Download - Skenario 5 Pertemuan 2

Transcript
Page 1: Skenario 5 Pertemuan 2

RESUME BLOK III

SKENARIO V

GERIATRI DAN TANATOLOGI

KELOMPOK E

1. Liza Okta Maya Sari 062010101034

2. Agnes Evelyn C 062010101054

3. Tamzila Akbar Nila Sandhi 112010101061

4. Cinthya Damayanti 112010101062

5. Hilwa Alfi Fauziyah 112010101063

6. Aisyiyah Alviana Agustin 112010101064

7. Zhara Vida Zhubika 112010101065

8. Rastra Defa Sari 112010101066

9. Putu Ratih Pradnyani Dewi 112010101067

10. Natasha Amelia 112010101069

11. I Gede Prima Julianto 112010101070

12. Stefen Andrean 112010101071

13. Hanifa Rosyda Risqi Cahyani 112010101072

14. Olyvia Yulyani Khaerul Putri 112010101073

15. Fairuztya Naila Maris 112010101074

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

1

Page 2: Skenario 5 Pertemuan 2

SKENARIO 5: GERIATRI DAN THANATOLGY

Pak Ridwan seorang pensiunan PNS berumur 58 tahun, memutuskan berobat kepoli Geriatri

karena sejak pensiun, merasa emosinya tidak stabil, pelupa, badan dan sendinya terasa sakit dan

kaku jika bergerak, badannya semakin kurus, dan tidak bergairah dalam hubungan suami istri.

Dokter menyarankan Pak Ridwan melakukan pemeriksaan medis lengkap untuk kemudian

ditindaklanjuti dengan penanganan. Dokter menyarankan selain pengobatan dengan obat-obatan,

Pak Ridwan menjalani bimbingan konseling dengan relawan di poli tersebut. Menurut dokter

keluhan yang Pak Ridwan alami merupakan gejala dari proses penuaan yang terjadi, dimana

rentan sekali mengalami penyakit degenerative maupun penyakit geriatri. Dokter juga

menyarankan saat menjalani bimbingan konseling Pak Ridwan juga mengajak istri. Pak Ridwan

merasa sedikit lega dengan penjelasan tersebut, karena sejak Pak Ridwan sakit-sakitan beliau

merasa saat kematian semakin dekat, apalagi ditambah dengan berita ditemukannya sahabat Pak

Ridwan yang meninggal dengan tubuh membusuk di rumahnya beberapa bulan lalu.

2

Page 3: Skenario 5 Pertemuan 2

KLARIFIKASI ISTILAH

Geriatri : cabang ilmu gerontology dan kedokteran yang mempelajari

masalah kesehatan pada lansia yang menyangkut aspek

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative serta psikososial

yang menyertai kehidupan lansia.

Thanatologi : cabang ilmu forensik yang mempelajari perubahan-perubahan

pada tubuh seseorang yang telah meninggal dan ilmu yang

berhubungan dengan kematian sertaberguna mempelajari

bagaimana dan kapan dikatakan meninggal.

Penyakit degenerative : penyakit yang timbul akibat kemunduran fungsi sel dan

merupakan istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang

muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuhya itu dari

keadaan normal menjadi lebih buruk. Sifatnya menahun dan

tidak menular.

Proses penuaan : proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak

dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita, berhubungan dengan

waktu dan proses adaptasi lingkungan.

Kematian : berhentinya faal system pernapasan dan sistem peredaran darah

secara lengkap dan permanen. Kematian didefinisikan kematian

batang otak. Kematian punya dua stadium, Somatic Death dan

Cellular Death.

3

Page 4: Skenario 5 Pertemuan 2

ANALISIS MASALAH

A. PENYAKIT DEGENERATIF

1. Penyebab Penyakit Degeneratif

Penyakit degenerative merupakan penyakit yang muncul akibat proses kemunduran

fungsi sel tubuh dari normal menjadi lebih buruk dan bersifat irreversible. Macam-

macam penyebab penyakit degenerative antara lain :

1. Ketidakstabilan mineral dalam tubuh

2. Memiliki kolerasi yang cukup kuat dengan bertambahnya proses penuaan usia

3. Perubahan gaya hidup -> junk food

4. Jenis pekerjaan

5. Radikal bebas

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai elektron yang tidak

berpasangan. Elektron yang tidak berpasangan tersebut menyebabkan gerakan radikal

bebas yang tidak terkendali dan saling bertabrakan sehingga timbul radikal bebas

baru. Radikal bebas dewasa ini banyak mengakibatkan penyakit degeneratif seperti

jantung, stroke, dan kanker. Untuk memusnahkannya diperlukan antioksidan.

