(Rp.)Persediaan

(Rp.)

1Tahun 2005

891.008.438,92 712.457.094,1

7 2

4.193.000,00

2Tahun 2006

846.587.404,93 1.096.217.765,00 7.238.500,00

3Tahun 2007

1.649.286.553,71 1.787.063.235,28 30.046.000,00

4Tahun 2008

2.192.770.948,75 .095.492.457,60 73.128.750,00

5Tahun 2009

2.073.439.132,75 2.464.554.309,51 57.488.040,00

Sumber: Data Primer diolah

4.2 Pembahasan (Interpretasi Data)

1. Analisa Rasio Cepat

Untuk menganalisa tingkat likuiditas pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 ,

digunakan analisa Rasio Cepat dengan rumus sebagai berikut:

Rasio Cepat =Aktiva Lancar−Persediaan

Hutang Lancarx 100%

Rasio cepat dikatakan baik (likuid) apabila Rasio Cepat berada

pada nilai minimal 100%. (Bambang Riyanto, 2001:88)

Untuk menentukan tingkat likuiditas pada Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Cabang Bima selama lima tahun, digunakan analisis

rasio cepat sebagai berikut: (Lampiran 5)

a. Rasio Cepat Tahun 2005

Rasio Cepat tahun 2005= 891.008 .438,92−24 .193. 000,00712. 457 .094,17

x 100%

34

Page 35: Skripsi Ice

Rasio Cepat tahun 2005= 866. 815. 438,92712 .457 .094,17

x 100%

Rasio Cepat tahun 2005 = 1,217 x 100%

Rasio Cepat tahun 2005 = 121,7%.

b. Rasio Cepat Tahun 2006

Rasio Cepat tahun 2006= 846. 587. 404,93−7 .238. 500,001. 096. 217.765,00

x 100%

Rasio Cepat tahun 2006= 839.348 .904,931 .096 .217 .765,00

x 100%

Rasio Cepat tahun 2006 = 0,766 x 100%

Rasio Cepat tahun 2006 = 76,6%

c. Rasio Cepat Tahun 2007

Rasio Cepat tahun 2007=1 .649 .286 .553,71−30.046 .000,001 .787 .063 .235,28

x 100%

Rasio Cepat tahun 2007= 1. 619.240 .553,711 .787 .063 .235,28

x 100%

Rasio Cepat tahun 2007 = 0,906 x 100%

Rasio Cepat tahun 2007 = 90,6%

d. Rasio Cepat Tahun 2008

35

Page 36: Skripsi Ice

Rasio Cepat tahun 2008=1 .812 .885 .862,75−73.128 .750,002. 095. 492. 457,60

x 100%

Rasio Cepat tahun 2008= 1 .739. 757.112,752 .095 . 492. 457,60

x 100%

Rasio Cepat tahun 2008 = 0,83 x 100%

Rasio Cepat tahun 2008 = 83%

e. Rasio Cepat Tahun 2009

Rasio Cepat tahun 2009=2 .073 . 439.132,75−57. 488 .040,002 .464 .554 .309,51

x 100%

Rasio Cepat tahun 2009= 2. 015. 915.092,752 . 464 .554 .309,51

x 100%

Rasio Cepat tahun 2006 = 0,81,8 x 100%

Rasio Cepat tahun 2006 = 81,8%

Berdasarkan analisa data maka diperoleh Rasio Cepat seperti

pada tabel 4.6, berikut ini: (Lampiran 5)

Tabel 4.6Rasio Cepat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima

Tahun 2005-2009

No PeriodeRasio Cepat

(%)Fluktuasi

(%)Kriteria

1 Tahun 2005 121,7 - Likuid

2 Tahun 2006 76,6 -45,1 Ilikuid

3 Tahun 2007 90,6 14,0 Ilikuid

36

Page 37: Skripsi Ice

4 Tahun 2008 101,2 10,5 Likuid

5 Tahun 2009 81,8 -19,4 Ilikuid

Sumber: Data Primer, diolah.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Rasio Cepat Tahun 2005

Tahun 2005, rasio cepat pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima sebesar 121,7%. Rasio cepat sebesar

