BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak ribuan tahun yang silam, kalender telah dicipatakan oleh
manusia, karena kalender sangatlah penting bagi manusia. Seperti
bangsa mesir yang telah membuat kalender matahari sekitar tahun
4221 SM.1 Pada saat itu, tahun matahari terdiri dari 365 hari terbagi
dalam 12 bulan dan masing-masing bulan terdiri dari 30 hari dan
ditambah 5 hari pesta perayaan tahunan. Dalam pembuatan kalender,
ada beberapa macam sistem yang digunakan dalam perhitungannya.
Diantaranya dengan menggunakan pergerakan bulan, pergerakan
matahari dan kombinasi dari pergerakan dua benda langit tersebut.
Dalam kehidupan masyarakat kalender mempunyai arti yang
sangat penting. Karena banyak hal yang dilakukan masyarakat yang
berkaitan dengan waktu. Dapat kita sadari sendiri tanpa adanya
kalender pasti kita hanya berpedoman pada gejala alam yang terjadi.
Seiring berkembangnya manusia dan ilmu pengetahuan, maka
manusia memerlukan tanda yang lebih praktis dalam menentukan
waktu. Dalam hal ini manusia berpikir untuk dapat menemukan suatu
sistem yang teratur dan sistematik sehingga dalam menentukan waktu
dapat lebih mudah dan efisien. Manusia dengan segala
keinginantahuannya mencari dan menggali setiap rahasia yang
terkandung di alam ini yang menjadi modal dasar/intelektual yang
dimilikinya. Kemudian sejalan dengan hal tersebut, Allah SWT
memberikan petunjuk seperti pada petikan ayat di bawah yang
menjadi kunci untuk membuka rahasia itu.
“Dialah yang menjadikan matahari memancarkan cahaya cemerlang
dan bulan memantulkan sinar dan dia tetapkan baginya beberapa
1 Shofiyullah. 2006. Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia. Malang: P.P. Miftahul Huda, Hal. 1
1
tingkat peredaran, supaya kamu dapat mengetahui bilangan tahun dan
perhitungan waktu. Allah tidak menjadikan tertib yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia bentangkan tanda-tanda itu bagi orang-
orang yang berpengetahuan”. (QS. Yunus : 6)
Matahari dan bulan sebagai obyek ciptaan Allah SWT telah
menjadi dua unsur yang sangat berharga dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya mengenai
penghitungan waktu. Kedudukan benda-benda langit yang selalu
berubah-ubah dengan pola yang teratur menjadi acuan penentuan
waktu, musim, bulan dan tahun. Sehingga dibuatlah sistem
penanggalan/perhitungan waktu secara periodik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyusun makalah
yang berjudul “Sistem Kalender Masehi dan Hijriah”.
B. Rumusan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini akan dititikberatkan pada rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Sejarah sistem penanggalan Masehi dan Hijriah juga
pemikiran para tokoh-tokohnya.
2. Sistem perhitungan penanggalan Masehi dan Hijriah.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kalender
masehi dan hijriah.
2. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar untuk
menggali setiap ilmu pengetahuan.
3. Memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah IPBA.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kalender Masehi
Kalender Masehi perhitungannya didasarkan pada peredaran
bumi mengelilingi matahari atau peredaran matahari semu dimulai
pada saat matahari berada pada titik Aries. Hal itu terjadi pada setiap
tanggal 21 Maret hingga kembali lagi ke tempatnya semula. Ketika
bumi berevolusi, ternyata poros bumi tidak tegak lurus terhadap
bidang ekliptika, melainkan miring dengan arah yang sama
membentuk sudut 66,50 . Periode revolusi bumi Untuk sekali putaran
membutuhkan waktu sebanyak 365,2425 hari. Oleh karena kalender
Masehi ini perhitungannya didasarkan pada peredaran matahari
dikenal dengan tahun “ Syamsiyah, Solar System atau tahun Surya.2
Terdapat empat kedudukan bumi pada orbitnya, yaitu sebagai berikut:
1. Tanggal 21 Maret
Pada tanggal 21 maret, matahari tepat berada di khatulistiwa.
Sehingga semua tempat di bumi mengalami siang dan malam dengan
waktu yang sama. Dari tanggal 21 Maret sampai 21 Juni belahan bumi
Utara mengalami musim semi, sedangkan belahan bumi Selatan
mengalami musim gugur.
2. Pada tanggal 21 Juni
Pada tanggal 21 Juni, kutub Utara bumi menghadap ke matahari
yang seakan-akan berada pada 23,50 LU. Dari tanggal 21 Juni samapai
23 September, belahan bumi Selatan menjauhi matahari sehingga
mengalami musim dingin, sedangkan belahan bumi Utara semakin
dekat dengan matahri sehingga mengalami musim panas.
2 Maskufa. 2005. Ilmu Falaq. Jakarta: Gaung persada, hal.186
3
3. Tanggal 23 September
Pada tanggal 23 September, baik kutub Utara maupun kutub
Selatan bumi berada sama jauhnya dari matahari yang berada pada
khatulistiwa. Dari tanggal 23 September sampai dengan 21 Desember,
belahan bumi Utara semakin menjauhi matahari sehingga mengalami
musim gugur, sedangkan belahan bumi selatan makin condong ke
matahari sehingga mengalami musim semi.