6. Paparan logam besi yang tidak terikat secara sempurna hingga meracuni tubuh dan

merusak sel-sel

2. Faktor – Faktor Penyebab Penyakit Degeneratif

a. Faktor yang Bisa Dihindari

Beberapa faktor yang bisa dihindari untuk mencegah timbulnya penyakit degenerative

antara lain :

Pola hidup, dengan olahraga teratur, makan makanan sehat sehingga tidak

kekurangan gizi maupun kelebihan gizi, serta berpikir positif.

penyakit akibat infeksi

lingkungan yg tercemar

dengan menjaga lingkungan hidup untuk menjadi lingkungan myang sehat. Atau

bisa juga dilakukan dengan menjaga diri sendiri dari pencemaran lingkungan.

4

Page 5: Skenario 5 Pertemuan 2

b. Faktor yang Tidak Bisa dihindari

Beberapa faktor yang tidak bisa dihindari yang memicu timbulnya penyakit

degeneratif antara lain :

waktu harapan hidup

perubahan metabolisme tubuh

B. GERIATRI

1. Masalah – masalah yang terkait geriatri

a. Masalah kesehatan

Masalah-masalah yang biasa dialami usila seperti kekuatan fisik dan daya tahan tubuh

pada manula telah menurun, serta mekanisme kerja organ tubuh mulai terganggu.

Kemunduran tersebut disebabkan oleh perubahan yang secara alami terjadi pada

manula, antara lain :

1. Besar otot berkurang, karena jumlah dan besar serabut otot berkurang

2. Metabolisme basal menurun

3. Kemampuan bernafas menurun karena elastisitas paru-paru berkurang

4. Kepadatan tulang menurun karena berkurangnya mineral, sehingga lebih mudah

cidera

5. Sistem kekebalan tubuh menurun hingga peka terhadap penyakit dan alergi

6. Sistem pencernaan terganggu yang disebabkan antara lain oleh tanggalnya gigi,

kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi kurang efisien dan gerakan

peristaltik usus menurun

7. Indra pengecap dan pembau sudah kurang sensitif (kurang peka) yang

menyebabkan selera makan menurun

Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali menyebabkan

penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya.

Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

Pasangan hidup telah meninggal.

5

Page 6: Skenario 5 Pertemuan 2

Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua

menurut Kaplan

Fase tanggapan

seksualPada wanita lansia Pada pria lansia

Fase desire Terutama dipengaruhi oleh

penyakit baik dirinya sendiri

atau pasangan, masalah

hubungan antar keduanya,

harapan kultural dan hal-hal

tentang harga diri. Desire pada

lansia wanita mungkin

menurun dengan makin

lanjutny usia, tetapi hal ini bisa

bervariasi.

Interval untuk meningkaatkan

hasrat melakukan kontak seksual

meningkat;hasrat sangat

dipengaruhi oleh penyakit;

kecemasan akan kemampuan

seks dan masalah hubungan

antara pasangan. Mulai usia 55

th testosteron menurun bertahap

yang akan mempengaruhi libido.

Fase arousal Pembesaran payudara

berkurang, semburat panas

dikulit menurun; elastisitas

dinding vagina menurun; iritasi

uretra dan kandung kemih

meningkat;otot-otot yang

menegang pada fase ini

menurun.

M embutuhkan waktu lebih lama

untuk ereksi; ereksi kurang

begitu kuat; testosteron

menurun; produksi sperma

menurun bertahap mulai usia 40

th; elevasi testis ke perinium

lebih lambat dan sedikit;

penguasaan atas ejakulasi

biasany membaik.

Fase orgasmik(fase

muskular)

Tanggapan orgasmik mungkin

kurang intens disertai sedikit

Kemampuan mengontrol

ejakulasi membaik; kekuatan

6

Page 7: Skenario 5 Pertemuan 2

kontraksi; kemampuan untuk

mendapatkan orgasme multipel

berkurang dengan makin

lanjutnya usia.

kontraksi otot dirasakan

berkurang; jumlah kontraksi

menurun; volume ejakulat

menurun.

Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode

refrakter, dimana

pembangkitan gairah secara

segera lebih sukar.

Periode refrakter memanjang

secara fisiologis, dimana ereksi

dan orgasme berikutnya lebih

sukar terjadi.