121,7% yang artinya setiap Rp. 100 kewajiban jangka pendek akan

di jamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 122,7. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat likuiditas pada tahun 2005 pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima tergolong

likuid karena rasio cepat pada tahun 2005 berada di atas 100%.

b. Rasio Cepat Tahun 2006

Tahun 2006, rasio cepat pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima sebesar 76,6%. Rasio cepat pada tahun

2006 mengalami fluktuasi atau penurunan sebesar 45,1%

dibandingkan dengan tahun 2005. Rasio cepat sebesar 76,6% yang

artinya setiap Rp. 100 kewajiban jangka pendek akan di jamin

dengan aktiva lancar sebesar Rp. 76,7. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat likuiditas tahun 2006 pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima tergolong ilikuid (tidak likuid) karena rasio

cepat pada tahun 2006 kurang dari 100%.

c. Tahun 2007

Tahun 2007, rasio cepat pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima sebesar 90,6%. Rasio cepat pada tahun

2006 mengalami fluktuasi atau peningkatan sebesar 14%

37

Page 38: Skripsi Ice

dibandingkan dengan tahun 2006. Rasio cepat sebesar 90,6% yang

artinya setiap Rp. 100 kewajiban jangka pendek akan di jamin

dengan aktiva lancar sebesar Rp. 90,6. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat likuiditas tahun 2007 pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima tergolong ilikuid (tidak likuid) karena rasio

cepat pada tahun 2007 kurang dari 100%.

d. Tahun 2008

Tahun 2008, rasio cepat pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima sebesar 101,2%. Rasio cepat pada tahun

2008 mengalami fluktuasi atau peningkatan sebesar 10,5%

dibandingkan dengan tahun 2007. Rasio cepat sebesar 101,2%

yang artinya setiap Rp. 100 kewajiban jangka pendek akan di jamin

oleh aktiva lancar sebesar Rp. 101,2. Hal ini menunjukkan bahwa

tingkat likuiditas tahun 2008 pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima tergolong likuid karena rasio cepat pada

tahun 2008 lebih dari 100%.

e. Tahun 2009

Tahun 2009, rasio cepat pada Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Cabang Bima sebesar 81,8%. Rasio cepat pada tahun

2009 mengalami fluktuasi atau penurunan sebesar 1,2%

dibandingkan dengan tahun 2008. Rasio cepat sebesar 81,8% yang

artinya setiap Rp. 100 kewajiban jangka pendek akan di jamin oleh

aktiva lancar sebesar Rp. 81,8. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

likuiditas tahun 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Cabang Bima tergolong ilikuid (tidak likuid) karena rasio cepat pada

tahun 2006 kurang dari 100%.

38

Page 39: Skripsi Ice

Rasio cepat tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 121,7% dan

rasio cepat terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 76,6%.

2. Analisa Data

Berdasarkan hasil tabulasi data (Lampiran 6) diperoleh nilai-nilai

sebagai berikut:

n = 5

X = 471,8

= 94,4

(Xi - X)2 = 1280,18

0hip = 0,75 (75%)

Nilai-nilai tersebut digunakan untuk melakukan analisa statitistik,

dengan menghitung standar deviasi dan uji t. Perhitungan standar

deviasi adalah sebagai berikut:

S = (xi - x) 2 n - 1

S = 1280,18 5 - 1

S = 1280,18 4

S = 324,04

S = 17,89

Setelah nilai standar deviasi diperoleh, maka dilakukan uji

hipotesis dengan menggunakan rumus uji t, sebagai berikut:

t=X−−μos√n

t = 94,36 - 0,75

39

X

Page 40: Skripsi Ice

17,89 5

t = 93,609 17,89

2,24

t = 93,609 8,001

t = 11,70

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai standar

deviasi atau besarnya nilai simpangan rata-rata data adalah sebesar

17,89 dan nilai uji t atau uji signifikansi pada uji satu pihak/kiri sebesar

11,70.

Besarnya nilai t tabel untuk dk = n – 1 = 5-1 = 4 uji satu pihak/kiri

taraf signifikansi 95% adalah sebesar 2,132.

Untuk membuktikan hipotesis untuk uji t satu pihak/kiri, berlaku

ketentuan sebagai berikut:

Apabila t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho diterima, sebaliknya

jika t hitung lebih kecil dari t tabel maka Ho ditolak.

