23
BAB IV
PERKEMBANGAN WISATA ALAM
DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 menyebutkan bahwa wisata
alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala
keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya dan taman
wisata alam. Sedangkan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan wisata alam, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Kawasan Gunung Salak awalnya merupakan kawasan hutan yang berstatus
hutan lindung dikenal dengan nama Hutan Lindung Gunung Salak (HL-GS) yang
merupakan gabungan dari lima kelompok hutan yaitu hutan Gunung Salak Utara,
Gunung Salak selatan, Gunung Salak Nanggung, Gunung Kendang Kulon, dan
Ciampea. Masing-masing kawasan tersebut telah memperoleh pengesahan tata
batas pada tanggal 3 Mei 1941, 5 November 1906, 7 November 1934, 8 Juni 1916
dan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 92/Kpts/Um/8/1945 Tanggal 31
Agustus 1954. Kawasan ini dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
dan Banten (Utami 2002).
Sebagian besar hutan lindung yang dikelola Perum Perhutani termasuk
dalam Desa Gunung Sari dan Desa Gunung Bunder 2 dan memiliki potensi wisata
yang cukup besar, diantaranya keunikan alam berupa air terjun sebagai hulu
berbagai sungai besar, kawah, sumber mata air panas dan pemandangan alam khas
pegunungan. Melalui saran dan usulan masyarakat yang diprakarsai tokoh
masyarakat kepada pihak pemerintah daerah, maka kawasan wisata GSE secara
resmi dibuka pada tahun 1987 oleh Bupati Bogor yang menjabat waktu itu (Ajat
Sudrajat). GSE dikenal dengan ”Kawasan Wisata Alam Terbuka Gunung Salak
Endah.” Pembangunan sarana dan prasarana umum serta infrastruktur dilakukan
secara intensif pada tahun 1990-an yang melibatkan berbagai dinas terkait. Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kegiatan rencana penataan kawasan GSE,
dengan potensi wisata diantaranya Curug (Air terjun) Cigamea, Curug Ngumpet,
Curug Seribu, Permandian air panas, dan Kawah Ratu. Lima objek tersebut saat
24
ini pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah yakni Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
Perum Perhutani sebagai pengelola hutan di RPH Gunung Bunder, BKPH
Leuwiliang KPH Bogor, melakukan pengembangan dan pengelolaan di sekitar
Gunung Bunder di bidang pariwisata dan hasil hutan bukan kayu. Pada tahun
1998 mulai dibuka lokasi perkemahan, dikenal dengan nama Wana Wisata
Gunung Bunder (WWGB), objek wisata yang dikembangkan diantaranya Bumi
Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang, Curug Ciampea, Curug Ngumpet
2, dan Curug Cipatat dan mengembangkan pula Wana Wisata Kawah Ratu
dengan objek Kawah Mati I dan II serta Situ Hyang. Karcis tanda masuk obyek
wisata mulai diberlakukan pada tahun 2000, karcis tersebut telah disahkan dan
dikenai pajak pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Pengelolaan WWGB masih
terintegrasi dengan kegiatan pengelolaan hutan yang ditangani oleh RPH Gunung
Bunder serta selanjutnya mengembangkan program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) di bidang wisata.
Tahun 2003, kawasan Gunung Salak masuk ke dalam wilayah perluasan
Taman Nasional Gunung Halimun dari 40.000 Ha menjadi 113.357 Ha
berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.175/Kpts-II/2003 Tanggal 10 Juni 2003.
Saat ini dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)
dan pengelolaan kawasan dilakukan oleh unit pengelola yakni Balai TNGHS.
Perubahan status kawasan berpengaruh pula pada status pengelolaan yang selama
ini dikelola oleh Perhutani maupun oleh Pemda. Batas dan luas definitif TNGHS
ditentukan setelah diadakan pengukuran dan penataan batas di lapangan.
Pengelolaan obyek – obyek wisata di kawasan GSE dilakukan oleh
beberapa pihak, antara lain Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Perum
Perhutani KPH Bogor dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor.
Obyek-obyek wisata yang terdapat di Kawasan Gunung Salak Endah antara lain
Bumi Perkemahan Gunung Bunder, Curug Cihurang, Curug Ngumpet 1, Kawah
Ratu, Curug Ngumpet 2, Curug Seribu, Curug Cigamea, dan Pemandian Air
Panas Lokapurna (Gambar 3).
Obyek-obyek wisata Pemandian Air Panas, Curug Cigamea, Curug Seribu,
Curug Ngumpet 2 dan Kawah Ratu, secara administratif termasuk kedalam
25
wilayah Desa Gunung Sari, terutama di Kampung Lokapurna. Sedangkan
Kawasan Wisata Gunung Bunder dan Curug Ngumpet 1 termasuk kedalam
wilayah Desa Gunung Bunder 2. Sebelum memasuki Kawasan Gunung Salak
Endah, terutama Kampung Lokapurna, pengunjung harus membayar karcis
seharga Rp 7500/orang di gerbang utama. Pembagian harga tiket tersebut yaitu
Rp 5000 untuk Perhutani dan Rp 2.500 untuk Taman Nasional Gunung Halimun
Salak. Hal ini dikarenakan, sebenarnya, lahan di kawasan Kampung Lokapurna
tersebut merupakan milik Departemen Kehutanan yang diberikan hak garapnya
kepada kelompok masyarakat veteran.
Gambar 3 Peta Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah
4.1. Obyek – Obyek Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah
4.1.1. Pemandian Air Panas Lokapurna
Aksesibilitas
Pemandian Air Panas dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung
Sari – Lokapurna – Air Panas GSE, atau dari: Bogor – Cemplang – Sukamaju -
Pasarean- Pamijahan – Air Panas GSE, atau melalui: Bogor- Taman Sari-
Gunung Bunder II- Lokapurna – Air Panas GSE. Akses menuju pemandian air
panas tersebut berupa jalan setapak yang terbuat susunan anak tangga berbatu
yang tertata rapi (Gambar 4).
