37
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37-50
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
SIKAP SISWA DALAM PENGGUNAAN SERAGAM SEKOLAH
DI SMP NEGERI 13 BANDA ACEH
Nadya Ulva1, Anizar Ahmad2, Fitriana2
Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, Indonesia
Email Correspondence: [email protected]
ABSTRAK
Pemakaian seragam sekolah sebagai salah satu alat kedisiplinan, kerapian dan keteraturan
siswa dalam melaksanakan pendidikan. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa menerima tata tertib dan mengidentifikasi kepatuhan siswa dalam
menjalankan tata tertib berbusana muslim di SMP Negeri 13 Banda Aceh. Penelitian
dilakukan dengan metode kuantitatif dengan jumlah sampel 55 siswa dengan pengambilan
sampel dengan menggunakan random sampling untuk mengetahui sikap di ukur melalui skala
likert. Teknik pengumpulan data dengan cara membagikan angket (kueisioner) kepada siswa.
Selanjutnya dianalisis data secara Kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tingkat pemahaman siswa di SMP Negeri 13 Banda Aceh dalam menerima tata tertib sekolah
termasuk katagori kurang sebesar (46%). Hal ini dapat dari banyaknya siswa memodifikasi
seragam sekolah. Siswa tidak menggunakan pakaian dengan rapi yang dampaknya siswa
tersebut akan mendapatkan sanksi dan hukuman dari sekolah. Dan terkait dengan kepatuhan
siswa dalam menggunakan busana muslim sebagian besar termasuk katagori cukup sebesar
(60%) yaitu siswa dengan sengaja memodifikasi seragam sekolah di luar ketentuan yang
diperbolehkan, bagi siswa perempuan memendekkan baju, menggunakan model kerudung
yang tidak menutupi dada, serta kebiasaan menggunakan seragam sekolah yang modis agar
tampil menarik. Bagi siswa laki-laki memodifikasi celana hingga menjadi kuncup agar tampil
keren. Disarankan kepada orang tua dapat bekerjasama dengan pihak sekolah dalam upaya
melatih kedisplinan sekolah dalam pemakaian seragam sekolah.
Kata Kunci : Siswa, Seragam sekolah, Disiplin.
1 Alumni Program Studi PKK FKIP UNSYIAH 2 Dosen Program Studi PKK FKIP UNSYIAH
38
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37-50
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
ABSTRACT
The use of school uniforms is one of the disciplinary tools, neatness and orderliness of
students in carrying out education. The aim of this study was to determine the level of
understanding of students receiving the rules and to identify student compliance in carrying
out the rules of Muslim clothing at SMP Negeri 13 Banda Aceh. This research was conducted
using quantitative method with sample size of 55 students, and the sample was taken using
random sampling. In determining student attitudes, the researcher used Likert scale. The
data collection technique was by distributing questionnaires to students. Furthermore, the
data were analyzed quantitatively. The results of this study indicate that the level of
understanding of students at SMP Negeri 13 Banda Aceh in accepting school discipline is in
the poor category, namely (46%). This can be seen from the number of students modifying
their school uniforms. Students do not wear uniforms neatly, so those students would get
sanctions and punishment from the school. Related to the compliance of students in using
Muslim clothing, most of them belong to the sufficient category, namely (60%). Students
deliberately modify school uniforms outside the permissible conditions, for female students to
shorten their uniform, use a veil that does not cover the chest, and the habit of wearing
fashionable school uniforms to make them look attractive. For male students, modify the
pants to make them tight to look cool. It is recommended that parents cooperate with the
school in an effort to train school discipline in wearing school uniforms
Keywords: Students, School Uniforms, Discipline.
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan lembaga dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang berkaitan dengan proses pendidikan.
Sekolah sebagai organisasi pendidikan
formal yang memiliki tanggung jawab
dalam meningkatkan mutu pendidikan,
sebagai organisasi pendidikan formal,
sekolah sangat identik dengan hal-hal yang
menuntut sikap disiplin. Salah satu sikap
disiplin ialah pemakaian seragam sekolah.
Setiap sekolah memiliki seragam sekolah
yang sudah ditentukan dan diatur oleh
pemimpin sekolah itu masing-masing.
