0
DESKRIPSI ANALITIS GAYA PERMAINAN HASAPI
SARIKAWAN SITOHANG DALAM KONTEKS TRADISI
GONDANG HASAPI
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
DANIEL R.F.T. LIMBONG
NIM: 060707032
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Skripsi ini membahas tradisi gondang hasapi Batak Toba. Secara khusus
mendeskripsikan dan menganalisis gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang yang
telah membawa variasi yang baru di dalam tradisi gondang hasapi1 di Kota Medan.
Variasi-variasi yang dimaksud adalah berupa teknik-teknik permainan hasapi yang
dimiliki oleh Sarikawan Sitohang.
Gondang hasapi adalah salah satu dari dua ensambel musik yang dikenal di
tengah masyarakat Batak Toba. Ensambel ini terdiri dari instrumen : (1) Hasapi ende
(plucked lute), adalah instrumen berdawai yang berperan sebagai pembawa melodi.
(2) Hasapi doal (plucked flude), adalah instrumen berdawai yang berperan sebagai
pembawa ritem konstan, (3) Sarune etek (shawn), adalah instrumen tiup yang
berperan sebagai pembawa melodi dan memiliki reed tunggal (single reed) (4)
Garantung (wooden xylophone), adalah instrumen berbilah yang terbuat dari kayu
dan memiliki lima bilah nada yang berperan sebagai pembawa melodi (5) Hesek,
adalah instrumen yang berklasifikasi idiophone yang berperan sebagai pembawa
tempo (ketukan dasar). Instrument ini dapat terbuat dari besi atau botol kosong.
1 Salah satu makna dari kata gondang adal ah sebuah ensambel musik. Disamping gondang hasapi,
masyarakar Batak Toba juga mengenal ensambel gondang sabangunan. Gondang sabangunan yang juga dikenal dengan gondang bolon adalah ensambel musik yang terdiri dari: taganing, gordang, sarune bolon, odap, dan hesek. Gondang sabangunan dan gondang hasapi digunakan di dalam konteks adat, religi dan hiburan. Dalam kohubungan vertikal sebagai media yang menghubungkan antara manusia dengan penciptanya. Dalam hubungan hori zontal menghubungkan manusia dengan sesamanya.
2
Namun, di dalam perkembanganya gondang hasapi mendapat penambahan
alat musik sulim dan taganing. Sulim adalah instrumen berklasifikasi aerophone
yang terbuat dari bambu dan berperan sebagai pembawa melodi. Taganing (single-
headed braced drum) adalah instrumen berklasifikasi membranophone yang terdiri
dari lima buah gendang2, dapat berperan sebagai pembawa melodi maupun sebagai
pembawa ritem. Dalam penyajiaannya, semua instrumen yang berperan sebagai
pembawa melodi di dalam ensambel gondang hasapi selalu dimainkan secara
heterefonis. Heterefonis adalah sebuah tekstur melodi, dimana satu melodi
dimainkan secara bersamaan oleh beberapa instrumen melodik yang berbeda dengan
gaya penggarapan yang berbeda pula.
Tradisi gondang hasapi merupakan sebuah kebudayaan musik yang
diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya secara
oral/tanpa tulisan (oral tradition). Setiap karya musik ( komposisi gondang) yang
dibuat oleh pendahulunya hanya diinformasikan dengan cara lisan, sehingga tradisi
yang disampaikan kemungkinan besar mengalami perubahan bentuk sesuai dengan
latar belakang generasi yang diwarisi tradisi tersebut. Bentuk yang dimaksud antara
lain: konteks penyajian, tata cara penyajian dan instrumen yang digunakan. Dengan
kata lain, akan memungkinkan terjadinya variasi-variasi yang baru, yang
2 Di dalam tradisi gondang sabangunan, taganing sering ditambahkan dengan alat musik gordang
bolon dan odap
3
disesuaikan dengan kebutuhan manusia, perkembangan teknologi, agama, serta
perubahan sistem kehidupan masyarakat.
Sarikawan Sitohang adalah seorang musisi gondang hasapi yang ahli dalam
memainkan alat musik hasapi.3 Di masa kecil dan remajanya, Sarikawan Sitohang
tumbuh di lingkungan komunitas pelaku Opera Batak.4
Perjalanan hidup yang dimiliki Sarikawan Sitohang selama berada di
lingkungan komunitas Opera Batak telah menempah kemandiriannya dalam
memraktekan energi musikalnya. Berbagai proses interaksi sosial yang dilakoninya
selama ini, baik sebagai pemain Opera Batak (aktor dan penari) di era tahun 1960-an,
pemain musik gondang hasapi dari tahun 1984, dan kemudian menjadi pelaku bisnis
musik dan pembina kelompok musik ‘Tonggo Musik’ dari tahun 2000 sampai saat
ini, telah menempah Sarikawan Sitohang menjadi musisi gondang hasapi, musisi
musik tiup, dan musisi hasapi ‘‘an sic’’ yang berkarakter.
Teknik dan gaya permaian hasapi yang dipraktikan Sarikawan Sitohang di
dalam bermain musik hasapi, baik ketika bermain solo atau ensambel selalu
konsisten. Dia selalu menggunakan teknik penjarian yang rumit. Istilah rumit yang
dimaksud mengacu pada progresive jari yang cepat sekaligus menghasilkan berbagai
ornamentasi suara. Selain memainkan melodi pokok lagu, ketiga jari di tangan
kirinya juga memainkan berbagai ornamentasi suara dengan jangkauan interval yang
3 Wawancara dengan Marsius Sitohang tangga l 9 February 2012 4 Opera Batak adalah suatu bentuk pertunjukan berupa sandiwara keliling, yang menampilkan cerita
cerita rakyat Batak, terdiri dari dua sampai lima babak dimana dalam setiap penampilannya selalu disertai dengan musik vokal dan tarian.
4
luas, sehingga sebuah lagu dapat dimainkan dengan beberapa pola melodi yang
berbeda. Menariknya, dalam waktu yang bersamaan tangan kanannya mampu
memegang claver (alat pemetik hasapi) sambil mengetuk badan hasapi. Aktivitas ini
menimbulkan bunyi ketukan pulsa dasar yang regular. Bunyi ketukan itu tidak saja
berfungsi mengatur kecepatan tempo musik yang sedang berlangsung, tetapi juga
sebagai hiasan melodi yang sedang dimainkan.
Selain itu, keampuannya dalam mengadaptasikan hasapi ke dalam berbagai
jenis musik (melayu, pop, dangdut), kemampuan dalam mengadaptasikan hasapi ke
berbagai alat musik seperti: drum, keyboard, terompet, saksofon, gitar, serta
keahlianya dalam menggunakan “stem mol” pada hasapi menjadi nilai tambah bagi
dia sebagai seorang musisi hasapi. Tidak heran jika ia kemudian dijuluki sebagai
“raja parhasapi” (raja pemain hasapi). Gelar tersebut pernah diberikan langsung oleh
Royen Pangaribuan, selaku Direktur TB Center, pada acara “Joujou ni Gondang
Batak”, yang merupakan salah satu program Revitalisasi Musik Tradisi Sumatera
Utara.5 Selain itu, gelar raja parhasapi juga pernah diberikan oleh label “industry
musik daerah” pada tahun 1980-an. Dari pemaparan di atas tidak berlebihan jika
mengatakan bahwa kontribusi Sarikawan Sitohang di dalam komunitas gondang
hasapi di kota Medan perlu diperhitungkan
Melihat, menyimak dan memahami teknik dan karakter gaya permainan
hasapi yang dimiliki Sarikawan Sitohang, maka dapat dikatakan bahwa Sarikawan
Sitohang adalah seorang musisi hasapi yang andal. Lebih dalam lagi, dia adalah
seorang musisi hasapi yang telah memberikan kotribusi pada “pengayaan” gaya
permainan hasapi dalam tradisi gondang hasapi. Warna musik dan teknik permainan
5 Monang, “ Geliat Gondang Batak” www.google.com (akses tanggal 10 Oktober 2012)
5
hasapi yang dikembangkannya, baik di dalam solo hasapi, ensambel musik tiup dan
terkhusus ensambel gondang hasapi merupakan kontribusi yang sangat berarti.
Karakter musik, teknik dan gaya permainan hasapi-nya menjadi menarik untuk
disimak, dianalisis dan untuk lebih jauh untuk dipahami sebagai sebuah fenomena
penting dalam konteks perkembangan tradisi musik gondang hasapi dan musik
hasapi an sic di komunitas Batak Toba di kota Medan. Inilah yang nantinya akan
menjadi perhatian utama di dalam skripsi ini.
1.2 Pokok Permasalahan
1. Apakah dan bagaimanakah teknik dan karakteristik gaya permainan hasapi
Sarikawan Sitohang baik yang dimainkan secara solo, berduet dengan
Sulim (transverse flute), ensambel musik tiup dan terkhusus ensambel
gondang hasapi? serta bagaimana proses pembentukan gaya permainan
hasapi Sarikawan Sitohang?
2. Dapatkah dikatakan bahwa teknik dan karakteristik gaya permainan yang
dimaksud sebagai pengayaan yang siknifikan terhadap gaya dan teknik
bermain hasapi yang sudah ada sebelumnya di dalam tradisi gondang
hasapi Batak Toba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui teknik dan karakteristik gaya permainan hasapi yang
dikembangkan oleh Sarikawan Sitohang serta proses pembentukannya.
6
2. Untuk mengetahui bahwa gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang
sebagai pengayaan terhadap teknik permainan hasapi yang sudah ada di
dalam tradisi gondang hasapi.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Pengaplikasian ilmu disiplin Etnomusikologi yang didapat penulis selama
belajar di Departemen Etnomusikologi Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan referensi, dokumentasi dan literatur dalam pengajaran
khususnya alat musik hasapi.
3. Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Etnomusikologi yang berusaha
untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan daerah, khususnya Batak Toba.
4. Sebagai dokumentasi bagi objek yang diteliti dan Departemen
Etnomusikologi.
5. Dapat menjadi masukan bagi penelitian mendatang, khususnya penelitian
yang berhubungan dengan musik Batak Toba.
1.4 Kerangka Konsep Dan Teori
1.4.1 Kerangka Konsep
Konsep “gaya” yang dimaksud dalam skripsi ini adalah ciri khas atau
karakteristik Sarikawan Sitohang dalam mengolah unsur musik (melodi, ritem,
harmoni) pada hasapi. Gaya permainan hasapi yang dimaksud mencakup dari tata
cara memegang hasapi, kontrsuksi jari, teknik-teknik permainan, sampai pada gaya
penggarapan komposisi lagu.
7
Titon (1984:5) dalam bukunya yang berjudul “Word Of Musik Introduction to
The World’s Peoples “ mengatakan:
“This includes everything related to the organization of musikal sound
itself: pitch elemen (scale mode, melody, harmony, tuning system, and soforth); t ime elemen (rhythms, meter); t imbre elemen (voice quality, instrument tone color); and sound intensity (loudness and softness) [Dengan terjemahan bebas: “gaya memasukan segala sesuatu yang berhubungan dengan organisasi musikal itu sendiri : elemen nada (tangga nada, Modus, melodi, harmoni, dsb.); unsure waktu (ritem, meter); unsure timbre (kualitas suara, warna nada instrument); dan intesitas bunyi (kuat atau lemahnya bunyi atau suara)”].
Menganalisis gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang dalam konteks
tradisi gondang hasapi berarti menyelidiki secara mendalam setiap unsur-unsur yang
mempengaruhi atau membentuk gaya permainan hasapi yang dikembangkan oleh
Sarikawan Sitohang dengan berpatokan pada tradisi yang ada di dalam gondang
hasapi. Sehingga, bukan hanya sebatas melihat gaya yang dimaksud, namun lebih
kepada usaha memeriksa secara mendalam setiap komponen yang membentuk gaya
tersebut.
1.4.2 Teori
Di dalam tradisi musik lisan (oral tradition), perubahan merupakan sebuah
fenomena yang pasti akan selalu terjadi. Begitu juga di dalam tradisi gondang
hasapi, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya hanya dengan lisan
/tidak tertulis. Tidak adanya aturan yang baku secara tertulis mengakibatkan
terjadinya proses penambahan maupun pengurangan di dalam unsur kebudayaan
musik yang dimaksud.
“In a folk or nonliterate culture…..a song must be sung, remembered, and taught by one generation to the next. If this does not happen, it dies is last forever. There is another alternative : if it is not accepted by it’s audience, it
8
may be change to fit the needs and desires of the people who perform and hear it .” (Bruno Netll dan Gerald Behague, 1991:4) [Dalam terjemahan bebas: Sebuah kebudayaan rakyat atau kebudayaan tidak tertulis , sebuah lagu / musik harus dinyanyikan, diingat dan diajarkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, jika hal ini t idak terjadi lagu/musik itu akan mati dan hilang atau punah. Namun ada alternative lain, jika musik tersebut tidak diterima oleh audiens / penonton, hal ini mungkin dapat diubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan dari orang-orang yang mempertunjukan dan mendengarnya].
Gaya permaianan hasapi yang dikembangkan oleh Sarikawan Sitohang
merupakan hasil perubahan yang lahir dari proses belajarnya bermain hasapi secara
lisan. Secara sengaja maupun tidak sengaja, Sarikawan Sitohang telah
mengembangkan teknik-teknik baru di dalam bermain hasapi. Hal ini sangat
mungkin terjadi di dalam setiap kebudayaan musik yang diwariskan secara
lisan/tanpa tulisan. Mengacu pada teori di atas, peristiwa atau fenomena ini dapat
diidentifikasi sebagai sebuah hasil dari sistem pewarisan tradisi lisan (oral
tradition), yang disesuaikan dengan kebutuhan maupun permintaan penonton atau
masyarakat.