26
(a) (b)
Gambar 4 Pintu Gerbang (a) dan Kondisi Jalan Menuju Pemandian Air Panas
Lokapurna (b)
Sarana dan Prasarana
Pemandian air panas Lokapurna terletak di sebuah lembah berbatasan
langsung dengan sungai Cikuluwung. Jaraknya 300 m dari pintu gerbang objek.
Air panas yang dialirkan dari sumbernya melalui pancuran-pancuran dan ke
kolam-kolam berendam (3 buah) dan kolam renang (2 buah) (Gambar 5)
dilengkapi dengan fasilitas shelter, toilet, mushola, serta pelayanan pengobatan
cara tradisional. Fasilitas lain yang ada adalah warung-warung kecil yang
menyediakan makanan dan minuman serta tempat duduk atau beristirahat yang
disewakan pada pengunjung. Areal parkir yang tersedia bagi kendaraan roda
empat sangat terbatas hanya mampu menampung sekitar 4 kendaraan bermotor
roda empat. Selain fasilitas-fasilitas tersebut diatas, di areal pemandian air panas
tersebut juga terdapat sebuah cottage yang merupakan milik perseorangan yang
menawarkan beberapa fasilitas diantaranya tempat pertemuan berkapasitas 40
orang, fasilitas olahraga tenis meja, dan fasilitas outbond.
Topografi
Pemandian Air Panas GSE sebagian besar memiliki kelerengan relatif
datar sampai terjal (0 – 70%) dengan ketinggian 712 – 800 meter dpl (Disbudpar
2003).
27
(a) (b)
Gambar 5 Fasilitas Pancuran (a) dan Kolam Renang Air Panas (b)
Hidrologi
Pemandian Air Panas merupakan sumber mata air yang mengandung belerang,
sebagai bagian dari aktivitas vulkanik Gunung Salak. Di bawahnya mengalir Sub
DAS Cianten tepatnya Sungai Ci Kuluwung Hulu. Mata Air GSE tersebar di
dinding tebing yang berada di sekitarnya (DISPARSENIBUD 2003).
Pengunjung
Jumlah pengunjung di Pemandian Air Panas GSE paling banyak terjadi
pada hari Sabtu dan Minggu. Karakteristik pengunjung yang datang dilihat dari
segi umur berkisar dari umur 6 – 60 tahun. Asal pengunjung antara lain dari
Kota dan Kabupaten Bogor, Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cikarang, Cianjur dan
Sukabumi. Kegiatan yang dilakukan para pengunjung antara lain berjalan-jalan di
sekeliling kawasan, mandi air panas, mandi air dingin kali Ci Kuluwung, dan
melakukan penelitian. Para pengunjung tersebut sebagian besar datang
berombongan, baik bersama teman maupun keluarga. Ada juga yang perorangan
atau hanya berdua. Sebagian besar pengunjung mengetahui keberadaan kawasan
berdasarkan informasi dari teman.
Tabel 15 Jumlah Pengunjung Pemandian Air Panas Tahun 2001 – 2006
No. Asal
Wisatawan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Domestik 2.689 2.689 8.005 5.994 6.598 12.100
Luar Negeri - - - 35 39 -
Total 2.689 2.689 8.005 6.029 6.637 12.100 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
28
Pengelolaan
Kawasan Pemandian Air Panas Lokapurna berada dibawah pengelolaan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Harga tiket masuk yang
diberlakukan adalah Rp 4000/orang dan tiket parkir Rp 2000/kendaraan. Untuk
pelaksanaan pengelolaan harian di dalam areal pemandian seperti pengelolaan
kolam, kebersihan, keamanan dan lain sebagainya diserahkan pada KOMPEPAR
yang berasal dari masyarakat Kampung Lokapurna. Pegawai Disbudpar hanya
bertugas di siang hari, itupun hanya menjadi penjaga pintu gerbang (tiketing).
4.1.2. Curug Cigamea
Curug Cigamea terletak di kawasan wisata Gunung Salak Endah, tepatnya
di Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari. Letaknya hanya ± 0,5 km dari jalan
yang menuju ke Kawah Ratu dan Curug Seribu. Pemandangan curug ini sangat
indah walaupun tinggi air terjunnya tidak melebihi 50 m, alamnya yang asli dan
udaranya yang segar menjadi daya tarik tersendiri (Gambar 6).
Gambar 6. Curug Cigamea
Aksesibilitas
Curug Cigamea dapat ditempuh melaui Bogor – Cibatok – Gunung Sari –
Lokapurna – Curug Cigamea, atau dari: Bogor – Cemplang –Sukamaju -
Pasarean- Pamijahan – Curug Cigamea. Untuk menuju lokasi, pengunjung harus
menyusuri jalan setapak yang kondisinya telah diperbaiki, sejauh 800 m.
Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana yang terdapat di Curug Cigamea antara lain loket karcis,
warung makan (Gambar 7) yang terdapat di luar gerbang dan didekat obyek
wisata, tempat parkir motor dan mobil yang luas, toilet, musholla dan
shelter/gazebo.
29
(a) (b)
Gambar 7 Fasilitas yang terdapat di Curug Cigamea : (a) Pintu Gerbang dan
Tempat Parkir Motor, (b) Warung Makanan yang Terdapat di Sekitar
Obyek Wisata
Topografi
Curug Cigamea memiliki kelerengan dari landai sampai terjal (0-70%),
dengan ketinggian 825 - 900 meter dpl.
Hidrologi
Curug Cigamea merupakan obyek yang terletak pada Sungai Cigamea yang
mengalir pada Sub DAS Cianten dengan kondisi air yang besar pada musim
penghujan dan mengecil pada musim kemarau, hal tersebut dikarenakan tingginya
instensitas penggunaan tanah di bagian hulu Sungai Ci Gamea dan kurangnya
penghijauan di daerah hulu tersebut.
Pengunjung
Curug Cigamea merupakan obyek wisata di RPKW GSE yang paling
digemari oleh pengunjung saat ini. Jumlah kunjungannya hampir selalu
mengalami peningkatan (Tabel 17). Hal tersebut dikarenakan lokasinya mudah
dicapai, pintu gerbang berada tepat di pinggir Jalan Pamijahan dan
pemandangannya indah. Hampir setiap hari obyek wisata Curug Cigamea
dikunjungi wisatawan, dengan puncak kunjungan pada hari-hari libur nasional
serta hari Sabtu dan Minggu. Sebagian besar pengunjung yang datang hanya
berada di kawasan Curug Cigamea sekitar 2 jam. Hanya sebagian kecil yang
tinggal lebih dari 1 hari yaitu pengunjung yang berkemah. Selanjutnya
pengunjung pergi ke obyek wisata lain di sekitar kawasan GSE.
