A. Judul Penelitian
“Diplomasi Pemerintah Australia Terhadap Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono Dalam Pemberian Grasi” (Studi Kasus Pemberian Grasi Oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Terhadap Terpidana Narkoba
Schapelle Leigh Corby)
B. Latar Belakang Masalah
Schapelle Leigh Corby, lahir 10 Juli 1977 adalah seorang mantan
pelajar sekolah kecantikan dari Brisbane, Australia. Corby adalah seorang
wanita Australia yang dihukum karena penyelundupan narkoba yang
dipenjara di Indonesia. Dalam tas Corby ditemukan 4,2 kg ganja, yang
menurut Corby bukan miliknya. Corby mengaku tidak mengetahui adanya
ganja dalam tasnya sebelum tas tersebut dibuka oleh petugas bea cukai
bandara Ngurah Rai Bali (www.sumsel.tribunnews.com diakses tanggal 16
Maret 2013).
Corby diputuskan bersalah oleh Pengadilan Negeri Denpasar atas
tuduhan yang diajukan terhadapnya dan divonis hukuman penjara selama 20
tahun pada 27 Mei 2005 dan denda sebesar Rp.100 juta. Pada 20 Juli 2005,
Corby kembali membuka persidangan dengan mengajukan banding dan
menghadirkan beberapa saksi baru. Pada tanggal 12 Oktober 2005, setelah
melalui banding, hukuman Corby dikurangi lima tahun menjadi 15 tahun.
Namun pada 12 Januari 2006, melalui putusan kasasi, MA memvonis Corby
kembali menjadi 20 tahun penjara, dengan dasar bahwa narkotika yang
1
diselundupkan Corby tergolong kelas I yang berbahaya (Putusan MA No. 112
PK/Pid/2006).
Didalam UU NO. 35 Tahun 2009 narkoba dibagi menjadi atas 3
golongan yaitu :
Golongan Pengertian Jenis (contoh)
Golongan I Narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan.
ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium
Golongan II Narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian
petidin, benzetidin, dan betametadol
Golongan III Narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian
kodein dan turunannya
Pada bulan Maret 2010, Corby mengajukan petisi kepada Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono untuk grasi atas dasar penyakit mental, dan pada
bulan Mei 2012, Corby diberikan pengurangan hukuman 5 tahun penjara. Ini
pertama kali Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan
grasi pada terpidana kasus narkotika. Hal itu bertentangan dengan kebijakan
pengetatan pemberian remisi pada napi kejahatan luar biasa, seperti korupsi,
narkotik, dan terorisme sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No
28 Tahun 2006 (www.antaranews.com diakses tanggal 8 Maret 2013).
Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengabulkan
permohonan grasi bagi Schapelle Leigh Corby bertentangan dengan
kebijakan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang pengetatan
remisi dan pembebasan bersyarat bagi terpidana korupsi, narkotik, dan
2
terorisme. Pemberian grasi kepada Corby juga bertolak belakang dengan
pidato Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Peringatan Hari
Internasional Melawan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba di Istana
Negara tanggal 29 Juni 2005 yang menyatakan bahwa grasi untuk jenis
kejahatan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotik tidak akan pernah
dikabulkan, termasuk bagi Corby (www.presidenri.go.id diakses tanggal 8
Maret 2013).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengabulkan grasi untuk
Corby dengan mengurangi hukumannya selama lima tahun. Dalam hal ini
peran pemerintah terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seharusnya
lebih konsisten dalam memerangi narkotika karena Indonesia adalah negara
besar dan merdeka. Pemberian grasi kepada Corby dikhawatirkan dapat
berdampak buruk bagi terpidana narkotik lainnya. Hal ini menunjukkan
indikasi adanya tebang pilih dari pemerintah terhadap pemberian grasi bagi
terpidana.
Didalam undang-undang hukum pidana Indonesia, ganja
diklasifikasikan ke dalam narkotika golongan I yang dilarang keras
peredarannya secara umum. Akan tetapi, keringanan hukuman atau grasi
bagi Schapelle Leight Corby yang telah terbukti bersalah karena
menyelundupkan ganja seberat 4,2 kilogram ke wilayah hukum Indonesia
menimbulkan indikasi adanya tekanan politik dari pihak luar terutama
Pemerintah Australia terhadap Pemerintah Indonesia. Pemberian keringanan
bagi Corby menunjukkan bahwa Pemerintah Australia menekan Pemerintah
3
Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Diplomasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Australia tersebut merupakan suatu bentuk
perlindungan terhadap warga negaranya yang terjebak kasus hukum dinegara
lain. Dalam perkara hukum yang melibatkan Corby sudah jelas bahwa Corby
dapat dikategorikan sebagai penyelundup narkoba namun Pemerintah
Australia tanpa malu-malu memberikan perlindungan kepada warganya
(www.antaranews.com diakses tanggal 8 Maret 2013).