Bruno Netll (1978-171) kemudian menyampaikan sebuah pemahaman
untuk mengetahui indikator sebuah perubahan kebudayaan. Melalui Teori “eight
urban Musical cultures: Traditional and change”. Ada dua pola proses kebudayaan,
yaitu Moderenisasi dan werteniisasi. Moderenisasi adalah suatu proses adaptasi yang
menonjolkan tampilan dari barat dengan tujuan untuk memperluas dengan tidak
menggantikan element utamanya. Sebagai contoh hasapi Batak Toba. Beberapa
tahun yang lalu, alat musik hasapi masih menggunakan senar yang terbuat dari ijuk
atau akar pohon, kemudian diubah menjadi bahan logam, sama dengan senar gitar
pada kebudayaan Eropa. Senar logam dinilai lebih tahan lama dan mudah
didapatkan. Westernisasi adalah proses pembaratan dimana budaya barat telah
9
menjadi tempaan atau asli. Sebagai contoh masuknya musik brass band ke dalam
kebudayaan Batak Toba.
Merriam (1964:32-35) mengatakan “tiga aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis suatu peristiwa musikal, yaitu: Bunyi musikal,,
konsep-konsep mengenai musik, dan tingkah laku manusianya”. .Ketiga hal ini
mempunyai keterkaitan yang sama dalam menghasilkan produksi bunyi musik.
Prilaku Sarikawan Sitohang terhadap tradisi musik gondang hasapi , tentu dilandasi
dari konsep-konsep yang berlaku dalam masyarakat. Kemudian, prilaku terhadap
konsep-konsep tersebut mempengaruhi bunyi musik yang dihasilkan.
Hasapi merupakan alat musik yang berperan sebagai pembawa melodi,
maka untuk menganalisis suaranya, penulis berpatokan juga pada teori “weighted
scale”. Malm (1977:8) mengatakan bahwa ada delapan karakteristik yang harus
diperhatikan ketika mendeskripsikan melodi, yaitu: “(1) scale (tangga nada), (2)
pitch center (nada dasar), (3) range (wilayah nada), (4) frequency of notes (jumlah
nada-nada), (5) prevalents intervals (interval yang dipakai), (6) cadence patterns
(pola-pola kadensa), (7) melodic formulas (formula-formula melodis), dan (8)
contour (kontur)”.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan di dalam skripsi ini adalah jenis penellitian
“kualitatif” . Menurut Moleang ( 1989:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata serta
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
10
metode, misalnya: prilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Salah satu yang menjadi ciri
khas sebuah penelitian kualitatif yaitu menggunakan cara berpikir induktif; dimulai
dari pemaparan fenomena-fenomena masalah dalam tujuan menarik sebuah
kesimpulan.
Secara umum penelitian dalam skripsi ini dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahapan sebelum ke lapangan
2. Kerja Lapangan (Field Work)
3. Kerja Laboratorium (Desk Work)
1.5.1 Tahapan Sebelum ke Lapangan
1.5.1.1 Pemilihan dan Perumusan Masalah
Tujuan sebuah penelitian adalah untuk memecahkan atau menemukan
jawaban terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, langkah pertama di dalam sebuah
penelitian biasanya menentukan atau memilih masalah yang akan diteliti (Sanafiah
Faisal,1995).
Salah satu langkah awal dalam memilih dan merumuskan masalah yang akan
diteliti di dalam skripsi ini adalah dengan melakukan Studi Kepustakaan. Studi
kepustakaan adalah pengamatan pendahuluan untuk mencari data informasi tentang
suatu masalah dari sumber bacaan atau literature. Sumber bacaan yang dimaksud
berupa: majalah, koran, buku, skripsi sarjana, baik yang sudah diterbitkan atau yang
belum diterbitkan.
Dari tahapan pertama sebelum penelitian, penulis mendapatkan sebuah fokus
permasalahan, yaitu: gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang
1.5.1.2 Pemilihan Informan
11
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan informan
kunci yang akan memberikan informasi secara mendalam mengenai pokok
permasalahan yang sudah ditetapkan. Informan kunci dalam penelitian skripsi ini
adalah Sarikawan Sitohang, yang kemudian memberikan informasi atau petunjuk
informan lain untuk melengkapi referensi data yang diperlukan.
15.1.3 Pemilihan Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data yang lebih valid tentang gaya permainan hasapi
Sarikawan Sitohang, maka perlu ditentukan tempat di mana Sarikawan Sitohang
mengaplikasikan gaya permainannya atau lokasi yang dianggap membantu dalam
memberikan informasi mengenai objek yang akan diteliti. Ada beberapa lokasi
penelitian di dalam penelitian ini, yaitu:
1. Sekretariat “Tonggo Musik”.
2. Wisma Menteng
3. Wisma Taman Sari
5. Wisma Binjei
4. Perumahan Mandala
5. Desa Laguboti.
6. Desa Arianbohok.
Tempat-tempat tersebut dianggap dapat mewakili penelitian yang dilakukan
oleh penulis, karena memiliki potensi yang baik untuk mendapatkan data mengenai
gaya dan teknik permainan hasapi Sarikawan Sitohang dan teknik permainan hasapi
yang berkembang di dalam tradisi gondang hasapi. Sekretariat Tonggo Musik adalah
tempat penulis melakukan wawancara secara personal dengan Sarikawan Sitohang.
Sementara itu, wisma dan perumahan Mandala merupakan tempat Sarikawan
12
Sitohang bersama grup “Tonggo Musik” melakukan pertunjukan musik gondang.
Desa Laguboti merupakan tempat tinggal Maningar Sitorus, seorang guru gondang,
yang juga merupakan pemain hasapi dalam kepercayaan Parmalim. Dari pertemuan
dengan Maninggar Sitorus penulis mendapatkan informasi mengenai teknik
permainan hasapi yang berkembang di dalam komunitas parmalim. Selanjutnya,
Desa Arianbohok merupakan tempat tinggal Bpk. Guntur Sitohang, seorang pemain
dan pembuat alat musik tradisional Batak Toba yang juga merupakan musisi yang
pernah terlibat dalam pertunjukan Opera Batak.
1.5.2 Kerja Lapangan (Field Work)
1.5.2.1 Obsevasi (Observation)
Jenis observasi dalam skripsi ini adalah observasi yang tidak terstruktur.
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena pada awalnya
peneliti belum tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrument yang baku, tetapi hanya
menggunakan rambu-rambu pengamatan (Iskandar,2009:128).
Observasi yang dilakukan meliputi tempat-tempat yang mendukung untuk
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai permasalahan penelitian.
Dari hasil observasi dengan cara pengamatan langsung dan wawancara di lapangan,
penulis mendapatkan informasi berupa catatan dan rekaman dengan menggunakan
kamera vidio fine pix jv2.
13
1.5.2.2 Wawancara (interview)
Untuk mendapatkan informasi mengenai gaya permainan hasapi Sarikawan
Sitohang, maka penulis menggunakan metode wawancara terancana. Metode ini
mengarahkan peneliti bahwa sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu
menyusun daftar pertanyaan (interview guide) sebagai pedoman untuk melakukan
wawancara. Akan tetapi, setiap pertanyaan dari wawancara tersebut akan
dikembangkan lagi dan tidak hanya terbatas pada pertanyaan yang telah disusun
(Koentjaraningrat,1983:174).
1.5.2.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi di dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung
teknik observasi dan wawancara. Arikunto (2006:132), seperti yang dikutip oleh
Iskandar (2009: 134), teknik dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda”.
Studi dokumentasi yang dilakukan penulis antara lain adalah:
1. Penelusuran data online berupa artikel yang berhubungan dengan masalah
penelitian.
2. Dokumentasi berupa vidio hasil rekaman saat Sarikawan Sitohang
bermain musik baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Tulisan berupa buku, karya ilmiah maupun majalah.
14
1.5.3 Kerja Labolatorium (Desk Work)
1.5.3.1 Penyediaan Data
Dalam tahapan ini penulis mengumpulkan setiap data yang didapatkan di
lapangan baik data dari hasil wawancara, observasi maupun catatan. Data yang
dikumpulkan berupa vidio, foto, dan catatan. Selanjutnya, data berupa gambar dan
vidio rekaman tersebut disalin/dicopy ke dalam komputer dan diurutkan sesuai
dengan kronologis waktu didapatkannya data tersebut. Selain merapikan
penyimpanan data, cara tersebut membantu penulis dalam mengingat proses
penelitian.
1.5.3.2 Analisis Data
Tahapan analisis data bertujuan untuk menajamkan dan mengorganisasikan
data, dengan demikian kesimpulannya dapat divertivikasi untuk menajadi temuan
penelitian terhadap masalah yang diteliti. Data yang berupa rekaman audio,
ditranskipsikan ke dalam notasi Barat. Sistematika kerjanya adalah dengan
mendengarkan hasil rekaman, dan kemudian menuliskannya ke atas sebuah kertas
untuk selanjutnya dianalisis ( Nettl ,1963:98). Cara ini dilakukan untuk membantu
menganalisis setiap teknik permainan hasapi yang dikembangkan oleh Sarikawan
Sitohang secara ilmiah.
Notasi Barat yang digunakan dalam skripsi ini berbentuk lima garis dan
empat spasi yang bertanda mula kunci G. Nada dasar E pada hasapi dinetralkan
menjadi nada dasar C. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses penganalisisan.
Berikut beberapa elemen penting di dalam notasi barat:
15
Contoh Notasi 1.1: Notasi Lundu Pahu
1. Tanda Tempo
Tempo berfungsi untuk menyatakan capat lambatnya lagu dimainkan,.
Seperti pada contoh di atas tanda tempo artinya lagu tersebut harus
dinyanyikan dalam kecepatan 80 ketukan dalam waktu satu menit, dengan not
seperempat sebagai satuan hitungannya (kerena menggunakan tanda birama 4/4).
2. Kunci G
Kunci G adalah kunci yang bentuknya seperti kepala biola. Kunci G disebut
juga kunci biola karena kunci G digunakan untuk menuliskan nada-nada tinggi.
Kunci G digunakan untuk menunjukkan letak nada G pada garis kedua. Berikut nilai
nada di garis paranada dengan kunci G:
Contoh Notasi 1.2: Kedudukan Not Pada Garis Paranada
C D E F G A B C’
3. Tanda Dinamik
Ada beberapa jenis tanda dinamik yang digunakan dalam mendeskripsikan
ekspresi gaya permainan hasapai Sarikawan Sitohang, yaitu:
16
a) = menunjukan petikan yang memberi tekanan/aksen. Ditandai dengan
suara petikan yang lebih keras sesaat.
b) X = Tanda dinamika ini pada teori gitar dikenal dengan istilah not mati
(dead note). Senar hasapi yang dibunyikan hanya diberi setengah
c) tekanan oleh jari tangan kiri atau senar yang telah dipetik secepat
mungkin dimatikan.
4. Ornamentasi
Ada beberapa jenis ornamentasi yang sering digunakan oleh Sarikawan
Sitohang, yaitu:
a. Not hias (grace note)
Not hias adalah not-not yang dibunyikan di awal atau di akhir sebuah not.
dalam notasi barat, penulisannya dibuat dengan ukuran yang lebih kecil
dari not lainnya. Not hias (grace note) tidak mempunyai nilai ketukan
sendiri, karena dibunyikan dengan sangat cepat di sela-sela waktu sebelum
masuk atau selesainya not inti.
b. Slur
Teknik slur di dalam gitar klasik juga dikenal dengan istilah legato vibrato.
Cara kerja teknik slur adalah: dalam satu kali petikan menghasilkan dua atau
lebih nada yang berbeda. Terdapat dua macam slur, yaitu slur naik dan
slur turu..Slur naik untuk nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi
dan begitu juga sebaliknya slur turun untuk nada yang lebih tinggi ke nada
yang lebih rendah.
17
Foto 1.1 Tampilan Windows Media Player Sumber : dokumentasi penulis
5. Simbol Angka
Simbol angka dalam notasi barat berfungsi menjelaskan pemakaian jari pada
saat menekan senar hasapi. Angka satu sebagai simbol penggunaan jari
telunjuk. Angka dua penggunaan jari tengah. Angka tiga penggunaan jari
manis. Angka empat penggunaan jari kelingking.
6. Simbol Garis Panah
Garis panah ke atas menunjukan piltikan (petikan) ke bawah sedangkan
garis panah ke bawah menunjukan piltikan ke bawah.
Proses pentranskipsian dilakukan dengan terlebih dahulu mendengarkan vidio
rekaman berulang kali. Untuk memudahkan mendengar dan melihat objek yang
diteliti, maka vidio diperlambat dengan menggunakan windows Media Player.
Windows Media Player adalah salah satu sofwere pemutar vidio yang menyediakan
play speed setting ‘pengaturan kecepatan vidio’.
Play speed setting
18
Foto 1.2 Tampilan layar youtube downloader Sumber : dokumentasi penulis
Tahapan dalam proses penyetingan kecepatan vidio dengan windows Media Player
dapat di lihat pada lampiran 2.
