SKRIPSI
HUBUNGAN KONDISI FISIK SUMUR DAN JARAK KANDANG
DENGAN KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR GALI DI
DESA BULUHARJO
Oleh :
DEMA LUCY WIDYANTIRA
NIM : 201503059
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN KONDISI FISIK SUMUR DAN JARAK KANDANG
DENGAN KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR GALI DI
DESA BULUHARJO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
DEMA LUCY WIDYANTIRA
NIM : 201503059
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
iii
iv
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bissmillahhirohmanirrohim
Dengan Rahmat Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Saya persembahkan skripsi ini kepada :
1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karunia-Nya skripsi ini dapat
dibuat dan selesai pada waktunya.
2. Ayah, Ibu dan Eyang tercinta, sebagai tanda bakti, hormat, yang selalu
membuat saya termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu
mendoakan, selalu menasehati, untuk menjadi lebih baik dan rasa
termakasih yang tiada terhingga. Semoga ini menjadi langkah awal untuk
membuat Ayah dan Ibu bahagia karena saya sadar, selama ini belum bisa
berbuat yang lebih.
3. Untuk pembimbing dan penguji, terimakasih atas kesabarannya dalam
membimbing dan ilmu yang diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan
skripsi ini semaksimal mungkin.
4. Untuk keluarga adik-adik, suami dan anakku tercinta yang masih di dalam
perut terimakasih jazakumullohukhoiro atas pengertian dan sabar selalu
memberi semangat sehingga membantu dalam penyusunan skripsi ini
berjalan dengan lancar.
5. Untuk sahabat-sahabatku yang sama-sama berjuang yang tidak bosan
mengingatkan dan memberi semangat menemani dari semester awal
vi
hingga akhir: Aldela, Ifa, Safira, Nadia, One, Lailatul, Novitalia, Azizah,
Rila, Fitri, Immel, Nissa, Mieke Sehingga tersusunlah skripsi ini.
6. Untuk teman-temanku kesehatan masyarakat angkatan 2015 terimakasih
atas segala dukungan dan motivasi sehingga tersusunlah skripsi ini.
7. Untuk pembimbing dan penguji, terimakasih atas kesabarannya dalam
membimbing dan ilmu yang diberikan sehingga saya bisa menyelesaikan
skripsi ini semaksimal mungkin.
vii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dema Lucy Widyantira
NIM : 201503059
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum atau tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 04 Agustus 2019
Dema Lucy Widyantira
NIM. 201503059
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dema Lucy Widyantira
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 13 Nopember 1997
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK Dharma Wanita Tahun 2002-2004
2. SDN Buluharjo 03 Tahun 2004-2010
3. SMP Budi Utomo Tahun 2010-2013
4. SMA Budi Utomo Tahun 2013-2015
5. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Tahun
2015-sekarang
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Skripsi Penelitian yang berjudul
“Hubungan kondisi fisik sumur dan jarak kandang dengan kandungan bakteri coliform
air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan Skripsi Penelitian ini telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan kerendahan hati penulus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Mulyono S.E, yang telah memberikan saya izin untuk melakukan
penelitian di Desa Buluharjo.
2. Bapak Zaenal Abidin S.KM., M.Kes. (Epid) selaku Ketua Sekolah Tinggi
Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun beserta dosen pembimbing I,
yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing saya dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Program
Studi S1 Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun beserta dosen pembimbing II, yang telah meluangkan
banyak waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Hanifah Ardiani., S.KM., M.KM, selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa mendampingi dan membantu dalam kelancaran sidang skripsi.
5. Ibu Riska Ratnawati S.KM., M. Kes selaku penguji utama yang senantiasa
mendampingi dan membantu kelancaran sidang skripsi.
6. Seluruh masyarakat di Desa Buluharjo yang telah membantu saya dalam
pelaksanaan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh anggota keluarga Ayah Ibu dan Suami saya yang telah
memberikan doa dan semangat yang tiada henti, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh teman-teman yang sudah bersedia membantu dalam penelitian
skripsi ini.
x
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini masih
jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi penulis.
Madiun,04 Agustus 2019
Dema Lucy Widyantira
NIM.201503059
xi
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019
ABSTRAK
DEMA LUCY WIDYANTIRA
HUBUNGAN KONDISI FISIK SUMUR DAN JARAK KANDANG
DENGAN KANDUNGAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR GALI DI
DESA BULUHARJO
87 Halaman, 15 Tabel, 2 Gambar, 9 Lampiran
Latar Belakang Pada sebagian besar penduduk, sumber air untuk
kehidupan sehari-hari berasal dari air tanah (sumur). Salah satu sumber pencemar
air sumur yaitu jarak kandang dan kondisi fisik sumur gali yang kurang memadai.
Pada Desa Buluharjo terdapat 33 warga yang memiliki kandang dan sumur gali.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kondisi fisik sumur
dan jarak kandang dengan kandungan bakteri coliform air sumur gali di desa
buluharjo kecamatan palaosan.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain
penelitian survei analitik dan rancangan penelitian cross sectional. Teknik
pengambilan sampel Total Sampling dimana jumlah populasi sebanyak 33 sumur.
Teknik analisis data menggunakan chi-square.
Hasil uji statistik menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan
antara dinding sumur dengan kandungan coliform dengan nilai p value 0,023 RP
sebesar 7,778, ada hubungan antara kondisi bibir dengan bakteri coliform nilai p
value 0,023 RP sebesar 7,778, ada hubungan antara kondisi lantai dengan bakteri
coliform nilai p value 0,0001 RP 42,750, ada hubungan antara jarak sumur dengan
kandang nilai p value 0,023 RP 7,778. Berdasarkan penelitian ini, saran yang
diberikan kepada masyarakat yaitu supaya selalu memantau dan memperbaiki
kondisi fisik sumur agar tidak terjadi peresapan sehingga tidak terjadi
pencemaran.
Kata Kunci : Jarak Kandang, Kondisi Fisik Sumur, Bakteri Coliforom
Kepustakaan : 26 (1994-2012)
xii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2019
ABTSRACT
DEMA LUCY WIDYANTIRA
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WELL PHYSICAL CONDITION
AND KARANG DISTRICT WITH THE COLIFORM WATER BACTERIA
CONTACT IN THE WELL BULUHARJO VILLAGE
86 Page, 15 Table, 2 Picture, 9 Attachment
For most of the population, the source of water for daily life comes from ground
water (dug wells). One of the sources of dug well water pollutants distance of the
cage and physical condition of dug wells that are not eligible. In the village of
Buluharjo there are 33 residents who have cages and dug wells.
The purpose of this research is to find out the relationship of physical condition
of dug well and the distance of the cage with the content of the coliform bacteria
dug well water in the village of Buluharjo, Plaosan district.
This type of research this uses quantitative methods by design analytic survey
research and research design cross sectional. The sampling technique is Total
Sampling the total population of 33 dug wells.
Statistical test results using chi-square shows that there is a relationship between
the well wall and the coliform content and value p of 0.023 RP of 7.778, there was
a relationship between lip condition with coliform bacteria p value of 0.023 RP of
7.778, there was a relationship between floor conditions and coliform bacteria p
value 0,0001 RP 42,750, there is a relationship between the distance of the well
with the cage value of p value 0.023 RP 7.778. Based on this research, the advice
given to the community is to always monitor and improve the physical condition
of the well so that there is no infiltration so that pollution does not occur.
Keywords: Cage Distance, Well Physical Condition, Coliform Bacteria
Literature: 26 (1994-2012)
xiii
DAFTAR ISI
Sampul Depan ........................................................................................................... i
Sampul Dalam ........................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ................................................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................... iv
Persembahan .......................................................................................................... v
Halaman Pernyataan .............................................................................................. vii
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... viii
Kata Pengantar ....................................................................................................... ix
Abstark .................................................................................................................. xi
Abstract ................................................................................................................ xii
Daftar Isi .............................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ...................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran ................................................................................................... xvii
Daftar Singkatan .................................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7
A. Tujuan Penelitian ................................................................... 7
B. Tujuan Umum ........................................................................ 7
1.3 Tujuan Khusus .................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
1.5 Keaslian Penelitian ........................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air ......................................................................................... 11
2.1.1 Definisi Air ...................................................................... 11
2.1.2 Sumber Air ...................................................................... 12
2.1.3 Manfaat Air ...................................................................... 13
2.1.4 Penggolongan Air ........................................................... 13
2.1.5 Pencemaran Air .............................................................. 14
2.1.6 Syarat Kualitas Air Minum ............................................. 14
2.2 Sumur Gali................................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Air Sumur Gali .............................................. 16
2.2.2 Sumur Gali ....................................................................... 16
2.2.3 Tipe Sumur Gali .............................................................. 16
2.2.4 Jarak Sumber Pencemar ................................................... 17
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencemaran .......... 17
2.3 Faktor Kondisi Fisik .................................................................... 17
2.3.1 Dinding Sumur Gali ......................................................... 19
2.3.2 Bibir Sumur Gali.............................................................. 20
xiv
2.3.3 Lantai Sumur Gali............................................................ 20
2.3.4 Lokasi Sumur Gali ........................................................... 20
2.3.4 Kedalaman Sumur Gali ................................................... 20
2.4 Bakteri Coliform ......................................................................... 21
2.4.1 Pengertian Bakteri Coliform............................................... 21
2.4.2 Faktor Resiko Bakteri Coliform ......................................... 21
2.5 Kerangka Teori ............................................................................... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 24
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 25
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 26
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 27
4.2.1 Populasi ........................................................................... 27
4.2.2 Kriteria Inklusi ................................................................. 27
4.2.3 Sampel ............................................................................. 28
4.3 Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 30
4.3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................. 30
4.3.2 Variabel Penelitian .......................................................... 30
4.3.3 Definisi Operasional ........................................................ 31
4.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 34
4.6.1 ................................................................................. Le
mbar Observasi ..................................................................... 35
4.6.2 ................................................................................. Uji
Laboraturium ........................................................................ 35
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
4.5.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 36
4.5.2 Waktu Penelitian ............................................................. 36
4.6 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 38
4.7 Teknik Analisis Data ................................................................... 40
4.8 Etika Penelitian ............................................................................ 43
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 44
5.1.1 Gambaran Umum ............................................................... 44
5.1.2 Kependudukan .................................................................... 44
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 45
5.2.1 Analisis Univariat ............................................................... 45
5.2.2 Analisis Bivariat ................................................................. 48
5.3 Pembahasan..................................................................................... 54
xv
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ......................................................................................... 62
6.2 Saran ............................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64
LAMPIRAN ........................................................................................................ 65
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 9
Tabel 4.3 Waktu Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 37
Tabel 4.4 Coding ............................................................................................ 40
Tabel 5.1 Mata Pencaharian Penduduk .......................................................... 45
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dinding Sumur ............................................. 46
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Bibir Sumur .................................................. 46
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lantai Sumur ................................................ 47
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jarak Kandang .............................................. 47
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Niali Coliform .............................................. 47
Tabel 5.7 Hasil Tabulasi ................................................................................ 49
Tabel 5.8 Hasil Tabulasi ................................................................................ 50
Tabel 5.9 Hasil Tabulasi ................................................................................ 51
Tabel 5.10 Hasil Tabulasi .............................................................................. 52
Tabel 5.11 Rekapitulasi Hasil ........................................................................ 53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ....................................................................... 23
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 24
Gambar 4.1 Rancangaan Penelitian Cross sectional .................................. 27
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ...................................................... 29
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Bimbingan ................................................................... 65
Lampiran 2 Kartu Seminar Proposal .......................................................... 66
Lampiran 3 Surat Kesbangpol .................................................................... 67
Lampiran 4 Dokumentasi ........................................................................... 68
Lampiran 5 Hasil Laboraturium ................................................................. 69
Lampiran 6 Lembar Observasi ................................................................... 70
xix
DAFTAR SINGKATAN
CI : Confident Interval
CFR : Case Fatality Rate
KLB : Kejadian Luar Biasa
RP :Rasio Prevalens
HA : Hektar
SD : Sekolah Dasar
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu jenis sarana penyediaan air bersih pedesaan yang banyak
diusahakan oleh pemerintah sebagai sumber air bersih adalah sumur gali. Air
tanah lebih banyak penggunaanya karena lebih mudah mendapatkannya dan relatif
lebih aman dari pencemaran apabila dibandingkan dengan air permukaan. Sumur
gali yang sudah digunakan dalam waktu relatif lama atau baru nya akan dapat
berpengaruh terhadap pencemaran dilihat dari jarak dan siklus bakteriologis,
karena selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya sumber
pencemar merembes ke dalam sumur mengikuti aliran air tanah yang berbentuk
memusat ke arah sumur (Chandra, 2006).
