Download - Sinusitis Frontalis

Transcript
Page 1: Sinusitis Frontalis

0

Author :

Edi Susanto, S.Ked

Faculty of Medicine – University of Riau

Pekanbaru, Riau

2009

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Page 2: Sinusitis Frontalis

1

PENDAHULUAN

Sinus paranasal merupakan ruang udara yang berada di tengkorak, bentuk

sinus paranasal sangat bervariasi pada tiap individu, semua sinus memiliki muara

(ostium) ke dalam rongga hidung. Berdasarkan ukuran sinus paranasal dari yang

terbesar yaitu sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sfenoidalis.1,2

Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi 2,3

1. Grup Anterior :

• Frontal, maksilaris dan ethmoidalis anterior

• Ostia di meatus medius

• Pus dalam meatus medius mengalir kedalam faring

2. Grup Posterior :

• Ethmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis

• Ostia di meatus superior

• Pus dalam meatus superior mengalir kedalam faring

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga

hidung dan perkembangannya pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus frontalis dan

sfenoidalis. Sinus maksila dan ethmoid sudah ada saat anak lahir sedangkan sinus

frontalis mulai berkembang pada anak lebih kurang berumur 8 tahun sebagai

perluasan dari sinus etmoidalis anterior sedangkan sinus sfenoidalis berkembang

mulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari postero-superior rongga hidung. Sinus-

sinus ini umumnya mencapai besar maksimum pada usia 15-18 tahun. Sinus frontalis

kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan oleh sekat di garis tengah.1,4

Sinus frontalis berada di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus,

berasal dari sel-sel resesus atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus

frontalis mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan mencapai ukuran maksimal

sebelum usia 20 tahun. Sinus ini telat berkembang sehingga jarang ditemukan

sinusitis pada anak-anak.1,4

Page 3: Sinusitis Frontalis

2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi 5

Sinusitis berasal dari akar bahasa Latinnya, akhiran umum dalam kedokteran

itis berarti peradangan karena itu sinusitis adalah suatu peradangan sinus paranasal.

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi

virus, bakteri maupun jamur. Sinusitis Frontalis merupakan infeksi atau peradangan

di daerah sinus frontal

Terdapat empat sinus disekitar hidung yaitu sinus maksilaris (terletak di pipi),

sinus etmoidalis (di antara kedua mata), sinus frontalis (terletak di dahi) dan sinus

sfenoidalis (terletak di belakang dahi). Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari

keempat sinus yang ada (maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis).

2. Anatomi dan fisiologi sinus frontalis

Sinus frontalis berada di tulang frontalis, berbeda dalam bentuk dan

kedalamannya, berbentuk piramida dengan apeks diatas. Terdapat septum diantara

kedua sinus, dasar dari kedua sinus frontalis merupakan atap dari orbital. Dinding

postero-superior sinus frontalis dibentuk oleh tulang bagian anterior fossa cranial.

Saluran berada didasar sinus, jalan melalui duktus fronto-nasal dan melalui meatus

medius atau infundibulum ethmoidalis 2,6.

Kapasitas sinus frontalis rata-rata 4-7 ml, dengan ukuran 2,8 cm tingginya,

lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Perbedaan ukuran antara cavitas kanan dan kiri

dapat ditemukan pada orang yang sama. Sinus frontalis biasanya berseptum dan tepi

sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk pada

dinding sinus menunjukkan adanya infeksi sinus 1,6.

Sinus paranasal diperdarahi oleh arteri carotis interna dan eksterna serta vena

yang menyertainya seperti a. ethmoidalis anterior, a. ethmoidalis posterior dan a.

sfenopalatina 1,6.

Page 4: Sinusitis Frontalis

3

Fungsi dari sinus paranasal: 1,2

− Pengkondisian udara

− Sebagai penahan suhu

− Meringankan tengkorak

− Resonansi suara

− Peredam perubahan tekanan udara

− Membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung

Gambar 1. Sinus paranasalis tampak depan 5

3. Predisposisi

Sinusitis lebih sering disebabkan adanya faktor predisposisi seperti : 4

1) Gangguan fisik akibat kekurangan gizi, kelelahan, atau penyakit sistemik.