Dalam beberapa kasus, tidak semua format vidio dapat diperlambat dengan
hasil tonalitas nada dasar yang sama dengan nada dasar asli vidio. Untuk solusinya,
penulis mengubah format vidio hasil rekaman, yang biasanya berformat “avi “atau
“mp4”, ke dalam format yang sama dengan menggunakan sofwere youtube
downloader. Sofwere ini mempunyai dua fungsi yaitu untuk men-download vidio
dari youtube dan untuk meng-convert vidio.
Hasil dari vidio rekaman permainan hasapi Sarikawan Sitohang dimainkan kembali
mengunakan hasapi langsung, karena dengan cara seperti ini penulis dapat
memahami betul setiap gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang secara musikal
maupun estetika.
19
Foto 1.3 Tampilan layar Sibelius Sumber : dokumentasi penulis
Langkah selanjutnya, hasil yang sudah didapat dan dipelajari di atas
dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan softwere “Sibelius”.
Sofwere ini merupakan sebuah progam komputer yang digunakan untuk
membantu dalam penulisan notasi balok dengan pendekatan teori musik barat.
Sampai sejauh ini, unsur-unsur di dalam teori musik barat dianggap mampu
mendeskripsikan suara dari hasapi ke dalam bentuk tulisan, sehingga membantu
dalam proses analisis data yang berupa audio.
Semua data yang didapatkan dari hasil transkripsi, kemudian dikoleksi dan
disusun secara sitematis untuk benar-benar dapat melihat tema permasalahan yang
akan diangkat. Pada akhir proses reduksi data, semua data yang dikumpulkan
20
kemudian masuk ke dalam proses display data, dimana data yang dipilih tersebut
disusun secara sistematis atau simultan. Dalam tahapan ini penulis sudah mulai
mengambil kesimpulan tentang fenomena yang menarik untuk diangkat.
1.5.3.2.1 Vertivikasi Data
Vertivikasi data adalah tahapan terakhir dalam proses pengolahan data yang
merupakan tindak lanjut dari tahapan analisis data. Pada tahapan ini penulis sudah
mendapatkan kesimpulan sementara dari penelitian. Namun, kesimpulan atau
hipotesis sementara yang diambil tetap diuji kembali dengan cara merefleksi kembali
hasil penelitian yang sudah didapat dan diskusi dengan dosen pembimbing maupun
orang-orang yang berkompeten dalam masalah skripsi ini. Setelah hasil penelitian
diuji kebenarannya, maka peneliti mengambil kesimpulan dalam bentuk deskriptif
sebagai laporan selanjutnya.
21
BAB II
Tradisi Gondang Hasapi: Konsep, Fungsi Sosial, Bentuk Penyajian
2.1 Konsep Gondang Hasapi
Di dalam kehidupan masayarakat Batak Toba kata “gondang” memiiliki
beberapa pemahaman yaitu:
1. Gondang dalam pengertian repertoar
2. Gondang dalam pengertian komposisi
3. Gondang dalam pengertian ensambel
4. Gondang untuk menunjukan kelompok sosial/usia
5. Gondang dalam pengertian seperangkat alat musik
6. Gondang dalam pengertian suatu upacara
Pengertian gondang sebagai repertoar yakni terdiri dari beberapa komposisi.
Sebagai contoh si pitu gondang atau gondang parngonsi atau panjujuran gondang. Si
pitu gondang merupakan repertoar/kumpulan lagu yang dimainkan di awal sebuah
upacara adat. Semua lagu yang terdapat di dalam si pitu gondang dapat dimainkan
secara menyeluruh atau terpisah dan pada umumnya komposisi lagu dimainkan di
dalam jumlah bilangan ganjil dengan tanpa tarian. Contoh lain gondang sebagai
sebuah repertoar dapat dilihat pada gondang simonang-monang yang terdiri tiga
komposisi yang berbeda yaitu: debata guru, bane bulan, debata sori.
Pengertian gondang sebagai komposisi menunjukan sebuah komposisi (judul
lagu secara individu) yang masing-masing dapat dimainkan dalam tahapan upacara
yang berbeda, sesuai dengan permintaan. Sebagai contohnya gondang si bunga
22
jambu, gondang husip-husip, gondang si boru mauliate. Kata si bunga jambu, husip-
husip dan si boru mauliate menunjukan sebuah komposisi dan sekaligus judul
sebuah lagu.
Pengertian gondang sebagai ensambel dapat ditemukan pada ensambel
gondang sabangunan dan ensambel gondang hasapi. Gondang sabangunan yang
dikenal juga dengan gondang bolon merupakan ensambel musik yang terdiri dari alat
musik: taganing, sarune, gordang, ogling ihutan, ogling oloan, ogling panggora,
ogung doal, dan hesek tanpa odap. Gondang hasapi terdiri dari alat musik hasapi
ende, hasapi doal, sarune etek, hesek, dan pada masa perkembangannya
menggunakan alat musik taganing dan sulim. Pada dasarnya kedua ensambel ini
mempunyai dua kesamaan yakni dimainkan dalam konteks religi, adat maupun
hiburan, dan pada umumnya memainkan komposisi lagu yang sama. Namun, bila
dikaji lebih dalam lagi kita menemukan perbedaan dalam hal teknik memainkan
serta instrument musik yang digunakan.
Pengertian gondang untuk menunjukan kelompok sosial dapat kita lihat pada
gondang suhut, gondang hula-hula, gondang boru. Pada saat gondang suhut
dimainkan maka yang mengambil peranan dalam penyampaian pesan dan menari
adalah pihak suhut. Pada saat gondang hula-hula dimainkan maka yang mengambil
peranan adalah pihak hula-hula, dan begitu juga dengan gondang boru, maka yang
mengambil peranan adalah pihak boru. Sedangkan makna gondang yang
menunjukan usia dapat ditemukan pada gondang naposo. Pada saat gondang naposo
dimainkan maka muda- mudi mengambil peranan untuk menari.
Pengertian gondang sebagai seperangkat alat musik dapat dilihat pada kata
gondang yang menunjukan alat musik taganing yang merupakan alat musik di dalam
23
esnsambel gondang sabangunan. Makna gondang lebih mengarah pada alat musik
gendang. Sedangkan makna gondang di dalam gondang hasapi tidak menunjukan
kata “hasapi” yang sebagai sebuah perangkat musik.
Pengertian godang sebagai sebuah upacara dapat ditemukan pada upacara
parmalim. Seperti gondang parsahadatan pada upacara Pameleon Bolon Si Paha
Lima. Gondang mandudu pada upacara pemanggilan roh. Gondang saem pada
upacara penyembuhan.
Sebagaian besar masyarakat Batak Toba menyamakan istilah gondang hasapi
dengan istilah unuing-uningan. Namun, mari kita kaji lebih dalam agar dapat
pemahaman yang benar mengenai istilah gondang hasapi dengan uning-uningan.
Sebelum adanya istilah gondang, menurut pengakuan Marsius Sitohang, masyarakat
Batak Toba lebih dahulu mengenal istilah uning-uningan6. Adapun pengertian uning-
uningan:
“Ia hata uning-uningan na terjadi do I I sian hata namasialusan: ‘un’ dohot ‘ing’. Un: soara na bongor Ing: suara na sihil (pihit) Hata tamba-tamba an marlapatan; jot-jot manang pinakngulak-ngulakon. Patudos tu hata jal-jalan, hilan-hilan, talihan. Uning-uningan on ia ma ula-ula musik tudos-tudos ni gondang na ummura patupahon na boi pintor pangkeon jala neang martimbangkon ogung “
[Terjemahan bebas: kata uning-uningan terjadi dari bentuk kata yang bersahutan: un dan ning. Un berarti suara yang besar dan mempunyai tekanan yang rendah, sedangkan ing berarti tinggi dan melengking dan kata an berarti yang diulang-ulang. Jadi, uning-uningan adalah musik yang paling mudah dimainkan. (M. Hutasoit, 1976:30)]
Kemudian MA. Marbun dan IMT. Hutapea (1987:196) berpendapat bahwa
uning-uningan adalah alat-alat musik tradisional Batak Toba, misalnya: sordam,
6 Wawancara dengan Marsius Sitohang tanggal 8 agustus 2012
24
hasapi, garantung. Selanjutnya pada tahun i920-an Tilham Gultom memakai istilah
uning-uningan untuk menyebut ensambel musik yang digunakan dalam pementasan
Opera Batak (Irwansyah, 2005:15). Uning-uningan yang digunakan Tilham Gultom
yang kemudian lebih dikenal dengan “Uning-Uningan Opera Batak” merupakan
penggabungan musik gondang hasapi dan gondang sabangunan. Bahkan,dalam
rekaman yang dibuat oleh Paul B. Pedersen dalam buku yang berjudul ”Batak
Musik”, musik Opera Batak Tilham Gultom memainkan gambang jawa.7 Kemudian,
bila kita lihat di dalam kamus Bahasa Batak Toba, maka kata uning-uningan
mempunyai arti sebagai alat musik.
Sarikawan Sihotang mengatakan bahwa istilah uning-uningan digunakan
untuk menyebutkan nama ensambel musik yang merupakan penggabungan semua
alat musik, baik dari beberapa alat musik yang terdapat di dalam gondang
sabangunan, gondang hasapi, brass band, Band Kombo. Perhatiakan gambar untuk
uning-uningan yang dimaksud oleh Sarikawan Sitohang:
7 Rithaony Hutajulu, ”Analisis Struktural Musik Vokal Pada Opera Batak : Dengan Pusat Perhatian
Pada Karya Tilham Gultom,” (skripsi sarjana, fakultas sastra, Medan, 27 Agustus 1988 ), hal 38.
Foto No. 2.1 Kelompok “Tonggo Musik” Sumber : dokumentasi penulis
25
Menurut Sarikawan Sitohang, gondang hasapi lebih sering digunakan pada upacara-
upacara ritual, sedangkan uning-uningan lebih dapat digunakan dalam konteks
hiburan.
Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa istilah gondang
hasapi tidak dapat disamakan dengan istilah uning-uningan. Sampai sejauh ini
Gondang hasapi dapat diidentifikasikan dari alat musik yang digunakan seperti yang
sudah disebutkan diatas. Namun, dalam karakter penyajiannya dapat saja disamakan
dengan uning-uningan yang juga dimainkan secara heterofonis. Salah satu komunitas
yang masih aktif dalam menggunakan ensambel gondang hasapi adalah
kepercayaan8 parmalim. Perhatikan contoh gambar berikut:
2.2 Fungsi Sosial
Di dalam tradisi Batak Toba, gondang hasapi juga dikenal dengan istilah
”gondang kecil”, karena suaranya yang dinilai lebih kecil dibandingkan gondang
8 Parmalim adalah sebuah aliran kepercayaan masyrakat Batak kepada Roh nenek moyang
Foto No. 2.2 Upacara Si Paha Sada Sumber : Youtube
26
sabangunan, sehingga dalam penyajiannya sering dimainkan di dalam rumah, selain
juga suaranya yang lebih medium dibandingkan gondang sabangunan. Secara umum
ada tiga wilayah konteks dalam penyajian gondang hasapi yaitu: konteks religi, adat,
dan hiburan.
Dalam konteks religi, gondang hasapi digunakan untuk mengiringi upacara-
upacara ritual. Seperti upacara pemanggilan/pemujaan roh nenek moyang yang
dikenal dengan manjou sumangot atau gondang sabodari. Di dalam konteks religi,
gondang hasapi berfungsi sebagai sarana atau media ungkapan spiritual yang
menghubungkan roh nenek moyang dengan parsiaron (orang yang dirasuki roh
nenek moyang). Upacara manjou sumangot sering dilakukan pada saat
seseorang/sekelompok orang memerlukan kesembuhan, petunjuk, kekuatan dari roh
nenek moyang. Bagi sebagian masyarakat Batak Toba, roh leluhur dinilai masih
mempunyai kekuatan atau dapat melakukan sesuatu di luar kemampuan manusia
biasa. Masih dalam konteks religi, sampai saat ini gondang hasapi masih digunakan
oleh kepercayaan parmalim dalam pelaksanaan upacara si paha sada dalam rangka
mengenang kelahiran ”Tuhan mereka” Simarimbulu Bosi. Di dalam upacara ini,
biasanya gondang hasapi yang dibawakan terdiri dari beberapa instrumen, yaitu: satu
buah hasapi pembawa melodi ( hasapi ende), satu buah hasapi pembawa ritem
(hasapi doal), sarune etek, garantung, dan hesek. Sedangkan untuk formasi jumlah
yang memainkannya sangat bervariasi, misalnya sarune etek dapat dimainkan oleh
lebih satu orang. Namun, komposisi godang yang dimainkan sangat diperhatikan.
Dalam konteks adat, gondang hasapi sering digunakan dalam acara-acara
syukuran untuk hasil panen, keberhasilan anak, maupun kesembuhan. Namun,
penggunaan gondang hasapi dalam konteks adat seperti di atas sudah sangat jarang
27
dilakukan oleh masyarakat Batak Toba di desa maupun di perkotaan. Dalam
konteks ini, hal seperti di atas tidak terlalu dipermasalahkan, beberapa hal yang
mendapat perhatian seperti hal-hal yang berhubungan dengan konsep Sipitu
Gondang, yaitu urutan suatu komposisi musik yang terdiri dari tujuh buah Gondang
yang dimainkan secara berturut-turut pada awal upacara. Walaupun ada kalanya di
dalam pelaksanaan selanjutnya aturan-aturan mengenai jenis Gondang yang
dimainkan tidak terlalu ketat, (tergantung dari seseorang yang meminta Gondang
dari Pargonsi).