b. Masalah psikososial

1. Penurunan kondisi fisik

Penurunan kondisi fisik pada manula dapat menyebabkan gangguan psikologi

bagi manula karena manula akan merasa ketergantungan pada orang lain dan

merasa dirinya sudah tidak ada gunanya lagi dan terjadi perubahan konsep diri

2. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan (terjadi pada masa pensiun)

a. Sumber finansial berkurang

b. Kehilangan kedudukan

c. Kehilangan jabatan

d. Kehilangan peran, kegiatan, status dan harga diri

3. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indra, gerak fisik dsb maka keyakinan masyarakat

terhadap manula berkurang

4. Kesepian

- Pasangan hidup sudah meninggal

- Kehilangan hubungan dengan teman atau famili

5. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan sehingga aktifitas

gerak lebih sempit

2. Aging

a. Fase aging

7

Page 8: Skenario 5 Pertemuan 2

Proses penuaan sendiri, terjadi dalam tiga fase kehidupan. Fase pertama, pada usia 25

hingga 35 tahun, yaitu manusia akan memasuki fase penuaan subklinik. Pada fase ini

tanda penuaan belum terlihat jelas tetapi fungsi hormon testosteron, hormon

pertumbuhan, dan estrogen mulai melemah. Lalu, fase kedua, pada usia 35 hingga 45

tahun. Ini merupakan fase transisi yang ditandai dengan menurunnya fungsi hormon

sebanyak 25 persen, menyusutnya otot, dan meningkatnya serapan lemak. Lalu fase

ketiga, ketika memasuki usia 45 tahun, yang disebut dengan fase klinik. Ditandai

dengan, mulai sering merasa sakit karena kemampuan menyerap nutrisi, makanan,

mineral, dan vitamin menurun.

b. Tanda-tanda aging

Aging ialah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, dimana pasti

memiliki suatu tanda- tanda atau menyebabkan perubahan-perubahan yang spesifik di

tiap bagian kehidupannya masing-masing. Adapun perubahan-perubahan atau tanda-

tanda yang dapat dijadikan indikator bahwa proses aging sedang melanda seseorang

ialah sebagai berikut, antara lain:

a) Perubahan Fisik dan Fungsi

a. Sel

- Jumlah sel menurun atau lebih sedikit

- Ukuran sel lebih besar

- Mekanisme perbaikan sel terganggu

- Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang

- Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. Sistem kardiovaskular

- Katup jantung menebal dan menjadi kaku

- Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan

- Elastisitas dinding aorta menurun

- Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat

c. Sistem pencernaan

- Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun

- Esofagus melebar

8

Page 9: Skenario 5 Pertemuan 2

- Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu

pengosongan lambung menurun

- Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi

- Hati semakin kecil, tempat penyimpanan menurun, dan aliran darah

berkurang

d. Sistem reproduksi

Wanita:

- Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

- Ovari menciut dan uterus mengalami atrofi

- Atrofi payudara

Pria:

- Terjadi penurunan secara berangsur-angsur pada proses produksi

spermatozoa dalam testis

- Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi

kesehatannya baik, yaitu: a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai

masa lanjut usia; b) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah; dan c)

Sebanyak kurang lebih 75% pria dia atas usia 65 tahun mengalami

pembesaran prostat.

b) Perubahan Mental

a. Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa

sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak

bila memiliki sesuatu

b. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat

c. Ingin mempertahankan hak dasn hartanya, serta ingin tetap berwibawa

c. Pengelompokan usila

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai

menurun.Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik

dalam hal pencapaianpuncak maupun menurunnya. Beberapa pendapat mengenai

batasan usia sebagai berikut :

Batasan Usia menurut WHO

Lanjut Usia Meliputi :

9

Page 10: Skenario 5 Pertemuan 2

Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun-Lanjut

usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

Usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes RI

(2003) dalam Maryam dkk (2009)

Terdiri dari : pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun,

lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah

seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial ialah lansia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, lansia

tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

UU No. 4 tahun 1965 pasal 1

Dinyatakan sebagai berikut : "Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau

lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan

menerima nafkah dari orang lain". (sekarang tidak relevanlagi )

UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

" lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas".

d. Faktor-faktor penyebab aging

Faktor yang bisa dihindari

Beberapa faktor yang bisa dihindari untuk memperlambat aging antara lain :

1) Gaya hidup

Setiap orang mempunyai gaya hidup tertentu yang dibentuk dan dilakukan

sepanjang masa hidupnya.

2) Makanan

Setiap orang mempunyai kebiasaan makan tertentu yang berkembang sejak

masa mudanya.

3) Penyakit

10

Page 11: Skenario 5 Pertemuan 2

Setiap orang mempunyai riwayat penyakit semasa hidupnya. Setiap

kelompok umur telah diketahui berbagai penyakit yang khas pada kelompok

umur tersebut. Pada masa tua penyakit yang umum diderita adalah penyakit

kronis seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah serta

diabetes.

4) Lingkungan hidup

Setiap orang dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Orang yang hidup di

kota besar kemungkinan besar terpajan oleh polusi dibandingkan orang yang

hidup di desa, di daerah pegunungan.

5) Dukungan sosial

Dengan meningkatnya umur seseorang, akan terjadi penurunan kemampuan

fungsi untuk merawat diri sendiri maupun berinteraksi dengan masyarakat

sekitarnya, dan akan semakin tergantung pada orang lain atau masyarakat

sekitarnya.

