UPAYA KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN
KESADARAN SALAT FARDU BAGI SANTRI MADRASAH DINIYAH
AWALIYAH AN-NADZIR TAHUN PELAJARAN 2017-2018
SKRIPSI
OLEH
SITI SHOLIHATUNNISA
NIM: 210614064
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
AGUSTUS 2018
ABSTRAK
Sholihatunnisa, Siti. 2018. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kesadaran
Salat Fardu bagi Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir Tahun
Pelajaran 2017 – 2018. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru MI Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing
Yuentie Sova Puspidalia M.Pd.
Kata kunci: upaya kepala madrasah, kesadaran salat fardu.
Berdirinya sebuah lembaga nonformal yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah,
saat ini sangat dibutuhkan seiring dengan tuntutan tujuan pendidikan, yaitu
menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa. Di
samping itu pengaruh teknologi yang semakin canggih tidak mustahil membawa
dampak yang negatif terhadap perkembangan jiwa generasi muda. Di sinilah,
letak pentingnya pendidikan agama yang dilakukan sejak dini. Dalam syiar agama
Islam, Madrasah Diniyah Awaliyah merupakan lembaga nonformal yang memiliki
kurikulum yang sistematis dan terprogram. Tidak diragukan lagi bahwa tujuan
agama Islam adalah keikhlasan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT dan
penanaman akhlak mulia kepada anak-anak. Ibadah yang pertama dihisab oleh
Allah adalah salat. Salatlah yang ditanyakan pertama ketika di hadapan Sang
Khalik. Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir dipilih sebagai tempat penelitian
karena disana sedang gencar di canangkan program penanaman salat fardu.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendiskripsikan kesadaran salat fardu
santri di Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir tahun 2017-2018, (2)
mendiskripsikan upaya kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat
fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir tahun 2017-2018, (3)
mendeskripsikan faktor–faktor pendukung yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–
Nadzir tahun 2017-2018, (4) mendeskripsikan faktor–faktor penghambat yang
dihadapi kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat fardu santri
Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir tahun 2017-2018.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan analisis penelitian yang peneliti lakukan, hasilnya adalah
kesadaran salat santri di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir masih sangat
kurang terbukti bahwa mereka masih belum mengerjakan salat 5 waktu secara
sempurna. Salat mereka yang masih menunggu perintah orang tua, jarang
menjalankan salat di masjid. Santri An-Nadzir juga jarang melakukan salat ketika
berpergian jauh juga pada waktu mereka sakit. Upaya yang dilakukan kepala
madrasah untuk mengatasi kesadaran santri tersebut adalah dengan uswatun
hasanah, penggunaan buku setoran salat, memberikan materi yang lebih tentang
salat, menceritakan kisah-kisah inspiratif tentang salat, serta melakukan salat Asar
berjemaah seusai pelajaran di madrasah.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara pasti mempunyai tujuan dan cita–cita untuk semua warga
negaranya. Cita-cita tersebut diwujudkan dalam bentuk tujuan pendidikan.
Antara cita-cita bangsa dan tujuan pendidikan harus disejajarkan, untuk
pencapaian yang maksimal.
Berawal dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2007, tentang rencana jangka panjang RI tahun 2005-2025 yang akan
mewujudkan bangsa yang maju, mandiri dan adil sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 19451, diperlukan karakter bangsa yang tangguh,
komprehensif, berakhlak mulia, dan bermoral. Untuk mewujudkan hal tersebut
maka dapat ditempuh melalui pendidikan.
Pendidikan nasional mempunyai fungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermaratabat.
Dengan demikian, manusia yang telah menempuh pendidikan diharapkan
menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan mempunyai peran sangat penting dalam membangun
manusia dan mewujudkan Indonesia seutuhnya seperti yang dicita-citakan oleh
1 Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: :
Ar-Ruzz media, 2012), 44.
2
bangsa ini. Cabang pendidikan yang ada di Indonesia diantaranya pendidikan
umum dan juga pendidikan agama. Ada beberapa agama yang diakui oleh
Indonesia. Salah satunya adalah agama Islam yang merupakan agama mayoritas
di Indonesia. Namun, agama bukan sekadar tulisan di Kartu Tanda Penduduk
(KTP) ataupun Kartu Keluarga (KK), melainkan apa yang dilakukan untuk
mencapai kebahagian hidup, baik duniawi maupun ukhrawi.
Dalam agama Islam terdapat rukun Islam yang berjumlah lima dan salah
satunya adalah salat. Salat merupakan amalan yang kali pertama dihisab oleh
Allah SWT. Serta dinilai sebagai tiangnya agama. Karena begitu pentingnya
salat bagi umat Islam, kebiasaan salat dan kesadaran untuk menjalankan salat
harus ditanamkan sejak dini.2
Pepatah mengatakan “belajar di waktu kecil bagaikan melukis di atas
batu, sedangkan belajar di waktu tua bagai melukis di atas air”. Masa kecil
merupakan waktu yang sangat tepat digunakan untuk belajar. Sebab masa itu,
otak masih fresh belum terkontaminasi dengan urusan-urusan orang dewasa
yang menumpuk. Belajar pada waktu kecil memang cenderung agak sulit,
seperti mengukir batu yang keras namun hasilnya akan selalu diingat hingga
dewasa bahkan sampai masa tua, seperti ukiran di batu yang sulit hilang.
Sebaliknya, belajar diwaktu tua memang mudah diingat namun juga mudah
lupa, bagaikan melukis di atas air yang mudah hilang.
2Abu Ahmadi–Noor Salimi, Dasar–Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 149.
3
Peran pendidikan di sini sangat sentral untuk membiasakan kesadaran
salat, terutama di madrasah yang telah menjadi wahana anak untuk belajar serta
menciptakan bibit–bibit unggul berkualitas dalam segala bidang terutama
bidang keagamaan.3 Keberadaan tenaga pendidik bagi suatu bangsa yang
sedang berada di tengah lintasan perkembangan teknologi yang semakin
canggih begitu besar pengaruhnya untuk membentuk pribadi anak didiknya
yang kualitas SDMnya peduli terhadap agama dan rukun Islamnya.
Dalam sebuah lembaga pendidikan, umumnya mempunyai seorang yang
dianggap paling potensial untuk menjadi pemimpin yang akan menjadi nahkoda
yang disebut Kepala Madrasah. Menurut Wahjosumidjo, Kepala Madrasah
adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin
suatu madrasah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau
tempat terjadinya interaksi antarguru yang memberikan pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran.4
Kepala madrasah adalah seseorang yang mempunyai kedudukan
tertinggi dalam sebuah madrasah. Dia yang membuat kebijakan untuk
madrasahnya. Kepala Madrasah mempunyai tugas dan peran tersendiri. Banyak
sekali peran dari kepala madrasah. Di antaranya sebagai pendidik, manejer,
administrator, supervisor, pemimpin, inovator serta sebagai motivator. Karena
3Abdullah Munir, Menjadi Kepala Madrasah Efektif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 5.
4Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Grafindo Persada, 2011), 83.
4
begitu banyaknya peran kepala madrasah, banyak juga kewajiban yang harus
dilakukan oleh kepala madrasah.
Contoh dari hal–hal yang dilakukan oleh kepala madrasah yaitu, Kepala
Madrasah bertugas untuk mendidik layaknya ustad dan ustazah lainnya, dan
mengajarkan ilmu agama Islam, memimpin dan mengarahkan ustad dan ustazah
yang berada di bawah kepemimpinannya supaya lebih giat lagi atau
meningkatkan metode pembelajaran agar lebih maksimal. Seorang kepala
madrasah haruslah memberikan inovasi terbaru untuk meningkatkan kemajuan
madrasahnya, meningkatkan ibadah amaliah para santrinya, seperti kesadaran
melaksanakan salat, keaktifan santri dalam melaksanakan salat sunah dan wajib
serta tidak melupakan kualitas akhlaknya.
Dari sekian banyaknya hal yang harus dilakukan oleh kepala madrasah,
ada salah satu yang lebih diutamakan dan segera diupayakan, yaitu tentang
kesadaran salat para santri. Karena di Madrasah Diniyah Awaliyah (MADIN)
An–Nadzir para santri masih sangat rendah kesadarannya dalam menjalankan
salat fardu, mereka selalu mempunyai alasan yang berbelit–belit untuk
menghindari perintah ustad maupun ustazahnya menjalankan salat. Mereka
belum mempunyai kesadaran pada diri mereka untuk menjalankan kewajiban
dari Penciptanya.5
Kepala madrasah mempunyai tanggung jawab dan peran yang penting
dalam fenomena rendahnya kesadaran salat fardu santrinya. Kepala madrasah
5 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/09-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
5
haruslah mempunyai terobosan baru sebagai upaya untuk meningkatkan
kesadaran santrinya dalam menjalankan salat.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti, mengadakan penelitian dengan
judul “Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu
bagi Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir Tahun Pelajaran 2017 –
2018”
B. Fokus Penelitian
Dalam ajaran Islam, setiap muslim diharapkan bisa melaksanakan
berbagai jenis salat. Mengingat keterbatasan waktu, peneliti hanya
memfokuskan pada salat fardu yang wajib dijalankan oleh setiap muslim. Tidak
terkecuali para santri MADIN An-Nadzir.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, peneliti merumuskan
masalah yang akan di teliti sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–
Nadzir tahun 2017-2018?
2. Bagaimanakah upaya kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat
fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir tahun 2017-2018?
6
3. Faktor–faktor pendukung apa saja yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–
Nadzir tahun 2017-2018?
4. Faktor–faktor penghambat apa saja yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–
Nadzir tahun 2017-2018?
D. Tujuan Penelitian
Dengan pertimbangan latar belakang dan rumusan masalah tersebut,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. mendiskripsikan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah
An–Nadzir tahun 2017-2018;
2. menjelaskan upaya kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat
fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir tahun 2017-2018,
3. mendiskripsikan faktor pendukung yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An –
Nadzir tahun 2017-2018,
4. mendiskripsikan faktor penghambat yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah An –
Nadzir tahun 2017-2018.
7
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoretis
Secara teoretis, penelitian ini berguna untuk meningkatkan hasanah
keilmuan Fikih Ibadah, terutama bab salat fardu yang merupakan kewajiban
bagi setiap muslim. Seseorang yang semakin sadar menjalankan salat, akan
semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan akan mendapat balasan
yang indah dari Allah SWT .
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk menambah
wawasan pengetahuan yang terkait dengan kesadaran salat fardu santri di
di MADIN An-Nadzir.
b. Bagi pendidik (kepala madrasah / ustadz dan ustadzah)
Seorang pendidik mempunyai cara atau jurus ampuh untuk
membuat santrinya menjadi lebih baik itu sangat diperlukan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagaimana cara
mengatasi rendahnya kesadaran salat santri. Hasil penelitian ini
diharapkan pula dapat membantu ustad dan ustazah untuk melakukan
tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan kesadaran anak didiknya
dalam menjalankan salat fardu.
8
F. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terbagi menjadi 6 bab yang secara ringkas diuraikan sebagai
berikut.
Bab satu, memuat pendahuluan yang meliputi latar balakang masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika pembahasan. Bab dua, berisi telaah hasil penelitian terdahulu dan
kajian teori.
Bab tiga, metode penelitian yang di dalamnya terdapat pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data,
prosedur dan pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan
temuan, dan tahapan–tahapan penelitian. Bab empat, deskripsi data berisi faktor
penyebab rendahnya kesadaran santri dalam menjalankan salat fardu, upaya
kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat fardu, dan faktor
pendukung serta penghambat yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu.
Bab lima, disini berisi analisis data upaya madrasah dalam meningkatkan
kesadaran salat fardu santri. Bab enam, penutup yang berisi kesimpulan dan
saran.
9
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait dengan kesadaran menjalankan salat sudah pernah
dilakukan. Di antaranya Strategi Penanaman Kesadaran Menjalankan Salat
Fardu pada Santri TPQ Al–Husnah Jemur Wonosari Gang Masjid No. 42
Surabaya yang disusun oleh Nazidatul Faizah.1 Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dilakukan
menggunakan pendekatan deskriptif, yang tidak menyajikan data dalam
bentuk angka. Metode pengumpulan datanya menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Teknis analisis datanya berupa teknik analisis
deskriptif. Subjek yang diteliti adalah seluruh tenaga pengajar di Taman
Pendidikan Quran (TPQ) Al-Husnah, sedangkan objeknya, yaitu penanaman
kesadaran salat fardu di TPQ Al-Husnah. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nazidatul Fauziah menunjukkan bahwa santri dari TPQ Al-Husnah tetap
mengerjakan salat meskipun ada yang belum lengkap lima waktu. Salat yang
sering ditinggalkan adalah salat Subuh. Alasan mereka adalah malas bangun
dan masih mengantuk serta enggan untuk menjalankan salat di masjid.
Program yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan menjalankan salat Asar
1Nazidatul Faizah, ”Strategi Penanaman Kesadaran Menjalankan Salat Fardu pada Santri TPQ
Al–Husnah Jemur Wonosari Gang Masjid No. 42 Surabaya,” (Skripsi, IAIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2012), 55-60.
10
berjemaah di TPQ sebelum masuk kelas. Guru membuat kertas salat sebagai
alat untuk mengontrol santri dalam mengerjakan salat.
Penelitian kedua yang merupakan penelitian yang dijadikan acuan
perbandingan dengan penelitian ini, yaitu penelitian oleh Agrina Iswara
Rumaisha, yang berjudul Peran Guru PAI dalam Mengefektifkan
Penggunaan Kartu Salat sebagai Upaya Pembinaan Kesadaran Beribadah
di MAN Tempel Sleman Yogyakarta.2 Metode yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif dengan penyajian data deskriptif. Subjek penelitiannya
guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Tempel dan objeknya penggunaan kartu salat. Metode pengumpulan datanya
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan
datanya dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitiannya adalah bahwa
kartu salat di MAN Tempel diterapkan setiap jemaah salat Zuhur dengan
mengisi kartu dan presensi yang telah diambil pagi harinya. Guru PAI
berperan sebagai pengawas serta motivator program kartu salat ini. Faktor
pendukung dari program kartu salat ini adalah semua pihak sekolah
mendukung dan ikut bertanggung jawab atas terlaksananya program kartu
salat. Faktor penghambatnya adalah masih ada siswa yang kurang peduli
dengan salatnya, bahkan ada orang tua yang sama sekali tidak peduli atas
salat anaknnya di rumah.
2Agrina Iswara Rumaisha, ” Peran Guru PAI dalam Mengefektifkan Penggunaan Kartu Salat
sebagai Upaya Pembinaan Kesadaran Beribadah di MAN Tempel Sleman Yogyakarta,” (Skripsi,
UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, 2016), 24.
11
Penelitian selanjutnya oleh Muhammad Yunus3 dengan judul
Efektivitas Kartu Salat dalam Meningkatkan Ibadah Salat pada Peserta
Didik MAN Godean Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research).
Populasi yang diambil adalah siswa kelas X di MAN Godean, Sleman,
Yogyakarta. Karena jumlah siswa kurang dari 100, semua siswa dijadikan
sebagai sampel. Untuk menguji tingkat reliabilitasnya digunakan teknik
ekuivalensi. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan
stratified random sampling. Untuk pengumpulan datanya, peneliti
menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.
Hasil penelitiannya adalah bahwa penerapan kartu salat sangat efektif
bagi peserta didik di MAN Godean yang dibuktikan dengan kenaikan 30,5
persen dalam pelaksanaan salat berjemaah. Faktor pendukung dari penerapan
kartu salat ini adalah tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap, seperti
mukena dan sajadah, serta tempat wudu yang memadai. Kendala yang
dihadapi adalah pembagian kartu salat yang terlalu banyak sehingga
membutuhkan waktu yang lama. Apalagi terkadang guru piket sering lupa
akan jadwalnya dan ada kemungkinan hilangnya kartu salat.
Persamaan ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti saat ini adalah bertema salat. Sama-sama mengusahakan
dan mengupayakan agar peserta didik rajin menjalankan salat dan
mengetahui betapa pentingnya menjalankan salat. Persamaan yang terakhir
3Muhamad Yunus, “Efektivitas Kartu Salat dalam Meningkatkan Ibadah Salat pada Peserta
Didik MAN Godean Sleman Yogyakarta,” (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, 2012), 15.
12
adalah tentang teknik pengumpulan data, yaitu dengan observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Adapun perbedaannya terletak pada metode untuk penelitian yang
dilakukan oleh Muhammad Yunus. Dalam penelitian yang dilakukannya,
peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan penelitian
yang akan dilakukan saat ini menggunakan metode kualitatif. Perbedaan
selanjutnya terletak pada jenis lembaga yang dijadikan tempat penelitian.
Untuk penelitian yang akan dilakukan, peneliti memilih lembaga MADIN
sedangkan ketiga penelitian yang dijadikan telaah penelitian terdahulu
mengambil lembaga TPQ dan sekolah umum. Ada satu perbedaan lagi antara
penelitian saat ini dengan penelitian yang pernah dilakukan, yaitu tentang uji
keabsahan datanya, penelitian sebelumnya menggunakan triangulasi. Untuk
penelitian yang ketiga yang menggunakan metode kualitatif, uji relibilitasnya
menggunakan teknik ekuivalensi. Oleh karena itu, belum ada yang
menggunakan teknik memperpanjang pengamatan. Pada penelitian yang
akan dilakukan ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan
perpanjangan pengamatan.
Keunikan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya adalah tempat penelitian, yaitu MADIN. Di sana hampir sama
dengan sekolah pagi, terdapat kurikulum, struktur kepengurusan yang
lengkap, serta sudah mulai diakui sebagai pendidikan non formal yang
mempunyai badan hukum. Namun, di sini hanya mengajarkan pelajaran
agama Islam. Sangat mungkin jika upaya untuk meningkatkan kesadaran
13
salatnya lebih besar dibanding dengan sekolah umum yang masih tercampur
dengan pelajaran lain. MADIN juga berbeda dengan TPQ yang di sana hanya
fokus pada pelajaran membaca Alquran, sedangkan di MADIN, mengajarkan
semua materi pelajaran agama Islam seperti fikih, akidah akhlak, hadis,
sejarah Islam dan lainnya
B. Kajian Teori
1. Kepala Madrasah
Dalam kehidupan yang serba modern ini, keberadaan sebuah
organisasi terasa sangat penting. Sebab, tidak ada seorang pun di antara
manusia ini yang sejak dilahirkan sampai dikuburkan terlepas dari
organisasi. Misalnya, sejak kita dalam kandungan, ibu rutin
memeriksakan kandungan di posyandu. Di sana, terdapat organisasi yang
mempunyai tujuan agar bayi dalam kandungan bisa sehat, dan
kepentingan-kepentingan medis lainya. Begitu juga saat manusia
dilahirkan, dan semakin tumbuh, akan lebih banyak interaksi yang
dilakukan, maka akan semakin banyak organsasi yang dibutuhkan. Ada
beberapa definisi dari kata organisasi, yaitu:4
a. Kebersamaan dan interaksi sehingga menimbulkan saling
ketergantungan antar individu untuk mencapai sebuah tujuan bersama
sesuai dengan struktur yang telah ditentukan.
4Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, 60
14
b. Kumpulan orang yang saling bekerja sama melalui pembagian tenaga
kerja untuk mencapai tujuan yang bersifat umum.
Hakikatnya, organisasi adalah bentuk kerjasama antar
sekelompok individu dengan berbagai ikatan untuk mencapai suatu
tujuan.5 Kata organisasi memiliki dua macam pengertian secara umum.
Pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok yang
dapat ditunjukkan pada lembaga rumah sakit, sekolah, kantor pemerintah
dan lembaga lainnya. Kedua, organisasi meliputi suatu proses
pengorganisasian oleh anggota organisasi untuk mencapai sebuah tujuan.
Dalam sebuah organisasi atau sebuah lembaga, dijumpai adanya
seorang pemimpin, begitu juga lembaga pendidikan seperti lembaga
madrasah. Dalam sebuah lembaga pendidikan, seorang yang memimpin
di sana disebut kepala madrasah. Maju mundurnya sebuah lembaga
tergantung pada kemampuan pemimpinnya untuk mengelola
organisasinya.6
Ada dua bentuk kepemimpinan dalam organisasi, yaitu
kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal.7 Kepemimpinan
formal terjadi apabila pemilihan pemimpin melalui proses seleksi,
sedangkan kepemimpinan informal terjadi apabila seorang pemimpin
menjadi pemimpin ketika dirinya menjadi orang yang berpengaruh dan
kecakapan khusus yang dimilikinya.
5Ibid, 1.
6Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, (Bandung, Alfabeta,
2012), hlm. 61.
7Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, 84.
15
Kepala madrasah adalah jabatan yang tidak bisa diisi oleh
sembarang orang tanpa pertimbangan-pertimbangan dan seleksi sesuai
dengan prosedur dan persyaratan tertentu, seperti latar belakang
pendidikan, pengalaman, usia, pangkat dan integritas. Oleh sebab itu,
kepala madrasah merupakan pemimpin atau pejabat formal. Kepala
madrasah adalah seorang ustad atau ustazah yang diberikan tugas untuk
memimpin suatu madrasah tempat proses belajar mengajar. Dalam hal
ini, terjadi interaksi ustad yang memberikan pelajaran dan santri yang
menerima pelajaran.
a. Kompetensi Kepala Madrasah yang Bermutu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
kompetensi adalah kewenangan untuk menentukan suatu hal.
Kompetensi merupakan semua pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap dasar yang harus dimiliki oleh kepala madrasah yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.8
Seseorang dikatakan berkompeten jika ia dapat menguasai
dan cakap dalam bidangnya. Kepala madrasah dikatakan
berkompeten jika ia mampu mengelola madrasah yang dipimpinnya
dengan baik. Adapun kompetensi yang harus dimiliki kepala
madrasah adalah sebagai berikut.9
1) Kompetensi kepribadian
8Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya, Reality Publisher, 2008), 379.
9 Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, 64-66.
16
Kepribadian seseorang adalah sesuatu yang abstrak dan harus
dilihat dari sisi psikologi. Dimensi kompetensi kepribadian
kepala madrasah dijabarkan sebagai berikut.
a) Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin.
Kepala madrasah harus selalu konsisten dalam berpikir
bersikap dan berbuat, memiliki komitmen, loyalitas dan
dedikasi kepada madrasahnya, tegas mengambil sikap dan
disiplin.
b) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mengembangkan diri
sebagai kepala madrasah. Ia harus mempunyai keinginan
yang kuat untuk kebijakannya dan untuk pelaksanaannya,
serta mampu mengembangkan diri sebagai upaya untuk
kemajuan madrasahnya.
c) Kepala madrasah haruslah selalu bersikap transparan dan
selalu menginformasikan kepada ustad dan ustazahnya atas
segala perencanaan, pelaksanaan dan keefektifan suatu tugas
pokok maupun fungsi. Seorang kepala madrasah harus
mempunyai hati yang lapang dan selalu menerima saran dan
kritik dari bawahannya ataupun masyarakat.
d) Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah.
Emosi harus selalu terjaga, dan harus teliti serta cermat dalam
memandang sebuah permasalahan agar dapat mengambil
17
keputusan yang tepat untuk penyelesaian masalah yang
dihadapi.
e) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.
Kesemuanya itu meliputi minat yang tinggi dan kuat untuk
menjadi kepala sekolah yang efektif.
2) Kompetensi manajerial
Kepala madrasah harus mempunyai kemampuan
manajerial yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan serta pengendalian terhadap madrasahnya. Kepala
madrasah harus selalu melengkapi wawasan kepemimpinannya,
agar selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju
dan semakin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan,
serta selalu menuntut untuk peningkatan aspek-aspek dalam
pendidikan.
3) Kompetensi kewirausahaan
Wirausaha adalah menciptakan hal baru dan berani
mengambil resiko untuk mendapat keuntungan. Kepala madrasah
harus menciptakan inovasi yang berguna bagi madrasahnya dan
selalu bekerja keras untuk mewujudkannya serta memiliki
motivasi yang kuat.
4) Kompetensi supervisi
18
Untuk mencapai tujuan dengan hasil maksimal seperti yang
direncanakan, kepala madrasah perlu melakukan pembinaan serta
penilaian. Yang dibina adalah para ustad dan ustazah, membina
mereka kearah memberi bantuan, sedangkan penilaian lebih
terpacu pada pengukuran hasil kinerja, audit mutu dan instruksi
kerja seperti yag telah disepakati bersama. Oleh karena itu,
kepala madrasah harus mempnyai kemampuan mensupervisi dan
mengaudit kinerja bawahannya sebagai berikut.
a) Mampu melakukan prosedur dengan teknik dan prosedur
yang tepat, seperti:
(1) melakkukan supervisi sesuai kebutuhan ustad dan ustazah;
(2) mampu melakukan supervisi dengan teknik yang tepat;
(3) mampu menindaklanjuti supervisi melalui pengembangan
profesional ustad dan ustazah, PTK, dan sebagainya.
b) Mampu melakukan monitoring dan evaluasi sesuai prosedur
yang tepat:
(1) mampu menyusun kinerja program pendidikan yang dapat
diukur;
(2) mampu melakukan monitoring dan evaluasi sesuai teknik
yang tepat;
(3) mampu menyusun laporan sesuai standar pelaporan
monitoring dan evaluasi.
5) Kompetensi sosial
19
Sosial adalah hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini,
kompetensi atau kemapuan kepala madrasah berhubungan
dengan orang lain, hubungan dengan ustad-ustazah, masyarakat,
wali santri dan dengan kelompok lain.
b. Analisis SWOT Kepala Madrasah
Pendidikan modern saat ini memberikan kewenangan luas
pada kepala madrasah dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pendidikan di madrasah.
Seorang kepala madrasah harus siap menerima kewenangan tersebut.
Di sisi lain, percepatan perkembangan IPTEK yang merambah ke
madrasah sudah semakin kompleks. Sekarang, kepala madrasah
sudah tidak dapat lagi menerima perubahan sebagaimana adanya
tetapi harus berpikir untuk membuat perubahan di madrasah.
Kuncinya adalah seorang kepala madrasah harus menyadari
posisinya, memahami apa yang sedang terjadi dan siap untuk
menjadi bagian dunia baru yang sangat berbeda ini. Seorang
pemimpin madrasah harus mengetahui (1) kekuatan, (2) peluang, (3)
kelemahan, dan (4) tantangan yang dimiliki oleh madarasah.
Keempat hal tersebut sering disebut dengan analisis SWOT.10
1) Faktor dominan (kekuatan dan peluang)
10Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), 68.
20
Kepala madrasah perlu dan bahkan harus mengetahui apa
kekuatan yang dimiliki madrasahnya dan apa peluang yang dapat
digunakan untuk menambah kemajuan madrasahnya dengan cara:
a) Meningkatkan kualitas pendidikan yang dicanangkan oleh
pemerintah
Pemerintah sudah mempunyai perhatian khusus terhadap
pendidikan. Hal ini terbukti dengan adanya Undang-Undang
Sisdiknas yang berisi tujuan pendidikan adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, pemerintah
juga mencanangkan ”Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan”
pada tanggal 2 Mei 2002. Momentum ini sangat tepat untuk
mengantisipasi santri menghadapi era globalisasi.
Kesemuanya itu perlu dipersiapkan melalui mutu pendidikan
yang berkualitas di bawah kepemimpinan kepala madrasah
yang profesional.
b) Sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan
Saat ini, Kementerian Pendidikan nasional sedang gencar
melakukuan sosialisasi peningkatan kualitas pendidikan di
berbagai wilayah. Program tersebut dapat dimanfaatkan oleh
kepala madrasah untuk meningkatkan mutu pendidikannya
serta operasinya di madrasah masing-masing.
c) Gotong royong dan kekeluargaan
21
Masyarakat Indonesia, lebih-lebih di daerah pedesaan masih
sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong dan
kekeluargaan. Kepala madrasah dapat memanfaatkan hal
tersebut untuk memperkenalkan program-progam sekolah
kepada masyarakat terutama dalam peningkatan kinerja
madrasah dan peningkatan kualitas pendidikan di madrasah.
2) Faktor penghambat (kelemahan dan tantangan)
Selain ada faktor yang mendukung, ada juga faktor yang
menghambat yang harus diketahui dan diwaspadai serta
diselesaikan dengan cepat dan tepat. Hambatan dan tantangan
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Sistem politik yang kurang stabil
Wakil-wakil rakyat yang terpilih banyak yang lamban dalam
mengambil keputusan. Mereka menunggu demonstrasi dari
masyarakat untuk mengambil sebuah kebijakan. Hal tersebut
sangat menghambat jalannya semua bidang di negara ini,
termasuk pendidikan. Salah satunya tentang anggaran yang
dikucurkan pemerintah untuk pendidikan.
b) Rendahnya sikap mental
Kepala madrasah yang mempunyai sikap mental rendah
seperti kurang disiplin dalam melaksanakan tugas, sering
datang terlambat, serta kurang motivasi dan semangat kerja,
sangat menghambat jalannya program pendidikan.
22
c) Wawasan kepala madrasah yang masih sempit
Tidak semua kepala sekolah mempunyai wawasan yang
cukup luas, terutama dalam mengahadapi era globalisasi
seperti saat ini. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
begitu pesat. Hal tersebut mewajibkan kepala madrasah
mampu mengejar dan mengikuti era ini. Dengan demikian,
kepala madrasah dapat menciptakan lulusan yang tidak kalah
saing di era yang penuh ketidakpastian dan kesemrawutan
global ini.
d) Kurangnya sarana dan prasarana dalam proses pendidikan
Misalnya, tidak adanya perpustakaan dan laboratorium sangat
menghambat tumbuhnya kepala madrasah yang profesional.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah
Sebagai seorang pejabat formal, kepala madrasah mempunyai
tugas dan tanggung jawab terhadap atasan, sesama rekan dan kepada
bawahan.11
1) Kepada atasan.
Sikap yang harus diterapkan kepala madrasah kepada atasan,
yaitu:
a) loyal dan melaksanakan kebijakan dari atasannya;
11 Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, 87.
23
b) wajib berkonsultasi dan memberikan laporan atas apa yang
telah dikerjakannya;
c) memelihara hubungan yang herarki antara kepala madrasah
dan atasannya.
2) Kepada sesama rekan kepala madrasah
Kepada kawan seprofesi, yang harus dilakukan oleh kepala
madrasah adalah memelihara hubungan baik dengan teman
kepala madrasah yang lain.
3) Kepada bawahan
Kepala madrasah wajib menjalin hubungan baik dengan para
ustad dan ustazah, staf serta santri-santri yang mencari ilmu di
madrasah.
d. Peran Kepala Madrasah
Untuk mencapai tujuan suatu lembaga yang dipimpin, kepala
madrasah mempunyai peran yang dibagi menjadi 7 pokok, yaitu
sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, pemimpin,
inovator, serta motivator.12
1) Pendidik
12Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 97-98.
24
Kepala madrasah adalah seorang ustad atau ustazah yang
diberilkan tugas untuk menjadi pemimpin. Oleh karena itu, kepala
madrasah juga tidak akan terlepas dari tugas mendidik,
menjalankan kegiatan kulikuler maupun ekstrakurikuler yang ada
di madrasahnya, melaksanakan program pembelajaran dan
memberikan konseling kepada santrinya.13 Sebagai seorang
pendidik haruslah mempunyai strategi yang menarik untuk warga
madrasahnya, serta haruslah membuat lingkungan madrasahnya
kondusif.
Ada 7 aspek penting yang harus dijalankan oleh kepala
madrasah sebagai pendidik.14
a) Mengajar di kelas
Meskipun tidak diwajibkan untuk mengajar, tapi setidaknya
kepala madrasah harus sering berinteraksi dengan santrinya di
dalam kelas, untuk dapat mengetahui situasi dan kondisi
perkembangan situasi santrinya.
b) Memberikan bimbingan kepada para ustad-ustazah
Kepala madrasah memberikan bimbingan berupa bimbingan
untuk menyusun program pembelajaran, melaksanakan
program pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar,
menganalisis hasil evaluasi dan melaksanakan program
pengayaan dan perbaikan.
13Kemendiknas, Buku Kerja Kepala Madrasah, (Jakarta, 2011), 7-9.
14Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, 81.
25
c) Memberikan bimbingan kepada karyawan.
Pemberian bimbingan oleh kepala madrasah ini meliputi
penyusunan program kerja dan pembagian tugas TU, pesuruh,
satpam dan tukang. Karyawan tersebut dipantau dalam
mengerjakan tugasnya, dan dievaluasi secara periodik.
d) Memberikan bimbingan kepada santri
Tugas kepala sekolah untuk mendidik santri dan
membimbingnya sudah banyak diserap oleh ustad dan
ustazah. Di sini, tugas kepala madrasah lebih fokus terhadap
kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti lomba di luar
madrasah.
e) Mengembangkan staf
Kepala madrasah dapat mengembangkan staf dengan
mengadakan pendidikan dan platihan staf, pertemuan sejawat
staf, lokakarya dan penyediaan bahan bacaan serta media
elektronik.
f) Mengikuti perkembangan IPTEK
Seorang kepala madrasah harus mempunyai kemampuan
IPTEK yang mumpuni. Jangan sampai kemampuan IPTEK
kepala madrasah, lebih rendah daripada stafnya. Jika hal
tersebut terjadi, kewibawaan seorang kepala madrasah akan
26
turun. Bahkan, yang lebih buruk lagi apabila kepala madrasah
dipermainkan oleh staf karena ketidaktahuannya tentang
IPTEK.
g) Memberikan contoh bimbingan konseling/karier
Tugas kepala madrasah ini dapat dilakukan melalui program
layanan BK langsung kepada santri. Atau juga, bisa dilakukan
memberikan bimbingan melalui guru bimbingan dan
penyuluhan (BP). Guru BP harus digerakkan dengan
memberikan saran, memantaunya dan memberikan reward
and punishment atas apa yang dikerjakan.
Sumidjo mengemukakan bahwa arti pendidik tidak cukup
berpegang pada konotasi dalam definisi pendidik, tetap harus
dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, saran dan
prasarana pendidikan dan bagaimana strategi pendidikan itu
dilaksanakan. Untuk hal itu, kepala madrasah sedikitnya harus
menanamkan 4 macam nilai.15
a) Pembinaan mental
Kepala madrasah harus membina para tenaga pendidik tentang
hal-hal yang berkaitan dengan watak dan sikap. Untuk hal ini,
kepala madrasah harus menciptakan iklim yang kondusif agar
semua tenaga kependidikan melaksanakan tugasnya dengan
baik. Kepala madrasah harus melengkapi sarana dan prasarana
15Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 99.
27
dan sumber balajar agar ustad dan ustazah lebih mudah dalam
pembelajaran.
b) Pembinaan moral
Kepala madrasah membina para tenaga pendidik yang
berkaitan dengan perbuatan baik, ajaran serta sikap yang baik
selama menjalankan tugasnya.
c) Pembinaan fisik
Selain moral dan mental, fisik juga perlu diperhatikan. Dalam
hal ini, penampilan sangat penting dalam sebuah
pembelajaran. Kepala madarasah haruslah memberi contoh
berpakaian yang pantas untuk seorang ustad dan ustazah.
Madrasah adalah sekolah Islam, tentu saja cara berpakaiannya
juga berbeda dengan sekolah umum.
d) Pembinaan artistik
Membina kepekaan manusia tentang seni dan keindahan. Hal
ini biasanya dilaksanakan melalui kegiatan wisata religi setiap
liburan tahun ajaran. Lebih dari itu, sebuah wisata harus
terkait atau merupakan pengayaan dari pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Sasaran utama dari pelaksanaan peran kepala madrasah
sebagai pendidik, yaitu kepada ustad-ustazah, santri dan staf.
Selain itu, terdapat pula kelompok sasaran yang lain yang tidak
28
kalah penting kontribusinya terhadap pembinaan kehidupan di
madrasah. Ketiganya tersebut adalah sebagai berikut.16
a) Organisasi orang tua santri
Organisasi ini diperlukan sebagai aparat pembantu kepala
madrasah namun kehadirannya tidak dilibatkan ke dalam
campur tangan terhadap hal-hal yang bersifat teknis
pendidikan. Keberadaan orang tua santri banyak diperlukan
untuk mengatasi keperluan berbagai sumber daya dalam
membina kehidupan madrasah, baik beruap dana, sarana,
maupun pemikiran.
b) Organisasi santri
Sebagai wadah untuk mengembangkan bakat dan minat,
penting sekali keberadaan organisasi santri ini. Organisasi ini
berisi program luar kurikuler untuk menambah pengalaman
yang akan berguna di kehidupannya yang akan datang. Kepala
madrasah bertugas untuk membina ke arah terwujudnya
keberhasilan kegiatan luar kurikuler tersebut. Keberhasilannya
diharapkan akan mampu menciptakan sesuatu yang memicu
keseimbangan antara program kurikuler dan luar kurikuler.
c) Organisasi ustad-ustazah
Organisasi ini termasuk organisasi profesi karena yang
menjadi anggota di dalamnya adalah orang-orang yang
16Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah,127.
29
mempunyai pekerjaan sejenis, yaitu yang berkecimpung
dalam pendidikan Islam. Sebagai oganisasi profesi diharapkan
mampu menanamkan dan membina kode etik guru
profesional. Dengan demikian, kelompok ini dapat selalu
mengingatkan dan menjadi tumpuan harapan, agar terhindar
dari perbuatan tercela.
