Download - Siklus Haid Dan Kelainan Haid

Transcript

PRESENTASISIKLUS HAID DAN GANGGUAN PADA SIKLUS HAID

Disusun oleh :

Nadira Danata

1102011188

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi

RSUD Pasar Rebo

Pembimbing :

Dr. Ahmad Helmy, Sp.OGSMF Obstetri Dan Ginekologi RSUD Pasar Rebo Jakarta Timur

Periode 25 Mei 2015 2 Agustus 2015SIKLUS HAID dan GANGGUAN pada SIKLUS HAIDI. SIKLUS HAID

Wanita memiliki siklus reproduksi bulanan, atau setiap 28 hari. Siklus haid terjadi sebagai akibat pertumbuhan dan pengelupasan lapisan endometrium uterus. Endometrium akan mengalami penebalan kembali atau fase proliferasi pada saat akhir siklus haid. Saat terjadi ovulasi, uterus berhenti tumbuh dan kelenjar/ glandula menjadi lebih aktif selama fase sekresi.

Perubahan endometrium dikontrol oleh siklus di ovarium yang rata-rata berlangsung dalam 28 hari, terdiri atas: 1) fase folikular, 2) ovulasi, dan 3) fase luteal (pasca-ovulasi). Fase luteal berlangsung tetap, yaitu 14 hari. Sedangkan fase folikular dapat memanjang dan menyebabkan perpanjangan siklus.

Siklus haid normal karena adanya hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine axis, respon folikel dalam ovarium, dan fungsi uterus.

Hormon Yang Mengatur Siklus Haid

Hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine axis mengontrol pematangan folikel dan ovulasi. Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan menyekresi gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Gonadotropin hipofisis memacu sintesis dan pelepasan FSH (Follicle-stimulating homone) dan LH (Luteinizing-hormone).

FSH adalah hormon glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama fase folikular. FSH membantu LH memacu sekresi hormon steroid, terutama esterogen oleh sel granulosa dari folikel matang.

LH yang merupakan hormon glikoprotein yang berperan dalam steroidogenesis dalam folikel dan berperan penting dalam ovulasi yang tergantung pada mid-cycle surge dari LH. Selain itu, LH juga turut mempengaruhi produksi progresteron oleh korpus luteum.

Aktivitas siklik dalam ovarium atau siklus ovarium dipertahankan oleh mekanisme umpan balik yang bekerja antara ovarium, hipotalamus, dan hipofisis.

SIKLUS OVARIUM

1. Fase folikular

a. Hari ke 1-8

Kadar FSH dan LH relatif tinggi pada awal siklus. Hal ini memacu perkembangan 10-20 folikel dengan satu folikel dominan, folikel yang lain mengalami atresia. Relatif tingginya kadar FSH dan LH merupakan trigger turunnya esterogen dan progresteron pada akhir siklus. Selama dan segera setelah haid kadar esterogen relatif rendah tapi mulai meningkat karena perkembangan folikel.

b. Hari ke 9-14

Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi sel-sel folikel primer menjadi folikel sekunder (folikel antrum) yang dapat mengeluarkan esterogen. Selama perkembangan tahap folikel ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan yang disebut antrum, yang berada di antara sel-sel granulosa. Sewaktu sel folikel mulai mengeluarkan esterogen, sebagian dari esterogen masuk ke sirkulasi darah, sebagian lagi terakumulasi di antrum. Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai terbentuk. Diameter folikel meningkat. Pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi lanjut dari sel granulosa dan sel teka. Pembesaran antrum juga berkontribusi dalam pertumbuhan folikel yang drastis. Produksi esterogen meningkat seiring dengan pertumbuhan folikel.

Hingga hari ke-14, salah satu folikel tumbuh lebih cepat dibandingkan folikel lainnya, berkembang menjadi folikel matang (Folikel tertier/ de Graff). Pada folikel ini, antrum menempati sebagian besar ruang. Oosit, yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser asimetris ke salah satu sisi folikel, dalam satu gundukan kecil yang menonjol ke dalam antrum.Perubahan hormon yang terjadi dalam tahap pematangan folikel adalah kenaikan esterogen yang progresif oleh sel granulosa. Mencapai puncak 18 jam sebelum ovulasi. Karena kadar esterogen meningkat, pelepasan FSH dan LH ditekan (umpan balik negatif) agar tidak terjadi hiperstimulasi ovarium dan pematangan banyak folikel. Sel granulosa juga mengeluarkan inhibin yang berperan sebagai faktor dalam mencegah folikel yang matang.

Gambar 1. Kontrol umpan balik sekresi FSH dan LH selama fase folikular

2. Ovulasi Hari ke 14

Folikel matang yang telah membesar ini menonjol dari permukaan ovarium dan menciptakan suatu zona tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat ovulasi. Pecahnya folikel disebabkan oleh enzim-enzim folikel yang mencerna jaringan ikat dinding folikel sehingga dinding tersebut melemah dan tidak mampu menahan isi folikel yang cepat membesar.

Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan miotik pertamanya. Ovum (oosit sekunder) masih dikelilingi oleh zona pelusida dan sel granulosa (kini disebut korona radiata), tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterina, tempat fertilisasi dapat terjadi. Pecahnya folikel saat ovulasi menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainya fase luteal.Perubahan hormon: esterogen meningkatkan sekresi LH (melalui hipotalamus) mengakibatkan meningkatnya produksi androgen dan esterogen (umpan balik positif). Segera sebelum ovulasi terjadi penurunan kadar estradiol yang cepat dan peningkatan produksi progresteron. Ovulasi terjadi dalam 8 jam dari mid-cycle stage LH.

Gambar 2. Kontrol lonjakan LH saat ovulasi

3. Fase luteal

Hari ke 15-28

Sisa folikel tertahan dalam ovarium dipenitrasi oleh kapiler dan fibroblas dari sel teka. Sel granulosa mengalami luteinisasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum merupakan sumber utama hormon steroid seks, esterogen, dan progresteron disekresi oleh ovarium pada fase pasca-ovulasi. Dibawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan progresteron dan esterogen, dengan progresteron diproduksi paling banyak. Fase luteal di dominasi oleh progresteron.

Progresteron yang mendominasi fase luteal dengan kuat menghambat sekresi LH dan FSH. Inihibisi LH dan FSH oleh folikel mecegah pematangan folikel baru dan ovulasi selama fase luteal. Dibawah pengaruh progresteron, sistem reproduksi dipersiapkan untuk menunjang ovum yang sudah dilepaskan apabila dibuahi.

Korpus luteum akan berdegenerasi apabila tidak terjadi fertilisasi. Menurunnya kadar LH yang didorong efek inhibitorik progresteron berperan dalam degenerasi korpus luteum. Matinya korpus luteum menandakan berakhirnya fase luteal dan mempersiapkan fase folikel berikutnya. Kadar progresteron dan esterogen plasma turun pada degenerasi korpus luteum. Hal ini mengakibatkan hilangnya inhibisi kedua hormon ini terhadap hipotalamus yang memungkinkan sekresi LH dan FSH kembali meningkat. Dibawah kedua hormon gonadotropin ini, kelompok baru folikel primer mulai diinduksi untuk matang dengan dimulainya fase folikular baru.

Selama fase luteal kadar gonadotropin mencapai nadir dan tetap rendah sampai terjadi regresi korpus luteum yang terjadi pada hari 26-28. Jika terjadi konsepsi dan implantasi, korpus luteum tidak mengalami regresi karena dipertahankan oleh gonadotropin yang dihasilkan oleh trofoblas. Jika konsepsi dan implantasi tidak terjadi korpus luteum akan mengalami regresi terjadilah haid. SIKLUS UTERUS

Dengan diproduksinya hormon steroid oleh ovarium secara siklik akan menginduksi perubahan penting pada uterus, yang melibatkan endometrium dan mukosa serviks. Hal ini menghasilkan siklus haid/ siklus uterus. Siklus berlangsung rerata 28 hari. Pengaruh Esterogen dan Progesteron Terhadap UterusUterus terdiri dari dua lapisan utama, yakni miometrium (lapisan otot polos luar) dan endometrium, lapisan dalam yang mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar. Endometrium terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan superfisial yang akan mengelupas saat haid dan lapisan basal yang tidak ikut dalam proses haid, tetapi ikut dalam proses regenerasi lapisan superfisial untuk siklus berikutnya. Batas 2 lapis tersebut ditandai dengan perubahan dalam karakteristik arteriola yang memasok endometrium. Basal endometrium kuat, tapi karena pengaruh hormon menjadi berlekuk dan memberikan kesempatan a.spiralis berkembang. Susunan anatomi tersebut sangat penting dalam fisiologi pengelupasan lapisan superfisial endometrium.

Esterogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium. Hormon ini juga menginduksi sintesis reseptor progresteron di endometrium. Progresteron bekerja pada endometrium yang telah dipersiapkan oleh esterogen untuk menjadikannya tempat yang sesuai bagi pertumbuhan ovum yang dibuahi. Dibawah pengaruh progresteron, jaringan ikat endometrium menjadi longgar dan edematosa akibat akumulasi elektrolit dan air, menfasilitasi implantasi ovum yang dibuahi. Progresteron mempersiapkan endometrium untuk menampung mudigah dengan mendorong kelenjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan glikogen dalam jumlah besar dan merangsang pertumbuhan pembuluh darah endometrium. Progresteron juga berperan dalam mengurangi kontraktilitas uterus.

Siklus haid terdiri dari 3 fase, yaitu: fase haid, fase proliferatif, dan fase sekretorik/progrestional.Fase Haid

Fase haid ditandai dengan pengeluaran darah dan sisa endometrium dari vagina. Hari pertama haid menandakan siklus baru, yakni pengakhiran fase luteal dan dimulainya fase folikular. Normal fase luteal berlangsung selama 14 hari. Pada akhir fase ini terjadi regresi korpus luteum yang ada hubungannya dengan menurunnya produksi esterogen dan progresteron ovarium. Karena kedua hormon ini berperan dalam mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi, maka penurunan sekresi esterogen dan progresteron ini menyeabkan lapisan dalam uterus yang kaya vaskular dan nutrien ini kehilangan homon-hormon penunjangnya. Penurunan diikuti oleh kontraksi spasmodik yang intens dari bagian arteri spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi pengelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah perdarahan.

Vasospasmus terjadi karena adanya produksi lokal prostaglandin uterus yang disebabkan penurunan hormon ovarium. Prostaglandin uterus menyebabkan vasikontriksi pembuluh darah endometrium sehingga suplai oksigen berkurang kemudian menyebabkan kematian endometrium, termasuk pembuluh darahnya. Sebagian besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah lapisan dalam yang tipis berupa sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium.

Prostaglandin juga meningkatkan kontraksi ritmik miometroium uterus yang membantu pengeluaran darah dan sisa endometrium dari kavum uteri melalui vagina sebagai darah haid. Kontraksi uterus yang berlebihan akibat kenaikan prostaglandin menyebabkan dismenore.

Aliran darah haid tidak membeku karena adanya aktivitas fibrinolotik lokal dalam pembuluh darah endometrium yang mencapai puncaknya saat haid. Jika darah keluar deras melalui pembuluh darah yang rusak, darah menjadi kurang terpajan fibrinolisin dan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah. Darah haid juga mengandung leukosit yang berperan dalam pencegahan terhadap infeksi pada endometrium yang terbuka.

Haid berlangsung selama 5-7 hari setelah degenerasi korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folikular ovarium. Penghentian progresteron dan esterogen akibat degenerasi korpus luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium (haid) dan terentuknya folikel baru di ovarium, dibawah pengaruh hormon gonadotropik yang kadarnya meningkat. Turunnya sekresi gonad menyebakan hilangnya pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anterior sehingga sekresi FSH dan LH meningkat dan fase folikular baru dapat dimulai. Setelah lima sampai 7 hari dibwah pengaruh FSH dan LH, folikel baru berkembang dan menghasilkan cukup esterogen untuk pertembuhan endometrium.

Fase poliferasi

Darah haid berhenti, dan fase proliferatif siklus uterus dimulai bersamaan dengan bagian terakhir fase folikular ovarium ketika endometrium mulai memperbaiki diri dan berpoliferasi dibawah pengaruh esterogen dan folikel-folikel yang berkembang. Saat aliran darah haid berhenti, yang tersisa adalah lapisan endometrium tipis. Esterogen merangsang proliferasi sel epitel, kelenjar, dan pembuluh darah di endometrium sehingga lapisan ini menebal. Fase proliferatif berlangsung dari akhir haid hingga ovulasi. Kadar puncak esterogen memicu lonjakan LH yang menjadi penyebab ovulasi.Fase sekretoris

Setelah ovulasi, memasuki fase luteal, uterus masuk ke fase sekretorik. Korpus luteum memproduksi progresteron dan esterogen dimana progresteron menjadi yang dominan. menginduksi perubahan sekresi endometrium. Progresteron menginduksi endometrium yang menebal dan telah disiapkan oleh esterogen menjadi jaringan kaya vaskular dan glikogen. Jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum berdegenerasi dan fase folikular dan fase haid baru dimulai kembali.

Pada endometrium tampak sekretori dari vakuole dalam epitel kelenjar di bawah nukleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar dan menjadi berkelok-kelok.

Mukus serviks

Pada perempuan ada kontinuitas yang langsung antara alat genital bagian bawah dengan kavum protonei. Kontinuitas ini sangat penting untuk akses spermatozoon menuju ke ovum, fertilisasi terjadi dalam tuba falopii. Ada risiko infeksi yang asendens, tetapi secara alami risiko tersebut dicegah dengan adanya mukus serviks sebagai barier yang permeabilitasnya bervariasi selama siklus haid.

1. Awal fase folikular mukus serviks viskus dan impermeabel. Mukus menjadi banyak, encer, dan jernih.2. Akhir fase folikular kadar esterogen meningkat memacu perubahan dan komposisi mukus, kadar airnya meningkat secara progresif, sebelum ovulasi terjadi mukus serviks banyak mengandung air dan mudah dipeneterasi oleh spermatozoon. Perubahan ini dikenal dengan istilah spinnbarkheit.3. Setelah ovulasi progresteron diproduksi oleh korpus luteum yang efeknya berlawanan dengan esterogen, dan mukus serviks menjadi impermeabel lagi. Mukus menjadi kental dan lengket sehingga menutup lubang serviks. Sperma tidak dapat menembus sekat mukus kental ini.

Perubahan-perubahan ini dapat dimonitor oleh perempuan sendiri jika ingin terjadi konsepsi atau dia ingin menggunakan rhythm method kontrasepsi. Dalam klinik perubahan ini dapat dimonitor dengan memeriksa mukus serviks di bawah mikroskop tampak gambaran seperti daun pakis atau fern-like pattern yang paralel dengan kadar esterogen sirkulasi, maksimum pada saat sebelum ovulasi, setelah itu perlahan-lahan hilang.

Gambar 3. Korelasi antara kadar hormon dan perubahan siklik ovarium dan uterusII. GANGGUAN PADA SIKLUS HAID

Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (rentang 20- 80 ml), atau 2-5 kali pergantian pembalut/hari.

Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus haid, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu. Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Perubahan pada siklus haid

a) Polimenorea

Siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.

b) Oligomenorea

Siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.

c) Amenorea

Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi dapat berkaitan dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan metode pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan dengan amenorea yang abnormal. Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :

a. Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan haid sampai umur 18 tahun. Amenore primer adalah tidak adanya menstruasi sampai usia 16 tahun dengan perkembangan pubertas yang normal atau sampai usia 14 tahun dengan perkembangan pubertas yang tidak normal. Disebabkan terutama karena gangguan poros hipotalamus-hipofisis-ovarium dan tidak terbentuknya alat genitalia.

b. Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18 tahun tetapi kemudian tidak ada periode menstruasi selama 3 bulan berturut-turut.

Sebab terjadinya amenorea:

1.Fisiologis : sebelum menarche, hamil dan laktasi, menopause senium

2.Kelainan congenital

3.Didapat : infeksi genitalia, tindakan tertentu, kelainan hormonal, tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium, kelainan dan kekurangan gizi.

2. Perubahan jumlah darah haid

a. Hipermenorea atau menoragia

Perdarahan menstruasi yang berlangsung lebih dari 8-10 hari dengan perdarahan yang keluar dari 80 ml diklasifikasikan sebagai berlebihan atau menoragia. Terjadinya pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan haidnya biasanya anovoasi. Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim), dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi.

b. Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yang lebih pendek dari biasanya. Dapat disebabkan kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu.

3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid

Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia.

4. Dismenore

Dismenore Dismenore adalah keluhan yang sangat sering dan dapat terjadi primer maupun sekunder, tetapi dismenore primer terjadi lebih sering. Simtom diantaranya adalah nyeri abdomen bawah seperti kram dan nyeri pelvik yang menjalar sampai ke paha dan punggung tanpa adanya gambaran patologik pelvik.

Penyebab Terganggunya Siklus Haid

Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :

1. Fungsi hormon terganggu

Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik Tubuhnya

Sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.

3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakitsakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

5. Hormon prolakin berlebih

Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis.

Intervensi yang dilakukan berdasarkan perubahan pada lamanya siklus haid

Polimenorea: pemberian kontrasepsi oral yang dapat mengatur periode menstruasi.

Oligomenorea: Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, pengurangan berat badan pada wanita yang obesitas serta pemberian hormon gonadotropin.

Amenorea

Menetapkan gangguan penyebab amenorea karena kelainan hormonal

a. Memberikan progestin

b. Kemungkinan gangguan ovarium

c. Dilakukan induksi ovulasi dangan pemeriksaan hormonal

d. Prolaktin

e. Pada disfungsi karena hiperprolaktikemia menstrual dapat diobati dengan bromokprit (pardoled).

f. Bila gagal menentukan sebab amenorea, dilakukan : laparoskopi atau foto kepala untuk mencari penyebab sentral

Gangguan yang Berhubungan dengan Haid

Sindrom premenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesterone.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita 29 yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis. Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala tersebut di atas (Manuaba, 2002).

b. Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).

Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.

DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, Sarjono. 2008. Ilmu Kebidanan Ed.4. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Prawiroharjo, Sarjono. 2011. Ilmu Kandungan Ed.3. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem Ed.6. Jakarta: EGC

14