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, dengan membandingkan

nilai t hitung yang diperoleh dengan t tabel, dimana t hitung lebih besar

dibandingkan dengan t tabel (11,70 > 2,132), hal ini berarti Ho diterima

artinya Hipotesis yang berbunyi bahwa Diduga tingkat likuiditas pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima cukup baik, lebih

besar atau sama dengan 75% dari yang diharapkan diterima. Hal ini

terlihat pula pada gambar distribusi nilai t untuk uji satu pihak/kiri pada

taraf signifikansi 95% sebagai berikut:

Daerah Penerimaan

Ho

Daerah Penolakan

Ho

40

Page 41: Skripsi Ice

Gambar 4.1.Distribusi Nilai Uji-t Satu Pihak/Kiri

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan atas penelitian ini, dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan rasio cepat, maka tingkat likuiditas tahun 2005, 2008

dinilai likuid karena berada diatas standar rasio minimum sebesar 100%,

tahun 2006, 2007, dan 2009 dinilai ilikuid (tidak likuid) karena berada

dibawah standar rasio minimum sebesar 100%.

2. Besarnya nilai standar deviasi adalah 17,89 dan nilai uji t uji satu

pihak/kiri taraf signifikansi 95% adalah 11,70. Nilai t hitung lebih besar

dari t tabel yaitu 11,70 > 2,132, hal ini berarti Ho diterima artinya

Hipotesis yang berbunyi bahwa Diduga tingkat likuiditas pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima cukup baik, lebih

besar atau sama dengan 75% dari yang diharapkan diterima.

11,702,1320

41

Page 42: Skripsi Ice

5.2. Saran – Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini disarankan

agar hendaknya pimpinan/manajemen berserta seluruh pegawai pada

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima lebih aktif lagi dalam

meningkatkan likuiditasnya dengan mengembangkan terobosan-terobosan

baru serta meningkatkan kinerja pelayanannya sehingga dapat

meningkatkan pendapatan yang pada akhirnya mampu menyehatkan

keuangan pada perusahaan tersebut sehingga berada pada kondisi yang

selau likuid.

42

Page 43: Skripsi Ice

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi keempat. Cetakan ketujuh. Yoyakarta : BPFE

Kim C.S., David C. Mauer, and Ann E. Sherman. "The Determinants of Corporate Liquidity: Theory and Evidence". Journal of Financial and Quantitative Analyisis. Volume 33, Number 3, September, pp. 335-359. http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/

Munawir, 1995. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

_________, 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketiga Belas. Yogyakarta: Liberty

Mohamad Muslich, 2003. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Bumi Aksara.

Sofyan Safri Harahap, 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Cetakan ketiga. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Administrasi. Penerbit Alfabeta, Bandung

Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE

Page 44: Skripsi Ice

Lampiran 1: Instrumen Penelitian untuk Pengambilan Data Aktiva Lancar, Hutang Lancar dan Persediaan pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima

No PeriodeAktiva

Lancar (Rp)Hutang

Lancar (Rp)Persediaan

(Rp.)

1 Tahun 2005

2 Tahun 2006

3 Tahun 2007

4 Tahun 2008

5 Tahun 2009

Jumlah

Page 45: Skripsi Ice

Lampiran 2. Data Aktiva Tahun 2005 – 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

No PeriodeAktiva Lancar

(Rp)Aktiva Tetap

(Rp)Aktiva Lain-Lain

(Rp)Total Aktiva

(Rp)