Sedangkan dalam konteks yang bersifat hiburan, hal-hal yang berhubungan
dengan komposisi instrumentasi dan jenis lagu yang dimainkan, dapat dikatakan
tidak memiliki aturan yang khusus. Hal-hal yang berkaitan dengan penambahan jenis
instrumennya, biasanya tidak tertutup kemungkinan untuk ditambah, seperti sulim
dan taganing. prinsipnya instrumen yag ditambah karakter suaranya dapat
disesuaikan dengan kondisi instrumen yang telah ada. Saat ini, gondang hasapi di
dalam konteks hiburan sering ditemukan dalam acara-acara kebudayaan yang
dilaksanakan oleh pihak pemerintahan di dalam maupun di luar negeri.
Foto No. 2.3 Pertunjukan gondang hasapi pada salah satu acara pentas kebudayaan Sumber : Google Image
28
2.3 Tradisi Penyajian Gondang Hasapi
2.3.1 Peran Tiap-Tiap Instumen
Tabel 2.1 Fungsi Tiap-tiap Instrumen Musik Dalam Ensambel Gondang Hasapi
No Nama Instrumen Fungsi
1 Sarune Etek sebagai pembawa melodi; mengawali dan mengakhiri
lagu
2 Hasapi Ende Sebagai Pembawa Melodi; mengawali dan mengakhiri
lagu
3 Hasapi Doal Sebagai pembawa ritem yang konstan
4 Garantung Berperan sebagai pembawa ritem yang konstan dan
juga berperan sebagai melodi; penentu
tempo lagu yang dibawakan
5 Hesek Berperan sebagai ritem lagu yang dimainkan secara
konstan
2.3.2 Gaya Penggarapan Komposisi Gondang Hasapi
2.3.2.1 Tangga Nada
Pada umumnya tangga nada lagu/gondang di dalam tradisi gondang hasapi
adalah pentatonik (lima buah nada dalam satu oktaf). Kartomi ( seperti dikutip Rita,
1969:32) :
“In most cases, batak melodies are based on a pentatonic cale, the tones being similar in ptch to Javanese slendro tone system, but used in quite distinctive, non salendro fashion”.
29
[Dengan terjemahan bebas: pada sebagian besar kasus melodi musik batak didasari pada tangga nada pentatonik, nada-nadanya mirip dengan slendro jawa, tetapi digunakan secara khusus, bukan seperti cara-cara atau kebiasaan dalam laras slendro]
Contoh Notasi 2.1: cuplikan lagu “Sibuka Pikiran”
Dari contoh cuplikan melodi di atas dapat dilihat bahwa nada yang dimainkan secara
variasi ritme adalah C,D,E.F,G. Dimana nada C sebagai nada yang paling rendah,
sedangkan nada G sebagai nada yang paling tinggi.
2.3.2.2 Bentuk Melodi
Pengarapan melodi gondang/lagu dalam gondang hasapi adalah bersifat
repetisi variatif ‘kalimat melodi yang sama diulang-ulang dengan penambahan
berbagai variasi melodi’.
30
Contoh Notasi 2.2 : cuplikan lagu “Marnini-Marnono”
2.3.2.3 Tekstur Penggarapan Melodi
Dalam permainan secara ensambel atau gabungan. Tiap-tiap instrument
gondang hasapi (khususnya yang berperan sebagai pembawa melodi) membawakan
garis melodi secara “heterefonis ” atau secara bersamaan membawakan satu garis
melodi yang sama dengan karakteristik suara masing-masing instrument. Gambar
notasi dapat di lihat pada lampiran 5.1.
31
BAB III
BIOGRAFI SINGKAT SARIKAWAN SITOHANG
3.1 Pengertian Biografi
Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah
riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris
kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta
kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi
yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang
dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan
jelas
3.2 Biografi Sarikawan Sitohang
Dalam skripsi ini, biografi Sarikawan Sitohang bertujuan untuk memberi
keterangan mengenai perjalanan hidupnya dan lebih jauh untuk melihat bagaimana
pembentukan karakteristik dari gaya permainnan hasapi Sarikawan Sitohang. Point-
point penting yang akan dideskripsikan dalam bab ini mencakup aspek-aspek:
1. Latar belakang keluarga.
2.Latar belakang pendidikan.
3.Kehidupan sebagai pemusik, dan manajemen seninya.
32
4. Tanggapan masyarakat khususnya para seniman Batak Toba terhadap
keberadaannya sebagai seorang pemusik tradisional Batak Toba,
khususnya sebagai seoarang musisi hasapi di dalam konteks tradisi
gondang hasapi.
3.2.1 Latar Belakang Keluarga
Sarikawan Sitohang lahir pada tanggal 1 Agustus 1958 di Kabupaten
Simalungun, tepatnya kecamatan Belawan. Ia merupakan anak pertama dari
pasangan Mangumbang Sitohang dan Tang Boru simbolon. Ayahnya, Mangumbang
Sitohang, adalah seorang seniman yang mempunyai keahlian dalam memainkan
semua instrument musik Batak Toba, baik instrument yang ada di dalam ensambel
gondang sabangunan maupun yang ada di dalam ensambel gondang hasapi.
Sedangkan ibunya adalah seorang penari. Jadi, Sarikawan Sitohang lahir di tengah-
tengah keluarga ‘‘pekerja seni’’.
Sejak tahun 1928 ayah dari Sarikawan Sitohang sudah bergabung sebagai
salah satu pemain musik di dalam Opera Batak Sitamiang yang pada saat itu di
bawah pimpinan Tilham Gultom. Namun, setelah Opera Batak Tilham Gultom
derivasi (berubah nama) pada pertengahan tahun 1952 menjadi Opera Batak Serindo,
pada tahun 1952 ayahnya kemudian membuat Opera Batak yang baru (nama tidak
diingat lagi). Di dalam Opera Batak inilah ayahnya kemudian bertemu dengan
ibunya yang juga merupakan penari di dalam Opera Batak tersebut. Dari pernikahan
kedua ayahnya inilah lahir Sarikawan Sitohang.
33
Menurut pengakuan Sarikawan Sitohang, ia lahir di panggung pada saat
ibunya sedang menari tor-tor sawan di dalam pertunjukan Opera Batak ayahnya
yang pada saat itu sedang diadakan di lapangan Ser-Belawan. Awalanya Sarikawan
Sitohang diberi nama Serbelawan oleh orangtuanya. Akan tetapi, karena di Sumatera
Utara sedang terjadi peristiwa pemberontakan terhadap pemerintah pusat, maka
saudara dari ibunya yang bernama Kolonel Simbolon, menyarankan untuk mengubah
nama Serbelawan menjadi CK (cari kawan), dan hingga saat ini ia kemudian dikenal
dengan nama Sarikawan. Dari namanya tersebut ayahnya kemudian memutuskan
untuk mengubah nama Opera Bataknya menjadi “Sarpermas”, yang artinya
Sarikawan penghibur masyarakat.
Ketika Sarikawan Sitohang berusia tiga tahun, ia sudah diajarkan menari dan
bernyanyi oleh ayahnya, bahkan sudah mulai ikut dalam pertunjukan keliling Opera
Batak Sarpemas. Sejak saat itu, ayahnya sudah dapat melihat bakat seni yang
dimiliki Sarikawan Sitohang, sehingga pada saat usianya mencapai tujuh tahun,
ayahnya mulai mengajarinya cara memainkan hasapi doal. Kemudian, di usianya
yang kesepuluh tahun Sarikawan Sitohang telah dapat memainkan hasapi ende
dengan stem-an tradisi.
Pada saat usianya dua belas tahun, seseorang yang merupakan teman dari
ayahnya yang ber-marga Sidabutar, yang adalah salah seorang pemain hasapi di
dalam Opera Batak Serindo, sering berkunjung ke Opera Batak ayahnya. Sarikawan
Sitohang kemudian sering memperhatikan teman ayahnya tersebut bermain hasapi
dengan menggunakan stem mol. Karena ketertarikan Sarikawan Sitohang terhadap
gaya permainan orang tersebut, ia kemudian sangat tekun dalam memperhatikan dan
mengapilkasikan kedalam hasapi miliknya. Sarikawan Sitohang kemudian berhasil
34
memainkan komposisi gondang-gondang Batak Toba dengan menggunakan hasapi
ber-stem mol, dan bahkan pada umur delapan belas tahun Sarikawan Sitohang
sudah menguasai semua teknik piltikan hasapi ayahnya, baik dengan stem-an taradisi
maupun stem-an mol.
Menurut pengakuan Sarikawan Sitohang, ayahnya telah dua kali menikah.
Istri ayahnya yang pertama benama Boru Sinaga dan berdomisili di Pulau Samosir
dengan nama anak-anaknya:
1. Pahala Sitohang
2. Halomoan Sitohang
3. Maziun Sitohang
4. Marsius Sitohang
5. Zalima Sitohang
6. Intan Sitohang
7. Tanli Sitohang
Selanjutnya, nama-nama anak dari istri kedua ayahnya yang bernama Tang Boru
Simbolon adalah :
1. Sarikawan Sitohang
2. Ramli Sitohang
3. Ucok Sitohang
4. Yani Sitohang
Dari anak istri pertama dan kedua ayahnya, hanya Sarikawan Sitohang dan
Marsius Sitohang yang bekerja sebagai pemain dan pengajar musik Batak Toba,
Sedangkan saudaranya yang lain berkerja sebagai pekerja swasta.
35
Sarikawan Sitohang sendiri telah dua kali menikah. Istri yang pertama
bernama Boru simbolon, dengan nama anak-anaknya:
1. Toni Sitohang
2. Tawada Sitohang
3. Candra Sitohang
Sedangkan istri keduanya berrnama Salma Boru Bugis. Dari pernikahan keduanya ini
Sarikawan Sitohang mendapatkan satu orang anak yang bernama Noel Sitohang.
Dari semua anak-anaknya, baik dari istri yang pertama maupun istri yang
kedua, hanya Tawada Sitohang yang terlibat dalam dunia musik, dan saat ini telah
Foto 3.1 Sarikawan Sitohang bersama istri (Salma) dan anaknya (Noel) Sumber : dokumentasi penulis
36
menyelesaikan sekolah musiknya di salah satu Sekolah Menengah Keguruan
musik di Sumatera Utara. Sedangkan anaknya yang lain bekerja sebagai sebagai
pekerja swasta
3.2.2 Latar Belakang Pendidikan
Sarikawan Sitohang besar di dalam lingkungan Opera Batak. Hal ini
membuat Sarikawan Sitohang tidak pernah mengikuti proses belajar di bangku
sekolah. Salah satu alasannya karena pada saat itu Opera Batak selalu melakukan
pementasan keliling kampung, sehingga hal ini menyebabkan terganggunya
pendidikan formal Sarikawan Sitohang. Sedangkan keahliannya dalam memainkan
alat musik seperti hasapi dan taganing didapatnya dari ayahnya secara liasan (tanpa
tulisan), atau hanya dengan mendengar, melihat dan kemudian menirukan.
3.2.3 Latar Belakang Pekerjaan
Setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1982, maka di tahun yang sama
ia mendirikan sebuah Opera Batak yang diberi nama SBD (Seni Budaya Daerah).
Namun, Opera Batak SBD ini hanya bertahan selama dua tahun dikarenakan pada
saat itu minat masyarakat akan pertunjukan Opera Batak semakin menurun akibat
mulai maraknya perkembangan media elektronik. Sehingga, pada tahun 1984 Opera
Batak SBD ini resmi dibubarkan. Karena putus asa melihat turunnya minat
masyarakat terhadap kesenian Batak Toba, Sarikawan Sitohang memutuskan untuk
pindah ke Sidikalang dan mulai usaha bercocok-tanam selama hampir kurang lebih
tiga tahun lamanya. Pada tahun 1987, ia kemudian pindah ke Kaban Jahe. Di kaban
Jahe Sarikawan Sitohang bekerja sebagai pedagang kaki lima sebuah pasar. Selain
37
berjualan di pasar, selama di Kaban Jahe Sarikawan Sitohang mulai menerima ajakan
saudaranya, Marsius Sitohang, untuk bermain musik. Ia mulai menerima tawaran
bermain musik kebeberapa kota di Indonesia dan bahkan tidak jarang mendapatkan
tawaran bermain musik sampai ke luar negeri.
Kemudian, pada tahun 2000 Sarikawan Sitohang bertemu dengan Bpk.
Kapten Purnawirawan JS. Sinaga (Mantan pimpinan Satlantas Sumatera Utara). Dari
pertemuan itu ia diajak untuk bergabung dalam sebuah grup musik yang bernama
“Tonggo Musik” yang kebetulan di bawah pimpinan Bpk JS Sinaga. Awalnya grup
musik ini merupakan brass band ‘ansambel musik tiup’ yang hanya terdiri dari alat
musik tiup seperti saksofon, dan terompet. Namun, setelah Sarikawan Sitohang
bergabung, grup musik ini mulai menambahkan alat-alat musik lainya seperti drum,
gitar bas, sulim, keyboard beserta perangkat musik ensambel gondang sabangunan
dan ensambel gondang hasapi . Dalam grup musik ini, Sarikawan Sitohang dipilih
menjadi orang kepercayaan Bpk. JS. Sinaga untuk memimpin sekaligus sebagai
pemain hasapi.