Sumur gali merupakan salah satu sumber penyediaan air bersih bagi
masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Sumur gali menyediakan air yang
berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena
itu mudah terkena kontaminasi melalui rembesan yang berasal dari kotoran
manusia, hewan, maupun untuk keperluan domestik rumah tangga. Sumur gali
sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat konstruksi, syarat lokasi
untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan agar kualitas air sumur
gali aman sesuai dengan aturan yang ditetapkan (Waluyo, 2005).
2
Air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dan semua makhluk
hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi dibumi.
Semua organisme yang hidup tersusun dari sel- sel yang berisi air sedikitnya 60%
dan aktivitas metaboliknya mengambil tempat di larutan air (Enger dan Smith,
2000).
Air merupakan bahan yang penting bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan
di alam ini tidak dapat berlangsung, baik manusia, hewan maupun tumbuhan
(Suryani, 2004).
Air yang mengandung banyak bakteri golongan coliform akan kurang baik
sebagai sumber air minum. Menurut Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang
persyaratan air minum, batas kehadiran bakteri coliform dalam air bersih atau air
minum adalah 0 MPN/100 ml untuk air non perpipaan dan perpipaan. Coliform
merupakan organisme yang lebih resisten dalam proses purifikasi air secara
alamiah. (Chandra, 2006).
Sumur gali yang tercemar dapat mengganggu kesehatan lingkungan dan
berbahaya jika digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Pencemaran air
dalama Peraturan Pemerintah RI No 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkanya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia
sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai peruntukannya. (Anonim, 2001). Semakin tinggi tingkat
kontaminasi bakteri coliform semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri
patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran hewan atau mausia ialah bakteri
3
Escheria coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut dan
muntah- muntah (Entjang, 2003).
Masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia, adalah penyakit dan
kematian dini yang di sebabkan oleh faktor-faktor biologi lingkungan manusia
seperti di air, makanan, udara, dan tanah. Penyebab-penyebab tersebut dapat
mengakibatkan kematian dini atas jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-
anak. Masalah yang paling dirasakan di Negara-negara berkembang. satu
diantaranya yakni empat juta bayi atau anak meninngal setiap tahun akibat diare
terutama sebagaiakibat air atau makanan yang tercemar (WHO, 2001).
Kejadian diare juga terjadi ada orang dewasa. Di Amerika Serikat,
diperkirakan sekitar 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun (1,5 % merupakan pasien dewasa) yang
disebabkan karena diare pada Negara Negara berkembangtermasuk Indonesia
lebih banyak sampai tiga kali dibandingkandengan Negara maju (Sudoyo, 2006).
Diare masih merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang seperti
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun
2000-2010 terlihat kecenderungan nai. pada tahun 2000, IR penyakit Diare
301/1000 penduduk, Tahun 2003 naik memjadi 374/1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih
sering terjadi, CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
4
dengan kematian 100 orang (CFR1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74%). KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan
keamatian yang banyak. Rendahnya cakupan hygiene sanitasi dan perilaku
kesehatan yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare
(KemKes RI 2011).
Data kasus penyakit diare di kabupaten Magetan pada tahun 2016-2017
adalah 4,42% penduduk yang mengalami diare. Menurut hasil data kesehtan desa
Buluharjo yang menderita diare pada bulan Januari – Maret ada 45 jiwa.
Meskipun angka penyakit diare tergolong rendah tetapi sampai saat ini masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini sering menimbulkan KLB
serta merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita. Pada tahun
2017 jumlah perkiraan penderita diare di kabupaten magetan sebesar 19.672,
sedangkan penderita yang ditangani sebesar 8.370 penderita yang masalah
utamanya adalah hygine sanitasi pada rumah tangga. Desa Buluharjo berjumlah
4389 jiwa yang terbagi 5 dusun yaitu dusun ndele 692 jiwa, Banyuputih 876 jiwa,
Maron 627 jiwa, Pait 1235 jiwa, Widoro 959 jiwa. Berdasarkan survey
pendahuluan warga desa Buluharjo yang memilikim sumur berjumlah 33 yang
berada pada Dukuh Ndele 5, Dukuh Banyuputih 12, Dukuh Pahit 4, Dukuh Maron
7, Dukuh Widoro 5.
Keberadaan kandang sapi erat hubungannya dengan keadaan lingkungan
dan kesehatan. Salah satu sumber pencemaran terhadap lingkungan adalah
peternakan sapi melalui kotoran yang dikeluarkan setiap hari melalui proses
5
pengeluaran melalui sisa pencernaan atau feses (defekasi). Kotoran sapi dalam
jumlah tinggi dapat menjadi sumber pencemaran. Oleh karena nya harus ditangani
secara serius untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap air, udara, tanah,
yang berdampak timbulnya gangguan kesehatan manusia. Kotoran hewan
merupakan sumber mikroorganisme, karena mengandung substrat yang digunakan
mikroorganisme untuk produksi methan. Bakteri dalam kotoran sapi berasal dari
bakteri yang hidup dalam usus disebut juga golongan Enterobacter. Beberapa
spesies bakteri dalam usus dapat menyebabkan gastroenteritis. (Chandra, 2006)
Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak
berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. bangunan
kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman.
Kandang merupakan bangunan tempat tinggal ternak, yang ditujukan untuk
melindungi ternak terhadap gangguan dari luar yang merugikan seperti terik
matahari, hujan, angin, gangguan binatang buas, serta memudahkan pengelolaan
(Deptan, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Rafikhul Rizza di Kelurahan Podosugih
Kecamatan Pekalongan Barat Kota Pekalongan pada tahun 2013 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kondisi lantai sumur gali, dan jarak sumur gali
dengan sumber pencemar dengan kadar nitrit pada air sumur gali di Kelurahan
PodosugihKecamatan Pekalongan Kabupaten Pekalongan Barat Kota Pekalongan.
Dimana kondisi luas lantai <1 meter dari tepi sumur dan jarak sumur yang tidak
memenuhi persyaratan yaitu ≤95 meter dari sumber pencemar. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rina Mutiara Ginting di Kelurahan Martubung
6
Kecamatan Medan Labuhan tahun 2008 juga menunjukkan bahwa ada hubungan
antara faktor risiko dengan kualitas air sumur gali di Kelurahan Martubung
Kecamatan Medan Labuhan tahun 2008. (Rafikhul Rizza, 2013)
Desa Buluharjo merupakan desa yang sebagian besar warganya berprofesi
sebagai peternak sapi untuk berinvestasi meningkatkan ekonominya. Berdasarkan
observasi di lapangan sumur gali dengan jarak kandang sapi yang < 10 M akan
memungkinkan tercemar oleh limpasan yang mengandung kotoran sapi. Sesuai
dengan studi pendahuluan tanggal 6 dan 7 April, 2019 di Desa Buluharjo dengan
wawancara dari 10 warga yang memilki sumur dan kandang, rata-rata masyarakat
di Desa Buluharjo tidak mengetahui bahwa jarak kandang yang terlalu berdekatan
dengan sumber air dapat mempengangaruhi kualitas air terutama keberadaan
bakteri coliform pada sumber air yang menimbulkan bahaya jika di konsumsi.
Kondisi sanitasi di Desa Buluharjo sendiri belum sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Kementrian Pertanian Tahun 2010 yaitu konstruksi kandang antara lain lantai,
kerangka, atap dan didnding. Konstuksi kandang disana dapat digambarkan atau
dinilai buruk karena dari lantai kandang, atap kandang, dinding kandang masih
belum memenuhi syarat. Sumur gali di desa Buluharjo juga bisa dikatakan belum
memenuhi syaratpembuatan sumur gali, seperti konstruksi sumurnya yang buruk
tidak disemen dan jarak sumur dengan sumber pencemar disekitar yang rata-rata
hanya berjarak antara 3-7 meter dari sumber pencemar. Hal tersebut
memungkinkan uji laboraturium akan diperoleh hasil tidak memenuhi persyaratan
Permenkes RI NO. 416/Menkes/ PER/IX/1990 tentang persyaratan air bersih yaitu
7
minimala air sumur gali mengandung bakteri Coliform ≤50/100 ml air. Apalagi
persyaratan dari Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan air
minum yaitu Coliform dalam air minimal ≤0/100 ml. Kemungkinan hasil tersebut
tentu berisiko terjadinya gangguan kesehatan akibat mikroorganisme bakteri
dalam sumur utamanya adalah bakteri coliform dalam air sumur gali yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti
bertujuan untuk melakukan observasi untuk mengetahui apakah ada “hubungan
kondisi fisik sumur dan jarak kandang dengan peternakan sapi terhadap
kandungan bakteri coliform dalam air sumur gali di desa Buluharjo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, survey pendahuluan dan identifikasi
masalah maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah ada Hubungan
Kondisi Fisik Sumur dan Jarak Kandang dengan Kandungan Bakteri coliform Air
Sumur Gali”
1.3 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah “menganalisis hubungan kondisi fisik
sumur dan jarak kandang dengan kandungan bakteri coliform air sumur gali”
B. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan dinding sumur gali dengan keberadaan bakteri
coliform pada air sumur gali.