1 Tahun 2005 891.008.438,92 1.393.998.063,75 504.213.870,02 2.789.220.372,69

2 Tahun 2006 846.587.404,93 13.249.184.848,45 5.740.933.701,76 19.836.705.955,14

3 Tahun 2007 1.649.286.553,71 10.459.729.374,63 5.801.799.887,06 17.910.815.815,40

4 Tahun 2008 1.812.885.862,75 8.264.440.969,15 5.808.929.702,68 15.886.256.534,58

5 Tahun 2009 2.073.439.132,75 6.616.724.339,33 5.299.430.468,98 13.989.593.941,06

Total aktiva = Aktiva Lancar + Aktiva Tetap + Aktiva lain-Lain

1. Tahun 2005Total Aktiva = 891.008.438,92 + 1.393.998.063,75 + 504.213.870,02

= 2.789.220.372,69

2. Tahun 2006Total Aktiva = 846.587.404,93 + 13.249.184.848,45 + 5.740.933.701,76

= 19.836.705.955,14

3. Tahun 2007Total Aktiva = 1.649.286.553,71 + 10.459.729.374,63 + 5.801.799.887,06

= 17.910.815.815,40

4. Tahun 2008Total Aktiva = 1.812.885.862,75 + 8.264.440.969,15 + 5.808.929.702,68

= 15.886.256.534,58

5. Tahun 2009Total Aktiva = 2.073.439.132,75 + 6.616.724.339,33 + 5.299.430.468,98

= 13.989.593.941,06

Page 46: Skripsi Ice

Lampiran 3. Data Aktiva Lancar Tahun 2005 – 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

No Aktiva LancarTahun 2005

(Rp.)Tahun 2006

(Rp.)Tahun 2007

(Rp.)Tahun 2008

(Rp.)Tahun 2009

(Rp.)

1 Kas/Bank 59.326.833,80 66.682.838,80 229.227.811,80 154.454.377,80 115.465.447,802 Piutang Usaha 582.671.782,14 761.851.375,09 1.224.542.479,05 1.377.178.138,38 1.312.475.962,383 Piutang Lain-Lain 7.006.000,00 7.006.000,00 81.263.141,57 81.263.141,57 81.263.141,574 Persediaan 24.193.000,00 7.238.500,00 30.046.000,00 73.128.750,00 57.488.040,00

5Biaya Bayar Dimuka

3.810.822,98 3.808.691,04 3.806.559,11 379.885.086,00 379.885.086,00

6Pembayaran Dimuka Lainnya

214.000.000,00 - 80.400.562,18 126.861.455,00 126.861.455,00

Total 891.008.438,92 846.587.404,93 1.649.286.553,71 2.192.770.948,75 2.073.439.132,75

Aktiva Lancar = Kas/Bank+Piutang Usaha+Piutang Lain-Lain+Persediaan+Biaya Bayar dimuka+ Pembayaran dimuka lainnya

1. Aktiva Lancar Tahun 2005 = 59.326.833,80 + 582.671.782,14 + 7.006.000,00 + 24.193.000,00 + 3.810.822,98 + 214.000.000,00= 891.008.438,92

2. Aktiva Lancar Tahun 2006 = 66.682.838,80 + 761.851.375,09 + 7.006.000,00 + 7.238.500,00 + 3.808.691,04 + 0= 846.587.404,93

3. Aktiva Lancar Tahun 2007 = 229.227.811,80 + 1.224.542.479,05 + 81.263.141,57+ 30.046.000,00 + 3.806.559,11 + 80.400.562,18= 1.649.286.553,71

4. Aktiva Lancar Tahun 2008 = 154.454.377,80 + 1.377.178.138,38 + 81.263.141,57 + 73.128.750,00 + 379.885.086,00 + 126.861.455,00 = 2.192.770.948,75

5. Aktiva Lancar Tahun 2009 = 115.465.447,80 + 1.312.475.962,38 + 81.263.141,57 + 57.488.040,00 + 379.885.086,00 + 126.861.455,00 = 2.073.439.132,75

Page 47: Skripsi Ice

Lampiran 4. Data Hutang Lancar Tahun 2005 – 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

No Hutang LancarTahun 2005

(Rp.)Tahun 2006

(Rp.)Tahun 2007

(Rp.)Tahun 2008

(Rp.)Tahun 2009

(Rp.)