30
Sebagian besar pengunjung berasal dari Kota dan Kabupaten Bogor,
kemudian DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, Cianjur dan Sukabumi. Pengunjung
datang umumnya secara rombongan, baik bersama teman maupun keluarga.
Sebagian besar pengunjung datang ke kawasan dengan menggunakan kendaraan
bermotor. Kegiatan yang dilakukan pengunjung selama berada di dalam kawasan
antara lain berjalan-jalan, melakukan penelitian, bermain air (mandi di air terjun),
berkemah dan piknik dengan menggelar tikar dalam kelompok kecil dan besar
sambil menikmati alam sekitar dan makan dari bekal yang sudah disiapkan atau
membeli di warung yang ada di sekitar curug.
Tabel 16 Jumlah Pengunjung Curug Cigamea Tahun 2001 – 2006
No. Asal
Wisatawan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Domestik 4.042 4.061 10.151 9.365 10.395 17.300
Luar Negeri 9 8 9 33 37 17.300
Total 4.051 4.069 10.160 9.398 10.432 17.300 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan
Objek wisata alam ini dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor dan masyarakat setempat yang tergabung dalam KOMPEPAR.
Disbudpar bertugas untuk memungut karcis, sedangkan KOMPEPAR bertugas
untuk menjaga kebersihan dan kemanan kawasan serta menjaga tempat parkir.
Lahan yang menjadi lokasi parkir merupakan milik perseorangan yang
pengelolaannya diserahkan pada KOMPEPAR dengan sistem bagi hasil. Tiket
masuk ke objek wisata ini adalah Rp. 4000,00/orang ditambah dengan biaya
parkir sebesar Rp 2.000/kendaraan.
Lahan yang berada di sekitar pintu masuk Curug Cigamea, selain dijadikan
sebagai lokasi parkir, sebagiannya dijadikan tempat untuk mendirikan warung-
warung makanan. Pada awalnya, pemilik lahan lama memberikan kebebasan
kepada penduduk setempat untuk mendirikan warung dan tidak ada pemungutan
sewa, dengan syarat yang mendirikan warung haruslah penduduk setempat.
Tetapi setelah terjadi pergantian kepemilikan lahan, para pemilik warung tersebut
diharuskan membayar uang sewa kepada pemilik lahan dan penduduk yang
berasal dari luar desa diijinkan untuk mendirikan warung di lahan tersebut. Hal
31
ini cukup memberatkan para pemilik warung lama. Karena dengan bertambahnya
jumlah warung di sekitar lokasi cukup mengurangi pendapatan mereka per
harinya. Sebelum terjadi penambahan warung, mereka bisa mendapatkan untung
sekitar Rp 20.000 pada hari biasa dan sekitar Rp 100.000 pada hari libur. Akan
tetapi saat ini, mereka sering tidak mendapatkan uang sama sekali walaupun
pengunjung sedang banyak. Selain karena jumlah warung yang semakin banyak,
posisi penempatan warung baru juga menyebabkan terjadinya penurunan
pendapatan tersebut. Pada saat perpindahan kepemilikan, lokasi pintu masuk ke
Curug Cigamea dipindahkan dan warung-warung baru dibangun didekat lokasi
pintu masuk tersebut sehingga banyak dilalui oleh para pengunjung. Lokasi
warung lama terletak cukup jauh dari pintu masuk sehingga pengunjung jarang
melaluinya. Hal ini pernah dikomunikasikan oleh para pemilik warung lama
kepada KOMPEPAR, akan tetapi tidak ada tindak lanjutnya. Yang terjadi adalah
penahanan terhadap pemilik warung yang melakukan protes tersebut. Sejak saat
itu tidak ada pemilik warung yang memiliki keberanian untuk menyampaikan
keinginan dan pendapatnya karena takut masuk penjara.
4.1.3. Curug Seribu
Curug Seribu terletak di Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor, dan berada di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor. Curug Seribu merupakan curug yang paling tinggi
(+ 100m di Kawasan GSE. Curug ini terletak ± 7 km dari Lokapurna. Dalam
perjalanan menuju ke arah Curug Seribu, wisatawan dapat melihat pemandangan
alam yang indah dan alami.
Aksesibilitas
Curug Seribu dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung Sari –
Lokapurna – Curug Seribu Ci Gamea, atau dari: Bogor – Cemplang – Sukamaju -
Pasarean- Pamijahan – Curug Cigamea. Jarak dari Kota Bogor menuju Curug
Seribu ± 45 Km. Kondisi akses masuk (500 meter dari Jalan Pamijahan menuju
pintu gerbang) masih sangat buruk dengan kondisi jalan berbatu dan lebar jalan
sekitar 3 meter.
32
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Curug Seribu antara lain tempat
parkir, bumi perkemahan dengan kapasitas 400 orang, wc umum, shelter, dan 4
buah warung. Di areal camping ground terdapat penyewaan tenda, petromak,
generator, terpal, tambang, dan perlengkapan camping lainya.
(a) (b)
Gambar 8 Kondisi Jalan Menuju Obyek Curug Seribu(a), dan Fasilitas Tempat
Parkir yang tersedia di Lokasi Obyek Curug Seribu (b)
Topografi
Curug seribu didominasi oleh kondisi lereng dari agak terjal sampai terjal
sekali, dengan ketinggian 850 – 1025 meter dpl. 200 meter dari pintu gerbang
didominasi kelerenganan landai sekali (0 –3)% sampai landai (5 – 10) %, 200 –
1000 meter dari pintu gerbang didominasi kelerengan agak terjal ( 15- 30) %,
terjal (30 – 70) % dan sangat terjal (>70 %), 1000 –1200 meter dari pintu gerbang
didominasi kelerengan agak terjal (15 – 30 ) %.
Hidrologi
Curug Seribu merupakan bagian Hulu dari Sub DAS Cianten tepatnya
merupakan bagian dari sungai Ci Kuluwung Hulu dengan pola aliran dendritik
(tulang daun). Dengan debit air yang besar, sehingga Obyek Curug Seribu airnya
selalu besar walaupun pada saat-saat musim kemarau, karena terletak di kawasan
konservasi dengan hutan di sekelilingnya.
33
Pengunjung
Pengunjung di Curug Seribu berasal dari berbagai daerah diantaranya
Sukabumi, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Tangerang dan Jakarta. Pengunjung
sebagian besar adalah masyarakat umum, selain itu juga ada dosen, peneliti,
mahasiswa serta siswa yang datang untuk rekreasi dan camping. Warga sekitar
sering melintasi Curug Seribu untuk melakukan aktivitas berkebun. Peneliti
datang untuk mengetahui sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Wartawan
dan pengunjung lainnya juga pernah berkunjung Curug Seribu.
Apabila dilihat dari pola kunjungan, kunjungan mahasiswa biasanya bersifat
rutin, misalnya setahun sekali dalam rangka program orientasi. Sedangkan
masyarakat umum dari berbagai daerah biasanya hanya datang sekali-sekali saja.
Masyarakat yang tinggal di dekat Curug Seribu biasanya datang untuk olahraga
atau berjualan yang rutin dilakukan setiap minggu atau setiap hari.
Tabel 17 Jumlah Pengunjung Curug Seribu Tahun 2001 – 2006
No. Asal
Wisatawan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Domestik 1.256 356 3.897 4.554 5.055 6.400
Luar Negeri 26 10 3 25 28 -
Total 1.282 366 3.900 4.579 5.083 6.400 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
4.1.4. Kawah Ratu
Obyek Wisata Kawah Ratu terletak pada ketinggian ± 1.338 m dpl, dengan
suhu berkisar 100-20
0C dan dikelola oleh Balai Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak. Secara administratif Obyek Wisata Kawah Ratu termasuk ke
dalam Kampung Pasir Reungit, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, dengan
luas ± 30 Ha. Kawah Ratu sangat cocok untuk wisata petualangan alam terbuka.
Di lokasi ini terdapat Kawah Mati I yang berjarak sekitar 1.330 m dpl dan terletak
di sebelah Utara Kawah Ratu, dan Kawah Mati II yang berjarak 1.335 m dpl.
Kawah Ratu memiliki daya tarik berupa aktivitas gunung apinya. Sepanjang hari
air di kawah ini selalu mendidih dan mengeluarkan gas asam sulfat (H2S), dengan
baunya yang khas, dan kadang mengeluarkan suara gemuruh sebagai akibat
semburan uap air panas yang membentuk kabut.
34
Kawah Mati I dan Kawah Mati II merupakan gerbang untuk masuk ke
Kawah Ratu. Keajaiban kawah ini adalah apabila binatang hutan yang bukan
peliharaan manusia, baik yang hidup di darat maupun di udara, kalau melewati
kawah ini akan mati. Setibanya di kawah ratu yang berada di ketinggian 1200 m
pengunjung akan melihat suatu pemandangan yang sangat menakjubkan.
Pemandangan tersebut berupa gumpalan asap belerang dengan baunya yang
menyengat, hamparan batuan pasir putih serta desiran uap air panas yang keluar
dari celah bebatuan. Yang membedakan dengan obyek wisata lainnya adalah
jenis obyeknya yang bukan berupa air terjun namun berupa kawah dan hutan.
(a) (b)
Gambar 9 Pemandangan di Kawah Ratu (a), dan Sarana di Kawah Ratu (b)
Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana yang disediakan bagi wisatawan adalah areal berkemah,
jogging track, pintu gerbang, toilet, dan tempat parkir. Pengunjung dikenakan tarif
masuk Rp. 2.500/orang. Untuk berkemah dikenakan tarif Rp. 2.500/orang/hari.
Sebelum memasuki obyek wisata Kawah Ratu, pengunjung yang akan berkemah
harus mengajukan surat ijin ke pihak Balai Taman Nasional Gunung Halimun.
Aksesibilitas
Kawah Ratu dapat ditempuh melalui:
a. Bogor – Cibatok – Gunung Sari – Lokapurna – Curug Seribu-Kawah Ratu
b. Bogor – Cemplang – Sukamaju - Pasarean- Pamijahan – GSE – Gunung
Bunder – Kawah Ratu.
c. Bogor –Taman Sari – Gunung Bunder – Kawah Ratu
d. Sukabumi – Cidahu – Kawah Ratu.
35
Obyek wisata Kawah Ratu dapat dicapai dengan berjalan kaki selama +2
jam dengan jarak +4 km dari pintu gerbang.
Topografi
Obyek Wisata Kawah Ratu didominasi kelerengan dari landai sampai agak
terjal dengan ketinggian 1025 – 1365 meter dpl. Kelerengan 100 meter dari pintu
gerbang didominasi oleh kelerengan agak landai (5 – 10)%, 100 – 1000 meter dari
pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak terjal (15 – 30 ) %, 1000 – 3000
meter dari pintu gerbang didominasi oleh kelerengan agak landai (5 – 10) %, 3000
– 4000 meter dari pintu gerbang didominasi kelerengan agak landai (10 – 15)%.
Hidrologi
Direktorat Vulkanologi mengklasifikasikan Gunung Salak sebagai gunung
api tipe A. Kawahnya merupakan bukit yang di sebelah utara dan sebelah
selatannya dibatasi anak sungai yang bermuara di sungai Ci Kuluwung.
Tembusan-tembusan solfatar dan fumarol terdapat mulai dari tepi anak sungai
sampai ke puncak bukitnya. Di dekat puncak bukit terdapat terdapat dua tembusan
fumarol yang menyemprotkan air sangat kuat.