4. Tanggal 21 Desember
Pada tanggal 21 Desember, matahari seolah-olah berada di 23,50
LS. Dari tanggal 21 Desember sampai dengan 21 Maret, belahan bumi
Selatan makin condong ke arah matahari sehingga mengalami musim
panas. Sebaliknya, belahan bumi Utara mengalami musim dingin
karena letaknya semakin jauh dari matahari.
Dari penjelasan di atas, kedudukan matahari seolah-olah
bergeser dari khatulistiwa (21 Maret), ke 23,50 LU (21 Juni), ke
khatulistiwa lagi (23 September), ke 23,50 LS (22 Desember) dan
kembali lagi ke khatulistiwa (21 Maret). Gerakan pergeseran seperti itu
disebut gerak semu matahari
Gerak revolusi bumi (gerak tahunan bumi) Periode=365,25 hari
Penanggalan miladiyah/masehi disebut juga Yulian Era atau
Gregorian Era (calendar). Tahun miladiyah atau masehi ini disebut
4
Bidang ekliptika21 Maret
23 Sept.
22 Juni22 Des.
demikian karena awal ditetapkannya pada saat Nabi Isa AS dilahirkan.
Selain dinamakan tahun Miladiyah atau masehi, tahun ini juga disebut
dengan tahun Yulian karena diakui dan dipergunakan sejak
berkuasanya Yulius Caesar di Roma. Tahun masehi berasal dari sistem
romawi kuno yang semula berdasarkan sistem Lunar. Sebelum sistem
penanggalan ini sempurna seperti saat ini, mengalami sejarah yang
sangat panjang sejak zaman romawi jauh sebelum pemerintahan Julius
caesar.
Akhirnya ada seseorang yang bernama Numa Pompilus yang
melakukan sedikit reformasi kalender tersebut. Dia adalah orang
pertama yang mendirikan institusi Pontiface (Kepala Agama), sehingga
dia butuh kalender yang bisa dijadikan patokan dalam waktu
pelaksanaan upacara dan tidak hanya bertani. Tahun pertama
disesuaikan dengan tahun berdirinya kerajaan Roma yaitu ± 753
sebelum kelahiran Nabi Isa AS. Bulan yang pertama bukan Januari
seperti yang dikenal sekarang, tetapi bulan Maret. Secara lengkap
urutannya adalah Martinus, kemudian Aprilis, Majus, Junius, Quintilis,
Sextilis, September, Oktober, Nopember, Desember, Januarius dan
Pebruarius. Jumlah hari dalam satu tahun adalah 355 hari.
Hal ini terlihat pada penjelasan dari segi bahasa yaitu September
berarti tujuh dan Oktober berarti berarti delapan.3 Namun karena oleh
Yulius Caesar permulaan tarikh Julian ditetapkan satu Januari, maka ini
berimplikasi pula pada penetapan awal bulannya. Akibatnya, bukan
bulan Maret lagi sebagai bulan pertamanya, tetapi bulan Januari. Maka,
bergeserlah bulan September menjadi bulan kesembilan dan Oktober
menjadi bulan kesepuluh.4
Pada tahun 45 SM, sistem penanggalan itu mengalami beberapa
perubahan yang dilakukan oleh Yulius Caesar atas nasehat Sosigenas
(Astronom Iskandaria), yaitu jumlah hari rata-rata dalam satu tahun
3 Depag. 2002. Almanak Hisab Rukyah. Jakarta: Proyek Pembinaan Peradilan Agama Islam, hal. 40
4 Maskufa. Op.cit. hal. 187
5
syamsiyah bukan 355 tetapi 365 1/4 hari = 365,25 hari. Bulan yang ke
lima (Quintilis) namanya dan ke enam (Sextilis) namanya diubah
menjadi Juli dan Agustus yang jumlah harinya sama yaitu 31 hari.
Sementara permulaan musim bunga atau matahari berada pada titik
Aries ditetapkan pada tanggal 24 Maret dan permulaan hari Tarikh
Julian ditetapkan menjadi 1 Januari bukan bulan Maret seperti yang
sudah dijelaskan di atas.5
Pada tahun 325 M (370 tahun setelah tarikh Julian) diadakan
rapat gereja di Nicea untuk mengoreksi ketetapan tarikh Julian. Satu
tahun pada tarikh Julian =365,25 hari padahal sebenarnya peredaran
matahari per tahun adalah 365,2422 hari. Hal ini berarti ada selisih
0,0078 hari atau 1/128 hari = 11,23 menit dalam satu tahun.
Perbedaan tersebut akan menjadi satu hari dalam 128 tahun. Oleh
karena itu, pada saat diadakan rapat gereja itu peradaban sudah
mencapai 3 hari, yakni 370:128 x 1 hari=2,8906 hari. Dengan
demikian, permulaan musim bunga yang semula ditetapkan tanggal 24
Maret dimajukan 3 hari menjadi tanggal 21 Maret.6
Perubahan dan koreksi terhadap tarikh Julian kemudian juga
dilakukan setelah lama berselang oleh Paus Gregorius XXI pada tahun
1582 M, atas saran astronom Klavius setelah muncul keraguan akan
saat-saat penentuan wafatnya Isa al-Masih. Maka, pada tanggal 4
Oktober 1582, ia memerintahkan agar harinya tidak lagi tanggal 5
Oktober 1582 akan tetapi loncat 10 hari jadi tanggal 15 Oktober 1582.
Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi keraguan bahwa peringatan
wafatnya Isa al-Masih dilakukan sesuai dengan keadaan sesungguhnya
yaitu jatuh pada bulan purnama segera setelah matahari melintasi titik
Aries.7
5 Ibid.
6Chudlori, M.Sakur. 1990. Perbandingan Tarikh. Bandung: Iain Sunan Gunung Djati,
hal. 2.
7Depag. op.cit hal. 41
6
Sebenarnya ada beberapa argumen yang dapat diajukan
mengapa ketentuan loncat 10 hari itu dilakukan. Pertama untuk
menyesuaikan dengan kesepakatan di Nicea bahwa pemulaan musim
bunga adalah pada tanggal 21 Maret. Maka sesuai dengan apa yang
dilihat oleh Klavius pada tanggal 11 Maret 1582 bahwa pada hari itu
sebenarnya sudah memasuki permulaan musim bunga. Ini berarti
tarikh sudah mengalami keterlambatan selama 10 hari yakni 21-
11=10. Kedua, Peredaran matahari semu menurut tarikh Yulian adalah
=365,25 hari, sedangkan yang sebenarnya adalah 365,2422 hari. Jadi
ada selisih sebanyak 0,0078 hari/tahun= 1/128 hari/tahun = 1 hari
dalam 128 tahun. Maka, 1582-352 tahun/ 128 tahun x 1 tahun=
9,9605 hari dibulatkan menjadi 10 hari.8
Selain itu, koreksi juga dilakukan terhadap ketentuan tahun-
tahun abadi yang sebelumnya disamakan dengan tahun-tahun biasa
yaitu tahun 1700, 1800, dan 1900 dan seterusnya termasuk kabisat
bila habis dibagi 400, maka termasuk tahun basithoh. Untuk itu, dalam
perhitungan tarikh masehi ini akan dikurangi 13 hari dengan perincian
10 + 3 = 13. Angka 10 didapat dari “lompat 10 hari” yaitu 5 Oktober
1582 loncat ke 15 Oktober 1582 dan angka 3 didapat dari tahun-tahun
abadi ( tahun 1700, tahun 1800, dan tahun 1900) yang semula
dianggap termasuk tahun kabisat karena habis dibagi 4 oleh Gregorius
diubah menjadi tahun basithoh karena tidak habis dibagi 400 bukan 4.
Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah koreksi Gregorian.9
Ketentuan tarikh Gregorian itu selengkapnya adalah sebagai
berikut. Pertama, permulaan tarikh Gregorian dimulai sejak tahun
kelahiran Nabi Isa AS yaitu 1 Januari tahun 1 jam 00:00 (saat matahari
berada pada kulminasi bawah). Kedua, tahun-tahun yang bukan
termasuk tahun abadi baru bisa disebut tahun kabisat bila habis dibagi
4. Apabila tidak maka disebut tahun basithoh dengan ketentuan satu
hari kelebihan dalam tahun kabisat dimasukkan dalam bulan Februari.
8 Maskufa. op.cit. hal.188
9 Ibid.
7
Oleh karena itu jumlah hari dalam bulan Februari terkadang 28 hari
bila termasuk tahun basithah dan 29 hari bila termasuk tahun kabisat.
Ketiga, jumlah hari dalam satu tahun untuk tahun kabisat 366 hari dan
untuk tahun basithah 365 hari. Keempat, jumlah hari dalam satu bulan
dapat berubah-ubah antara 31 dan 30 hari kecuali bulan Februari.
Bulan Januari, Maret, Mei, Juli, Agustus, Oktober dan Desember jumlah
harinya 31 hari, sedangkan untuk bulan April, Juni, September, dan
Nopember berjumlah 30 hari. Oleh karena dalam tarikh Masehi ini
ditetapkan ada satu tahun kabisat dalam setiap empat tahun (daur),
maka jumlah hari dalam satu daurnya adalah 365 hari x 3 ditambah
366 hari= 1461 hari.10
Sistem Perhitungan Penanggalan Masehi
a. Ketentuan umum penanggalan Masehi
Sebelum melakukan perhitungan Penanggalan masehi, terdapat
ketentuan-ketentuan umum yang perlu diperhatikan dan sistem
penanggalan Masehi, diantaranya yaitu :
1. 1 tahun Masehi berumur 365 hari ( Basithah, umur Februari 28
hari) atau 366 hari ( Kabisah, umur Ferbruari 29 hari)
2. Tahun Kabisah adalah bilangan tahun yang habis dibagi 4
(misalnya, 1992, 1996, 2000, 2004), kecuali bilangan abad yang
tidak habis dibagi 4 (misalnya, 1700,1800, 1900, 2100 dst).
Selain itu adalah basithah.
