Download - sistem eksekresi urine

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Kita hidup di jaman modern dimana dalam kegiatan harian saat ini selalu berhubungan dengan komputer sebagai sarana penunjang. Tak jarang setiap hari kita menggunakan komputer untuk kepentingan kerja, kuliah, dll, dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mata sebagai indera penglihatan lama kelamaan akan merasa lelah bila dipaksakan menatap terus layar monitor komputer.Jika sudah begini akan ada gangguan kesehatan yang memengaruhi daya kerja mata. Lebih dari sekedar gangguan penglihatan pada mata, sejumlah penyakit mata bisa berujung pada kebutaan. Sebagai salah satu indra yang penting peranannya , mata memang perlu dijaga agar tetap sehat. Data Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan, bahwa sekitar 180 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan. Sekitar 40 - 45 juta di antaranya bahkan mengalami kebutaan.Sementara itu setiap tahun terhitung sekitar 7 juta orang di dunia menjadi buta dikarenakan penyakit yang menyerang mata. Hal yang memprihatinkan 80 persen gangguan mata yang serius dan kasus kebutaan sebenarnya bisa dihindari. Begitu pentingnya arti mata sehat agar berfungsi dengan baik, maka perawatan mata setiap hari tidak boleh kita lupakan.Gangguan penglihatan secara umum bisa dibedakan menjadi gangguan pada lensa mata, infeksi dan penyakit yang menyerang mata. Penyakit mata bersifat degeneratif maupun komplikasi dengan penyakit lain yang mengakibatkan indra mata ikut terganggu fungsinya. Beberapa gangguan penglihatan di antaranya : Gangguan penglihatan akibat masalah pada lensa mata yang umum dijumpai, adalah miopi atau rabun jauh. Lalu hipermetropi atau rabun dekat. Fitur Klasika Penglihatan menyatakan, Penyakit mata yang kini populer adalah katarak, glukoma, degenerasi macula, ablasio retina dan trakoma. Katarak adalah penyakit mata akibat penebalan lensa mata. Biasanya katarak dijumpai pada orang lanjut usia. Namun karena aspek-aspek lain seperti paparan sinar matahari terlalu tinggi, katarak bisa dijumpai pada usia yang lebih muda. Glaukoma merupakan penyakit mata yang menyebabkan kemunduran daya penglihatan secara bertahap sehingga penderitanya menjadi buta. Ini bisa terjadi akibat komplikasi penyakit seperti diabetes dan kecelakaan yang mengenai mata. Maka dari itu kita harus menjaga kesehatan mata agar mata tidak mengalami degenerasi yang cepat, jagalah pola makan, dan usahakan makan yang bergizi, agar mata anada tetap sehat. Mata merupakan organ penting bagi manusia.B. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan Umum Mudah-Mudahan makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi para pembaca Mudah-mudahan dengan danya makalah ini para pembaca dapat menjaga dan merawat matanya dari degenerasi (myopia, hipermetropi, katarak, dan glaukoma)2. Tujuan Khusus Mengetahui pengebab degenerasi pada mata Mengerti tentang pentingnya perawatan mata Mengetahui cara mencegah degenerasi pada mata

C. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana cara mencegah katarak2. Bagaimana cara mencegah glaukoma3. Apa penyebab dari degenrasi 4. Bagaimana cara agar tidak terkena kelainan myopia dan hipermetropi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. MIOPI1. PengertianMiopi(dari bahasa Yunani: myopia"penglihatan-dekat") ataurabun jauhadalah sebuahkerusakan refraktif matadi mana citra yang dihasilkan berada di depanretina ketikaakomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungankornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakankacamata negatif (cekung).Rabun jauh atau miopi merupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat menipis sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di depan retina (jadi benda tidak terlihat jelas). Jadi titik jauh mata tidak berada di jauh tak berhingga, tetapi pada jarak tertentu dari mata. Dengan demikian, penderita rabun jauh tidak dapat melihat objek yang sangat jauh (tak berhingga).Myopia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di anterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa divergen atau lensa minus.