2) Manajer
Manajemen pada hakikatnya adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan
mengendalikan usaha anggota serta mendayagunakan sumber
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.17 Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam definisi
tersebut, yaitu proses, penggunaan seluruh sumber orgnisasi dan
pencapaian organisasi yang telah ditetapkan.18
a) Proses. Sebuah cara yang sistematik untuk mengerjakan
sesuatu disebut proses. Kegiatan dalam proses, yaitu:
(1) merencanakan, kepala madrasah harus memikirkan dan
merumuskan rencana apa yang harus dilakukan untuk
menjalankan sebuah program;
17Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 103.
18Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, 94.
30
(2) mengorganisasikan, kepala madrasah harus menghimpun
dan mengoordinasi sumber daya manusia dan sumber daya
material untuk mencapai tujuan madrasah;
(3) memimpin, kepala madrasah dalam hal ini mampu
memengaruhi dan mengarahkan sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;
(4) mengendalikan, apabila ada kesalahan pada bagian-bagian
yang ada di madrasah, kepala madrasah harus memberikan
petunjuk dan meluruskan.
b) Sumber daya yang ada di sekolah meliputi dana,
perlengkapan, informasi, maupun sumber daya manusia yang
berfungsi sebagai pemikir, perencana, pelaku dan pendukung
untuk mencapai tujuan.
c) Mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Kepala
madrasah berusaha mencapai tujuan akhir yang lebih khusus,
karena setiap organisasi pasti mempunyai tujuan yang
berbeda. Semua tujuan dapat tercapai jika ada sebuah proses.
Menurut Jerry H. Makawimbang, ada empat hal penting
yang harus dilakukan oleh kepala madrasah sebgai manajer.19
a) Menyusun program madrasah. Kepala madrasah harus
membuat sebuah program dalam jangka panjang, menengah
dan pendek yang meliputi program akademik dan
19Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, 83.
31
nonakademik. Selain itu, kapala madrasah juga harus
mengadakan evaluasi terhadap program yang telah dijalankan.
b) Menyusun organisasi kepegawaian di madrasah. Hal ini
meliputi susunan kepegawaian madrasah, pegawai pendukung
dan tidak lupa untuk menyusun kepanitiaan, baik dalam
kegiatan Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian
Kenaikan Kelas (UKK) di madrasah.
c) Mengembangkan staf. Ustad dan ustazah adalah staf di
madrasah, tugas kepala madrasah di sini adalah memberikan
arahan yang dinamis, mengoordinasi staf yang melaksanakan
tugas dan memberikan hadiah maupun hukuman atas apa yang
telah dikerjakan oleh staf.
d) Mengoptimalkan sumber daya sekolah. Tugas kepala
madrasah di sini adalah memanfatkan SDM dan sarana
prasarana secara optimal, yaitu merawat sarana dan prasarana
serta membuat catatan kinerja yang dilakukan oleh SDM yang
ada di madrasah.
3) Administrator
Sebagai administrator, kepala madrasah harus mempunyai
keahlian mengelola administrasi, yang sifatnya pencatatan,
penyusunan dan pondokumenan.20 Secara spesifik, kepala
madrasah harus memiliki kemampuan mengelola administrasi
20Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 107.
32
kurikulum, peserta didik, personalia, sarana dan prasarana,
kearsiapan dan keuangan. Penjabaran kemampuan-kemampuan
tersebut adalah sebagai berikut:
a) kemampuan mengelola kurikulum, dapat diwujudkan dengan
penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran,
bimbingan konseling, praktikum, dan kelengkapan data
peserta didik,
b) kemampuan mengelola administrasi santri, yang meliputi
kelengkapan data administrasi santri, ekstrakurikuler dan
kelengkapan admisnistarasi yang berhubungan dengan orang
tua peserta didik;
c) kemampuan administrasi personalia, harus diwujudkan
dengan pengembangan admisitrasi tenaga ustad dan ustazah,
tenaga non ustad-ustazah;
d) kemampuan administrasi sarana dan prasarana, kemampuan
kepala madrasah dalam mengembangkan kelengkapan data
administrasi gedung, meubeler, mesin kantor, buku dan bahan
pustaka;
e) kemampuan administrasi kearsipan, diwujudkan dengan
perkembangan kelengkapan administrasi surat keluar masuk,
surat keputusan surat edaran;
f) kemampuan pengelolaan administrasi keuangan, adanya
perkembangan kelengkapan administrasi keuangan rutin,
33
keuangan yang bersumber dari masyarakat dan wali santri,
dari pemerintah, bantuan operasional madrasah daerah
(BOSDA) dan hibah.
4) Pemimpin (Leader)
Definisi kepemimpinan menurut Koontz O’Donnel dan
Weihrich adalah pengaruh seni, atau proses memengaruhi orang
lain, sehingga mereka dengan penuh kemauan berusaha ke arah
tercapainya tujuan organisasi.21 Seorang leader atau pemimpin
kepala madrasah harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemapuan tenaga kerja kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.22
Tugas kepala sekolah sebagai pemimpin, yaitu sebagai berikut.23
a) Kepala madrasah memiliki kepribadian yang kuat. Indikator
dari sebuah kepribadian yang kuat adalah dari kejujuran,
percaya diri, tanggung jawab dan keberaniannya mengambil
keputusan.
b) Kepala madrasah memahami kondisi ustad-ustazah, karyawan
dan santri dengan baik. Kepala madrasah hendaknya
melakukan program untuk memperbaiki kesejahteraan
karyawan dan mau mendengarkan usulan dari santri, ustad-
ustazah dan usulan dari karyawan.
21Wahdjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, 103.
22Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 115.
23Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, 86.
34
c) Kepala madrasah memiliki visi dan memahami misi
madrasah. Kepala madrasah dikatakan memehami visi dan
misi jika ia melaksanakan dan mengupayakan apa yang
menjadi target dalam visi misi tersebut dengan baik.
d) Kepala madrasah mempunyai kemampuan mengambil
keputusan. Keputusan di sini adalah keputusan bersama,
keputusan ekstern dan intern madrasah.
e) Kepala madrasah mempunyai kemampuan berorganisasi.
Kepala madrasah harus mempunyai kemampuan untuk
berkomunikasi secara lisan kepada seluruh warga madrasah
serta menuangkan dalam gagasan berbentuk tulisan.
Pemimpin tidak berada di samping, tetapi memberikan
dorongan (to prod), berdiri di depan untuk memberikan
kemudahan, serta memberikan inspirasi untuk mencapai tujuan
organisasinya.24 Begitu pula dengan kepala madrasah. Ia harus
bisa memberikan jalan untuk kemajuan organisasinya.
Diibaratkan, seorang pemimpin orkes yang berfungsi
menghasilkan bunyi yang terkoordinasi dan dengan tempo yang
tepat melalui usaha terpadu para pemain musik, yang di sini
disebut ustadz dan ustadzah.
5) Inovator
24Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 104.
35
Dalam rangka melakukan peran dan fungsi kepala
madrasah sebagai inovator, ia harus melakukan pembaruan,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada
seluruh tenaga kependidikan madasah, dan mengembangkan
model-model pembelajaran inovatif. Kepala madrasah sebagai
inovator tercermin dari cara ia melakukan pekerjaannya secara
konstruktif, kreatif, delegatif, itegratif, rasional dan objektif.25
Tugas kepala madrasah sebagai inovator meliputi dua hal,
yaitu kemampuan untuk mencari gagasan baru untuk pembaruan
madrasah dan kemapuan melaksanakan pembaharuan madrasah.26
a) Kemampuan untuk mencari gagasan baru untuk pembaruan
madrasah. Kepala madrasah harus proaktif mencari dan
menemukan gagasan baru dan mampu memilih yang lebih
relevan.
b) Kemampuan melaksanakan pembaharuan madrasah.
Dibuktikan dengan kemampuan melaksanakan pembaharuan
di bidang kegiatan belajar mengajar (KBM) dan bimbingan
konseling (BK), pembaruan dalam pembinaan ustad-ustazah
serta karyawan, pembaruan bidan ekstrakurikuler, pembaruan
enggalian sumber dana, dan mampu memberikan pembaruan
melalui lomba-lomba yang diadakan di tingkat kecamatan
maupun kabupaten.
25Ibid, 118
26Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, 87.
36
6) Motivator
` Kepala madrasah sebagai pemimpin harus mampu
memberikan dorongan atau motivasi kepada anggotanya agar
selalu bersedia bekerja sama sehingga tujuan bersama dapat
tercapai.27 Tugas kepala sekolah sebagai motivator meliputi tiga
hal.28
a) Kemampuan mengatur lingkungan kerja. Meliputi mengatur
ruang-ruang yang digunakan untuk ustad-ustazah, untuk
karyawan dan untuk santri.
b) Kemampuan mengatur susunan kerja. Di sini, kepala
madrasah harus mampu mencitakan lingkunag yang harmonis
dan rasa aman di sekolah.
c) Kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman.
7) Supervisor
Supervise diartikan sebagai proses kegiatan monitoring
untuk memastikan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana
seperti apa yang telah direncanakan, sekaligus sebagai kegiatan
untuk mengoreksi dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang
dan tidak sesuai dalam sebuah kegiatan.29 Dasar hukum dari
supervisor kepala madrasah tertuang dalam UU RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP nomor 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsuonal Pegawai Negeri Sipil.
27Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, 120.
28Jerry H. Makawimbang, Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu, 87.
29Ibid, 88.
37
2. Madrasah Diniyah Awaliyah
Cikal bakal dari pendidikan Islam di Indonesia dimulai dengan
berdirinya masjid, mushola, surau, dan madrasah. Model pendidikan
Islam yang berada di masjid maupun surau tersebut diselenggarakan
tanpa kelas-kelas yang dilengkapi meja, kursi serta papan tulis, namun
hanya ”lesehan” di lantai masjid maupun surau. Saat ini, tempat seperti
masjid dan surau eksistensinya mulai bergeser sebagai tempat untuk
mempelajari ilmu agama. Hanya madrasah yang kini masih terdengar
gaungnya sebagai lembaga pendidikan Islam.
Sejak masa penjajahan, lembaga pengajaran Islam telah ada
hampir di semua lingkungan masyarakat yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Ada beragam nama dan bentuk dari pengajaran Islam
seperti pengajian, surau, rangkang, sekolah agama dan lainnya.30 Materi
keagamaan yang diajarkan juga bermacam-macam namun secara umum
meliputi aqidah, ibadah, akhlak, baca tulis Alquran dan bahasa Arab.
Keberadaan madrasah dari masa ke masa semakin diakui oleh
pemerintah dengan lahirnya UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yang
menjadi dasar hukum berdirinya madrasah. Madrasah selalu mengikuti
zaman dengan segala kekhasannya sehingga menarik pemerintah untuk
memberikan pengakuan dan fasilitas untuk madrasah.
Madrasah juga mempunyai jenjang pendidikan yang dimulai dari
pendidikan dasar yang disebut Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara
30Kementerian Agama RI, Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah Takmiliyah, (Jawa
Timur, 2014), 1.
38
dengan Sekolah Dasar (SD). Jenjang pendidikan menengah madrasah
disebut Madrasah Tsanawiyah, yang dalam pendidikan umum disebut
SMP serta sekolah menengah atas yang disebut Madrasah Aliyah.31
Pada perkembangan berikutnya atas dukungan pemerintah,
sebagian lembaga pendidikan keagamaan tersebut bersentuhan dengan
metode klasikal modern yang terprogam. Kemudian, hal tersebut
mendorong lahirnya istilah Madrasah Diniyah, yaitu sebuah satuan
pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pembelajaran dan
pendidikan agama Islam sebagai penunjang dan sebagai pelengkap
pelajaran agama Islam. Di lembaga pendidikan ini, santri-santri yang
belajar pada lembaga pendidikan formal dapat memperdalam wawasan
pengetahuannya tentang Islam. Namun, lembaga ini juga terbuka untuk
setiap anak usia pendidikan dasar dan menengah yang berminat pada
agama Islam meskipun belum mempunyai kesempatan untuk belajar di
lembaga formal.
Madrasah Diniyah mempunyai 3 jenjang, yaitu:
a. Madrasah Diniyah Awaliyah atau tingkatan dasar yang mempunyai
masa belajar 4 tahun.
b. Madrasah Diniyah Wustha, yang merupakan menengah pertama
dengan lama masa belajar 2 tahun.
c. Madrasah Diniyah Ulya atau menengah atas yang juga memiliki masa
belajar 2 tahun.
31Nuriyatu Nizah, ”Dinamika Madrasah Diniyah : Suatu Tinjauan Historis”, VOL. 11 no. 1, (
1 Februari 2016), 183.
39
Sebuah Madrasah Diniyah Awaliyah harus memenuhi syarat–
syarat sebagai berikut:
a. Tersedia tenaga pengelola, yang terdiri atas:
1) Kepala madrasah,
2) Ustadz / ustadzah ( sekurang–kurangnya ada dua orang),
3) Tenaga administrasi ( minimal satu orang).
b. Tersedia tempat belajar dan kelengkapannya,
c. Tersedia calon santri ( minimal 15 orang),
d. Bersedia dan sanggup menjalankan lembaga dengan bukti surat
pernyataan dari kepala madrasah.32
Saat ini, Madrasah Diniyah Awaliyah telah menjelma menjadi
sebuah madrasah agama Islam yang telah mempunyai dasar hukum, yaitu
dalam UU Sistem Pendidikan Nasional nomor 20/200333 bahkan dasar
hukum untuk Bantuan Operasional Madrasah Daerah (BOSDA) dan
tunjangan untuk guru madrasah sudah ada, dan nrutin diturunkan setiap
satu semester.34
3. Salat
a. Definisi Salat
Secara etimologi (lughotan), arti salat adalah doa dan
peribadatan (Ta’abud)35. Secara syara’ salat adalah ibadah yang
diketahui terdiri atas ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan
32Ibid, 16.
33Nuriyatun Nizah, ”Dinamika Madrasah Diniyah, 192.
34Dinas Pendidikan, Pedoman Teknis Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah dan
Guru Swasta Tahun 2017, (Pemerintah Provinsi Jawa Timur, 2017), 7.
35M. Masyhuri Mochtar, Keajaiban Shala Lima Waktu, (Surabaya,Iravi Jaya,2011),2.
40
takbir dan diakhiri dengan salam. Mendirikan salat artinya
melaksanakan salat dengan memenuhi rukun dan sunahnya, serta
persiapan dalam waktu pelaksanaannya.
Menurut Chairil mustafidz, salat adalah suatu bentuk
penghambaan diri seseorang hamba kepada Rabb-nya dalam bentuk
ibadah sebagai hasil aktualisasi keimanan dan keyakinan seseorang
akan eksistensi rabb semesta alam yaitu maha di atas segala maha.36
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah. Setiap manusia
terlebih dulu haruslah memahami posisinya sebagai hamba sebelum
ia mulai menjalani hidupnya di bumi ini, dan kesadaran tersebut harus
menjadi dasar dalam melakukan pekerjaan apapun karena tujuan
keseluruhannya adalah untuk beribadah kepa Allah SWT.
Dalam rukun Islam yang harus dijalankan oleh seorang
muslim, salat menempati posisi yang penting, bahkan sangat strategis
sebagai seorang yang menghamba kepada Sang Khalik. Begitu
pentingnya sehingga dalam sebuah hadist Rosulullah SAW bersabda.
“Salat fardu adalah fondasi agama, siapa yang
menjalankannya maka sesungguhnya ia telah menegakkan
agama, sedangkan barang siapa yang melalaikannya, maka
sesungguhnya ia telah menghancurkan agama.” (H.R.
Baihaqi)37
Ada tiga fase diwajibkannya salat, yaitu sebagai berikut. 38
36Chairil Mustafidz, Kaifiat Salat nabi, (Yogyakarta, UII Press, 2011), 1.
37Jefry Noer, Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui salat yang
Benar, (Jakarta, Kencana, 2006), 35.
38Ibid, 21-23.
41
1) Nabi Muhammad SAW pada permulaannya diwajibkan
melakukan salat dua rakaat pada waktu pagi, dua rakaat sore,
serta salat malam.
2) Kemudian, pada malam isra’ ditambah menjadi lima salat yaitu
dua rakat dua rakaat kecuali Maghrib.
3) Pada tahun kedua hijriyah, rakat salat ditambah dua rakaat,
sehingga seperti yang sekarang kita kerjakaan
b. Syarat Wajib Salat
Salat tidak wajib, kecuali bagi orang yang telah memenuhi syarat-
syarat berikut:39
1) Islam
Salat tidak diwajibkan bagi orang selain Islam. Meskipun kelak di
akhirat tidak luput dari siksaan yang pedih dari Allah SWT.
2) Berakal
Orang gila dan orang pingsan tidak berkewajiban untuk
menjalankan salat. Menurut Asy-Syafi’iyah, jika seseorang tidak
sadarkan diri di seluruh waktu salat, kewajiban salatnya gugur.
3) Baligh
Anak kecil yang belum baligh tidak mempunyai kewajiban untuk
menjalankan salat. Namun, orang tua hendaknya memerintahkan
salat setelah anak berumur tujuh tahun dan boleh memukulnya
39Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Salat menurut Empat Maddzhab,
(Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 2007), 179.
42
ketika berumur sepuluh tahun. Hal itu bertujuan untuk
membiasakan menjalankan salat pada saat balighnya nanti.
4) Bersih dari haid dan nifas
Wanita yang sedang mengalami haid atau nifas tidak wajib
menjalankan salat dia juga tidak wajib mengqadha layaknya
puasa ramadan.
5) Sehat jasmani dan rohani. Orang yang tumbuh dalam keadaan tuli
atau buta tidak berkewajiban menjalankan salat.
c. Syarat Sahnya Salat
Syarat didefinisikan sebagai janji, ketentuan atau tuntutan. Secara
istilah, syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum
mengerjakan sesuatu. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi, sesuatu itu
tidak sah. Maka, jika syarat sah salat jika tidak terpenuhi, salatnya
pun tidak akan sah40. Yang menjadi syarat sahnya salat, yaitu:
1) Suci dari hadast besar dan kecil
Mengupayakan diri yang suci adalah kewajiban setiap muslim
dan termasuk dalam akhlak Allah, yaitu Al-Quddus. Nabi
Muhammad SAW menekankan untuk meniru akhlak-Nya, yaitu
memiliki diri yang suci.41
2) Menutup aurat
Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Jarhad, aurat laki-laki
adalah qubul dan dubur, lalu disusul pusar hingga ke lutut.
40Chairil Mustafidz, Kaifiat Salat nabi, 47.
41Asep Muhyidin & Asep Salahudin, Salat Bukan Sekedar Ritual, (Bandung, Remaja
Rosdakarya, 2006), 29.
43
Kemudian, aurat perempuan adalah seluruh anggota tubuh kecuali
muka dan telapak tangan.42 Disyariatkan pula untuk penutup aurat
wanita adalah dari bahan yang tebal dan tidak memperlihatkan
warna kulit serta tidak ketat, agar tidak terlihat lekuk tubuhnya.43
3) Suci badan, pakaian dan tempat salat dari segala najis. Sesuatu
yang akan digunakan untuk salat haruslah bersih dan suci dari
segala bentuk najis.
4) Mengetahui masuknya waktu salat
Waktu salat kita ketahui cukup dengan hanya keyakinan. Apabila
kita yakin telah waktu masuk salat, salatnya akan sah jika
dikerjakan. Kita dapat meperoleh keyakinan dengan mengetahui
informasi dari orang yang tepercaya atau dengan mendengar
adzan dari seorang muadzin.44
5) Menghadap kiblat dengan wajah dan dada
Seluruh ulama madzhab bersepakat bahwa umat Islam ketika salat
menghadap ke kiblat, yaitu ke Masjidil Haram. Namun, kefarduan
itu bisa gugur ketika:45
a) dalam kondisi salat sunah bagi yang sedang berkendara;
b) sedang dalam keadaan terpaksa (sakit dan ketakutan).
d. Rukun Salat
42Chairil Mustafidz, Kaifiat Salat nabi, 49.
43Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Salat, 209.
44Ibid, 205.
45Chairil Mustafidz, Kaifiat Salat nabi, 52.
44
Suatu rukun apabila tidak dikerjakan salatnya tidak akan sah. Yang
termasuk ke dalam rukun salat, yaitu:
1) Niat
Niat didefinisikan sebagai maksud dan tujuan serta cita-cita untuk
mengerjakan sesuatu. Seyogyanya setiap kita akan melakukan
suatu pekerjaan tidak akan terlepas dari niat.46 Begitu pun dengan
salat, agar amal kita bermakna, harus diniatkan hanya karna Allah
SWT. Sikap hanya karena Allah itulah yang disebut ikhlas.47
2) Takbiratul ihram
Allahu Akbar menjadi kunci pembuka dalam ritual salat. Lafal
tersebut dengan diringi mengangkat kedua tangan merupakan
bentuk ikrar kita bahwa Allah-lah dzat Yang Maha Agung. 48
3) Berdiri pada salat fardu
Wajib berdiri ketika seorang muslim sedang mengerjakan salat.
Namun, hal tersebut tergantung pada kemempuannya. Apabila
memang orang tersebut tidak mampu, kewajiban berdiri akan
gugur.49
4) Membaca surat Al-Fatihah
46Ibid, 54.
47Asep Muhyidin & Asep Salahudin, Salat Bukan Sekedar Ritual, 45.
48Ibid, 50
49Kahar Masyhur, Salat Wajib Menurut Madzhab yng Empat, 217.
45
Hal ini sebagai tertera dalam sebuah hadist dari Ubadah bin
Shamit R.A, yang isinya tidak sah salat bagi orang yang tidak
membaca Al-Fatihah.50
5) Ruku’
Ruku’ ialah termasuk fardu salat bagi siapa yang mampu
mengerjakannya. Orang yang tidak mampu melaksanakn ruku’
akan diberi rukhsah.
6) I’tidal
Setelah ruku’, diwajibkan i’tidal, yaitu bangun dari ruku’.
7) Sujud
Sujud merupakan bagian dari salat yang paling mencerminkan
penyerahan diri kepada Allah. Karena dengan sujud, kita
meletakkan seluruh anggota badan yang merupakan paling mulia,
yaitu wajah ke tempat yang sangat rendah, yaitu tanah atau lantai
tempat sujud.51
8) Duduk di antara dua sujud
Lama duduk di antara dua sujud yaitu sama dengan membaca
syahadat, salawat kepada Nabi SAW dan salam pertama. Sebab,
tiap-tiap itu seperti wajibnya membaca fatihah.52
9) Duduk tasyahud akhir
Duduk ini dinamakan duduk tawaruk.
10) Membaca salawat nabi
50Syaikh Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Panduan Lengkap Salat , 216.
51Asep Muhyidin & Asep Salahudin, Salat Bukan Sekedar Ritual, 59.
52Kahar Masyhur, Salat Wajib, 253.
46
11) Membaca salam yang pertama
12) Tertib
Dinamakan tertib jika semuanya dilakukan dengan runtut
urutannya tanpa di selang seling.
e. Hal yang membatalkan salat
Ibadah salat akan rusak dan sia-sia ketika tertinggal salah satu rukun
dan syarat salat. Atau juga seseorang tersebut melakukan hal-hal
berikut:
1) batal wudunya,
2) terkena najis yang tidak dimaafkan,
3) berkata-kata dengan sengaja,
4) melakukan perbuatan yang berlebihan,
5) terbuka auratnya,
6) mengubah niat,
7) menambah rukun yang berupa perbuatan,
8) membelakangi arah kiblat,
9) makan dan minum secara sengaja.
f. Sunat-Sunat Salat
Ada dua sunat dalam salat, yaitu sunat ab’adl yang apabiila
ditinggalkan harus diganti dengan sujud syahwi dan sunat hai’at yang
tidak harus mengganti dengan sujud syahwi. Yang termasuk sunah
ab’adl adalah:53
53Chairil Mustafidz, Kaifiat Salat Nabi, 91.
47
1) membaca tasyahud awal pada rakaat kedua, salat Dzuhur, Asar,
Maghrib dan Isya’,
2) membaca salawat nabi pada tasyahud awal,
3) membaca doa salawat kepada keluarga nabi,
4) membaca do’a qunut pada salat subuh,
Adapun sunat-sunat hai’at adalah sebagai berikut:
1) mengangkat kedua tangan etika takbiratul ihram,
2) meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika bersedekap,
3) memendang ke tempat sujud,
4) membaca doa iftitah,
5) taawudz sebelum basmalah,
6) diam sebentar sebelum dan sesudah membaca surat al-fatihah,
7) membaca amin setelah membaca surat al-fatihah,
8) membaca surat ssetelah membaca fatihah pada rakaat pertama dan
ke dua,
9) membaca tasmi’,
10) duduk iftirasy,
11) duduk tawaruk,
12) membaca salam ke dua.
4. Kesadaran Salat
Kesadaran berhubungan erat dengan perhatian, namun tidak
identik. Hilgard membedakan kesadaran menjadi dua kategori, yaitu
48
kesadaran pasif dan kesadaran aktif.54 Dinamakan kesadaran pasif ketika
seseorang sedang melamun, menikmati karya seni, atau juga ketika
menikmati musik. Kesadaran aktif melibatkan perencanaan, pembuatan,
dan pelaksanaan keputusan tersebut. Misalnya, dalam situasi sedang
belajar ilmu pengetahuan, sedang memilih sebuah keputusan dan ketika
sesuatu yang telah berada pada proses namun terhambat oleh sesuatu,
Kesadaran salat termasuk kesadaran aktif karena melibatkan
perencanaan, yaitu sebelum melaksanakan salat haruslah berwudu
terlebih dahulu, harus masuk pada waktunya dan memenuhi syarat sah
serta sarat wajib salat. Pada tahap pelaksanaan salat, harus dipenuhi
rukun dan sunah salat, serta harus sadar dan memperhatikan hal–hal yang
membatalkan salat.
Kesadaran dalam menjalankan salat mempunyai beberapa
instrumen. Menurut Ustad Muhammad Sofi ada beberapa yang dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengukur kesadaran salat santri, sebagai
berikut.
a. Keaktifan melaksanakan salat 5 waktu.
b. Salatnya ketika dalam keadaan sakit dan berada dalam perjalanan
jauh.
c. Keaktifan salat di masjid.
54Suharnan Psikologi Kognitif, (Surabaya: Srikandi, 2005), 48.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pedekatan kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yag
diamati. Peneliti akan mengamati perilaku atau sesuatu yang dilakukan oleh
kepala madrasah untuk meningkatkan kesadaran santrinya dalam menjalankan
salat fardu. Penelitian ini dimulai dari penyelidikan secara rinci sebuah setting
penelitian, yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah. Di dalamnya mencakup latar
belakang berdirinya madrasah, kurikulum, pembelajaran dan cara memecahkan
masalah yang dihadapinya. Di sini, peneliti juga akan mengamati secara
mendalam pribadi individu santri yang mempunyai kesadaran salat fardu rendah.
Yang paling utama dari semuanya adalah cara atau upaya kepala madrasah
dalam menjalankan tugas dan perannya, khususnya dalam peningkatan
kesadaran salat santrinya.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian yang berjudul Upaya Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu bagi Santri Madrasah Diniyah Awaliyah
An-Nadzir Tahun Pelajaran 2017 – 2018 ini, peneliti hadir sebagai instrumen
50
kunci, yang berpartisipasi penuh dalam pengumpulan data. Dalam hal ini,
peneliti akan melakukan observasi, wawancara dan pendokumentasian.
Di sini, peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala madrasah,
untuk mencari tahu informasi tentang upaya untuk meningkatkan kesadaran salat
santrinya. Selain itu, peneliti yang akan mengamati segala tingkah laku dan
perilaku dari kepala madrasah beserta santrinya. Di samping itu, peneliti juga
akan mendokumentasikan data yang dapat menunjang penelitian yang sedang
dilakukan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir
yang terletak di Desa Bedikulon, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo.
Madrasah tersebut merupakan sebuah lembaga nonformal yang mempunyai
struktur kepengurusan dan administrasi sebagimana layaknya sebuah Madrasah
Diniyah lainnya, yang mempunyai kurikulum dan materi pelajarannya tidak
keluar dari ruang lingkup agama Islam. Peneliti mengadakan penelitian di sini
karena saat ini kepala madrasah sedang gencar-gencarnya menyerukan
kesadaran salat berjemaah kepada santrinya.
4. Data dan Sumber Data
Data yang akan diperoleh pada penelitian kali ini adalah tindakan kepala
madrasah di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir untuk santrinya yang
51
mempunyai kesadaran rendah terhadap kewajibannya menjalankan salat,
informasi atau penjelasan kepala madrasah serta tujuan dari tindakan yang telah
dilakukannya.
Sumber data dari penelitian ini, kepada kepala desa Bedikulon, yang
merupakan perintis pertama berdirinya madrasah. Sumber selanjutnya yaitu
kepala Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir yang merupakan sumber utama
penelitian saat ini. Selain itu, sumber yang lain yaitu ustad dan ustazah
Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir, untuk memperkuat penjelasan kepala
madrasah dan dapat memberikan data tambahan tentang santri madrasah
tersebut.
Sumber data selanjutnya adalah santri Madrasah Diniyah Awaliyah An-
Nadzir yang dipilih oleh peneliti untuk diwawancari. Peneliti memilih 5 santri di
setiap kelas. Dengan pembagian kelas sebagai berikut:
a. Kelas 1 : santrinya terdiri atas kelas 1 dan 2 SD
b. Kelas 2 : santrinya terdiri atas kelas 3 SD
c. Kelas 3 : santrinya dari kelas 4 SD
d. Kelas 4 : santrinya dari kelas 5 SD
Peneliti mewawancarai 20 santri madrasah, yang dipilih berdAsar
kompetensi yang berbeda. Kompetensi yang dimaksud adalah santri yang
memiliki prestasi akademik di madrasah yang prestasinya sedang, rendah, dan
tinggi. Prestasi tersebut bisa dilihat dari buku rapornya. Peneliti juga akan
52
memilih santri yang akan diwawancarai berdasar keaktifan masuknya. Santri
akan terlihat keaktifannya masuk madrasah dari buku presensi.
Peneliti juga memperoleh data dari wawancara dengan wali santri. Wali
santri yang dipilih adalah mereka yang sering menjemput anaknya dan wali yang
dekat tempat tinggalnya dengan masjid serta yang jauh dengan masjid. Peneliti
akan mewawancarai 4 wali santri yang anaknya mempunyai jenjang berbeda
dalam madrasah. Untuk dokumen dan lainnya merupakan tambahan untuk
memperkuat dan memperjelas serta untuk bukti bahwa penelitian ini benar
adanya (fakta).
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab antara dua orang yang
bertujuan untuk bertukar informasi sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.1 Di sini, peneliti akan melakukan tanya jawab
secara intensif dengan kepala madrasah di Madrasah Diniyah Awaliyah An–
Nadzir.
Peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
Dengan wawancara terstruktur peneliti akan lebih mudah dalam melakukan
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), 319-320.
53
wawancara.Sebab, peneliti telah merancang terlebih dahulu pertanyaan serta
alternatif jawaban yang mungkin akan diutarakan oleh kepala madrasah.
Dengan demikian, sebuah wawancara akan menghasilkan data yang
diharapkan secara maksimal dan runtut. Dalam penelitian ini, peneliti juga
menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk menambah keakraban
antara peneliti dan narasumber. Pertanyaan yang dilontarkan juga tidak
terlalu berpatokan pada sebuah rencana yang telah tertulis, namun masih
tetap bertanya seputar upaya kepala madrasah dalam peningkatan kesadaran
salat fardu santri.
b. Observasi
Observasi adalah dAsar semua ilmu pengetahuan. Yang dihasilkan
oleh observasi ialah sebuah fakta mengenai dunia kenyaataan, diiringi alat–
alat canggih sehingga benda terkecil pun dapat diobservasi dengan jelas.2
Pada penelitian kali ini, observasi dilakukan dengan mengamati segala hal
yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, seperti mengamati
perilaku santri, kepala madarasah serta ustadz/ustadzahnya. Peneliti juga
tidak mengabaikan latar belakang madrasah dan kegiatan yang berada di
dalamnya.
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipatif. Peneliti akan terjun langsung ke lembaga Madrasah Diniyah
Awaliyah An–Nazir yang terletak di Desa Bedikulon ini sebagai tenaga
2Ibid, hlm.310-313.
54
pengajar. Hal tersebut bertujuan agar dapat memperoleh data yang maksimal
dan akurat. Dengan memasuki ranah madrasah dan mengikuti semua
kegiatan yang dilakukan di madrasah, akan membuat peneliti lebih dekat
dengan narasumber atau informan, yaitu kepala madrasah serta santri di
madrasah tersebut.
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa
berupa tulisan, gambar atau karya monumental seseorang. Hasil observasi
atau wawancara akan lebih kredibel jika didukung dengan sebuah dokumen
berupa foto-foto atau karya tulis akademik atau seni lainnya.3 Dokumentasi
yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengabadikan
kegiatan di Madrasah Diniyah Awaliyah dengan foto–foto, serta video
tentang program yang akan dilaksanakan oleh kepala madrasah dalam
peningkatan kesadaran salat fardu.
Rekaman juga merupakan pendokumentasian yang sangat
dibutuhkan. Dalam proses wawancara, tidak akan mungkin mencatat dengan
tangan atau hanya dengan sekadar mengingat apa saja yang diutarakan oleh
informan, namun membutuhkan alat perekam sehingga dapat didengarkan
kembali di rumah untuk menghindari ketidakakuratan jawaban dikarenakan
lupa.
3Ibid, hlm. 329.
55
6. Teknik Analisis Data
Mengacu pada pendapat Nasution, peneliti menggunakan analisis data
sebelum di lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan.4
a. Analisis sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan yang akan
digunakan untuk fokus penelitian. BerdAsarkan data yang diperoleh dari
suara orang tua yang mengeluh tentang rendahnya kesadaran dalam
menjalankan salat fardu anaknya. Peneliti membuat proposal yang fokusnya
akan meneliti upaya kepala madrasah dalam menangani masalah rendahnya
kesadaran salat di kalangan anak usia SD/MI. Karena Madarasah Diniyah
merupakan lembaga pendidikan nonformal yang mengajarkan dan
memfokuskan terhadap ajaran agam Islam, tentunya ada upaya kepala
madrasah sebagi pemimpin madrasah dalam rangka meningkatkan kesadaran
menjalankan salat fardu santrinya, yang masih usia SD/MI
b. Analisis selama di lapangan
Setelah berada di lapangan, peneliti akan menganalisis lagi
menggunakan model Miles dan Huberman berikut ini.5
1) Reduksi
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan yang
akan digunakan untuk fokus penelitian. Hal ini didAsari dari suara orang
4Ibid. hlm.336.
5Ibid, 338.
56
tua yang mengeluh tentang rendahnya kesadaran anaknya dalam
menjalankan salat fardu. Peneliti membuat proposal yang fokusnya akan
meneliti upaya kepala madrasah dalam menangani masalah rendahnya
kesadaran salat di kalangan anak usia SD/MI.
Karena data yang telah diperoleh dari lapangan masih sangat
banyak dan rumit, dilakukanlah reduksi data, yaitu merangkum dan
meringkas data sehingga dapat diperoleh data yang benar–benar penting
dan dibutuhkan. Semakin lama penelitian yang dilakukan, akan semakin
banyak pula data yang diperoleh. Sebab itu, dalam tahap reduksi ini
dipilah–pilah mana data yang dibutuhkan dan mana data yang kurang
dibutuhkan.
Misalkan di lapangan, peneliti memperoleh banyak data tentang
kebijakan–kebijakan yang dibuat kepala madrasah, namun fokus
penelitian hanya pada upaya kepala madrasah dalam peningkatan salat
fardu santri, data yang keluar dari pembahasan tersebut harus
disingkirkan.
2) Penyajian data (Display)
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan
data, biasanya data kualitatif akan disajikan dengan teks yang bersifat
naratif. Setelah data tentang upaya kepala madrasah dalam meningkatkan
kesadaran santri terkumpul, data disajikan dengan menggunakan
57
subtema, mana yang harus didahulukan dan mana yang terletak di bagian
akhir sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Selain disajikan secara naratif, display data juga dapat dibuat
grafik atau matrik untuk memudahkan membaca. Dengan menggunakan
grafik atau matrik tanpa memahami kalimat per kalimat, pembaca sudah
dapat memahaminya melalui grafik atau matrik yang tepat.
3) Verifikasi
Verivikasi ini merupakan langkah terakhir dalam analisis data,
yaitu penarikan kesimpulan sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti yang kuat terhadap data. Kesimpulan yang diharapkan
adalah sebuah deskripsi yang berupa temuan baru atau yang sebelumnya
bersifat remang–remang menjadi lebih jelas.
Kesimpulan dari penelitian yang berjudul Upaya Kepala
Madrasah dalam Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu bagi Santri
Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir Tahun Pelajaran 2017– 2018,
diharapkan dapat menemukan inovasi–inovasi terbaru tentang strategi
atau upaya sebuah lembaga terutama seorang kepala lembaga pendidikan
untuk meningkatkan kesadaran santrinya dalam menjalankan salat. Di
samping itu, inovasi-inovasi tersebut dapat diaplikasikan serta menjadi
khasanah keilmuan baru bagi pada lembaga pendidikan lain.
58
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Uji keabsahan data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
perpanjangan pengamatan. Peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan
pengamatan dan wawancara lagi. Dengan kegiatan ini, hubungan antara peneliti
dan narasumber akan semakin menyatu dan data yang akan diperoleh akan
semakin kredibel. Sebab, sebelumnya kehadiran peneliti masih dianggap orang
asing, sehingga mungkin kepala madrasah pun juga kurang terbuka atau masih
sungkan dalam menjawab pertanyaan dari peneliti.
Penelitian yang diperpanjang otomatis akan semakin lama peneliti
berada di lingkungan madrasah untuk sebanyak–banyaknya menggali data, dan
tujuan untuk membuat kepala madrasah atau ustadz–ustadzahnya memberikan
info dan data sebanyak–banyaknya tanpa ada yang ditutupi lagi. Sebab peneliti
sudah dianggap sebagai anggota mereka. Dengan demikian, akan semakin
optimal penelitian yang akan dilakukan.
8. Tahapan-Tahapan Penelitian
Yang dilalui peneliti dalam penelitiannya adalah sebagai berikut:
a. Tahapan pra lapangan
Tahapan pra lapangan dilalui ketika peneliti belum memasuki
lapangan dan masih akan membuat proposal penelitian. proposal tersebut
digunakan sebagai pengajuan untuk mengadakan penelitian di Madrasah
Diniyah Awaliyah An–Nadzir. Dalam tahap ini, peneliti hanya
59
mengamati dari luar madrasah belum ikut bercampur dalam kegiatan
madrasah.
b. Tahapan pekerjaan lapangan
Tahap selanjutnya, peneliti mulai mengadakan penelitian, dengan
menemui kepala madrasah untuk meminta melakukan penelitian di
Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir. Dan peneliti mulai
mengadakan pengamatan dengan menjadi tenaga pengajar madrasah.
Dengan demikian, semakin lama berkecimpung di madrasah, akan lebih
valid data yang diperoleh.
c. Tahapan analisis data
Setelah data diperoleh dari tahap pekerjaan lapangan, saatnya
peneliti menganalisis data mana yang penting dan mana data yang tidak
begitu penting sehingga dapat disajikan menjadi sebuah hasil yang runtut
dan bagus, yaitu tentang upaya kepala madrasah dalam meningkatkan
kesadaran salat santrinya.
60
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Data Umum
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Berdirinya Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir berawal dari
keprihatinan dan perhatian Kepala Desa Bedikulon, yaitu Bapak
Lukmanul Hadi. Banyak orang tua yang mengeluh tentang pengetahuan
agama anaknya yang sangat kurang. Hal tersebut terlihat dari sulitnya
anak untuk mengerjakan salat dan malasnya mereka untuk mengaji serta
ibadah amaliah lainnya.
Mayoritas orang tua di Desa Bedikulon ingin anaknya mengenal
agama. Memang, di sekolah pagi, anak-anak menerima pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Namun, di sana, pelajaran agama yang
diperoleh sangat kurang. Sebab, di sekolah pagi tercampur dengan
pelajaran umum sehingga, waktu untuk pelajaran umum lebih banyak
daripada waktu untuk pelajaran agamanya.. Beranjak dari persoalan di
atas, Kepala Desa mempunyai inisiatif untuk mendirikan sebuah
Madrasah Diniyah Awaliyah yang hanya berfokus pada pelajaran agama
Islam.
Akhirnya dengan mandat dari Kepala Desa Bedikulon dan dari
masyarakat serta para ulama di Desa Bedikulon, pada taggal 25 Januari
61
2010 dimulailah pembelajaran untuk kali pertama di Madrasah Diniyah
Awaliyah An-Nadzir.
Dinamakan An-Nadzir karena arti An-Nadzir adalah mencegah
bahaya. Kepala Desa berharap madrasah ini dapat mejaga dari segala
bahaya, yaitu bahaya kerusakan moral generasi masa depan. Hal tersebut
dapat terlihat dalam kutipan berikut.
“Begini, kan saya baru diangkat menjadi kepala desa untuk yang
kedua kalinya. Di situ saya banyak sekali mendengar keluhan dari
masyarakat. Kata mereka pendidikan agama anaknya sangat
kurang. Mereka kebanyakan kurang peduli dengan salatnya, dan
malas dalam mengaji serat ibadah amaliyah yang lain. Akhirnya
saya berinisiatif untuk mendirikan Madrasah Diniyah. Madrasah
tersebut awal berdirinya pad tanggal 25 Januari 2010. Dan kenpa
saya beri nama An-Nadzir, karena An-Nadzir artinya mencegah
dari segala bahaya. Ya saya maksudkan, dengan adanya madrasah
ini dapat mencegah bahaya kerusakan moral generasi penerus
bangsa ini.”1
Pada awal berdirinya, madrasah ini masih sangat sederhana.
Pembelajarannya pun dilaksanakan di masjid Ar-Rahmah. Dimulai dari
membaca iqra’ bagi yang masih iqra’, dan membaca Alquran bagi yang
sudah tamat iqra’. Hal ini senada dengan kutipan jawaban dari Kepala
Desa Bedikulon berikut.
“Awalnya madrasah ini bertempat di masjid Ar-Rahmah. Disana
hanya diisi dengan kegiatan mengaji iqra’dan Alquran.”2
Pada awal berdirinya madrasah ini, ada 7 pengajar yang kali
pertama diminta oleh Kepala Desa mengajar di madrasah. mereka adalah
Ustad Muhid, Ustad Tohari Yusuf, Ustad Muhammad Sofi, Ustad syaiful
1 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/05-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
2 Ibid.
62
Amin, Ustad Imam Bashori, Ustad Luki Zakariya dan Ustad Syaifudin.
Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
“Dulu itu saya termasuk angkatan pertama. Dan yang lain itu ada
ustad Muhid, ustad Tohari Yusuf, ustad Syaifuddin, ustad Luky
Zakariya, ustad Imam Bashori, ustad Syaiful Amin. Iya itu
pengajar angkatan pertama. Dan yang menjadi kepala madrasah
saat itu adalah Ustad Muhid.”3
Ustad-ustad yang menjadi pengajar pertama di madrasah diniyah
awaliyah ini juga dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Yang pertama mengajar itu seingat saya ada 7. Pak Muhid, mas
Sofi, mas Yusuf, mas Ipul, mas Pudin, mas Bash, dan mas
Lukik.”4
Yang tersebut di atas adalah nama panggilan dari ustad yang telah
disebutkan pada kutipan sebelumnya. Semua ustad di atas merupakan
masyarakat desa Bedikulon yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
menjadi tenaga pengajar di madrasah yang baru didirikan. Pertimbangan
pemilihan tenaga pengajar tersebut, yaitu mereka lulusan dari pondok
pesantren dan dianggap lebih dalam pengetahuan agamanya. Berikut
kutipan jawabannya.
“Karena menurut saya mereka adalah lulusan pondok pesantren,
dan pastinya mereka berkompeten dalam hal ini. Jadi saya
menghubungi mereka dan meminta mereka untuk menjadi
pengajar di Madrasah Diniyah.”5
Namun madrasah itu sekadar berdiri, belum mempunyai Surat
Keputusan (SK) pendiran Marasah Diniyah Awaliyah. Baru setahun
3 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
4 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/W/05-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
5Ibid.
63
setelah berdiri, An-Nadzir mepunyai SK pendirian dari Kementerian
Agama kabupaten Ponorogo.
“Belum, masih setahun setelah berdiri kami mendaftarkannya ke
Kementerian Agama. Untuk tepatnya nanti berkasnya ada di
kantor Madrasah.”6
Di awal berdirinya madarasah, dana untuk operasionalnya seperti
pembelian buku serta alat tulisnya masih berasal dari Anggaran Desa.
Namun setelah ada SK pendirian, madrasah sudah mulai mempunyai
sumber dana, yaitu dari Biaya Operasional Madrasah Diniyah (BOSDA).
Berikut kutipannya.
“Untuk dana awalnya dari anggaran desa, namun setelah di
daftarakan ke KEMENAG dan dibuatkan SK dananya dari
BOSDA madrasah.”7
2. Visi, Misi dan tujuan Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Madrasah diniyah ini juga mempunyai visi, misi dan tujuan yang
akan dicapai. Berikut ini visi, misi dan tujuannya.8
a. Visi Madrasah
Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir memiliki visi,
menjadikan generasi Islam yang beraqidah kuat, berakhlakul karimah,
berprestasi tinggi dan bermanfat bagi lingkungannya.
b. Misi Madrasah
Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir juga mempunyai misi,
yaitu:
6 Ibid.
7 Ibid.
8Lihat transkrip dokumentasi nomor: 13/D/11-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
64
1) mampu membaca Alquran dengan baik dan benar;
2) mampu mengamalkan dan mengerjakan perintah Allah dengan
ikhlas;
3) menjadi seserang yang berguna bagi lingkungannya.
c. Tujuan madrasah
Adapun tujuan Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir adalah:
1) mendidik dan membina santri agar mampu membaca dan menuis
serta memahami isi Alquran dengan baik dan benar;
2) memberikan dasar-dasar agam Islam dan membiasakan
berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Profil Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Berikut adalah profil dari madrasah yang dijadikan peneliti
sebagai lokasi penelitian.9
a. Nama Sekolah / Madrasah Diniyah : AN- NADZIR
b. Izin penyelenggaraan /Operasional :
1) Nomor dan Tanggal Izin : DT Aw/ 0429/ 2014
25 Januari 2011
2) Terhitung Mulai Tanggal (TMT) : 25 Januari 2011
c. Jalan : Ahmad Yani
d. Desa / Kelurahan : Bedikulon
e. Kecamatan : Bungkal
f. Kabupaten : Ponorogo
9 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 15/D/11-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
65
g. Provinsi : Jawa Timur
h. Kode Pos : 63462
Telepon : 081335111945
4. Identitas Kepala Madrasah
Sebagai objek penelitian, berikut identitas dari kepala Madrasah
Diniyah Awaliyah An-Nadzir.10
a. Nama Lengkap : Mohamad Sofi S.Pd.I.
b. Pendidikan Terakhir : S1
c. Jurusan/Spesialisasi : Pendidikan Agama Islam
d. Nomor SK Pengangkatan : 188.45/ 09/ 19/ 2014
e. Tanggal pengangkatan : 1 Juni 2017
f. TMT : 1 Juni 2014
g. Pejabat yang mengangkat : Kepala Desa Bedikulon
Sebagian besar, ustad maupun ustazah yang mengajar di madrasah
ini adalah rekrutan dari Kepala Desa Bedikulon. Begitu juga dengan ustad
Muhammad Sofi. Berikut kutipannya.
“Awalnya kan bapak kepala desa menghubungi saya ketika dulu
baru lulus dari pondok Mayak, Darul Huda itu. Dia meminta saya
untuk menjadi pengajar di Madrasah Diniyah, yang masih akan
didirikan. Terus saya menjawab. Iya. Ya itu awal mulanya saya
masuk madrasah.”11
Beliau juga menuturkan bagaimana proses pengangkatannya
sebagai kepala madrasah yang merupakan akibat kekosongan jabatan dari
10 Lihat transkrip dokumentasia nomor: 14/D/11-V/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
11 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
66
Ustad Muhid yag telah mengundurkan diri seusai melaksanakan ibadah
haji. Akhirnya, hasil musyawarah memilih Ustad Muhammad Sofi sebagai
kepala madrasah baru di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir. Berikut
kutipan dari wawancara peneliti dengan Bapak Muhammad Sofi.
“Saya menjadi kepala madrasah masih dua tahun berjalan ini. Jadi
sejak tahun 2017, saya menjabat sebagai kepala madrasah. Kan
tahun 2016 ustad Muhid naik haji, sejak itu tugas kepala madrasah
dibebankan kepada saya. Setelah beliau pulang dari sana malah
mengundurkan diri sebagai kepala. Setelah itu pihak madrasah
mengadakan musyawarah dan akhirnya saya terpilih menjadi
kepala madrasah di sini.”12
Sebagai seorang kepala madrasah, ustad Muhammad Sofi pernah
melakukan pelatihan-pelatihan guna meninjang profesinya. Berikut
pelatihan serta seminar yang pernah diikuti oleh ustad Muhammad Sofi.
NO TAHUN JENIS PELATIHAN TEMPAT
1 2016 Pelatihan kurikulum k 13 Rumah Makan
Marno
2 2017 Seminar peningkatan
profesionalisme guru
Aula
KEMENAG
3 2017 Peningkatan kualitas Guru
Madin
MTS Al Ishlah
Bungkal
Tabel 4.1
Hal di atas sesuai dengan kutipan berikut ini.
Tahun 2016 kemarin ada pelatihan kurikulum 2013 di Rumah Makan Bu Marno
Bungkal, tahun 2017 Seminar peningkatan profesionalisme guru di Aula
Kemenag, dan yang terakhir tahu 2018 saya pernah mengikuti seminar
Peningkatan kualitas Guru Madin di Madrasah Aliyah Al-Ishlah.13
12 Ibid.
13 Ibid.
67
5. Domisili Madrasah
Madrasah Diniyah An-Nadzir berdomisili di SDN 2 Bedikulon.
Tepatnya, di Jalan Ahmad Yani No. 08 Desa Bedikulon, Kecamatan
Bungkal, Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut tampak dari kutipan berikut.
“Iya sejak dulu memang bergabung dengan gedung SD, soalnya
kan pihak madrasah bekerja sama dengan pihak SD. Jadi semua
santri disini adalah murid SDN 2 Bedikulon.’14
6. Susunan Pengurus
Susunan kepengurusan di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
tergolong sangat lengkap. Di sana, ada Kepala Madrasah, Komite
Madrasah, Sekretaris, bendahara, Wakil Kepalaa Kurikulum, Wakil
Kepala Kesiswaan dan Tata Usaha. Berikut struktur kepengurusan di
Madrasah ini.15
1. Kepala Madrasah : Muhammad Sofi S.Pd.I
2. Komite Madrasah : Drs.Imam Barokah M.S.I
3. Bendahara : Erlin MilAsari
4. Sekertaris : Via Febriyanti
5. Waka Kurikulum : Sartika Diana Pratiwi
6. Waka Kesiswaan : Aprila Saintin Ferin
7. Tata Usaha : Wahyui Qoiri Baiturochmah
14 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 15/D/11-V/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
15 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 18/D/11-V/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
68
7. Data ustad dan Ustazah
Agar pembelajaran dapat terlaksana, diperlukan tenaga pegajar,
yaitu ustad dan ustazah. Di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir,
semua ustad dan ustazahnya berasal dari Desa Bedikulon. Hal itu
diinstruksikan oleh Kepala Desa untuk memberdayakan potensi anak
muda di desa Bedikulon. Berikut kutipan tentang hal tersebut.
“Iya, kemarin tahun 2016 setelah lulus dari pondok. saya
dihubungi oleh ustad Bash. Yang kebetulan rumahnya itu depan
rumah saya. Saya diajak untuk ikut mengajar di MADIN . dan itu
menjadi awal mula saya bergabung di sini.”16
Kutipan di atas adalah kutipan jawaban ustazah Erlin MilAsari
yang merupakan sekertaris dari Madrasah Diniyah Awaliiyah An-Nadzir.
Dan untuk awal mula ustazah Via masuk ke madrasah, berikut kutipan
jawabannya.
“Ya awalnya saya kan baru lulus kuliah, dan dihubungi ustad Sofi
diminta untuk membantu mengajar di madrasah. terus kebetulan
pas hari itu saya kosong ya saya akhirnya berangkat, sampai
sekarang.”17
Dan untuk Ustazah Sartika Diana Pratiwi, berikut kutipan cerita
awal mula beliau masuk ke madrasah.
“Iya, dulu itu ustad Sofi datang ke rumah. Beliau meminta saya
untuk membantu mengajar di MADIN. Dan bilang kalau ada
temannya ustazah Wahyu itu yang sudah mengajar di MADIN.
Begitu. Jadi saya Bismillah berngkat dan sampai sekarang ini.”18
16 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
17 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W/11-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
18 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W/16-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
69
Namun, sejak awal pendirian sering ustad dan ustazahnya
berganti. Dalam laporan penelitian saat ini, peneliti akan menyajikan data
ustad dan ustazah yang terbaru selama Ustad Muhammad Sofi menjabat
sebagai kepala madrasah. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut.
“Untuk ustad dan ustazahnya selama saya menjabat sebagai
kepala madrasah itu ada 9. Dan yang masih bertahan sejak awal
berdiri sampai saat ini hanya tinggal 3, termasuk saya. Ustad
Imam Bashori, ustad Syaiful Amin, ustazah Erlin MilAsari,
ustazah Sartika Diana Pratiwi, ustazah Via Febriyanti, ustazah
Aprila Saintin Ferin, ustazah Wahyu Qoiri Baiturrohmah dan
anda sendiri.”19
Untuk lebih jelasnya, data ustad serta ustazah Madrasah Diniyah
An-Nadzir akan disajikan dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
8. Data Santri
Santri Madrasah Diniyah Awaliyah mayoritas berasal dari Desa
Bedikulon, hanya ada satu dua dari desa lain. Mereka yang dari desa lain
karena sekolah paginya di Desa Bedikulon. Mayoritas usia santri
Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir adalah usia SD/MI. Hanya dua
santri yang yang masih TK. Sesuai dengan kutipan jawaban dari Ustad
Muhammad Sofi berikut.
“Iya memang mayoritas santrinya berasal dari desa Bedikulon,
hanya satu dua yang berasal dari luar Bedikulon. Mereka itu yang
sekolah paginya di SDN 2 Bedikulon maka MADIN nya juga
disini.”20
Hal serupa juga dipaparkan oleh Ustazah Erlin MilAsari, berikut
kutipannya.
19 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
20 Ibid.
70
“Iya hampir semua dari Bedikulon. Hanya ada 2 anak yang berasal
dari Mojopitu dan 1 dari Bancar.”21
Pembagian kelas berdasarkan jenjang sekolah paginya dan tingkat
membaca Alqurannya. Kelas 1 untuk santri yang sekolah paginya kelas 1
dan 2 dan sudah Alquran. Kelas 2 untuk santri yang kelas 3 SD dan sudah
mencapai tingkat Alquran. Kelas 3 untuk kelas yang santrinya siswa
kelas 4 SD dan sudah Alquran. Terakhir, kelas tertinggi, yaitu kelas 4.
Kelas 4 diisi oleh santri yang sudah kelas 5 SD dan yang sudah Alquran.
Berikut kutipan wawancara peneliti dengan Ustad Muhammad Sofi.
“Kelas 1 – 4 itu diperuntukkan untuk santri yang sudah Al-Quran.
Dan untuk rinciannya yang kelas 1 dan 2 SD kami tempatkan di
kelas 1 MADIN. Yang kelas 2 MADIN untuk santri yang kelas 3
SD. Kelas 4 SD kami tempatkan di kelas 3 MADIN. Dan yang
terakhir kelas 4 MADIN diisi kelas 5 SD.” 22
Peneliti juga menanyakan hal serupa kepada Ustazah Erlin, dan
berikut kutipannya.
“Untuk kelas 1 itu digunakan untuk santri yang keals 1 dan 2 SD.
Kelas 2 untuk kelas 3 SD. Kelas 3 untuk kelas 4 SD. Dan kelas 4
untuk kelas 5 SD.”23
Untuk yang masih iqra’ meskipun sudah kelas atas, santri akan
ditempatkan di kelas TPQ. Sebagian besar, santri di sana masuk
Madrasah Diniyah untuk memperdalam ilmu agama yang belum mereka
dapat di sekolah pagi. Sebab dalam madrasah Diniyah ini, hanya fokus
pada ilmu agama..24 Berikut peneliti akan menyajikan tabel tentang
jumlah santri dan pembagian kelasnya.
21 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
22 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
23 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
24 Lihat transkrip observasi nomor: 19/O/11-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
71
No. Kelas L P Jumlah
1. I 24 19 34
2. II 8 13 21
3. III 13 6 19
4. IV 6 12 18
Jumlah 92
Tabel 4.2
Jumlah tersebut dapat terlihat dari kutipan dari wawancara kepada
Ustad Muhammad Sofi berikut.
“Saat ini jumlah santri ada sekitar 90an. Untuk lebiih jelasnya
nanti anda biasa meminta ke Tata Usaha Madin, ustazah
Wahyu.”25
Selanjutnya, dari wawancara dengan Ustazah Erlin Milasari
tentang jumlah santri di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir, berikut
jawabannya.
“Untuk santri yang belajar di sini itu ada 92 santri.”26
Dan jumlah santri yang belajar di Madrasah Diniyah Awaliyah ini
tahun ini mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan jumlah murid
kelas 1 SD juga meningkat. Sesuai dengan kutipan berikut.
25 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
26 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
72
“Kalau untuk tahun ini ada peningkatan. Karena semakin banyak
murid kelas 1 SD yang masuk, maka akan semakin banyak pula
yang masuk MADIN.”27
B. Data Khusus
1. Kesadaran Salat Santri di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Sebelum menuju kepada keaktifan santri dalam menjalankan
ibadah salat fardu, peneliti akan mengulas minat santri dalam
menjalankan salat. Minat adalah suatu sifat psikologis yang menimbulkan
perasaan ingin tahu, senang, perhatian, dan kesadaran bahwa sesuatu itu
berhubungan dengannya.
Minat sangat mempengaruhi hasil belajar. Belajar dengan minat
akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Begitu juga dengan salat.
Santri harus mempunyai minat untuk menjalankan salat fardu. Dengan
minat, ia merasa senang dan tertarik untuk menjalankan salat.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan kepala madrasah,
kesadaran dalam menjalankan salat sebagian santri itu masih rendah.
Perlu upaya yang harus disegerakan supaya masalah tersebut cepat
teratasi. Sebab salat adalah hal paling penting dalam beragama Islam.
“Kesadaran salat santri menurut saya masih rendah. Dan harus
segera diupayakan untuk mengatasinya. Karena salat sangat
penting dalam Islam.”28
Berdasarkan hasil wawancara dengan ustazah Erlin Milasari,
peneliti juga mendapatkan informasi bahwa mayoritas para santri sangat
27Ibid.
28 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/W/30-III/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
73
sulit untuk menjalankan salat fardu. Meskipun sudah pasti akan diberikan
hukuman untuk anak yang tidak mau menjalankan salat. Mereka belum
menyadari betapa pentingnya salat bagi kehidupannya di akhirat kelak.
Tidak cukup dengan hukuman, bahkan ustad dan ustazah mencari ke
sawah belakang madrasah karena tidak jarang santri berlari dan
bersembunyi di sana. Hal ini tampak pada kutipan berikut ini.
“Kesadaran salat santri disini tergolong masih rendah. Mereka
masih selalu menghindar untuk mengerjakan salat. sampai-sampai
pernah ustad Syaiful mengejar anak yang lari ke sawah belakang
madrasah. mereka lari saat adzan Asar dikumandangkan, dan
waktunya berjemaah di masjid.”29
Hal senada juga dituturkan oleh Via Febriyanti, seorang ustazah
yang baru masuk setahun ini di madrasah. Beliau mengatakan bahwa
kesadaran salat santri masih rendah, dan saat ini sedang dilakukan upaya
penanganan hal tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat pada hasil
wawancara berikut ini.
“Setahu saya selama setahun ini, memang sedikit kurang untuk
kesadaran santri dalam menjalankan salat. oleh karenanya saat ini
ustad Sofi sedang gencar dalam program peningkatan kesadaran
salat ini.”30
Peneliti juga mewawancarai seorang ustazah di madrasah ini,
yakni ustazah Sartika Diana Pratiwi. Dikatakan bahwa kesadaran dalam
salat para santri masih sangat rendah. Hal seperti ini dibuktikan dari
sulitnya mereka ketika disuruh untuk salat berjemaah Asar setelah
sekolah di madrasah usai. Tidak hanya itu, mereka masih ramai ketika
29 Lihat transkrip wawancara nomor: 04/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
30 Lihat transkrip wawancara nomor: 06/W/11-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
74
menjalankan salat. Hal seperti ini tampak pada kutipan hasil wawancara
berikut ini.
“Sejauh pengamatan saya di sini kesadaran salat santri tergolong
rendah. Ya terbukti dari sulitnya mereka untuk di suruh salat Asar
di masjid seusai MADIN. Dan mereka masih ramai saja waktu
salat.”31
Untuk mengetahui bagaimana kesadaran salat santri di MADIN
An-Nadzir peneliti mengadakan observasi dan wawancara, dan hasilnya
adalah sebagai berikut.
a. Tetap menjalankan salat meskipun tidak lima waktu
Hasil wawancara terhadap 5 santri (S) dari kelas 1. Hanya
satu yang menjawab dia salat lima waktu, itupun karena dimarahi
ibunya. Berikut kutipan jawabannya.
“Iya, saya salat 5 waktu. Karena dimarahi ibu.”
Ketika peneliti menanyai salat apa yang jarang dilaksanakan,
jawabannya pun berbeda. Ada yang menjawab jarang salat Subuh
karena masih mengantuk, dan tidak disuruh orang tuanya. Salat
Magrib dan Isa’ juga jarang mereka kerjakan karena mereka masih
asik menonton televisi.
S1 : “Tidak. Saya sering tidak salat Isa’ karena sudah
ngantuk.”
S2 “Saya salatnya Cuma Dhuhur dan Magrib. Soalnya di ajak
ayah ke masjid.
S3 “Saya salat Dhuhur dan Magrib. Karena masih kecil.”
31 Lihat transkrip wawancara nomor: 07/W/16-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
75
S4 : “Saya sering tidak salat Subuh. Ngantuk banget. Jadi
Cuma 4 kali sehari.”32
Hal tersebut juga diperkuat oleh jawaban salah satu wali
santri kelas 1. Ia mengatakan salat anaknya masih bolong-bolong.
Berikut kutipannya.
“Kalau anak saya itu masih bolong-bolong salatnya. Kadang
Isa’, kadang Cuma Magrib. Kalau pas hatinya terbuka bisa 2
sampai 4 kali.33
Peneliti melanjutkan mewawancarai santri kelas 2 MADIN
tentang salat lima waktunya. Dari 4 orang santri, di sini juga hanya 1
yang menjawab ia menjalankan salat 5 waktu. Jawaban mengapa
tidak salat juga hampir sama dengan anak kelas 1. Mereka tidak salat
Magrib karena masih menonton TV dan tidak salat Subuh karena
masih mengantuk. Namun, ada satu jawaban berbeda dari satu santri
laki-laki. Ia jarang melakukan salat Asar karena masih bermain di
lapangan. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.
S1 : “Saya sering tidak salat Asar. Karena masih di
32 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/30-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
33 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
76
lapangan.”
S2 : “Saya sering kesiangan bangun jadi tidak salat Subuh.”
S3 : “Saya nonton Upin Ipin kalau Magrib Acara TV bagus
kalau Magrib. Jadi saya sering tidak Magriban.”
S4 : “Jarang salat Subuh karena masih mengantuk.”34
Menurut salah satu wali santri kelas 2 yang telah
diwawancarai oleh peneliti, anaknya memang sangat susah
dibangunkan ketika salat Subuh. Berikut kutipan hasil wawancaranya.
“Biasanya anak saya itu yang tidak mengerjakan salat itu pas salat subuh.
Dia itu sangat sulit dibangunkan.”35
Untuk kelas 3 MADIN, hanya 1 dari 5 anak yang menjawab
bahwa ia melakukan salat 5 waktu. Mereka sering meninggalkan salat
Asar, Magrib dan Subuh. Berikut kutipan wawancara dengan 5 santri
dari kelas 3 MADIN, tentang salat apa yang sering ia tinggalkan.
S1 : “Asar, karena masih bermain di lapangan. S2 : “Asar. Karena masih main.”
S3 :“Subuh, karena belum bangun.”
S4 :”Subuh dan Asar. Subuh karena kesiangan dan Asar
masih belum
pulang.”
S5 : “Maghrib, karena acara TV bagus-bagus.”36
Menurut wali santri, anakanya memang setiap sore pergi ke
lapangan untuk bermain sepak bola. Sehingga tidak mau menjalankan
salat Asar. Kondisi tersebut sesuai dengan kutipan berikut.
“Kan anak saya laki-laki , setiap sore pasti ke lapangan,
bermain bola, dia sering pulang Magrib. Jadi kan tidak salat
34 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/02-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
35 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
36 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/05-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
77
Asar. Paling dia itu tidak ke lapangan pas MADIN nya
masuk.”37
Selanjutnya, Santri kelas 4 rata-rata sudah melaksanakan salat
5 waktu. Keempat santri yang telah peneliti wawancarai, mereka
mengatakan bahwasanya salat itu wajib. Karena itu, mereka
melaksanakan secara tertib dan tepat 5 waktu. Hal seperti ini tampak
pada beberapa kutipan atas pertanyaan salat apa yang sering mereka
tinggalkan berikut.
S1 : “Tidak ada. Nanti berdosa”
S2 : “Tidak ada. Karena salat itu wajib.”
S3 : “Tidak ada. Nanti dimarahi Allah Tidak ada. Tetapi
pernah pas kesiangan bangun terus tidak salat Subuh
karena cepat-cepat ke sekolah.”
S4 : “Tidak ada. Salat itu wajib lo ustazah.”38
Jawaban di atas sepertinya sedikit berbeda dengan wawancara
peneliti terhadap wali santri salah satu santri kelas 4. Ia mengatakan,
bahwa anak perempuannya masih asik menonton TV ketika waktu
Magrib telah tiba, berikut kutipannya.
“Anak saya itu kalau sudah duduk di depan TV, apalagi
waktu Magrib, sudah tidak bisa diganggu.”39
b. Menunggu perintah orang tua
Untuk memperoleh data tentang kesadaran salat satri yang
tidak lagi menunggu perintah orang tua, peneliti mengadakan
wawancara dengan 5 santri di kelas 1. Hanya satu anak yang
37 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
38 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/07-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
39 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
78
menjawab tidak menunggu perintah orang tua ketika akan
mengerjakan salat. berikut kutipan jawaban mereka.
S1 : “Iya. Kalo ibu belum marah-marah ya belum
salat.”
S2 : “Iya. Kan kewajiban orang tua.”
S3 : “Iya. Kan masih kecil.”
S4 : “Iya. Enakan main.”
S5 :: “Tidak. Salat itu kan perintah Allah.”40
Selanjutnya untuk kelas 2, peneliti juga menemukan hal yang
sama. Hanya ada satu santri yang menjawab tidak menunggu perintah
orang tua ketika akan menjalankan salat. Hal ini seperti seperti
ungkapan para santri dalam kutipan berikut.
S1 : “Iya. Ayah pasti marah-marah terus teriak-teriak kalau
saya belum salat”
S2 : ”Tidak. Salat sendiri.”
S3 : “Iya. Kalau nenek tidak menyuruh ya tidak salat.”
S4 : “Iya. Biasanya ibu membawakan air satu teko kalau saya
belum salat.”
S5 : “Iya. Kan saya belum baligh, jadi belum wajib salat.”41
Untuk kelas selanjutnya, yaitu kelas 3, di sini mulai berbeda
jawaban-jawaban dari santri yang diwawancarai. Ada 3 dari 5 santri
yang menjawab tidak menungu perintah orang tua jika akan
mendirikan salat. Berikut peneliti akan menyajikan kutipan-kutipan
tentang hasil wawancara yang telah dilakukan.
S1 : “Iya. Kalau orang tua belum teriak-teriak ya belum
berangkat salat.”
S2 : “Iya. Biasanya kalau diajak ayah salat ke masjid ya salat.
kalau tidak ya tidak.”
S3 :“Tidak. Kan sudah besar jadi ya harus salat.”
40 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/30-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
41 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/02-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
79
S4 : “Tidak. Kalau di mushola sudah adzan ya terus ke
mushola salat.”
S5 : “Tidak. Harus sadar sendiri kalau salat itu ustazah.”42
Yang terakhir adalah kelas 4 MADIN, dan ternyata masih
lebih baik kelas 3 tingkat kesadaran salatnya. Sebab, hanya ada 2
santri yang menjawab tidak menunggu perintah orang tua. Berikut
kutipan tentang ungkapan-ungkapan mereka.
S1 : “Iya. Ayah biasanya yang menyuruh salat.”
S2 : “Iya. Ibu itu lo sering marah-marah kalau belum salat.
Terus saya memang menunggu itu.”
S3 “Iya ustazah. Ibu yang sering nyuruh-nyuruh salat.”
S4 :“Tidak. Udah besar ga perlu salat menunggu perintah
orang tua.”
S5 : “Tidak. Harus sadar sendiri ustazah.”43
c. Jarang melaksanakan salat fardu di masjid
Lima santri kelas 1 yang diwawancarai oleh peneliti tidak ada
satupun yang menjalankan salat di masjid. Salah satu dari mereka
melontarkan jawaban bahwasannya di masjid tidak ada temannya.
Lalu, ada lagi yang mengatakan bahwa di masjid itu salatnya lama.
Berikut kutipan jawaban mereka.
S1 : “Saya salat di rumah. Di masjid tidak ada teman.”
S2 : “Tidak. Di rumah saja.”
S3 :”Tidak. Di rumah saja enak. Cepet.”
S4 : “Tidak. Di masjid itu slatnya lama.”
S5 : “Tidak. Tidak ada temannya.”44
42 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/05-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
43 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/07-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
44 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/30-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
80
Hal tersebut juga diperkuat dengan jawaban wali santrinya.
Dia mengatakan anaknya tidak mau salat di masjid dengan alasan
temannya tidak ada. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sutris
berikut.
“Tidak. Katanya tidak ada temannya.”45
Untuk santri kelas 2, hanya 1 dari 5 santri yang menjawab dia
melaksanakan salat di masjid. Berbagai alasan mereka ungkapkan
seperti dalam kutipan berikut.
S1 : “Tidak. Tidak ada temannya.”
S2 : “Tidak. Orang tua salat di rumah.”
S3 : “Tidak. Orang tua tidak salat.”
S4 : “Tidak. Kan orang tua juga salat di rumah.”
S5 : “Iya. Diajak orang tua. Pas waktu Magrib.”46
Ungkapan-ungkapan di atas diperkuat dengan jawaban wali
santri yang mengatakan bahwa anaknya pergi ke masjid jika waktu
magrib. Sesuai kutipan jawaban berikut.
“Ya kalau Magrib biasanya ke masjid.”47
Selanjutnya, wawancara dengan kelas 3 hasilnya adalah
sebagai berikut. Ada 4 dari 5 santri yang menjawab dia sering salat
jemaah di masjid. Bahkan ada yang mengatakan bahwa dia akan
mendapat pahala yang berlipat jika salat jemaah di masjid, serta ada
yang ternyata sudah sering menjadi muadzin di masjid. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan di bawah ini.
45 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
46 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/02-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
47 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
81
S1 : “Iya. Kan asik bisa adzan disana.”
S2 : “Iya. Kan sering disuruh adzan sama pak kyai.”
S3 : “Iya. Karena kalau jemaah di masjid itu pahalanya
berlipat-lipat.”
S4 : “Iya. Kata ustad kalau salat jemaah di masjid, banyak
pahalanya.”
S5 : “Tidak. Masjidnya jauh.”48
Wali santrinya pun menguatkan dengan mengatakan benar,
sering ke masjid, apalagi kalau Magrib, anaknya sekalian mengaji di
sana seperti kutipan berikut ini.
“Magrib ke masjidnya, sekalian ngaji disana setiap habis Magrib.”49
Untuk kelas terakhir yang diwawancarai, yaitu kelas 4,
mereka justru sebagian besar menjawab tidak sering salat jemaah di
masjid. Ada 4 santri yang menjawab tidak dan hanya 1 yang
menjawab ya. Seperti tampak pada kutipan-kutipan berikut.
S1 : “Tidak. Kan enak kalu salat di rumah sepi, terus cepat
selesai”
S2 : “Tidak.ayah saja salat dirumah lo ustzah.”
S3 : “Tidak. Enakan di rumah, cepat. Kalau di masjid lama.”
S4 : “Tidak. Orang tua saja di rumah.”
S5 : “Iya. Di masjid bisa khusyuk.”50
Menurut salah satu wali santri dari kelas 4, beliau adalah
seorang ibu. Ia mengungkapkan bahwa dirinya setiap ke masjid pasti
mengajak anaknya. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Semi berikut
ini.“Iya, setiap saya ke masjid ya saya ajak.”51
48 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/05-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
49 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
50 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/07-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
51 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
82
d. Ketika sakit tidak mengerjakan salat
Untuk mengetahui sejauh mana keasadaran salat santri, peneliti
menanyai santri dengan salatnya ketika sakit. Apakah mereka jika
sakit masih melaksanakan salat atau tidak. Jawaban dari 5 santri kelas
1 yaitu, 4 di antara mereka tidak mengerjakan salat ketika sakit.
Hanya 1 santri saja yang mengatakan ia tetap salat ketika sakit.
Bahkan, dia berkata dia tetap salat biar cepat sembuh seperti yang
dapat dilihat dari kutipan berikut.
S1 : “Iya. Karena masih sakit.”
S2 : “Iya. Kan sakit. Jadi boleh tidak salat.”
S3 : “Iya. Enak kalau sakit tidak disuruh salat.”
S4 : “Iya. Masih lemas sekali kalau pas sakit.”
S5 : “Tidak. Biar cepat sembuh.”52
Ironisnya, wali santri menjawab kasian, masih kecil dan
pastinya lemas, jadi dia tidak disuruh untuk mengerjakan salat, seperti
kutipan jawaban ini.
“Tidak. Karena kasihan masih kecil terus sakit, pasti lemas.”53
Wawancara selanjutnya, yaitu kepada santri kelas 2, ada 3
santri menjawab tetap salat meskipun sedang sakit, dan 2 menjawab
tidak salat ketika sakit. Hal ini tampak pada beberapa kutipan yang
disajikan peneliti berikut.
S1 : “Iya.karena lemas.”
S2 : “Iya. Sama ibu disuruh istirahat.”
S3 : “Tidak. Biar lekas sembuh.”
S4 : “Tidak. Supaya cepat sembuh.”
S5 : “Iya. Malas salat kalau pas sakit itu ustazah.”54
52 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/30-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
53 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
83
Menurut wali santri yang telah diwawancarai oleh peneliti, dia
sudah menanamkan kebiasaan salat sejak kecil. Sebaliknya, justru
salat ketika sakit itu tidak menambah rasa sakit yang ia rasakan.
Tetapi akan mempercepat kesembuhan dari sakitnya. Seperti yang
ada dalam kutipan berikut.
“Iya. Sudah saya tanamkan sejak kecil, kalau salat itu tidak
menambah sakit, tetapi malah membuat sembuh.”55
Untuk yang kelas 3, ada 2 jawaban iya (meninggalkan salat
ketika sakit) dan 3 jawaban tidak (tidak meninggalkan salat ketika
sakit). Berikut kutipan jawabannya.
S1 : “Iya. Karena lemas.
S2 : “Iya. Lebih baik istirahat.
S3 : “Tidak. Biar cepat sembuh.
S4 : “Tidak. Kan harus tetap salat dalam keadaan apapun.
S5 : “Tidak. Kita kan sudah besar jadi tahu bagaimana salat
ketika sakit.”56
Menurut wali santri kelas 3 yang telah peneliti wawancarai,
anaknya mengerjakan salat dengan sendirinya bahkan pada saat sakit.
Hal ini yang diungkapkan Ibu Semi dalam kutipan berikut.
“Iya, dia dengan sendirinya mengerjakan salat.”57
Terakhir, yaitu kelas 4. Ada 1 santri yang menjawab ia
meninggalkan salat ketika sedang sakit, dan 4 santri lainnya
54 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/02-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
55 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
56 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/05-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
57 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
84
menjawab tetap salat, dengan disertai alasan supaya cepat sembuh.
Berikut kutipan jawaban mereka.
S1 : “Tidak. Biar cepat sembuh.”
S2 : “Tidak. Karena salat itu wajib.”
S3 : “Tidak. Kan salat sebagai obat paling ampuh ketika
sakit.”
S4 : “Iya. Karena sakit, malas bergerak.”
S5 : “Tidak. Meskipun sakit harus tetap salat supaya tetap
sembuh.”58
Memang, hal tersebut ditegaskan oleh wali santri, anaknya
tetap menjalankan salat meskipun sedang dalam keadaan
sakit.beginilah jawabannya.
“Iya. Dia salat meskipun dalam keadaan sakit” 59
e. Ketika berpergian jauh tidak menjalankan salat
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui salat mereka dalam
berpergian jauh. Dari wawancara kepada santri kelas 1, peneliti
mendapatkan data, ada 2 yang menjawab iya, tetap salat ketika
berpergian jauh. Tiga sisanya tidak menjalankan salat. Mereka
merasa capai dan mabuk perjalanan. Jadi mereka juga tidak
melaksanakan salat. Hal tersebut tampak dalam kutipan-kutipan
berikut.
S1 : “Iya. Ibu sama ayah juga salat.”
S2 : “Tidak. Capai.”
S3 : “Tidak. Kan boleh tidak salat.”
S4 : “Tidak. Kalau berpergian jauh saya tidak pernah salat.
pasti mabuk perjalanan.”
S5 : “Iya. Biar selamat.”60
58 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/07-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini.
59 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
85
Peneliti melakukan wawancara berikutnya bersama 5 santri dari
kelas 2. Jawaban mereka adalah sebagai berikut. Kelima santri tersebut
tidak ada yang menjalankan salat ketika berpergian jauh. Hal ini seperti
jawaban-jawaban pada kutipan berikut.
S1 : Tidak. Mabuk perjalanan.
S2 : Tidak. Capek.
S3 : Tidak. Karena mengantuk.
S4 : Tidak. Orang tua tidak salat.
S5 : Tidak. Lelah.61
Untuk kelas 3 ada 1 dari 5 santri yang menjawab ia tetap salat
ketika berpergian jauh. Berikut kutipan pernyataannya.
S1 : “Tidak. Sudah capai.”
S2 : “Tidak. Tidak diajak.”
S3 : “Tidak. Kalau perjalanan jauh itu kan mengantuk.”
S4 : “Salat. Karena wajib.”
S5 : “Tidak. Sering mabuk perjalanan.”62
Hasil wawancara kepada santri kelas 4, ada 4 santri yang
menjawab menjalankan salat meskipun berpergian jauh. Ada 1 yang
menjawab terkadang salat dan terkadang tidak. Hal tersebut tergantung
pada kondisi tubuhnya yang mabuk perjalanan atau tidak. Seperti yang
tampak dalam kutipan berikut.
S1 : “Iya. Karena keluarga selalu berhenti ketika waktu salat
tiba.”
S2 : “Iya. Karena sama ustad dan ustazah sudah diajari salat
ketika berpergian.”
S3 : “Iya. Salat jamak qasar.”
S4 : “Iya. Salat iitu harus dikerjakan.”
60 Lihat transkrip wawancara nomor: 08/W/30-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
61 Lihat transkrip wawancara nomor: 09/W/02-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
62 Lihat transkrip wawancara nomor: 10/W/05-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
86
S5 : “Terkadang salat terkadang tidak. Karena kalau pas
mabuk perjalanan pasti tidak kuat salat.”63
2. Upaya Kepala Madrasah untuk Meningkatkan Kesadaran Salat
Fardu Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir tahun 2017-
2018
Sesuai dengan nama dan visi misi serta tujuan MADIN An-
Nadzir, yaitu An-Nadzir yang berarti mencegah dari segala mara bahaya
kerusakan moral, para ustad dan ustazah mempunyai tugas untuk
membentengi santrinya dari perbuatan yang termasuk tanda-tanda
kerusakan moral dan menanamkan akhlakul karimah. Lalu, cara kepala
madrasah dalam mengupayakan meningkatnya kesadaran salat santri
adalah hal yang penting dan harus diusahakan. Sebab, dalam hal ini, salat
adalah amalan pertama yang dihisab di hari kiamat kelak.
Sebagaimana hasil wawancara dengan ustad Muhammad Sofi
selaku kepala madrasah sekaligus ustad yang mengajar di MADIN An-
Nadzir, dipaparkanlah segala upaya yang ia lakukan dalam meningkatkan
kesadaran salat fardu santrinya, dan sebagai berikut kutipan hasil
wawancara dengannya
“Dengan uswatun hasanah. Kita memberikan teladan yang baik
terlebih dahulu. Dengan itu, santri dengan sendirinya akan
mengikutinya.”64
63 Lihat transkrip wawancara nomor: 11/W/07-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
64 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/W/07-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
87
Selanjutnya, Ustad Muhammad Sofi menjelaskan juga tentang
buku setoran salat yang tengah beliau galakkan pelaksanaanya. Karena
hal ini merupakan sesuyatu yang baru yang belum pernah ada di
madrasah ini. Berikut kutipan paparan jawabannya.
“Penggunaan buku setoran salat. hal ini menurut saya sangat
efektif. Karena melibatkan peran wali santri. Karena di saat santri
berada di rumah wali santrilah yang mengawasi salat santri.”65
Setelah buku setoran salat Kepala Madrasah juga megungkapkan
salah satu upaya yang ia lakukan, yaitu dengan memberikan materi salat
secara optimal dan lengkap seperti pada kutipan berikut.
“Memberikan materi tentang salat. dengan mengetahui rukun,
sunah, hal yang membatalkan serta akibat dari tidak mengerjakan
salat. sehingga mereka benar-benar paham tentang salat.”66
Saat ini Ustad Muhammad Sofi juga sedang merintis ustad dan
ustazah yang pandai mengajar dengan bercerita. Para ustad dan ustazah
dituntut untuk lihai dalam menyampaikan kisah-kisah teladan tentang
salat. Dengan harapan santri dapat termotivasi dan akhirnya rajin
mengerjakan salat.Seperti yang tampak dalam kutipan berikut.
“Menceritakan kisah-kisah teladan yang bertemakan salat.
diharapkan dengan mendengarkan kisah-kisah tersebut santri akan
termotivasi untuk aktif dalam menjalankan salat.”67
Yang terakhir adalah melakukan salat jemaah Asar seusai
pembelajaran di madrasah. berikut kutipan jawaban Ustad Muhammad
Sofi.
65 Ibid.
66 Ibid.
67 Ibid.
88
“Melakukan jemaah salat Asar setelah pelajaran di madrasah
selesai.”68
5. Faktor Pendukung yang Dihadapi Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasah Diniyah
Awaliyah An–Nadzir Tahun 2017-2018
Faktor-faktor pendukung yang dihadapi kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran salat fardu santri Madrasah Diniyah Awaliyah
An-Nadzir terdapat dalam beberapa kutipan berikut
“Dalam uswatun hasnah faktor pendukungnya adalah dengan
lokasi yang berdekatan membuat program ini cepat mengenai
sasaran.”69
Kutipan di atas menjelaskan tentang hal yang mendukung dalam
menjalankan uswatun hasanah kepada para santri. Selanjutnya, untuk
buku setoran salat faktor pendukungnya adalah antusiasnya wali santri
dalam rangka menyukseskan program ini. Sebagaimana kutipan berikut.
“Untuk buku setoran salat. wali santri ikut andil dalam program
ini mereka sangat antusias. Dilihat dari banyaknya laporan wali
santri yang mengatakan bahwa anaknya semakin rajin salatnya.”70
Perpustakaan desa juga mempunyai andil dalam menyukseskan
upaya yang dilakukan oleh kepala madrasah. Di perpustakaan
menyediakan banyak sekali buku-buku tentang salat. sehingga ustad dan
ustazah An-Nadzir tidak lagi kesulitan dalam memberikan materi tentang
salat. Seperti kutipan wawancara berikut.
68 Ibid.
69 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/09-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini.
70 Ibid.
89
“Karena banyaknya buku pendukung materi salat yang dimiliki
oleh madrasah, maka itu sangat berpengaruh besar akan program
ini. Selanjutnya, madrasah ini kebetulan juga berdekatan dengan
perpustakaan desa. Jadi buku-buku di sana dapat dijadikan
referensi tambahan. “71
Di perpustakaan desa tidak hanya terdapat buku-buku tentang
materi salat, di sana juga terdapat buku yag berisi kisah-kisah teladan
tentang salat. dan lagi-lagi dengan adanya perpustakaan ini, sanagt
membant upaya kepala madrasah dalam meningkatkan kesadaran salat
santri. Seperti dalam kutipan berikut.
“Perpustakaan desa sangat berperan dalam program peningkatan
kesadaran salat ini, disana banyak sekali buku-buku yang
menceritakan kisah teladan. Jadi kami bisa menggunakannya
sebagai bahan untuk kisah-kisah teladan pemotivasi santri.”72
Keberadaan madrasah yang strategis, yang berdekatan dengan
perpustakaan desa, SD, Balai Desa dan juga berdekatan dengan masjid
besar desa Bedikulon, merupakan hal yang sangat menguntungkan dalam
upaya peningkatan kesadaran salat santri. Terutama letak masjid besar
yang dekat, membuat santri tidak terlalau jauh berjalan untuk salat
jemaah Asar setelah pelajaran di madrasah usai. Berikut kutipannya.
“Selanjutnya, yang menjadi faktor pendukung upaya peningkatan
salat fardu yaitu letak masjid yang dekat dengan madrasah. Hal
tersebut membuat santri mudah untuk menjalankan salat jemaah
Asar seusai pembelajaran di madrasah.”73
71 Ibid.
72 Ibid.
73 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/09-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini
90
6. Faktor Penghambat yang Dihadapi Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasah Diniyah
Awaliyah An–Nadzir Tahun 2017-2018
Selain faktor pendukung, ada faktor yang menghambat jalannya
program kepala madrasah. Menurut keterangan dari hasil wawancara
dengan Ustad Muhammad Sofi, berikut kendala-kendala yang ia temui.
“Tempat tinggal ustad dan santri yang berdekatan bisa menjadi
pendukung sekaligus penghambat program ini. Dengan
berdekatan, maka jika seorang ustad atau ustazah melakukan
kesalahan sedikit saja, maka akan langsung diketahui oleh
santrinya. Oleh karena itu, mereka harus sangat berhati-hati dalam
melakukan segala hal, agar selalu terlihat baik dihadapan
santrinya.”74
Selain menjadi faktor pendukung, ternyata tempat tinggal ustad
dan ustazah yang berdekatan juga menjadi faktor penghambat dalam
meningkatkan kesadaran salat santri seperti kutipan di atas. Dalam
kesempatan yang sama Ustad Muhammad Sofi juga mengutarakan
bahwa, banyak ustad dan ustazah di An-Nadzir yang masih menempuh
jenjang perkuliahan. Sebab itulah, dalam piket memeriksa buku setoran
salat, mereka kurang maksimal. Hal ini seperti kutipan di bawah ini.
“Untuk buku setoran salat, yang menjadi penghambatnya yaitu,
75% pengajar di sisni masih menempuh jenjang pendidikan
perguruan tinggi. Jadi jika mereka mendapat jam kuliah dan
bersamaan dengan piket memeriksa buku setoran, maka
ustazahpun tidak melaksanakan piketnya.”75
74 Ibid.
75 Ibid.
91
Berikut kutipan jawaban Ustad Muhammad Sofi tentang cara
mengatasi jadwal perkuliahan yang padat ustad maupun ustazah yang
piket memeriksa buku setoran salat.
“Kalau ustad maupun ustazah yang berhalangan hadir pada
jadwla piket, maka saya haruskan untuk mencari pengganti
sendiri. Dan akan dikenai sanksi jika hari itu tidak ada guru
piketnya.”
Selanjutnya, yang menjadi penghambat program kepala madrasah
dalam program kesadaran salat santri adalah minimnya hari masuk di
madrasah. Karena di An-Nadzir hanya masuk 4 kali dalam seminggu.
Beginilah kutipan jawaban Ustad Muhammad Sofi.
“Untuk penyampaian materi tentang salat, penghambatnya waktu
masuk madin yang hanya 4 hari. Dan setiap harinya hanya
mempunyai waktu satu setengah jam untuk menyampaikan
materi.”76
Dalam rangka menyiasati kurangnya jam pelajaran, kepala
madrasah untuk tahun ajaran depan akan memberlakukan jam masuk
MADIN mulai pukul 14.00 WIB. Seperti kutipan berikut.
“Untuk soal itu, saya kemarin sudah mengadakan rapat dengan
para dewan ustad dan ustazah. Dan kesepakatanya untuk tahun
ajaran 2018/2019 MADIN akan masuk mulai pukul 14.00 WIB
dan nanti pukul 15.00 WIB dilaksanakan salat Asar di masjid.”77
Kepala madrasah juga berupaya untuk penyampaian pengajaran
dengan bercerita. Namun, di sini masih ada ustad maupun ustazah yang
kompetensinya mendongengnya belum baik. Berikut kutipannya.
“Di sini memang masih ada pengajar yang kurang berkompetensi
untuk membawakan sebuah kisah secara menarik, dan memang
76 Ibid.
77Ibid.
92
itu kendala terbesar dalam menyampaikan kisah teladan tentang
salat.”78
Sebagai upaya dalam mengatasi hal tersebut di atas, kepala
madrasah sudah mencanangkan untuk mengadakan pelatihan berkisah
untuk semua pendidik di madrasah ini. Berikut kutipannya.
“Ya, memang kemampuan ustad dan ustazah dalam bercerita
disini saya nilai masih kurang. Kemarin saya sudah konsultasi
dengan bapak Kepala Desa beliau akan memfasilitasi pelatihan
berkisah bagi ustad dan ustazah An-Nadzir.”79
Terakhir adalah kemampuan santri yang berbeda dalam menyerap
materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh ustadnya. Terkadang
mereka ada yang terlambat untuk salat Asar seperti pada kutipan berikut.
“Kemampuan santri memang berbeda-beda. Ya kalau yang
menghambat program salat jemaah Asar itu ketika santri diberi
tugas ustadnya dan lamban dalam mengerjakan maka dia juga
akan terlambat dalam salat jemaah Asar di masjid.”80
Dalam hal itu, kepala madrasah untuk tahun ajan baru akan
menerapkan jam pelajaran mulai pukul 14.00 WIB dan akan ada jam
istirahat pukul 15.00 WIB. Pada jam tersebutlah salat jemaah Asar akan
dilaksanakan. Sesuai kutipan berikut.
“Untuk soal itu, saya kemarin sudah mengadakan rapat dengan
para dewan ustad dan ustazah. Dan kesepakatanya untuk tahun
ajaran 2018/2019 MADIN akan masuk mulai pukul 14.00 WIB
dan nanti pukul 15.00 WIB dilaksanakan salat Asar di masjid.”81
78 Ibid.
79 Ibid.
80Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/09-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian
ini
81Ibid.
103
BAB V
ANALISIS DATA
A. Kesadaran Salat Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Kurangnya kesadaran santri dalam menjalankan salat erat kaitannya dengan
bagaimana upaya yang akan dilakukan oleh kepala madrasah dalam
meningkatkan kesadaran tersebut. Sebagai langkah awal dalam program
peningkatan salat santri, kepala madrasah haruslah terlebih dahulu mengetahui
seberapa jauh kesadaran salat santrinya. Dari seluruh data yang penulis
kumpulkan dari lapangan dan penulis sajikan, tahap selanjutnya yang akan
penulis lakukan adalah analisis data kesadaran santri Madrasah Diniyah Awaliyah
An-Nadzir dalam menjalankan salat. Berikut kesadaran salat santri di Madrasah
Diniyah Awaliyah An-Nadzir.
1. Santri tetap menjalankan salat meskipun tidak tepat lima waktu
Santri MADIN An-Nadir memang melaksanakan salat, namun masih
sangat jarang yang melakukannya tepat lima waktu. Sudah seharusnya setiap
muslim yang balig. harus menjalankan kewajibannya dalam melaksanakan
salat. Hal tersebut tidak serta merta bisa dilakukan tanpa pembiasaan. Oleh
karena itu, harus dibiasakan menjalankan salat lima waktu sejak kecil.
2. Menunggu perintah orang tua
Santri di MADIN An-Nadzir, mayoritas masih menjalankan salat atas
dasar perintah orang tua. Jika tidak ada campur tangan dari orang tua, mereka
104
ogah-ogahan (malas) dalam menjalankannya. Bahkan, tidak menjalankan
salat sama sekali sebelum dimarahi orang tuanya.
3. Jarang melaksanakan salat fardu di masjid
Salat jemaah di masjid, mempunyai pahala yang berlipat. Namun,
biasanya yang mengisi saf dalam salat di masjid, yaitu mereka yang sudah
berusia senja. Oleh karena itu, banyak anak di Bedikulon termasuk santri
MADIN An-Nadzir merasa enggan untuk pergi ke masjid menjalankan salat
karena di sana tidak ada teman yang sebayanya. Peran orang tua juga sangat
berpengaruh, orang tua yang seharusnya mengajak anaknya untuk pergi ke
masjid menjalankan salat. tetapi mereka justru salat di rumah atau bahkan
tidak salat.
4. Ketika sakit tidak mengerjakan salat
Ketika badan dalam keadaan tidak sehat, memang rasanya lemas dan
malas untuk bergerak. Hal itu yang membuat santri mengurungkan untuk
mengerjakan salat. Ironisnya, ada orag tua yang menghendaki anaknya untuk
tidak melaksanakan salat ketika ia sakit. Padahal, salat itu kewajiban dan bisa
jadi, dengan mengerjakan salat, sakitnya akan sembuh.
5. Santri tidak menjalankan salat ketika sedang berpergian jauh
Alasan mabuk perjalanan yang membuat santri tidak menjalankan salat ketika
berpergian jauh. Mereka merasa lemas dan terkadang ada juga orang tua yang
tidak peduli dengan salatnya ketika di perjalanan. Hal demikian yang akhirnya
membuat salat anaknya menjadi terabaikan.
105
B. Upaya Kepala Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir dalam Meningkatkan
Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasahdiniyah Awaliyah An-Nadzir
Dalam sebuah organisasi seperti pada sebuah madrasah, pastilah ada
seseorang yang menjadi pemimpin. Pemimpin sebuah madrasah disebut kepala
madrasah, dialah yang mengatur jalannya madrasah dan yang menentukan maju
mundurnya madrasah. Seorang kepala madrasah harus mempunyai beberapa
kompetensi yang dimiliki. Kompetensi tersebut, yaitu kompetensi kepribadian
yang meliputi integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin, keinginan yang
kuat untuk mengembangkan diri, bersikap terbuka, mampu mengendalikan diri
dalam menghadapi masalah serta memiliki bakat dan minat sebagai kepala
madrasah. Selain kompetensi kepribadian, kepala madrasah haruslah juga
mempunyai kompetensi manejerial yang mampu mengatur dan memanejeri segala
urusan di madarasah.
Selain kedua kompetensi di atas, kepala madrasah juga harus mempunyai
kompetensi kewirausahaan, yang berani mengambil sebuah tindakan dan berani
menanggung resiko untuk perubahan yang lebih baik bagi madarasahnya.
Selanjutnya, kompetensi supervisi juga harus dimiliki oleh seorang kepala
madrasah. kompetensi tersebut meliputi pembinaan dan penilaian serta pembinaan
kepada bawahannya. Terakhir, kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala
madarsah adalah kompetensi sosial yang berhubungan dengan orang lain,
106
misalnya, hubungan ustad dan ustazah, wali santri, komite, staf dan kepada para
santri.1
Di MADIN An-Nadzir, ada hal yag harus segera di selesaikan, yaitu
tentang kesadaran salatnya, seperti yang telah diulas dalam pembahasan
sebelumnya. Oleh karena itu, dalam rangka mengatasi kesadaran salat santri yang
masih kurang, kepala madrasah melakukan berbagai hal yang dapat meningkatkan
kesadaran salat santri. Berikut upaya kepala madarasah dalam meningkatkan
kesadaran salat santrinya,
1. Uswatun hasanah.
Sebagai seorang pendidik haruslah menjadi teladan bagi santrinya.
Karena semua ustad dan ustazahnya bertempat tinggal di Desa Bedikulon,
maka rumahya juga berdekatan dengan santri. Oleh karena itu, ustad dan
ustazah dapat melaksanakan salat secara aktif dan rajin. Dengan demikian,
santri dengan sendiriya akan menjalankan salat. Sebab, ada pepatah yang
berbunyi guru itu digugu dan ditiru. Maksudnya, jika seorang guru atau ustad
melakukan sebuauh tindakan yang benar, maka santrinyapun akan menirunya
dan mengindahkanya begitu juga sebaliknya.
2. Penggunaan buku setoran salat.
Menurut Kepala Madrasah, penggunaan kartu salat ini sangat efetif
untuk membuat santrinya menjalakan salat. Progam buku setoran salat ini
dikatakan efektif karena melibatkan peran wali santri. Dalam buku tersebut
1 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah, (Jakarta: Grafindo Persada, 2011), 66-64.
107
terdapat kolom paraf wali. Setiap santri telah menjalankan salat, dia harus
memberikan tanda pada kolom salat dan memintakan paraf kepada walinya.
Selanjutnya, setiap minggu, buku tersebut dikumpulkan dan diperiksa oleh
ustad dan ustazah yang telah mendapat jadwal piket. Apabila ada kolom salat
yang kosong, ustasd dan ustazah yang piket berhak memberikan sanksi.
3. Memberikan materi salat
Materi yang diberikan mulai dari tatacara, rukun, sunah, syarat sah,
syarat wajib dan semua yang berkaitan dengan salat, serta tidak lupa untuk
selalu mengingatkan akibat dari tidak menjalankan salat. Dengan demikian,
anak tidak akan beralasan tidak tahu tentang salat. Setrategi ini diterapkan
sejak santri mulai masuk madrasah. seperti yang pernah diungkapkan Ustad
Muhammad Sofi bahwa orang tua harus menanamkan benih sedini mungkin
agar dapat tumbuh seperti yang kita inginkan.2
4. Selalu memotivasi santri dengan menceritakan kisah-kisah teladan tentang
salat
Anak kecil usia SD akan senang jika mendengarkan cerita. Dan
mereka lebih mudah untuk mengingat isi materi melalui dongeng dan cerita
daripada membaca buku maupun mendegarkan ustadnya menerangkan
pelajaran. Oleh karena itu, Kepala Madrasah merencanakan untuk
mengadakan pelatihan bercerita bagi para ustad dan ustazah MADIN An-
Nadzir.
2 Lihat transkrip wawancara nomor: 05/W/09-IV/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
108
5. Melakukan salat berjemaah Asar seusai pelajaran di madrasah
Karena jadwal pulang di MADIN An-Nadzir pukul 16.30 WIB, (telah
masuk waktu Asar sebelum jam pulang), Kepala Madrasah mengajak
santrinya untuk salat berjemaah di masjid yang letaknya juga dekat dengan
madrasah.
C. Faktor yang Mendukung Upaya Peningkatan Kesadaran Salat Fardu Santri
di Madrasah Diniyah Awliyah An-Nadzir
Seorang pemimpin madrasah harus mengetahui (1) kekuatan, (2) peluang,
(3) kelemahan, dan (4) tantangan yang dimiliki oleh madarasah. Keempat hal
tersebut sering disebut dengan analisis SWOT.3 Dalam hal ini kekuatan serta
peluang yang dipunyai oleh kepala madrasah dalam menjalankan program yang
sedang ia galakkan adalah sebagia berikut.
a. Uswatun hasanah
Dalam memberikan teladan, ustadz dan ustazah diuntungkan dengan
tempat tinggal yang berdekatan dengan santri sehingga secara langsung
mengenai sasaran. apabila ustad maupun ustazahnya rajin melakukan salat,
santri yang menjadi tetangganyapun akan ikut melakukan salat dengan rajin.
3Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004), 68.
109
Sebab, biasanya anak kecil itu justru lebih menurut jika ia disuruh gurunya
daripada orangtuanya.
b. Penggunaan buku setoran salat
Hal yang menjadi pendukung dalam program peningkatan kesadaran
salat melalui buku setoran salat ini ,yaitu wali sangat mendukungnya. Hal ini
terbukti dari antusias mereka yang melaporkan bahwa anaknya semakin rajin
salat setelah mendapat buku tersebut.4
c. Memberikan materi salat
Banyak sekali buku yang dimiliki oleh madrasah yang di dalamnya
menerangkan bab salat. Hal yang demikin itu, sangat mendukung dalam
pemberian materi untuk salat. Di samping madrasah ini berdekatan dengan
perpustakaan desa, disana banyak sekali tersedia buku yang dapat diajadikan
bahan ajar. Hal yang menjadi pendukung lagi adalah mayoritas ustad dan
ustazahnya adalah alumni pondok pesantren, jadi mereka mendapat
pengetahuan lebih tentang agama, terutama salat, merekapun memiliki
beragam kitab yang tidak tersedia di perpustakaan desa.
d. Memotivasi santri dengan menceritakan kisah-kisa teladan
Lagi-lagi perpustakaan desa sangat mendukung upaya ini. Begitu
mudah mencari buku-buku yang berisi kisah-kisah teladan yang dapat
4 Lihat transkrip wawancara nomor: 12/W/10-V/2018 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
110
diceritakan kepada santri. Dengan begitu, mereka dengan sendiri akan akan
termotivasi dengan kisah-kisah tersebut.
e. Salat jemaah Asar di masjid
Faktor pendukung dari program salat jemaah Asar ini adalah letak
dari masjid yang berdekatan dengan madrasah. Selain itu, ta’mir masjid pun
memberikan kepercayaan kepada santri untuk menjadi mudzin salat Asar.
D. Faktor yang Menghambat Upaya Peningkatan Kesadaran Salat Fardu
Santri di Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir
Dalam analisis SWOT ada yang namanya kelemahan dan tantangan yang
harus diketahui untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Berikut
penghambat dari program peningkatan kesadaran salat santri di MADIN An-
Nadzir.
a. Uswatun hasanah
Karena tempat tinggal dari ustad dan ustazah dengan santri
berdekatan, sedikit saja seorang ustad melakukan kesalahan maka akan
langsung diketahui oleh santrinya. Oleh karena itu, ustad dan ustazah harus
berhati-hati dalam melakukan segala hal jika sedang berada di rumah.
b. Penggunaan buku setoran salat
Faktor penghambat yang paling utama di sini adalah
ketidakkonsistenannya ustad maupun ustazah yang mendapat piket
111
memeriksa buku setoran salat santri. Karena 75 persen dari tenaga
pendidiknya masih menempuh jenjang perkuliahan, apabila mereka
mendapatkan jadwal perkuliahan yang padat, ustad-ustazahnya tidak bisa
masuk tepat waktu. Sebagai cara mengatasi hal tersebut, kepala madrasah
mewajibkan bagi siapapun yang berhalangan masuk untuk mencari ustad dan
ustazah penggantinya.
c. Memberikan materi salat
Kurangnya jam pelajaran membuat penyampaian materi menjadi
kurang maksimal. Sebab, MADIN An-Nadzir hanya masuk selama 4 hari
dalam satu minggu, mulai pukul 15.00 WIB sampai dengan16.30 WIB.
mengingat hal tersebut, maka Kepala Madrasah sudah merencanakan untuk
menambah jam pelajaran di madrasah. Yaitu, mulai pukul 14.00 WIB pada
tahun ajaran baru yang akan datang.
d. Memotivasi santri dengan menceritakan kisah-kisah teladan
Kurangnya keterampilan ustad dan ustazah dalam bercerita menjadi
kendala terbesar dalam hal ini. Memang, potensi setiap orang berbeda-beda.
Dan hal tersebut tidak boleh menjadi halangan untuk tetap belajar. Kepala
madrasah mencanangkan adanya pelatihan berkisah untuk seluruh ustad dan
ustazah di MADIN An-Nadzir.
e. Salat jemaah Asar di masjid
Kemampuan anak yang berbeda sangat menghambat salat jemaah di
masjid. Sebab, mereka yang belum selesai mengerjakan tugas atau menulis
112
materi sering tertinggal salat jemaah di masjid. Karena mereka masih harus
menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Dalam hal ini kepala madrasah,
dalam tahun ajaran depan, akan memberlakukan kebijakan, yaitu salat Asar
pada pukul 15.00 WIB pada waktu istirahat pergantian jam pelajaran.
103
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir
Tahun 2017-2018
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dapat
disimpulkan bahwa kesadaran santri dalam menjalankan salat fardu adalah
sebagai berikut.
a. Santri MADIN An-Nadzir tetap menjalankan salat, namun sebagian dari
mereka belum melaksanakan salat lima waktu.
b. Santri MADIN An-Nadzir masih menunggu perintah orang tua ketika
akan melaksanakan salat fardu.
c. Beberapa santri MADIN An-Nadzir masih jarang yang melaksanakan
salat fardu di masjid.
d. Ketika sakit dan berpergian jauh, santri MADIN An-Nadzir jarang
melaksanakan salat.
2. Upaya Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu
Santri Madrasah Diniyah Awaliyah An–Nadzir Tahun 2017-2018
Sebagai kepala madrasah , untuk mengatasi kesadaran salat santri yang
rendah, upaya yang dilakukannya adalah sebagai berikut.
104
a. Kepala Madrasah menerapkan program uswatun hasanah kepada
santrinya.
b. Pengoptimalan buku setoran salat sebagai alat untuk pengontrol salat
santri di rumah.
c. Pemberian materi tentang salat dan mengajarkannya dengan metode
berkisah yang berisi kisah-kisah teladan tentang salat.
d. Salat jemaah Asar di masjid seusai pembelajaran di MADIN An-Nadzir.
3. Faktor–Faktor Pendukung yang Dihadapi Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasah Diniyah
Awaliyah An–Nadzir Tahun 2017-2018
Yang dapat menjadi faktor pendukung dari upaya kepala madrasah
dalam meningkatkan kesadaran salat santri adalah sebagai berikut.
a. Rumah ustad dan ustazah yang berdekatan dengan santri.
b. Wali santri MADIN An-Nadzir sangat mendukung program buku setoran
salat.
c. Adanya perpustakaan desa dan masjid yang berdekatan dengan letak
MADIN An-Nadzir.
105
4. Faktor–Faktor Penghambat yang Dihadapi Kepala Madrasah dalam
Meningkatkan Kesadaran Salat Fardu Santri Madrasah Diniyah
Awaliyah An–Nadzir Tahun 2017-2018
Selain faktor pendukung dalam upaya peningkatan kesadaran salat
santri MADIN An-Nadzir, ada juga faktor yang menghambat upaya tersebut.
Berikut faktor penghambat yang dihadapi Kepala Madrasah.
a. Mengingat ustad dan ustazahnya masih ada sebagian yang menempuh
pendidikan, jadwal kuliah mereka sering bersamaan dengan jadwal
masuk MADIN An-Nadzir.
b. Kurangnya jam pembelajaran di MADIN An-Nadzir.
c. Kurangnya kemampuan ustad dan ustazahnya dalam menyampaikan
materi dengan berserita.
d. Kompetensi santri MADIN An-Nadzir yang berbeda-beda.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan memberikan beberapa saran
sebagai berikut.
1. Disarankan kepada santri MADIN An-Nadzir supaya lebih giat dalam
menjalankan salat tanpa harus diperintah ustad dan orang tuanya.
2. Karena di MADIN An-Nadzir hampir semua ustad dan ustazahnya baru
bergabung, kepada mereka disarankan untuk lebih giat dalam meningkatkan
kesadaran salat santri. Tidak hanya berupa “gebrakan” sesaat.
106
3. Kepada lembaga Madrasah Diniyah Awaliyah An-Nadzir untuk
menyediakan lebih banyak buku-buku referensi sebagai sumber belajar
untuk metode berkisah ustad dan ustazah.
4. Bagi peneliti berikutnya yang hendak meneliti hal serupa, hendaknya peneliti
tersebut direfleksikan dalam konteks perkembangan teknologi dan informasi
yang dihubungakn dengan berbagai teori belajar.
107
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Noor, Salimi. Dasar–Dasar Pendidikan Islam. Bumi Aksara.
Jakarta, 2008.
Ar-Rahbawi, Syaikh Abdul Qadir. Panduan Lengkap Salat menurut Empat
Madzhab. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta, 2007.
Barnawi dan M. Arifin. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.
Ar-Ruzz media. Yogyakarta, 2012.
Dinas Pendidikan. Pedoman Teknis Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan
Diniyah dan Guru Swasta Tahun 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
2017.
Faizah, Nazidatul. ”Strategi Penanaman Kesadaran Menjalankan Salat Fardu pada
Santri TPQ Al–Husnah Jemur Wonosari Gang Masjid No. 42 Surabaya.”
Skripsi. IAIN Sunan Ampel. Surabaya, 2012: 55-60.
Kemendiknas. Buku Kerja Kepala Madrasah. Jakarta, 2011.
Kementerian Agama RI. Pedoman Penyelenggaraan Madrasah Diniyah
Takmiliyah, Jawa Timur, 2014.
Makawimbang, Jerry H. Kepemimpinan Pendidikan yang Bermutu. Alfabeta.
Bandung, 2012.
Muhyidin, Asep dan Asep, Salahudin. Salat Bukan Sekedar Ritual. Remaja
Rosdakarya. Bandung, 2006.
Mochtar, M Masyhuri. Keajaiban Shala Lima Waktu. Iravi Jaya Surabaya, 2011.
Mulyasa. Menjadi Kepala Madrasah Profesional. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Bandung, 2004.
Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Madrasah Efektif. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta, 2014.
Mustafidz, Chairil. Kaifiat Salat nabi. UII Press. Yogyakarta, 2011.
Nizah, Nuriyatu. ”Dinamika Madrasah Diniyah: Suatu Tinjauan Historis.” VOL.
11 no. 1. 1 Februari 2016.
Noer, Jefry. Pembinaan Sumber Daya Manusia Berkualitas & Bermoral Melalui
salat yang Benar. Kencana. Jakarta, 2006.
Rumaisha, Agrina Iswara. ”Peran Guru PAI dalam Mengefektifkan Penggunaan
Kartu Salat sebagai Upaya Pembinaan Kesadaran Beribadah di MAN
Tempel Sleman Yogyakarta.” Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Jogjakarta,
2016.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung, 2014.
Suharnan. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya, 2005.
Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Reality Publisher. Surabaya,
2008.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Madrasah. Grafindo Persada, Jakarta,
2011.
Yunus, Muhamad. “Efektivitas Kartu Salat dalam Meningkatkan Ibadah Salat
pada Peserta Didik MAN Godean Sleman Yogyakarta,” Skripsi. UIN
Sunan Kalijaga. 2012.
Top Related