3. 1 siklus = 4 tahun ( 1461 hari)
4. Penyesuaian akibat anggaran Gregorius sebanyak 10 hari sejak
15 Oktober 1582 M, serta penambahan 1 hari pada setiap
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 sejak tanggal tersebut,
sehingga sejak tahun 1900 sampai 2099 ada penambahan
koreksi 13 hari (10+3).11
Contoh:
10 Ibid.
11 Khazin, Muhyiddin. 2007. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Buana Pustaka, hal.105
8
Tanggal 26 September jatuh pada hari apa? Untuk mengetahui hal
tersebut ditempuhlah langkah pertama dengan mengurangkan angka
tahun berjalan dengan angka 1 kemudian dibagi 4. Langkah kedua,
menghitung jumlah hari dari tanggal 1 Januari tahun 1 sampai tanggal
dan tahun yang dicari kemudian dikurangi koreksi Gregorian yaitu 13
hari. Dan langkah ketiga adalah jumlah hari yang sudah diketahui itu
selanjutnya dibagi 7. Angka sisa dari pembagian itulah yang
menentukan nama hari yang dicari, dihitung dari hari Sabtu. Secara
lebih jelas, hal tersebut nampak dalam perhitungan berikut ini:
2003 – 1 : 30 = 500 (daur) sisa 2 tahun
Jumlah hari = 500 x 1461 + 2 tahun x 365 hari + 269 hari –
13 hari
= 730500 + 730 + 269 – 13
=731486 hari
731486 : 7 =104498 sisa 0
Sesuai dengan hasil perhitungan tersebut, maka tanggal 26
September 2003 jauh pada hari Jumat. Ketentuan tarikh Gregorian
atau tarikh Masehi gaya baru itu berlaku hingga saat ini, seperti yang
biasa kita lihat di kalender-kalender.12
b. Menentukan Tahun Bashitah atau kabisat13.
Dalam menentukan suatu tahun apakah merupakan tahun
kabisat atau bashitoh, maka langkah yang harus dilalui adalah sebagai
berikut :
1. Tentukan Tahun yang akan dicari kemudian dibagi empat.
2. Setelah dibagi 4, jika tahun tersebut habis dibagi 4 maka disebut
tahun kabisat, dan tidak habis dibagi 4 maka disebut tahun
basithoh.
3. Khusus untuk tahun-tahun abad, maka harus dibagi 400, jika
habis dibagi 400 mka disebut kabisat, jika tidak habis dibagi 400
maka disebut tahun bashitoh.
12 Maskufa. op.cit, hal. 189.
13 Ahmad ghozali Muhammad Fathullah. Faidhul Karim Al-Rouf, hal. 14.
9
c. Menentukan hari dan pasaran14
Untuk menentukan hari dan pasaran tanggal 1 januari suatu
tahun dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan tahun yang akan dihitung
2. Hitunglah tahun tam, yaitu tahun yang dihitung dikurangi satu
3. Hitunglah jumlah siklus selama tahun tam tersebut, yaitu interval
(tahun tam : 4)
4. Hitunglah tahun kelebihan dari sejumlah siklus tersebut
5. Hitunglah jumlah hari selama siklus yang ada dengan dikalikan
jumlah hari dalam 1 siklus (1461 hari)
6. Hitunglah jumlah hari dari tahun kelebihan dengan dikalikan 365
hari
7. Jumlahkan hari-hari tersebut dan tambahkan 1 hari (tanggal 1
januari)
8. Kurangi dengan koreksi gregorian, yaitu 10 + ... hari
9. Jumlah hari yang didapat kemudian dibagi 7 untuk menentukan
hari, kelebihan hasil dari pembagian tersebut merupakan hari
yang dicari yang dihitung mulai hari sabtu. (sisa 1 = Sabtu;
2=Ahad, 3=Senin, 4=Selasa; 5=Rabu, 6=Kamis, 0=Jum’at)
10. Jumlah hari yang didapat kemudian dibagi 5 untuk
menentukan pasaran, kelebihan hasil dari pembagian tersebut
merupakan hari yang dicari yang dihitung mulai hari sabtu. (sisa
1 = Sabtu; 2=Ahad, 3=Senin, 4=Selasa; 5=Rabu, 6=Kamis,
0=Jum’at)
11. Setelah hari dan pasaran tanggal 1 januari ditemukan,
maka untuk menentukan hari dan pasaran bulan selanjutnya
dapat menggunakan tabel berikut. Namun sebelumnya harus
diketahui terlebih dahulu apakah tahun tersebut basithoh atau
kabisat.