6) Kemampuan mengatasi emosi

Setiap orang mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah dan

mengendalikan emosinya.

Faktor yang tidak bisa dihindari

1) Faktor genetik

2) Menurunnya fungsi sel-sel tubuh seiring pertambahan usia.

e. Teori penuaan

Jaringan menua akibat mutasi acak pada DNA yg akan meninbulkan berbagai

kelainan

Kelainan itu terjadi akibat adanya ikatan silang antara kolangen dan protein

Penuaan terjadi karena komulatif kerusakan jaringan akibat radikal bebas yg

terbentuk didalamnya

Teori Penuaan Aldbat Genetics

Teori Mutasi

Mutasi adalah perubahan permanen pada materi genetis suatu sel. Konsep mutasi

dapat dipakai dalam pembahasan penuaan melalui tiga pendekatan:

-diperkirakan selama penuaan terjadi mutasi dalam sel tubuh (somatis),

11

Page 12: Skenario 5 Pertemuan 2

- teori evolusi penuaan memperkirakan bahwa akumulasi mutasi telah terjadi setiap

kali pergantian generasi, dan

-dengan identifikasi mutasi, transformasi, atau seleksi akan didapat gen yang berperan

dalam mengatur panjang usia hewan.

a.Teori Mutasi Somatis

Teori ini merupakan teori pertama yang menerangkan tentang penuaan pada

tingkatan DNA. Pada tahun 1959, Szilard mengusulkan “mutasi somatis” sebagai

teori penuaan. Menurut teori ini, mutasi terjadi secara acak dan spontan yang meng-

akibatkan rusaknya gen dan kromosom pada sel pascamitosis selama rentang hidup

organisme dan secara berangsur-angsur meningkatkan jumlah mutasi.

Meningkatnya mutasi dan hilangnya gen fungsional akan menurunkan produksi

protein fungsional. Kematian sel terjadi ketika mutasi dalam sel meningkat melebihi

batas toleransi. Berkurangnya sel-sel pascamitosis akan menyebabkan kemampuan

keseluruhan dari organisme juga menurun.

b. Teori Kerusakan dan Perbaikan DNA

Pada dasarnya, teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori mutasi

somatis. Kenyataannya, memang DNA organisme multiseluler secara terus-

menerus mengalami kerusakan dan perbaikan. Kemampuan mengatasi kerusakan

DNA ini mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan

efisiensi enzim yang memperbaiki kerusakan DNA tidak mencapai 100%.

Akibatnya, dengan berjalannya waktu, akan terakumulasi sel-sel yang mutan.

c. Teori Sindroma Progenia

Progenia (Hutchinson-Gilford Syndrome) adalah sindrom pada manusia yang

memperlihatkan kemunculan gejala penuaan dini. Biasanya mulai muncul setelah

melewati tahun pertama atau kedua dan penderita akan mati pada dekade kedua

dari kehidupannya akibat gagal jantung atau stroke. Beberapa jenis progenia ini

antara lain: Werner syndrome, Ataxia telongiectasia (AT), Xeroderma

pigmentosum (XP), dan Cochoyne syndrome. Semuanya terkait pada

ketidakstabilan genom. Penuaan yang normal bisa jadi mirip dengan mekanisme

sindrom progeria yaitu akibat ketidakstabilan genom (Fleming, 1996).

d. Teori Kromosom Abnormal

12

Page 13: Skenario 5 Pertemuan 2

Kromosom adalah bangun seperti benang yang tercat kuat pada proses pewarnaan

dan terdapat dalam inti sel. Kromosom tersusun oleh DNA dan protein yang

merupakan pembawa informasi genetis (Emeny, 1985). Semakin tua usia

organisme, semakin meningkat jumlah kromosom yang abnormal atau

menyimpang. Hal ini terjadi karena setiap kali kromosom melakukan penggandaan

inti (replikasi) maka akan terjadi kerusakan. Menumpuknya kerusakan-kerusakan

akibat replikasi, fragmen asentrik, transkripsi, dan inversi akan menyebabkan

banyak sel yang rusak dan mati.

e. Teori Kesalahan

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Orgel pada tahun 1963. Prototip teori ini

berasal dari error catastrophe. Berdasarkan teori mutasi, diprediksi akan terjadi

kerusakan permanen pada DNA dan error catastrophe memperkirakan hal tersebut

terjadi sebagai akumulasi kesalahan katalitis ketika dilakukan biosintesis protein

atau asam nukleat. Berkurangnya ketepatan sintesis protein akan terakumulasi dan

mengakibatkan kerusakan. Kerusakan-kerusakan sintesis protein inilah yang

menimbulkan penuaan.

f. Teori Mitokondria

Fungsi mitokondria adalah untuk mensintesis energi (ATP, ADP, dan lain-lain)

melalui fosforilasi oksidatif yang energinya diperoleh dan transport elektron.

