1
BAB 12
SISTEM BIAYA TAKSIRAN
DEFINISI BIAYA TAKSIRAN
Sistem biaya taksiran adalah sistem akuntansi biaya produksi yang
menggunakan suatu bentuk biaya-biaya yang ditentukan di muka dalam menghitung
harga pokok produk yang diproduksi.
Sebagian dari biaya taksiran hampir mirip dengan biaya standar, kedua-duanya
merupakan biaya yang ditentukan dimuka. Akan tetapi ada perbedaannya juga, yaitu
dalam metode penentuan, pengumpulan, penafsiran dan penggunaannya. Dari
perbedaan itu, perbedaan intinya adalah pada metode yang dipakai dalam penentuan
norma fisik atau kuantitas.
TUJUAN PENGGUNAAN
Tujuan penggunan sistem biaya taksiran adalah:
Untuk jembatan menuju sistem biaya standar.
Jika manajemen menginginkan adanya sistem pengendalian dalam
perusahaannya, maka manajemen jangan hanya melihat pada kegiatan
history saja, akan tetapi juga perlu memperhatikan apa yang akan
direncanakan untuk masa mendatang.
Untuk menghindari biaya yang relatif lebih besar dalam pemakaian sistem
biaya standar.
Untuk pengendalian biaya dan analisis kegiatan.
Untuk mengurangi biaya akuntansi.
PENENTUAN BIAYA TAKSIRAN
Biaya taksiran biasanya dipecah menjadi tiga (3) unsur : biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Biaya taksiran dapat ditentukan atas
dasar data masa yang lalu, dari perhitungan, dari rumus kimia atau matematis, atau
secara sederhana dengan taksiaran.
Dalam penentuan taksiran biaya bahan baku yang dipakai untuk menghasilkan
sejumlah produk tertentu, perlu dilakukan penaksiran tiap bahan baku yang
dibutuhkan dan berapa harganya.
2
Untuk menentukan biaya tenaga kerja, harus diketahui dulu semua jenis
kegiatan untuk mengolah produk karena jam tenaga kerja dipengaruhi kemampuan
tiap karyawan dan jenis pekerjaannya.
Untuk taksiran biaya overhead pabrik yang dibebanakan pada produk
berdasarkan pada tarif yang ditentukan dimuka. Dalam menentukan tarif biaya
overhead pabrik perlu diadakan pemisahan biaya overhead pabrik dalam unsur biaya
tetap dan biaya variabel.
PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN
Gambar garis besar aliran biaya dalam sistem biaya taksiran
Ada beberapa prosedur dalam pencatatan biaya, yaitu:
1. Prosedur pencatatan biaya bahan baku
- Jika metode mutasi persediaan dipakai, pembelian bahan baku dicatat:
Persediaan bahan baku xxx
Utang dagang xxx
- Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku
dalam kartu persediaan. Jurnal pemakaian bahan baku:
Barang dlm proses Biaya Bahan Baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
3
- jika metode fisik (physical inventory method) dipakai, pembelian bahan
baku dicatat sebagai berikut:
Pembelian xxx
Utang dagang xxx
Biaya bahan baku selama periode dapat dihitung dengan cara:
Harga pokok persediaan bahan baku pada awal periode Rp xxx
Pembelian xxx +
Harga pokok bahan baku yang tersedia untuk produksi Rp xxx
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode xxx -
Biaya bahan baku selama periode xxx
Dalam metode persediaan fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku
selama periode tertentu adalah:
a. Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
Persediaan bahan baku xxx
(untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku awal periode)
b. Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
Pembelian xxx
(untuk menutup rekening pembelian)
c. Persediaan bahan baku xxx
Barang dalam proses-biaya bahan baku xxx
(untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir periode)
2. Prosedur pencatatan biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja (meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan
biaya lain-lain untuk karyawan) yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
periode di jurnal sebagai berikut:
Biaya Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx
Biaya Administrasi dan Umum xxx
Biaya Pemasaran xxx
Gaji dan Upah xxx
3. Prosedur pencatatan biaya overhead pabrik
Jurnal pencatatan harga produk-produk jadi yang masih dalam proses
4
Metode 1
Rekening barang dalam proses didebit dengan BOP yang sesungguhnya
terjadi dalam periode ter tentu. Jurnal pencatatan BOP nya adalah:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Persediaan suku cadang xxx
Akumulasi depresi aktiva tetap xxx
Kas xxx
Pada akhir periode, BOP yang sesungguhnya terjadi dibebankan pada
produk dengan jurnal:
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Metode 2
Rekening barang dalam proses didebit dengan BOP atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka, jurnalnya:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya xxx
Persediaan suku cadang xxx
Akumulasi depresi aktiva tetap xxx
Kas xxx
Jurnal pencatatan pembebanan BOP pada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka:
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx
Biaya overhead yang dibebankan xxx
Jurnal penutupannya adalah:
BOP yang dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
Prosedur pencatatan Harga Pokok Produk jadi dan produk yang masih
dalam proses pada akhir periode.
Jurnal pencatatan harga pokok jadi dan produk yang masih dalam proses
pada akhir periode adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi xxx
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses-Biaya bahan baku xxx
Barang dalam proses-Biaya tenaga kerja xxx
Barang dalam proses-Biaya overhead pabrik xxx
5
4. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual
Jurnal harga pokok produk yang dijual adalah:
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
5. Prosedur pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya
sesungguhnya
Jika memakai metode 1
Selisih Xxx
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xxx
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran)
Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode 2, maka selisih
antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara:
(a) menghitung saldo rekening Barang dan Proses dan (b) menghitung
saldo rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya.
Selisih tersebut ditransfer ke rekening Selisih dengan dua jurnal sebagai
berikut:
Selisih xx
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku xx
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xx
(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening Barang dalam Proses lebih
tinggi dari jumlah pengkreditannya)
Selisih xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
(Untuk mencatat selisih rugi, yaitu overhead pabrik sesungguhnya lebih tinggi dari yang
dibebankan atas dasar tarif)
6
Contoh 1
PT Eliona memproduksi satu macam produk melalui satu tahap pengolahan.
Perusahaan menggunakan sistem biaya taksiran, dan biaya taksiran per kilogram
produk adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 2 kg @ Rp 9 Rp 18
Biaya tenaga kerja 1 jam @ Rp 27 27
Biaya overhead pabrik 1 jam @ Rp 37 37
Biaya taksiran per kilogram produk Rp 82
Data kegiatan perusahaan dalam bulan November 19X7 adalah sebagai berikut
1. Persediaan pada awal bulan November 19X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku sebesar Rp. 20.000
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 3.000 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: biaya bahan baku 100%; biaya konversi 2/3.
Harga pokok taksiran persediaan produk dalam proses ini dihitung sebagai
berikut:
Biaya bahan baku 100% x 3.000 x Rp 18 Rp 54.000
Biaya tenaga kerja 2/3 x 3.000 x Rp 27 54.000
Biaya Overhead pabrik 2/3 x 3.000 x Rp 27 74.000
Jumlah Rp 182.000
c. Persediaan produk jadi berjumlah 500 kg
2. Kegiatan selama bulan November 19X7
a. Pembelian bahan baku sebesar Rp 660.000.
b. Jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya sebesar 34.500 jam dengan biaya tenaga
kerja sebesar Rp 925.000.
c. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif per jam kerja
langsung sebesar Rp 37. Biaya overhead pabrik sesungguhnya yang terjadi
dalam bulan November berjumlah Rp 1.261.000.
d. Produk jadi yang ditransfer ke gudang selama bulan November berjumlah
35.500 kg.
e. Produk jadi dijual dengan harga jual Rp 110 per kg.
7
3. Persediaan pada akhir bulan November 19X7
a. Harga pokok persediaan bahan baku yang ditentukan dengan metode masuk
pertama keluar pertama (MPKP) sebesar Rp 40.000.
b. Jumlah persediaan produk dalam proses sebanyak 2.500 kg dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan baku 100%; biaya konversi 20%.
c. Persediaan produk jadi berjumlah 1.000 kg.