Kelainan refraksi pada mata myop

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Pasien myopia merupakan penglihat dekat yang baik. Ketika melihat jauh, mereka akan memicingkan mata sebagai usaha untuk memperjelas visus. Hal ini bisa ditemukan pada anak usia sekolah penderita myopia. Ketika mereka melihat ke papan tulis, maka seringkali mereka memicingkan mata. Beberapa perubahan morfologi yang tipikal antara lain: penipisan sclera, esotropia (tampak jelas pada penderita anak-anak), COA (Camera Occuli Anterior) yang dalam, atrofi m.ciliaris, dan vitreus yang opak yang dirasakan penderita sebagai sensasifloaters.Pada miopi, refraksi sinar terlalu konvergen, sehingga bayangan terbentuk di depan retina. Penderita miopi memiliki visus < 6/6 dan kesulitan melihat benda yang terletak jauh. Secara prinsip, penderita miopi terlalu sering menggunakan akomodasi mata. M ciliaris menjadi lebih rigid, tonusnya meningkat dan fleksibilitasnya menurun, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memendek. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak superior dan inferior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya miopi. Solusi bagi penderita miopi adalah mengurangi konvergensi dengan menambahkan lensa cekung (minus) di depan mata.Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus karena tujuan penanganannya berbeda dengan penderita dewasa. Pada penderita dewasa, tujuan penangan adalah mendapatkan visus terbaik sedangkan pada anak ada dua tujuan: menghasilkan bayangan yang berfokus di retina dan mendapatkan keseimbangan antara akomodasi dan konvergensi. Secara khusus, orang tua penderita perlu mendapatkan edukasi tentang progresifitas alami myopia dan kemungkinan perubahan resep kacamata yang cukup sering.

2. Klasifikasi Miopi Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi:a.Miopi aksialMiopia aksial dalah myopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media refrakta adalah normal ( 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.b.Myopia KurvaturaDalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.c.Miopi RefraksiMiopi Refraksiadalah myopia yang disebabkan oleh bertambahnya indek bias media refrakta. (Sidarta, 2008)d.Perubahan Posisi LensaPergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia.Miopi dikatakan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan kebutaan bagi penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata. Miopi berbahaya ini dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang makin lama makin menipis dari waktu ke waktu. Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput jala (retina), yang membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya. Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat tergantung pada kecepatan tindakan penanggulangannya.

Miopi berdasarkan berat ringana.Miopi ringanb.Sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata 0.25 s/d 1.0Dc.Ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata-1 s/d -3 Dd.Miopi sedang dapat dikoreksi dengan kaca mata -3 s/d -6 De.Miopi tinggi dapat dikoreksi dengan kaca mata -6 s/d -10 Df.Miopi berat dapat dapat dikoreksi dengan kacamata > -10 D Klasifikasi myopia secara klinis(American Optometric Association, 1997)a. Simpel myopia: adalah myopia yang disebabkan oleh dimensi bolamata yang terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalinaa yang terlalu tinggi.b. Nokturnal myopia: adalah myopia yang hanya terjadi pada saat kondisi sekeliling kurang cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Myopia ini dipercaya penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi myopia.c. Pseudomyopia: diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot otot siliar yang memegang lensa kristalinaa. Di Indonesia, disebut dengan myopia palsu, karena memang sifat myopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksasikan. Untuk kasus ini, tidak boleh buru buru memberikan lensa koreksi.d. Degenerative myopia: disebut jugamalignant,pathological, atauprogressive myopia. Biasanya merupakan myopia derajat tinggi dan tajam penglihatannya juga di bawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Myopia jenis ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.e. Induced (acquired) myopia: merupakan myopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat obatan, naik turunnya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa, dan sebagainya.

