Download - Siap Print Ws (Repaired)

Transcript

MODUL 5KELOMPOK 2WORK SAMPLING

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANGKinerja suatu sistem kerja ditentukan oleh performa dari pekerjanya yaitu berupa tingkat keefektifan pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Tingkat keefektifan ini dapat dilihat berdasarkan waktu yang digunakan dalam siklus kerja. Semakin sedikit idle (kegiatan menganggur) maka pekerjaan tersebut lebih efektif. Pada garis besarnya pengukuran waktu dibagi menjadi dua bagian, pertama secara langsung dan yang kedua secara tidak langsung. Pengukuran yang dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk didalamnya adalah cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sedangkan, cara tidak langsung melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat kerja yaitu dengan membaca tabel tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen elemen pekerjaan atau elemen elemen gerakan, dan yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan. Dengan salah satu cara cara ini, waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dijalankan dengan suatu sistem kerja tertentu dapat ditentukan. Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang terbaik diantaranya dilihat dari segi waktu dapat dicari yaitu sistem yang membutuhkan waktu penyelesaian tersingkat.Suatu metode untuk menghitung tingkat keefektifan tersebut, salah satu caranya adalah melakukan sampling pekerjaan (work sampling). Work sampling menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik. work sampling dapat dilakukan terhadap tenaga kerja taklangsung, tenaga kerja langsung, maupun terhadap mesin. Work sampling adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan dengan melakukan kunjungan-kunjungan pada waktu-waktu tertentu yangditentukan secara acak (random). Kunjungan-kunjungan yang dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi atau kegiatan apa yang sedang dilakukan ditempat kerja yang bersangkutan, frekuensi kegiatan tersebut,dan beberapa persen waktu yang dipergunakan untuk pekerjaan itu. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan, semakin kuat dasar (berupa tingkat ketelitian) untuk mengambil kesimpulan . agar kesimpulan yang diambil lebih tepat, diperlukan teknik tertentu secara statistik, yang dikenal dengan sampling menduga perbandingan populasi Cuci motor dipilih sebagai objek pengamatan karena sistem kerja cuci motor memiliki komponen yang kompleks sehingga dengan waktu tertentu dapat dihasilkan data yang valid. Serta pekerjanya masih memerlukan adanya perbaikan-perbaikan kerja dikarenakan mnegutamakan kecepatan dalam pengerjaannya. Melalui work sampling terhadap operator kerja, dapat diukur dan diketahui distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja para pekerja, beban kerja dan kelonggaran bagi para pekerja. Berdasarkan data yang didapatkan itulah dapat dilakukan perbaikan kerja agar pekerja menjadi lebih produktif.

1.2 RUMUSAN MASALAHMasalah yang akan dianalisa sebagai berikut:1. Bagaimana cara menghitung jumlah sampel kerja yang dibutuhkan dalam pengamatan suatu proses kerja?2. Bagaimana mem-breakdown sebuah siklus kerja menjadi elemen elemen kerja?3. Bagaimana memahami work sampling sebagai salah satu pengukuran kerja secara langsung/ bagian dari time study?4. Bagaimana mengetahui faktor faktor yang dapat menyebabkan idle/ proses menunggu?5. Bagaimana mengaplikasikan metode work sampling?6. Bagaimana menentukan suatu metode kerja yang efektif pada sebuah sistem/ proses kerja yang berlangsung?

1.3 TUJUAN PRAKTIKUMTujuan dari praktikum ini adalah:1. Mampu menghitung jumlah sampel kerja yang dibutuhkan dalam pengamatan suatu proses kerja.2. Dapat mem-breakdown sebuah siklus kerja menjadi elemen elemen kerja3. Mampu memahami work sampling sebagai salah satu pengukuran kerja secara langsung/ bagian dari time study4. Mampu mengetahui faktor faktor yang dapat menyebabkan idle/ proses menunggu5. Mampu mengaplikasikan metode work sampling6. Dapat menentukan suatu metode kerja yang efektif pada sebuah sistem/ proses kerja yang berlangsung.

1.4 MANFAATManfaat yang diperoleh dari praktikum kali ini yaitu :1. Melakukan pengukuran kerja dengan metode Work sampling.2. Mengukur Waktu Normal, Waktu Standar dan Output Standar dari suatu operasi kerja.3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya waktu menunggu (idle) sehingga terjadi suatu penumpukan barang orderan

1.5 BATASANBatasan dari praktikum peta kerja ini adalah :1. Praktikum dilakukan di CUCI MOTOR Gebang Wetan 2. Pengamatan dan pencarian data ini dilakukan pada tanggal 3 Desember 2011 3. Peralatan yang digunakan pada praktikum ini stopwatch.4. Sampling dilakukan dalam waktu 2 jam.

1.6 ASUMSIAdapun asumsi dari praktikum modul ini sebagai berikut :1. Operator bekerja secara wajar dan mempunyai kemampuan yang sama.2. Waktu pengamatan adalah waktu optimal terjadinya operasi kerja.3. Pengamatan dilakukan terhadap tiga orang operator, dimana operator yang dipilih bukan merupakan operator dengan spesialisasi pekerjaan.

BAB 2TUJUAN PUSTAKA

2.1 ANALISIS SAMPLING KERJA (WORK SAMPLING) Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989). Pengukuran kerja dengan metode Sampling kerja ini seperti halnya dengan pengukuran kerja menggunakan jam henti, diklasikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran dilakukan secara langsung di tempat kegiatan yang akan diteliti. Menurut Sutalaksana (2006), pengukuran waktu jam henti merupakan cara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung ditempat berjalannya pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara Work sampling pengamatan tidak terus menerus berada di tempat pekerjaan melainkan mengamati (di tempat pekerjaan) hanya pada sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak. Teknik Work sampling pertama kali digunakan oleh seorang yang bernama L.H.C Tippet di pabrik teksril di Inggris. Selanjutnya cara atau metode Work sampling ini telah terbukti sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja mesin dan operatornya. Dikatakan efektif karena dengan cepat dan mudah cara ini akan dapat dipakai untuk penentuan waktu longgar (allowance time) yang tersedia untuk satu pekerjaan, pendayagunaan mesin sebaik-baiknya, dan penetapan waktu baku untuk proses produksi. Dibandingkan dengan metode kerja lain, metode Work sampling akan terasa jauh lebih efsien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dengan biaya yang tidak terlalu besar (Danang, 2010).Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi trsebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo, 1989).Beberapa kelebihan dari metode work sampling untuk pendekatan produktivitas (Andi, 2003) adalah :1. tidak menggunakan biaya yang besar dibanding pengamatan yang kontinu, 2. tidak memerlukan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat, 3. memberikan tingkat akurasi yang memadai secara statistik, 4. dapat mengikutsertakan partisipasi supervisor dan mandor, 5. memberikan lebih sedikit gangguan kepada pekerja daripada pengamatan langsung yang kontinu, dan 6. memberikan indikasi seberapa efektif pekerja pada proyek secara keseluruhan.

Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu :1. metode ini tidak ekonomis untuk pengamtan yang dilakukan oleh satu operator yang berada dalam area luas2. tidak memberikan informasi yang detail3. perhitungan statistiknya lebih sulit dipahami4. hasil yan diperoleh kurang akurat karena tidak adanya hukum probabilitas.

2.2.SIKLUS PELAKSANAAN WORK SAMPLING Metode sampling sangat cocok digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki siklus, waktu relatif panjang. Pada dasarnya pelaksanaannya cukup sederhana yaitu melakukan pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin yang kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan menganggur. Jika mesin atau operator berada dalam keadaan menganggur maka tanda tally kan diberikan pada kondisi bekerja sedangkan bila sedang menganggur tanda tally akan diberikan untuk kondisi menganggur ini. Sebagai contoh disini akan dikemukakan suatu aktivitas pengamatan ratio delay dari seorang operator dalam selang pengatan satu hari kerja. Misalnya dalam keadaan yang sesungguhnya waktu kerja dan waktu idle dari operator tersebut digambarkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Contoh Pengamatan Work samplingKegiatanTallyTotal

Kerja||||| ||||| ||||| ||||| |||||| |||||| ||||| |36

Idle||||| ||||| ||12

Sumber : (Sritomo, 1995)

Dari sini titik-titik pengamatan dalam sample kerja harus tersebar secara acak. Tanda panah menunjukkan titik-titik pengamatan tersebut. Dari gambar jelas terlihat bahwa untuk total 48 kali pengamatan ada 36 kali pengamatan yang menunjukkan kondisi operator sedang bekerja dan 12 kali pengamatan menunjukkan operator sedang dalam keadaan menganggur.Dengan demikian dalam contoh prosentasi dari waktu total yang dipakai untuk bekerja adalah sebesar 36/48 x 100 % = 75 % dan prosentase waktu menganggur adalah sisanya yaitu sebesar 25 % kalau kemudian ditetapkan bahwa standar jam kerja bagi operator adalah 8 jam perhari maka hal ini akan menunjukkan waktu yang dipakai untuk bekerja adalah 75 % x 8 jam = 6 jam. Sedangkan 2 jam sisanya akan terbuang sia-sia karena disini operator tidak menunjukkan kegiatan yang produktif.