BULANBasithoh Kabisat
Hari Pasaran Hari Pasaran
14 Moedji Raharto. 2001. Sitem Penanggalan Syamsiyah/Masehi. Bandung: Penertbit ITB, hal. 107-109
10
Januari 1 1 1 1
Februari 4 2 4 2
Maret 4 5 5 1
April 7 1 1 2
Mei 2 1 3 2
Juni 5 2 6 3
Juli 7 2 1 3
Agustus 3 3 4 4
Septemb
er
6 4 7 5
Oktober 1 4 2 5
Novembe
r
4 5 5 1
Desembe
r
6 5 7 1
Contoh:
Tanggal 1 Januari 2004
Waktu yang dilalui = 2003 tahun, lebih 1 hari
atau 2003 : 4 = 500,75 Siklus, lebih 3 tahun, lebih 1 hari
500 siklus = 500 x 1461 hari = 730500 hari
3 tahun = 3 x 365 hari = 1095 hari
1 hari= _____1___ hari +
Jumlah = 731591 hari
Koreksi Gregorius = 10 + 3 = 13___ hari –
= 731583 hari
731583 : 7 = 104511, lebih 6 = Kamis, (dihitung mulai Sabtu)
731583 : 5 = 143616, lebih 3 = Pahing, (dihitung mulai Kliwon)
11
Jadi, tanggal 1 Januari 2004 jatuh pada Kamis Pahing.15
B. Kalender Hijriah
Dalam peredarannya, bulan melakukan tiga gerakan sekaligus,
yaitu rotasi, revolusi, dan bersama dengan bumi mengitari matahari.
Periode rotasinya sama dengan periode revolusinya. Akibatnya, muka
bulan yang menghadap bulan selalu sama yakni separuh bagian dan
bagian lain tidak pernah menghadap ke bumi. Untuk satu kali bergerak
berputar mengelilingi bumi, bulan memerlukan waktu selama 27 1/3
hari yang disebut satu bulan sideris. Sebenarnya, pada saat tersebut
bumi telah bergerak mengitari matahari sejauh 270. Jadi, bulan harus
menempuh selisih jarak tersebut agar kembali ke posisi semula
relative terhadap matahari. Dengan demikian, selang waktu satu kali
revolusi bulan adalah 29 ½ hari yang disebut satu bulan sinodis
(qomariah).
Dari kedudukan bulan yang berbeda-beda menghasilkan bentuk
bulan yang berbeda pula yang disebut fase bulan, yaitu:
1. Pada kedudukan 1, yaitu pada saat kedudukan matahari, bulan
dan bumi terletak satu garis lurus. Pada kedudukan bulan mulai
berevolusi disebut bulan baru atau bulan muda.
2. Pada kedudukan 2, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat bulan sabit.
3. Pada kedudukan 3, separuh bulan yang menghadap bumi kira-
kira hanya seperempatnya yang terkena sinar matahari.
Akibatnya, kita melihat setengah bulatan yang disebut kuartir
pertama atau bulan separuh.
4. Pada kedudukan 4, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
kira-kira tiga per empatnya terkena sinar matahari. Akibatnya,
kita melihat bulan cembung.
15 Khazin, Muhyiddin. Op.cit, hal.108
12
5. Pada kedudukan 5, separuh bagian bulan yang menghadap bumi
seluruhnya terkena sinar matahari. Akibatnya, kita melihat bulan
purnama.
PERUBAHAN PENAMPAKAN BENTUK BULAN (FASE BULAN)
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik
bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun.
Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu
tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah
yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari
dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Penentuan dimulainya
sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriah berbeda dengan pada
Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal
dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem
Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya
matahari di tempat tersebut.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu
bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan
matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan
13
Purnama
Sabit Tua
Sabit Muda
Kwartir Pertama
Kwartir Ketiga
Bulan Susut
Bulan Besar
sinar matahariBumi
Hilal
Periode fase bulan = 29,53055 hari
Bulan Baru(Ijtima’)
terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh
antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada
pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu,
satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat
terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi)
dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). Dari
sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29
- 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut
(Bulan, Bumi dan Matahari).
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya
penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan
baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat
setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk
barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari
pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan
khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang
memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Nama-nama Bulan dalam Tahun Qomariah
N
o
Nama Bulan Jumlah Hari
1. Muharam 30 hari
2. Safar 29 hari
3. Rabiulawal 30 hari
4. Rabiulakhir 29 hari
5. Jumadilawal 30 hari
6. Jumadilakhir 29 hari
7. Rajab 30 hari
8. Syakban 29 hari
9. Ramadhan 30 hari
10
.
Syawal 29 hari
11 Zulkaidah 30 hari
14
.
12
.
Zulhijah 29/30 hari
Berikut adalah sejarah (asal-usul) pemberian nama-nama bulan Hijriah:
1. Muharam, artinya yang diharamkan yaitu bulan yang padanya
diharamkan berperang (menumpahkan darah) yang terus
berlaku sampai awal datangnya Islam
2. Safar, artinya kosong/kuning karena pada bulan itu orang-orang
masa lampau biasa meninggalkan rumah mereka untuk
berperang, berdagang ,berburu, dan sebagainya, sehingga
rumah-rumah mereka kosong.
3. Rabiul awal, artinya menetap yang pertama, karena para lelaki
arab masa lampau pada bulan itu yang tadinya meninggalkan
rumah mereka kembali pulang dan menetap.
4. Rabiul akhir, artinya menetap yang terakhir, yaitu menetap
dirumah terakhir kalinya.
5. Jumadil awal, artinya kering/beku/padat yang pertama, pada
waktu itu air menjadi beku / padat.
6. Jumadil akhir, artinya kering/beku/padat yang terakhir, karena
mereka mengami kekeringan yang terakhir kalinya.