Pemakaian seragam sekolah dilandaskan
berdasarkan surat keputusan Direktur
Jendral Pendidikan Dasar dan Menegah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
No.052/C/Kep/D/82.
Sekolah secara resmi memiliki
aturan dalam pemakaian seragam sekolah
terhadap siswa dan siswinya dengan
berbagai alasan bahwa seragam sekolah
39
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
adalah sebuah alat kedisiplinan, kerapian
dan keteraturan siswa dan siswi dalam
melaksanakan pendidikan. Melalui
Seragam sekolah juga sebagai bentuk
sikap disiplin dan tidak membedakan
masing-masing siswa yang beraneka
ragam. Hal tersebut dapat dilihat dari
perilaku siswa, yaitu berpakaian tidak rapi,
berpakaian yang dimodifikasi, yang
bertentangan dengan peraturan sekolah,
contoh yang sering dilakukan seperti
mengubah ukuran seragam sekolah dari
panjang menjadi pendek, sehingga bentuk
tubuh terlihat, memakai tata rias yang
berlebihan, celana dikuncupkan, dan
kurang rapi.
Hasil observasi awal pada tanggal
17 September 2019 penulis mengamati
pakaian seragam sekolah yang digunakan
siswa dan siswi SMP Negeri 13 Banda
Aceh, dan dengan diberlakukan syari’at
Islam di Aceh yang tercantum dalam
Qanun Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam Nomor 11 Tahun 2002 tentang
pelaksanaan syari’at Islam bidang aqidah,
ibadah, dan syar’iat Islam pada bab V
pasal 13 Ayat 1 dan 2 yaitu : “Setiap orang
Islam wajib berbusana islami. Pimpinan
instansi pemerintah, lembaga pendidikan,
badan usaha atau institusi masyarakat
wajib membudayakan busana islami di
lingkungannya”. Sebagaimana pada tempat
lain di lembaga pendidikan mengharuskan
kepada seluruh peserta didik menutup
aurat yang tidak tembus pandang dan tidak
memperlihatkan bentuk tubuh belum
memenuhi kriteria yang sesuai dengan
Syari’at Islam serta masih banyak yang
melakukan pelanggaran. Untuk itu
penelitian ini diharapkan akan mengetahui
tingkat pemahaman siswa menerima tata
tertib sekolah di SMP Negeri 13 Kota
Banda Aceh dan mengindetifikasi
kepatuhan siswa SMP Negeri 13 Banda
Aceh dalam menjalankan tata tertib
berbusana muslim di sekolah.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Kuantitatif. Dalam
hal ini penelitian dilakukan dengan
memberikan kuesioner kepada siswa SMP
Negeri 13 Banda Aceh yang tentang
pemahaman terhadap sikap siswa dalam
penggunaan seragam sekolah dengan tata
tertib yang ada di sekolah. Akan tetapi
karena kondisi wabah Virus Covid-19
yang terserang di Indonesia sehingga
pemerintah pusat memberikan himbauan
kepada seluruh masayarat yang ada di
Indonesia untuk lockdown, termasuk
sekolah juga diliburkan sehingga
penelitian ini dilakukan secara online atau
daring.
40
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII dan kelas XI SMP
Negeri 13 Banda Aceh yang berjumlah
288 orang. Sampel penelitian ini
ditetapkan secara Random Sampling. Bila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik
diambil seluruhnya sehingga penelitiannya
merupakan populasi. Selanjutnya jika
subyeknya besar dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih
tergantung kepada kemampuan peneliti
(Sugiyono, 2014:17) Adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini ialah
siswa kelas VIII dan XI sehingga sampel
diambil 20% dari setiap kelasnya sehingga
berjumlah 55 orang (Arikunto 2010:112)
Analisis data yang dilakukan secara
kuantitatif dengan menghitung jumlah
frekuensi dari setiap alternatif jawaban
yang disediakan untuk setiap item dan
jumlah presentase dari setiap frekuensi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data dan hasil
penyebaran angket kepada 55 siswa yang
terkait tanggapan siswa dalam penggunaan
seragam sekolah di SMP Negeri 13 Banda
Aceh dapat dijelaskan beberapa hal
penting terkait sikap siswa tersebut.