Jurnalnya:
1. Jurnal pembelian bahan baku:
Pembelian Rp 660.000
Utang Dagang Rp 660.000
2. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang sesungguhnya dipakai:
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Persediaan Bahan Baku
Rp 640.000
40.000
Persediaan Bahan Baku
Pembelian
Rp 20.000
660.000
Perhitungan biaya bahan baku sesungguhnya adalah sebagai berikut:
Harga pokok persediaan bahan baku pada awal bulan Rp 20.000
Pembelian 660.000 +
Rp 680.000
Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir bulan 40.000 -
Biaya bahan baku selama bulan November Rp 640.000
3. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja sesungguhnya:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Rp 925.000
Gaji dan Upah Rp 925.000
4. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Barang dalam Proses Biaya Overhead Pabrik Rp 1.276.500
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp 1.276.500
Perhitungan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar
tarif adalah sebagai berikut: 34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.276.500
5. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama bulan
November.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.261.000
8
Berbagai Macam Rekening yang dikredit Rp 1.261.000
6. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke rekening
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 1.276.500
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp 1.276.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan Produk Jadi Rp 2.911.00
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 639.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 958.500
Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 1.313.500
Harga pokok produk jadi ditentukan dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi
yang sesungguhnya dihasilkan dengan biaya taksiran per satuan. Perhitungan harga
pokok produk jadi adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku : 35.500 x Rp 18 Rp 639.000
Biaya tenaga kerja: 35.500 x Rp 27 958.500
Biaya overhead pabrik: 35.500 x Rp 37 1.313.500
Harga pokok taksiran produk jadi Rp 2.911.000
8. Jurnal pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan
November 19X7.
Persediaan Produk dalam Proses Rp 77.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 45.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 13.500
Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ditentukan dengan cara
mengalikan unit ekuivalensi persediaan produk dalam proses akhir dengan biaya
taksiran per satuan. Perhitungan harga pokok persediaan produk dalam proses
akhir bulan adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 100% x 2.500 x Rp18 Rp 45.000
Biaya tenaga kerja 13.500
Biaya overhead pabrik 18.500
9
Harga pokok taksiran persediaan produk dlm proses akhir bulan Rp 77.000
9. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang terjual dalam bulan November 19X7.
Perhitungan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:
Persediaan produk jadi akhir bulan 500 kg
Produk selesai bulan November 35.500
36.000 kg
Persediaan produk jadi akhir bulan 1.000 -
Jumlah produk yang terjual dalam bulan November 35.000
Biaya taksiran per kg produk Rp 82 x
Harga pokok penjualan Rp 2.870.000
10. Jurnal pencatatan hasil penjualan bulan November 19X7.
Piutang Dagang Rp 3.850.000
Hasil Penjualan Rp 3.850.000
35.000 kg x Rp 110
11. Jurnal pencatatan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya yang terdapat
dalam rekening Barang dalam Proses.
Selisih Rp 35.000
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 10.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja 7.000
Barang dlm Proses-Biaya Overhead Pabrik 18.500
Selisih yang terdapat dalam rekening Barang dalam Proses dihitung dengan cara
mencari saldo tiap-tiap rekening Barang dalam Proses (lihat Gambar 12.3).
12. Jurnal pencatatan selisih antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan yang
dibebankan atas dasar tarif.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 15.500
Selisih Rp 15.500
Karena rekening Barang dalam Proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang
dibebankan atas dasar tarif yang ditentukan di muka, maka selisih antara biaya
overhead pabrik yang dibebankan dengan yang sesungguhnya terjadi terdapat
10
dalam dua rekening. Barang dalam Proses (Rp 35.000) dan Biaya Overhead Pabrik
Sesungguhnya (Rp 15.500).