Klasifikasi myopia berdasar umura. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)b. Youth-onset myopia (< 20 tahun)c. Early adult-onset myopia (2-40 tahun)d. Late adult-onset myopia (> 40 tahun). (Sidarta, 2007)

3. Etiologi (Penyebab)a) Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata. Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.b) Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.c) Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.d) Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.e) Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.f) Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir. Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata

4. PatofisiologiTerjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada miopi.Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk:a. Miopi stasioner, miopi yang menetap setelah dewasab. Miopi progresif, miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.c. Miopi degenertif atau miopi maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi rupture membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopi dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).

5. Manifestasi KlinikPenglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat miopi pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).Pasien dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005)6. Myopia atau rabun jauh terbagi menjadi 3 fase, yakni :a. Myopia Rendah dengan dioptre mendekati 0 -3.00Cara membaca dioptre diatas adalah apabila anda termasuk pengguna atau penderita rabun jauh/myopia dengan minus 0 s/d 3.00 ( minus 0 sampai dengan minus 3 ) dapat dikatakan anda adalah penderita myopia rendah. Kemungkinan untuk mengurangi minus tersebut masih sangat mungkin.b. Myopia Sedang dengan dioptre -3.00 -6.00Cara membaca dioptre diatas sama dengan membaca dioptre (a). Jika anda mengenakan kacamata minus dengan kadar minus antara -3.00 -6.00 (minus 3.00 sampai dengan minus 6.00) dikategorikan penderita myopia tingkat sedang, namun penderita myopia tingkat sedang juga cukup rentan, hal ini dikarenakan kebanyakan orang yang memiliki minus myopia sedang tidak dapat melepaskan kacamata dalam beberapa waktu

c. Myopia Tinggi dengan Dioptre -6 hingga ke bawah (-10)Penderita myopia tingkat tinggi memang cukup berbahaya dan dikatakan kerusakan pada bagian retina, kornea serta pupil tidak dapat bekerja optimal, bahkan cenderung mata tidak mampu menangkap cahaya dan membiaskan cahaya pantul dalam keadaan tanpa mengenakan kacamata. Hal ini hampir sama dengan penderita mata katarak sebelah.Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak penderita myopia atau rabun jauh, hal ini dikarenakan kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula karena faktor keturunan. Diperkirakan penderita myopia atau rabun jauh antara 800 juta-2,3 milyar orang. Di negara-negara seperti Cina, India dan Malaysia 41 % penduduk negara tersebut dari orang dewasa menderita myopia dengan minus 1 (-1.00).Para peneliti dari Australia menyimpulkan bahwa pancaran sinar matahari bermanfaat untuk membatasi bola mata yang dapat menyebabkan myopia atau rabun jauh. Jika dilakukan suatu perbandingan antara penduduk Australia dan Singapura, akan ditemui kesimpulan seperti : rata-rata anak-anak dan remaja di Singapura hanya menghabiskan waktu di luar rumah untuk sekedar bermain hanya menghabiskan waktu 30 menit per hari, akan tetapi 90% remaja dan anak-anak di Singapura mengenakan kacamata permanen maupun sementara, berbeda dengan anak-anak dan remaja di Australia. Para remaja dan anak anak di Australia lebih banyak menghabiskan waktu bermain di luar rumah sekitar 2-3 jam per hari dan tentunya hal ini yang mendorong remaja dan anak-anak di Australia, lebih sedikit yang menderita myopia atau rabun jauh cenderung sekitar 20 % dari total penduduk Australia. Oleh karenanya para bayi atau balita usia 0-3 bulan sering kali dijemur pada pagi hari akan sel-sel dan syaraf tubuh seluruhnya agar berkembang baik dan memberi rangsang terhadap jaringan otot, otak dan mata.

7. Pemeriksaan Penunjanga. Foto fundus / retinab. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetric. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)d. USG ( ultra sono grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)e. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)f. CT scan dengan kontras / MRI.

8. Faktor RisikoBeberapa faktor resiko terjadinya miopi diantaranya adalah:a. Genetikb. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua.a. Kekurangan makanan bergizi pada masapertumbuhan hingga usia 12 tahun.b. Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus seperti membaca, melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca ditempat yang kurang cahaya (remang).

9. KomplikasiKomplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.10. Pencegahana) Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat.b) Memegang alat tulis dengan benar.c) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.d) Batasi jam membaca dan aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter).e) Gunakanlah penerangan yang cukup.f) Jika memungkinkan memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.

11. Penatalaksanaan Terapi Non-Farmakologia.KacamataPada pasienmiopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal33cm. Bila pasien dikoreksi dengan 3.0D memberika tajam penglihatan 6/6, dan demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi(Ilyas, 2003).b.Lensa KontakPengobatan biasanya ditolong dengan kacamatarangkap dan harus melakukan terapi dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33 cm, bila jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa masih dapat mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi tergantung pada pada jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang dijual bebas.c.Bedah KeratorefraktifBedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah kelengkungan permukaan anterior bola mata diantaranya adalahkeratomi radial, keratomileusis keratofikia, epiakerarfikia.d.Terapi dengan menggunakan laser denganatau operasi lasik mata.Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopi dengan menggunakan laser.e.Photorefractive Keratotomy (PRK)Terapi ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda.f.Operasi orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mataOrang-orang dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan kedalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.g..Penatalaksanaan FarmakologiObat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia12. Konsep Asuhan Keperawatana) Pengkajian 1. Pengumpulan data1. Data Demografi Biodata Nama: Tn. A Usia: 40 Thn Jenis kelamin: Laki - Laki Alamat: Jln. Gatot Subroto Suku / bangsa: Muna/INA Status pernikahan: - Agama / keyakinan: Islam Pekerjaan: Wiraswasta Diagnosa medik: Miopia No. medical record: - Tanggal masuk: - Tanggal pengkajian: -

Penanggung jawab Nama: Ny. Ah. Usia: 30 Thn Jenis kelamin: Perempuan Pekerjaan : PNS Hubungan dengan klien: Suami

1. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang1. Keluhan UtamaSakit kepala karena nyeri pada mata.1. Riwayat Keluhan UtamaPada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh sakit kepala nyeri di matanya, sering menangis. Skala nyeri 4 (0-5), menurut klien nyeri yang dirasakan sudah berlangsung lama. Walaupun klien sedang istrahat nyeri tetap dirasakan. Menurut keluarga klien tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang di derita klien.1. Riwayat kesehatan dahulu1. Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.1. Riwayat kesehatan keluarga1. Menurut keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

1. Pemeriksaan fisik1. Keadaan umum klien : BaikKesadaran : Compos mentisTanda - tanda vital:Suhu: 370 cNadi: 120 X/MenitPernafasan : 24 X/MenitTekanan darah: -

1. Sistem pernafasanBentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris, pernapasan 24 X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.1. Sistem kardiovaskulerBunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar atau teraba jelas 120 X/Menit, tidak ada pembesaran area jantung.1. Sistem perncernaanBentuk lembap, tidak ada stomatitis, lidah bebas bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar bunyi timpani.1. Sistem indraMata1. Penglihatan kabur1. Mata juling (strabismus)1. Mata merah1. Mata sering berairHidung1. Mampu membedakan berbagai macam aroma.1. Tidak ada sekret.Telinga1. Klien mengatakan gatal gatal pada telinganya, terdapat udema pada liang telinga, bernanah dan bau, Telinga tampak kotor, nyeri tekan pada telinga.1. Sistem saraf1. Nervus I (Olvactorius): Fungsi penciuman baik.1. Nervus II ( Optikus ): Fungsi menurun1. Nervus III, IV, VI: fungsi kontraksi terhadap cahaya baik.(Okulomotorius, troklearis, abdusen ) 1. Nervus V (Trigeminus): dapat merasakan usapan1. Nervus VII (fasialis): mampu merasakan rasa asin, manis dan pahit.1. Nervus VIII (Auditorius): Klien mengatakan tidak bisa mendengar dengan baik.1. Nervus IX (Glasofaringeus): Mampu menelan1. Nervus X (Vagus): Mampu bersuara1. Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan mengangkat bahu.1. Nervus XII (Hipoglosus): Mampu menggerakan lidah.1. Sistem muskuloskeletal1. Ekstremitas AtasBentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/41. Ekstremitas BawahBentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/41. Sistem integumenWarna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok, tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 38,5o c.1. Sistem endokrinTidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.1. Sistem perkemihan Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.