Dalam pemberian grasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
tidak terlepas dari pertimbangan hubungan diplomatik luar negeri Indonesia.
Pemerintah Indonesia tidak mau memberikan keringanan terhadap seseorang
dengan yang telah terbukti bersalah secara cuma-cuma sebagaimana kasus
Corby. Di mata internasional, kasus perdagangan narkoba merupakan
kesalahan berat. Kasus ini sama beratnya seperti kasus terorisme serta
perdagangan manusia (Junaidi, 2011: 64).
Dengan pemberian pengurangan masa hukuman oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono terhadap Corby, Pemerintah Indonesia berharap
Pemerintah Australia juga melakukan hal yang sama terhadap warga
Indonesia di Australia yang sedang menghadapi masalah hukum, terutama
anak-anak yang jumlahnya cukup banyak. Pemberian grasi oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono kepada Corby tidak terlepas dari peran
pemerintah Australia, baik dari Perdana Menteri Australia, Partai Politik
Australia, maupun NGO (Non-Government Organization) Australia.
4
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana bentuk diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemberian
grasi kepada Terpidana Narkoba Schapelle Leigh Corby ?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk
diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah Australia terhadap Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam pemberian grasi kepada Terpidana Narkoba
Schapelle Leigh Corby.
E. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan bagi penulis mengenai masalah politik tentang
diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah Australia kepada Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono terhadap pemberian grasi kepada
terpidana kasus narkoba Schapelle Leigh Corby.
b. Penulis dapat menerapkan teori-teori yang ada sebagai alat untuk
menganalisis peristiwa-peristiwa yang ada.
c. Meningkatan kapasitas dan kapabilitas penulis dalam menganalisis cara
berdiplomasi oleh suatu negara.
5
2. Bagi Pembaca
a. Memberi gambaran secara jelas mengenai upaya diplomasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Australia kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono terhadap pemberian grasi kepada terpidana kasus narkoba
Schapelle Leigh Corby.
b. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai rujukan untuk penelitian
selanjutnya yang terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini.
c. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai cara dan upaya yang
dilakukan dalam berdiplomasi agar suatu kepentingan dapat tercapai.
3. Bagi Progam Studi
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah kajian
keilmuan yang bermanfaat bagi bahan diskusi dan materi perkuliahan.
F. Tinjauan Pustaka
1. Landasan Teori
Untuk memudahkan pengkajian skripsi ini, maka dibutuhkan teori-
teori untuk dipakai dalam upaya diplomasi Pemerintah Australia terkait
pemberian grasi terhadap Corby. Teori-teori tersebut diantaranya seperti
teori diplomasi sebagai teori dasar untuk menjelaskan masalah yang sudah
dijelaskan diatas.
6
a. Diplomasi
Ernest Satow dalam Mohammad Shoelhi (2011:76)
merumuskan bahwa diplomasi adalah suatu penerapan kecerdasan dan
taktik untuk menjalin hubungan resmi antar pemerintah negara
merdeka, meluas hingga ke hubungan mereka dengan negara
persemakmuran atau protektorat atau hubungan bisnis antar negara
melalui cara-cara damai.
Sedangkan Azerta Cungu dan Tanya Alfredson (2008: 6)
mendefinisikan diplomasi sebagai bsebuah rencana atau metode yang
digunakan dalam mencapai kebijakan luar negeri.
Dari beberapa definisi, diplomasi sangat erat hubungannya
dengan hubungan antar Negara. Diplomasi dapat dikatakan merupakan
suatu seni mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi
dengan cara-cara damai dalam berhubungan dengan Negara lain.
b. Multitrack Diplomacy
Konsep Multi Track Diplomacy dikembangkan dari perdebatan
yang telah berlangsung lama dalam kajian tentang diplomasi antara
diplomasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah saja atau
diplomasi sebagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat ke
masyarakat (citizen diplomacy). Hal ini berkembang dari ide bahwa
perang dapat dihindari jika terdapat hubungan persahabatan dan
pemahaman yang baik antar masyarakat, dan usaha perdamaian dapat
dilakukan jika pihak-pihak yang terlibat dalam potensi dan konflik
7
nyata berusaha untuk saling memahami posisi yang diambil oleh pihak
lawan. Teknik tawar-menawar dan negosiasi yang umumnya dipandang
sebagai bagian dari kontak diplomatik antar pemerintah dapat dialihkan
dan diadaptasi untuk megatur keterlibatan antar warga negara dari
berbagai sistem politik yang berbeda tersebut.