Debit Rekening Barang dalam
Proses-Biaya Overhead Pabrik
Jam tenaga kerja sesungguhnya x Tarif biaya
overhead pabrik per
jam
34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.276.500
Debit Rekening Barang dalam
Proses-Biaya Overhead Pabrik
Taksiran jam tenaga kerja x Tarif biaya overhead
pabrik per satuan
produk
34.500 jam x Rp 37 = Rp 1.258.000
Selisih efisiensi biaya overhead pabrik Rp 18.500
Gambar 12.3 Perhitungan Selisih Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dengan
Biaya Overhead Pabrik Menurut Taksiran
* Jumlah taksiran jam kerja untuk menghasilkan produk dalam November 19X7
dihitung sebagai berikut:
Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg yang ditransfer ke gudang terdiri dari
3.000 kg produk yang pada awal bulan masih dalam proses dan 32.500 kg sisanya
merupakan produk yang berasal dari produksi bulan November 19X7.
Karena menurut taksiran setiap 1 kg produk memerlukan 1 jam tenaga kerja, maka
perhitungan jumlah taksiran jam tenaga kerja untuk menghasilkan produk dalam
bulan November adalah sebagai berikut:
Jam tenaga kerja yang digunakan untuk produk yang pada
awal bulan masih dalam proses: (1-2/3) x 3.000 kg x 1 jam 1.000 jam
Jam tenaga kerja yang digunakan untuk menyelesaikan
produk jadi yang berasal dari produksi bulan November:
32.500 x 1 jam 32.500 jam
Jam tenaga kerja yang digunakan untuk mengolah produk
yang pada akhir bulan November masih dalam proses:
20% 2.500 kg x 1 jam 500
11
Jumlah jam tenaga kerja 34.000 jam
Mengenai biaya overhead pabrik, selisih antara biaya taksiran dengan
biaya yang sesungguhnya dapat dibagi menjadi dua macam: (a) Selisih
karena perbedaan jam tenaga kerja; (b) Selisih karena perbedaan tarif
biaya overhead pabrik.
PROSEDUR AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA TAKSIRAN JIKA
PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi maka perlu
digunakan rekening Transfer untuk mencatat harga pokok taksiran produk selesai dari
departemen pertama atau departemen lain sebelum departemen terakhir.
Contoh 2
PT Eliona Sari memproduksi satu macam produk melalui dua departemen produksi:
departemen A dan B. Biaya taksiran tiap kilogram produk tersebut disajikan dalam
Gambar 12.6.
UnsurHarga Pokok Departemen A Departemen B
Jumlah Tiap Unsur __Biaya Produksi_
Biaya bahan baku
5 kg @ Rp 60 Rp 300,00 - Rp 300,00
Biaya tenaga kerja
3,5 jam @ Rp 27
3,0 jam @ Rp 50
94,50
-
-
Rp 150,00
-
244,50
Biaya overhead pabrik
3,5 jam @ Rp 80
50% dari biaya
tenaga kerja
280,00
-
____________
-
75,00
____________
355,00
____________
Jumlah biaya taksiran
per kg produk Rp 674,50 Rp 225,00 Rp 899,50
Gambar 12.6 Biaya Taksiran Per Unit Produk
12
Data biaya selama kuartal pertama tahun 19X7 adalah sebagai berikut:
a. Biaya tenaga kerja sesungguhnya Departemen A sebesar Rp 287.330 dengan jam
tenaga kerja sesungguhnya sebanyak 31.415 jam, sedangkan biaya tenaga kerja
sesungguhnya Departemen B sebesar Rp 455.000.
b. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
sebagai berikut:
Departemen A : Rp 27 per jam tenaga kerja.
Departemen B : 50% biaya tenaga kerja.
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam kuartal pertama sebesar
Rp. 845.000 (Departemen A) dan Rp 225.000 (Departemen B).
c. Pencatatan biaya bahan baku memakai metode mutasi persediaan. Biaya bahan
baku sesungguhnya sebesar Rp 925.000.
d. Jumlah produk yang terjual sebanyak 2.700 kg dengan harga Rp 1.000 per kg.
Data produksi selama kuartal pertama tahun 19X7 disajikan dalam Gambar 12.7.