1. Aktivitas Sehari-Hari1. NutrisiPola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan pantang.1. CairanKlien mengonsumsi air putih sebanyak 5 6 gelas/hari.1. Eliminasi ( BAB & BAK )BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.1. Istirahat TidurKlien cepat tidur dan rutin.1. OlahragaKlien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.1. Rokok / alkohol dan obat-obatanKlien tidak merokok dan mengonsumis alkohol atau obat obat terlarang lainya.1. Personal hygieneKlien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas 3 kali seminggu.1. Data psikososialKlien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan saling membutuhkan satu sama yang lain.1. Data psikologisKlien tampak cemas, gelisah dan ekspresi wajah meringis. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.1. Data spritualKlien beragama Islam dan taat beribadah.1. Pengelompokan data1. Data subyektif : Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya Klien mengatakan bila melihat benda yg kecil harus dari jarak dekat Klien mengatakan merasa takut dengan penyakitnya yang di derita Klien mengatakan penglihatannya kabur Klien mengatakan cepat lelah bila membaca Klien mengatakan cemas akan kondisi matanya Klien mengatakan tidak tau tentang kondisi penyakit matanya1. Data obyektif : Mata juling (strabismus) Aktivitas kurang Klien tampak Gelisah Klien tampak pusing Klien sering bertanya tentang penyakitnyab) Analisa DataNoProblemEtiologiSymptom

1.Gangguan persepsi sensori : penglihatanKalainan struktur segmen dalam bola mata

Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan

Pemanjangan sumbu kornea mata

Pembiasan sinar yang berlebihan di depan retina mata

Penglihatan jadi kabur

Miopia

Gangguan penglihatanDs :1. Klien mengatakan penglihatannya kabur1. Klien mengatakan bila melihat benda yang agak kecil harus dari jarak dekat1. Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya1. Klien mengatakan cepat lelah bila membacaDo :1. Tampak pusing1. Tampak juling saat melihat kejauhan

2.AnsietasKurangnya pemaparan informasi tentang penyakitnya

Doping menurun

Cemas

Ansietas Ds :1. Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnyaDo :1. Tampak cemas1. Tampak gelisah1. Tampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya

3.Kurang pengetahuanKurangnya pemaparan informasi tentang penyakitnya

Kurang pengetahuan

Ds :1. Klien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanyaDo :1. Tampak bingung

c) Prioritas Masalah1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan1. Ansietas1. Kurang pengetahuan

d) Diagnosa Keperawatan1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera di tandai dengan :Ds :1. Klien mengatakan penglihatannya kabur1. Klien mengatakan bila melihat benda yang agak kecil harus dari jarak dekat1. Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya1. Klien mengatakan cepat lelah bila membaca

Do :1. Tampak pusing1. Tampak juling saat melihat kejauhan1. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (kelelahan pada mata) di tandai dengan :Ds :1. Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnyaDo :1. Tampak cemas1. Tampak gelisah1. Tampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya1. Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatanyang di tandai dengan :Ds :1. Klien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanyaDo :1. Tampak bingung

e) Rencana Tindakan KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanPerencanaanRasional

TujuanIntervensi

12345

1.Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera di tandai dengan :Ds : Klien mengatakan penglihatannya kabur Klien mengatakan bila melihat benda yang agak kecil harus dari jarak dekat Klien mengatakan bila melihat jauh selalu menjulingkan matanya Klien mengatakan cepat lelah bila membacaDo : Tampak pusing Tampak juling saat melihat kejauhan