2) angguan faal hidung oleh karena rusaknya aktivitas silia oleh asap rokok, polusi

udara, atau karena panas dan kering.

3) Kelainan anatomi yang menyebabkan gangguan saluran seperti :

a) Atresia atau stenosis koana

b) Deviasi septum

Page 5: Sinusitis Frontalis

4

c) Hipertroti konka media

d) Polip yang dapat terjadi pada 30% anak yang menderita fibrosis kistik

e) Tumor atau neoplasma

f) Hipertroti adenoid

g) Udem mukosa karena infeksi atau alergi

h) Benda asing

4) Berenang dan menyelam pada waktu sedang pilek

5) Trauma yang menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

6) Kelainan imunologi didapat seperti imunodefisiensi karena leukemia dan

imunosupresi oleh obat.

4. Penyebab 5

Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang)

maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun).

Penyebab sinusitis akut:

o Infeksi virus

- Sinusitis akut bisa terjadi setelah suatu infeksi virus pada saluran pernafasan

bagian atas (misalnya pilek).

o Bakteri

- Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan

normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,

Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase

dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang

sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam

sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.

o Infeksi jamur

- Kadang infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut. Aspergillus merupakan

jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan sistem

Page 6: Sinusitis Frontalis

5

kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi

alergi terhadap jamur.

o Peradangan menahun pada saluran hidung.

- Pada penderita rinitis alergika bisa terjadi sinusitis akut. Demikian pula halnya

pada penderita rinitis vasomotor.

o Penyakit tertentu.

- Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan dan

penderita kelainan sekresi lendir (misalnya fibrosis kistik).

Penyebab sinusitis kronis:

o Asma

o Penyakit alergi (misalnya rinitis alergika)

o Gangguan sistem kekebalan atau kelainan sekresi maupun pembuangan lendir.

5. Gejala

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika

penderita bangun pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari kemudian

perlahan-lahan mereda hingga menjelang malam hari. Sinusitis akut dan kronis

memiliki gejala yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang

terkena. Pada sinusitis frontalis sakit didahi 7,8.

a. Gejala akut 7:

Sakit kepala yang berat di dahi, gejalanya memberat jika menunduk dan

menekan di area antara kedua mata dekat hidung, gejala akan berkurang jika

mengangkat kepala, pilek (rinore), Demam (biasa tetapi tidak selalu muncul), post

nasal drip (cairan hidung), memberatnya gejala berhubungan dengan sakit kepala

yang berat, pandangan terganggu, perubahan mental yang ringan (dapat

mengindikasikan terjadinya penyebaran infeksi ke otak).

b. Gejala kronik 7:

Persisten dan sakit kepala derajat ringan, riwayat trauma di daerah sinus.

Perluasan infeksi ke tempat lain dapat terjadi secara langsung dari ulserasi, nekrosis

Page 7: Sinusitis Frontalis

6

dinding sinus, atau hematogen. Sekret di hidung dan post nasal drip, rasa tidak

nyaman di faring, pendengaran terganggu.

Faktor yang menyebabkan sinusitis akut berubah menjadi kronis ialah 4:

1) Sinusitis akut yang berulang.

2) Gangguan saluran.

3) Pengobatan yang tidak adekuat.

4) Ada penyakit sistemis seperti diabetes melitus dan leukemia

Demam dan menggigil menunjukkan bahwa infeksi telah menyebar ke luar

sinus. Selaput lendir hidung tampak merah dan membengkak dan dari hidung

mungkin keluar nanah berwarna kuning atau hijau7.

6. Komplikasi 4

Saat ini komplikasi sinusitis jarang terjadi karena adanya antibiotika spektrum luas.