Data ProduksiDepartemen
ADepartemen
Ba. Persediaan produk dalam proses pada awal periode,
dengan tingkat penyelesaian: Biaya bahan baku 100%,
biaya konversi 60%, bak untuk Departemen A maupun
B 100 kg 200 kg
b. Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 3.100 -
c. Jumlah produk yang diterima dari Departemen A - 3.000
d. Jumlah produk yang ditransfer ke Departemen B 3.000 -
e. Produk selesai yang ditransfer ke gudang - 3.100
f. Persediaan produk dalam proses pada akhir periode,
dengan tingkat penyelesaian: biaya bahan baku 100%,
konversi 40%, bak untuk Departemen A maupun
Departemen B 200 100
Gambar 12.7 Data Produksi
13
Atas dasar data tersebut di atas jurnal-jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat
kegiatan PT El Sari selama kuartal tahun 19X7 adalah sebagai berikut:
1. Jurnal pencatatan biaya bahan baku yang dipakai:
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku
Departemen A Rp 925.000
Persediaan Bahan Baku Rp 925.000
2. Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja di Departemen A:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Departemen A Rp 287.330
Gaji dan Upah Rp 287.330
3. Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk di
Departemen A, atas dasar tarif yang ditentukan di muka:
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Departemen A Rp 848.205*
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 848.205
*31.415 x Rp 27 = Rp 848.205
4. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari
Departemen A ke Departemen B.
Transfer Departemen A Rp 2.203.500
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Rp 925.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer dari Departemen
A ke Departemen B adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku 3.000 x Rp 300,00 Rp 900.000
Biaya tenaga kerja 3.000 x 94,50 283.500
Biaya overhead pabrik 3.000 x 280,00 840.000
Jumlah Rp 2.023.500
14
5. Jurnal pencacatan biaya tenaga kerja di Departemen B:
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen B Rp 455.000
Gaji dan Upah Rp 455.000
6. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Departemen B atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Departemen B Rp 227.500*
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 227.500
*50% x Rp 455.000 = Rp 277.500
7. Jurnal pencatatan harga pokok produk selesai yang ditransfer dari departemen B ke
gudang.
Persediaan Produk Jadi Rp 2.788.400
Transfer Departemen A Rp 2.090.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja
Departemen B 465.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik
Departemen B 232.000
Perhitungan harga pokok taksiran produk selesai yang ditransfer departemen B ke
gudang adalah sebagai berikut:
Harga pokok taksiran yang berasal dari departemen A
(dikreditkan dalam rekening Transfer Departemen
A) 3.100 kg x Rp 674,50
Biaya yang ditambahkan dalam departemen B
Rp 2.090.950
Biaya tenaga kerja 3.100 kg x Rp 150 465.000
Biaya overhead pabrik 3.100 kg x Rp 75 232.500
Jumlah Rp 2.788.450
8. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran produk yang terjual.
15
Harga Pokok Penjualan Rp 2.428.650*)
Persediaan Produk Jadi Rp 2.428.650
*)2.700 x Rp 899,50-Rp 4.428.650
9. Jurnal pencatatan harga pokok taksiran persediaan produk yang masih dalam
proses pada akhir periode di departemen A dan B.
Persediaan Produk dalam Proses-Departemen A Rp 89.960
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A Rp 60.000
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A 7.560
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 2.400
Persediaan Produk dalam Proses-Departemen B Rp 76.450
Transfer Departemen A Rp 67.450
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A 6.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 3.000
Perhitungan tenaga pokok taksiran produk yang masih dalam proses pada akhir
periode di Departemen A dan B disajikan dalam Gambar 12.8.