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama .... gangguan penglihatn teratasiTupen : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama gangguan penglihatan berkurangdengan kriteria : Penglihatan jelas 1. Observasi derajat / tipe gangguan penglihatan penglihatan.2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

1. Memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya2. Mengurangi iritasi yang terjadi pada mata.

2.Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (kelelahan pada mata) di tandai dengan :Ds : Klien mengatakan cemas akan keadaan penyakitnyaDo : Tampak cemas Tampak gelisah Tampak bingung saat di tanya tentang penyakitnya

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama .... hari cemas teratasi.Tupen : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ..... hari cemas berangsur-angsur berkurang, dengan kriteria :Klien dapat mengerti tentang penyakit yang dideritanya1. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya3. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan1. Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan2. Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas3. Mengurangi ansietas klien

3.Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatanyang di tandai dengan :Ds : Klien mengatakan tidak tau tentang penyakit yang di deritanyaDo : Tampak bingung

Tupan :Setelah di berikan tindakan keperawatan selama .... jam kebutuhan akan informasi terpenuhiTupen : Setelah di berikan tindakan keperawatan selama ..... jam klien berangsur-angsur mengerti tentang penyakitnya kriteria :Klien tidak bingung1. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.

1. Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien2. Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya3. Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

f) Implementasi dan EvaluasiNoHari/TanggalNoDx JamImplementasiParafHari / Tgl /JamEvaluasi

12345678

1.11. Mengobservasi derajat / tipe kehilangan penglihatan.

2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat tetes mata.

S : Klien mengatakan penglihatannya sudah sedikit jelasO : Tidak pusing Tidak juling saat melihat kejauhanA : Masalah belum teratasi tetapi sudah ada kemajuanP : Pertahankan intervensi 1, 2

2.

21. Mengorientasikan klien pada lingkungan yang baru

2. Menberitahu klien tentang perjalanan penyakitnya

3. Memeritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan

S : Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanyaO : Klien dapat menjawab ketika ditanya tentang penyakitnya Ekspresi wajah tenangA : Masalah teratasiP : Berikan informasi untuk pengobatan lebih lanjut dirum

3.31. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan2. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan3. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.

S : Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanyaO : Klien dapat menjawab serta memahami tenyang kondisi, prognosis, dan pengobatan tentang penyakitnyaA : Masalah teratasiP : Berikan informasi untuk pengobatan lebih lanjut

B. HIPERMETROPI1. PengertianHipermetropi yaitu rabun dekat, penderita rabun dekat tidak dapat melihat secara jelas objek yang letaknya dekat dengan mata (hanya dapat melihat objek yang letaknya jauh dari mata). Rabun dekat atauhipermetropimerupakan cacat mata yang terjadi karena lensa mata tidak dapat mencembung atau tidak dapat berakomodasi sebagaimana mestinya. Akibatnya, berkas cahaya dari objek di jauh tak berhingga terfokus dan membentuk bayangan di belakang retina (jadi benda tidak terlihat jelas).HipermetropiatauHiperopiaataurabun dekatadalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi.Hipermetropia juga didefinisikan sebagai ketidaksesuaian antara kekuatan refraksi media refrakta dengan panjang sumbu bola mata dimana berkas sinar paralel yang masuk berkonvergensi pada satu titik fokus di posterior retina. Kelainan ini bisa dikoreksi dengan lensa konvergen atau lensa positif.