8
b. Menganalisis hubungan lantai sumur gali dengan keberadaan bakteri
coliform pada air sumur gali
c. Menganalisis hubungan bibir sumur gali dengan keberadaan bakteri
coliform pada air sumur gali.
d. Menganalisis hubungan jarak sumur dengan kandang terhadap
keberadaan bakteri coliform pada air sumur gali.
1.4 Manfaat penelitian
A. Manfaat Teoritis
Mampu memberikan pengetahuan jarak sumur dengan kandang terhadap
bakteri coliform
B. Manfaat Praktis
Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian diantara lain:
a. Bagi pemerintah
Bagi pemerintah desa Buluharjo hasil penelitian ini di harapkan dapat
digunakan sebagai masukan dalam rangka pembinaan kesehatan umtuk
pembuatan sumur pada masyarakat agar memperhatikan jarak sumur
dengan kandang.
b. Bagi institusi
Bagi STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN hasil penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi peneliti lain yang
terkait di masa yang akan datang.
9
c. Bagi peneliti
Diharapkan penelitian ini bisa menjadi sarana pengetahuan dan
pelajaran yang akan dibawa didunia kerja.
1.5 Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya ada beberapa judul penelitian yang
hamper sama dengan penelitian yang akan dilakuakan.
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Pembeda Penelitian terdahulu
1. Peneliti M.Iqbal Pratama Sekedang, Zakiyah
Heryawati Manaf, Razali (2016).
Christina R.
Marpaun,
Ricky C.
Sondakh,
Woodford
B. S. Joseph
(2018).
Inoy
Trisnaini,
Elvi
Sunarsih,
Dwi
Septiawati
(2018)
2. Judul Kontaminasi Bakteri Koliform Pada
Air Minum Isi Ulang Di Desa Ilie
Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda
Aceh
Analisis
Bakteriologi
Air Dan
Kondisi
Fisik Sumur
Gali Di
Sekitar
Lokasi Tpa
Sumompo
Kecamatan
Tuminting
Kota
Manado
Analasis
Faktor
Risiko
Kualitas
Bakteriologis
Air Minum
Isi Ulang Di
Kabupaten
Ogan Ilir
10
No Pembeda Penelitian terdahulu
3. Desain Persumtive test Descriptive Cross
sectional
4. Variabel Variabel dependent: Baktetiriologi
Variable independent: kondisi fisik
jarak TPA
Variable
dependent:
bakteriologi
Variabel
independent:
kondisi fisik
sumur gali
lokasi TPA
Variable
dependent:
bakteriologis
Variable
independent:
air minum isi
ulang
5. Pembeda Variabel yang di gunakan 1.
dependent: Bakteri coliform
1. Independent:
Kondisi fisik sumur
dengan jarak kandang
Tempat
penelitian
Desa
Buluharjo
Kecamatan
Plaosan
Tahun
Penelitian
pada tahun
2019
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.1.1 Definisi Air
Air merupakan salah satu kebutuhan hidup dan merupakan dasar bagi
kehidupan di bumi. Tanpa air, berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung.
Oleh karena itu, penyediaan air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi
manusia untuk kelangsungan hidup dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan
dan kesejahteraan manusia (Kesehatan Lingkungan, 2017).
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap), air merupakan
satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yaitu satu molekul air
tersusun atau dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar (Allafa, 2008).
Menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air
adalah semua jenis air yang terdapat diatas ataupun dibawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat.
12
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya
air yang meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan
yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan ke dalam
formasi batuan. Sebaliknya, batuan dengan sedimentasi kuat dan kompak
memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir sama
curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor
lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan industri,
serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (Usmar dkk, 2006).
2.1.2 Sumber Air
Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan
letak sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan air permukaan dan air
tanah. Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat
pengendapan dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat
diatmosfer cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu,
mikroorgsnisme dan gas (misal: karbondioksida, nitrogen dan omonia). Air
permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai,danau, telaga, waduk, rawa
dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari air hujan dan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya. Air tanah berasal
dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian mengalami penyerapan
ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-proses ini menyebabkan air
tanah menjadi lebih baik dibandingkan air permukaan (Chandra,B 2007).
13
2.1.3 Manfaat Air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga perempat bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Air digunakan
untuk mendukung hampir seluruh kegiatan manusia. Sebagai contoh, air
digunakan untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan membersihkan
lingkungan rumah.
Air juga dimanfaatkan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam
kebakaran, tempat rekreasi dan transportas. Air dibutuhkan organ tubuh untuk
membantu terjadinya proses metabolisme, sistem asimilasi, keseimbangan cairan
tubuh, proses pencernaan, pelarutan dan pengeluaran racundari ginjal, sehingga
kerja ginjal menjadi ringan (Chandra, B 2007).
2.1.4 Penggolongan Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang
pengendalian pencemaran air, Bab III pasal 7 menyebutkan bahwa ada empat
golongan air menurut peruntukannya, yaitu : Air golongan A, adalah air yabg
dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih
dahulu; Air golongan B, adalaah air yang dapat digunakan sebagai air baku air
minum; Air golongan C, adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan; dan Air golongan D, adalah air yang dapat digunakan
untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan usaha
perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
14
2.1.5 Pencemaran Air
Pencemaran air disebabkan oleh masuknya bahan pencemar yang dapat
berupa gas, bahan-bahan terlarut dan partikulat. Bahan-bahan tersebut masuk ke
dalam badan air melalui atmosfer maupun tanah. Sumber pencemar dapat tersebar
atau pada lokasi tertentu. Limbah dari daerah pertanian yang mengandung
pestisida dan pupuk, limbah dari daerah pemukiman dan limbah dari perkotaan
adalah contoh sumber pencemar yang tersebar. Knalpot mobil, cerobong asap
mobil dan saluran limbah industri merupskan contoh sumber pencemar pada
lokasi tertentu.
2.1.6 Syarat Kualitas Air Minum
Air minum supaya tidak menyebabkan penyakit, harus memenuhi syarat
kualitas, yaitu meliputi persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis (Notoatmodjo,
2007). Kualitas air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/SK/IV/2010, meliputi:
15
1. Parameter wajib
a. Persyaratan Fisik
b. Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik yaitu,
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna (maksimal 15 TCU), suhu
udara maksimum ± 30C, dan tidak keruh (Maksimum 5 NTU).
c. Persyaratan Mikrobiologi
Syarata mutu air minum sangat ditentukan oleh kintak bakteri
Coliform salah satunya adalah Escheria coli, sebab keberadaan bakteri
Esheria coli merupakan indikator terjadinya pencemaran tinja dalam
air. Standar kandungan Escheria coli dan total bakteri coliform pada
air minum 0 per 100 ml sampel.
2. Parameter Tambahan
a. Persyaratan Kimia
Kualitas kimia adalah yang berhubungan dengan ion-ion senyawa
maupun logam yang membahayakan, seperti Raksa (Hg), Timbal (Pb),
Perak (Ag), Tembaga (Cu), dan seng (Zn). Residu dari senyawa
lainnya yang bersifat racun adalah residu pestisida yang dapat
menyebabkan perubahab bau, rasa dan warna air (Pratiwi, 2007).
b. Persyaratan Radioaktivitas
Kadar maksimum cemaran radioaktivitas dalam air minum tidak boleh
melebihi batas maksimum yang diperbolehkan karena dapat
menimbulkan kerusakan pada sel-sel. Kerusakan dapat menyebabkan
kematian, perubahan komposisi genetika dapat menimbulkan kanker
16
dan mutasi sel. Parameter radioaktiv dibagi menjadi parameter sinar
alfa, beta, dan gamma.
2.2 Sumur Gali
2.2.1 Pengertian Air Sumur Gali
Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah
sumur gali, merupakan bangungan penyadap air atau pengumpul air tanah dengan
cara menggali. Kedalaman sumur bervariasi anatar 5 meter samapai 10 meter dari
permukaan tanah tergantung pada kedudukan muka air tanah setempat dan juga
morfologi daerah. Air tanah dari sumur gali dimanfaatkan untuk keperluan rumah
tangga terutama untuk minum, masak, mandi, dan mencuci. (Marsono, 2009).
2.2.2 Sumur Gali
Sumur gali adalah salah satu kontruksi sumur yang paling umum dan
meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan
rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari
permukaan tanah. Sumur gali mneyediakan air yang berasal dari lapisan tanah
yang relative dekat dari permukaaan tanah, oleh karena itu dengan mudah
terkontaminasi melalui rembesan.
2.2.3 Tipe Sumur Gali
Menurut Joko (2010), tipe sumur gali ada dua macam, yaitu:
a) Tipe I: di pilih apabila keadaan tanah tidak menunjukkan gejala mudah
retak atau runtuh. Dinding atas dibuat dari pasangan bata/ batako / batu
belah dengan tinggi 80 cm dari permukaan lantai, dinding baah dari
17
bahan yang sama atau pipa beton sedalam minimla 300 cm dari
permukaan lantai.
b) Tipe II: dipilih apabila keadaan tanah menunjukkan gelaja mudah retak
dan runtuh, dinding atas terbuat dari pasangan bata/batako/batu belah
setinggi 80 cm dari pemukaan lantai. Dinding bawah sampai kedalaman
sumur dari pipa beton minimal sedalam 300 cm dari permukaa lantai dari
pipa beton kedap air dan sisanya dari pipa beton berlubang.
2.2.4 Jarak Sumur Gali dengan Sumber Pencemar
Agar sumur air terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah
jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool,seepage
pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada
keadaan serta kemiringan tanah. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir
sehingga tidak ada genangn air. Jarak sumur pada daerah yang bebas banjir
sehingga tidak ada genangan air. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi
dari sumber pencemaran (Gabriel, 2001).
Persyaratan sumur gali dengan sumber pencemar adalah sebagai berikut:
a. Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumber air dan
diperkirakan air tanah mengalir ke sumur maka jarak minimal sumur
terhadap sumber adalah 11 m.
b. Jika letak sumber pencemar sama atau lebih rendah dari sumur maka
jarak minimal sumur gali tersebut 10 m.
18
c. Yang termasuk sumber pencemar adalah jamban, air kotor/comberan,
tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan saluran resapan
(Marsono, 2009).
2.2.5 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran sumur gali dibagi menjadi
dua, yaitu meliput faktor sanitasi sumur gali (Mulyana 2003) dan juga faktor
lain yang berpengaruh terhadap pencemaran sumur gali (Marsono 2009).
a. Jarak Jamban
Jamban merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab penyakit serta mengotori lingkungan pemukiman
(Soeparman & Suparmin 2001). Semakin jauh jarak jamban dengan sumur
gali akan menyebabkan jumlah bakteri semakin sedikit, dan sebaliknya
semakin dekat jamban akan menyebabkan jumlah bakteri semakin bertambah.
Hal ini disebabkan karena tanah tersusun dari berbagai jenis material (batu,
pasir, dll) yang akan menyaring bakteri yang melewatinya (Marsono 2009).