Untuk menjalankan tugas ini, diperlukan sistem genetis mitokondria. Sayangnya,

transfer elektron yang tidak tepat akan mengakibatkan munculnya radikal bebas

(oksidan) yang dapat mengakibatkan kerusakan dan mutasi genetis mitokondria.

Akumulasi kerusakan DNA somatis mitokondria akhirnya menghancurkan diri

sendiri, dengan hancurnya mesin energi, maka organisme pun ikut.

Teori Redundansi

Medvedev mengemukakan bahwa penuaan adalah diakibatkan oleh hilangnya

kekhasan dan ketidakberulangan informasi genetis dari genom. Ketika pengulangan

suatu gen, bagian terbesarnya akan tersembunyi. Hal ini menyebabkan proses

penuaan. Dalam masa hidupnya, sebuah sel hanya menggunakan 2-5% saja dari

informasi genetisnya, dan gen yang terdapat dalam molekul DNA terdapat dalam

keadaan berulang-ulang yang pada umumnya dalam keadaan nonaktif. jika gen aktif

13

Page 14: Skenario 5 Pertemuan 2

mengalami kerusakan, gen cadangan yang nonaktif akan menggantikannya. Diyakini

bahwa perbedaan rentang kehidupan tiap-tiap spesies merupakan fungsi dari derajat

pengulangan yang teratur.

Teori Telomer

Sel-sel somatis eukariotik, normalnya pada kondisi in vitro hanya dapat membelah

dalam jumlah terbatas. Fenomena ini dikenal dengan istilah “Hayflick Limit”.

Peristiwa ini digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada tingkat seluler dan

digunakan untuk menjelaskan proses penuaan pada eukariotik tingkat tinggi. Penuaan

pada tingkat seluler dikaitkan pada hilangnya Telomer DNA selama replikasi sel-sel

somatis dan ini dianggap sebagai jam biologis dalam proses penuaan sel. Telomer

adalah elemenlisik pada ujung kromosom eukariotik dan berperan sebagai penjaga

kestabilan genetis. Telomer ini ibarat ikatan plastik pada ujung tali sepatu yang

berfungsi menjaga tali sepatu agar tidak tercerai-berai. Dengan berulang-ulangnya

replikasi, telomer menjadi pendek dan akhirnya menghentikan proses pembelahan sel.

Pada sel-sel kanker, telomer tidak pernah memendek dan merupakan penyebab sel

kanker bersifat immortal.

Teori Program Genetis Penuaan

Teori ini menjelaskan bahwa penuaan merupakan peristiwa yang telah terprogram

sejak organisme mulai tumbuh. Program penuaan tersebut berasal dari gen atau

berada dalam gen. Gen inilah yang menentukan kapan, di mana, dan bagaimana

penuaan itu berlangsung.

Teori Soma yang Dapat Dibuang

Fungsi sel somatis atau soma (tubuh) setiap organisme menjadi wahana untuk

perkembangan embrio guna berlangsungnya reproduksi. Proses ini berlangsung

melalui penyediaan nutrisi untuk tubuh pada kisaran terlalu sedikit atau terlalu

banyak. Pasokan nutrisi yang terlalu sedikit akan berakibat organisme tidak memiliki

waktu yang cukup untuk mencapai terjadinya reproduksi. Terlalu banyak nutrisi yang

tersedia untuk tubuh akan mengurangi persediaan nutrisi untuk perkembangan embrio

yang berakibat potensi reproduksi menjadi rendah. Tekanan yang berat dalam

penyediaan nutrisi untuk tubuh akan memicu penuaan dan kematian.

Teori Disdeferensiasi Sel

14

Page 15: Skenario 5 Pertemuan 2

Teori ini dikemukakan oleh Cutler pada tahun 1985. Menurut teori ini, penuaan

diakibatkan oleh bergesernya sel-sel dari tempat yang seharusnya setelah melalui

proses diferensiasi. Semakin tua organisme, sel-sel semakin jauh bergeser dari tempat

seharusnya. Akibatnya, seluruh fungsi organisme terus menurun dan makin menurun

dengan bertambahnya usia.

Teori Regulasi Gen

Menurut teori ini, penuaan terkait dengan fase-fase kehidupan suatu organisme dan

dikendalikan oleh mekanisme pengaturan (regulasi) gen-gen: mulai dari tumbuh-

kembang, reproduksi, dan akhirnya menua. Pergantian fase-fase tersebut diatur oleh

perubahan berbagai enzim, hormon, dan protein. Kanungo (1994) mengusulkan teori

ini untuk menjelaskan adanya dua karakter utama penuaan: (1) merosotnya

kemampuan fungsional terjadi setelah fase reproduksi, dan (2) rentang hidup dalam

satu spesies relatif tetap pada setiap individunya.