Berikut ini adalah diagram lingkaran
karakteristik responden berdasarkan
jenjang kelas.
Grafik 1 Karakteristik Responden Menurut
Jenjang Kelas
Berdasarkan grafik 1 di atas, dapat
di ketahui bahwa responden dalam
penelitian ini terdiri kelas VIII dan IX.
Responden dari kelas VIII berjumlah 21
orang (38%), dan responden kelas IX
berjumlah 34 orang (62%) dari total
keseluruhan.
Selanjutnya diagram lingkaran
karakteristik responden berdasarkan usia
responden.
41
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
Grafik 2 Karakteristik Usia Responden
Berdasarkan grafik 2 di atas, dapat
di ketahui bahwa responden dalam
penelitian ini terdiri dari berbagai usia 12-
15 tahun. Usia yang terbanyak 15 tahun
(64%), selanjutnya 14 tahun (29%) dan
yang paling sedikit berusia 13 tahun (5%)
dan 12 tahun (1,8%) dari total
keseluruhannya.
Selanjutnya dibawah ini diagram
lingkaran karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin.
Grafik 3 Karakteristik Responden
Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan grafik 3 di atas dapat
diketahui penggolongan responden
berdasarkan jenis kelamin dari laki-laki
dan perempuan. Responden berjenis
kelamin laki-laki terdiri dari 20 orang
(36%) dan perempuan 35 orang (64%) dari
55 siswa.
Berikut ini adalah diagram
lingkaran pembahasan penelitian untuk
mengetahui pendapat responden terhadap
melepas atribut sekolah maka dapat dilihat
pada grafik berikut:
Grafik. 4. Melepas Atribut Seragam
Sekolah
Dari grafik 4. diatas dapat di
ketahui dari aspek kebiasaan melepaskan
atribut seragam sekolah saat jam istirahat
berlangsung dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa sebanyak 25 (46%)
siswa “setuju” terhadap pernyataan
tersebut. Dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa hampir setengahnya
termasuk pada katagori kurang terhadap
42
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
disiplin siswa yang melepaskan atribut
seragam sekolah saat jam istirahat
berlangsung. Menurut Hurlock (2016:82)
“tujuan disiplin ialah membentuk prilaku
sedemikian rupa hingga ia akan sesuai
dengan peran-peran yang ditetapkan
kelompok budaya, tempat individu itu di
identifikasikan”.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap mengikuti peraturan
sekolah maka dapat dilihat pada grafik
berikut:
Grafik. 5. Mengikuti Peraturan Sekolah
Dari grafik 5. diatas dapat
disimpulkan bahwa mengikuti peraturan
sekolah dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa yaitu sebanyak 34 (62%) siswa
“tidak setuju” terhadap pernyataan
tersebut. Dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa sebagian besar termasuk
katagori cukup yaitu siswa tidak tertib
untuk mengikuti peraturan sekolah.
Menurut Hurlock (2013:97) menyatakan
“kepatuhan dan disiplin harus ditanamkan
dan dikembangkan dengan kemauan dan
kesugguhan”. Kepatuhan dan ketaatan
siswa terhadap berbagai aturan tata tertib
sekolah yang berlaku disekolah disebut
dengan disiplin siswa. Disiplin siswa
merupakan suatu kebiasaan yang terbentuk
pada diri siswa dalam hal mematuhi dan
menaati semua peraturan sekolah atau tata
tertib yang telah dibuat oleh suatu lembaga
sekolah. Dalam hal ini disiplin perlu
diterapkan di sekolah, Anas (2013:244)
menyatakan disiplin adalah perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan yang berlaku. Selanjutnya, Tulus
(2016 : 33) menyatakan bahwa disiplin
adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk
melalui proses serangkaian perilaku
menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau
ketertiban.
Berdasarkan uraian kedisiplinan di
atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan
adalah suatu bentuk perilaku yang taat dan
patuh terhadap peraturan-peraturan dan
ketentuan yang ada baik di sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Disiplin
terjadi dan terbentuk sebagai hasil dan
dampak proses pembinaan yang dilakukan
43
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
mulai dari dalam keluarga dan berlanjut
dalam pendidikan di sekolah. Siswa yang
disiplin akan sangat membantu dirinya
sendiri untuk memiliki kepribadian yang
taat dan teratur. (Koesoema, 2012 : 236)
Dari tinjauan kebiasaan disiplin
siswa tersebut di atas, dapat dijelaskan
bahwa SMP Negeri 13 Banda Aceh adalah
salah satu sekolah yang menerapkan
disiplin bagi siswa dan siswinya. Siswa
harus mematuhi segala peraturan yang ada
di sekolah. Usia siswa yang masih remaja
cenderung memiliki tingkat emosi yang
masih labil, mereka belum paham akan
keadaan diri mereka sendiri dan
lingkungan sekolah sehingga sering kali
mereka melanggar peraturan sekolah
dengan tidak berperilaku disiplin,
khususnya siswa kelas dua dan tiga.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap kebiasaan
mendapatkan hukuman maka dapat dilihat
pada grafik berikut:
Dari grafik 6. diatas menjelaskan
dari aspek kebiasaan mendapatkan
hukuman dapat dijelaskan bahwa sebanyak
26 (47%) siswa “setuju” terhadap
pernyataan tersebut. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hampir
setengahnya termasuk katagori kurang
yaitu siswa mendapat sanksi dan hukuman
di sekolah karena tidak patuh dan menaati
peraturan tata tertib di sekolah. Menurut
Hurlock (2013 : 87) menyebutkan
“hukuman dapat berfungsi untuk
menghindari pengulangan tindakan yang
tidak diinginkan, mendidik, memberi
motivasi untuk mengindari prilaku yang
tidak diterima”. Pemberian hukuman
diharapkan untuk secara psikologis dapat
mengarahkan anak dari perbuatan yang
cenderung untuk melanggar ketertiban,
dengan adanya hukuman anak dapat
mengasosiasikan dengan pelanggaran
Grafik 6. Kebiasaan mendapatkan
hukuman
Grafik. 6. Kebiasaan Mendapatkan
Hukuman
Grafik. 6. Kebiasaan Mendapatkan
Hukuman
44
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
ketertiban, sehingga timbulah pengertian
baru terhadap perbuatan baik dan buruk.
Selanjutnya Tulus (2004:42)
menyatakan “pemberian hukuman sangat
penting karena dapat memberikan
dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk
menaati dan mematuhinya”. Siswa yang
melanggar peraturan yang berlaku harus
diberi sanksi disiplin. Sanksi itu
diharapkan mempunyai nilai pendidikan.
Dengan demikian, diharapkan tidak ada
lagi pelanggaran yang sama atau yang
lainnya. Siswa yang lain pun menjadi takut
melakukan pelanggran karena sekolah
akan menerapkan sanksi displin secara
konsisten.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap penggunaan seragam
sekolah yang modis agar tampil menarik
maka dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik. 7. Penggunaan Seragam Sekolah
Yang Modis Agar Tampil Menarik
Berdasarkan grafik 7. diatas dapat
disimpulkan dari aspek penggunaan
seragam sekolah yang modis agar tampil
menarik dapat dijelaskan sebanyak 34
(63%) siswa “setuju” terhadap pernyataan
tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
termasuk katagori cukup yaitu siswa
menggunakan seragam sekolah yang
modis agar tampil menarik. Seragam
sekolah merupakan pakaian yang dipakai
sebagai penampilan seorang siswa
disekolah sehari-hari, dalam fenomena
budaya dan komunikasi pemakaian
seragam sekolah juga berucap banyak
tentang identitas pemakainya.
Penjelasan diatas masuk kedalam
faktor sosial yaitu seseorang mengenakan
busana cenderung mengikuti perilaku
berbusana orang-orang disekelilingnya,
terutama orang-orang terdekatnya, seperti
saudara dan teman-temannya. Orang akan
cenderung mengikutinya bila menurutnya
pakaian tersebut sesuai dengan dirinya,
bagus dan cocok bila dipakai olehnya,
apalagi jika mode pakaian tersebut sedang
trend diantara mereka. (Walgito (2004:51).
Untuk mengetahui pendapat
responden modifikasi seragam sekolah
agar Trendy maka dapat dilihat pada grafik
berikut :
45
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
Grafik. 8. Modifikasi Seragam Sekolah
Agar Trendy
Dari grafik 8. diatas dapat
dijelaskan dari aspek memodifikasi
seragam sekolah agar trendy dapat
dijelaskan sebanyak 33 (60%) siswa
“setuju” terhadap pernyataan tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar siswa termasuk
katagori cukup yaitu siswa memodifikasi
seragam sekolah, sehingga berlawanan
dengan tata tertib di sekolah.Tata tertib
sekolah merupakan alat kontrol atau
rekayasa sosial terhadap siswa.
Pelaksanaan tata tertib ini tentunya
mempunyai tujuan agar siswa mengetahui
tugas, hak dan kewajibannya. Tata tertib
sekolah adalah aturan atau peraturan yang
baik dan merupakan hasil pelaksanaan
yang konsisten dari peraturan yang ada.
Pelaksanaan tata tertib ini akan berjalan
dengan baik apabila guru, siswa, dan
semua warga sekolah saling mendukung
satu sama lain untuk melaksanakan tata
tertib yang berlaku. (Kemendikbud, 2010)
Oleh sebab itu, dari pengertian di
atas dapat dipahami bahwa tata tertib
sekolah merupakan kumpulan peraturan
atau aturan-aturan yang dibuat oleh
sekolah secara tertulis dan bersifat
mengikat untuk semua warga sekolah dan
berfungsi sebagai pedoman bagi siswa
dalam berperilaku. Pedoman ini
mengharapkan siswa dapat berperilaku
sesuai dengan tata tertib yang berlaku di
lingkungan sekolah supaya proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan lancar dan
prestasi siswa menjadi maksimal.
(Hurlock, 2013 : 98)
Selama ini banyak para siswa yang
mempunyai anggapan bahwa tata tertib
sekolah hanya membatasi kebebasan
mereka sehingga berakibat pelanggaran
terhadap peraturan itu sendiri. Akan tetapi
tanpa disadari akibat dari kebebasan yang
kurang dipertanggungjawabkan itu akan
merugikan dirinya sendiri, keluarga dan
juga masyarakat. Oleh karenanya, tata
tertib di sekolah diberikan kepada siswa
untuk dipatuhi dan dilaksanakan bukan
untuk dilanggar, seperti berperilaku yang
baik, tidak melakukan perbuatan yang
menyimpang, berbusana yang benar,
46
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
bertutur kata yang baik, dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan perbuatan.
Hasil observasi di SMP Negeri 13
Kota Banda Aceh, umumnya siswa kelas
VIII dan XI menunjukkan perilaku disiplin
yang rendah selama kegiatan survei dan
wawancara dengan siswa SMP Negeri 13
Kota Banda Aceh. Hal ini bisa dilihat dari
perilaku siswa, seperti berpakaian tidak
rapi dan berpakaian yang dimodifikasi
yang bertentangan dengan peraturan
sekolah, seperti halnya mengubah ukuran
seragam sekolah dari panjang menjadi
pendek, sehingga bentuk tubuh terlihat,
memakai tata rias yang berlebihan, celana
dikuncupkan, dan kurang rapi.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap motivasi orangtua
dalam penggunaan busana muslim maka
dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik. 9. Motivasi Orangtua Dalam
Penggunaan Busana Muslim
Dari grafik 9. diatas diketuhi dari
aspek peran orangtua dalam memotivasi
siswa dalam menggunakan busana muslim
dapat dijelaskan sebanyak 41 (75%) siswa
“ tidak setuju” terhadap pernyataan
tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar
termasuk katagori cukup yaitu orangtua
tidak turut memberikan motivasi kepada
para siswa terhadap menggunakan busana
muslim dan berperan aktif dalam hal
dukungan keberhasilan proses belajar
mengajar di sekolah.
Dalam hal ini sangat diperlukan
peran orang tuan sebagai fungsinya
menurut Syamsul (2011: 38) Fungsi orang
tua ialah pemberi rasa aman bagi anak dan
anggota kelauarga lainnya, memenuhi
kebutuhan anak, baik kebutuhan fisik
maupun mental. Tugas dan tanggung
jawab utama orang tua adalah merawat dan
membesarkan anak, melindungi anak dari
penyimpangan akidah yang tidak sesuai
dengan pandangan hidup muslim.
Pemberian motivasi berpakaian sesuai
syariat dimaksudkan agar timbul dorongan
pada diri siswa untuk berpakaian sesuai
syariat Islam berdasarkan kesadaran dalam
dirinya. Pemberian motivasi oleh orang tua
47
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
agar menghasilkann perubahan prilaku
yang lebih baik.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap kenyamanan
menggunakan busana muslim maka dapat
dilihat pada grafik berikut:
Grafik. 10. Kenyamanan Menggunakan
Busana Muslim
Dari grafik 10. diatas dapat ditinjau
dari tingkat kenyamanan menggunakan
busana muslim dapat dijelaskan bahwa
sebanyak 40 (73%) siswa “ tidak setuju”
terhadap pernyataan tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar masuk katagori cukup yaitu
siswa tidak memotivasi dirinya dalam
memakai busana muslim dan agar merasa
nyaman.
Perkembangan busana muslim di
Indonesia sudah sangat maju baik dalam
bentuk rancangan, gaya maupun dalam
jenis produk fashion. Busana muslim yang
diterapkan di sekolah sudah sangat jelas
ketetapannya, apalagi Aceh yang
mendapatkan julukan “Seuramoe
Meukah”, yang seharusnya mencerminkan
citra identitas ke-Islaman. Busana muslim
berfungsi untuk menutup aurat, perhiasan,
kesehatan, kenyamanan dan keamanan.
Untuk mengetahui pendapat
responden terhadap motivasi
menggunakan busana muslim maka dapat
dilihat pada grafik berikut:
Grafik. 11. Motivasi Menggunakan
Busana Muslim
Selanjutnya dari grafik 11. diatas
diketahui dari aspek motivasi
menggunakan busana muslim dapat
dijelaskan bahwa sebanyak 41 (75%)
siswa “tidak setuju” terhadap pernyataan
tersebut. Dengan demikian disimpulkan
bahwa sebagian besar termasuk katagori
cukup yaitu sikap siswa memakai busana
48
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
muslim karena bukan keinginan dan
kesadaran diri sendiri untuk menjalankan
perintah agama. Sebagaimana
dikemukakan oleh Abdul (2009 : 194)
“motivasi ada dua yaitu eksterinsik dan
interistik’’. Motivasi interistik motivasi
yang berasal dari diri seseorang tanpa
dirangsang dari luar. Adapun motivasi
eksteristik motivasi yang datang karena
adanya perangsangan dari luar”. Dengan
demikian sangat penting dimiliki oleh
individu dalam rangka mencapai tujuan,
pencapaian tujuan selain ditentukan oleh
keinginan dalam diri sendiri individu
untuk bertingkah laku, juga perlu
dukungan dari luar, seperti orangtua.
Dengan adanya motivasi berbusana
muslim dari orangtua maka individu akan
bertingkah laku lebih baik dan lebih
percaya diri.
Selain melindungi bagian tubuh
yang tidak terlihat, pakaian juga
mempresentasikan karakter dan
kepribadian pemakainya. Cara berpakaian
yang sopan sesuai dengan norma agama
dan norma sosial yang menggambarkan
kondisi psikologis pemakainya. Demikian
pula sebaliknya cara berpakaian yang tidak
teratur, dan tidak memenuhi kriteria
kepantasan juga akan menunjukkan seperti
itulah kondisi kejiwaan pemakainya,
karena apa yang kelihatan secara lahiriyah
itu sesungguhnya menunjukkan apa yang
tersimpan di dalam hatinya. (Anas, 2013:
244)
Menyangkut dengan disiplin
menurut Koesoema (2012: 236), siswa
yang berperilaku tidak disiplin jika
dibiarkan dapat menghambat proses
pembelajaran. Selain ini siswa yang tidak
menyadari pentingnya disiplin akan
menganggap belajar merupakan hal yang
tidak perlu, dengan berperilaku tidak
disiplin ini akan menyebabkan siswa tidak
bisa memahami dan menyesuaikan diri
dengan tuntutan lingkungan, kegiatan dan
proses pendidikan akan terganggu karena
siswa yang mempunyai tingkat disiplin
yang rendah cenderung senang
memberontak, sering membuat masalah,
mempengaruhi teman berbuat tidak baik,
dan malas belajar, suasana sekolah dan
juga kelas menjadi kurang kondusif bagi
kegiatan pembelajaran sehingga siswa
terhambat optimalisasi potensi dan
prestasinya serta terhambat mencapai
kesuksesan dalam belajar dan masa
depannya.
SIMPULAN
Adapun yang dapat disimpulkan
dari hasil penelitian ini adalah tingkat
49
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
pemahaman siswa di SMP Negeri 13
Banda Aceh dalam menerima tata tertib
sekolah sebagian besar termasuk katagori
kurang sebasar (46%) hal ini dapat dilihat
dari banyaknya siswa yang melepaskan
atribut sekolah saat istirahat berlangsung,
memodifikasi seragam sekolah. Selain itu,
masih adanya siswa tidak menggunakan
pakaian dengan rapi yang dampaknya
siswa tersebut akan mendapatkan sanksi
dan hukuman dari sekolah
Terkait dengan kepatuhan siswa
dalam menggunakan busana muslim dan
muslimah khususnya bagi siswa
perempuan, dengan mengacu kepada
peraturan daerah dalam hal pelaksanaan
syariat Islam dan implementasinya pada
seragam sekolah sebagian besar siswa
termasuk katagori cukup sebesar (60%)
yaitu siswa dengan sengaja memodifikasi
seragam sekolah di luar ketentuan yang
diperbolehkan. Bagi siswa perempuan
memendekkan baju, menggunakan model
kerudung yang tidak menutupi dada, serta
kebiasaan menggunakan seragam sekolah
yang modis agar tampil menarik. Bagi
siswa laki-laki memodifikasi celana hingga
menjadi kuncup.
SARAN
Saran yang direkomendasikan oleh
penulis setelah melakukan penelitian ini
adalah meningkatkan disiplin
implementasi kepatuhan terhadap tata
tertib sekolah harus juga diimbangi dengan
praktik keagamaan dengan cara
menyelenggarakan shalat dhuha dan
pengajian bersama sehingga akan
mendongkrak akhlak siswa ke arah yang
positif dan agamis. Perlu adanya
sosialisasi perangkat sekolah dengan para
orang tua siswa dalam membimbing siswa
berlaku disiplin dan patuh terhadap tata
tertib sekolah. Bagi siswa yang melanggar
akan diberikan sanksi yang sesuai,
sedangkan bagi siswa yang berprestasi
akan diberikan penghargaan sehingga akan
lebih menggiatkan siswa. Sebagai salah
satu kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan
diniyah dan pengajian rutin juga dapat
dikembangkan untuk dapat mendidik
akhlak, rasa tanggung jawab, disiplin dan
kemandirian siswa melalui penanaman
nilai dan sikap keagamaan yang tentunya
akan berimplikasi positif terhadap kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Dan Perlu
penelitian lanjutan tentang desain seragam
sekolah yang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di Aceh.
50
ILMIAH MAHASISWA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
JURNAL VOLUME: 5 NOMOR : 3 AGUSTUS 2020 hal : 37
Website : http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/issue/view/ 634
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman, Saleh. 2009. Psikologi
Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam. Jakarta: Kencana
Hurlock, Elizabeth. 2013. Perkembangan
Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2010. Dasar-dasar Tata
Tertib Sekolah. Jakarta: Tim
Penyusun.
Koesoema, A. Doni. 2012. Pendidikan
Karakter. Jakarta: Grasindo
Peraturan Direktur Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan No.
052/C/Kop/D/82 tentang Pedomanan
Pakaian Seragam Sekolah Siswa
Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Menengah Tingkat Pertama
Dan Sekolah Menengah Keatas
Lingkungan Pembinaan Direktoral
Jendral Pendidikan Dasar Dan
Menengah
Salahudin Anas. 2013. Pendidikan
Karakter. Bandung: CV, Pustaka
Setia.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Syamsu, Yusuf LN. 2011. “Psikologi
Perkembangan Anak&Remaja”.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tulus Tu’u. 2016. Peran Disiplin Pada
Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo.
Top Related