Multi Track Diplomacy pada dasarnya adalah sebuah kerangka
kerja konseptual dalam memandang proses perwujudan perdamaian
internasional sebagai sebuah sistem kehidupan. Semuanya tercakup
dalam sebuah model jaring-jaring yang saling terkait antara baik
kegiatan, individual, institusi dan komunitas yang bekerja bersama
untuk satu tujuan tunggal, yaitu sebuah dunia dalam perdamaian.
Konsep ini merupakan sebuah ekspansi dari paradigma Track One
(Government) dan Track Two (Non-Government) yang telah
membentuk kajian bidang ini dalam beberapa dekade terakhir. Dalam
perkembangan sejarahnya, konsep mengenai kedua jalur ini berawal
dari sebuah kesadaran bahwa tidak selamanya sebuah interaksi formal,
ofisial dan antar-pemerintah diantara perwakilan yang ditugaskan oleh
negara berdaulat masing-masing merupakan metode yang efektif dalam
mencapai kerjasama internasional yang mutualistik ataupun
menyelesaikan sebuah konflik/perbedaan. Bahkan warga negara biasa
dari berbagai macam latar-belakang dan keahlian bisa menghadirkan
sesuatu yang kredibel dan dapat membuat suatu bentuk perubahan.
8
Multi Track Diplomacy terdiri dari 5 jalur yang kemudian
berkembang menjadi 9 jalur utama dalam sebuah kerangka kerja
konseptual dan praktikal, yang digunakan untuk memahami
kompleksnya sistem dari kegiatan perwujudan perdamaian, yakni antara
lain:
1. Pemerintah (Goverment)
Bidang ini mencakup bagaimana proses formal diplomasi,
perumusan kebijakan dan pembangunan perdamaian melalui ofisial
dan institusi pemerintahan dijalankan.
2. Karir Profesional (Non Goverment)
Di sinilah kegiatan para pemegang karir professional non
governmental (non pemerintah) berjalan. Mereka berusaha untuk
menganalisa, mencegah, menyelesaikan dan mengakomodasi konflik
internasional oleh aktor-aktor bukan negara.
3. Bisnis (Bussines)
Ini adalah bidang tempat kegiatan-kegiatan bisnis
menjalankan peran actual dan potensialnya dalam pembangunan
perdamaian melalui provisi kesempatan ekonomi, persahabatan dan
pemahaman internasional, saluran komunikasi informal dan
mendukung kegiatan perwujudan perdamaian lainnya.
4. Warga Negara (Privat Citizen)
Ini termasuk beraneka cara bagaimana warga Negara
individual berkontribusi dan terlibat dalam kegiatan pembangunan
9
dan perdamaian melalui citizen diplomacy, progam pertukaran,
organisasi voluntari swasta, NGO (Non-Government Organization)
dan kelompok kepentingan tertentu.
5. Penelitian, Pelatihan dan Edukasi (Research, Training and
Education)
Jalur ini mencakup tiga kajian kerja, antara lain: Penelitian
yang berhubungan dengan program-program universitas, think tanks
dan pusat penelitian kelompok-kelompok kepentingan khusus;
Program Pelatihan yang mencari untuk menyediakan keahlian
praktisioner seperti negosiasi, mediasi, resolusi konflik dan fasilitasi
third-party; dan Edukasi termasuk proses pendidikan formal dari TK
sampai ke tingkat Doktoral yang mencakup berbagai macam aspek
global mengenai studi lintas-budaya, studi tata dunia dan
perdamaian, dan konflik analisis, manajemen dan resolusi.
6. Aktivisme (Activism)
Jalur ini melingkupi aktivisme perdamaian dan
environmental mengenai beberapa hal seperti disarmament, hak
asazi manusia, keadilan social dan ekonomi, serta advokasi kepada
kelompok kepentingan khusus mengenai kebijakan tertentu
pemerintah.
7. Agama (Religion)
Jalur ini mempelajari bagaimana suatu kepercayaan dan
kegiatan berorientasi perdamaian yang dilakukan oleh komunitas
10
spiritual dan religius serta beberapa gerakan berbasis moral seperti
pacifisme, sanctuary dan anti-kekerasan.