1 Hutang Usaha 2.954.503,00 21.175.500,00 62.915.500,00 130.222.045,00 69.838.494,00

2 Hutang Lainnya 96.718.708,00 127.655.769,00 305.571.555,00 160.767.895,45 333.034.821,45

3Biaya Yang Masih harus Dibayar

416.582.498,53 653.084.419,04 916.014.670,68 12.058.048,00 37.216.942,00

4 Hutang pajak 0 0 12.058.048,00 1.203.295.951,82 1.435.315.534,73

5Hutang jangka panjang yang jatuh tempo

196.201.384,64 294.302.076,96 490.503.461,60 589.148.517,33 589.148.517,33

Total 712.457.094,171.096.217.765,0

01.787.063.235,28 2.095.492.457,60 2.464.554.309,51

Hutang Lancar = Hutang Usaha+Hutang lainnya+biaya yang masih harus dibayar+hutang pajak+hutang jangka panjang yang jatuh tempo

1. Hutang Lancar Tahun 2005 = 2.954.503,00 + 96.718.708,00 + 416.582.498,53 + 0 + 196.201.384,64= 712.457.094,17

2. Hutang Lancar Tahun 2006 = 21.175.500,00 + 127.655.769,00 + 653.084.414,04 +0 + 294.302.076,96= 1.096.217.765,00

3. Hutang Lancar Tahun 2007 = 62.915.500,00 + 305.571.555,00 + 916.014.670,68+ 12.058.048,00 + 490.503.461,60= 1.787.063.235,28

4. Hutang Lancar Tahun 2008 = 130.222.045,00 + 160.767.895,45 + 12.058.048,00 + 1.203.295.951,82 + 589.148.517,33 = 2.095.492.457,60

5. Hutang Lancar Tahun 2009 = 69.838.494,00 + 333.034.821.45 + 37.216.942,00 + 1.435.315.534,73 + 589.148.517,33 = 2.464.554.309,51

Page 48: Skripsi Ice

Lampiran 5. Analisis Rasio Likuiditas dengan menggunakan Rasio Cepat Tahun 2005 – 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

No PeriodeHarta Lancar

(Rp.)Hutang Lancar (Rp) Persediaan (Rp)

Rasio Cepat (%)

Fluktuasi (%)

Kriteria

1 Tahun 2005 891.008.438,92 712.457.094,17 24.193.000,00 121,7 -Likuid

2 Tahun 2006 846.587.404,93 1.096.217.765,00 7.238.500,00 76,6 -45,1Ilikuid

3 Tahun 2007 1.649.286.553,71 1.787.063.235,28 30.046.000,00 90,6 14,0Ilikuid

4 Tahun 2008 2.192.770.948,75 2.095.492.457,60 73.128.750,00 101,2 10,5Likuid

5 Tahun 2009 2.073.439.132,75 2.464.554.309,51 57.488.040,00 81,8 -19,4Ilikuid

Total 7.653.092.479,06 8.155.784.861,56 192.094.290,00 94,4   Ilikuid

Rasio Cepat tahun 2005= 891.008 .438,92−24 .193. 000,00712. 457 .094,17

x 100%= 866 .815 .438,92712. 457. 094,17

x 100%=1,217 x 100% = 121,7%

Rasio Cepat tahun 2006= 846. 587. 404,93−7 .238. 500,001. 096. 217.765,00

x 100%= 839. 348. 904,931. 096. 217. 765,00

x 100%=0,766x100% =76,6%

Rasio Cepat tahun 2007=1 .649 .286 .553,71−30.046 .000,001 .787 .063 .235,28

x 100%= 1. 619.240 .553,711 .787 .063 .235,28

x 100%=0,906x100%=90,6%

Page 49: Skripsi Ice

Rasio Cepat tahun 2008=1 .812 .885 .862,75−73.128 .750,002. 095. 492. 457,60

x 100%= 1.739 .757 .112,752 .095 .492 .457,60

x 100%=0,83x100%=83%

Rasio Cepat tahun 2009=2 .073 . 439.132,75−57. 488 .040,002 .464 .554 .309,51

x 100%=2 .015 .915 .092,752 . 464 .554 .309,51

x 100%=0,818=81,8%

Rata-rata rasio cepat selama 5 tahun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah:

Rata-rata rasio cepat = (Rasio Cepat tahun 2005 + 2006 + 2007 + 2008 + 2009)/5

= (121,7% + 76,6% + 90,6% + 101,2% + 81,8%) = 4718 = 94,4%

5 5

Untuk menentukan fluktuasi (penurunan/peningkatan) maka dilakukan dengan mengurangi rasio cepat pada tahun sesudahnya dengan

rasio pada tahun sebelumnya.