Berdasarkan penelitian Tattit Khomariyatika (2011), menyatakan adanya
pengaruh jarak jamban dengan kualitas bakteriologis sumur gali.Jarak jamban
dengan letak sarana sumur gali yang memenuhi syarat paling sedikit 11 meter
(Depkes RI 1994).Sehingga dengan jarak lebih dari 10 meter air sumur gali
tidak terkontaminasi bakteri (Boekoesoe 2010).
19
c. Sumber pencemar
Karakteristik limbah ditentukan oleh jenis sumber pencemar. Karakteristik
limbah rumah tangga berbeda dengan karakteristik limbah jamban dan septic
tank. Limbah jamban dan septic tank banyak mengandung bahan organik
yang merupakan habitat bagi tumbuhnya mikroorganisme. Sumber pencemar
lain ini berupa limbah rumah tangga yang meliputi tempat sampah, genangan
air bekas cucian, dan kandang ternak. Perbedaan karakteristik limbah
mempunyai pengaruh yang berbeda pula terhadap kualitas bakteriologis air
sumur gali (Kusnoputranto 2007).
2.3. Faktor Kondisi Fisik Sumur Gali
2.3.1 Dinding Sumur Gali
Tinggi dinding sumur/dinding bawah minimal 300 cm dari permukaan lantai
sumur dari pipa beton kedap air dan sisanya dari pipa beton berlubang (Tri Joko,
2010:86). Pada kedalaman 300 cm dari permukaan tanah, dinding sumur harus
dibuat dari tembok beton yang tidak tembus air agar perembasan air permukaan
yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 300 cm diambil karena bakteri pada
umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut.
2.3.2 Bibir Sumur Gali
Bibir sumur/dinding atas dibuat dari pasangan bata/batako/batu belah
setinggi 80 cm dari permukaan lantai sumur (Tri Joko, 2010:86). Di atas tanah
dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 80 cm untuk aspek keselamatan
20
serta untuk mencegah pengotoran dari air permukaan apabila daerah tersebut
adalah daerah banjir.
2.3.3 Lantai Sumur Gali
Ukuran lantai sumur gali minimal 100 cm dari dinding sumur bagian luar
dengan mirin ke luar (Tri Joko, 2010:86). Lantai sumur harus kedap air, tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, dan tidak tergenang air dibuat agak miring keluar
agar air buangan dapat mengalir keluar.
2.3.4 Lokasi Sumur Gali
Lokasi pembuatan sumur biasanya berhubungan dengan jarak sumber
pencemar. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus memperhatikan
jarak antara sumur dengan jamban, kandang ternak, dan sumber pencemar
lainnya. Lokasi sumur gali berjarak horisontal minimal 11 meter kearah hulu
aliran air tanah dari sumber pengotoran, seperti dari bidang dari tangki septik,
lubang galian sampah, kandang dll (Tri Joko, 2010:90). Bila letak sumur lebih
rendah dari sumber pencemar maka jarak harus diusahakan lebih dari 15 meter
dari sumber pencemar.
2.3.5 Kedalaman Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas
dipergunakan untuk mengambil tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah
perorangan sebagai sumber air minum. Kedalaman sumur menurut Tri Joko
(2010) harus ≥15 meter dari permukaan tanah.
21
2.4 Bakteri Coliform
2.4.1 Pengertian Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan
bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri
indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi
indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif
dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih
murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh
bakteri coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi,
coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya,
kualitas air semakin baik.
2.4.2 Faktor Resiko Bakteri
E.Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun E.Coli merupakan bagian dari mikroba
normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur-galur tertentu
mampu
menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan.
Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan
dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).
E. coli enteroinvasif (enteroinvasive E.coli (EIEC)). Beberapa E.coli dapat
menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari
sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan
22
E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti
organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh
dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008).
23
2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka konsep
Sumber: Boekoso 2010, Suriman 2008, Suharyono 2008,Gabriel 2001, Marsono
2009, Trijoko 2010, Mulyono 2003, Usmar 2003.
Sumber Pencemar
Jamban/ septic tank
Tempat
pembuangan air/
comberan
Kandang ternak
TPS
Kondisi Fisik
Dinding sumur
Bibir sumur
Lantai sumur
Lokasi sumur
Kedalaman sumur
Kandungan
Bakteriologi
Coliform air sumur
24
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran
pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka
(Muchson, 2017). Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Kandungan Bakteri
Coliform Air Sumur
Gali
dinding sumur
gali
Lantai sumur
gali
Bibir sumur
gali
Jarak kandang
25
Berdasarkan kerangka konseptual diatas, menjelaskan bahwa ada hubungan
kondisi fisik sumur dan jarak kandang dengan kandungan bakteri Coliform di Desa
Buluharjo Kecamatan Plaosan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan secara umum
maupun khusus menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain
(Rosjidi & Liawati, 2013:27).
H0 adalah pernyataan menolak atau tidk ada hubungan variabel satu dengan variabel
lainnya.
H1 adalah pernyataan penerimaan atau ada hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya.
H1 : Ada hubungan kondisi lantai sumur gali dengan kandungan bakteri
Coliform pada air sumur gali di desa Buluharjo
H1 : Ada hubungan kondisi dinding sumur gali dengan kandungan bakteri
Coliform pada air sumur gali di desa Buluharjo.
H1 : Ada hubungan kondisi bibir sumur gali dengan kandungan bakteri
Coliform pada air sumur gali di desa Buluharjo.
H1 : Ada hubungan jarak sumur gali dengan kandang terhadap keberadaan
bakteri Coliform pada air sumur gali di desa Buluharjo.
26
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah perencanaan, pola dan strategi penelitian sehingga
dapat menjawab pertanyaan penelitian arau masalah. Desaian penelitian merupakan
prosedur perencanaan dimana peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian secara
valid, objektif, akurat dan hemat ekonomis. Desain penelitian merupakan rancangan
penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga memberikan arah bagipeneliti
untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan atau masalah penelitian
(Cholik, 2017).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode survei analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang dilakukan yang menekankan
waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu
kali pada satu saat (Nursalam, 2013).
Metode ini digunakan untuk mengetahui hubungan anatara kondisi fisik
sumur gali dan jarak kandang dengan bakteri coliform di Desa Buluharjo Kecamatan
Plaosan.
27
Gambar 4.1 Rancanagan Penelitian Cross sectional
Sumber: Notoatmodjo, 2010
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi populasi penelitian (Cholik,
2017). Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sumur dan seluruh kandang yang ada di
Desa Buluharjo dengan jumlah 33 sumur gali.
4.2.2 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari suatu populasi target yang
akan dijadiakan subjek penelitian (Nursalam, 2003:96) Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah sumur gali yang terdapat kandang ternak di Desa Buluharjo.
Populasi / sampel
Faktor Risiko
(+)
Faktor Risiko (-)
Efek (+) Efek (-) Efek (+)
(+)
Efek (-)
28
4.2.3 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap telah
mewakili populasi (Widyatmoko, 2012). Syarat sampel terdiri dari representative
(mewakili) dan sampel harus cukup banyak sampel dalam penelitian ini adalah semua
Sumur gali di Desa Buluharjo kecamatan Plaosan.
4.2.4 Teknik Pengambilan sampel
Sampling atau teknik pengambilan sampel merupakan sebuah proses
penyelesaian jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik
pengambilan sampel adalah berbagai cara yang ditempuh untuk mendapatkan sampel
yang benar-benar sesuai dengan seluruh subjek penelitian tersebut (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan
jumlah populasi (Sugiyono, 2011).
4.2.5 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu struktur konsepsual dasar yang digunakan untuk
memecahkan atau menangani suatu masalah kompleks (Nursalam, 2013). Adapun
kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut:
29
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitia
Tehnik Sampling
Total Sampling
Pengumpulan Data
Observasi dan Uji Laboratorium
Pengolahan data: editing, entry, coding dan tabulating
Analisa Data:
Chi Square
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian survei analitik dengan desain cross sectional
Populasi
33 sumur di desa buluharjo kecamatan plaosan
30
4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang dimiliki
oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Wiratna,
2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dinding sumur,
lantai sumur, bibir sumur dan jarak kandang.
b. Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas (Wiratna, 2014). Dalam penelitian ini variabel
dependen adalah bakteri coliform pada air sumur gali .
31
4.4 Definisi Opersional
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data Skor
Variabel Bebas
Dinding sumur
Bibir sumur
Lantai sumur
Dinding sumur bawah
minimal 3 meter dari
permukaan lantai sumur
Bibir sumur di buat
setinggi 80 cm dari
permukaan lantai
sumur.
Lantai sumur berukuran
minimal 1 meter dari
dinding luar.
Dinding sumur/ dinding
bawah minimal 3 m dari
permukaan lantai.
Bibir Sumur dibuat rapat air
dengan tinggi minimal 80 cm
dari permukaan lantai sumur.
Lantai sumur berukuran 1
meter dari dinding luar.
Lembar
Observasi
Lembar
Observasi
Lembar
Observasi
Nominal
Nominal
Nominal
0= Tidak
memenuhi, jika
< 3 m
1= memenuhi
syarat jika ≥3
meter.
0= Tidak
memenuhi, jika
< 80 cm.
1= Memenuhi
syarat, jika ≥ 80
cm.
0= Tidak
memenuhi
syarat, jika
lantai berukuran
< 1 meter dari
dinding luar dan
tidak ada
32
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data Skor
Jarak kandang
Jarak kandang atau
sumber pencemar
minimal 10 meter dari
sumur gali.
Jarak kandang minimal 10
meter dari sumur gali
kemiringan
sumur.
1= memenuhi
syarat jika lanati
sumur berukan
1 meter da nada
kemiringan.
0= tidak memenuhi
syarat jika, jarak
kandang < 10
meter.
1= memenuhi
syarat jika jarak
kandang ≥ 10
meter dari
sumur gali.
Variabel Terikat
Bakteri Colifrom Keberadaan bakteri
Coliform pada sumur
gali yang di periksa
secara uji laboraturium.
Peraturan Menteri Kesehatan
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492 Tahun 2010 batas
kehadiran bakteri kolifrom pada
air adalah 50 MPN/100 ml
Uji
Laboratorium
Nominal 0= tidak memenuhi
syarat jika tidak
memenuhi
baku mutu.
1= memenuhi
33
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala
Data Skor
syarat, jika
memenuhi baku
mutu.
34
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang dimati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2017). Adapun instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar Observasi
Instrumen observasi terdiri atas Checklist dan Rating scale. Pada suatu
pengukuran, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan kategori sistem
yang telah dibuat oleh peneliti untuk mengobservasi suatu peristiwa dan
perilaku dari subjek. Hal yang sangat penting pada teknik pengukuran
dengan adanya sistem kategori adalah adanya definisi secara hati-hati
terhadap perilaku yang di observasi. Setiap kategori harus dijelaskan secara
mendalam dengan definisi operasional, supaya observasi dapat mengkaji
kejadian yang timbul. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui kondisi fisik sumur yaitu dinding, bibir, lantai dan
kedalaman yang diukur menggunakan meteran gulung (tali yang di beri
batu).
Instrumen penelitian kondisi fisik sumur gali:
1) Lembar observasi
2) Bolpoin
3) Meteran gulung
4) Tali dan batu yang diikat
35
5) Water pas
Langkah penelitian:
1) siapkan lembar observasi dan bolpoin untuk mencatat
2) ambil meteran gulung untuk mengukur bibir sumur
3) ambil tali yang diikat dengan batu untuk mengukur dinding sumur
dari permukaan lantai
4) ambil water pas dan meteran gulung untuk mengukur lebar lantai
luar dan letakkan waterpas pada lantai luar sumur.
2. Uji Laboratorium
a. Uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Poli Teknik Kesehatan
Lingkungan Magetan. Untuk teknik pengambilan sampel pertama
melakukan pengelompokkan air sumur yang berjarak <10 meter. ≥10
meter dengan kandang ternak. Kemudian dilakukan pengambilan air
sumur dengan cara berikut:
1) Botol kaca yang sudah di oven pada suhu 1800C
2) Sumbu api dan spiritus
3) Korek api
4) Tabung penyimpan sampel
Cara penganbilan sampel:
1) Isi botol kaca dengan spiritus
2) Buat sumbu dengan kapas diatas botol spiritus
36
3) Ambil botol steril dan bakar botol steril tersebut diatas api
4) Masukkan air sumur pada botol steril sebanyak 100 ml
5) Beri label pada botol sampel
6) Ulangi hal tersebut hingga sampel air lengkap
7) Bawa sampel ke laboraturium
8) sampel siap di periksa oleh pihak laboraturium
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.5.1 Lokasi Penelitian
Lokasi adalah tempat penelitian yang digunakan untuk pengambilan data atau
sampel selama kasus berlangsung (Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di
Desa Buluharjo kecamatan plaosan
4.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk
memperoleh data penelitian yang dilaksanakan di sumur penduduk sekitar Desa
Buluharjo Kecamatan Plaosan
37
Tabel 4.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Pelaksanaan
1 Pengajuan Judul 19 Maret 2019
2 Penyusunan Proposal 16 April - 21 Mei 2019
3 Ujian Proposal 09 Juni 2019
4 Revisi Proposal 9 Juni – 17 Juli 2019
5 Pengambilan sampel dan penelitian 20 Juli - 27 Juli 2019
6 Penyusunan Skripsi 28 Juli
7 Seminar Hasil Skripsi 22 agustus 2019
8 Revisi 23-30 agustus 2019
38
4.6 Prosedur Pengumpulan Data
4.6.1 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya secara khusus. Pada
umumnya data primer ini belum tersedia, sehingga seorang peneliti harus
melakukan pengumpulan data sendiri berdasarkan kebutuhannya. Data
primer dari penelitian ini diperoleh langsung dari hasil survei pendahuluan
dan observasi oleh peneliti secara langsung di desa Buluharjo.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pengumpulan
sumber lain atau pihak lain yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan
dengan obyek penelitan atau dapat dilakukan dengan menggunakan data
yang diperoleh dari instansi terkait. Data sekunder penelitian ini diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.
4.6.2 Pengolahan Data
Menurut Notoadmodjo (2012), proses pengolahan data ini melalui tahap-
tahap yaitu sebagai berikut:
1. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (Editing) terlebih dahulu. Secara umum editing
adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesinoner tersebut:
39
a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi,
b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas
atau terbaca,
c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya,
d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaan konsisten dengan jawaban
pertanyaan yang lainnya.
1. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting. Selanjutnya dilakukan
peng “kodean”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
Tabel 4.4 Coding data variabel Hubungan Kondisi Fisik
Sumur dan Jarak Kandang dengan Kandungan
Bakteri Coliform Air Sumur Gali di Desa
Buluharjo Kecamatan Plaosan.
No. Variabel Coding Data
1. Dinding tinggi minimal 3
meter.
Bibir / dinding atas
minimal 80 cm
Lantai berukuran 1 meter
dari dinding bagian luar
dan miring.
0= Tidak memenuhi syarat jika < 3
meter
1= Memenuhi syarat jika ≥ 3 meter
0= Tidak memenuhi syarat jika <
80 cm
1= Memenuhi syarat jika ≥ 80 cm.
0= Tidak memenuhi jika lantai < 1
meter dan tidak miring.
1= Memenuhi jika lantai berukuran
≥ 1 meter dan mempunyai
40
kemiringan.
No. Variabel Coding Data
Jarak kandang harus
minimal 10 meter dari
sumur gali
0= Tidak memenuhi syarat jika
jarak kandang < 10 meter dari
sumur gali.
1= Memenuhi syarat jika jarak
kandang ≥ 10 meter dari sumur
gali.
2. Bakteri coliform 0= Tidak memenuhi syarat, jika
tidak memenuhi baku mutu
yang di tentukan
1= Memenuhi syarat, jika sesuai
dengan baku mutu air yang di
tentukan
2. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan
komputer.
3. Cleaning, mengecek kembali data yang sudah dimasukkan
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalaham-kesalaham kode, kelengkapan dan sebagainya
kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
4. Tabulating, yang mengelompokkan data sesuai variabel yang
akan diteliti guna memudahkan analisis data.
41
4.7 Teknik Analisis Data
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median
dan standar deviasi. Pada umumya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2012).
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menggambarkan masing-
masing variabel baik variabel bebas berupa kondisi fisik sumur dan ajarak
kandang dan variabel terikat berupa kandungan bakteri coliform pada air sumur
gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
4.7.2 Analisis Bivariat
Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut di atas, hasilnya akan
diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan
analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2012).
Analisis bivariat dalam mengetahui atau mengidentifikasi hubungan jarak
tempat penampungan sementara sampah dan konstruksi bangunan dengan
kualitas fisik air sumur di Kabupaten Ponorogo menggunakan uji chi-square.
Syarat uji chi-square yaitu:
1. Semua pengamatan dilakukan dengan independent,
2. Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan 1 (satu). Sel-sel
dengan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total
42
sel. Apabila melebihi 20% dari total sel maka menggunakan uji
alternatif dari chi-square yaitu fisher exact.
Analisis chi-square sebenarnya merupakan statistik non parametrik. Hal
ini disebabkan karena data untuk pengujian chi-square di sini digunakan untuk
mencari hubungan dan tidak dapat untuk melihat seberapa besar hubungannya.
Chi-square dapat melihat tabulasi silang (Sujarweni, 2015). Keputusan dari
pengujian chi-square yaitu:
1. Apabila p value ≤ 0,05, maka H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga
antara kedua variabel ada hubungan yang bermakna,
2. Apabila p value > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga
antara kedua variabel tidak ada hubungan yang bermakna,
3. 95%CI tidak melewati angka 1 artinya berhubungan 95%CI melewati
angka 1 artinya tidak berhubungan.
Syarat rasio prevalens, sebagai berikut:
1. RP (Rasio prevalens) < 1, artinya ada hubungan namun variabel
tersebut tidak menjadi faktor resiko,
2. RP (Rasio prevalens) > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut
menjadi faktor resiko,
3. RP (Rasio prevalens) = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi
faktor resiko.
43
4.8 Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi subyek
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingaa penelitian yang
akan dilakukan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia (Hidayat,
2012). Etika yang harus diperhatikan antara lain :
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
2. Confidentially (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok dua tertentu yang
berhubungan dengan penelitian ini dilaporka pada hasil riset.
3. Anomity (Tanpa Nama)
Selama untuk menjaga kerahasiaannya identitas nama responden
tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut
hanya diberikan kode tertentu (Hidayat, 2012).
44
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum
A. Keadaan Geografis Desa Buluharjo
Secara umum kondisi fisik desa Buluharjo memiliki kesamaan dengan
desa – desa lain di wilayah Kecamatan Plaosan, Desa Buluharjo merupakan
daerah pedesaan. Desa Buluharjo memiliki luas wilayah 225.280 Ha yang terbagi
dalam dua fungsi penggunaan yaitu tanah pekarangan atau pemukiman serta tanah
pertanian.
Ditinjau secara klimatologis Desa Buluharjo merupakan daerah dengan
iklim tropis yang memiliki tingkat curah hujan yang sedang. Untuk lebih
memahami kondisi Desa Buluharjo berikut adalah data terakhir mengenai kondisi
fisik Desa Buluharjo berdasarkan data statistik.
a. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Desa Pacalan
Sebelah Timur : Desa Sidomukti
Sebelah Selatan : Desa Bulugunung
Sebelah Barat : Kelurahan Plaosan
45
sumber: data profil desa buluharjo
5.1.2 Kependudukan
Desa Buluharjo, Kecamatan Plaosan Kabupaten magetan memiliki jumlah
penduduk 2220 dan memiliki 1067 Kepala Keluarga.
Tabel 5.1 Mata Pencaharian Penduduk Desa Buluharjo Kecamatan
Plaosan Kabupaten Magetan.
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(Jiwa)
1 Petani 1302
2 Buruh tani 248
3 Konstruksi 18
4 Buruh Swasta 83
5 Pegawai Negeri 31
6 7
Pengrajin Pedagang
12 359
8 Peternak 287
9 Montir 4
10 Dokter 2
11 TNI 4
12 Penjahit 4
13 Tukang 43 Total 2433
Sumber: Data Profil Desa Buluhrarjo, Kecamatana plaosan Kabupataen magetan
Tahun 2019.
46
Berdasarkan Tabel 5.1 di desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan pada tahun 2019 mata pencaharaian paling banyak adalah sebagai petani
yaitu 1302 dan paling sedikit adalah dokter yaitu hanya 2 jiwa.
5.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan hasil kajian di lapangan dengan melakukan
pengukuran dan observasi tentang kondisi fisik sumur gali di desa Buluharjo
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
5.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel hasil penelitian.
Analisis ini menunjukkan jumlah dan prosentase dari tiap variabel.
1. Kondisi Fisik
a. Dinding sumur
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kriteria
Dinding sumur gali di desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan pada tahun 2019.
Dinding Sumur Jumlah Persentase
Tidak memenuhi 17 51,5
Memenuhi 16 48,5
Total 33 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui dinding sumur gali yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 17 (51,5%).
47
b. Bibir Sumur
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sumur berdasarkan kriteria bibir
sumur gali di desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
pada tahun 2019.
Bibir Sumur Jumlah Persentase
Tidak Memenuhi 17 51,5
Memenuhi 16 48,5
Total 33 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bibir sumur gali yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 17 (51,5%).
c. Lantai Sumur
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sumur berdasarakan Kriteria Lantai
sumur di desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Pada Tahun 2019.