Teori Gen Seks

Data statistik menunjukkan bahwa wanita memiliki usia harapan hidup yang lebih

tinggi dibanding pria. Perbedaan bisa jadi dikarenakan perbedaan kromosom seks.

Kromosom Y pada pria dianggap penyebab kematian lebih awal pada laki-laki.

Diduga, pada kromosom Y terdapat informasi yang mempercepat proses penuaan

pada pria.

3. Posyandu lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu

wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka

bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari

kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya

melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh

masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan posyandu lansia antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

15

Page 16: Skenario 5 Pertemuan 2

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam

pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia

lanjut.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia:

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang

diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan

pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang

menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya

menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau

tinggi badan

Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh

(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan

kasus juga dilakukan di meja II ini.

Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan

pelayanan pojok gizi.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik dan

mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk

mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah

kesehatan yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia:

Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan

dasar dalam kehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik

turun tempat tidur, buang air kecil dan besar.

Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional,

dengan menggunakan pedoman metode 2 menit ( bisa dilihat KMS usia lanjut)

Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan dan dicatat pada grafik indek massa tubuh

Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta

penghitungan denyut nadi selama satu menit.

16

Page 17: Skenario 5 Pertemuan 2

Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli, atau Cuprisulfat.

Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adannya penyakit gula.

Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi awal

adanya penyakit ginjal.

Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan

pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.

Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan

rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang

dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.

Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak

datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan

gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai

untuk meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan

prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka),

meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran

pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana,

thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara

lain:

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.

Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan

mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala

keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman

ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan

dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu

lansia

b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau

17

Page 18: Skenario 5 Pertemuan 2

Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa

harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau

kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan

dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau

merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan

atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia

untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor

eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.

c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk

datang ke posyandu.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia

untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi

lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke

posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu

mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.

Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan

atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik

tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di

posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

stimulus yang menghendaki adanya suatu respons

4. Poligeriatri

Mengingat banyaknya masalah pada seorang pasien gerlatri maka perlu ditangani oleh

sebuah tim ahli dati berbagai disiplin ilmu yang bekerja secara interdisiplin. 

Interdisiplin berarti anggota tim bekerja demi kepentingan pasien dengan dipimpin oleh

seorang dokter penanggungjawab pasien (DPJP) utama. Terdapat dua macam poli

diantaranya:

18

Page 19: Skenario 5 Pertemuan 2

1. POLIKLINIK GERIATRI TERPADU 

Pelayanan rawat jalan pasien gerlatri oleh Tim Terpadu di satu atap

2. RUANG RAWAT AKUT GERIATRITERPADU 

Perawatan pasien geriatri dengan penyakit-penyakit akut oleh Tim Terpadu yang

stand by di ruang rawat secara bersama-sama

jenis pelayanan di poligeriatri antara lain : 

1. Pemeriksaan Penyakit Dalam Gerlatri 

Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana di bidang penyakit dalam dengan

menggunakan pendekatan Comprehensive Geriatric Assessment / penilaian pasien

gerlatri secara menyeluruh

2. Pemeriksaan Psikiatri Gerlatrl 

Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana di bidang psikiatri untuk

men:l.ngkatkan kemampuan mental dan kogmtif/ daya piker

3. Pemeriksaan Rehabilitasi Geriatri

Melakukan identifikasi masalah dan tatalaksana rehabilitasi untuk meningkatkan

kemandirian pasien

4. Pemeriksaan Kulit Geriatri 

Melakukan identifikasi & tatalaksana problem kulit kelamin usia lanjut

5. Pemeriksaan Neurologi Geriatri 

Melakukan identifikasi & tatalaksana problem syaraf usia lanjut

6. Pemeriksaan Mata 

Melakukan identifikasi & tatalaksana problem penglihatan pada usia lanjut 

7. Pemeriksaan THT 

Melakukan identifikasi & tatalaksana problem pendengaran & keseimbangan pada

usia lanjut

8. Pemeriksaan Gigi & Mulut 

Melakukan identifikasi & tatalaksana kebersihan & problem gigi mulut &

kemampuan mengunyah

9. Konsultasi Gizi 

Melakukan identifikasi & tatalaksana problem nutrisi usia lanjut 

19

Page 20: Skenario 5 Pertemuan 2

10. Klinik Asuhan Siang 

Mempertahankan kemampuan kognitif, mental, kemandirian, dan sosial pasien

geriatri melalui aktivitas mandiri & ke1ompok secara terstruktur

11. Penyuluhan berkala 

Melakukan kegiatan edukasi pasien geriatri & keluarga secara berkala melalui

penyuluhan, diskusi kelompok, & tanyajawab

12. Pemeriksaan USG 

Pendukung diagnostik oleh ah1i radiologi

13. Pemeriksaan Laboratorium 

Pengambilan contoh darah, dahak, urine, di satu atap

14. Outlet Farmasi : Pengambilan Obat disatu atap

15. Kunjungan Rawat Rumah / Home Care 

Menyediakan pelayanan tenaga dokter, perawat, pramurawat, untuk pasien yang tidak