10. Jurnal pencacatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi di Departemen
A dan B.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.070.000*
Berbagai Macam Rekening yang dikredit Rp 1.070.000
Departemen A Rp 845.000
Departemen B 225.000
Jumlah Rp 1.070.000
16
Unsur Harga Pokok Departemen ATransfer
Departemen A Departemen BBiaya Bahan Baku
200 x 100% x Rp 300 Rp 60.000 - -
100 x 100% x Rp 300 - Rp 30.000 -
Biaya Tenaga Kerja - -
200 x 40% x Rp 94,50 7.560 9.450 -
100 x 100% x Rp 94,50 - - Rp 6.000
100 x 40% x Rp 150 - - -
Biaya Overhead Pabrik
200 x 40% x Rp 280 22.400 28.000 -
100 x 100% x Rp 280 - - 3.000
100 x 100% x Rp 75 -____________
Harga pokok persediaan produk dalam
proses pada akhir periode di departemen A Rp 89.900____________ ____________
Biaya dari departemen A yang melekat pada
persediaan produk dalam proses akhir
periode di departemen B Rp 67.450____________
Harga pokok yang ditambahkan oleh
departemen B yang melekat pada persediaan
produk dalam proses akhir departemen B Rp 9.000
Gambar 12.8 Perhitungan Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses
11. Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke rekening
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan Rp 1.075.705*
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 1.075.705
* Departemen A Rp 848.205
Departemen B 227.500
Jumlah Rp 1.075.705
17
12. Jurnal pencacatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran yang
terdapat dalam rekening Barang dalam Proses.
Barang dalam Proses-Biaya Bahan Departemen A
Selisih
Rp 5.000
2.545
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A Rp 1.940
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen A 2.605
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen B 2.000
Barang dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik Departemen B 1.000
Perhitungan selisih tersebut dilakukan dengan menghitung saldo rekening Barang
dalam proses masing-masing departemen dengan cara mengurangi jumlah
pendebitan dengan jumlah pengkreditan masing-masing rekening tersebut. Dalam
contoh ini, harus dihitung lebih dahulu harga pokok taksiran persediaan produk
yang pada awal periode masih dalam proses disajikan dalam Gambar 12.9.
Unsur Harga Pokok Departemen ATransfer
Departemen A Departemen BBiaya Bahan Baku
100 x 100% x Rp 300 Rp 30.000 - -
200 x 100% x Rp 300 - Rp 60.000 -
Biaya Tenaga Kerja
100 x 60% x Rp 94,50 5.670 - -
200 x 100% x Rp 94,50 - 18.900 Rp 18.000
200 x 60% x Rp 150 - -
Biaya Overhead Pabrik
100 x 60% x Rp 280 16.800 - -
200 x 100% x Rp 280 - 56.000 -
200 x 60% x Rp 75 -____________
-____________
9.0000____________
Jumlah Rp 52.470 Rp 134.900 Rp 27.000
Gambar 12.9 Harga Pokok Taksiran Persediaan Produk dalam Proses Awal
Jika jurnal-jurnal tersebut di atas dan harga pokok persediaan produk dalam proses
awal dibukukan dalam rekening buku besar, maka saldo rekening Barang dalam
Proses dapat dihitung dan jumlah tersebut merupakan selisih.
18
Selisih di Departemen A
Selisih biaya bahan baku Rp 5.000 L
Selisih biaya tenaga kerja 1.940 R
Selisih biaya overhead pabrik 2.605 R
Selisih di Departemen B
Selisih biaya tenaga kerja Rp 2.000 R
Selisih biaya overhead pabrik 1.000 R
13. Jurnal pencatatan selisih antar overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya
overhead pabrik yang dibebankan.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 5.075
Selisih Rp 5.075
PERLAKUAN TERHADAP SELISIH
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode
akuntansi dapat diperlakukan sebagai berikut:
a. Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan atau rekening Rugi Laba.
b. Dibagikan secara adil kepada produk selesai dalam periode yang bersangkutan,
yaitu dibagikan ke rekening Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan.
c. Dibagikan secara adil ke rekening-rekening: Persediaan Barang dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan.
d. Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening Selisih, sehingga
rekening ini berfungsi sebagai deferred account. Hal ini dilakukan karena ada
kemungkinan selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling
menutup (mengkompensasi).
19
Dasar pembagian selisih dapat berupa:
a. Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi
dan produk yang terjual. Kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.
b. Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga pokok
persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang terjual.
Pembagian selisih ada 2 metode cara, yaitu:
Pembagian Selisih atas Dasar Perbandingan Kuantitas Persediaan Produk
dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Produk yang Terjual
Pembagian Selisih Atas Dasar Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok yang Terjual
Top Related