Grup Tonggo Musik memenuhi semua undangan acara, seperti: pesta marga,
ulang tahun, pelantikan, STM (Serikat Tolong Menolong), pesta gereja, pernikahan,
kematian dan acara hiburan lainnya. Salah satu hal yang menarik dari grup musik ini
yaitu mereka tidak hanya menguasai komposisi musik Batak Toba saja, namun
mereka juga dapat memainkan komposisi musik Cina, India, Melayu, Karo, yang
disesuaikan dengan permintaan pihak yang membuat acara. Oleh karena permintaan
masyarakat yang semakin luas, grup Tonggo Musik berusaha untuk tetap dapat
beradaptasi dengan perkembangan masyarakat. Sehingga, ini menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang yang
38
menuntut ia untuk lebih dominan menggunakan stem mol, karena hanya dengan cara
tersebut hasapi-nya dapat membawakan semua jenis lagu.
Tonggo Musik terdiri dari sembilan orang pemain musik, yaitu: satu orang
pemain sulim, tiga orang pemain musik tiup (saksofon dan terompet), satu orang
pemain drum, satu orang pemain gitar bass, satu orang pemain taganing, satu orang
pemain kyboard, dan satu orang pemain hasapi. Hingga saat ini, grup Tonggo Musik
menjadi pekerjaan utama Sarikawan Sitohang dalam memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya sehari hari.
3.2.4 Latar Belakang Pengalaman Bermain Musik
Sarikawan Sitohang mempunyai latar belakang bermain musik dimulai dari
komunitas Opera Batak dari tahun 1961-1982, bahkan ia dilahirkan pada saat
pertunjukan Opera Batak sedang berlangsung. Dari keahliaannya memainkan hasapi
dan Taganing, ia mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam pertunjukan-
pertunjukan musik Batak Toba ke beberapa Negara, antara lain:
1. Tahun 1988 bersama Saudaranya, Marsius Sitohang, Sarikawan Sitohang
pernah diundang pihak pemerintahan Indonesia untuk menampilkan
pertunjukan ensambel gondang hasapi dan gondang sabangunan selama
lebih kurang dua puluh menit dihadapan Ibu Negara, Tin Soeharto, di Istana
Merdeka dalam acara “minum kopi bersama”
2. Tahun 1989 diundang ke Belanda
3. Tahun 1991 diundang ke Jerman
4. Tahun 1992 diundang ke Australia
5. Tahun 1994 diundang ke Amerika dan China
39
6. Tahun 1996 diundang ke Korea Utara dan Korea Selatan
Hingga saat ini, kurang lebih dua belas kota besar mancanegara yang sudah
dikunjungi oleh Sarikawan Sitohang, termasuk Paris, Amsterdam, Frankfut, London,
Newyork, Los Angles, Tokyo, Melbourne, Sydney, Seoul, Korea. Namun, saat ini
Sarikawan Sarikawan Sitohang lebih memilih untuk tidak memenuhi undangan
bermain musik keluar negeri, karena menurut perhitungannya, bayaran yang
diberikan instansi atau personal yang mengundang tidak dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya dan akan lebih menguntungkan jika ia tetap memenuhi
jadwal mainnya di grup Tonggo Musik.
Tampak pada gambar di atas saat Sarikawan Sitohang bermain musik bersama
Marsius Sitohang dan teman temannya dalam acara Konser Horas (konser yang
Foto 3.2 Sarikawan pada saat bermain musik dalam ensambel gondang hasapi Sumber : dokumentasi penulis
40
digalangkan pemerintah untuk memberantas pembajakan kaset) yang dilaksanakan di
kota Medan.
Menurut pengakuan Sarikawan Sitohang, ia sudah mengeluarkan lebih dari
20 jenis kaset bersama saudaranya Marsius Sitohang. Akan tetapi, dalam
pembayarannya ia tidak mendapatkan hak keuntungan yang jelas dari setiap
penjualan kasetnya. Keterbatasan pengetahuannya mengenai dunia rekaman
membuat ia tidak mendapatkan hak pembayaran yang seharusnya. Bahkan, hanya
beberapa kaset saja hasil rekamannya yang sampai kini masih dimilikinya,
sedangkan kaset yang lain bukan saja tidak dimilikinya, namun ia tidak mengetahui
lagi kemana saja kasetnya sudah didistribusikan. Dari peristiwa tersebut, ia
menjadi jera untuk masuk lagi ke dunia rekaman. Data hasil rekaman Sarikawan
Sitohang dapat di lihat pada lampiran 3.
Kaset “Seruling & Kecapi” dan “Instrumentalia Si Raja Seruling & Kecapi”
dikeluarkan pada tahun 1989, di mana Sarikawan Sitohang sebagai Pemain hasapi
dan Marsius Sitohang sebagai pemain sulim. Sedangkan kaset” Seruling Sakti”
dikeluarkan pada tahun 1994 di bawah manajemen Columbia Record.
Selain prestasinya berupa kaset rekaman, ia juga pernah mendapat
beberapa penghargaan dari beberapa pertunjukan musik Batak Toba baik yang di
Indonesia maupun di kota- kota besar mancanegara. Namun, kuranganya ketelitian
Sarikawan Sitohang menyebabkan banyak dari data publikasi berupa piagam maupun
foto-foto dalam pengalaman bermusiknya hilang. Salah satu dari piagam yang masih
dimilikinya adalah ketika ia bermain musik di New Zeland bersama dengan grup
41
musik “Suara Sama” pimpinan Irwansyah Harahap. Gambar piagam dapat dilihat
pada lampiran 4.
3.2.5 Manajemen Seni Sarikawan Sitohang
Untuk satu kali undangan bermain musik baik dalam acara pernikahan,
kematian, maupun hiburan, group “Tonggo Musik” dibayar sebesar Rp 2.000.000
rupiah. Upah tersebut sudah termasuk biaya peralatan dan biaya transportasi. Ia dan
teman-temannya juga harus membayar sebesar 30% dari pendapatan seluruh kepada
Bpk JS Sinaga selaku pemilik “Tonggo Musik” sebagai biaya penyusutan peralatan
dan jasa. Jadi, keuntungan bersih yang diterima Sarikawan Sittohang dan teman-
temannya dalam satu kali pertunjukan setelah dipotong 30% adalah Rp 1400.000
rupiah. Kemudian, uang Rp 1.400.000 rupiah tersebut dibagi sembilan, karena grup
Tonggo Musik terdiri dari sembilan orang pemain. Sehingga, masing-masing orang
mendapatkan upah bersih Rp 150.000 rupiah.
Grup Tonggo Musik ini mendapat jadwal tampil yang tidak tentu. Terkadang
dalam satu minggu hanya dua kali pertunjukan dan bahkan tidak ada jadwal tampil
sama sekali. Sedangkan untuk satu kali undangan keluar negri, Sarikawan Sitohang
mendapat bayaran kurang lebih berkisar Rp 5000.000 rupiah untuk waktu satu bulan.
Menurut pengakuan Sarikawan Sitohang, lebih baik mengutamakan kerja di Tonggo
Musik daripada ikut keluar negeri karena tidak sesuai pendapatan dengan
pengeluaran selama di luar negeri, apalagi untuk biaya kebutuhan keluarganya sehari
hari.
42
3.2.6 Pengaruh Sarikawan Sitohang Di dalam Lingkungan Musik Batak Toba
Sarikawan Sitohang mempunyai pengaruh di dalam eksistensi musik
tradisional Batak Toba, khususnya di Sumatera Utara. Kemampuannya dalam
memainkan hasapi menjadi inspirasi bagi para musisi dan ilmuan musik, sebut saja
Irwansyah Harahap dan Prof Mauly Purba, mereka sempat belajar hasapi dari
Sarikawan Sitohang. Ia juga pernah mengajar hasapi di Departement
Etnomusikologi, Fakultas sastra, USU , namun tidak berlangsung cukup lama karena
bayaran yang diterima menurutnya kurang mencukupi. Kemampuan Sarikawan
Sitohang dalam memainkan hasapi mendapat pengakuan dari orang-orang yang
pernah bermain dengannya, termasuk Saudara kandungnya Marsius Sitohang dan
teman-temannya di dalam grup Tonggo Musik. Di dalam grup Tonggo Musik, suara
hasapi sarikawan Sitohang sebagai pembawa melodi sangat mendominasi, sehingga
ini menjadi ciri khas dari kelompok musik tersebut. Bukan hanya itu, kehadiran
Sarikawan Sitohang dalam komunitas musik Batak Toba di kota Medan pernah
membawa suatu hal yang baru. Menurut pengakuannya, ia adalah orang yang
pertama kali memodifikasi alat musik taganing. Ia menggabungkan alat musik
taganing dengan drum di mana saat bersamaan ia mampu memainkan taganing dan
drum. Hingga saat ini kita sering menemukan para pemusik Batak Toba melakukan
cara yang sama dengan yang pernah dilakukan Sarikawan Sitohang, yakni
menggabungkan taganing dengan drum Selain itu, dia dan saudaranya Marsius
Sitohang merupakan orang yang pertama kali menggabungkan musik gondang
dengan musik tiup barat (brass music)..
43
Senar
Foto 4.1 Kontruksi masing- masing bagian hasapi Sumber : skripsi Fery
Pinggol-pinggol / kupingan
BAB IV
DESKRPSI ANALITIS GAYA PERMAINAN HASAPI
SARIKAWAN SITOHANG
4.1. Kontruksi Hasapi
Untuk membantu proses pemaparan terhadap teknik permainan hasapi
Sarikawan Sitohang, maka terlebih dahulu penulis akan menjelaskan kontruksi dari
instrument hasapi, karena penulis melihat adanya hubungan antara teknik bermain
dengan kontruksi hasapi atau susunan dari badan/organologi hasapi itu sendiri
sebagai materi penghasil bunyi.
Butuha/ Perut
Rukung/ leher(Fret le
Ulu/ kepala
Ihur/ Ekor
Pusok/ Pusat
44
Hasapi adalah sebuah instrument musik yang terbuat dari kayu Jior (Cassia-
Siamea Lamk) atau kayu pinasa (Arto Carpus Intergramer). Kedua jenis kayu ini
digunakan untuk membuat hasapi. Hasapi terdiri dari empat bagian besar, yaitu
terdiri dari : uluna (bagian kepala), rukung (bagian leher), Butuha (bagia perut),
bagian ihur (bagian ekor). Dari masing-masing bagian yang disebutkan di atas
terdapat bagian lain seperti: pada bagian uluna terdapat satu bagian yang disebut
Pinggol sebagai alat perengang tali (pengatur nada), pada bagian rukung terdapat
satu sisi (permukaan) yang datar yang disebut papan jari sebagai alat penghasil nada,
pada bagian butuha terdapat bagian-bagian seperti; resonator (penguat suara), pada
bagian butuha terdapat papan penutup resonator (alat pengetar suara) dan pada
bagian penutup terdapat pusok (pusat) sebagai tempat penyanggah tali. Hasapi
memiliki dua senar; dimainkan dengan cara memetik senar tersebut. Biasanya untuk
memetik senarnya digunakan alat yang disebut piltik (Claver) . Klasifikasi instrumen
Hasapi adalah :
1. Chordophone one or more strings are stretched between fixed points
Kordofon memiliki satu atau beberapa senar direngangkan di antara dua
bidang batas yang telah ditentukan.
2. Composite Chordopones A string bearer and a Resonator are Organically
united and cannot be separted without destroying the instrumen
Kordofon gabungan sebuah tempat senar dan sebuah resonator yang secara
organologis disatukan dan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak alat
musiknya.
3. Lutes: rancangan senarnya paralel (sejajar) kotak suaranya.
4. Handle lute (lute yang dipegang).
45
Foto 4.2 Hasapi dalam stem tradisi Sumber : skripsi Feri
5. Necked lute (lute yang berleher).
6. Lute yang berbentuk bow yang berleher.
7.Instrumen yang dimainkan dengan cara memetik dan menggunakan alat
pemetik yang dipegang dengan jari.
4.2 Setem (tuning) Hasapi
4.2.1 Stem Tradisi ( ters mayor)
Di dalam tradisi gondang hasapi, alat musik hasapi sering di-stem dengan
nada dasar E (mi) dan nada dasar F(fa). Di dalam teori musik barat, tangga nada
dasar E dan F terdiri dari beberapa nada ‘kromatis’ yang membentuknya. Namun,
untuk memudahkan penganalisisan, di dalam skripsi ini nada dasar hasapi
ditransposisikan ke dalam tanda kunci netral ‘tanpa kromatis’ dengan dasar C
mayor.
:
Senar atas ditekan nada D (re)
Senar bawah ditekan nada F (fa)
Senar bawah ditekan nada G (sol)
Senar bawah dibuka nada E (mi)
Senar atas dibuka nada C (do)
46
Senar atas ditekan nada C (do)
4.2.2 Stem Mol ( kwint murni )
Di dalam Opera Batak, stem mol sering digunakan oleh para pemain hasapi
untuk membawakan lagu-lagu atau gondang yang bertangga nada diatonik, karena di
dalam stem mol pemain hasapi dapat mencapai nada dua oktaf dengan penjarian
yang lebih sederhana. walaupun dengan stem tradisi pemain hasapi juga dapat
memainkan lagu-lagu yang bernada diatonik atau mencapai nada sampai dua oktaf,
namun pemain hasapi akan mengalami kesulitan dalam hal penjarian.