Pengunjung
Pada umumnya kondisi pengunjung di Obyek Wisata Kawah Ratu sama
dengan obyek-obyek lain di GSE dengan puncak kunjungan terjadi pada hari-hari
libur sekolah dan hari libur nasional. Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan di
Obyek Kawah Ratu antara lain hiking atau adventure. Di beberapa lokasi jalur
menuju Kawah Ratu ini dapat dimanfaatkan untuk mendirikan kemah, menginap,
dan berolah raga. Selama perjalanan dengan melewati hutan, pengunjung dapat
sambil melakukan aktvifitas pengamatan terhadap keanekaragaman jenis flora dan
fauna hutan.
Pengunjung yang datang ke obyek wisata ini berasal dari Kabupaten dan
Kota Bogor, Depok, DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang dan Sukabumi. Asal
pengunjung dari daerah Sukabumi cukup banyak karena obyek ini juga dapat
dicapai melalui jalur Cidahu, Kab. Sukabumi. Pengunjung datang biasanya secara
berkelompok. Sangat sedikit pengunjung yang datang sendiri sendiri atau berdua
(berpasangan). Jumlah pengunjung dari tahun ketahun cenderung stabil (Tabel
18). Catatan pengunjung yang datang ke Kawah Ratu baru ada mulai tahun 2004.
36
Sebelum tahun 2004, pengunjung yang datang ke Kawah Ratu tidak tercatat, karena
pintu gerbangnya bersatu dengan (saat itu) Bumi Perkemahan Gunung Bunder.
Tabel 18 Jumlah Pengunjung Kawah Ratu Tahun 2001 – 2006
No. Asal
Wisatawan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Domestik - - - 6.211 6.894 5.193
Luar Negeri - - - 33 37 -
Total - - - 6.244 6.931 5.193 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan
Pada awalnya pengelolaannya obyek wisata Kawah Ratu dilakukan oleh
Perum Perhutani Unit III KPH Bogor. Pada tahun 2004, pengelolaan dilakukan
oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
dengan kebijakan memisahkan pintu gerbang Buper Gunung Bunder dan Kawah
Ratu karena melihat potensi Kawah Ratu yang cukup menjanjikan. Mulai
pertengahan tahun 2009, dengan berubahnya status kawasan menjadi taman
nasional, obyek wisata Kawah Ratu berada dibawah pengelolaan Balai Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Untuk membantu pelaksanaan pengelolaan di
lapangan, pihak TNGHS membentuk kelompok volunteer yang berasa dari
masyarakat Desa Gunung Bunder 2. Jumlah anggota volunteer yang ada sekitar
10 orang. Mereka bertugas sebagai pemandu wisata bagi pengunjung yang
datang, menjadi penjaga keamanan dan kebersihan serta untuk membantu menata
obyek wisata.
4.1.5. Curug Ngumpet 1
Salah satu objek wisata yang berlokasi di Desa Gunungsari, Gunung Salak
Endah adalah Curug Ngumpet, dengan panorama alam yang indah dengan
keasrian alamnya berupa air terjun yang mampu menarik banyak wisatawan.
Kawasan ini mulai dikelola oleh Pemda Kabupaten Bogor sejak tahun 1991.
Sebelah utara Curug Ngumpet berbatasan dengan Curug Cihurang, sebelah barat
berbatasan dengan Curug Seribu, sebelah selatan berbatasan dengan Kawah Ratu,
dan sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bogor. Curug Ngumpet berada ± 38
km dengan jarak tempuh ± 45 menit dari arah Bogor-Cibatok. Jika dari Desa
Gunung Sari, curug ini berjarak ± 9 km, lalu dilanjutkan dengan jalan setapak ±
300 m. Ketinggian air terjun ini ± 45 m.
37
(a) (b) (c)
Gambar 10. (a) Kondisi akses menuju Curug Ngumpet, (b) Curug ngumpet,
dan (c) Kondisi sarana prasarana didalam kawasan Curug ngumpet.
Aksesibilitas
Curug Seribu dapat ditempuh melalui: Bogor – Cibatok – Gunung Sari –
Lokapurna – Curug Ngumpet, atau dari: Bogor – Cibadak – Sukamaju -
Pasarean- Pamijahan – Curug Ngumpet, dan dari timur : Bogor – Taman Sari –
Gunung Bunder – Curug Ngumpet.
Kondisi aksesibilitas Curug Ngumpet secara umum cukup baik. Pintu
gerbang berada persis di jalan utama Pamijahan, dan jalan menuju obyek
merupakan jalan berbatu dengan jarak sekitar 300 meter.
Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang terdapat di objek wisata ini yaitu warung makanan dan
minuman, tempat parkir, toilet, musholla (yang kondisinya sudah rusak dan akan
diperbaiki), shelter, dan papan penunjuk/signage.
Topografi
Obyek Curug Ngumpet didominasi kelerengan agak landai sampai agak
terjal, dengan ketinggian 950 –1000 meter dpl. 100 meter dari pintu gerbang
didominasi oleh kelerengan sangat landai (5 – 10)%, 100 – 250 meter dari pintu
gerbang didominasi oleh kelerengan agak terjal (15 – 30)%.
Hidrologi
Curug Ngumpet terletak di bagian hulu sungai Cigamea, dengan pola aliran
radial yang bermuara di Sub Das Cianten.
38
Pengunjung
Jumlah pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet tidak seramai obyek –
obyek wisata lain di GSE (Tabel 20). Luas area lokasi obyek wisata Curug
Ngumpet adalah sekitar 0,5 ha, paling kecil bila dibandingkan dengan obyek
wisata lainnya di GSE. Puncak kunjungan terjadi pada musim liburan sekolah dan
hari libur nasional atau hari-hari libur lain seperti hari Sabtu dan hari Minggu.
Daerah asal pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet antara lain dari
Kabupaten dan Kota Bogor, Depok, DKI Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan
Sukabumi. Aktifitas yang dilakukan pengunjung selama berada di lokasi antara
lain berjalan-jalan, melakukan penelitian, pelatihan (teater, baca puisi,
LDK/Latihan Dasar Kepemimpinan), berkemah, piknik dan mandi di aliran
sungai Ci Gamea atau di cekungan air terjun.