Kelainan refraksi pada mata hipermetropia

Diagnosa ditegakkan berdasarkan pada pemeriksaan refraksi dan gambaran klinis yang tipikal. Pada penderita hipermetropia ringan-sedang dan berusia muda, kelainan refraksi ini masih bisa dikompensasi dengan akomodasi. Tetapi, kondisi ini bisa menimbulkanasthenopic syndromeseperti nyeri mata, sakit kepala, sensasi panas pada mata, blepharoconjungtivitis, pandangan kabur dan kelelahan. Pada penderita anak sekolah, gejala khas akan tampak pada perilaku mereka sehari-hari. Penderita akan sering menggosok mata mereka saat membaca. Akibatnya, aktivitas membaca menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak hipermetropia. Kondisi seperti ini dapat menjadi penghambat dalam proses belajar.Penanganan penderita anak-anak memerlukan perhatian khusus. Koreksi baru dilakukan pada penderita hipermetropia sedang atau berat atau bila disertai kondisi esotropia. Pada penderita usia sekolah, penggunaan lensa positif dengan kekuatan terbesar dapat menimbulkan pandangan kabur ketika melihat jauh. Karena itu, kekuatan lensa yang digunakan perlu direduksi. Penggunaan siklopegik jangka pendek dapat membantu penyesuaian anak dengan lensanya.Pada hipermetropi, refraksi sinar kurang konvergen, sehingga bayangan terbentuk di belakang retina. Penderita hipermetropi memiliki visus normal, namun kesulitan melihat benda yang terletak dekat. Secara prinsip, m. ciliaris penderita hipermetropi mengalami kelemahan karena proses degenerasi, tonusnya menurun dan fleksibilitasnya meningkat, sehingga lambat laun panjang m Ciliaris semakin memajang. Selain itu, bentuk orbita dengan jarak anterior dan posterior yang pendek menyebabkan kecenderungan terjadinya hipermetropi. Solusi bagi penderita hipermetropi adalah menambah konvergensi dengan menambahkan lensa cembung (plus) di depa mata.

2. EtiologiPenyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemahHipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak AdekuatHipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.4. Perubahan posisi lensa.Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada lagi (afakia).

3. PatofisiologiSumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.4. Manifestasi klinisSakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala hipermetropi dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata dekat. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia) ketika pasien harus focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.5. PengobatanHipermetropia bisa diatasi dengan pemberian lensa koreksi (kacamata atau lensa kontak) berkekuatan positif di depan sistem optis bola mata, atau bisa juga dengan tindakan operatif (Keratektomi & LASIK). Pada hipermetropia fakultatif, pemberian lensa koreksi akan memberikan kenyamanan penglihatan, meskipun tanpa lensa koreksi ia masih memiliki ketajaman penglihatan yang normal.Pada hipermetropia absolut, pemberian lensa koreksi (atau dengan tindakan operatif) adalah hal yang sudah sangat diperlukan.6. KomplikasiDapat terjadi kebutaan.

7. Asuhan KeperawatanA. Pengkajian1. Pengumpulan dataa. Data Demografi1) Biodata Nama: Mr. A Usia: 30 Thn Jenis kelamin: Laki - Laki Alamat: Jln. Gatot Subroto Suku / bangsa: Bugis,Muna/INA Status pernikahan: Menikah Agama / keyakinan: Islam Pekerjaan: Wiraswasta Diagnosa medik: Hipermetropi No. medical record: - Tanggal masuk: - Tanggal pengkajian: -

2) Penanggung jawab Nama: Ny. H Usia: 27 Thn Jenis kelamin: Perempuan Pekerjaan : Wiraswasta Hubungan dengan klien: Istri

b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan UtamaKlien mengeluh susah membaca pada jarak dekat. Riwayat Keluhan UtamaPada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat, keluhan ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin menurun, klien juga tidak mengetahui penyebap matanya kabur. Dan Upaya yang dilakukan klien untuk mengurangi keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan yang memperberat yaitu ketika membaca dalam waktu yang lama klien mengalami pusing dan sakit kepala, dengan skala 3 (0-5).

2) Riwayat kesehatan dahulu Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan. Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak merokok.

3) Riwayat kesehatan keluarga Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik1) Keadaan umum klien : BaikKesadaran : Compos mentisTanda-tanda vital:Suhu: 37,50 cNadi: 100 X/MenitPernafasan : 20 X/MenitTekanan darah: 120/80 mmHg2) Sistem pernafasanBentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk leher simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris, pernapasan 20 X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.3) Sistem kardiovaskulerBunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar atau teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg CRT