dapat dibawa ke rumah sakit

C. NUTRISI USILA

1. Kebutuhan nutrisi usila

Nutriasi yang dibutuhkan usila menurut buku Pentunjuk Menyusun Menu Bagi Usia

Lanjut oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat antara lain :

1. Menu, hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang

terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.

2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari KH yang

bersumber dari KH kompleks (sayur sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). Jumlah

lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori.

4. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori.

5. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah,

sayurdan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.

6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan.

7. Makanan mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan,

hati,daging, bayam atau sayuran hijau

20

Page 21: Skenario 5 Pertemuan 2

8. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam,

seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.

9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan

mudah dicerna.

10.Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.

11.Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.

2. Akibat defisiensi nutrisi pada usila

Gizi kurang

Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena

gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan

menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan

kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat

diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,

kemungkinan akan mudah terkena infeksi.

Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan

kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan

menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

D. TANATOLOGI

1. Tanda kematian

Proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa anda-tanda kematian yang

perubahannya biasa timbul pada saat meninggal atau beberapa menit kemudia. Dibagi

menjadi 2 tanda, yaitu tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti

Tanda kematian tidak pasti

a. Pernapasa berenti dinilai selama lebih dari 10 menit

b. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit nadi karotis tidak ada

c. Kulit pucat

d. Tonus otot menghilang dan relaksasi

e. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi bebera[a menit setelah kematian

21

Page 22: Skenario 5 Pertemuan 2

f. Pengeringan kornae menimbulakan kekerutan dalam waktu 10 menit, yang masi

dapat dihilangkan dengan meneteskan air mata (budiyanto,1997)

Tanda kematian pasti

a. Livor mortis

bercak merah kebiruan atau merah ungupada lokasi terendah tubuh mayat akibat

penumpukan eritrosit karena terhentinya kerja pembuluh darah dan gaya grafitasi

bumi, bukan tubuh mayat yang tertekan alat keras.

Tampak 20-10 menit pasca kematian dan menetap kira-kira 8-12 jam pasca

kematian klinis

4 penyebab mentap dan meluasnya bercak:

1. Ekstravansi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar

2. Kapiler sebagai bejana berhubungan

3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun

4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis

Lima warna lebam mayat -> menentukan penyebab kemtian mayat

1. Merah kebiruan – normal

2. Merah terang – keracunan CO, CN, suhu tinggi

3. Merah gelap – afiksi

4. Biru – keracunan nitrit

5. Coklat – keracunan aniline

b. Rigor mortis

Kekakuan otot yang biasanya disertai sedikit pemendekan serabut otot. Karena

ada perubahan kimiawi pada protein yang terdpar dalam serabut-serabut otot

Macam rigor mortis:

1. Cadaveric spasme

Kekakuan pada sekolompok otot dan kadang-kadang di seluruh otot, segera

setelah kematian somatic tanpa melalui reksasi rimer

2. Heat stifffering

Kekakuan akibat suhu tinggi

3. Cold stiffering

22

Page 23: Skenario 5 Pertemuan 2

Kekakuan akibat suhu rendah -> cairan tubuh, terutama yang ada pada sendi

akan membeku (idries, 1997)

c. Algor mortis

Penurunan suhu mayat akibat terhentinya prtoduksi panas dan terjadi

pengeluaran panas terus-menerus akibat perbedaan suhu mayat dan

lingkungannya. Biasanya pada mayat-mayat fase lanjut . 9 faktor yang

mempengaruhi cepat atau lambatnya penurunan suhu:

1. Besarnya perbedaan suhu

2. Suhu tubuh mayat saat mati

3. Alitan udara

4. Kelembapan udara

5. Kontitusi tubuh

6. Aktifitas sebelum meninggal

7. Sebab kematian

8. Pakaian tipis

9. Posisi tubuh -> permukaan tubuh yang terpapar

d. Membusuk

Degradasi jaringan terutama protein akibat autolysis dan kerja bakteri pembusuk.

Terjadi setelah kematian seluler dan batru tampak setelah 24 jam pasca kematian

2. Jenis Kematian

a. Kematian somatik

Tejadi gangguan pada ketiga system utama yang bersifat menetap, secara klinis tidak

ditemukan adanya reflex, elektro ensefalografi mendatar, nadi tidak teraba, denyut

jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengan

saat auskultasi.