Lantai Sumur Jumlah Persentase
Tidak Memenuhi 23 69,7
Memenuhi 10 30,3
Total 33 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarakan Tabel 5.4 diketahui lantai sumur yang tidak memenuhi
syarat sebanya 23 (69,7%).
d. Jarak Kandang
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi sumur dengan jarak kandang
berdasarkan jarak di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kaabupaten
Magetan pada Tahun 2019.
Jarak Kandang Jumlah Persentase
Tidak Memenuhi 17 51,5
48
Memenuhi 16 48,5
Total 33 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.5 dikeahui jarak kandang dengan sumur yang
tidak memenuhi syarat sebanyak 18 (54,5%).
e. Nilai Coliform
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Nilai coliform pada air sumur gali di
Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan pada Tahun
2019.
Nilai Coliform Jumlah Persentase
Tidak Memenuhi 20 60,6
Memenuhi 13 39,4
Total 33 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui nilai coliform pada air sumur gali
yang tidak memenuhi syarat sebanyak 20 (60,6%).
5.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap data hasil penelitian untuk menjawab
hipotesisi yang disusun sebelumnya. Uji statistik yang digunakan untuk
menegetahui hubungan kondisi fisik dan jarak kanadang dengan kandungan
bakteri coliform pada air sumur gali adalah uji Chi square yang diolah
menggunakan program komputer SPSS. Jika tidak memenuhi syarat Chi square,
maka uji hipótesis yang digunakan adalah uji alternatif dari uji Chi square yaitu
Uji Fisher’s Exact test.
49
a. Hubungan Kondisi Dinding sumur Gali dengan Kandungan
Bakteri Coliform.
Untuk mengetahui hubungan anatara kondisi fisik dinding
sumur dengan keberadaan bakteri coliform dilakukan uji statistik
menggunakan Uji Chi Square. Hal ini karena telah memenuhi syarat uji
Chi Square yaitu memiliki tabel silang 2 x 2 dan tidak di jumpai nilai
harapan (Expected Count) kurang dari 5 dapat dilihat pada tabel 5.7
dibawah ini.
Berdasarkan uji análisis yang telah dilakukan menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5.7 Hasil Tabulasi silang antara Kondisi dinding dengan kandungan bakteri
coliform.
Kondisi
Dinding sumur
Kandungan coliform
> 50MPN ≤ 50MPN
Total p-value
N % N % N %
Tidak
memenuhi
14 82,4 3 17,6 17 100 0.023
Memenuhi 6 37,5 10 62,5 16 100
Total 20 60,6 13 39,4 33 100
95% Confident Interval 1,561 - 38,756 RP= (7,778)
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali
yang tinggi dindingnya tidak memenuhi syarat terdapat 17 sumur gali
yang terdapat bakteri coliform diatas baku mutu (kurang baik) sejumlah
14 (82,4%) dan sejumlah 3 (17,6%) sumur gali yang kandungan bakteri
coliformnya diabawah baku mutu (baik). sedangkan dari 33 sumur gali
yang dindingnyan memenuhi syarat sejumlah 16 yang kandungan
coliformnya diatas baku mutu (kurang baik) sebanyak 6 (37,5%), dan
50
10 sumur gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan coliformnya
dibawah baku mutu (baik).
Dari hasil uji Chi square, diketahui nilai p value 0,023. Karena p
value (0,023) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima, dari
hasil análisis RP sebesar 7,778 (95% CI: 1,561 – 38,756). Dilihat dari
Ratio Prevalance, maka sumur yang memiliki dinding tidak memenuhi
syarat berisiko 7,778 kali dibandingkan sumur yang memiliki dinding
memenuhi syarat.
b. Hubungan Kondisi Bibir Sumur Gali dengan Kandungan
Bakteri Coliform.
Berdasarkan uji análisis data yang telah dilakukan menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5.8 Hasil Tabulasi silang anatara Kondisi bibir sumur dengan kandungan
bakteri coliform.
Kondisi Bibir
sumur
Kandungan coliform
> 50MPN ≤ 50MPN
Total p-value
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak
memenuhi
14 82,4 3 17,6 17 100 0.023
Memenuhi 6 37,5 10 62,5 16 100
Total 20 60,6 13 39,4 33 100
95% Confident Interval 1,561 - 38,756 RP= (7,778)
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali
yang kondisi bibirnya tidak memenuhi syarat terdapat 17 sumur gali
dan 14 atau sebesar 82,4% yang kandungan bakteri coliformnya lebih
dari baku mutu yaitu (Kurang baik) dan 3 atau sebesar 17,6% sumur
51
gali yang kandungan coliformnya masih dibawah baku mutu (baik), dan
dari 33 sumur gali yang bibirnya memenuhi syarat sejumlah 6 atau
sebesar 37,5% yang kandungan coliformnya diatas baku mutu (kurang
baik), dan 10 sumur gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan
coliformnya dibawah baku mutu (baik).
Dari hasil uji chi square, diketahui nilai p value 0,023. Karena p
value (0,023) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima. Jadi,
dapat dikatakan ada hubungan antara bibir sumur gali dengan
kandungan bakteri coliform pada air sumur gali, dari hasil análisis RP
sebesar 7,778 (95% CI: 1,561 – 38,756). Dilihat dari Ratio Prevalance,
maka sumur yang memiliki bibir tidak memenuhi syarat berisiko 7,778
kali dibandingkan sumur yang memiliki bibir memenuhi syarat.
c. Hubungan Kondisi Lantai Sumur Gali dengan Kandungan
Bakteri Coliform.
Berdasarkan uji análisis yang telah dilakukan menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 5.9 Hasil Tabulasi silang antara Kondisi lantai sumur dengan kandungan
bakteri coliform.
Kondisi Lantai
sumur
Kandungan coliform
> 50MPN ≤ 50MPN
Total p-value
N % N % N %
Tidak
memenuhi
19 82,6 4 17,4 23 100 0.0001
Memenuhi 1 10,0 9 90,0 10 100
Total 20 60,6 13 39,4 33 100
95% Confident Interval 4,158 - 439, 564 RP= (42,750)
Sumber: Data Primer 2019
52
Berdasarkan Tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali
yang kondisi lantainya tidak memenuhi syarat terdapat 19 sumur gali
atau sebesar 82,6% yang kandungan bakteri coliformnya lebih dari baku
mutu (Kurang baik) dan 4 atau sebesar 17,4% sumur gali yang
kandungan coliformnya masih dibawah baku mutu (baik), sedangkan
dari 33 sumur gali yang bibirnya memenuhi syarat 1 atau sebesar 10,0%
yang kandungan coliformnya diatas baku mutu(kurang baik), dan 9
sumur gali atau sebesar 90,0% lainnya kandungan coliformnya dibawah
baku mutu (baik).
Dari hasil uji statistik yang dilakukan terhadap hubungan
kondisi lantai dengan kandungan Coliform tidak memenuhi syarat uji
Chi square, karena ada 1 sel (25,0%) nilai harapan (Expected Count)
yang kurang dari 5 yaitu 3,9 maka dilakukan uji alternatif yaitu uji
Fisher Excact Test dan didapatkan nilai p value sebesar 0,0001. Karena
p value (0,0001) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima.
Jadi, dapat dikatakan ada hubungan antara lantai sumur gali dengan
kandungan bakteri coliform pada air sumur gali dari hasil análisis RP
sebesar 42, 750 (95% CI: 4,158 – 439,564). Dilihat dari Ratio
Prevalance, maka sumur yang memiliki lantai tidak memenuhi syarat
berisiko 42,750 kali dibandingkan sumur yang memiliki dinding
memenuhi syarat.
d. Hubungan Jarak Sumur Gali dan Kandang dengan Kandungan
Bakteri Coliform.
Berdasarkan análisis yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 5.10 Hasil Tabulasi silang antara Jarak sumur dan Kandang dengan
kandungan bakteri coliform.
Jarak sumur
dan kandang
Kandungan coliform
> 50MPN ≤ 50MPN
Total p-value
53
N % N % N %
Tidak
memenuhi
14 82,4 3 17,6 23 100 0.023
Memenuhi 6 37,5 10 62,5 10 100
Total 20 60,6 13 39,4 33 100
95% Confident Interval 1,561 - 38,756 RP= (7,778)
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali
yang jaraknya tidak memenuhi syarat terdapat 14 sumur gali atau
sebesar 82,4% yang kandungan bakteri coliformnya lebih dari baku
mutu (kurang baik) dan 3 atau sebesar 17,6 sumur gali yang kandungan
coliformnya masih dibawah baku mutu (baik), sedangkan dari sumur 33
gali yang jaraknya memenuhi syarat sebanyak 6 atau 37,5 yang
kandungan coliformnya diatas baku mutu (kurang baik), dan 10 sumur
gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan coliformnya dibawah baku
mutu (baik).
Dari hasil uji Chi square, diketahui nilai p value 0,023. Karena p
value (0,023) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima. Jadi,
dapat dikatakan ada hubungan antara jarak sumur gali dan kandang
dengan kandungan bakteri coliform pada air sumur gali dari hasil
análisis RP sebesar 7,778 (95% CI: 1,561 – 38,756). Dilihat dari Ratio
Prevalance, maka sumur yang memiliki jarak dengan kandang tidak
memenuhi syarat berisiko 7,778 kali dibandingkan sumur yang
memiliki jarak kandang memenuhi syarat.
54
5.3 Pembahasan
5.3.1 Dinding Sumur
Hasil penelitian di lapangan didapatkan bahwa hanya sebanyak 48,5%
masyarakat yang di desa ini sudah mempunyai konstruksi dinding sumur gali
yang menggunakan diding terbuat dari semen kedap air dan memiliki bentuk
lingkaran maupun setengah lingkaran. Rata rata tinggi dinding sumur di desa ini
adalah 2,75 meter. Masyarakat di desa ini menganggap bahwa sumur yang sudah
memiliki dinding sumur gali yang terbuat dari cincin beton itu sudah aman dari
pencemaran lingkungan sekitar sehingga kualitas air sumur gali tetap bersih dan
terjaga. Tetapi masih ada dinding sumur gali yang memenuhi syarat terbuat dari
cincin beton yang masih ditemukan celah atau retakan retakan di setiap
sambungan beton dan masih banyak yang menggunakan dinding kedap air
tersebut yang tidak mencapai 3 meter, serta ada juga yang sama sekali tidak
menggunakan dinding (langsung tanah), sehingga akan berisiko terjadinya
pencemaran air tanah pada sumur gali.
5.3.2 Bibir Sumur
Hasil observasi di desa Buluharjo mengenai konstruksi bibir sumur gali,
kebanyakan sumur gali di desa ini memiliki tinggi rata rata kurang dari 80 cm (50-
60 cm) dan bahkan ada juga yang tidak memiliki bibir sumur dan kebanyakan
masyarat desa Buluharjo tidak mengetahui fungsi bibir sumur.