Tabel 19 Jumlah Pengunjung Curug Ngumpet Tahun 2001 – 2006
No. Asal
Wisatawan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006
Domestik 2.468 604 4.916 5.044 5.599 7.400
Luar Negeri 6 19 - 30 33 -
Total 2.474 623 4.916 5.074 5.623 7.400 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Bogor 2008
Pengelolaan
Curug Ngumpet 1 berada dibawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor. Petugas yang berada di lokasi ini berasal dari
masyarakat setempat yang diangkat menjadi tenaga honorer di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata. Jumlah petugas hanya 1 orang, dan fungsinya adalah untuk
memungut tiket masuk. Harga tiket masuk Rp 4000/orang dan parkir kendaraan
Rp 2.000/kendaraan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di objek wisata ini
yaitu foto-foto, menikmati pemandangan, dan sebagainya.
Masyarakat setempat ikut membantu dalam pengelolaan, salah satunya
dengan menjaga toilet. Adapun jumlah tenaga kerja yang bekerja di tempat ini
yakni sebanyak 3 orang. Permasalahan yang ditemui dalam objek wisata ini yaitu
sarana yang kurang baik (terutama toilet dan musholla) serta premanisme.
Rencana ke depan (tahun 2010) yaitu melakukan pembangunan jalur paving block
menuju curug.
39
4.1.6. Curug Ngumpet 2
Objek wisata yang terletak paling dekat dengan jalan raya (100 m). Tinggi
curug 15 m, belum terdapat fasilitas yang memadai, masih alami karena belum
ada penataan. Pada saat ini, Curug Ngumpet 2 berada dibawah pengelolaan Balai
Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan sedang dalam tahap pengembangan.
Jumlah pengunjung yang datang ke Curug Ngumpet belum tercatat karena pintu
gerbangnya masih tergabung dengan Bumi Perkemahan Gunung Bunder.
4.1.7. Curug Cihurang
Curug Cihurang berada di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan,
dikelola oleh Perhutani KPH Bogor. Terletak di areal Buper Gunung Bunder di
jalan menuju Pasir Reungit, (15 menit dengan jalan kaki). Curug Cihurang adalah
sebuah air terjun dengan tinggi 10 m dan terdapat kolam kubangan seluas 10 m x
7,5 m. Untuk mencapai curug ini, pengunjung harus berjalan dari pintu gerbang
Gunung Bunder dengan menyusuri jalan aspal yang berjarak ± 1,5 km.
Sarana dan Prasarana
Sarana yang disediakan oleh pengelola adalah areal berkemah, jalur
tracking, pintu gerbang, shelter, toilet, kamar ganti, tempat parkir, musholla,
permainan anak-anak dan warung wisata.
Pengunjung
Jumlah pengunjung Curug Cihurang pada tahun 2006 tercatat sebanyak
6.332 orang. Asal pengunjung antara lain Kabupaten dan Kota Bogor, Jakarta,
Cianjur, dan Sukabumi. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di objek
wisata ini yakni menikmati pemandangan, mandi, dan menikmati jagung bakar
yang dijajakan di sekitar curug oleh penjual jagung bakar.
Pengelolaan
Pada awalnya, Curug Cihurang dikelola oleh KPH Bogor, Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat dan merupakan bagian dari Kawasan Bumi Perkemahan
Gunung Bunder. Pintu gerbang menuju Curug Cihurang dibangun sekitar tahun
2005 dan mulai 2006 pengunjung yang datang ke Curug Cihurang harus
membayar tiket masuk. Awalnya harga tiket masuk yang diberlakukan sebesar
Rp 1000/orang, kemudian meningkat menjadi Rp 3.500/orang. Pengelola objek
wisata ini menawarkan paket wisata pendakian dengan ditemani oleh guide.
40
4.1.8. Bumi Perkemahan Gunung Bunder
Bumi Perkemahan Gunung Bunder adalah objek wisata seluas + 30 ha ini
terletak di lereng Gunung Salak, pada ketinggian 830 mdpl dengan temperatur
udara 18-230C. Sebagian besar kawasannya merupakan hutan produksi milik
Perhutani yang ditanami pohon pinus. Kawasan ini mempunyai curah hujan 4.000
mm/tahun. Bumi Perkemahan Gunung Bunder diresmikan pada tahun 1982, oleh
Menteri Kehutanan yang menjabat pada saat itu.
Daya tarik utama yang ditawarkan yaitu curug dan bumi perkemahan.
Potensi yang dimiliki wana wisata Gunung Bunder diantaranya udara yang sejuk
dengan pemandangan alam yang indah. Lokasi kawasan wisata ini berada di
kawasan hutan pinus dan rasamala yang telah berumur puluhan tahun. Di sekitar
hutan Gunung Bunder terdapat beberapa buah air terjun yang menarik seperti air
terjun Cigamea, air terjun Sewu, dan sumber air panas yang dapat dicapai melalui
jalan setapak.
Obyek wisata lain yang terdapat di dalam kawasan Bumi Perkemahan
Gunung Bunder adalah Curug Ciampea dan Curug Cipatat.
1) Curug Ciampea adalah air terjun dengan bentuk air terjun bertingkat-tingkat,
masih alami, tinggi curug 25 m dengan luas kubangan 20 x 7,5 m. Jarak dari
Buper 2,1 km dapat ditempuh selama 45 menit dengan jalan kaki. Pada saat
ini obyek wisata ini berada dibawah pengelolaan Perum Perhutani dan
KOMPEPAR Desa Gunung Bunder 2.
2) Curug Cipatat, terletak 90 m dari Curug Ciampea, dengan tinggi air terjun 25
m dengan bentuk kubangan melingkar. Obyek wisata ini berada dibawah
pengelolaan Perum Perhutani dan KOMPEPAR Desa Gunung Bunder 2.
Aksesibilitas
Jarak tempuh menuju lokasi ini ± 32 km dari pusat Kota Bogor menuju
Desa Gunung Bunder, Kecamatan Pamijahan, dengan kondisi jalan beraspal
hingga pintu gerbang objek wisata. Obyek wisata ini dapat dicapai dari
Kecamatan Cibungbulang (15 km), Ciampea (14 km), Cibinong (33 km), dan 60
km dari Rangkas Bitung. Untuk mencapainya dapat menggunakan kendaraan roda
dua maupun roda empat, karena kondisi jalan umumnya baik.
41
Sarana dan Prasarana
Fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung diantaranya ruang
informasi, papan petunjuk, pondok kerja, musholla, MCK, aula, shelter, area
parkir, jogging track/hiking track, area berkemah, sarana off road, sarana
outbound training, warung wisata, kolam pemancingan, dan fasilitas lainnya.
Pengunjung
Pengunjung yang datang ke objek wisata ini berasal dari berbagai usia dan
status sosial. Pengunjung yang datang biasanya berasal dari dalam kota seperti
wilayah Bogor dan dari luar kota seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Karakteristik perjalanan yang dilakukan adalah untuk kegiatan rekreasi, berkemah,
olah raga, outbound, lintas alam, serta sebagai tempat pelantikan pramuka. Para
pengunjung yang datang ke objek wisata dikenakan tarif masuk sebesar Rp.
3.000,00/orang (termasuk asuransi jiwa Rp. 300,00 yang disediakan oleh PT.
Jasaraharja Putera), dan untuk berkemah dikenakan tarif sebesar Rp. 2.500,00/orang/hari.
Program-program yang diadakan yaitu aktivitas camping, outbound, dan
pendakian. Untuk kegiatan berkemah, tersedia satu kompleks perkemahan dengan
kapasitas tampung keseluruhan 30 unit kemah (400 orang). Pengunjung umumnya
adalah anak sekolah dan mahasiswa, yang datang pada musim libur sekolah dan
liburan akhir tahun. Masyarakat setempat berjualan dengan menyediakan
makanan dan minuman.
Pengelolaan
Kawasan WWGB mulai dibuka sebagai objek wisata pada tahun 1998
dengan objek berupa perkemahan, sungai, air terjun dan lokasi untuk olahraga
hiking menuju Kawah Ratu. Pengelolaan WWGB dilakukan dengan
mengembangkan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dan
direalisasikan dengan membentuk Kelompok Penggerak Pariwisata
(KOMPEPAR) Gunung Bunder 2 serta bekerjasama dengan pemerintah Desa
Gunung Bunder 2. Sampai dengan tahun 2005 pengelolaan WWGB masih berada
di bawah pengelolaan RPH Gunung Bunder, BKPH Leuwiliang dan
bertanggungjawab kepada KPH Bogor, namun pada akhir tahun 2005, Perhutani
membentuk institusi baru yakni Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata Benih dan Usaha
lain (KBM – WBU), merupakan satuan unit organisasi yang bertanggung jawab
42
pada penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis secara mandiri di wilayah kerja
Unit III, sehingga pengelolaan WWGB secara khusus ditangani langsung oleh
KBM-WBU yang berpusat di Bandung.
Akhir tahun 2009 Obyek Wisata Bumi Perkemahan Gunung Bunder
dikembalikan pengelolaannya pada KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat. Kawasan ini di bawah pengawasan Resort Pengelolaan Taman Nasional
Wilayah Gunung Salak 2. Sedangkan secara administratif, Obyek Wisata Gunung
Bunder termasuk dalam wilayah desa Gunung Bunder II, Gunung Picung, Gunung
Sari, Ciasmara dan Ciasihan, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Pada saat ini, pihak Perum Perhutani KPH Bogor sedang mengusakan IPPA
(Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam) untuk Bumi Perkemahan Gunung Bunder ini
kepada pihak BTNGHS. Harga tiket masuk yang diberlakukan adalah Rp
7500/orang dengan rincian pembagian Rp 2.500 untuk pihak taman nasional
(BPNP), Rp 500 untuk pmerintah desa Gunung Bunder 2, Rp 100 untuk
FORMAT Gunung Bunder 2, Rp 400 untuk KOMPEPAR Gunung Bunder 2, dan
sisanya untuk Perum Perhutani KPH Bogor. Selain obyek wisata yang dikelola
oleh pemerintah (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Perum
Perhutani KPH Bogor dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak), di wilayah
Kampung Lokapurna Desa Gunung Sari juga terdapat banyak obyek wisata yang
dikelola oleh masyarakat setempat, baik secara bersama atau perseorangan.
Obyek-obyek wisata tersebut antara lain:
1) The Michael Resort
The Michael Resort ini merupakan suatu resort milik seorang pengusaha
yang berasal dari Jakarta.s Resort ini berdiri di areal seluas 2,7 ha. Resort
yang dapat dicapai dengan mudah dari Jakarta, hanya menempuh waktu
sekitar 3 jam.
Area bangunan The Michael Resorts hanya menggunakan 20-30 persen
dari keseluruhan luas tanah. Resort ini tidak hanya menawarkan kenikmatan
menginap di kamar-kamar berfasilitas hotel yang modern dan mewah, tetapi
sekaligus untuk menikmati sebuah area pelestarian tanaman asli Indonesia.
The Michael Resorts memiliki misi membudidayakan dan melestarikan
tanaman-tanaman langka Indonesia. Berbagai jenis bunga dan tanaman asli
43
Indonesia yang langka ini ditanam kembali di The Michael Resorts, seperti
berbagai jenis anggrek dan berbagai jenis bunga mawar asli Indonesia.
Beberapa koleksi tanaman yang ada antara lain mawar keriting dan mawar
rampai, atau mawar matador yang juga sudah jarang ditemukan. Selain itu
ada bunga melati Gambir asli Betawi, bunga Kantong Semar asli Kalimantan,
bunga Clavia dari Kebun Raya Cibodas, bunga Puspa, pohon Sampur Irian,
pohon Kayu Manis, pohon Sirih Merah, dan pohon Arun dari Loknga, (Aceh).
Sarana dan Prasarana
The Michael Resorts memiliki 13 buah villa cantik yang dapat menampung
70 orang: Villa Kemuning, Villa Meni’i, Villa Bambu, Villa Damar, Villa
Eboni, Villa Kayu Manis, Villa Tanjung, Villa Anggrek Bulan, Villa Pinus,
Villa Okaria, Villa Cemara, Villa Kenari dan Villa Puspa. Selain itu terdapat
juga fasilitas ruang meeting yang berkapasitas 80-100 orang cafe dengan
konsep open space, kolam renang dengan airnya berasal langsung dari gunung,
fasilitas outbnd, paint ball dll. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di The
Michael Resort diantaranya hiking, outbond, berenang, dan menikmati
pemandangan. The Michael Resort juga menawarkan paket foto pre-wedding.