:
Untuk mendapatkan nada yang semakin tinggi maka, titik senar yang
ditekan oleh jari semakin mendekati pusat senar, sedangkan untuk mendapatkan nada
Foto 4.3 Hasapi dalam stem Mol Sumber : dokumentasi skripsi Feri
Senar bawah ditekan nada E (mi)
Senar bawah dibuka ; nada D (re)
Senar atas dibuka nada g (sol)
47
yang rendah, maka titik senar yang ditekan semakin mendekati kepala hasapi.
Hasapi tidak memiliki pembatas nada (fret) pada papan jarinya, sehingga keakuratan/
ketepatan dalam menekan senar hasapi lebih ditekankan menggunakan perasaan
(feeling). Kemampuan feeling tersebut didapatkan dari kebiasaan memainkan
hasapi9. Uuntuk dapat menjelaskan secara lebih akurat, penulis mengukur jarak
antara titik tekan senar nada yang satu dengan titik tekan senar nada yang lain
dengan menggunakan mistar (kayu penggaris) , dan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jarak Titik Nada Pada Senar Hasapi
9 Hasil wawancara penulis dengan Sarikawan Sitohang, tanggal 13 February 2012
No Nama Nada
Senar 1 & 2
Jarak (cm)
1 C – D 4
2 D – E 4
3 E – F 2
4 F – G 4
5 G – A 4
6 A – B 4
7 B – C 2
48
Tangan kanan berfungsi memegang claver dan menopang bagian ujung
Foto 4.4 Sarikawan Sitohang memegang hasapi tampak dari depan Sumber : dokumentasi penulis
4.3 Teknik Permainan Hasapi Sarikawan Sitohang
4.3.1 Teknik Memegang Hasapi
Tangan kiri memegang leher hasapi dengan posisi menggenggam
Foto 4.5 Sarikawan memegang hasapi tampak dari samping Sumber : dokumentasi penulis
49
Untuk posisi menyetem hasapi, badan hasapi diletakan di bawah dagu
sehingga mengapit badan hasapi. Selain mengurangi resiko hasapi yang bergerak ,
posisi tersebut sangat baik dalam mendengarkan keakuratan nada pada senar hasapi
Foto 4.6 Sarikawan memainkan hasapi dalam posisi berdiri Sumber : dokumentasi penulis
Foto 4.7 Sarikawan saat menyetem hasapi Sumber : dokumentasi penulis
50
pada saat distem. Di saat yang bersamaan, tangan kiri memutar pinggol - pinggo/
kupingan, sedangkan tangan kanan memetik tali hasapi.
4.3.2 Teknik Penjarian (fingering)
Berdasarkan sistem Penyeteman hasapi dan nada dasar lagu,
penjarian Sarikawan Sitohang dibagi menjadi tiga bentuk posisi,
yaitu:
4.3.2.1 Setem Tradisi Dengan Nada Dasar C
Menurut Sarikawan Sitohang, panjang kuku yang baik untuk bermain hasapi
kira kira ¼ cm dari kulit jari, sehingga senar yang ditekan berada di antara kulit dan
kuku. Hal ini mendukung dalam menghasilkan suara yang lebih nyaring dan jari
yang menekan senar akan lebih kokoh atau kuat. Tampak pada gambar posisi jari
pada saat memainkan hasapi dengan setem-an tradisi. Bentuk formasi ketiga jari
tersebut sangat dominan dan konsisten dalam memainkan sebuah komposisi
Jari telunjuk menekan senar bawah dengan nada F (fa) Jari manis
menekan senar bawah dengan nada G (sol)
Foto 4.8 Posisi jari dalam stem tradisi dengan nada dasar C mayor
Sumber : dokumentasi penulis
51
gondang yang pada umumnya bertangga nada pentatonik (c, d, e ,f, g atau do, re, mi,
fa, sol). Untuk memudahkan dalam menjelaskan teknik penjarian Sarikawan
Sitohang di dalam sebuah permainan lagu, penulis menggunakan lambang angka
untuk setiap jari, yaitu: jari telunjuk dengan lambang (1), jari tengah dengan lambang
(2), jari manis dengan lambang (3), jari kelingking dengan lambang (4) dan untuk
senar lepas (open string ) diberi lambang (0).
Contoh 4.1 Intro / pembukaan Gondang
Tabel 4.2
Sistem Penjarian Dalam Stem Tradisi
Nada Senar Lepas Telunjuk Tengah Manis Kelingking
C 1 - - - -
D - - 10 - -
E 13 - - - -
F - 6 - - -
G - - - 18 -
52
Dari pemaparan tabel 4.2 di atas, maka dapat kita lihat bahwa jari manis
lebih dominan digunakan Sarikawan Sitohang pada saat memainkan melodi
pembukaan gondang hasapi, sedangkan senar lepas lebih jarang muncul. Hal
tersebut disebabkan karena nada E dan G lebih sering digunakan pada komposisi
melodi pembukaan gondang di atas, sebaliknya nada C dan F sedikit digunakan.
Di dalam steman tradisi, jari yang sangat dominan digunakan adalah jari
telunjuk, manis dan tengah, baik untuk lagu yang bertangga nada pentatonik, seperti
contoh di atas, maupun lagu yang bertangga nada diatonik yang menuntut penjarian
yang lebih rumit karena wilayah nada yang dimainkan lebih luas. Perhatikan contoh
melodi berikut:
Contoh Notasi 4.2: cuplikan lagu “Jamilla”
Tabel 4.3 Sitem Penjarian Pada Lagu Jamilla
Nada Senar Lepas Telunjuk Tengah Manis Kelingking
C 3 - - - -
D - - 10 - -
E 16 - - - -
53
4.3.2.2 Setem Mol Dengan Nada Dasar C
Berbeda dengan steman tradisi, pada saat menggunakan stem mol Sarikawan
Sitohang mengunakan jari manis untuk menekan nada D (senar satu), sedangkan
untuk menekan nada E (senar dua) menggunakan jari telunjuk, dan kemudian jari
tengah digunakan untuk menekan nada F (senar dua). Berikut gambar posisi jari
untuk setem mol:
Nada Senar Lepas Telunjuk Tengah Manis Kelingking
F - 8 - - -
G - 19 - 11 -
A - 11 1 -
C’ - 5 8 -
Jari telunjuk menekan senar bawah dengan nada G (sol)
Jari manis menekan senar atas dengan nada D (re)
Foto 4.9 Posisi jari dalam stem Mol dengan nada dasar C mayor Sumber : dokumentasi penulis
54
Untuk menjelaskan analisis penjarian Sarikawan Sitohang di dalam stem mol
bernada dasar C perhatikan contoh notasi berikut:
Contoh Notasi 4.3: cuplikan gondang “Marnini Marnono”
Tabel 4.4 Sistem Penjarian Pada Lagu Marnini-Marnono
Nada Senar Lepas Telunjuk Tengah manis Kelingking
C - - 17 - -
D 28 - - - -
E 51 - - -
F - - 28 - -
G - 19 - 11 7
55
Dari tabel di atas, maka dapat kita lihat jari tengah yang menekan nada F (senar
bawah) dan nada D (senar lepas) paling banyak dimainkan Sarikawan Sitohang saat
memainkan melodi gondang “Marnini Marnono” , sedangkan untuk jari kelingking
yang menekan nada G (senar dua) paling jarang digunakan.
4.3.2.3. Stem Mol Dengan Nada Dasar As (Gb)
Pada stem-an mol bernada dasar As, formasi jari yang menekan hanya
menggunakan jari telunjuk untuk nada do (as), sedangkan untuk nada yang lain
dilakukan sama dengan system penjarian yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dari penjelasan di atas kita dapat melihat periodesiasi penggunaan jari oleh
Sarikawan Sitohang dalam memainkan sebuah komposisi musik sangat teratur, yaitu
adanya pembagian fungsi yang tepat, konsisten dan rumit dengan penjangkauan
interval nada yang luas.
Foto 4.10 Posisi jari dalam stem Mol dengan nada dasar As Sumber : dokumentasi penulis
Jari telunjuk menekan sen ar bawah dengan nada do (bes)
56
4.3.3 Teknik Mamiltik (picking)
Teknik mamiltik yang dimaksud di sini adalah cara memegang piltik (claver)
dan arah gerak claver. Piltik yang sering digunakan Sarikawan Sitohang terbuat dari
bahan plastik dengan ukuran 1, 20 ml. Berikut gambar untuk jenis claver yang
sering digunakan oleh Sarikawan Sitohang:
:
Cara memegang claver adalah dengan menjepit bagian tengahnya
menggunakan bagian permukaan kulit ibu jari dan bagian samping jari telunjuk. Pada
saat memetik senar posisi piltik tegak lurus dengan senar hasapi.
Foto 4.11 Claver/pick Sumber : dokumentasi penulis
Foto 4.12 Posisi mamiltik Sumber: dokumentasi penulis
57
Untuk menjelaskan teknik piltikan Sarikawan Sitohang, penulis
menggunakan lambang untuk arah petikan ke atas, sedangkan lambang
untuk arah petikan ke bawah. Untuk lebih jelas perhatikan contoh pola melodi
berikut:
Contoh Notasi 4.4 : melodi dasar mamiltik
Tabel 4.5 Piltik Pada Melodi Dasar Mamiltik
Tabel di atas menunjukan banyaknya teknik piltik yang ke bawah (down),
khususnya untuk nada D dan nada C. Dapat dilihat Jumlah total piltikan ke bawah
pada melodi lagu di atas adalah 57 kali petikan, sedangkan jumlah total piltikan ke
Nada Atas (up) Bawah (down)
C - 12
D - 19
E 13 6
F - 10
G 8 10
58
atas (up) adalah 21 kali petikan. Bila kita perhatikan setiap nada yang pertama sekali
dibunyikan, pada umumnya selalu di-down-kan (dipetik ke bawah). Agar lebih jelas
lagi, perhatikan contoh piltikan Sarikawan Sitohang di dalam contoh melodi berikut
ini:
Contoh Notasi 4.5: Penutupan gondang
Tabel 4.6 Piltik Pada Penutupan Gondang
Tabel di atas menunjukan jumlah total piltikan keatas (up) dalam pembukaan
gondang adalah sebanyak 18 kali, sedangkan untuk piltikan kebawah (down) adalah
sebanyak 20 kali. Jadi, jelas bahwa Sarikawan Sitohang lebih banyak menggunankan
piltikan ke bawah. Sarikawan Sitohang mengatakan bahwa: “tidak ada aturan untuk
setiap pergerakan piltik, namun diusahakan pergerakan piltik senyaman mungkin
bagi jari untuk dapat bergerak cepat dan tepat pada saat memainkan sebuah lagu”.
Nada Atas (up) Bawah (down)
C - 1
D 4 7
E 5 8
F 1 1
G 8 11
59
4.3.4 Lundu Pahu
Lundu Pahu adalah salah satu teknik yang sangat penting dalam permainan
hasapi, yang di dalamnya terdapat beberapa ornamentasi. Menurut Sarikawan
Sitohang lundu pahu adalah teknik permainan hasapi yang paling dasar dan harus
dimiliki oleh setiap pemain hasapi, karena merupakan dasar keindahan warna suara
dari hasapi Batak Toba.
. Lundu pahu dihasilkan dari variasi-varisasi ornamentasi penjarian
(fingering). Pada saat memainkan melodi pokok lagu maka jari memainkan atau
menyisipkan berbagai nada ornamentasi. Perhatiakan contoh pola melodi berikut:
Contoh Notasi 4.6: Melodi dasar lundu pahu
Bila dilihat dari teori notasi musik barat maka lundu pahu terbentuk dari
beberapa unsur yang berupa jenis ornamentasi musikal. Antara lain:
a. Not mati (dead note)
Not mati adalah not yang suaranya dihilangkan sebelum habis nilai
ketukannya. Di dalam teknik bermain gitar maupun hasapi, untuk
mendapatkan not mati maka sebelum habis nilai ketukan not yang telah
dibunyikan secepat mungkin senar ditekan dengan tangan kanan maupun
dengan jari tangan kiri, atau senar yang dipetik ditekan tidak pehuh/ setengah
tenaga sehingga menghasilkan suara yang teredam atau mati. Seperti Pada
contoh melodi diatas untuk not mati( dead note) diberi tanda (X). Ada
beberapa jenis not mati yang sering dimainkan Sarikawan Sitohang pada
60
saat memainkan hasapi, yang pertama nada E (open string) yang
dimatikan pada nada G (senar dua), yang ke dua nada F yang dimatikan
pada nada G , yang ke tiga nada C (open String) yang dimatikan pada
nada D, dan yang ke empat nada D yang dimatikan pada nada E (senar
satu) .
b. Not hias (grace note)
Not hias adalah not-not yang dibunyikan di awal atau di akhir sebuah not.
Dalam notasi barat, penulisannya dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dari
not lainnya. Not hias (grace note) tidak mempunyai nilai ketukan sendiri,
karena dibunyikan dengan sangat cepat di sela-sela waktu masuknya atau
selesainya not inti.
Not di atas bernilai 1/2 ketuk. Tampak di sebelah kiri not tersebut dua buah
not yang bernilai ¼ ketuk, not tersebut dibunyikan sebelum jatuhnya ketukan
pertama not setengah yang ada di depannya, atau dengan kata lain ada tiga jenis
suara yang dibunyikan dalam satu not ½ ketuk.
Not inti Grace not
61
c. Slur
Teknik slur didalam gitar klasik juga dikenal dengan istilah legato vibrato.
Cara kerja teknik slur adalah: dalam satu kali petikan menghasilkan dua atau
lebih nada yang berbeda. Terdapat dua macam slur, yaitu slur naik
dan s dan dan slur turun . Slur naik untuk nada yang lebih rendah
ke nada yang lebih tinggi dan begitu juga sebaliknya slur turun untuk nada
yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.