5.3.3 Lantai Sumur
Dari hasil observasi bahwa kondisi lantai sumur gali ini berfungsi untuk
melindungi air sumur gali dari cemaran yang berasal dari sekitar sumur dan
55
resapan yang terjadi melalui air tanah dangkal sehingga lantai sumur
memepengaruhi terhadap cemaran yang berasal dari sekitar sumur, sedangkan
keadaan konstruksi lantai sumur di desa buluharjo masih banyak yang belum
memenuhi syarata ada banyak retakan retakan pada bagian cor-coran lantai
sehingga ada pula yang tidak memiliki lantai sama sekali sehingga masih besar
kemungkinan bakteri atau cemaran merembas dan memepengaruhi keberadaan
bakteri pada air sumur gali.
5.3.4 Jarak kandang
Dari hasil penelitian dilapangan tersebut menunjukkan masih banyak
masyarakat di desa ini tidak menegetahui bahwa kandang juga termasuk sumber
pencemar, sehingga masyarakat masih banyak yang membuat kandang ternak
berdekatan dengan sumur gali ada pula antara kandang dengan sumur gali hanya
berjarak 2 meter sedangkan syarat jarak dan sumber pencemara adalah 11 meter
dari sumber air (sumur gali).
5.3.5 Hubungan Antara Kondisi Dinding Sumur Gali dengan Kandungan
Bateri Coliform
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi square diperoleh nilai p = 0,023,
karean p (0,023) < (0,05) maka, H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Jadi dapat
dikatakan ada hubungan antara kondisi tinggi dinding sumur gali dengan
kandungan bakteri coliform air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan.
Dinding sumur gali digunakan untuk mengurangi perembesan/ infiltrasi air
limbah ke air tanah di sekitar sumur gali yang digunakan masyarakat. Kondisi
56
Media tanah berperan sangat penting terhadap infiltrasi air dari polutan. Hasil
penelitian di lapangan didapatkan bahwa hanya sebanyak 48,5% masyarakat yang
di desa ini sudah mempunyai konstruksi dinding sumur gali yang menggunakan
diding terbuat dari semen kedap air dan memiliki bentuk lingkaran maupun
setengah lingkaran. Rata rata tinggi dinding sumur di desa ini adalah 2,75 meter.
Masyarakat di desa ini menganggap bahwa sumur yang sudah memiliki dinding
sumur gali yang terbuat dari cincin beton itu sudah aman dari pencemaran
lingkungan sekitar sehingga kualitas air sumur ga.i tetap bersih dan terjaga. Tetapi
masih ada dinding sumur gali yang memenuhi syarat terbuat dari cincin beton
yang masih ditemukan celah atau retakan retakan di setiap sambungan beton dan
masih banyak yang menggunakan dinding kedap air tersebut yang tidak mencapai
3 meter, serta ada juga yang sama sekali tidak menggunakan dinding (langsung
tanah), sehingga akan berisiko terjadinya pencemaran air tanah pada sumur gali.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali yang
tinggi dindingnya tidak memenuhi syarat terdapat 17 sumur gali yang terdapat
bakteri coliform diatas baku mutu (kurang baik) sejumlah 14 (82,4%) dan
sejumlah 3 (17,6%) sumur gali yang kandungan bakteri coliformnya diabawah
baku mutu (baik). sedangkan dari 33 sumur gali yang dindingnyan memenuhi
syarat sejumlah 16 yang kandungan coliformnya diatas baku mutu (kurang baik)
sebanyak 6 (37,5%), dan 10 sumur gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan
coliformnya dibawah baku mutu (baik).
Dari hasil uji Chi square, diketahui nilai p value 0,023. Karena p value
(0,023) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima, dari hasil análisis RP
57
sebesar 7,778 (95% CI: 1,561 – 38,756). Dilihat dari Ratio Prevalance, maka
sumur yang memiliki dinding tidak memenuhi syarat berisiko 7,778 kali
dibandingkan sumur yang memiliki dinding memenuhi syarat.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tinggi dinding sumur gali maka
tingkat resiko pencemaran coliform lebih rendah. Oleh karena itu pemeliharaan
dinding sumur sangat penting karena didnding sumur merupakan salah satu
perlindungan dari rembasan air tanah dangkal yang tercemar oleh limbah.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil penelitian Adekunle di
Nigeria pada tahun 2009 yang meneliti tentang efek limbah industri terhadap air
sumur gali yang menyatakan bahwa sumur yang cincin tidak kedap air mudah
mengalami kontaminasi oleh limbah (Adekunle, 2009). Kondisi dinding sumur
gali merupakan faktor yang paling berisisko terhadap terjadinya proses
pencemaran kimia, hal ini dikarenakan bahan-bahan pencemar yang sudah
mencemari air tanah akan masuk kedalam sumur gali melalui dinding sumur
sehingga dinding sumur harus kedap air dan tidak terdapat retakan atau celah
antar sambungan dinding beton.
5.3.3 Hubungan Antara Tinggi Bibir Sumur Gali dengan kandungan bakteri
Coliform
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai 0,023
karean p (0,023) < (0,05) maka, H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Jadi dapat
dikatakan ada hubungan antara kondisi bibir sumur gali dengan kandungan bakteri
coliform air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan.
58
Bibir sumur merupakan bangunan yang berbentuk cincin yang tingginya
minimal 80 cm dari permukaan lantai sumur, bibir sumur gali berfungsi sebagai
pelindung keselamatan bagi pemakai dan untuk mencegah masuknya limpahan
air/ pencemaran ke dalam sumur, maka dari itu semakin pendek ukuran bibir
sumur maka akan semakin mudah terjadinya kontaminasi air terlebih jika bibir
sumur tidak terdapat tutup dan terdapat celah atau retakan pada bibir sumur. Bibir
sumur ini digunakan untuk mencegah pengotoran atau pencemaran pada air
(Mahfoedz, 2008:109).
Hasil penelitian di lapangan, menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali yang
kondisi bibirnya tidak memenuhi syarat terdapat 17 sumur gali dan 14 atau
sebesar 82,4% yang kandungan bakteri coliformnya lebih dari baku mutu yaitu
(Kurang baik) dan 3 atau sebesar 17,6% sumur gali yang kandungan coliformnya
masih dibawah baku mutu (baik), dan dari 33 sumur gali yang bibirnya memenuhi
syarat sejumlah 6 atau sebesar 37,5% yang kandungan coliformnya diatas baku
mutu (kurang baik), dan 10 sumur gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan
coliformnya dibawah baku mutu (baik).
Dari hasil uji chi square, diketahui nilai p value 0,023. Karena p value
(0,023) (0,05), maka H0 di tolak sedangakan H1 diterima. Jadi, dapat dikatakan
ada hubungan antara bibir sumur gali dengan kandungan bakteri coliform pada air
sumur gali, dari hasil análisis RP sebesar 7,778 (95% CI: 1,561 – 38,756). Dilihat
dari Ratio Prevalance, maka sumur yang memiliki bibir tidak memenuhi syarat
berisiko 7,778 kali dibandingkan sumur yang memiliki bibir memenuhi syarat.
Hal ini dikarenakan kebanyakan sumur gali di desa ini memiliki tinggi rata rata
59
kurang dari 80 cm (50-60 cm) dan bahkan ada juga yang tidak memiliki bibir
sumur dan kebanyakan masyarat desa Buluharjo tidak mengetahui fungsi bibir
sumur.
Hasil penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Radjak yang menyatakan
bahwa kondisi fisik atau bibir sumur gali yang tidak memenuhi syarat standard
kesehatan dapat menjadi sumber pencemar melalui pori-pori dinding maupun
bibir sehingga masuk kedalam sumur gali serta menyebabkan pencemaran
(Radjak, 2013).
5.3.6 Hubungan Antara Lantai Sumur Gali dengan kandungan bakteri
Coliform
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Fisher Exact Test di dapatkan nilai p
value sebesar 0,023, karena p = 0,023 < (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
jadi dapat dikatakanada hubungan antara kondisi lantai sumur dengan kandungan
bakteri coliform air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan.
Kondisi lantai sumur yang memenuhi syarat kesehatan bertujuan untuk
melindungi air sumur gali dari sumber pencemar yang berasal dari limbah sekitar
sumur melalui resapan. Sehingga kondisi lantai yang tidak memenuhi syarat
standard kesehatan dapat mempengaruhi kontaminasi ataupun keberadaan bakteri
pada air sumur gali.
Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa dari 33 sumur gali yang
kondisi lantainya tidak memenuhi syarat terdapat 19 sumur gali atau sebesar
82,6% yang kandungan bakteri coliformnya lebih dari baku mutu (Kurang baik)
dan 4 atau sebesar 17,4% sumur gali yang kandungan coliformnya masih dibawah
60
baku mutu (baik), sedangkan dari 33 sumur gali yang bibirnya memenuhi syarat 1
atau sebesar 10,0% yang kandungan coliformnya diatas baku mutu(kurang baik),
dan 9 sumur gali atau sebesar 90,0% lainnya kandungan coliformnya dibawah
baku mutu (baik).
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kondisi lantai sumur gali ini
berfungsi untuk melindungi air sumur gali dari cemaran yang berasal dari sekitar
sumur dan resapan yang terjadi melalui air tanah dangkal sehingga lantai sumur
memepengaruhi terhadap cemaran yang berasal dari sekitar sumur.
Hasil ini juga berada pada teori WHO (2004), terjadinya patahan atau
retakan pada lanati sumur gali memungkinkan masuknya kontaminasi dengan
sangat cepat. Oleh karena itu, lantai sumur gali dibuat agak miring dan
ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat.
Lantai sumur sekurang kurangnya dibuat luasnya dengan jarak 1m dari dinding
sumur dan ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah dan dibuat miring keluar
agar air buangan mengalir keluar dan tidak menyebabkan pencemaran (Mahfoedz,
2008:109).
5.3.7 Hubungan Antara Jarak Sumur Gali dan Kandang dengan Kandungan
Bakteri Coliform
Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai p value
sebesar 0,023, karena p = 0,023 < (0,05), maka H0 diterima H1 diterima, jadi
dapat dikatakan ada hubungan antara jarak sumur dan kandang terhadap
kandungan bakteri coliform.
61
Lokasi penempatan sumur berhubungan dengan jarak sumur dengan
sumber pencemar. Semakin dekat jarak sumur gali terhadap sumber pencemar
maka semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Sumur gali
memyediakan air yang berasal dari air tanah yang relatife dengan permukaan
tanah, sehingga mudah terkena kontaminasi melalui perembesan dari sumber
pencemar (Kusnoputranto, 1985: 25). Hasil penelitian dilapangan menunjukkan
bahwa dari 33 sumur gali yang jaraknya tidak memenuhi syarat terdapat 14 sumur
gali atau sebesar 82,4% yang kandungan bakteri coliformnya lebih dari baku mutu
(kurang baik) dan 3 atau sebesar 17,6 sumur gali yang kandungan coliformnya
masih dibawah baku mutu (baik), sedangkan dari sumur 33 gali yang jaraknya
memenuhi syarat sebanyak 6 atau 37,5 yang kandungan coliformnya diatas baku
mutu (kurang baik), dan 10 sumur gali atau sebesar 62,5% lainnya kandungan
coliformnya dibawah baku mutu (baik).
Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin jauh dari sumber
pencemar (kandang ternak) maka, risiko untuk tercemar akan lebih sedikit begitu
juga sebaliknya lebih dekat jarak sumur dengan sumber pencemar maka risiko
untuk tercemar akan lebih tinggi.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Santi
Ariyanti di Desa Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati pada
tahun 2009 menunjukkan bahwa ada hubungan antara jarak sumur dan sumber
pembuangan limbah tapioka dengan kadar sianida di Desa Ngemplak Kidul
Kecamataan Margoyoso Kabupaten Pati. Semakin dekat jarak sumur gali terhadap
sumber pencemar maka semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran
62
sehinggan sumber air yang ada di masyarakat sebaiknya harus berjarak minimal
11 meter dari sumber pencemar (Ariyanti Saanti, 2009).
63
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sumur gali di Desa
Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan di dapatkan hasil bahwa:
1. Ada hubungan antara dinding sumur gali dengan kandungan bakteri
coliform pada air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamtan Plaosan
Kabupaten Magetan dengan hasil análisis data p value 0,023 (95% CI=
1,561-38,756) RP 7,778.
2. Ada hubungan antara bibir sumur dengan kandungan bakteri coliform
pada air sumur gali di desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten
Magetan dengan hasil análisis data p value 0,023 (95% CI= 1,561-
38,756) RP 7,778.
3. Ada hubungan antara lantai sumur gali dengan kandungan bakteri
coliform pada air sumur gali di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan
Kabupaten Magetan dengan hasil análisis data p value 0,0001 (95%
CI= 4,158-439,564) RP 42,750.
4. Ada hubungan antara jarak sumur dan kandang dengan kandungan
bakteri coliform pada air sumur gali di desa Buluharjo Kecamatan
Plaosan Kabupaten magetan dengan hasil análisis data p value 0,023
(95% CI= 1,561-38,756) RP 7,778.
64
6.2 SARAN
6.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
1. Melakukan sosialisasi mengenai hasil penelitian terkait kandungan
bakteriologi pada air sumur gali sehingga masyarakat tau cara
mengolah air yang aman di konsumsi yaitu dengan cara memasak air
hingga benar – benar mendidih.
2. Untuk membrikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu
melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kondisi fisik sumur
gali.
6.2.2 Bagi Masyarakat
1. Bagi masyarakat hendaknya selalu memantau dan memeperbaiki
kondisi fisik sumur gali agar tidak terjadi peresapan sehingga terjadi
pencemaran pada air sumur gali.
2. Bagi masyarakat yang akan membuat sumur gali hendaknya harus
memeperhatikan konstruksi sumur yang memenuhi syarat kesehatan
agar kualitas aiar tetap terjaga dan memenuhi syarat kesehatan.
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan pembanding musim
kemarau dan musim penghujan dengan keberadaan bakteri pada
sumur gali.
65
DAFTAR PUSTAKA
Anoni, 2001, PP Nomor 82 Tahun 2001, Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran. Jakarta
Arif, Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Medica Aesculpalus, FKUI,
Jakarta
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta;
Rineka Cipta
Boekoes, 2010. Faktor yang berhungan dengan kualitas air, Jakarta: Penerbit
Buku
Candra, B. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Cholik, et.al. 2017. Penyusunan Proposal & Laporan Penelitian. Ponorogo;
Unmuh Ponorogo Press
Effendi, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dari
Lingkungan Perairan. Yogyakarta; Kanisius
Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta; Salemba Medika.
Joko, Tri, 2010, Unit Air Baku dalam Penyediaan Sistem Penyediaan Air Minum,
Graha Ilmu, Yogyakarta
Kusnaedi, 2010, Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, Penebar Swadaya,
Jakarta
66
KemenKes RI 2001, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan,
www.depkes.go.id/downloads/Buletin%20Diare_Final (1).pdf, tanggal 29
September 2012.
Mulia, Ricki M, 2005, Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta
Marsono, 2009. Faktor yang berhubungan dengan kulaitas Bakteriologis Air
Sumur Gali Di Pemukiman . Semarang: Universitas Diponegoro.
Notoadmodjo, S. 2011, Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni . Jakarat: Rineka
Cipta
Notoadmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta
Nursalam, 2013. Metododlogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta; Salemba
Medika
Primadani, Winda, Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare
diduga Akibat Infeksi di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu Kabupaten
Temanggung. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, No. 2, Tahun 2012:
535-541
Rizza, Rifikhul, 2012, Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali Dengan
Kadar Nitrit Air Sumur Gali di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan
Limbah Cair Batik, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negri Semarang, Semarang.
Shofyan, M, 2010, Escherichia Coli, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Soemirat S, Juli, 1994, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
67
Sastroasmoro, S, 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto,
Jakarta
Saruudji, D, 2010, Kesehatan Lingkungan. Penerbit Media Ilmu. Jogjakarta.
Sudoyo, A 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, FK UI,
Jakarta.
Slamet. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta; Gadjah Mada University
Press.
Waluyo 2005, Mikrobiologi Lingkungan. Malang. UMM Press.
Zein, Umar, 2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri, Jurnal, Fakultas Kedokteran
Divisi Penyakit dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara
68
Lembar observasi
Pemeriksaan kondisi fisik sumur gali dan jarak kandang
Di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan
Nama pemilik sumur:
Lokasi sumur:
1. Dinding sumur berukuran………………… m
2. Bibir sumur berukuran…………………….. m
3. Lantai suur berukuran……………………... m
4. Jarak kandang berukuran…………………. m
5. Nilai coliform………………………………. MPN
69
LAMPIRAN PROPOSAL
Gambar 1 pengambilan sampel pada air sumur gali
Gambar 2 pengamatan bibir sumur
70
Gambar 3 Pengukuran dinding luar sumur
Gambar 4 pembakaran botol steril sebelum mengambil sampel air
71
Gambar 5 Pengisian lembar observasi
Gambar 6 pengukuran lantai sumur gali
72
LAMPIRAN DATA OUTPUT
Frequencies
Statistics
Dinding_sumur bibir_sumur lantai_sumur jarak_kandang Nilai_coliform
N Valid 33 33 33 33 33
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Dinding_sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi 17 51.5 51.5 51.5
memenuhi 16 48.5 48.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
bibir_sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi 17 51.5 51.5 51.5
memenuhi 16 48.5 48.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
73
lantai_sumur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi 23 69.7 69.7 69.7
memenuhi 10 30.3 30.3 100.0
Total 33 100.0 100.0
jarak_kandang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi 17 51.5 51.5 51.5
memenuhi 16 48.5 48.5 100.0
Total 33 100.0 100.0
Nilai_coliform
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak memenuhi 20 60.6 60.6 60.6
memenuhi 13 39.4 39.4 100.0
Total 33 100.0 100.0
74
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dinding_sumur *
Nilai_coliform 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
bibir_sumur * Nilai_coliform 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
lantai_sumur * Nilai_coliform 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
jarak_kandang *
Nilai_coliform 33 100.0% 0 .0% 33 100.0%
Dinding_sumur * Nilai_coliform
Crosstab
Nilai_coliform
Total tidak memenuhi memenuhi
Dinding_sumur tidak memenuhi Count 14 3 17
% within Dinding_sumur 82.4% 17.6% 100.0%
memenuhi Count 6 10 16
% within Dinding_sumur 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 20 13 33
% within Dinding_sumur 60.6% 39.4% 100.0%
75
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.945a 1 .008
Continuity Correctionb 5.194 1 .023
Likelihood Ratio 7.238 1 .007
Fisher's Exact Test .013 .011
Linear-by-Linear Association 6.735 1 .009
N of Valid Casesb 33
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
Dinding_sumur (tidak
memenuhi / memenuhi)
7.778 1.561 38.756
For cohort Nilai_coliform =
tidak memenuhi 2.196 1.124 4.291
For cohort Nilai_coliform =
memenuhi .282 .094 .844
N of Valid Cases 33
76
bibir_sumur * Nilai_coliform
Crosstab
Nilai_coliform
Total tidak memenuhi memenuhi
bibir_sumur tidak memenuhi Count 14 3 17
% within bibir_sumur 82.4% 17.6% 100.0%
memenuhi Count 6 10 16
% within bibir_sumur 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 20 13 33
% within bibir_sumur 60.6% 39.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.945a 1 .008
Continuity Correctionb 5.194 1 .023
Likelihood Ratio 7.238 1 .007
Fisher's Exact Test .013 .011
Linear-by-Linear Association 6.735 1 .009
N of Valid Casesb 33
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.
b. Computed only for a 2x2 table
77
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for bibir_sumur
(tidak memenuhi /
memenuhi)
7.778 1.561 38.756
For cohort Nilai_coliform =
tidak memenuhi 2.196 1.124 4.291
For cohort Nilai_coliform =
memenuhi .282 .094 .844
N of Valid Cases 33
lantai_sumur * Nilai_coliform
Crosstab
Nilai_coliform
Total tidak memenuhi memenuhi
lantai_sumur tidak memenuhi Count 19 4 23
% within lantai_sumur 82.6% 17.4% 100.0%
memenuhi Count 1 9 10
% within lantai_sumur 10.0% 90.0% 100.0%
Total Count 20 13 33
% within lantai_sumur 60.6% 39.4% 100.0%
78
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 15.390a 1 .000
Continuity Correctionb 12.499 1 .000
Likelihood Ratio 16.496 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.924 1 .000
N of Valid Casesb 33
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.94.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for lantai_sumur
(tidak memenuhi /
memenuhi)
42.750 4.158 439.564
For cohort Nilai_coliform =
tidak memenuhi 8.261 1.275 53.536
For cohort Nilai_coliform =
memenuhi .193 .077 .482
N of Valid Cases 33
79
jarak_kandang * Nilai_coliform
Crosstab
Nilai_coliform
Total tidak memenuhi memenuhi
jarak_kandang tidak memenuhi Count 14 3 17
% within jarak_kandang 82.4% 17.6% 100.0%
memenuhi Count 6 10 16
% within jarak_kandang 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 20 13 33
% within jarak_kandang 60.6% 39.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.945a 1 .008
Continuity Correctionb 5.194 1 .023
Likelihood Ratio 7.238 1 .007
Fisher's Exact Test .013 .011
Linear-by-Linear Association 6.735 1 .009
N of Valid Casesb 33
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.
b. Computed only for a 2x2 table
80
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for
jarak_kandang (tidak
memenuhi / memenuhi)
7.778 1.561 38.756
For cohort Nilai_coliform =
tidak memenuhi 2.196 1.124 4.291
For cohort Nilai_coliform =
memenuhi .282 .094 .844
N of Valid Cases 33
81
82
83
84
85
86
87
Top Related