Pengelolaan
The Michael Resort merupakan tempat wisata milik perseorangan.
Hampir seluruh pegawai yang bekerja di resort tersebut berasal dari luar
Kampung Lokapurna. Resort ini merupakan suatu obyek yang tertutup, baik
bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar. Apabila pengunjung ingin
masuk ke resort tersebut maka harus melakukan reservasi dulu sebelumnya.
Harga yang ditawarkan berkisar antara USD 30 – USD 100.
2) Kolam Renang Tirta Indah
Kolam renang Tirta Indah terdapat di Kampung Lokapurna, Desa Gunung
Sari. Harga tiket masuknya Rp 8.000/orang. Kolam renang ini dibangun
oleh salah seorang penduduk Kampung Lokapurna dan dikelola oleh
masyarakat setempat. Pengunjung yang datang cukup banyak, terutama di
hari minggu. Pengunjung yang datang pada sebagian besar berasal dari desa-
desa di sekitar Kampung Lokapurna tersebut.
44
3) Wahana Outbond Avatar “Adventure Circle”
Wahana Outbond ini adalah suatu lokasi yang menawarkan program
outbond baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Sarana prasarana yang
ada diantaranya fying fox, kolam rintang, paket paint ball, dan penginapan.
Pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat Kampung Lokapurna. Sampai
saat ini sudah cukup banyak pengunjung yang datang untuk menikmati
permainan di lokasi ini. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 50000 –
150000, tergantung dari program-program outbond yang dipilih.
Potensi objek wisata lain yang belum dikembangkan secara optimal
contohnya di Curug Geblug dan Curug Sawer yang belum ditata oleh pihak
pengelola maupun instansi pemerintah yang berwenang dan hanya ditangani
oleh masyarakat sekitar kawasan yang ada di dua desa utama, yakni Gunung
Sari dan Gunung Bunder 2.
4.2. Sistem Pengelolaan Wisata
Obyek – obyek wisata yang terdapat di Kawasan Gunung Salak Endah
termasuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Secara
administratif, obyek-obyek wisata tersebut sebagian besar berada di wilayah Desa
Gunung Sari, khususnya di Kampung Lokapurna, dan Desa Gunung Bunder 2.
Pengelolaan obyek – obyek wisata dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung
Halimun – Salak, Perum Perhutani KPH Bogor dan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Kabupaten Bogor. Untuk membantu pelaksanaan pengelolaan obyek-
obyek wisata di lapangan, setiap instansi pemerintah membentuk organisasi yang
anggota-anggotanya berasal dari masyarakat setempat (Gambar 11). Dalam
pelaksanaan pengelolaan wisatanya, instansi-instansi tersebut tidak melakukan
koordinasi secara langsung dengan pihak pemerintah desa. Bentuk koordinasi
yang dilakukan masih sebatas pembuatan MOU (Memorandum of Understanding)
mengenai keberadaan kawasan taman nasional di wilayah desa tersebut. Instansi-
instansi tersebut memberikan sebagian dari pendapatan tiketnya untuk kas desa.
Balai Taman Nasional merekrut masyarakat Desa Gunung Bunder 2
menjadi volunteer untuk membantu pengelolaan obyek wisata Kawah Ratu. Para
volunteer tersebut bertugas menjadi pemandu bagi para pengunjung yang ingin
berkunjung ke Kawah Ratu, kemudian menjadi penjaga pintu gerbang (ticket
45
Gambar 11 Sistem Pengelolaan Wisata di Kawasan Gunung Salak Endah
Perum
Perhutani
Balai Taman Nasional
Gunung Halimun-Salak
Disbudpar
Kab. Bogor
KSM GSE KOMPEPAR Paguyuban
Villa BLVRI
Kampung Lokapurna, Desa Gunung Sari
Volunteer KOMPEPAR FORMAT
Desa Gunung Bunder 2
Pemerintah Desa
(Administratif)
Pemerintah Desa
(Administratif)
46
collector), serta menjaga kebersihan dan keamanan kawasan. Pihak taman
nasional tidak memberikan gaji khusus untuk para volunteer tersebut. Mereka
mendapatkan penghasilan dari para pengunjung yang dilayaninya. Selain itu,
mereka juga diperbolehkan untuk membuka usaha misalnya warung-warung
makanan, menyewakan peralatan berkemah, dan sebagainya.
Perum Perhutani KPH Bogor merekrut masyarakat Desa Gunung Bunder 2
yang dulunya sering mengganggu keamanan kawasan. Tujuan perekrutan ini
adalah untuk mengurangi gangguan terhadap kawasan dan sekaligus membantu
pengelolaan obyek wisata di lapangan. Kelompok masyarakat ini dinamakan
Kelompok Penggerak Pariwisata (KOMPEPAR) Gunung Bunder 2. Tugas para
anggota KOMPEPAR tersebut antara lain menjadi penjaga pintu gerbang (ticket
collector), menjaga kebersihan dan keamanan kawasan, menjadi pemandu wisata,
dan lain sebagainya. Obyek wisata yang dikelola oleh KOMPEPAR Gunung
Bunder 2 adalah Bumi Perkemahan Gunung Bunder.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor membentuk
KOMPEPAR di Desa Gunung Sari yang bertugas untuk membantu pelaksanaan
pengelolaan obyek-obyek wisata di lapangan. KOMPEPAR Gunung Sari telah
memiliki panduan (petunjuk pelaksana) untuk dapat dijadikan sebagai pedoman
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi KOMPEPAR, sehingga dapat
terselenggara secara lebih tertib dan terarah, untuk selanjutnya secara efektif dan
efisien dapat mencapai tujuan dan sasaran kegiatannya. Akan tetapi pada
kenyataan di lapangan, petunjuk pelaksanaan itu tidak dimanfaatkan dengan baik.
Hampir sebagian besar anggota KOMPEPAR tidak mengetahui adanya petunjuk
pelaksana ini.
Top Related