7. Rajab, artinya mulia, karena bangsa Arab tempo dulu
memuliakannya terutama tanggal 10 (untuk berkurban anak
unta), tanggal 1 (untuk membuka pintu ka’bah terus-menerus).
8. Syaban, artinya berpencar, karena orang-orang Arab dahulu
berpencar kemana saja mencari air dan penghidupan.
9. Ramadhan, artinya panas terik/terbakar, karena pada bulan ini
jazirah Arab sangat panas sehingga terik matahari dapat
membakar kulit artinya pembakaran bagi dosa-dosa
sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallahu 'alayhi wa salllam.
15
10. Syawal, artinya naik, karena pada bulan itu bila orang Arab
hendak menaiki unta dengan memukul ekornya maka ekornya
itu naik, syawal dapat pula berarti bulan peningkatan, amal bagi
amal tambahan.
11. Dzulqaidah, artinya si empunya duduk, karena kaum lelaki
Arab dulu pada bulan ini hanya duduk saja di rumah tidak
bepergian kemanapun.
12. Dzulhijjah, artinya si empunya haji, karena pada bulan ini
sejak zaman Nabi Ibrahim as. Orang-orang biasa melakukan
ibadah Haji atau ziarah ke Baitullah, Makkah.
Menurut sistem lunar, hari-hari keagamaan atau hari-hari islam
biasa dihitung sejak terbenamnya matahari (waktu maghrib) sebelum
hari itu. Jadi, mendahului hari-hari Masehi yang baru berganti mulai
pukul 00.00 tengah malam. Yang menjadi persoalannya sekarang
adalah umat Islam belum begitu familiar dengan kalendernya sendiri,
tetapi lebih familiar dengan kalender masehi. Akibatnya, sering terjadi
kebingungan manakala ada perbedaan dalam mengawali ataupun
mengakhiri puasa misalnya. Padahal kalender hijriah yang tertulis
dalam kalender yang ada di tiap rumah keluarga muslim itu didasarkan
pada perhitungan rata-rata (Hisab urfi) yang tidak bisa dijadikan acuan
dalam melakukan ibadah.16
Hisab Urfi, yaitu salah satu sistem hisab yang sangat sederhana
yang senantiasa hanya didasarkan kepada garis-garis besarnya saja.
Dalam sistem Hisab ‘Urfi ini umur bulan senantiasa bergantian antara
30 hari dan 29 hari, 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari untuk bulan
genap, kecuali untuk bulan Dzulhijjah ketika tahun kabisat diberi umur
30 hari. Satuan masa (daurus-sanah) tahun Hijriah (qomariyah) dalam
hisab ‘urfi ditetapkan 30 tahun, 11 tahun ditetapkan sebagai tahun
Kabisat, dan 19 tahun ditetapkan sebagai tahun Basitah. Tahun
Kabisat ditetapkan jatuh pada tahun ke 2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24,
26, dan 29, selainnya ditetapkan sebagai tahun Basitah.
16 Maskufa. Op.cit, hal. 186
16
Sejarah Penanggalan Islam
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender
berbasis campuran antara Bulan (Qomariyah) maupun Matahari
(Syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan
dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi). Pada
waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal
dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut.
Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan
"Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di
Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur
Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah
Ethiopia).
Sistem penanggalan Islam (1 Muharram 1 Hijriah) dihitung sejak
peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya
dari Mekkah ke Madinah, atas perintah Tuhan. Oleh karena itulah
kalender Islam disebut juga sebagai kalender Hijriah. Di barat kalender
Islam biasa dituliskan dengan A.H, dari latinnya Anno Hegirae.
Peristiwa hijrah ini bertepatan dengan 15 Juli 622 Masehi. Jadi
penanggalan Islam atau Hijriah (1 Muharram 1 Hijriah) dihitung sejak
terbenamnya Matahari pada hari Kamis, 15 Juli 622 M.
Walaupun demikian, penanggalan dengan tahun hijriah ini tidak
langsung diberlakukan tepat pada saat peristiwa hijrahnya nabi saat
itu. Kalender Islam baru diperkenalkan 17 tahun (dalam perhitungan
tahun masehi) setelah peristiwa hijrah tersebut oleh sahabat terdekat
Nabi Muhammad sekaligus khalifah kedua, Umar bin Khatab. Beliau
melakukannya sebagai upaya merasionalisasikan berbagai sistem
penanggalan yang digunakan pada masa pemerintahannya. Kadang
sistem penanggalan yang satu tidak sesuai dengan sistem
penanggalan yang lain sehingga sering menimbulkan persoalan dalam
kehidupan umat.
Kalender dengan 12 bulan sebetulnya telah lama digunakan oleh
Bangsa Arab jauh sebelum diresmikan oleh khalifah Umar, tetapi
17
memang belum ada pembakuan perhitungan tahun pada masa-masa
tersebut. Peristiwa-peristiwa penting biasanya hanya dicatat dalam
tanggal dan bulan. Kalaupun tahunnya disebut, biasanya sebutan
tahun itu dikaitkan dengan peristiwa penting yang terjadi pada masa
itu. Misalnya tahun gajah, dan lain sebagainya.
Setelah banyak persoalan muncul akibat tidak adanya sistem
penanggalan yang baku, dan atas prakarsa Khalifah Umar, diadakanlah
musyawarah dengan tokoh-tokoh sahabat lainnya mengenai persoalan
penanggalan ini. Dari sini disepakati bahwa tahun hijrahnya Nabi
Muhammad SAW beserta para pengikutnya dari Mekkah ke Madinah
adalah tahun pertama dalam kalender Islam. Sedangkan nama-nama
keduabelas bulan tetap seperti yang telah digunakan sebelumnya,
diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah.
Penanggalan hijriah ini berdasarkan pada peredaran bulan
mengelilingi bumi. penanggalan ini didasarkan pada perhitungan
(hisab). Satu kali edar lamanya 29 hari 12 jam 44 menit 2,5 detik.17
Untuk menghindari pecahan hari maka ditentukan bahwa umur bulan
ada yang 30 hari dan adapula yang 29 hari, yaitu untuk bulan-bulan
ganjil berumur 30 hari, sedang bulan-bulan genap berumur 29 hari,
kecuali pada ke-12 (Dzulhijjah) pada Kabisat berumur 30 hari.18
Kaidah umum penanggalan tahun Hijriah, yaitu:
1. 1 tahun hijriah = 354 hari (Basithah), Dzulhijjah = 29 hari = 355
hari (kabisat) Dzulhijjah = 30 hari
2. Tahun-tahun kabisat jatuh pada urutan ahun ke-
2,5,7,10,13,15,18,21,24,26 dan 29 (tiap 30 tahun)
3. 1 daur = 30 tahun = 10631 hari
Menghitung Hari dan Pasaran
Menghitung hari dan pasaran pada tanggal 1 muharram suatu tahun
dengan cara:
17 Muhyiddin Khazin. Op.cit, hal.112.
18 Ibid, hal.113-116.
18
1. Tentukan tahun yang akan dihitung
2. Hitung tahun tam, yakni tahun yang bersangkutan dikurangi satu
3. Hitunglah berapa daur selama tahun tam tersebut
4. Hitung berapa tahun kelebihan dari sejumlah daur tersebut
5. Hitung berapa hari selama daur yang yang ada, yakni daur kali
10631 hari
6. Hitung berapa hari selama tahun kelebihan (lihat daftar jumlah
hari tahun hijriah)
7. Jumlahkan hari-hari tersebut dan tambahkan 1 (1 muharram)
8. Jumlah hari kemudian dibagi menjadi 7 ;
1= Jum’at 3= Ahad 5= Selasa 7= Kamis
2= Sabtu 4= Senin 6= Rabu 0= Kamis
9. Jumlah hari kemudian dibagi 5 ;
1= Legi 3= Pon 5= Kliwon
2= Pahing 4= Wage 0= Kliwon
Jumlah Hari Tahun Hijriah
T
h
Hari Th Har
i
Th Hari Th Hari Th Hari Th Hari
19
1
2
3
4
5
354
709
1063
1417
1772
11
12
13
14
15
389
8
425
2
460
7
496
1
531
6
21
22
23
24
25
744
2
779
6
815
0
850
5
885
9
6
7
8
9
10
2126
2481
2835
3189
3544
16
17
18
19
20
5670
6024
6379
6733
7087
26
27
28
29
30
9214
9568
9922
1027
7
1063
1
Contoh:
Tanggal; 1 Muharram 1425 H. Waktu yang dilalui 1424 tahun, lebih 1
hari atau (1424 : 30) 47 daur. Lebih 14 tahun, lebih 1 hari
47 daur = 47 x 10.631 hari = 499.657 hari
14 tahun= (14 x 354) + 5 hari = 4.961 hari
1 hari = 1 hari +
Jumlah = 504.619 hari
504.619 : 7 = 72.088, lebih 3 = Ahad (mulai jum’at)
504.619 : 5 = 100.923, lebih 4 = Wage (mulai legi)
Jadi tanggal 1 muharram 1425 H jatuh pada hari Ahad Wage
Membuat kalender
Setelah mendapatkan hasil hari dan pasaran pada tanggal 1
Muharram dengan cara di atas, maka untuk mengetahui hari dan
pasaran pada tanggal tiap-tiap bulan berikutnya, dapat digunakan
pedoman di bawah ini;
Pedoman Hari (Hr) dan Pasaran (Ps)
Bulan Hari Pasar Umu Bulan Hari Pasar Umu
20
an r an r
Muharam 1 1 30 Rajab 3 3 30
Shafar 3 1 29 Sya’ban 5 3 29
Rabiul’awa
l
4 5 30 Ramadha
n
6 2 30
Rabiul’akhi
r
6 5 29 Syawal 1 2 29
Jumadil
Ula
7 4 30 Dzulqa’da
h
2 1 30
Jumadil
Akhir
2 4 29 Dzulhijah 4 1 29/30
Keterangan : Hari dan pasaran apa saja pada tanggal 1 muharram
tahun berapa saja nilainya adalah 1, sehingga untuk bulan-bulan
berikutnya, hari dan pasaranya tinggal mengurutkan hari kebeberapa
dari tanggal 1 muharram itu sesuai dengan angka yang ada pada
jadwal (Hr dan Pr) di atas.
Menghitung Hari
Untuk mengetahui hari dan pasaran suatu tanggal tertentu maka
hari dan pasaran tanggal 1 bulan itu bernilai satu, sehingga tinggal
menambahkan sampai tanggal yang dikehendaki.
Misalnya tanggal 17 Ramadhan 1425 Hijriah, karena tanggal 1
Ramadhan 1425 Hijriah jatuh pada hari jum’at kliwon, maka tanggal 17
Ramadhan 1425 hijriah jatuh pada hari Ahad Legi, yakni 17 hari
dihitung dari jum’at sehingga jatuh hari Ahad, dan 17 hari dihitung dari
kliwon sehingga jatuh pasaran Legi.19
19 Ibid, hal.112
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penanggalan Masehi/miladiyah yang awalnya berdasarkan pada
bulan dan matahari dan juga konstelasi bintang, namun setelah terjadi
ketidaksinkronan antara ketiganya maka Julius Caesar menggantinya
hanya berdasarkan matahari. Penanggalan Masehi/Miladiyah pada
mulanya hanya terdapat 10 bulan, yang mana hari-hari pada musim
dingin tidak dimasukkan pada penanggalan. Kemudian Numa Pompilus
mengadakan sedikit reformasi dengan menambahkan bulan januari
dan februari. 1 tahun masehi berumur 365 hari (basithoh) atau 366
hari (kabisat), tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4 dengan
jumlah hari pada bulan Februari sebanyak 29 hari. 1 siklus tahun
masehi adalah 4 tahun.
Dalam penanggalan masehi terdapat koreksi gregorius sebanyak
10 hari sejak tanggal 15 Oktober, serta penambahan 1 hari pada setiap
bilangan abad yang tidak habis dibagi 4 sejak tanggal tersebut.
Kalender Hijriah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik
bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun.
Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu
tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah
yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari
dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi. Penentuan dimulainya
sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriah berbeda dengan pada
22
Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal
dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem
Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya
matahari di tempat tersebut.
Penanggalan kalender hijriah berdasarkan pada peredaran bulan
mengelilingi bumi. penanggalan ini didasarkan pada perhitungan
(hisab). Satu kali edar lamanya 29 hari 12 jam 44 menit 2,5 detik.
Untuk menghindari pecahan hari maka ditentukan bahwa umur bulan
ada yang 30 hari dan adapula yang 29 hari, yaitu untuk bulan-bulan
ganjil berumur 30 hari, sedang bulan-bulan genap berumur 29 hari,
kecuali pada ke-12 (Dzulhijjah) pada Kabisat berumur 30 hari.
B. Saran
Teruslah menjadi pengkaji ilmu-ilmu, termasuk ilmu Kebumian
dan Antariksa, karena sesungguhnya ilmu Kebumian dan Antariksa
mutlak diperlukan dan dikaji agar terciptanya generasi-generasi
bangsa yang peka terhadap alam semesta, lingkungan sekitar, baik
kerusakan lingkungan itu sendiri atau pun cara untuk memamfaatkan
lingkungan tanpa mengeksploitasi alam secara berlebihan. Juga
sebagai bahan tafakur terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT
yang menciptakan alam semesta ini dengan segala keteraturannya.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Az-Zumar ayat 5.
“Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut
waktu yang ditentukan. ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”.
23
Lembaran-lembaran karya yang banyak kekurangan ini hanya
sedikit dari sekian banyak ilmu tentang ilmu Kebumian dan Antariksa
khususnya system kalender Masehi dan Hijriah. Semoga bermamfaat
khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Khazin, Muhyiddin. 2007. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Buana Pustaka.
Maskufa. 2005. Ilmu Falaq. Jakarta: Gaung Persada.
Chudlori, M.Sakur. 1990. Perbandingan Tarikh. Bandung: Iain Sunan
Gunung Djati.
Depag. 2002. Almanak Hisab Rukyah. Jakarta: Proyek Pembinaan
Peradilan Agama Islam.
Shofiyullah. 2006. Mengenal Kalender Lunisolar di Indonesia. Malang:
P.P. Miftahul Huda.
Moedji Raharto. 2001. Sitem Penanggalan Syamsiyah/Masehi.
Bandung: Penertbit ITB.
Ahmad ghozali Muhammad Fathullah. Faidhul Karim Al-Rouf.
24
Sismono. 2002. Hari-hari Besar Keagamaan: Nilai-nilai Historis, Filosofis
dan Sosio-kultural. Bandung: Yayasan Tunas Utama.
Al-Quran dan Terjemah. 2009. Departemen Agama RI.
http://ridhwanibnuluqman.wordpress.com/2010/02/03/menelusuri-asal-
mula-sistem-penanggalan-masehi-dan-hijriyah.html
http://Kajian-agama.blogspot.com/2008/11/sejarah-panjang -tarikh-gerej-masehi.html
http://koran.republika.co.id/berita/58474/ Percampuran Islam Jawa
dalam Penanggalan Hijriah.
http://ipi2010.blogspot.com/2011/01/sistem-penanggalan-di-dunia.html
25
Top Related