Download - SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

Transcript
Page 1: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR

PADA KEMASAN KARDUS DAN KERANJANG PLASTIK

SANDRO PANGIDOAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,
Page 3: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Simulasi Transportasi

Cabai Keriting Segar pada Kemasan Kardus dan Keranjang Plastik adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Sandro Pangidoan

NIM F152130336

Page 4: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

RINGKASAN

SANDRO PANGIDOAN. Simulasi Transportasi Cabai Keriting Segar pada

Kemasan Kardus dan Keranjang Plastik. Dibimbing oleh SUTRISNO dan Y.

ARIS PURWANTO.

Cabai merah adalah salah satu komoditas pertanian yang dibutuhkan

masyarakat Indonesia dan bernilai ekonomis tinggi. Cabai merah termasuk

komoditas mudah rusak dan biasanya dibutuhkan dalam bentuk segar, maka cara

pengemasan dan transportasi menjadi titik kritis pascapanen untuk menjaga

kesegaran produk pada saat didistribusikan sampai ke tangan konsumen. Tujuan

penelitian ini adalah melakukan investigasi kondisi getaran pada proses

transportasi di lapangan dan melakukan simulasi transportasi di laboratorium serta

menganalisis pengaruh transportasi dan pengemasan terhadap susut bobot,

kekerasan, derajat warna dan kadar air cabai keriting segar.

Penelitian dilaksanakan di lapangan (kebun cabai di Cibedug sampai Pasar

Induk Kemang) dan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil

Pertanian (TPPHP) TMB IPB. Pengemasan curah dilakukan dengan dua jenis

kemasan yaitu kemasan karton (kardus) dan keranjang plastik. Data getaran yang

terjadi selama transportasi di lapang direkam menggunakan Android Smartphone

(Vibrometer Pro 2.4.6). Selanjutnya data tersebut digunakan sebagai acuan untuk

melakukan simulasi transportasi di laboratorium. Setelah dilakukan simulasi

transportasi, sampel cabai disimpan pada suhu ruang selama 2 minggu untuk

melihat perubahan kualitasnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simulasi transportasi dapat

merepresentasikan transportasi langsung di lapangan dengan kondisi getaran yang

sama. Susut bobot terjadi di setiap perlakuan kemasan dan transportasi meskipun

hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan kemasan dan transportasi tidak

berbeda nyata terhadap susut bobot cabai. Kemasan kardus menunjukkan hasil

yang lebih baik dalam menekan susut bobot dibandingkan keranjang plastik.

Kekerasan pada cabai keriting segar mengalami penurunan setelah transportasi,

akan tetapi analisis sidik ragam menunjukkan bahwa jenis kemasan dan

transportasi tidak berbeda nyata terhadap kekerasan cabai. Penurunan kekerasan

tampak jelas setelah dilakukan penyimpanan setelah transportasi pada suhu ruang.

Derajat warna (nilai L,a,b) mengalami perubahan setelah transportasi, akan tetapi

dari analisis sidik ragam hanya derajat warna b yang berbeda nyata terhadap

perlakuan transportasi. Penurunan kadar air berkorelasi dengan susut bobot yang

terjadi akibat transportasi dan lebih tampak lagi setelah dilakukan penyimpanan.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan susut bobot, kekerasan,

warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi.

Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi, getaran

Page 5: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

SUMMARY

SANDRO PANGIDOAN. Transportation simulation for Fresh Curly Chili on

Cardboard and Plastic Crate Packaging. Supervised by SUTRISNO and Y. ARIS

PURWANTO.

Chili is the one of agricultural commodity which is daily needed by

Indonesian people and therefore has high economic value. Chili is perishable

product and almost consumed as fresh product. For that reason, packaging and

transportation become a postharvest critical point in order to maintain the

freshness during from farmer to consumer. The objective of this study were to

investigate vibration in transportation, transport simulation with bulk packaging

for fresh chili and to evaluate the effect of transportation and packaging on weight

losses, firmness, colour and water content of fresh chili.

This study was conducted in real transportation mode (Cibedug Farm –

Kemang Market) and in the laboratory (IPB). Bulk packaging transportation was

performed in cardboard box and plastic crate. Vibration data during transportation

was recorded using Android Smartphone (Vibrometer Pro 2.4.6). Recorded

vibration was used to different packagings i.e cardboard box and plastic crate as

data for transport simulation in the laboratory. After transportation simulation,

chili was stored in room temperature for 2 weeks to observe its quality changes.

The result shows that transportation simulation could represent real

transportation mode with the same vibrate condition. Weight losses were occured

in every packaging and transportation treatments although statistical analysis

showed that it was not significant. Cardboard box shows better result than plastic

crate in maintaining weight losses. Firmness of fresh curly chili decreased in each

packagings and doing transportation. However, statistical analysis shows it’s not

significant. The decreases in firmness were observed clearly after stored in room

temperature. Color value (L, a, b value) changed after transportation but from the

statistical analysis, only b color value was significant for transportation treatment.

The decreases in water content have correlation with weight losses and this

phenomenon was observed more clearly after 14 days. It was concluded that the

change in weight losses, firmness, color and water content was not found clearly

after transportation process.

Keywords: Red chili, postharvest, packaging, transportation simulation, vibration

Page 6: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Pascapanen

SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR

DENGAN KEMASAN KARDUS DAN KERANJANG PLASTIK

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

SANDRO PANGIDOAN

Page 8: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis : Dr Ir M Solahudin MSi

Page 9: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

Judul Tesis : Simulasi Transportasi Cabai Keriting Segar pada Kemasan Kardus

dan Keranjang Plastik

Nama : Sandro Pangidoan

NIM : F152130336

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr

Ketua

Dr Ir Y Aris Purwanto, MSc

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Pascapanen

Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

25 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

Page 10: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan

Yesus Kristus atas segala kasih karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil

diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan

Maret 2014 ini ialah tentang transportasi dan pengemasan, dengan judul Simulasi

Transportasi Cabai Keriting Segar pada Kemasan Kardus dan Keranjang Plastik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Sutrisno, MAgr dan

Bapak Dr Ir Y Aris Purwanto, MSc selaku pembimbing I dan II dalam

bimbingannya selama ini serta bantuan dana penelitian yang diberikan untuk

mengerjakan penelitian ini sampai selesai. Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. M.

Solahudin, M.Si sebagai dosen penguji atas saran dan koreksi yang diberikan.

Terima kasih pula untuk Pak Sulyaden dan Mas Abas atas bantuannya di Lab

selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua

orang tua penulis, Bajongga B. Siahaan, SE MM dan Ritha Siagian, saudara-

saudaraku, William Siahaan SE, Gabe Siahaan ST dan Nakkok Siahaan. Terima

kasih juga saya sampaikan untuk teman-teman seperjuangan Program Fast track

TMB IPB, TPP 2012 dan TPP 2013 semuanya atas kerjasamanya selama

perkuliahan dan penelitian ini. Terima kasih untuk Mongkus atas kerjasamanya

selama ini. Terima kasih untuk Debora Dian S. atas semangat dan perhatiannya.

Semua ucapan ini layak untuk saudara-saudara terima atas bantuannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Sandro Pangidoan

Page 11: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

Pascapanen cabai merah segar 3

3 METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan 5

Alat 5

Prosedur Penelitian 6

Pengemasan Cabai Keriting Segar 7

Pengamatan 8

Rancangan Percobaan 10

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Getaran Selama Transportasi 11

Hubungan antara MMI dengan Frekuensi dan Amplitudo 13

Suhu dan RH Transportasi 16

Perubahan Mutu Produk 17

Susut bobot 17

Perubahan Kekerasan 19

Perubahan Warna 21

Kadar Air 25

5 SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

RIWAYAT HIDUP 35

Page 12: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi cabai besar (ton) 2009-2011 1 2 Persyaratan mutu cabai merah segar 2

DAFTAR GAMBAR

1 Cabai merah keriting segar di kebun 5 2 Kemasan yang digunakan untuk penelitian 6 3 Diagram alir penelitian 7 4 Pengemasan cabai merah segar 8

5 Penimbangan dengan menggunakan timbangan Camry 30 kg 9 6 Pengukuran kekerasan cabai merah keriting 9 7 Data getaran selama transportasi langsung di lapangan 11

8 Getaran simulasi transportasi di laboratorium 12 9 Hubungan amplitudo dengan MMI pada f = 3.2 Hz 14

10 Hubungan amplitudo dengan MMI pada f = 4 Hz 14

11 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 3 cm 15 12 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 3.5 cm 15 13 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 4 cm 15

14 Suhu dan RH selama transportasi langsung 16 15 Suhu dan RH selama simulasi transportasi 17

16 Susut bobot cabai keriting segar 19

17 Susut bobot cabai setelah penyimpanan 19

18 Perubahan kekerasan setelah penyimpanan 21 19 Perubahan derajat warna L setelah penyimpanan 22

20 Perubahan derajat warna a setelah penyimpanan 23 21 Perubahan derajat warna b setelah penyimpanan 24 22 Perubahan derajat kromatis (C*) setelah penyimpanan 24

23 Perubahan derajat hue setelah penyimpanan 25

24 Perubahan kadar air cabai setelah penyimpanan 26 25 Model regresi susut bobot dan kadar air 27

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis sidik ragam susut bobot cabai keriting segar 31

2 Uji DMRT susut bobot cabai keriting segar 31 3 Analisis sidik ragam kekerasan cabai keriting segar 31 4 Uji DMRT kekerasan cabai keriting segar 31

5 Analisis sidik derajat warna L cabai keriting segar 32 6 Uji DMRT derajat warna L cabai keriting segar 32

7 Analisis sidik ragam derajat warna a cabai keriting segar 32 8 Uji DMRT derajat warna a cabai keriting segar 32 9 Analisis sidik derajat warna b cabai keriting segar 32

10 Uji DMRT derajat warna b cabai keriting segar 33 11 Analisis sidik ragam kadar air cabai keriting segar 33

12 Uji DMRT kadar air cabai keriting segar 33 13 Alat - alat yang digunakan pada penelitian ini 33

Page 13: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk salah satu komoditas sayuran

yang mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga cukup luas diusahakan oleh

petani. Manfaat dan kegunaan cabai tidak dapat digantikan dengan komoditas

lainnya, sehingga konsumen akan tetap membutuhkannya. Dengan melihat potensi

dan peluang pasar cabai di Indonesia, maka komoditas ini dapat dijadikan salah

satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia. Untuk mewujudkannya perlu

diusahakan budidaya dengan anjuran teknologi yang tepat agar didapatkan

kualitas dan mutu hasil sesuai dengan standar mutu (SNI 01-4480-1998).

Perkembangan produktivitas cabai pada tahun 2012 – 2013 di 5 provinsi dengan

produksi tertinggi di Indonesia serta total produksi di Indonesia disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan produktivitas cabai 2012-2013 (BPS 2013)

Provinsi

2012 2013

Luas

panen Produksi Produktivitas

Luas

panen Produksi Produktivitas

(Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha)

Sumatera

Utara 22129 245773 11.11 21254 198879 9.36

Jawa Barat 22927 291907 12.73 26256 374669 14.27

Jawa Tengah 38895 215129 5.53 39022 230398 5.90

Jawa Timur 63185 343714 5.44 64114 329177 5.13

Indonesia 242366 1656615 6.84 249232 1726382 6.93

Cabai merah adalah produk yang mudah rusak dan biasanya dibutuhkan

dalam bentuk segar sehingga pengemasan dan transportasi menjadi titik kritis

pascapanen untuk menjaga kesegaran produk saat didistribusikan sampai ke

konsumen. Jarak antara sentra produksi cabai dengan pasar yang tidak dekat

sehingga potensial menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu, transportasi yang

tepat menjadi hal yang harus diperhatikan dengan seksama (Pangidoan et al. 2013).

Menurut SNI 1998, untuk dipasarkan di pasar lokal cabai merah segar

dikemas dalam karung plastik dengan berat isi berkisar antara 25-40 kg. Cabai

juga dikemas menggunakan karton yang diberi lubang ventilasi yang disesuaikan

dengan permintaan konsumen apabila dipasarkan ke tempat yang jauh.

Pengemasan yang terjadi di lapangan menggunakan karung bekas dan

pengisiannya ditekan sehingga cabai patah ketika dikeluarkan, ini mempengaruhi

kualitas cabai yang akan dipasarkan (Pangidoan et al. 2013). Persyaratan mutu

cabai merah segar menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) disajikan pada Tabel

2.

Page 14: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

2

Tabel 2 Persyaratan mutu cabai merah segar

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II Mutu III

1. Keseragaman warna % Merah ≥ 95 Merah ≥ 95 Merah ≥ 95

2. Keseragaman bentuk % Seragam

(98)

Seragam

(96)

Seragam

(95)

3. Keseragaman ukuran % 98 normal 96 normal 95 normal

a. Cabai merah besar segar

Panjang buah cm 12-14 11-13 < 9

Garis tengah pangkal cm 1.5-1.7 1.3-1.5 < 1.3

b. Cabai merah keriting

Panjang buah cm 12-17 10-11 < 10

Garis tengah pangkal cm 1.3-1.5 1.0-1.3 < 1.0

4. Kadar kotoran

Cabai merah besar segar % 0 1 2

Cabai merah keriting % 0 1 2 Sumber : SNI No. 01-4480-1998

Produk segar biasanya diangkut menggunakan moda transportasi darat yaitu

dari petani ke konsumen, yang harus diperhatikan bahwa produk segar tetap dalam

kualitas terbaik dan dipertahankan kondisinya selama transportasi (Sirivatanapa

2006). Perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat

mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditas buah-buahan segar

saat sampai di tempat tujuan mencapai kurang lebih 30-50% (Soedibyo 1992).

Menurut Siswadi (2007) penanganan pascapanen produk hortikultura di Indonesia

belum mendapat perhatian yang cukup, ini terlihat dari kerusakan pascapanen

yang masih besar yakni antara 25-28%. Rahman et al. (2012) menyatakan

kehilangan hasil pascapanen produk rempah (spices) pada negara berkembang

mencapai 20-50%, sedangkan pada negara maju 5-25%. Kualitas buah dan

sayuran dapat menurun selama transportasi karena terjadinya kerusakan fisik dan

biologis yang disebabkan oleh getaran (Jung et al. 2012). Beberapa peneliti

menyatakan 25% produk segar hilang setelah panen, terutama selama pemanenan

atau transportasi dari lapangan ke pasar jika tidak dilakukan pengemasan dengan

baik (Techawongstien 2006). Guncangan yang terjadi selama pengangkutan di

jalan raya dapat mengakibatkan kememaran, susut bobot dan memperpendek masa

simpan (Purwadaria 1992). Besar kecilnya kememaran selama pengangkutan

tergantung pada frekuensi, amplitudo dan lamanya getaran, amplitudo getaran

dasar peti, ketinggian buah dalam wadah, dan sifat-sifat buahnya (Pantastico

1989).

Alat simulasi transportasi dirancang untuk memperoleh gambaran tentang

kerusakan mekanis yang diterima produk hortikultura apabila terkena guncangan.

Produk hortikultura mudah sekali rusak setelah dipanen, kerusakan ini dapat

dipercepat dengan adanya luka dan memar setelah mengalami pengangkutan dari

kebun ke tempat pemasaran (Purwadaria 1992). Komponen pada kendaraan yang

memiliki pengaruh yang terbesar adalah getaran secara vertikal (Vursavus dan

Ozguven 2004), sebelumnya ini juga dinyatakan Soedibyo (1992) bahwa

guncangan yang dominan pada simulasi tranportasi dengan truk adalah guncangan

Page 15: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

3

vertikal. Penelitian tentang kerusakan pada produk yang disebabkan oleh getaran

transportasi telah dilakukan pada buah persik (Choi et al. 2010), apel (Vursavus

dan Ozguven 2004), alpukat (Fauzia et al. 2013), semangka (Shahbazi et al. 2010)

dan buah pir (Berardinelli et al. 2005; Kim et al. 2010).

Penelitian simulasi transportasi di Indonesia pada umumnya menggunakan

data sekunder dari BPPT tentang kondisi jalan untuk transportasi yang

mengakibatkan guncangan pada truk. Pendekatan tersebut dilakukan untuk

menyederhanakan kondisi yang kompleks yang terjadi selama transportasi,

dimana sebagai contoh transportasi selama 8 jam dapat diwakili dengan simulasi

transportasi selama 4 jam dengan kondisi getaran tertentu. Kekurangan dari

pendekatan tersebut diketahui bahwa akan terdapat perbedaan kualitas produk

apabila dilakukan transportasi selama 8 jam dan simulasi transportasi selama 4

jam. Penyederhanaan tersebut diketahui tidak dapat mewakili secara menyeluruh

transportasi yang terjadi sehingga diperlukan pendekatan secara langsung.

Penelitian ini mencoba memberikan cara pendekatan baru dengan melakukan

investigasi secara langsung kondisi getaran pada proses transportasi kemudian

menyelaraskan dengan simulasi transportasi agar diperoleh kondisi yang lebih

mendekati kejadian sebenarnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengamati kondisi getaran pada proses

transportasi di lapang, melakukan simulasi transportasi berdasarkan data

transportasi di lapang dan menganalisis pengaruh transportasi dan pengemasan

terhadap susut bobot, kekerasan, derajat warna dan kadar air cabai keriting segar.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah menjadi acuan untuk melakukan simulasi

transportasi dengan melihat dan menggunakan data transportasi di lapang dan

memberi informasi tentang kemasan yang baik untuk mengangkut cabai dari

kebun cabai sampai ke pasar.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pascapanen cabai merah segar

Penanganan pascapanen pada cabai merah meliputi panen, sortasi,

pengkelasan mutu (grading), pengemasan, transportasi dan penyimpanan. Tujuan

utama dari penanganan pascapanen adalah mengurangi kehilangan dan kerusakan

produk, dimana besarnya kehilangan produk sangat bervariasi tergantung pada

komoditas dan tempat produksinya (Nurdjannah 2014). Rahman et al. (2012)

menyatakan bahwa kehilangan pascapanen produk rempah (spices) pada negara

berkembang mencapai 20-50%, sedangkan pada negara yang maju mencapai 5-

25%. Penyebab utama susut pascapanen adalah kurang tepatnya penanganan

pascapanen, transportasi, pengemasan dan fasilitas penyimpanan yang minim

(Nurdjannah 2014).

Page 16: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

4

Pelaku penanganan dan konsumen memberikan peranan penting dalam

menjaga kualitas cabai seperti warna, kesegaran dan tekstur selama proses

penanganan dan penyimpanan (Sigge et al. 2001). Utama (2001) menyatakan

penanganan pascapanen harus dilakukan secara hati-hati untuk memperoleh buah-

buahan segar dan mempunyai kualitas yang tinggi. Penanganan yang kasar dapat

mempengaruhi kualitas produk baik secara morfologis (panjang, diameter, volume

dan bobot), mekanis (ketahanan produk terhadap benturan dan goresan) dan

fisiologis. Keberhasilan dari penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan

integrasi yang tepat dari seluruh tahapan pascapanen yaitu dari operasi panen

sampai ke konsumen untuk mempertahankan mutu produk. Penanganan

pascapanen cabai yang tidak tepat dapat mengakibatkan susut dari produk segar

tersebut, dimana Purwanto et al. (2012) menyatakan bahwa kehilangan

pascapanen produk cabai di Jawa Barat mulai dari tahapan panen, sortasi,

transportasi dan penyimpanan mencapai 20.2% sampai 22.6%.

Penyimpanan pada produk segar dilakukan tidak untuk meningkatkan mutu

dari produk tersebut akan tetapi hanya mempertahankan mutunya saja. Suhu

optimal dalam penyimpanan cabai adalah 7-10°C dengan RH 90-95%

(Jansasithorn et al. 2010; Walker 2010), 5-10°C (Thompson 2002) dan 7-13°C

(Gonzalez-Aguilar 2013). Penyimpanan di atas suhu 13°C akan mengakibatkan

kerusakan yang cepat dan terinfeksi bakteri busuk lunak selama penyimpanan

(Gonzalez-Aguilar 2013). Chilling injury pada cabai merah (Capsicum Annum L.)

terjadi pada penyimpanan di bawah suhu 7°C (45°F) (Gonzalez-Aguilar 2013).

Pengemasan dilakukan untuk mempertahankan mutu dari produk bukan

memperbaiki mutu produk. Beberapa jenis kemasan transportasi digunakan dalam

proses penanganan pascapanen cabai, jenis kemasan tersebut berupa karton

bergelombang, karung plastik (polietilen), dan kantung plastik untuk kemasan

retail (Walker 2010). Krat plastik memberikan perlindungan yang lebih baik

terhadap luka fisik dari wadah lain karena permukaannya yang halus dan

penanganannya yang mudah (Antonio 2013). Jenis kemasan transportasi yang

digunakan di Bangladesh untuk mengangkut cabai hijau adalah karung goni dan

kardus karton besar (Rahman et al. 2012). Kemasan yang digunakan di Indonesia

untuk cabai adalah karung plastik, jala/jaring plastik dan kardus daur ulang

dengan kapasitas 30-60 kg (Purwanto et al. 2012). Penelitian kemasan cabai yang

telah dipublikasikan lebih banyak menggunakan kemasan plastik dengan kapasitas

250-500 gram. Jenis plastik yang telah diteliti adalah polietilen (PE) (Rahman et

al. 2012), polietilen berdensitas rendah (LDPE) (Manolopoulou et al. 2010), PVC

(Taksinamanee et al. 2006; Manolopoulou et al. 2010) dan polipropilen (PP)

(Rahman et al. 2012). Menurut penelitian-penelitian tersebut, jenis plastik

polietilen lebih baik dalam menjaga kualitas cabai (Capsicum annuum L.)

dibandingkan jenis plastik LDPE dan PVC.

3 METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni 2014 di kebun cabai di

Cibedug, Bogor sampai Pasar Induk Kemang, Bogor untuk transportasi di lapang

Page 17: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

5

dan di laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor untuk simulasi

transportasi.

Bahan

Bahan baku utama yang digunakan adalah cabai merah keriting segar yang

berasal dari Cibedug, Bogor dan Desa Cangkurawok, Dramaga dengan tingkat

kematangan 100% yaitu 90 HST (hari setelah tanam). Cabai diambil langsung

setelah dipanen dan disortasi berdasarkan keseragaman bentuk, ukuran dan warna.

Cabai yang telah disortasi kemudian dikemas dan dibawa menuju Pasar Induk

Sayuran Bogor, Pasar Kemang. Cabai yang dibawa untuk percobaan di

laboratorium berasal dari Desa Cangkurawok yang dekat dengan laboratorium

agar diperoleh cabai dengan kualitas baik tanpa adanya kerusakan karena

pengangkutan dari lahan. Gambar 1 menunjukkan cabai merah segar di kebun

setelah proses panen dan akan dilakukan sortasi.

Gambar 1 Cabai merah keriting segar di kebun

Alat

Peralatan yang digunakan terdiri atas mobil pick up dengan bak terbuka

untuk pengangkutan di lapang, meja simulator getar, stopwatch, timbangan Camry

ACS-30-JC-33 kapasitas 30 kg, oven, timbangan digital, dan desikator,

Rheometer tipe CR-300DX, Chromameter, dan Hobo Data Logger. Untuk

mengukur getaran yang diperoleh di lapangan digunakan dua buah Android

Smartphone Samsung GT I8262 dengan aplikasi Vibrometer Pro Version 2.4.6

secara vertikal dan horizontal. Peralatan-peralatan yang digunakan pada penelitian

ini disajikan pada Lampiran 13.

Penelitian menggunakan dua jenis kemasan yaitu plastic crate (keranjang

plastik) dan kemasan karton (kardus) untuk pengemasan curahnya. Spesifikasi

dari kemasannya adalah sebagai berikut. Kemasan karton single flute memiliki

ukuran 42 cm x 33 cm x 25 cm dengan kapasitas 8 kg cabai. Keranjang plastik

berventilasi yang digunakan adalah keranjang yang memiliki kapasitas 8 kg

dengan ukuran 49 cm x 39 cm pada lapisan atas dan 41 cm x 30 cm pada lapisan

bawah dengan tinggi 21 cm. Dua jenis kemasan tersebut yaitu keranjang plastik

dan kardus disajikan pada Gambar 2.

Page 18: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

6

(a) (b)

Gambar 2 (a) keranjang Plastik ; (b) kemasan kardus

Prosedur Penelitian

Cabai keriting segar yang telah dipanen disortasi untuk memperoleh cabai

keriting segar yang seragam. Sampel cabai diambil untuk dilakukan pengukuran

kadar air, warna dan kekerasan sebagai kontrol sebelum melakukan transportasi.

Cabai dimasukkan ke dalam setiap kemasan (kemasan karton dan keranjang

plastik) dengan bobot setiap kemasan 8 kg, kemudian ditutup menggunakan

perekat agar saat transportasi cabai tidak tercecer keluar. Setiap kemasan

ditimbang untuk mengetahui berat awal dari cabai yang telah dikemas, selanjutnya

kemasan diletakkan di mobil pengangkut (pick up). Alat pengukur getaran

berbasis android dipasang pada kemasan pada 2 posisi, vertikal dan horizontal.

Alat pengukur suhu dan kelembaban juga dipasang pada kemasan untuk

mendapatkan sebaran suhu selama proses transportasi. Setelah proses transportasi

selesai, kemasan akan kembali ditimbang untuk mengetahui susut bobot yang

terjadi setelah proses transportasi. Data transportasi melalui aplikasi android

(vibrometer) direkam selama perjalanan transportasi, data tersebut menjadi acuan

untuk melakukan simulasi transportasi di laboratorium. Data suhu dan RH diukur

untuk mengetahui kondisi lingkungan selama transportasi berlangsung. Setelah

transportasi, dilakukan sampling untuk pengukuran kekerasan, kadar air dan

warna di laboratorium.

Simulasi transportasi dilakukan di atas simulator getar berdasarkan data

getaran selama transportasi di lapang. Data kondisi getaran di lapang

disederhanakan menjadi grafik blok getaran sehingga dapat diterapkan pada

simulasi transportasi. Proses panen, sortasi, pengambilan sampel, dan pengemasan

dilakukan sama seperti transportasi di lapang. Kemasan ditimbang untuk

mengetahui berat awal cabai yang akan diangkut kemudian kemasan diletakkan ke

alat simulator getar. Alat pengukur suhu dan pengukur getaran juga dipasang

selama simulasi berlangsung. Setelah simulasi selesai, kemasan ditimbang untuk

mengetahui susut bobot yang terjadi setelah simulasi transportasi. Selanjutnya

dilakukan pengujian pada sampel cabai yang sudah ditentukan secara acak untuk

mengukur kekerasan, kadar air dan warna dari cabai tersebut. Setelah cabai

mengalami simulasi transportasi, cabai disimpan dalam kemasan transportasinya

selama 2 minggu untuk melihat perubahan kualitas cabai segar setelah mengalami

transportasi dan penyimpanan pada suhu ruang. Perubahan kualitas produk diukur

pada hari ke-3, ke-7, ke-10, dan ke-14 setelah dilakukan simulasi transportasi.

Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 3.

Page 19: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

7

Gambar 3 Diagram alir penelitian

Pengemasan Cabai Keriting Segar

Pengemasan cabai segar dalam penelitian ini dilakukan dengan dua kemasan

yaitu kemasan karton (kardus) dan keranjang plastik. Pemilihan kemasan karton

dan keranjang plastik bermaksud untuk mempertahankan kualitas cabai segar

selama transportasi yang cukup jauh. Petani cabai di Indonesia biasanya

menggunakan karung bekas untuk mengemas cabai untuk dibawa ke pasar, hal ini

menyebabkan susut bobot dan kerusakan yang cukup besar setelah proses

transportasi. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan menggantikannya dengan

kemasan lain yang lebih kuat dan menjaga agar kualitasnya terjaga. Penggunaan

kemasan kardus biasanya dilakukan untuk kemasan ekspor sehingga kualitasnya

dapat terjaga, sedangkan penggunaan keranjang plastik untuk pengemasan cabai

Page 20: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

8

dapat dikatakan masih baru karena belum ada petani di Indonesia yang

menggunakan kemasan tersebut untuk transportasi cabai segar.

Penyusunan cabai dalam kemasan dalam penelitian ini dilakukan dengan

teratur, hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kerusakan yang terjadi

selama transportasi. Kejadian pengemasan yang ada di lahan, penyusunan

dilakukan dengan tidak teratur dan ditekan agar mampu memuat banyak cabai

yang diinginkan petani yang mengakibatkan kerusakan banyak terjadi. Penelitian

ini menggunakan kemasan dengan kapasitas 8 kg untuk keranjang plastik dan

kemasan kardus. Gambar 4 pada bagian kiri menunjukkan pengemasan yang

terjadi di lahan petani dan pada bagian kanan menunjukkan pengemasan yang

dilakukan untuk penelitian ini.

Gambar 4 Pengemasan cabai merah segar

Pengamatan

1. Susut Bobot

Susut bobot diukur dengan menggunakan timbangan digital Camry ACS-30-

JC-33 dengan kapasitas 30 kg dan ketelitian 2 gram. Pengukuran dilakukan pada

awal setelah cabai keriting segar dikemas dalam kemasan dan setelah transportasi.

Persamaan yang digunakan untuk mengukur susut bobot tersebut adalah sebagai

berikut.

…………………………………………………(1)

Dimana : a = berat bahan pada awal simulasi (kg)

b = berat bahan setelah simulasi (kg)

Gambar 5 menunjukkan proses pengukuran bobot dengan timbangan Camry

yang dilakukan pada kemasan keranjang plastik dan kemasan kardus setelah

proses pengemasan.

Page 21: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

9

Gambar 5 Contoh penimbangan dengan menggunakan timbangan Camry 30 kg

2. Perubahan Kekerasan

Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan cabai terhadap jarum

penusuk dari Rheometer CR-300 DX. Uji kekerasan dilakukan pada tiga titik yang

berbeda, yaitu pada bagian pangkal ujung dekat tangkai, tengah dan ujung dari

cabai dengan 3 sampel sebelum transportasi, 3 sampel pada masing-masing

kemasan setelah transportasi (keranjang plastik dan kardus). Gambar 6

menunjukkan proses pengukuran kekerasan cabai merah keriting. Berikut ini

adalah pengaturan awal untuk penggunaan Rheometer untuk cabai pada penelitian

ini :

Jarum penekan = 2.5 mm

Mode 20 Max. 2 kg

R/H hold = 6.0 mm

P/T press = 30 mm/m

Rheometer CR-300 DX

Gambar 6 Pengukuran kekerasan cabai merah keriting

3. Perubahan Warna

Nilai warna diperoleh dengan menggunakan alat Chromameter dimana nilai

L mengidentifikasikan tingkat kecerahan, nilai a mengidentifikasikan tingkatan

warna hijau hingga merah sedangkan nilai b mengidentifikasikan tingkatan warna

biru hingga kuning. Pengukuran warna dilakukan dengan meletakkan

chromameter pada permukaan cabai merah segar yang telah diiris melebar dan

diposisikan agar cahaya chromameter mengenai bagian kulit cabai keriting segar.

Menurut Sutrisno et al. (2009) tingkat kecerahan (nilai L) mempunyai niai dari 0

(hitam) sampai 100 (putih), tingkat kehijauan (nilai a*) dimana nilai positif (+)

menyatakan warna merah, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif (-)

menyatakan warna hijau. Tingkat kekuningan (nilai b*), dimana nilai positif (+)

menyatakan warna kuning, nilai 0 menyatakan warna abu-abu dan nilai negatif (-)

menyatakan nilai biru. Hasil pengukuran nilai a dan b dikonversi ke dalam satuan

Page 22: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

10

kromatis C* dan derajat hue (°hue). Nilai C menunjukkan intensitas suatu warna

sedangkan nilai °hue menunjukkan warna dominan dalam campuran beberapa

warna. Untuk memperoleh nilai C* dan °hue digunakan rumus sebagai berikut :

√ ⁄

4. Kadar Air Cabai ditimbang sebanyak 5 gram dalam cawan dengan lapisan aluminium

foil yang telah diketahui berat kosongnya. Bahan dikeringkan dalam oven dengan

suhu 105°C selama 4 jam lalu didinginkan dalam desikator 15 menit lalu

ditimbang, selanjutnya cawan dipanaskan lagi didalam oven selama 30 menit, lalu

didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Perlakuan tersebut diulang sampai

diperoleh berat yang konstan. Pengurangan berat merupakan banyaknya air yang

diuapkan dari bahan dengan perhitungan sebagai berikut (AOAC 1984):

(

) ……………………………….(2)

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati susut bobot, tingkat kekerasan,

warna, dan kadar air pada cabai merah keriting segar dengan menggunakan

kemasan karton dan keranjang plastik. Penelitian ini menggunakan Rancangan

Percobaan RAL Faktorial dengan dua faktor perlakuan yaitu kemasan dan

transportasi (di lapang dan di laboratorium). Perlakuan yang diterapkan adalah :

A = Jenis kemasan yang digunakan

A1 = Kemasan karton

A2 = Kemasan keranjang plastik

B = Transportasi

B1 = Transportasi di lapang

B2 = Simulasi transportasi di laboratorium

Model umum dari rancangan percobaan ini adalah :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Cijk ………………………………………………...(3) Dimana :

Yijk = Pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke-j pada ulangan ke-k

µ = Rataan umum

Ai = Perlakuan A ke-i

Bj = Perlakuan B ke-j

(AB)ij = Interaksi A ke-i dan B ke-j

Cijk = Pengaruh acak dari perlakuan A ke-i, B ke-j pada ulangan ke-k yang menyebar normal

i = 1, 2 (jenis kemasan)

j = 1, 2 (lama penggetaran)

k = 1, 2 (percobaan)

Uji statistik diawali dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh

dan interaksi perlakuan, serta dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test

(DMRT) sebagai penentu beda taraf nyata 5% dari hasil perhitungan dengan

menggunakan Statistical Analysis Software (SAS). Acuan dalam analisis ragam

untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila:

1. Jika P-value ≥ 5 % maka tidak signifikan / tidak berpengaruh.

2. Jika P-value ≤ 5 % maka signifikan / berpengaruh.

Page 23: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

11

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Getaran Selama Transportasi

Selama transportasi di lapang, dilakukan perekaman jejak getaran yang

dialami cabai keriting segar dari sentra produksi sampai ke pasar. Pengukuran dan

pencatatan getaran selama transportasi dilakukan menggunakan Android

Smartphone dengan aplikasi Vibrometer Pro 2.4.6. Aplikasi tersebut mengukur

dan mencatat getaran dengan satuan MMI (Modified Mercalli Intensity Scale)

yang biasa digunakan untuk mengukur getaran gempa bumi dan pada penelitian

ini digunakan untuk mengukur dan mencatat getaran selama transportasi. Berikut

ini adalah rekaman data getaran yang didapatkan secara langsung selama

pengangkutan cabai disajikan pada Gambar 7.

(a) Percobaan 1

(b) Percobaan 2

Gambar 7 Data getaran selama transportasi langsung di lapangan

Pada proses transportasi dari lahan ke pasar terdapat perubahan getaran

setiap waktunya, hal ini disebabkan oleh kondisi jalan serta transportasi yang

terjadi saat pengangkutan cabai. Pada data transportasi tersebut terdapat getaran

yang menunjukkan angka nol (tidak terjadi getaran), hal ini disebabkan pada saat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Ge

tara

n (

MM

I)

Waktu (Menit)

Getaran Horizontal

Getaran Vertikal

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Ge

tara

n (

MM

I)

Waktu (Menit)

Getaran Horizontal

Getaran Vertikal

Page 24: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

12

transportasi terjadi kemacetan sehingga mobil dalam kondisi berhenti. Pola

getaran pada Percobaan 1 berbeda dengan pola getaran pada Percobaan 2 padahal

transportasi terjadi pada jalur transportasi yang sama. Hal tersebut terjadi karena

kondisi perjalanan pada saat Percobaan 1 dalam hal kemacetan dan kecepatan

mobil bergerak tidak akan sama dengan kondisi perjalanan pada Percobaan 2.

Data yang didapat di lapangan dijadikan sebagai acuan untuk melakukan simulasi

transportasi di laboratorium. Untuk menyederhanakan getaran yang terjadi selama

transportasi, digambarkan grafik blok seperti yang disajikan pada Gambar 8. Pada

Gambar 7 dapat diamati bahwa grafik data getaran yaitu getaran horizontal dan

getaran vertikal memiliki tren yang relatif sama sehingga pada penyederhanaan

diagram blok diwakili dengan satu blok grafik getaran transportasi pada Gambar 8.

Untuk percobaan pertama, getaran untuk simulasi transportasi akan bergetar

sebesar 5.7 MMI selama 45 menit, kemudian 10 menit kemudian digetarkan

sebesar 3 MMI. Getaran kembali diberikan sebesar 5.7 MMI selama 5 menit,

setelah itu selama 20 menit tidak dilakukan penggetaran, lalu dilakukan

penggetaran lagi selama 10 menit. Penggambaran grafik blok untuk percobaan

kedua juga mengacu pada transportasi yang terjadi langsung dari lahan sampai ke

pasar pada percobaan kedua.

(a) Percobaan 1

(b) Percobaan 2

Gambar 8 Getaran vertikal simulasi transportasi di laboratorium

0

1

2

3

4

5

6

7

0 45 46 55 56 60 61 80 81 90

Ge

tara

n (

MM

I)

Waktu (menit)

0

1

2

3

4

5

6

7

0 15 16 40 41 50 51 60 61 80 81 90

Ge

tara

n (

MM

I)

Waktu (menit)

Page 25: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

13

Dengan grafik blok getaran tersebut, diperoleh gambaran secara langsung

kejadian di lapangan yang disebabkan oleh situasi dan kondisi jalan selama

transportasi cabai dari petani ke pasar induk. Grafik blok getaran memang tidak

dapat menggambarkan secara menyeluruh getaran yang disebabkan kondisi jalan

sesungguhnya, akan tetapi dengan gambaran ini sudah dapat mewakili getaran

yang disebabkan oleh kondisi jalan yang dilewati selama transportasi.

Hubungan antara MMI dengan Frekuensi dan Amplitudo

Panza (2002) menyatakan bahwa MMI (Modified Mercalli Intensity Scale)

merupakan adalah satuan skala untuk mengukur getaran bumi yang berbasis

percepatan. MMI merupakan satuan zonasi getaran dengan skala I – XII, dimana

getaran akan meningkat intensitas dan dampaknya berdasarkan skala yang

ditunjukkan. Sebagai contoh skala XII memiliki intensitas tertinggi dan

berdampak menghancurkan benda yang ada di sekitar getaran dengan total.

Hubungan antara MMI dan percepatan dapat digambarkan lewat persamaan

empiris yaitu , dimana a = percepatan (cm/s2) dan I adalah

Modified Mercalli Intensity.

Penelitian ini mencoba membuat pendekatan antara pengukuran MMI

menggunakan Vibrometer Pro 2.4.6 dengan frekuensi dan amplitudo yang dapat

diaplikasikan pada simulator getar. Pemilihan pengukuran getaran yang terjadi di

lapang selama transportasi menggunakan aplikasi Vibrometer berbasis android

dilakukan untuk menyederhanakan proses pengukuran getaran saat di lapang.

Pengukuran getaran secara manual dengan mencatat frekuensi dan amplitudo di

lapang akan sangat sulit dilakukan sehingga pengukuran dengan alat bantu

android sangat membantu dalam penelitian ini. Aplikasi ini dapat merekam

getaran yang terjadi dalam transportasi di lapang dengan baik sampai 6 jam

pengukuran.

Hubungan antara MMI dengan frekuensi dan amplitudo didekati dengan

hubungan MMI dengan frekuensi pada amplitudo yang sama dan hubungan MMI

dengan amplitudo pada frekuensi yang sama. Hubungan antara MMI dengan

frekuensi dan amplitudo didekati dengan regresi polynomial dengan ordo tiga.

Hubungan MMI dengan amplitudo pada frekuensi yang sama disajikan pada

Gambar 9 dan Gambar 10 dan MMI dengan frekuensi pada amplitudo yang sama

disajikan pada Gambar 10, 11 dan 12. Pada Gambar 9 ditunjukkan bahwa

hubungan antara amplitudo dengan MMI pada frekuensi 3.2 Hz memiliki

persamaan regresi polynomial y = -0.1767x3 + 3.27x

2 - 19.531x + 43.52 dengan

R2 = 0.97. Pada Gambar 10 dinyatakan bahwa hubungan antara amplitudo dengan

MMI pada frekuensi 4 Hz memiliki persamaan regresi polynomial 1.8476x3 -

20.688x2 + 76.532x - 85.981 dengan R

2 = 0.94. Kedua hubungan tersebut

memiliki R2 yang mendekati 1 sehingga memiliki korelasi yang kuat. Dengan

demikian, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai persamaan empiris untuk

mewakili hubungan MMI dengan amplitudo pada frekuensi 3.2 Hz dan 4 Hz.

Page 26: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

14

Gambar 9 Hubungan amplitudo dengan MMI pada f = 3.2 Hz

Gambar 10 Hubungan amplitudo dengan MMI pada f = 4 Hz

Pada Gambar 11 ditunjukkan bahwa hubungan antara frekuensi dengan

MMI pada amplitudo 3 cm memiliki persamaan regresi y = -1.3492x3 + 14.299x

2 -

48.29x + 58.311 dengan R2 = 0.98. Pada Gambar 12 dinyatakan bahwa hubungan

antara frekuensi dengan MMI pada amplitudo 3.5 cm memiliki persamaan regresi

polynomial y = 0.9167x3 - 10.168x

2 + 37.857x - 39.992 dengan R

2 = 0.97. Pada

Gambar 13 ditunjukkan juga bahwa hubungan antara frekuensi dengan MMI pada

amplitudo 4 cm memiliki persamaan regresi y = 51.443x3 - 483.37x

2 + 1511x -

1564.6 dengan R2 = 0.93. Ketiga hubungan antara MMI dengan frekuensi pada

amplitudo yang sama memiliki R2 yang mendekati 1 sehingga memiliki korelasi

yang kuat. Dengan demikian, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai

persamaan empiris untuk mewakili hubungan MMI dengan frekuensi pada

amplitudo 3 cm, 3.5 cm dan 4 cm.

y = -0.1767x3 + 3.27x2 - 19.531x + 43.52 R² = 0.9748

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 2 4 6 8

Ge

tara

n (

MM

I)

Amplitudo (cm)

Amplitudo vs MMI

Poly. (Amplitudo vs MMI)

y = 1.8476x3 - 20.688x2 + 76.532x - 85.981 R² = 0.9498

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5

Ge

tara

n (

MM

I)

Amplitudo (cm)

Amplitudo vs MMI

Poly. (Amplitudo vs MMI)

Page 27: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

15

Gambar 11 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 3 cm

Gambar 12 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 3.5 cm

Gambar 13 Hubungan frekuensi dengan MMI pada A = 4 cm

y = -1.3492x3 + 14.299x2 - 48.29x + 58.311 R² = 0.9869

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5

Ge

tara

n (

MM

I)

Frekuensi (Hz)

Frekuensi vs MMI

Poly. (Frekuensi vs MMI)

y = 0.9167x3 - 10.168x2 + 37.857x - 39.992 R² = 0.9714

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0 1 2 3 4 5

Ge

tara

n (

MM

I)

Frekuensi (Hz)

Frekuensi vs MMI

Poly. (Frekuensi vs MMI)

y = 51.443x3 - 483.37x2 + 1511x - 1564.6 R² = 0.9387

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5

Ge

tara

n (

MM

I)

Frekuensi (Hz)

Frekuensi vs MMI

Poly. (Frekuensi vs MMI)

Page 28: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

16

Suhu dan RH Transportasi

Kualitas produk pada proses transportasi dipengaruhi oleh suhu dan RH

yang terjadi selama transportasi. Menurut Vigneault et al. (2009) suhu atau

temperatur menjadi faktor penting yang mempengaruhi kualitas hortikultura

karena suhu adalah faktor utama yang mengatur laju respirasi, dimana semakin

tinggi laju respirasinya akan memperpendek umur simpan dari produk tersebut.

Selain itu, Vigneault et al. (2009) juga mengemukakan bahwa kelembaban relatif

juga mempengaruhi umur simpan dan kualitas dari hortikultura yang akan

didistribusikan. Menurut Gonzalez-Aguilar (2013) cabai akan terjaga kualitasnya

apabila cabai disimpan pada suhu 7-13°C, akan tetapi transportasi cabai merah di

Indonesia masih menggunakan sistem transportasi biasa tanpa memperhatikan

suhu dan RH saat transportasi. Suhu dan RH transportasi dari lahan ke pasar

disajikan pada Gambar 14 dan suhu dan RH simulasi transportasi di laboratorium

juga disajikan pada Gambar 15. Percobaan 1 dan Percobaan 2 pada Gambar 14

menunjukkan perbedaan tren suhu dan kelembaban padahal percobaan tersebut

dilakukan pada tempat penelitian dan waktu yang sama yaitu sore hari. Dari kedua

percobaan ini diketahui bahwa suhu dan kelembaban juga dapat menjadi variabel

bebas transportasi yang mempengaruhi kualitas dari cabai yang dibawa. Simulasi

transportasi di laboratorium pada Gambar 15 memiliki suhu dan kelembaban

relatif yang lebih terkontrol dibandingkan dengan suhu dan kelembaban

transportasi langsung pada Gambar 14 karena dilakukan dalam ruangan tertutup.

Gambar 14 Suhu dan RH selama transportasi langsung

24

26

28

30

32

34

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Su

hu

(◦C

)

Waktu (Menit)

Percobaan 1

15.00

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ke

lem

bab

an /

RH

(%

)

Waktu (Menit)

24

26

28

30

32

34

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Su

hu

(◦C

)

Waktu (Menit)

Percobaan 2

15.00

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ke

lem

bab

an /

RH

(%

)

Waktu (Menit)

Page 29: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

17

Gambar 15 Suhu dan RH selama simulasi transportasi

Perubahan Mutu Produk

Susut bobot

Setelah transportasi dan simulasi transportasi, dilakukan pengukuran susut

bobot yang terjadi pada kemasan dengan membandingkan bobot awal sebelum

dan sesudah transportasi atau simulasi transportasi. Susut bobot dapat diartikan

sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk

(Wills et al 1998). Menurut Znidarcic et al. (2010) penurunan berat sayuran

setelah panen disebabkan oleh kehilangan air melalui proses transpirasi,

selanjutnya Nurdjannah (2014) menyatakan bahwa perubahan susut bobot pada

cabai disebabkan oleh proses respirasi dan transpirasi yang mengakibatkan

kehilangan substrat dan air, dimana ini ditandai dengan layu dan mengerutnya

permukaan cabai sehingga mengurangi penerimaan konsumen dan harga jual.

Respirasi merupakan perombakan senyawa kompleks dalam sel (pati, gula dan

asam organik) dengan bantuan oksigen (oksidasi) menjadi molekul yang lebih

sederhana seperti CO2, air dan energi sedangkan transpirasi adalah proses

perpindahan massa air, dimana uap air berpindah dari permukaan buah ke

lingkungan di sekitarnya (Widjanarko 2012). Luka dan memar memicu

peningkatan respirasi dan transpirasi senyawa kompleks yang terdapat dalam sel,

seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul sederhana seperti CO2 dan air

yang mudah menguap sehingga cabai mengalami susut bobot (Wills et al 1998).

Getaran yang terjadi selama transportasi mengakibatkan gesekan antar cabai

24

26

28

30

32

34

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Su

hu

(◦C

)

Waktu (Menit)

Percobaan 1

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ke

lem

bab

an /

RH

(%

)

Waktu (Menit)

24

26

28

30

32

34

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Suh

u (◦C

)

Waktu (Menit)

Percobaan 2

40

50

60

70

80

90

100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Ke

lem

bab

an /

RH

(%

)

Waktu (Menit)

Page 30: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

18

dengan cabai serta cabai dengan kemasan besar sehingga terjadi memar pada

cabai, hal tersebut memicu terjadinya susut bobot dan memperpendek umur

simpan (Pangidoan et al. 2013; Purwadaria 1992). Luka akibat benturan atau

goresan pada cabai akan memicu proses respirasi dan transpirasi sehingga

mempercepat penguapan air pada produk yang menyebabkan susut bobot terjadi

(Widjanarko 2012).

Dari hasil susut bobot yang diperoleh, terlihat bahwa setiap kemasan dan

setiap perlakuan menyebabkan susut bobot pada cabai dan Gambar 16 juga

memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan susut bobot antara transportasi di

lapangan dan simulasi di laboratorium. Pada percobaan pertama, susut bobot pada

kemasan keranjang selama transportasi di lapangan 0.83%, sedangkan pada

kemasan kardus 0.4%, susut bobot pada kemasan keranjang plastik dan kardus

setelah simulasi transportasi berturut-turut 1.05% dan 0.58%. Pada percobaan

kedua, susut bobot pada kemasan keranjang selama transportasi di lapangan

0.92% sedangkan pada kemasan kardus 1.27%, susut bobot pada kemasan

keranjang plastik dan kardus setelah simulasi transportasi berturut-turut 1.01%

dan 0.49%. Perbedaan susut bobot antara transportasi di lapangan dan simulasi

transportasi di laboratorium terjadi karena simulasi transportasi memberikan

pemaparan getaran yang lebih seragam dibandingkan transportasi di lapangan

yang lebih fluktuatif sehingga menyebabkan susut bobot saat di laboratorium lebih

besar dibandingkan di lapangan.

Dari hasil analisis sidik ragam, perlakuan kemasan dan transportasi tidak

menimbulkan efek berbeda nyata terhadap susut bobot cabai keriting karena

memiliki nilai P-Value ≥ 5%. Apabila dilihat dari analisis ragamnya, transportasi

langsung dan simulasi transportasi ternyata sama dan tak berbeda nyata, begitu

juga halnya dengan perlakuan kemasan. Hal ini berarti transportasi di lapangan

dapat diwakili dengan simulasi transportasi di laboratorium dengan getaran yang

dikondisikan sama.

Setelah simulasi transportasi, cabai merah segar disimpan selama 2 minggu

pada suhu ruang untuk melihat dari kemasan yang digunakan yang mana yang

paling baik dalam menekan susut bobot setelah transportasi. Gambar 17

menunjukkan peningkatan susut bobot pada setiap percobaan dan waktu

penyimpanan. Grafik pada Percobaan 1 dan Percobaan 2 menunjukkan tren yang

sama, dimana peningkatan susut bobot pada kemasan kardus lebih rendah dari

kemasan keranjang plastik. Dari grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa kemasan

kardus lebih baik dalam menekan susut bobot yang terjadi dibandingkan kemasan

keranjang plastik. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nurdjannah (2014) yang

mengatakan bahwa kualitas cabai merah dilihat dari parameter susut bobot setelah

proses penyimpanan dengan menggunakan kemasan kardus lebih baik

dibandingkan dengan penggunaan karung plastik dan kemasan jala. Hal tersebut

disebabkan karena laju respirasi dan transpirasi pada kemasan kardus lebih rendah

dibandingkan pada karung plastik dan kemasan jala. Ini disebabkan karena

kemasan kardus bersifat tertutup dan tidak banyak berkontak dengan udara di luar

kemasan. Uap air yang terbentuk akibat proses transpirasi lebih mudah melewati

kemasan jala dan karung plastik dibandingkan kemasan kardus. Pada kemasan

kardus, uap air yang keluar dari cabai diserap oleh lapisan kemasan karton

sehingga susut bobotnya akan lebih rendah dibandingkan kemasan yang lain.

Page 31: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

19

Gambar 16 Susut bobot cabai keriting segar

Gambar 17 Susut bobot cabai setelah penyimpanan

Perubahan Kekerasan

Tingkat kekerasan adalah salah satu parameter yang biasa digunakan untuk

menguji terjadinya perubahan mutu pada buah dan sayuran. Perubahan tingkat

kekerasan pada produk hortikultura disebabkan oleh komposisi dinding sel yang

berubah (Winarno 2002; Tarwyati 2009). Pada penelitian ini dilakukan uji

kekerasan pada cabai keriting segar sebagai indikasi terjadinya kerusakan cabai,

dimana semakin menurun nilai tekannya, mutu dari cabai sudah semakin menurun.

Menurut Pantastico (1989), peningkatan dan penurunan nilai kekerasan

berhubungan dengan penguapan air dan tingkat kekerasan bergantung pada

tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat

pada bahan.

Sebelum dilakukan transportasi, cabai memiliki kekerasan berkisar antara

4.02 – 4.80 N. Setelah dilakukan transportasi, cabai memiliki kekerasan berkisar

antara 3.62 – 4.57 N pada kemasan keranjang dan 3.56 – 4.42 N pada kemasan

kardus. Setelah dilakukan simulasi transportasi, cabai memiliki kekerasan berkisar

antara 3.90 – 4.41 N pada kemasan keranjang plastik dan 4.08 – 4.80 N pada

kemasan kardus. Dari hasil analisis sidik ragam, perlakuan kemasan dan

transportasi tidak menimbulkan efek berbeda nyata terhadap kekerasan cabai

keriting karena memiliki nilai P-Value ≥ 5%. Hal ini disebabkan karena

0

0.5

1

1.5

Keranjang Kardus

Susu

t B

ob

ot

(%)

Percobaan 1

0

0.5

1

1.5

Keranjang Kardus

Susu

t B

ob

ot

(%)

Percobaan 2

TransportasiSimulasi transportasi

0

5

10

15

20

25

30

0 3 6 9 12 15

Susu

t b

ob

ot

(%)

Hari ke-

Percobaan 1

0

5

10

15

20

25

30

0 3 6 9 12 15

Susu

t b

ob

ot

(%)

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan 2

Page 32: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

20

transportasi dan simulasi transportasi hanya dilakukan selama 1.5 jam sehingga

perubahan tidak akan tampak secara signifikan.

Perubahan tekstur produk yang semula keras menjadi lunak terjadi karena

perubahan komposisi dinding sel sehingga menyebabkan menurunnya tekanan

turgor sel dan kekerasan buah menurun (Winarno 2002; Nurdjannah 2014). Winarno (2002) mengemukakan secara kimiawi dinding sel tersusun dari senyawa-

senyawa yang sangat kompleks, antara lain selulosa, hemiselulosa, pektin dan lignin.

Pektin adalah polisakarida yang menyusun sepertiga bagian dinding sel tanaman,

terletak pada bagian tengah lamella dinding sel, dimana sifat terpenting dari pektin

adalah kemampuannya membentuk gel dan sebagai bahan pengental. Pada waktu

buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat

sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun, akibatnya akan melemahkan ikatan

dinding sel sehingga kekerasan buah (firmness) akan berkurang. Dalam proses

pengembangan dan pematangan, tekanan turgor sel selalu berubah. Perubahan turgor

pada umumnya disebabkan oleh perubahan dinding sel dan perubahan tersebut akan

mempengaruhi firmness dari buah. Tucker et al. (1993) menyatakan bahwa pelunakan

buah dapat disebabkan salah satu dari tiga mekanisme yaitu kehilangan turgor,

degradasi pati atau kerusakan pada dinding sel buah. Wills et al. (1998) menyatakan

ketika air menguap dari jaringan, tekanan turgor menurun dan sel-sel mulai

menyusut dan rusak sehingga buah kehilangan kesegarannya.

Penyimpanan cabai merah segar pada suhu ruang setelah transportasi

dilakukan untuk melihat pengaruh kemasan terhadap kekerasan cabai yang telah

mengalami transportasi dan penyimpanan. Perubahan kekerasan pada kedua

percobaan yang telah mengalami transportasi dan penyimpanan disajikan pada

Gambar 18. Grafik tersebut menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan

pada kedua kemasan setelah penyimpanan cabai merah segar selama 2 minggu

pada suhu ruang. Penurunan tingkat kekerasan cabai setelah penyimpanan sesuai

dengan penelitian Taksinamamee et al. (2006) dan Nurdjannah (2014). Penelitian

Taksinamamee et al (2006) menyatakan bahwa kekerasan cabai akan menurun

selama penyimpanan dan penyimpanan dengan menggunakan kemasan dan

perlakuan hydrocooling ternyata dapat mempertahankan kekerasan cabai

dibandingkan kontrol yang tidak diberikan perlakuan apa-apa. Penelitian

Nurdjannah (2014) menunjukkan bahwa kekerasan cabai akan cenderung

menurun selama penyimpanan dan perlakuan kemasan dapat menstabilkan tingkat

kekerasan cabai. Menurut Nurdjannah (2014) penurunan kekerasan paling rendah

terjadi pada kemasan kardus dibandingkan kemasan jala plastik, hal ini terjadi

karena kemasan kardus bersifat lebih tertutup sehingga dapat menahan keluar

masuknya aliran udara ke bahan yang dapat memicu proses transpirasi.

Page 33: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

21

Gambar 18 Perubahan kekerasan setelah penyimpanan

Perubahan Warna

Warna adalah parameter mutu yang pertama dilihat konsumen dalam

memilih buah karena dapat dilihat secara visual (Muthmainah 2008). Penilaian

warna pada cabai secara visual akan bersifat subjektif sehingga diperlukan

pengukuran dengan Chromameter (derajat warna L, a, b) agar diperoleh data nilai

warna yang lebih objektif. Menurut Sutrisno et al. (2009) tingkat kecerahan (nilai

L) mempunyai nilai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih), tingkat kehijauan (nilai a*)

dimana nilai positif (+) menyatakan warna merah, nilai 0 menyatakan warna abu-

abu dan nilai negatif (-) menyatakan warna hijau, serta tingkat kekuningan (nilai

b*), dimana nilai positif (+) menyatakan warna kuning, nilai 0 menyatakan warna

abu-abu dan nilai negatif (-) menyatakan nilai biru. Penelitian ini melihat tentang perubahan kualitas warna dari cabai keriting

segar akibat transportasi. Sebelum transportasi, cabai memiliki nilai L berkisar

antara 43.41 – 47.80. Setelah transportasi selesai, cabai memiliki nilai L berkisar

antara 40.49 – 48.88 pada kemasan keranjang plastik dan 42.22 – 48.21 pada

kemasan kardus. Setelah simulasi transportasi dilakukan, cabai memiliki nilai L

berkisar antara 40.25 – 50.23 pada kemasan keranjang plastik dan 40.61 – 49.10

pada kemasan kardus. Analisis sidik ragam untuk derajat warna L menunjukkan

nilai P-value ≥ 5% sehingga perlakuan kemasan dan transportasi tidak

berpengaruh nyata terhadap derajat nilai L. Hal ini terjadi karena cabai keriting

segar hanya ditransportasikan selama 1.5 jam sehingga perubahan derajat nilai L

tidak akan secara signifikan tampak. Selain itu, cabai merupakan produk

hortikultura non-klimakterik sehingga fase perombakan pigmen kulit cabai tidak

terlihat secara nyata (Winarno 2002).

Nurdjannah (2014) menyatakan bahwa perubahan warna pada cabai terjadi

akibat adanya sintesis dari pigmen tertentu, seperti karotenoid dan flavonoid,

disamping terjadinya perombakan klorofil. Perombakan klorofil pada cabai

menyebabkan pigmen karotenoid menjadi tampak, ini terjadi ditandai dengan

perubahan nilai L walaupun secara statistik tidak tampak. Ittah et al. (1993)

menyatakan bahwa warna pada cabai merah dikendalikan oleh beberapa senyawa

karotenoid seperti capsanthin, capsorubin dan xanthophyll untuk warna merah dan

warna kuning orange oleh senyawa β-karoten dan zeaxanthin. Kevresan et al.

(2009) menyatakan perubahan warna pada buah cabai diawali dari biosintesis

karotenoid yang ditandai oleh peningkatan β-karoten, β-kriptoxantin dan

0

1

2

3

4

5

0 3 6 9 12 15

Ke

kera

san

(N

)

Penyimpanan hari ke-

Percobaan 1

0

1

2

3

4

5

0 3 6 9 12 15

Ke

kera

san

(N

)

Penyimpanan hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan 2

Page 34: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

22

zeaxanthin. Kumpulan zat tersebut ditransformasikan menjadi antheraxantin dan

violaxanthin yang merupakan substrat capsanthin-capsorubin sintase, enzim

tersebut bertugas untuk memproduksi capsanthin dan capsorubin. Warna hijau

didominasi pigmen klorofil dan warna merah didominasi karotenoid merah.

Penyimpanan cabai setelah simulasi transportasi dilakukan juga untuk

melihat perubahan derajat warna L setelah transportasi yang dipengaruhi oleh

faktor kemasan. Perubahan nilai L setelah simulasi transportasi dan penyimpanan

suhu ruang disajikan pada Gambar 19. Ini menunjukkan bahwa terdapat

penurunan derajat nilai L di setiap percobaan yang dilakukan, dimana penurunan

derajat nilai L lebih tampak setelah penyimpanan dibandingkan setelah

transportasi. Penurunan derajat warna L identik dengan penurunan kecerahan dari

cabai yang telah mengalami transportasi dan penyimpanan, penurunan tersebut

ditandai dengan kekusaman dari warna cabai setelah penyimpanan. Perubahan

warna tersebut dipengaruhi adanya oksidasi senyawa polifenol karena rusaknya

dinding sel pada buah (Pantastico 1989).

Gambar 19 Perubahan derajat warna L setelah penyimpanan

Nilai a merupakan koordinat kromatis pada Chromameter, semakin merah

cabai yang diujikan maka semakin tinggi nilai a yang ditunjukkan oleh

Chromameter. Sebelum dilakukan transportasi, cabai memiliki nilai a berkisar

antara 20.76 – 29.93. Setelah transportasi berlangsung, cabai memiliki nilai a

berkisar antara 20.23 – 29.33 pada kemasan keranjang plastik dan 23.70 – 29.25

pada kemasan kardus. Setelah simulasi transportasi dilakukan, nilai a berkisar

antara 21.61 – 31.12 pada kemasan keranjang plastik dan 22.45 – 28.93 pada

kemasan kardus. Hasil analisis sidik ragam derajat warna a menyatakan bahwa

perlakuan kemasan dan transportasi tidak memberikan efek berbeda nyata

terhadap derajat warna a. Hal tersebut terjadi karena transportasi hanya dilakukan

selama 1.5 jam sehingga perubahan nilai a tidak tampak secara nyata dipengaruhi

oleh transportasi.

Penyimpanan pada suhu ruang setelah simulasi transportasi dilakukan juga

untuk melihat perubahan derajat warna a yang diakibatkan oleh transportasi dan

penyimpanan. Perubahan derajat warna a disajikan dalam Gambar 20, terlihat

bahwa terdapat perubahan derajat warna a di setiap pengukuran yang dilakukan.

Peningkatan derajat a tampak tidak signifikan disebabkan karena cabai yang

digunakan pada penelitian ini dipanen pada saat matang sempurna sehingga

perubahan derajat warna tidak akan terjadi secara drastis. Cabai merupakan

0

10

20

30

40

50

60

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a L

Hari ke-

Percobaan 1

0

10

20

30

40

50

60

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a L

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan 2

Page 35: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

23

hortikultura non-klimakterik yang proses pematangan tidak terjadi lagi setelah

dipanen atau dipisahkan dari pokok tanamannya (Krajayklang et al. 2000).

Gambar 20 Perubahan derajat warna a setelah penyimpanan

Nilai b merupakan atribut nilai yang menunjukkan derajat kekuningan atau

kebiruan suatu komoditas. Sebelum transportasi pada cabai merah dilakukan,

cabai memiliki nilai b berkisar antara 11.69 – 16.99. Setelah transportasi

berlangsung, cabai memiliki nilai b berkisar antara 11.52 – 16.36 pada kemasan

keranjang plastik dan 12.16 – 15.24 pada kemasan kardus. Setelah simulasi

transportasi dilakukan, cabai memiliki nilai b berkisar antara 9.97 – 15.41 pada

keranjang plastik dan 10.24 – 15.61 pada kemasan kardus. Dilihat dari analisis

sidik ragam, ternyata ada pengaruh transportasi terhadap derajat nilai b karena P-

Value ≤ 5%, hal tersebut ditandai terdapat perbedaan antara derajat nilai b pada

setiap kemasan yang mengalami transportasi di lapangan dan yang dilakukan

simulasi di laboratorium. Pengaruh transportasi terhadap nilai b sejalan dengan

hasil penelitian Barus (2011) yang menyatakan simulasi transportasi

mempengaruhi nilai b.

Penyimpanan cabai merah segar setelah simulasi transportasi juga

dilakukan untuk melihat adanya perubahan derajat warna b yang disebabkan oleh

transportasi dan penyimpanan. Perubahan derajat warna b yang disebabkan oleh

transportasi dan penyimpanan disajikan pada Gambar 21. Kedua grafik pada

gambar tersebut menunjukkan terdapat perubahan derajat warna b di setiap

percobaan yang dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa derajat b

dipengaruhi oleh transportasi dan penyimpanan walaupun hanya sedikit perubahan

yang disebabkan oleh transportasi dan penyimpanan.

0

5

10

15

20

25

30

35

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a a

Hari ke-

Percobaan 1

0

5

10

15

20

25

30

35

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a a

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan 2

Page 36: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

24

Gambar 21 Perubahan derajat warna b setelah penyimpanan

Dalam penentuan derajat warna juga dikenal nilai kromatis (C*) dan nilai

derajat hue (°h). Nilai kromatis didefinisikan sebagai intensitas warna atau

kemurnian dari rona (hue). Derajat hue didefinisikan sebagai warna dominan dari

campuran beberapa warna yaitu merah, kuning dan hijau. Pada Gambar 22

disajikan perubahan derajat kromatis C* setelah disimpan 2 minggu dan pada

Gambar 23 disajikan perubahan derajat hue setelah disimpan 2 minggu. Nilai

kromatis pada cabai setelah disimpan pada suhu ruang memberikan perubahan

yang tidak signifikan pada Percobaan 1 dan Percobaan 2. Begitu juga halnya yang

terjadi pada °h yang menunjukkan perubahan yang tidak signifikan setelah

disimpan pada suhu ruang. Hal tersebut disebabkan karena cabai yang digunakan

pada penelitian ini telah dipanen pada saat matang sempurna sehingga

pematangan tidak terjadi lagi setelah cabai dipanen. Hal tersebut terjadi karena

cabai merupakan hortikultura non-klimakterik yang proses pematangan tidak

terjadi lagi setelah dipanen atau dipisahkan dari pokok tanamannya (Krajayklang

et al. 2000).

Gambar 22 Perubahan derajat kromatis (C*) setelah penyimpanan

0

5

10

15

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a b

Hari ke-

Percobaan 1

0

5

10

15

0 3 6 9 12 15

De

raja

t w

arn

a b

Hari ke-

Keranjang

KardusPercobaan 2

0

5

10

15

20

25

30

35

0 3 6 9 12 15

De

raja

t C

*

Hari ke-

Percobaan 1

0

5

10

15

20

25

30

35

0 3 6 9 12 15

De

raja

t C

*

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaa Percobaan 2

Page 37: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

25

Gambar 23 Perubahan derajat hue setelah penyimpanan

Kadar Air

Menurut Wills et al. (1998), susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan

bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk, hal ini menandakan

bahwa ada keterkaitan antara susut bobot dan kadar air. Sebelum transportasi

dilakukan, cabai memiliki kadar air berkisar antara 79.22% - 86.25%. Setelah

transportasi dilakukan, cabai memiliki kadar air berkisar antara 79.39% - 89.62%

pada kemasan keranjang plastik dan 79.06% - 82.44% pada kemasan kardus.

Pengukuran kadar air setelah simulasi transportasi menyatakan bahwa kadar air

berkisar antara 77.59% - 82.45% pada kemasan keranjang plastik dan 78.72% -

83.77% pada kemasan kardus. Dari analisis sidik ragam untuk kadar air, perlakuan

kemasan dan perlakuan transportasi tidak berbeda nyata terhadap kadar air karena

memiliki nilai P-Value yang lebih besar dari 5 %. Penurunan kadar air akibat

transportasi tidak tampak jelas karena hanya mengalami transportasi 1.5 jam, ini

ditandai dari hasil analisis statistik yang menyatakan perlakuan transportasi dan

kemasan tidak memberikan efek berbeda nyata terhadap kadar air.

Penyimpanan dilakukan setelah perlakuan simulasi transportasi untuk

melihat apakah terdapat perubahan kadar air yang disebabkan oleh transportasi

dan penyimpanan. Perubahan kadar air yang disebabkan oleh transportasi dan

dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu ruang disajikan pada Gambar 24.

Grafik tersebut menunjukkan terdapat penurunan kadar air pada cabai merah segar

pada kedua kemasan seiring dengan waktu penyimpanannya. Ini menandakan

bahwa transportasi dan penyimpanan memberikan pengaruh nyata terhadap

penurunan kadar air. Apabila dibandingkan antar kedua kemasan yang digunakan

sebagai wadah transportasi dan penyimpanan cabai merah segar, terlihat bahwa

keduanya sama-sama menunjukkan penurunan kadar air dari tren garis yang

dihasilkan. Penurunan kadar air terjadi karena adanya penguapan air akibat proses

respirasi dan transpirasi pada cabai setelah transportasi dan penyimpanan. Luka

akibat benturan atau goresan pada cabai akibat transportasi akan memicu proses

respirasi dan transpirasi sehingga mempercepat penguapan air pada produk yang

menyebabkan penurunan kadar air pada cabai (Widjanarko 2012).

0

5

10

15

20

25

30

0 3 6 9 12 15

De

raja

t h

ue

Hari ke-

Percobaan 1

0

5

10

15

20

25

30

0 3 6 9 12 15

De

raja

t h

ue

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan Percobaan 2

Page 38: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

26

Gambar 24 Perubahan kadar air setelah penyimpanan

Untuk melihat hubungan antara peningkatan susut bobot dengan penurunan

kadar air digambarkan model regresi antara susut bobot dan kadar air yang

disajikan pada Gambar 25. Hubungan antara kadar air dan susut bobot pada

kemasan keranjang plastik memiliki nilai R2 ≥ 0.7 yaitu R

2 = 0.95 pada Percobaan

1 dan R2 = 0.7 pada Percobaan 2 sehingga model tersebut memiliki korelasi yang

kuat. Demikian juga halnya yang terjadi pada kemasan kardus yang memiliki R2 ≥

0.7 yaitu R2 masing-masing 0.86 dan 0.80 pada Percobaan 1 dan 2 sehingga model

juga memiliki korelasi yang kuat. Nilai R2 mendekati nilai 1 menandakan

hubungan antar variabel yang semakin erat dan terdapat korelasi antara kedua

variabel tersebut. Dari hubungan antara susut bobot dan kadar air, dapat

dinyatakan bahwa peningkatan susut bobot dipengaruhi oleh penurunan kadar air

dari cabai selama penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wills et al.

(1998) bahwa susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat

kehilangan kandungan air pada produk, dimana dalam penelitian ini ditandai

dengan hubungan antara penurunan kadar air dengan susut bobot yang terjadi

setelah penyimpanan.

70

74

78

82

86

0 3 6 9 12 15

Kad

ar a

ir (

%)

Hari ke-

Percobaan 1

70

74

78

82

86

0 3 6 9 12 15

Kad

ar a

ir (

%)

Hari ke-

Keranjang

Kardus

Percobaan 2

y = -0.2606x + 80.692 R² = 0.9558

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

0 10 20 30

Kad

ar a

ir (

%)

Susut Bobot (%)

Susut bobot vs Kadar air(Kranjang)

Percobaan 1

Page 39: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

27

Gambar 25 Model regresi susut bobot dan kadar air

y = -0.1949x + 79.997 R² = 0.8631

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82

0 10 20 30

Kad

ar a

ir (

%)

Susut Bobot (%)

Susut bobot vs Kadar air(Kardus)

Percobaan 1

y = -0.2751x + 81.998 R² = 0.6947

72

74

76

78

80

82

84

86

0 10 20 30

Kad

ar a

ir (

%)

Susut Bobot (%)

Susut bobot vs Kadar air(Kranjang)

Percobaan 2

y = -0.2884x + 80.424 R² = 0.8085

72

74

76

78

80

82

84

86

0 10 20 30

Kad

ar a

ir (

%)

Susut Bobot (%)

Susut bobot vs Kadar air(Kardus)

Percobaan 2

Page 40: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

28

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Transportasi di lapang dan simulasi transportasi di laboratorium dengan

pengemasan curah pada cabai merah keriting segar menunjukkan bahwa

1. Simulasi transportasi di laboratorium dapat mewakili transportasi di lapang

secara langsung asalkan dengan jejak getaran yang dikondisikan sama.

2. Hubungan antara MMI dengan frekuensi dan amplitudo didekati dengan

hubungan antara MMI dengan amplitudo pada frekuensi yang sama dan

MMI dengan frekuensi pada amplitudo yang sama melalui regresi

polynomial ordo tiga.

3. Susut bobot terjadi di setiap perlakuan kemasan dan transportasi dan

semakin meningkat setelah disimpan pada suhu ruang. Kemasan kardus

lebih baik dalam menekan susut bobot dibandingkan keranjang plastik

setelah dilakukan transportasi dan penyimpanan.

4. Kekerasan pada cabai keriting segar mengalami penurunan setelah

transportasi dan penurunan kekerasan akan tampak jelas setelah dilakukan

penyimpanan pada suhu ruang.

5. Derajat warna (derajat L,a,b) mengalami perubahan setelah transportasi dan

lebih signifikan lagi setelah diberikan perlakuan penyimpanan.

6. Penurunan kadar air berkorelasi dengan peningkatan susut bobot yang

terjadi akibat transportasi dan penyimpanan.

Saran

1. Melakukan transportasi yang lebih jauh seperti sentra produksi di luar Jawa

Barat dengan mengukur suhu dan RH selama transportasi.

2. Melakukan pengukuran susut mekanis dengan pengambilan sampel untuk

mewakili setiap kemasan yang digunakan.

3. Perbaikan alat simulator getar sehingga dapat menggetarkan seperti yang

terjadi langsung di lapangan.

4. Melakukan pengaturan kondisi suhu dan RH ruangan selama simulasi

transportasi sesuai dengan yang terjadi di lapangan.

5. Melakukan penelitian lebih lanjut khusus tentang hubungan MMI dengan

frekuensi dan amplitudo getaran pada simulator getar.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio LA Jr. 2013. Postharvest Technology for fresh chilli pepper in Cambodia,

Laos and Vietnam.AVRDC-The world Vegetable Center.

AOAC. 1984. Official Method of Analysis of The Association of Official

Analytical Chemists. Washington D.C.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produktivitas Cabai 2009 – 2013.

Badan Standarisasi Nasional. 1998. Cabai Merah Segar. SNI No. 01-4480-1998.

Barus APY. 2011. Penurunan Mutu Buah Nanas (Ananas comosus (l.) Merr.)

dalam Kemasan Setelah Transportasi Darat [skripsi]. Bogor: IPB.

Page 41: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

29

Berardinelli A, Donati V, Giunchi A, Guarnieri A. 2005. Damage to Pears Caused

by Simulated Transport. J Food Eng. 66(2):219-226.

Choi SR, Lee YH, Choi DS, Kim MS. 2010. Damage at The Peach due to

Vibrational Stress During Transportation Simulation Test. J Biosystems Eng.

35(3):182-188.

Fauzia K, Musthofa L, La Choviya H. 2013. Penentuan Tingkat Kerusakan Buah

Alpukat pada Posisi Pengangkutan dengan Simulasi Getaran yang Berbeda. J

Keteknikan Pertan Trop Biosist Vol.1 No.1 Februari 2013.

Gonzalez-Aguilar G A. 2013. Pepper. Centro de Investigacion en Alimentacion

Desarrollo. Hermosillo, Sonora, Mexico.

http://www.ba.ars.usda.gov/hb66/108pepper.pdf.

Ittah, Y., Kanner, J., Granit, R., 1993. Hydrolysis study of carotenoid pigments of

paprika (Capsicum annuum L. variety Lehava) by HPLC/photodiode array

detection. Journal of Agricultural and Food Chemistry 41, 899-901.

Kim GS, Park JM, Kim MS. 2010. Functional Shock Responses of The Pear

According to The Combination of The Packaging Cushioning Materials. J

Biosystems Eng. 35(5):323-329.

Krajayklang M, Klieber A, Dry P R. 2000. Colour at harvest and postharvest

behavior influence paprika and chili spice quality. Elsevier Science

Postharvest Biology & Tech. 20 (2000) 269-278.

Jansasithorn R, East AR, Hewett EW, Mawson AJ dan Heyes JA. 2010.

Temperature dependecy of respiration rate of three chilli cultivars. Acta

Horticulturae 877: 1821-1826

Jung HM, Jeong GP. 2012. Effect of Vibration Stress on the Quality of Packaged

Apples during Simulated Transport. J Biosystem Eng. 37(1):44-60.

Kevresan Z, Mandic A P, Kuhajda K, Sakac M. 2009. Carotenoid content in fresh

and dry pepper Capsicum Annuum L. fruits for paprika production. Food

Processing, Quality and Safety 1-2 (2009), 21-27.

Monolopoulou H, G Xanthopoulos, N Douros dan Gr Lambrinos. 2010. Modified

Atmosphere Packaging Storage of Green Bell Peppers: Quality Criteria.

Biosystems Enginering 106: 535-543.

Muthmainah N. 2008. Mutu fisik Sawo (Achras zapota L.) dalam Kemasan pada

Simulasi Transportasi. [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Nurdjannah R. 2014. Perubahan Kualitas Cabe Merah dalam Berbagai Jenis

Kemasan selama Penyimpanan Dingin [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,

IPB.

Pangidoan S, Sutrisno, Purwanto YA. 2013. Simulasi Transportasi dengan

Pengemasan untuk Cabai Merah Keriting Segar. JTEP ISSN 2338-8439

Vol.27 April 2013.

Pantastico ERB. 1989. Fisiologi Pascapanen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Yogyakarta: Gajah

Mada Press.

Purwadaria HK. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-buahan dan Sayuran. PAU

Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Purwanto, Y.A., E. Darmawati, J. Munandar, M. Syukur and N. Purwanti. 2012.

Study on Market Appraisal and Value Chain Development of Chili Products in

West Java. Final Report FAO TCP/INS/3303 Project.

Page 42: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

30

Rahman MM, Miaruddin MD, Golam FC, Khan HH, Matin MA. 2012. Effect of

Different Packaging Systems and Chlorination on The Quality and Shelf Life

of Green Chili. Journal Agri. Res. 37(4): 729-736.. ISSN 0258-7122.

Sigge GO, Hansman CF and Joubert. 2001. Effects of storage conditions,

packaging material and metabisulphite treatment on the colour of dehydrated

green bell pepper (Capsicum annum L.). J. F.Quality, 24, 3, 205.

Siswadi. 2007. Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran. Innofarm:

Jurnal Inovasi Pertanian. 6(1):68-71.

Sirivatanapa S. 2006. Packaging and Transportation of Fruits and Vegetables for

Better Marketing. APO 2006 ISBN 92-833-7051-1.

Shahbazi F, Rajabipour A, Mohtasebi S, Rafie Sh. 2010. Simulated In-transit

Vibration Damage to Watermelons. J Agr Sci Tech Vol. 12: 23-34.

Soedibyo TM. 1992. Alat Simulasi Pengangkutan Buah-buahan Segar dengan

Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura Edn. 2 (1) : 66-73.

Sutrisno, Purwanto YA, Rakhelia E, Sugiyono. 2009. Perubahan Kualitas Buah

Manggis (Garcinia mangosiana L.) setelah Proses Transportasi dan

Penyimpanan Dingin. Prosiding Bidang Teknik Sumberdaya Alam Pertanian

ISSN 2081-7152.

Taksinamanee A, V Srilaong, A Uthairatanakij dan S Kanlayanarat. 2006. Effect

of Hydro-cooling Combine with Packing Method on Enzymatic Antioxidant

Activity and Some Physical Changes in Red Hot Chilli cv. ‘Superhot’. Acta

Hort. 712. ISHS.

Tarwyati D N. 2009. Kajian Pengaruh Kemasan Terhadap Kerusakan Fisik Kubis

Segar (Brassica Oleracea L.Var. Capitata) Selama Transportasi [tesis].

Bogor: Program Pascasarjana, IPB.

Techawongstien S. 2006. Postharvest Management of Fruit and Vegetables in the

Asia-Pacific Region – Thailand. Asian Productivity Organization 2006 ISBN

92-833-7051-1.

Tucker GA. 1993. Biochemistry of Fruit Ripening. Chapman and Hall, London

Utama MS. 2001. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar : Stress

pada Produk Pascapanen. Forum Konsultasi Teknologi Dinas Pertanian

Tanaman Pangan, Bali.

Vursavuş K, Özgüven F. 2004. Determining the Effects of Vibration Parameters

and Packaging Method on Mechanical Damage in Golden Delicious Apples.

Turkish J Agr. and Forestry 28(5): 311-320.

Walker S. 2010. Postharvest handling of fresh chiles. NM State University.

http://aces.nmsu.edu/pubs/_h/H235.pdf

Widjanarko S B. 2012. Fisiologi dan Teknologi Pascapanen. ISBN 978-602-203-

179-6. UB Press.

Wills R, Mcglasson B, Graham D, Joyce D. 1998. Post Harvest : An Introduction

to the Physiology and Handling on Fruits and Vegetable. Australia (AU) :

NSW Pr Limited.

Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor: M-BRIO

Press.

Znidarcic D, Ban II D, Milan O, M, Karic L, Pozra T, 2010. Influence of

postharvest temperatures on physicochemical quality of tomatoes

(Lycopersicon esculentum Mill.). J. Food Agric. Environ. 8, 21–25.

Page 43: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

31

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis sidik ragam susut bobot cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 1 1.44E-07 1.44E-07 1.50 0.2880

Transportasi 1 1.06E-08 1.06E-08 0.11 0.7563

Kemasan*transport 1 1.03E-07 1.03E-07 1.08 0.3581

Error 4 3.84E-07 9.60E-08

Corrected total 7 6.42E-07

Lampiran 2 Uji DMRT susut bobot cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 2.3035 4 Keranjang

A 2.3032 4 Kardus

A 2.3034 4 Lapangan

A 2.3033 4 Laboratorium

Lampiran 3 Analisis sidik ragam kekerasan cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 0.0004 0.0004 0.14 0.8723

Transportasi 1 0.0060 0.0060 4.24 0.0852

Kemasan*transport 2 0.0042 0.0042 1.47 0.3033

Error 6 0.0085 0.0014

Corrected total 11 0.0192

Lampiran 4 Uji DMRT kekerasan cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 0.4365 4 Sebelum

A 0.4245 4 Keranjang

A 0.4240 4 Kardus

A 0.4508 6 Lapangan

A 0.4058 6 Laboratorium

Page 44: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

32

Lampiran 5 Analisis sidik ragam derajat warna L cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 1.3268 0.66343 0.08 0.9251

Transportasi 1 7.4261 7.42613 0.88 0.3836

Kemasan*transport 2 4.135 2.067 0.25 0.7895

Error 6 50.4537 8.4089

Corrected total 11 63.3421

Lampiran 6 Uji DMRT derajat warna L cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 46.655 4 Sebelum

A 46.360 4 Keranjang

A 45.850 4 Kardus

A 47.075 6 Lapangan

A 45.502 6 Laboratorium

Lampiran 7 Analisis sidik ragam derajat warna a cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean

Square

F

Value Pr > F

Kemasan 2 5.13 2.565 0.24 0.7940

Transportasi 1 16.4502 16.4502 1.53 0.2623

Kemasan*transport 2 0.4272 0.2136 0.02 0.9804

Error 6 64.4958 10.7493

Corrected total 11 86.5032

Lampiran 8 Uji DMRT derajat warna a cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 26.883 4 Keranjang

A 26.830 4 Kardus

A 25.470 4 Sebelum

A 27.565 6 Lapangan

A 25.223 6 Laboratorium

Lampiran 9 Analisis sidik ragam derajat warna b cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 1.137 0.5685 0.18 0.8404

Tempat 1 42.0376 42.0376 13.23 0.0109

Kemasan*Tempat 2 5.2018 2.6009 0.82 0.4849

Error 6 19.0615 3.1769

Corrected total 11 67.438

Page 45: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

33

Lampiran 10 Analisis sidik ragam derajat warna b cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 13.620 4 Sebelum

A 13.203 4 Keranjang

A 12.868 4 Kardus

A 15.102 6 Lapangan

B 11.358 6 Laboratorium

Lampiran 11 Analisis sidik ragam kadar air cabai keriting segar

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Kemasan 2 0.0004 0.002 0.74 0.5151

Transportasi 1 0.0002 0.001 0.54 0.4958

Kemasan*transport 2 0.0009 0.004 1.49 0.2985

Error 6 0.0017 0.0003

Corrected total 11 0.0032

Lampiran 12 Uji DMRT kadar air cabai keriting segar

Duncan Grouping Mean N Tempat

A 0.8202 4 Sebelum

A 0.8125 4 Keranjang

A 0.8055 4 Kardus

A 0.8163 6 Lapangan

A 0.8091 6 Laboratorium

Lampiran 13 Alat – alat yang digunakan pada penelitian

(a) (b) (c)

Page 46: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

34

(d) (e) (f) (g)

(h) (i) (j) (k)

Keterangan : (a) Pick up (b) Simulator getar (c) Timbangan Camry (d) Stopwatch

(e) Rheometer (f) Oven (g) Timbangan (h) Desikator (i) Chromameter

(j) Android smartphone dengan Vibrometer app (k) Hobo Data Logger

Page 47: SIMULASI TRANSPORTASI CABAI KERITING SEGAR PADA … · warna dan kadar air tidak dipengaruhi oleh transportasi. Kata kunci : cabai merah, pascapanen, pengemasan, simulasi transportasi,

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 September 1991 dari pasangan

Bajongga Badihon Siahaan dan Ritha Siagian. Penulis adalah anak ketiga dari

empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 21 Jakarta dan pada

tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Teknik Mesin dan

Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Tahun 2013 penulis lulus dengan gelar

Sarjana Teknologi Pertanian dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Fakultas Teknologi Pertanian dan melanjutkan studi Master Sains di Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan program Fast Track pada program

studi Teknologi Pascapanen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota Komisi

Kesenian PMK IPB 2010-2011 dan menjadi pengurus 2011-2012 sebagai divisi

Intern. Penulis juga aktif sebagai bagian dari Himpunan Profesi mahasiswa

HIMATETA 2011-2012 dengan menjabat sebagai Ketua klub Bahasa dan

Jurnalistik. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif mengikuti kegiatan

kepanitiaan di acara-acara di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem seperti

menjadi Komisi Disiplin masa perkenalan departemen (SAPA 2011) dan acara-

acara di PMK IPB sebagai pemusik di beberapa acara PMK dan kepanitiaan

retreat PMK 2011 serta acara-acara Komisi Kesenian PMK IPB menjadi pemusik

dan panitia kegiatan-kegiatan. Tahun 2013-2014, Penulis aktif sebagai SC dan

alumni di Komisi Kesenian PMK IPB, PMK IPB dan HIMATETA.

Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tanggal 25 Juni 2012 – 10

Agustus 2012 di PT.Sandabi Indah Lestari, Bengkulu dengan judul Penanganan

Pascapanen Kelapa Sawit di PT. Sandabi Indah Lestari, Bengkulu. Penulis telah

menyelesaikan Skripsi untuk karya ilmiah dengan Judul Simulasi Transportasi

dengan Pengemasan Curah (Bulk Packaging) pada Cabai Merah Keriting Segar

dan melakukan publikasi jurnal dengan judul tersebut pada Jurnal Keteknikan

Pertanian (JTEP) ISSN 2338-8439 Vol.27 April 2013.