Komplikasi sinusitis biasanya terjadi pada sinusitis akut. Timbulnya komplikasi

karena terapi yang tidak adekuat atau terlambat. Harus waspada jika ada gejala seperti

di bawah ini :

1) Sakit kepala menyeluruh yang menetap.

2) Muntah.

3) Kejang.

4) Panas tinggi atau menggigil.

5) Udema atau bertambahnya pembengkakan di daerah dahi atau kelompak

mata.

6) Penglihatan kabur, diplopia, atau sakit di daerah retrobulber yang menetap.

7) Tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial.

Komplikasi yang dapat ditemukan :

1) Penyebaran ke arah mata: Pada anak-anak komplikasi yang paling sering ialah ke

arah mata sebagai perluasan infeksi dari sinus

Page 8: Sinusitis Frontalis

7

2) Osteomyelitis dan sub-periostal abses: Sering disebabkan oleh sinusitis frontalis,

kadang-kadang oleh sinusitis maksilaris yang asalnya gigi molar.

3) Komplikasi ke arah kranial:

- Meningitis

- Abses ekstradural dan subdural.

- Abses otak.

- Trombosis sinus kavernosus.

7. Pemeriksaan

a. Inspeksi

Yang diperhatikan adalah pembengkakan di kelopak mata atas mungkin

menunjukkan sinusitis frontal akut1

b. Palpasi

Pada sinusitis frontalis terdapat nyeri tekan pada dasar sinus frontal, yaitu

pada bagian medial atap orbita1

c. Perkusi

Dengan perkusi pada lokasi sinus frontalis yang terinfeksi akan memberikan

rasa nyeri yang hebat 8

d. Transluminasi (Diaphanoscopia)

Transluminasi pada daerah atap dari orbita jika memberikan gambaran yang

terang menunjukkan sinus frontalis berkembang dengan baik dan normal,

namun jika gambarannya gelap menunjukkan sinus tidak berkembang atau

adanya pus, mukosa yang menebal ataupun terdapatnya neoplasma 1,3.

e. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu menegakkan diagnosa sinusitis

frontalis adalah sebagai berikut 9;

1. Posisi Caldwell

Posisi ini didapt dengan meletakkan hidung dan dahi diatas meja

sedemikian rupa sehingga garis orbito-meatal (yang menghubungkan

Page 9: Sinusitis Frontalis

8

kantus lateralis mata dengan batas superior kanalis auditorius eksterna)

tegak lurus terhadap film. Sudut sinar rontgen adalah 15 derajat

karniokaudal dengan titik keluarnya nasion.

Gambar 2. Posisi Caldwell 10

2. Posisi Waters

Posisi ini yang paling sering digunakan. Maksud dari posisi ini adalah

untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak dibawah antrum

maksila. Hal ini didapatkan dengan menengadahkan kepala pasien

sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Bidang yang

melalui kantus medial mata dan tragus membentuk sudut lebih kurang 37

derajat dengan film.proyeksi waters dengan mulut terbuka memberikan

pandangan terhadap semua sinus paranasal.

Page 10: Sinusitis Frontalis

9

Gambar 3. Gambaran rontgen posisi waters dengan mulut terbuka 11

Gambar 4. Posisi Waters 10

3. Posisi lateral

Kaset dan film diletakkan paralel terhadap bidang sagital utama

tengkorak.

Page 11: Sinusitis Frontalis

10

Gambar 5. Posisi lateral10

f. CT-SCAN 1

Lebih akurat untuk melihat kelainan sinus, namun harganya lebih mahal.

8. Pengobatan

Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan

menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara konservatif dan

pembedahan

Pengobatan konservatif terdiri dari 4:

1. Istirahat yang cukup dan udara di sekitarnya harus bersih dengan kelembaban

yang ideal 45- 55%.

2. Antibiotika yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.

3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.