8. Pendanaan (Funding)
Ini terkait langsung dengan komunitas funding; yaitu mereka
yang baik yayasan maupun filantropis individual yang meyediakan
dukungan finansial untuk banyak kegiatan yang dilaksanakan oleh
jalur-jalur lainnya.
9. Komunikasi dan Media (Communication and the Media)
Di sini adalah tempat bagi suara semua orang yaitu
bagaimana opini public dapat dibentuk dan diekspresikan melalui
media cetak, radio, film, sistem elektronik dan seni.
(The University of Connecticut Project in International Negotiation
(CPIN), The Rules of Diplomacy, http://www.peace.ca/diplomacy.htm,
diakses tanggal 3 April 2013).
Dalam pelaksanaan multitrack diplomacy, terdapat 12 prinsip
yang menjadi landasannya, yaitu:
1. Relationship, yaitu membangun hubungan yang kuat inter-personal
dan intergroup dalam masyarakat.
2. Komitmen Jangka Panjang, yaitu membuat komitmen bersama
dalama masyarakat dalam jangka waktu yang lumayan lama.
3. Sinergi Budaya, yaitu menghargai kebajikan budaya dari semua
pihak dan terbuka terhadap interaksi kreatif dalam budaya yang
berbeda.
11
4. Partnership – Kolaboratif, yaitu model yang menhendaki adanya
kerjasama antara pihak lokal dan institusi lain atau koalisi.
5. Multiple Technologies, yaitu pengguanaan berbagai macam
teknologi sebagai sebuah pendekatan baru, jika dibutuhkan dalam
kondisi dan situasi tertentu.
6. Fasilitas, yaitu memberikan kesempatan bagi pihak-pihak tertentu
untuk brtanggung jawab dalam mimpi dan tujuan mereka.
7. Empowerment /Kewenangan, yaitu mmbantu masyarakat sebagai
agen perubahan dalam masyarakat.
8. Penelitian Aksi, yaitu belajar dari apa yang dilakukan/pengalaman
dan membagikannya dengan orang/pihak lain.
9. Invitasi, yaitu memasuki sebuah sistem dimana ada invitasi dan pintu
terbuka.
10. Kepercayaan, yaitu membangun hubungan dimana didalamnya
terdapat mutual trust dan kepedulian dalam sistem.
11. Perjanjian/Engagemen, yaitu mengakui bahwa sekali kita
memasuki sebuah sistem, maka kita menjadi bagian unik dari itu,
dan menjadi mitra yang peduli dan akuntabel.
12. Transformasi, yaitu katalis yang mengubah tingkatan level paling
dalam baik dalam asumsi, keyakinan, nilai, seperti tindakan dan
struktur.
12
(The University of Connecticut Project in International Negotiation
(CPIN), The Rules of Diplomacy, http://www.peace.ca/diplomacy.htm,
diakses tanggal 3 April 2013).
Sejak munculnya konsep negara bangsa di Eropa utara pada
pertengahan abad ke 16, kebutuhan akan interaksi antar bangsa menjadi
sangat penting dan sangat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing negara sehingga di bentuklah unit ataupun badan yang
secara administratif mewakili negara yang akan berhubungan kepada
negara lain yang berfungsi untuk menjelaskan secara mendetail bentuk
kebijakan luar negeri suatu negara. Kemudian berlanjut pada abad ke
17 dan 18 dimana abad ini dapat di kategorikan sebagai abad
perkembangan dari hubungan interasional dimana filsuf dan para
pemikir politik seperi Grotius, Hobbes, Abbe Saint-Pierre, Kant dan
Rousseau merasa penting untuk mengkaji masalah dalam hubungan
internasional. Diplomasi pada hakikatnya merupakan kebiasaan untuk
melakukan hubungan antar negara melalui wakil resmi ataupun tidak
resminya yang dapat melibatkan seluruh proses hubungan luar negeri,
perumusan kebijakan termasuk pelaksanaannya. Dalam arti yang luas,
diplomasi dan politik luar negeri adalah sama. Namun dalam artian
yang lebih sempit (tradisional) diplomasi melibatkan cara-cara dan
mekanisme, sedangkan dalam politik luar negeri ada dasar atau
tujuannya. Dalam artian yang lebih terbatas, diplomasi meliputi teknik
operasional dimana negara mencari kepentingan diluar yurisdiksinya.
13
2. Kerangka Berpikir
Dr. Louise Diamond dan Ambassador John McDonald dalam
bukunya Multi-Track Diplomacy menyebutkan pentingnya diplomasi
“…..diplomacy is associated in our minds with an interactive process, a
back-and-forth between various parties, it about relationship,
communication, connectedness. These are the key elements not only of
peacemaking endeavors but also of social systems. If the term jiggles the
mind to associate the system with this efforts and qualities it will be
relevant.”. Berdasarkan teori ini, Peter Sutch dan Juanita Elias dalam
bukunya The Basics: International Relations mengungkapkan bahwa
segala jenis upaya diplomasi yang dilakukan harus dengan analisis objektif
dimana fokus tertuju pada kekuataan hubungan antara dua buah negara.
(Peter Stuch, Juanita Elias. 2007: 41-42)
Aktor-aktor pemerintah yang efektif dalam sebuah sistem akan
mempengaruhi suksesnya diplomasi. Diplomasi dianggap sukses apabila
kedua belah pihak berhasil mengatasi kepentingan-kepentingan yang
berbeda, atau apabila kedua belah pihak berhasil berkompromi dalam
mengatasi perbedaan kepentingan. (Sukawarsini Djelantik, 2008: 103).
Selain pemerintah, salah satu diplomasi multi-track yang patut
diperhitungkan ialah peran media massa dalam menciptakan opini publik.
Media merupakan salah satu faktor penting, baik bagi keberhasilan
maupun kegagalan diplomasi antara dua negara. Hal ini karena mobilisasi
opini publik melalui pencitraan media (multilateral dan unilateral) yang
14
konsisten akan mempengaruhi dinamika diplomasi yang
diimplementasikan dalam foreign policysuatu negara. Pemberian grasi
terhadap terpidana kasus narkoba Schapelle Leigh Corby oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono tidak lepas dari peran pemerintah Australia.
Beberapa kali pemerintah Australia melakukan lobi terhadap Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono agar Corby mendapatkan grasi. Hal yang
dilakukan oleh pemerintah Australia ini juga dikarenakan adanya tekanan
dari dalam negeri Australia baik dari NGO (Non-Government
Organization), Partai, Masyarakat Australia, dan media massa Australia
yang berasumsi bahwa Corby tidak bersalah.
15
Tekanan Dari Dalam Negeri Australia
Perdana Menteri Australia
Pemerintah Indonesia(Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)
Grasi Bagi Schapelle Leigh Corby
Kunjungan Diplomatik
Ancaman Penarikan Dana
Bantuan Tsunami Aceh
Pertukaran Narapidana
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kualitatif
yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Margono,
2005 : 36). Pengertian lain mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007: 6). Penelitian
kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang
berorientasikan pada gejala atau fenomena yang bersifat alami. Mengingat
orientasinya demikian maka sifatnya mendasar dan naturalistik atau
bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboraturium melainkan
di lapangan sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini, maka jenis penelitian yang akan digunakan adalah
jenis penelitian kualitatif.
Penggunaan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok
penelitian yaitu untuk megetahui bagaimana bentuk diplomasi yang
dilakukan oleh Pemerintah Australia terhadap Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pemberian grasi kepada Terpidana Narkoba Schapelle
Leigh Corby.
16
Sebagaimana sifat dari penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan
utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to describe
and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and
explain), kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan
eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan deskripsi situasi yang
kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya.
2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan merupakan data sekunder
yang dikumpulkan melalui studi pustaka. Studi pustaka adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.
Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Studi Pustaka menurut M.
Nazir (2003: 27) adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti.
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam
metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung
penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan
dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan
yang pernah dibuat.
17
3. Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil obyek utama penelitian
adalah bagaimana bentuk diplomasi yang dilakukan oleh Pemerintah
Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pemberian
grasi kepada Terpidana Narkoba Schapelle Leigh Corby.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian ini perlu ditegaskan jenis-jenis
data dan kategori data yang dikumpulkan dalam melakukan pengumpulan
data ini perlu adanya ketekunan dan ketelitian yang baik mengenai data
yang berhubungan dengan judul penelitian.
Teknik pengumpulan data penulisan penelitian ini dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
bagaimana diplomasi Australia kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono terkait pemberian grasi bagi terpidana narkoba Schapelle
Leigh Corby.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penyusunan penelitian ini, analisa data dilakukan sejak awal
penelitian dan proses penelitian dilaksanakan. Teknik analisa data dalam
penelitian ini menggunakan model analisa interaktif, data yang telah
diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis.
18
Analisa Data Model Interaktif
(Gambar diambil dari Mile dan Huberman dalam Teori dan Paradigma
Penelitian Sosial, Agus Salim, 2006: 20-24 )
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaa, pengabstrakan dan transformasi dari data kasar
yang muncul dari catatan pustaka. Reduksi data dilakukan dengan cara
meringkas data, mengkode, menelusur tema, dan membuat gugus-gugus
(Moleong, 2006: 303). Reduksi data yang dilakukan dalam jenis
penelitian kualitatif yang bersumber pada data sekunder melalui studi
pustaka.
Data yang dikumpulkan dari sumber data disesuaikan dengan
tema dasar penelitian yaitu Diplomasi Pemerintah Australia terhadap
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait pemberian grasi kepada
terpidana kasus narkoba Schapelle Leigh Corby.
19
Pengumpulan Data
Penyajian Data Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data
b. Penyajian data
Penyajian data merupakan cara menyajikan data yang telah
direduksi. Dalam penelitian kualitatif pada umumnya data disajikan
secara naratif dengan menjabarkan informasi dan hasil interpretasi yang
dilakukan oleh penulis. Data-data yang telah direduksi dapat pula
disajikan dalam bentuk kategori-kategori, sketsa, diagram, dan tabel
yang sudah diolah sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Dalam penelirian ini, data-data yang didapatkan dari sumber-
sumber yang ada disajikan dalam bentuk naratif dengan menguraikan
gambaran mengenai upaya Pemerintah Australia dalam melakukan
diplomasi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkain
pemberian grati terhadap terpidana kasus narkoba Schapelle Leigh
Corby.
c. Penarikan kesimpulan (verifikasi)
Setelah diperoleh data yang cukup maka perlu untuk
menyimpulkan hal-hal yang akan ditulis, sehingga penulis dapat dengan
mudah untuk menrik kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Dalam
tahap untuk menarik kesimpulan dari ketegori data yang telah direduksi
dan disajikan untuk selanjutnya menuju kesimpulan akhir sehingga
mampu menjawab permasalahan yang dihadapi. Tetapi dengan
bertambahnya data melalui verifikasi secara terus menerus, maka
diperoleh kesimpulan yang bersifat acak. Dengan kata lain, setiap
20
kesimpulan senantiasa akan selalu terus dilakukan verifikasi selama
penelitian berlangsung.
H. Jadwal Penelitian
No. Jenis KegiatanBulan*
Maret April Mei Juni
1. Pen yusunan Proposal
2. Pengajuan Proposal
3. Pengumpulan Data
4. Analisis Data
*keterangan: Tahun 2013
21
I. Daftar Pustaka
Sumber buku :
Alfredson, Tanya dan Azeta Cungu. 2008. Negotiation Theory and Practice:
A Review of the Literature. UN: Food and Agriculture Organization.
Bantarto. 1994. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori & Praktik, Yogyakarta:
Graha Ilmu,
Ibrahim, Johnny. 2005 Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Surabaya: Bayumedia.
Junaidi. 2011. Peraturan Perundang-undangan Hukum Narkoba. Jakarta:
Pustaka Elektronik.
Marlina. 2009. Upaya-Upaya Diplomasi Pemerintah Indonesia. Dalam Jurnal
Yustika Volume 12 Nomor 2.
Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 2009. Analisis Data Kualitatif.
Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasir, M. 2003. Metode Penelitian Cetakan ke-5. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Peter Stuch, Juanita Elias. 2007. The Basic: The International Relations. New
York: Routledge.
Shoelhi, Mohammad. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
22
Sumber Media Online :
http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/288-metode-
pengumpulan-data-penelitian-kualitatif.html diakses pada 7 Maret 2013
http://www.pangupodit.com/2012/05/pengertian-studi-kepustakaan-
menurut-para-ahli diakses pada 7 Maret 2013
http://mudjiarahardjo.com/profile/270.html?task=view diakses pada 8 Maret
2013
http://www.antaranews.com/view/?i=1214216105&c=ART&s= diakses
pada 8 Maret 2013
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-
metode-penelitian-kualitatif.html diakses pada 13 Maret 2013
http://staff.undip.ac.id/sastra/mudjahirin/2009/03/06/penelitian-sosial-
budaya/ diakses pada 13 Maret 2013
http://sumsel.tribunnews.com/m/index.php/2012/05/28 diakses pada 16
maret 2013
http://www.peace.ca/diplomacy.htm, The University of Connecticut Project
in International Negotiation (CPIN), The Rules of Diplomacy, diakses
tanggal 3 April 2013
23
Top Related