Untuk lebih jelas, perhatikan dua pola melodi dibawah ini, dimana melodi
pertama dalam keadaan murni (belum diberi lundu pahu) dan kemudian pola melodi
kedua setelah pola melodi pertama diberi lundu pahu,
Contoh Notasi 4.7: penutupan gondang sebelum dimasukan lundu pahu
A
62
Contoh Notasi 4.8: Penutupan gondang setelah dimasukan lundu pahu
4.3.5 Dobel Piltik
Dobel piltik yang adalah dua nada yang berbeda, dibunyikan secara
bersamaan. Teknik dobel piltik dapat muncul di awal, di tengah dan di akhir sebuah
melodi lagu. Untuk lebih jelas perhatikan contoh berikut:
Contoh Notasi 4.9: Cuplikan gondang “Sibuka Pikiran”
Melodi yang dilingkari dengan garis merah adalah teknik dobel piltik yang
dimaksud. Ada tiga jenis dobel piltik berdasarkan nada yang ada di
dalamnya: yang pertama dobel piltik dengan nada C (open string)
dan nada G (senar dua), yang ke dua dobel piltik dengan nada D (
A’
63
senar satu) dan nada F (senar dua), kemudian yang ke tiga dobel piltik dengan nada
D (senar satu) dan nada G (senar dua). Di dalam permainan teknik dobel piltik,
sering memasukan teknik slur dan not hias (grace note).
4.3.6 Rambas piltik
Ada dua konteks pemahaman teknik rambas piltik yang dimaksud oleh
Srikawan Sitohang yaitu:
Contoh Notasi 4.10: cuplikan gondang “Marsitoru Toru”
Contoh Notasi No 4.11: Pembukaan gondang
Rambas piltik yang pertama terdapat didalam gondang “sitoru toru” dan
melodi pembukaan gondang. Gondang sitoru toru merupakan melodi yang
sering dimainkan di tengah perpindahan lagu. Dalam musik barat dikenal dengan
melodi lead in. Menurut Genichi Kawakami dalam bukunya yang berjudul
Arranging
64
Poplar Music yang dimaksudkan lead in adalah kesatuan rangkaian nada-nada yang
menghubungkan antara bagian satu dengan bagian lainnya. Tanpa adanya lead in ,
perpidahan dari satu lagu ke lagu berikutnya terasa kurang baik.
Dari pemaparan di atas rambas piltik dapat disimpulkan sebagai petikan
yang cepat dengan melodi yang rapat, yaitu dalam satu ketukan terdapat empat buah
not 1/8 yang sama dan dimainkan dengan cepat dan “monoton”.
Teknik rambas piltik yang berikutnya adalah nada-nada yang dimainkan
secara arpegio. Di dalam teori gitar, apergio adalah teknik memetik senar, dimana
tiga nada atau chord dimainkan satu persatu secara bergantian dan berulang-ulang
dengan tempo yang relative cepat. Perhatikan contoh berikut ini:
Contoh Notasi 4.12: Cuplikan lagu “jamilla”
Untuk dapat melihat secara lengkap teknik permainan hasapi Sarikawan
Sitohang yang sudah dijelaskan di atas, maka akan sangat membantu bila kita
melihat secara utuh dari repertoar gondang yang dimainkan dengan cara dan teknik
yang dimiliki Sarikawan Sitohang . Di sini penulis mengambil contoh dari gondang
65
Sibuka Pikiran ,yang kemudian ditranskripsi dengan notasi balok . Sibuka pikiran
merupakan repertoar gondang yang cukup tua di kalangan masyarakat Batak Toba.
Gondang ini dimainkan baik di dalam ensambel gondang hasapi ataupun gondang
sabangunan, dan sampai saat ini masih sangat sering dimainkan oleh para pemusik
Batak Toba pada saat mengiringi upacara adat seperti: saurmatua (upacara
kematian), pernikahan, mangokolholi (upacara pemindahan tulang). Gambar notasi
Sibukka Pikiran dapat di lihat pada lampiran 5.2.
Terdapat beberapa perbedaan teknik dan gaya permainan hasapi Sarikawan
Sitohang ketika ia bermaina secara solo, ensambel gondang hasapi, dan duet dengan
sulim. Hal ini terjadi karena proses pengadaptasian Sarikawan Sitohang dengan
pemain musik lainnya. Perhatikan contoh ketika Sarikawan memainkan gondang
Sibukka Pikiran berduet dengan sulim pada lampiran 5.3.
4.4 Analisis Variasi / Pengayaan
Untuk dapat memberikan jawaban, apakah teknik permainan hasapi
sarikawan sebagai sebuah pengayaan di dalam tardisi gondang hasapi, penulis
mengambil sampel atau contoh sebuah lagu /gondang yang dibawakan oleh
sarikawan Sitohang. Dimana semua teknik yang telah dijelaskan sebelumnya
diaplikasikan di dalam komposisi Lagu/ gondang “Marnene-marnono”. Lagu ini
sering dibawakan dalam pertunjukan gondang hasapi maupun gondang sabangunan
dengan bermacam versi oleh banyak musisi Batak Toba.
Karl Edmund Prier SJ (1996:38) berpendapat bahwa sebuah komposisi terdiri
dari beberapa bagian yang disatukan, sehingga akan membangun sebuah bentuk
yang kompleks. Bagian-bagian yang dimaksud antara lain:
66
1. Bentuk musik Adalah suatu gagasan yang nampak dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika. Ide ini mempersatukan nada-nada music.
2. Kalimat/ Periode Adalah sejumlah ruang birama (biasanya 8 atau 16 birama) yang merupakan satu kesatuan. Untuk kalimat lagu dibedakan dengan huruh besar (A, B, C dsb). Bila sebuah kalimat diulang dengan disertai perubahan, maka huruf besar disertai dengan tanda aksen (‘).
3. Motif lagu Adalah unsur lagu yang terdiri dari sejumlah nada yang dipersatukan dengan satu gagasan ide. Karena merupakan unsure lagu, maka motif biasanya diulang ulang. Motif merupakan unsure unsure yang kemudian membentuk kalimat lagu. Dapat dilihat dari penjelasan berikut:
koma
motif 1 motif 2 motif motif2 kalimat depan kalimat
belakang Kalimat depan adalah awal kalimat (biasanya birama 1-4 atau 11-8) disebut ‘pertanyaan’ karena biasanya berhenti dengan nada yang mengambang atau berhenti dengan koma. Sedangkan kalimat belakang adalah melanjutkan kalimat depan dan ditandai dengan ‘tit ik’ atau akor Tonika.
Kalimat lagu Marnini- marnono terdiri dari bentuk kalimat A, B dan C. Alur
kalimat dalam lagu ini adalah A,B,C,B .
Contoh Notasi 4.13 : Gondang “Marnini – Marnono”
67
Susunan komposisi gondang “Marnini-Marnono” juga dibentuk dari pola-pola frase
melodi yang diulang secara langsung. Bentuk A terdiri dari dua frasa melodi lagu
yang diulang satu kali (aa); bentuk B terdiri dari dua frase yang sama diulang satu
kali (bb); demikian pula bentuk C terdiri dari dua frase melodi lagu yang sama
diulang (cc).
Bentuk melodi Gondang “Marnini-Marnono” :
A(aa) B(bb) C(cc) B(bb)
Bervariasi berarti mengulang sebuah lagu induk yang biasanya disebut
“tema” dengan perubahan–perubahan (disebut variasi-variasi) sambil
mempertahankan unsur-unsur tertentu dan menambah / menggantikan unsur yang
lain. Ada beberapa jenis variasi yang berpangkal dari ketiga unsur musik, yaitu:
1. Variasi melodi
Nada-nada pokok tetap dipakai sebagai nada kerangka, namun dihias dengan
teknik maupun ornamentasi.
2. Variasi ritem
Variasi ritem terjadi pada saat panjang atau pendeknya nada, birama atau
tempo mengalami perubahan
3. Variasi harmoni
Variasi harmoni terjadi ketika akor akor pengiring divariasi, misalnya dengan
dibantu akor minor, dengan modulasi – modulasi
68
4. Variasi karkter
Dalam hal ini melodi, irama dan harmoni dapat mengalami perubahan cukup
banyak demi untuk mengungkapkan suatu ciri/sikap atau suatu pola yang
khas
5. Variasi bebas
Dalam variasi ini semua tema divariasikan, akan tetapi karena bebas maka
sulit untuk menemukan relasinya pada tema.
Untuk lebih jelas, perhatikan melodi lagu marnini marnono yang dimainkan
Sarikawan Sitohang berikut. Disini akan diuraikan indikator variasi yang penulis
maksud. . Gambar untuk notasi Marnini-Marnono dapat dilihat pada lampiran 5.4.
Gondang “ Marnini Marnono” yang dimainkan oleh Sarikawan Sitohang
diatas mempunyai bentuk sebagai berikut:
A(aa) B (bb) C (cc) B (bb) C (cc) B ‘(b1b1) B’’(b2b2)
terdapat beberapa variasi bentuk lagu “Marnini-Marnono”. Kedua variasi perubahan
ini terdapat di dalam kalimat [B] antara lain menjadi [B’] dan [B’’]:
Contoh Notasi 4.14: Kalimat [B]
69
Contoh Notasi 4.15: Kalimat [ B’]
Contoh Notasi 4.16: Kalimat [ B’’]
70
Tabel 4.7
Analisis Kalimat Lagu Marnini-Marnono
Variasi Kalimat B Kalimat B’ Kalimat B’’
Tangga Nada Pentatonik Heptatonik Heptatonik
Wilayah Nada
ilayah nada yang tersempit Prim murni sedangkan terluas kwart
ilayah nada yang tersempit Prim murni sedangkan terluas terts mayor
ilayah nada yang tersempit adalah prim murni second mayor sedangkan
terluas kwart
Jumlah nada
C=10
D=25
E=58
F=25
G=12
C=8
D=22
E=51
F=26
G=15
A=8
C=28
D=8
E=31
F=9
G=15
A=7
Variasi Ritem
=15
=13
=2
=2
71
4.5 Rangkuman Analisis
Dari beberapa analisis yang dilakukan berdasarkan pemamparan data berupa:
gambar, tabel dan beberapa transkripsi notasi lagu diatas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa terdapat banyak variasi- variasi yang terjadi dalam komposisi
gondang yang dibawakan sarikawan Sitohang. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya
teknik permainan yang dimilikinya, seperti: lundu pahu, rambas piltik, dobel piltik,
sehingga mendukung Sarikawan Sitohang dalam mengimprovisasikan sebuah
komposisi musik dalam setiap kalimat lagu, maupun motifnya. Akibatnya, besar
kemungkinan setiap lagu yang sama dapat mengalami perubahan -perubahan saat
dimainkan dalam waktu atau konteks yang berbeda.
Jenis kemungkinan untuk bervariasi adalah variasi melodi, ritem dan
ornamentasi. Variasi melodi dapat dilihat dari perbedaan jumlah penggunaan nada di
dalam pengulangan kalimat lagu. Selanjutnya, variasi ritem dapat dilihat dari
perbedaan banyaknya jumlah nada yang digunakan ‘nilai ketukan tetap sama pada
setiap bar, namun nilai not dipecah menjadi lebih kecil’. Contohnya gondang
marnini marnono; di dalam kalimat (B), duah buah not ½ dapat menjadi empat buah
not ¼ di dalam kalimat (B’), dan menjadi dua buah not ¼, serta satu buah not ½ di
dalam kalimat (B”). Sedangkan variasi ornamentasi dapat dilihat dari perbedaan jenis
dan jumlah teknik yang dimasukan dalam memainkan melodi; di dalam kalimat (B”)
terdapat teknik rambas piltik dimana teknik itu tidak ada di dalam kalimat (B)
maupun (B’). Jika diperhatikan, teknik lundu pahu selalu menjadi ornamentasi dalam
setiap melodi lagu yang dibawakan. Nilai ketukan tetap sama, tetapi menghasilkan
pola ritem yang berbeda.
72
Lagu-lagu yang ditranskipsikan di atas dianggap cukup mewakilkan untuk
melihat gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang, karena pada umumnya bentuk
lagu di dalam gondang hasapi mempunyai ciri yang sama dalam penyajian. Dari
pengamatan penulis, gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang ketika solo, berduet
dengan sulim dan ensambel tidak terlalu mempunyai perbedaan yang besar, namun
hanya perbedaan dalam variasi berimprovisasi.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil deskripsi analisis semua data yang telah dipaparkan dalam skripsi
ini, maka penulis melihat adanya variasi-variasi di dalam komposisi lagu (gondang)
yang dimainkan oleh Sarikawan Sitohang. Dari hasil transkipsi lagu yang dimainkan,
maka penulis menemukan variasi-variasi dalam bentuk: pola item, pola melodi dan
ornamentasi. Factor yang menyebabkan adanya variasi adalah teknik-teknik
permainan yang dikembangkan oleh Sarikawan Sitohang, yang kemudian menjadi
karakteristik gaya permainan hasapi-nya.
Teknik permainan hasapi yang dikembangkan oleh Sarikawan Sitohang
bukan hanya telah memberikan kontribusi variasi ke dalam komposisi gondang
hasapi yang sudah ada, namun juga telah memberikan kontribusi terhadap kamus
istilah musik batak ‘nama-nama teknik permainan hasapi’. “Aset” teknik yang
dimilikinya, telah memampukan dia ber-improvisasi secara luas.
Pada bab akhir skripsi ini, penulis sangat setuju dengan pernyataan yang telah
disampaikan oleh Bruno Netll dan Gerald Behague (1991:4). Mereka mengatakan
bahwa dalam regenerasisasinya, musik tradisi oral akan mengalami perubahan-
perubahan berupa variasi maupun modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan keinginan dari orang-orang yang mempertunjukan dan mendengarnya. Pendapat
di atas didukung lagi oleh pendapat Bruno Netll (1978-171) mengenai salah satu
indikator perubahan adalah Moderenisasi. Istilah moderenisasi di dalam skripsi ini
74
bukan hanya pada perubahan bentuk dari hasapi. Namun, juga mengarah kepada
perubahan ide dan cara memainkan hasapi.
Bila dikaji lebih dalam, maka penulis menemukan adanya indikator
modernisasi di dalam teknik yamg dikembangkan oleh Sarikawan Sitohang. Pertama,
kita dapat melihat adanya unsur-unsur musik barat seperti: arpeggio, penggunaan
tangga nada diatonik, dan unsur harmonisasi di dalam teknik permainan hasapi-nya.
Ke dua, kita dapat melihat dari latar belakang pekerjaannya. Dari hasil wawancara
dan pengamatan penulis di lapangan menunjukan bahwa: alasan utama Sarikawan
Sitohang mengadaptasikan hasapi-nya ke dalam beberapa ensambel musik adalah
untuk dapat tetap menjadikan hasapi-nya sebagai mata pencarian utamanya yang
kemudian disesuaikan dengan permintaan penonton.
Variasi-variasi dari teknik permainan hasapi Sarikawan Sitohang tersebutlah
yang menjadi data bagi penulis untuk kemudian menyimpulkan bahwa, Sarikawan
Sitohang telah menjadi salah satu “dalang” pengayaan di dalam Tradisi gondang
hasapi, dan pada akhirnya akan mengarah kepada sebuah perkembangan di dalam
musik tradisi Batak Toba.
Mengingat fungsi disiplin Etnomusikologi sebagai disiplin ilmu yang
mengkaji musik dalam konteks kebudayaan, dimana manusia merupakan penghasil
kebudayaan tersebut, maka secara umum proses sebab dan akibat dari gaya
permainan hasapi Sarikawan Sitohang adalah sebagai berikut:
75
Bagan di atas secara umum menjelaskan bagaimana terjadinya proses
pengayaan. Gondang hasapi yang diwariskan dengan cara tradisi oral,
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan, karena di dalam tradisi oral
Gaya Sarikawan Sitohang
Teknik teknik permainan
Stem mol Rambas Piltik Dobel piltiki Piltik Lundu Pahu
Pengayaan
Tradisi Gondang Hasapi
Opera Batak
Aplikasi
Input
Bagan 5.1 Proses Sebab Akibat Gaya Permainan Hasapi Sarikawan Sitohang
76
suatu kebudayaan diwariskan tanpa aturan yang baku, sehingga bukan suatu
kebetulan akan selalu terjadi suatu peristiwa yang disebut dengan variasi. Gaya
permainan hasapi Sarikawan Sitohang sebagai akibat dari tradisi oral, sudah pasti
mengalami variasi-variasi didalamnya. Variasi inilah yang kemudian menyimpulkan
adanya sebuah pengayaan dan pada akhirnya akan membawa sebuah perkembangan
di dalam tradisi gondang hasapi.
5.2 Saran
5.2.1 Internal
Menganalisis gaya permainan musik seseorang merupakan pekerjaan yang
kompleks di dalam Etnomusikologi. Menurut penulis, di dalam gaya permainan
musik terdapat tiga unsur penting yang harus dipaparkan, yaitu: kontruksi instrument
musik, prilaku seseorang terhadap instrument tersebut, bunyi sebagai hasil
‘kerjasama’ seseorang dengan instrument musik. Maka saran penulis, untuk
mengkaji gaya permainan musik perlu memperhatikan tiga unsur penting yaitu:
1. Kontruksi Alat musik
Kontruksi alat musik yang perlu dijelaskan adalah fungsi dan nilai dari
susunan organ alat musik.
2. Prilaku manusia
Prilaku manusia dalam hal ini berhubungan dengan teknik atau cara
menghasilkan bunyi. Berdasarkan pada pernyataan yang disampaikan oleh
Curt Sach dan Hornbostel (1961), bahwa berdasarkan sumber getarnya, alat
77
musik diklasifikasikan kedalam empat bagian, yaitu: aerofon, idiofon,
membranofon, kordofon. Terdapat hubungan antara organologi alat musik
tersebut dengan cara memainkannya. Secara umum, bagian tubuh manusia
yang digunakan dalam bermain musik adalah, tangan, kaki, dan mulut. Setiap
organ tersebut memiliki aturan cara tersendiri bagi setiap pemain musik.
3. Bunyi Musik
Bunyi musik yang dimaksud secara umum terdiri dari: ritem, melodi dan
ornamentasi.
5.2.2 Eksternal
Dari Semua penjelasan yang sudah dipaparkan dalam skrip ini, maka kita
dapat melihat fenomena menarik di dalam kebudayaan Batak Toba, khususnya
kesenian gondang hasapi. Fenomena tersebut sebenarnya hanya merupakan salah
satu dari banyaknya kekayaan di dalam kebudayaan Indonesia yang seharusnya
mendapat perhatian yang khusus, baik dalam hal publikasi, maupun dokumentasi .
Terkhusus, para seniman Batak Toba yang merupakan “dalang” yang berpotensi
menjaga dan mempertahankan nilai-nilai kebuadayaan kita. Kesejahteraan mereka
sebaiknya semakin ditingkatkan karena bukan menjadi kesalahan mereka jika lebih
memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan hidup, daripada memperhatikan
generasisasi nilai kebudayaan Batak Toba. Hal ini akan menjadi tugas kita bersama
sebagai orang yang mempunyai rasa kepemilikan akan kebudayaan Indonesia.
Terutama para ilmuan musik dan instansi pemerintahan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Denny. 1993. “Hasapi Batak Toba : Deskripsi Teknik Pembuatan Oleh
Janter Sagala”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Medan . USU. Debdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departeme Pendidikan
Nasional Edmund, Karl.1996. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi Ginting, Nova. 2012. Kontinuitas dan Perubahan Gondang Patam-Patam Dalam
Musik Tradisisonal Karo. Medan: Skripsi Sarjana-fakultas Ilmu Budaya Etnomusikologi USU.
Harahap, Irwansyah. 2004. Alat Musik dawai. Jakarta:Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara _________________, Ritha Hutajulu. Gondang Batak Toba. Bandung: P4ST
UPI,2005. Herwin, Yogo., Hanna Sri., Ayu Niza.2010. Gitar Dasar Lanjut.Fakultas Bahasa
Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarat Iskandar. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada: 2009 Kodijat, Latifah. 2004. Tangganada Dan Trinada. Jakarta: Djambatan Moleong, J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rev.ed. Bandung: REMAJA
ROSDAKARYA, 2009. Musik, Yamaha. 2002. Guitar Course Foundamentals.Yayasan Musik Indonesia Nainggolan, leonald.2009. Kontinuitas dan Perubhaan Gondang Naposo Pada
masyarakata batak Toba Di Desa Gajah Kecamatan Asahan. Medan: Skripsi Sarjana-fakultas Sastra Etnomusikologi USU
Nakagawa, Shin. 2000. Musik dan Kosmos, Sebuah Pengantar Etnomusikologi.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Nettl, Brune. 1973. Folk And Traditional Music Of The Western Continent. New
York. University of Illionois Panggabean, Fery .2010. Tranformasi Transmisi Musikal: Metode pengajaran
Hasapi dan Sulim Dalam Dunia Akademis. Medan: Skripsi Sarjana –fakultas sastra Etnomusikologi USU
79
Peursen ,Van. 1976. Strategi Kebudayaan.Yogyakarta: KANISIUS
Poespowardojo, Soerjanto. 1989. Strategi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Filosofis . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Purba, Mauly. 2007. Musik Tradisional Masyarakat Sumatera Utara: Harapan
Peluang dan Tantangan. Medan. USU. ____________. 2007 .Dokumentasi Dan Publikasi Musik Gondang Sabangunan:
Sebuah Retrospeksi. Medan USU Simorangkir, Heidy. 2011. Analisis Gaya Permainan Acordion Untuk Lagu
Melayu Oleh Zulfan. Medan: Skripsi Sarjana-fakultas Sastra Etnomusikologi USU.
Sinurat, Horasman .2001. Perkembangan Musik Brass Di Kota Medan Dengan
Masuknya Unsur Musik Tradisi Batak Toba, Studi Kasus: Kelompok Siti. 2011. Ahmad Setiadi Pemusik Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Gaya
Melodis Acordion. Medan: Skripsi Sarjana-fakultas Ilmu Budaya Etnomusikologi USU
Soeharto, M. 1992. KAMUS MUSIK. Jakarta. Grasindo, Gramedia Widiasarana
Indonesia. Supanggah, R (Ed). 1995. Etnomusikologi. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya
Welly.2010. Kajian Organologi Garantung Buatan bapak Junihar S itohang Di Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Helvetia Kota Medan. Medan: Skripsi Sarjana-fakultas Ilmu Budaya Etnomusikologi USU.
80
Sumber Internet: Ashira,Anne. Langkah Mudah Membuat Karya Tulis Ilmiah. artikel/eyd/karya-
tulis-17440.htm (diakses 17 Agustus 2012) Hasibuan, Thomson. Ompu Bornok dan Regenerasi Opera Batak Di Seminar
Menengah. opera batak « thompson hs.htm (diakses 11 Mei 2012) Maulaina, Riezky. Alat Dawai: Sebuah Konteks Budaya. artikel/alat-dawai-
sebuah-konteks-budaya.html (diakses 29 April 2012) Panjaitan,Isran. GOHAM. Gondang Hasapi.html (dikases 17 agustus 2012
Raja, Mandosi. Gondang Batak-Riwayatmu Kini. Sianturi Mandosi Raja.htm (diakses 11 mei 2012)
Sansera. Makalah Bahasa Indonesia EYD. Makalah-bahasa-indonesia-eyd-tanda-
baca.html (akses 7 Agustus 2012).
81
LAMPIRAN I
DAFTAR INFORMAN
1. Nama : Sarikawan Sitohang
Umur : 54 tahun
Pekerjaan : Seniman
Alamat : Jl. Pasar Merah Medan
2. Nama : Marsius Sitohang
Umur : 53 tahun
Pekerjaan : Dosen Jurusan Etnomusikologi dan tokoh Musik Batak Toba
Alamat : Jln Sisingamaraja. Tanjung Morawa Medan
3. Nama : Maninggar Sitorus
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Guru Gondang Parmalim
Alamat : Desa Lagu Boti
4. Nama : Junihar Sitohang
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Seniman dan Pembuat Alat Musik
Alamat : Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Helvetia, Medan
5. Nama : Irwansyah Harahap
Umur : 44 tahun
82
Pekerjaan : Seniman dan Dosen Jurusan Etnomusikologi
Alamat : Jl. Stela 1 Komplek Kejaksaan Medan
6. Nama : Markus Bona T. Sirait
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jln Sei Berantas No. 7 Medan.
6. Nama : Bpk. Guntur Sitohang
Umur : 24 tahun
Pekerjaan : Seniman dan pembuat alat musik
Alamat : Desa Arian Bohok
83
Foto 2.1 Tampilan pilihan l Sumber : dokumentasi penulis
LAMPIRAN II
SISTEMATIKA PENGGUNAAN WINDOWS MEDIA PLAYER
Tahapan dalam proses penyetingan kecepatan vidio dengan windows Media
Player adalah sebagai berikut:
1. Buka vidio yang ingin dimainkan dengan cara klik kanan pada file vidio
tersebut
2. Setelah vidio dibuka, selanjutnya klik kanan pada bagian tengah vidio, maka
akan muncul gambar seperti berikut:
84
Foto 2.2 Tampilan pilihan 2 Sumber : skripsi Fery
Klik kanan pada tulisan “Enhancements”. Selanjutnya akan muncul gambar seperti
ini:
Lalu “klik” kanan pada tulisan “play speed settings”. Selanjutnya, pilih kecepatan
yang kita inginkan. Dalam hal ini penulis memperlambat vidio setengah dari
kecepatan vidio aslinya.
85
LAMPIRAN III
GAMBAR SAMPUL KASET REKAMAN SARIKAWAN SITOHANG
Foto 3.1 Sampul kaset “Seruling & kecapi” Sumber : dokumentasi penulis
Foto 3.2 Sampul kaset “Ucok” Sumber : dokumentasi penulis
86
Foto 3.3 Sampul kaset “Seruling Sakti” Sumber : dokumentasi penulis
87
LAMPIRAN IV
GAMBAR PIAGAM PENGHARGAAN
Foto 3.7 Piagam Penghargaan “Certificatae of Achievement” Sumber : dokumentasi penulis
88
LAMPIRAN V GAMBAR NOTASI
Notasi 5.1: cuplikan lagu “Sibunga Jambu”
89
Notasi 5.2: Gondang “Sibuka Pikiran”
90
91
Notasi No 5.3: Gondang “Sibuka Pikiran” duet dengan sulim
92
93
Notasi 5.4 : Gondang “Marnini - Marnono” versi sarikawan Sitohang
94
Top Related