4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih

daripada 5 hari karena dapat terjadi rebound congestion dan rinitis

medikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat

timbul rasa nyeri, rasa terbakar, dan rasa kering karena atrofi mukosa dan

kerusakan silia.

Page 12: Sinusitis Frontalis

11

5. Antihistamin jika tersangka ada faktor alergi.

6. Kortikosterioid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang agak parah.

Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis, otitis

media kronika, bronkitis kronis, atau ada komplikasi seperti abses orbita atau

komplikasi abses intracranial 4.

Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran saluran sinus

paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi

dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-"ESS = functional endoscopic sinus

surgery) 4

Teknologi balloon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis,

Teknologi ini, sama dengan Balloon Angioplasty untuk jantung, menggunakan kateter

balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus,

memulihkan saluran pembuangan sinus yang normal dan fungsi-fungsinya. Ketika

balon mengembang, ia akan secara perlahan mengubah struktur dan memperlebar

dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. Menurut dr Huang

metode ini sangat ideal untuk mengatasi masalah pada sinus frontal 12.

Page 13: Sinusitis Frontalis

12

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

• Sinusitis frontalis merupakan infeksi atau radang di sinus frontal

• Sinus frontalis berbentuk piramid dengan apeks diatas, berjumlah 2 buah

dengan ukuran tidak simetris dan terdapat sekat/septum ditengah dengan

lokasi diatas orbita.

• Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika

penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala

yang sama, yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena.

Pada sinusitis frontalis sakit didahi

• Komplikasi yang dapat timbul akibat sinusitis berupa penyebaran infeksi ke

mata, osteomielitis dan sub-periosteal abses dan komplikasi kearah kranial

• Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, transluminasi,

radiologi dan CT-SCAN

• Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala, memberantas infeksi, dan

menghilangkan penyebab. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara

konservatif dan pembedahan

2. Saran

• Edukasi dapat diberikan pada masyarakat mengenai sinusitis frontalis untuk

menghindari faktor penyebab maupun faktor predisposisi terjadinya sinusitis

frontalis

• Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada penderita sinusitis frontalis

untuk mencapai hasil terapi yang maksimal dan menghindari terjadinya

komplikasi

Page 14: Sinusitis Frontalis

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sinus Paranasal. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima. Editor: Soepardi EA, Iskandar N. Jakarta: Gaya baru; 2001. 115-124

2. Shyamal, Kumar DE. Fundamental of Ear, Nose and Throat & Head-Neck Surgery. Calcuta: The New Book Stall; 1996. 191-8

3. Rukmini S, Herawat S. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung & Tenggorok. Jakarta: EGC; 2000. 26-48

4. Tadjudin OA. Batuk Kronik Pada Anak Ditinjau Dari Bidang THT. 1992. Http://www.kalbe.co.id [diakses tanggal 30 November 2008]

5. Blogsome. About Sinusitis. 2008. Http://www.mixingblogging.blogspot.com [diakses tanggal 30 November 2008]

6. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose And Throat Disease . Second Revised Edition. New York: Thieme; 1994. 170-7

7. Adam. Sinusitis. 2008. Http://www.adam.about.com [diakses tanggal 30 November 2008]

8. Hilger PA. Penyakit Sinus Paranasalis. Dalam: BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Editor: Harjanto Effendi. Jakarta: EGC; 1997. 244-5

9. Laszlo I. Radiologi Daerah Kepala dan Leher. Dalam: Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepal & Leher Jilid 2. Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. 2-9

10. Alford BR. Core Curriculum Syllabus: Nose and Paranasal Sinuses. Http://www.Bcm.Edu [diakses tanggal: 12 Desember 2008]

11. Putz RV, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA Kepala, Leher, Ekstremitas Atas Jilid 1. Edisi 21. Editor: Suyono YJ. Jakarta: EGC; 2000. 94

12. Chyuan HS. Baloon Sinuplasty. 2008. Http://www.entsurgery.com.sg [Diakses tanggal 30 November 2008]

© Files of DrsMed – FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk