SISTEM PENGAPURAN PADA TANAH LIAT
Pendahuluan
Secara umum pembentukan tanah merupakan hasil kerja sama dari 5 faktor yaitu:
iklim, makhluk hidup (terutama vegetasi), bahan induk, topografi (relief) dan waktu. Dua
faktor pertama disebut faktor aktif dan sangat menentukan kelakuan tanah yang terbentuk.
Sedangkan 3 faktor terakhir merupakan faktor pasif. Ditinjau dari faktor iklim, curah hujan
dan temperatur merupakan penentu utama perilaku tanah yang terbentuk apakah akan
menjadi basa atau masam. Secara alamiah tanah masam terbentuk akibat curah hujan yang
tinggi dan bahan induk yang masam. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan pelarutan
dan penghanyutan kation kation basa. Selanjutnya bahan induk yang kaya Al, akan
membebaskan sejumlah Al, dan kemudian mengalami hidrolisis dengan membebaskan
sejumlah ion hidrogen yang memasamkan tanah. Di samping itu tanah masam juga dapat
terjadi akibat oksidasi mineral pirit yang menghasilkan tanah sulfat masam. Tanpa di sadari
tindakan budidaya juga dapat memperluas tanah bereaksi masam, seperti akibat penggunaan
pupuk yang meninggalkan reaksi asam
Masalah tanah masam sangat kompleks. Mulai dari kandungan hara hingga
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Masalah yang umumnya terjadi pada tanah masam
antara lain :
1. Terakumulasinya ion H+ pada tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.
2. Tingginya kandungan Al3+ sehingga mearcun bagi tanaman.
3. Kekurangan unsur hara Ca dan Mg
4. Kekurangan unsur hara P karena terikat oleh Al3+
5. Berkurangnya unsur Mo sehingga proses fotosintesis terganggu, dan
6. Keracunan unsur mikro yang memiliki kelarutan yang tinggi pada ranah masam.
Karena kompleksnya pengaruh negatif kemasaman tanah terhadap kesuburan tanah,
maka perlunya suatu pengengelolaan tanah atau lahan untuk menaikkan tingkat
kemasaman tanahnya. Salah satu cara pengelolaan terhadap kemasaman tanah ialah
dengan jalan pengapuran. Pelaksaan tindakan pengapuran perlu mengacu pada sifat
tanahnya, dalah satunya tekstur tanahnya. tanah yang bertekstur liat cenderung susah
dalam peningkatan kemasaman tanahnya karena sifat-sifatnya.
Isi
Mineral tanah liat adalah partikel-partikel kristal berukuran relatif kecil yang terdiri
dari satu atau lebih partikel penyusun dan kemudian membentuk suatu mineral-mineral grup
kecil. Mineral utama pembentuk mineral liat adalah Hydroous Aluminium Silicates, terderi
dari zat Magnesium atau zat besi yang menempati seluruh bagian dari kedudukan Al pada
beberapa mineral-mineral, zat alkalis (sodium, potassium) atau alkaline (calcium,
magnesium). Untuk menganalisa mineral tanah liat secara tepat dan lengkap haruslah
memperhatikan semua kompone-komponennya dan mempelajari lebih dalam partikel-partikel
kristal pembentuknya.
Tanah liat memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
2. Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat menyatu
antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
3. Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.
4. memiliki nilai KTK yang cukup tinggi
Karena salah satu penyusunnya adalah Al, maka tanah liat cenderung bersifat asam
kareana dapat melepasakan ion Al yang besifat asam pada tanah. Dan karena tanah liat
memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah, hal inilah
yang menyebabakan permasalahan pengelolaaan lahan pada tanah yang bertekstur liat atau
lempung berupa tingkat kemasaman tanah dan sulitnya dalam solusi pengelolaaannya
Pengapuran adalah pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah
kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH tanah perlu
dinaikkan agar unsur-unur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat
dihindarkan. Tujuan dari pengapuran pada intinya adalah bagaimana supaya tanah memiliki
pH yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kelarutan Al dalam tanah dapat ditekan.
Berikut ini merupakan rekomendasi pengapuran pada berbagai jenis tanah dan pada tanah
liat dengan kondisi pH tertentu.
Berdasarkan tabel di atas, maka pada jenis tanah lempung liat memerlukan dosis kapur
terbanyak, hal ini dikarenakan sifat dari tanah tersebut yang kurang mampu menyerap kapur
yang diberikan. Pada jenis lempung liat, kapur sulit bersatu dengan tanah sehingga banyak
yang terbuang dan menyebabkan proses mineralisasi yang berlangsung relatif berkurang.
Sehingga, untuk meminimalisir pemborosan kapur yang tidak menghasilkan manfaat
terkait dengan perbaikan pH tanah, maka disarankan dalam pengapuran harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Waktu pengapuran
Pengapuran sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, hal ini ditujukan
untuk mencapai tingkat penyatuan yang secara homogen dengan tanah sehingga lebih
efektif untuk menaikkan pH pada tanah liat.
b. Cara pengapuran
1. Frekuensi pengapuran, yaitu pengapuran sebaiknya dilakukan secara berulang
atau bertahap. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai efektifitas dari proses yang
terjadi pada kapur terhadap tanah untuk menaikkan pH tanah liat tersebut. Selain
itu, juga ditujukan untuk memperkecil potensi kapur yang hanya terbuang saja
karena sifatnya yang sulit menyatu dengan tanah liat.
2. Pelaksanaan pengapuran, yakni bisa dilakukan dengan cara menaburkan kapur
langsung si sekeliling lubang tanam atau pada lubang tanam yang dibuat. Agar
lebih efektif, pengapuran sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah dan angin
tidak terlalu kencang sehingga kapur jatuh tepat pada sasaran.
c. Pemilihan bahan kapur berdasarkan aspek kualitas
Pemilihan bahan kapur dapat dilakukan dengan pertimbangan: derajat
netralitas, derajat kehaluasan dan reaktivitasnya. Apabila tanah yang akan dikapur
mengandung Mg rendah. maka pemilihan bahan kapur juga mempertimnbangkan
kadar Mg, yaitu bahan kapur dolomit.
Untuk aplikasinya di lapang dapat dilakukan sebagi berikut:
1. Mengetahui tingkat kemasaman tanah pada lahan
Kebanyakan tanaman menghendaki kondisi tanah yang sidatnya mendekati
netral atau bahkan netral, karena pada kondisi tersebut tingkat kesuburan tanahnya
cukup tinggi. Bila ondisi tanah yanag ada cukup masam maka perlu dilakukan
tindakan pengapuran. Untuk mengetahui seberapa banyak kapur yang harus
ditambahkan maka kita harus mengetahui berapa tingkat kemasaman tanah tersebut
secara pasti.
2. Penambahan Kapur
Setelah menegtahui pH suatu tanah maka perlu dilakukan perhitungan jumlah
kapur yang harus diberikan. Jika Anda memiliki tanah lempung, Anda harus
menambahkan lebih kapur daripada jika Anda adalah tanah berpasir atau lempung.
Untuk membuat tanah liat Anda lebih basa dengan 1,0 poin, tambahkan 12 oz. kapur
terhidrasi per meter persegi. (Jika tanah Anda berpasir, dibutuhkan hanya 4 oz, jika
tanah liat adalah, menambahkan hanya 8 oz,.. Dan jika tanah bergambut Anda,
tambahkan 25 oz.)
Selain menambahkan kapur, Anda dapat menambahkan tepung tulang, abu
kayu atau cangkang tiram hancur ke tanah dalam rangka untuk membuatnya lebih
basa. Akhirnya, pupuk kimia dapat tanah resapan, sehingga lebih asam, jadi hindari
pemupukan tanah dengan kecenderungan keasaman. Selain itu, untuk aplikasinya
harus dilakukan beberapa kali karena mineral liat yang memiliki KTK cukup tinggi
sedikit susah dalam terjadinya perubahan pH.
Untuk aplikasi pengapuran dapat dilakukan secara mandiri dengan kapur saja
juga dapat diaplikasikan bersama dengan pencapuran pupuk organik atau bahan
organik. memang bahan organik dapat menyebabkan tanah menjadi masam karena
dalam proses dekomposisinya melepaskan senyawa-senyawa asam-asam organik
yang dapat menurunkan pH tanah, namun karena dicampur dengan kapur maka
fungsinya dapat berpengaruh positif. Sementara untuk teknik aplikasi pada lahan yang
bertanah liat, sebaiknya kapur yang diberikan dalam bentuk serbuk (powder) karena
liat yang mememiliki ukuran partikel yang cukup kecil dan ruang antar porinya yang
kecil, sehingga dengan pemberian kapur dalam bentuk serbuk yang kemudian
dicampur hingga tercampur merata lebih efektif efektif karena dapat bereaksi
langsung terhadap tanah liat sehingga tindakan pengepuran dapat berjalan dengan
baik.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwasanya aplikasi pengepuran pada tanah liat memerlukan
dosis kapur terbanyak, hal ini dikarenakan sifat dari tanah tersebut yang kurang mampu
menyerap kapur yang diberikan. Pada jenis lempung liat, kapur sulit bersatu dengan tanah
sehingga banyak yang terbuang dan menyebabkan proses mineralisasi yang berlangsung
relatif berkurang. untik aplikasinya sebaiknya dilakukan pada waktu sebelum musim hujan
dan frekuensi aplikasinya dilakukkan lebih banyak dibandingkan dengan jenis tanah dengan
tekstur yang lain.
Daftar Refrensi
digilib.petra.ac.id.2011. Pengapuran .http://digilib.petra.ac.id/viewer.\php?
submit.x=0&submit.y=0&page=3&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe
%2Fs1%2Fsip4%2F1998%2Fjiunkpe-ns-s1-1998-21492061-16246-tanah_jalan-
chapter2.pdf. (online). diakses pada Selasa, 27 November 2012.
Nanogis.wordpress.com.2011. MASALAH DAN PENGELOLAAN TANAH MASAM
DENGAN PENGAPURAN. http://nanogis.wordpress.com/ilmu-tanah/pengapuran/.
(online). diakses pada Selasa, 27 November 2012.
Sarpian, T._. Pedoman Berkebun Lada Dan Analis Usaha Tani.
http://books.google.co.id/books?id=p_6ugz-fjg8C&pg=PA53&lpg=PA53&dq=
pengapuran+
+liat&source=bl&ots=P2XxKvUBQf&sig=PTZWMwiCoISFbhiIV0a4oWQCsXw&h
l=id&sa=X&ei=i3mwUJ-zK43RrQel 4H4CQ&ved=0CDQQ6AewA
w#v=onepage&q=pengapuran %20%20 liat&f=false. (online). diakses pada Selasa,
27 November 2012.
Soleshanko, Kristina. 2010. Should I Lime My Clay Soil?. http://www.ehow.com/way_
5819896 _should-lime-clay-soil_.html. (online). diakses pada Selasa, 27 November
2012.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah “dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah”. Gava Media.
Yogyakarta.
Top Related