Fase kematian dimana tidak didapatitanda2 kehidupan seperti denyut jantung,

gerakan pernafasan, suhu badan menururn, dan tidak adanya aktifitas listrik oleh otak

padarekaman EEG. Dalam waktu 2 jam akan diikiuti fase kematian bologik yang

ditandai dengan kematian sel.

b. Kematian seluler

23

Page 24: Skenario 5 Pertemuan 2

Kematian seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa

saat setelah kematian somatik, dimana terjadi kerusakan pada semua organela sel

terakhir pada mitokondria. Daya tahan hidup masing masing organ berbeda sehingga

terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan.

c. Mati suri

Mati suri merupakan penurunan fungsi organ vital sampai taraf minimal yang

reversible, diketahui ternyata hidup lagi setelah dinyatakan mati. Mati suri sering

ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat listrik atau tersambar petir dan

tenggelam.

d. Kematian serebral

Mati serebral merupakan suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang

irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu

sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat

(Budiyanto, 1997).a

e. Kematian batang otak

Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk

fungsibatang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang

otak adalah koma dalam,hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea. Seorang

pasien yang telah ditetapkan mengalami kematian batang otak berarti secara klinis

danlegal-formal telah meninggal dunia. Hal ini seperti dituangkan dalam pernyataan

IDI tentang mati, yaitudalam Surat Keputusan PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal

15 Maret 1988 yang disusulkan dengan SuratKeputusan PB IDI

No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seorang dikatakan

mati,bila fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,

atau terbukti telah terjadikematian batang otak. Diagnosis kematian batang otak

merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan lainapabila pemeriksaan

klinis (termasuk pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea) dapat

dilaksanakansecara adekuat. Apabila temuan klinis yang sesuai dengan kriteria

kematian batang otak ataupemeriksaan konfirmatif yang mendukung diagnosis

kematian batang otak tidak dapat diperoleh,diagnosis kematian batang otak tidak

dapat ditegakkan.

24

Page 25: Skenario 5 Pertemuan 2

3. Proses pembusukan

Perubahan warna pertamakali terjadi di fossa iliaka, dimana terjadi perubahan

warna hijau kekuningan. Oerubahan warna ini dikarenakan adanya reaksi antara Hb

dengan H2S yang menghasilkan Sulf-met-hemoglobin. Perubahan warna ini nantinya

akan terjadi pada seluruh abdomen , dada, wajah dan bagian leher, dimana nantinya bila

hal ini berlangsung terus menerus akan warna akan menjadi keunguan.

Perubahan warna juga disertai dengan pembengkakan pada mayat. Otot sfingter

relaksasi sehingga urin dan feses mayat keluar. Selain itu lidah mayat menjulur, bibir

menebal, mulut membuka dan busa kemerahan keluar dari dari rongga mulut.

Mayat yang mengalami pembusukan biasanya berbau menyengat. Nbau ini berasal

dari gas pembusukan. Gas pembusukan ini bisa terkumpul dalam suatu rongga sehingga

menyebabkan bentuk fisik dari mayat akan berbeda dengan bentuk asli saat dia masih

hidup. Gas ini selanjutnya akan membentuk lepuhan kulit. Lepuhan ini mulai tampak 36

jam setelah kematian.

Kulit ari mudah mengelupas dimana akan Nampak cairan kemerahan yang sedikit

mengandung albumin. Bau yang menyengat dari proses pembusukan ini merangsang

datangnya lalat, dimana lalat-lalat itu nanti akan bertelur dan menjadi lalat dewasa pula.

Keberadaan lalat ini juga bisa digunakan untuk mengetahui kapan orang itu

meninggal. Namun hal ini hanya bisa dilakukan ketika lalat melalui fase sebelum

kepompong, karena bila sudah menjadi kepompong maka dia akan cenderung tumbuh

statis sehingga sulit menentukan waktu kapan mayat itu meninggal. Saat lalat sudah

menjadi dewasa tengkorak, rectum dan uterus gravid mulai tampak. Jika proses

pembusukan terus terjadi maka jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna keslokatan.

KESIMPULAN

25

Page 26: Skenario 5 Pertemuan 2

Pada suatu saat tertentu sel sel tubuh akan mengalami penurunan fungsi sehingga akan

menyebabkan suatu penyakit yaitu penyakit degeneratif. Penurunan fungsi ini bersifat

irreversible. Dimana penyakit degeneratif ini biasanya seiring dengan proses penuaan seseorang.

Sehingga biasanya orang yang sudah lanjut usia kebanyakan mengalami masalah terutama

masalah kesehatan, psikoseksual ataupun psikososial. Hingga pada akhirnya seseorang akan

mengalami kematian.

26