Fluktuasi tahun 2005-2006 = Rasio cepat tahun 2006 – rasio cepat tahun 2005

= 76,6 -121,7 = -45,1%

Fluktuasi tahun 2006-2007 = Rasio cepat tahun 2007 – rasio cepat tahun 2006

Page 50: Skripsi Ice

= 90,6 – 76,6 = 14%

Fluktuasi tahun 2007-2008 = Rasio cepat tahun 2008 – rasio cepat tahun 2007

= 101,2 - 90,6 = 10,5%

Fluktuasi tahun 2008-2009 = Rasio cepat tahun 2008 – rasio cepat tahun 2007

= 81,8 - 101,2 = -19,4%

Page 51: Skripsi Ice

Lampiran 6. Tabel Persiapan Uji t Rasio Likuiditas Tahun 2005 – 2009 pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Bima.

No X X̄ ( X− X̄ ) ( X− X̄ )2

1 121,7 94,4 27,3 745,68

2 76,6 94,4 -17,8 316,51

3 90,6 94,4 -3,7 14,06

4 101,2 94,4 6,8 46,16

5 81,8 94,4 -12,6 157,77

(total) 471,8     1280,18

Page 52: Skripsi Ice

Lampiran 7. Perhitungan Uji t.

n = 5

X = 471,8

= 94,4

(Xi - X)2 = 1280,18

0hip = 0,75 (75%)

1. Standar Deviasi

S = (xi - x) 2 n - 1

S = 1280,18 5 - 1

S = 1280,18 4

S = 320,04

S = 17,89

2. Uji t satu pihak

t=X−−μos√n

t = 94,36 - 0,75 17,89 5

t = 93,609 17,89

2,24

t = 93,609 8,001

t = 11,70

t tabel untuk dk = 5-1=4, taraf signifikansi 95% uji satu pihak/kiri adalah

2,015. t hitung lebih besar dari t tabel (11,70 > 2,132) sehingga Ho diterima.

X

Page 53: Skripsi Ice

Lampiran 8. Nilai-Nilai Dalam Distribusi t

Alva untuk uji dua fihak (two tail test)  0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01

Alva untuk uji satu fihak (one tail test)dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005

1 1,000 3,078 6,314 12,706 31,821 63,6572 0,816 1,886 2,920 4,303 6,965 9,9253 0,765 1,638 2,353 3,182 4,541 5,8414 0,741 1,533 2,132 2,776 3,747 4,6045 0,727 1,476 2,015 2,571 3,365 4,0326 0,718 1,440 1,943 2,447 3,143 3,7077 0,711 1,415 1,895 2,365 2,998 3,4998 0,706 1,397 1,860 2,306 2,896 3,3559 0,703 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250

10 0,700 1,372 1,812 2,228 2,764 3,16911 0,697 1,363 1,796 2,201 2,718 3,10612 0,695 1,356 1,782 2,179 2,681 3,05513 0,694 1,350 1,771 2,160 2,650 3,01214 0,693 1,345 1,761 2,145 2,624 2,97715 0,692 1,341 1,753 2,131 2,602 2,94716 0,691 1,337 1,746 2,120 2,583 2,92117 0,690 1,333 1,740 2,110 2,567 2,89818 0,689 1,330 1,734 2,101 2,552 2,87819 0,688 1,328 1,729 2,093 2,539 2,86120 0,688 1,325 1,725 2,086 2,528 2,84521 0,687 1,323 1,721 2,080 2,518 2,83122 0,686 1,321 1,717 2,074 2,508 2,81923 0,686 1,319 1,714 2,069 2,500 2,80724 0,685 1,318 1,711 2,064 2,492 2,79725 0,685 1,316 1,708 2,060 2,485 2,78726 0,684 1,315 1,706 2,056 2,479 2,77927 0,684 1,314 1,703 2,052 2,473 2,77128 0,683 1,313 1,701 2,048 2,467 2,76329 0,683 1,311 1,699 2,045 2,462 2,75630 0,683 1,310 1,697 2,042 2,457 2,75040 0,681 1,303 1,684 2,021 2,423 2,70460 0,679 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660

120 0,677 1,289 1,658 1,980 2,358 2,617oo 0,674 1,282 1,645 1,960 2,326 2,576

Sumber : Metode Penelitian Administrasi, Sugiyono, 2003.