2.3.Penggunaan Angka Acak/Bilangan RandomUntuk melakukan pengamatan dalam sampling kerja maka disini masing-masing kejadian yang diamati selama aktivitas kerja berlangsung harus memiliki kesempatan yang sama untuk diamati. Dengan kata lain pengamatan haruslah dilaksanakan secara acak (random). Untuk maksud ini maka penggunaan tabel angka acak (random number tables) barang kali merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa sample pengamatan yang diambil benar-benar dipilih secara acak. Tabel angka acak ini akan bisa ditemui atau dilihat dalam setiap lampiran dari buku-buku statistik.Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya dimana pengamatan harus dilaksanakan. Sebagai contoh kalau suatu saat kita dapatkan angka acak dari tabel sebagai berikut 95 06 22, maka angka pertama dapat kita asumsikan sebagai petunjuk jam, angka kedua dan ketiga sebagai penunujuk menit dimana pengamatan harus dilakukan. Dengan demikian 950 di sini akan kita artikan 09.50 WIB, yaitu waktu dimana kita harus melakukan pengamatan, sedangkan 622 selanjutnya juga akan berarti 06.22 WIB dimana waktu ini akan kita abaikan karena berada di luar jam kerja dari pabrik yang kita teliti.Demikian seterusnya, dengan cara yang sama maka waktu-waktu pengamatan akan dapat kita pilih secara acak sehingga secara statistik hasil yang akan kita peroleh nantinya dapat dipertanggung jawabkan. Jika 50 kali pengamatan harus dilaksanakan seiap harinya, maka sebanyak 50 angka harus pula didapatkan dari tabel random. Setelah dilakukan proses penyeleksian dengan sebaik-baiknya, maka angka-angka petunjuk waktu pengamatan ini harus diatur menurut kronologis waktu yang akan memberikan jadwal yang terencana dan mudah diikuti oleh pengamat kerja yang akan melaksanakan penelitian. Sebagai catatan tambahan, pengamatan biasanya tidak akan dilaksanakan pada jam-jam istirahat formal (istirahat makan siang, coffe break, dll) yang secara periodik telah ditetapkan. Demikian pula pengamatan tidak harus dilaksanakan apabila diketahui fasilitas kerja yang diamati dan lain-lain. Prinsipnya sampling kerja ini harus dilakukan untuk mengamati kondisi-kondisi normal dari suatu proses yang sedang berlangsung

Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: 1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level). 2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy). Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai berikut (Sritomo, 1989):

N = 2.1

Keterangan: P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka desimal. K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.

Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk (Sritomo, 1995): 1. Mengukur Ratio Delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas kerja lainnya. 2. Menetapkan Performance Level dari seseorang selama waktu kerja berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja, terutama sekali untuk pekerjaan manual. 3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.

2.4 MELAKUKAN SAMPLING Hal yang perlu dipersiapkan dalan melakukan sampling yaitu :1. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika belum perbaikan atas kondisi dan cara tersebut harus dilakukan.2. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.3. Memlih operator atau pekerja yang baik. 4. Untuk lebih baiknya dilakukan terlebih dahulu pelatihan atau training bagi pekerja sesuai dengan pekerjaannya.5. Melakukan pemisahan kegiatan yang dibutuhkan.6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-Iembaran yang diberikan, pena atau pensil. Papan pengamatan yang digunakan tidak berbeda dengan yang digunakan untuk pengukuran waktu jam henti.

Penentuan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan untuk pengamatan yang diharuskan yaitu tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur membolehkam rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatKan hal itu adalah 95%. Dengan lain perkataan jika pengukur sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5% (=100%-95%) (Sritomo, 2003, Hal 213).

Tindakan upaya yang dilakukan yaitu :1. Melakukan sampling pendahuluan Melakukan sejumlah kunjungan yang ditentukan oleh pengukur (biasanya tidak kurang dari 30 kali). Buatlah tabel perbedaan antara pekerjaan yang produktif dan non produktif (Sutalaksana, 1979).

Tabel 2.1 Tabel pengamatan kunjungan

Sumber : Modul Praktikum 2011, Laboratorium APK & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia

Tabel 2.2 Ringkasan tabel pengamatan sampling kerja.

Sumber : Modul Praktikum 2011, Laboratorium APK & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia

2. Menguji keseragaman data. Untuk menghitung keseragaman data kita tentukan batas-batas kontrolnya yaitu:2.2Dimana : p = persentase produktif dihari ke I dan n adalah jumlah dari pengamatan. n = jumlah pengamatan dilakukan pada hari ke I Catatan : Jika harga pi berada pada batas-batas kontrol, maka berarti semua harga tersebut dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang diperlukan. Sebaliknya jika ada harga pi yang berada diluar batas kontrol, maka pengamatan yang membentuk pi yang bersangkutan harus dibuang karena berasal dari sistem sebab yang berbeda.

BAB 3METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 SISTEMATIKA PENELITIAN

LANGKAH PERSIAPAN AWALProposalCatat segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamatiRencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomasi (apikasi tabel angka acak)

PRE WORK SAMPLINGLaksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan tertentu secara acak (N pengamatan)Hitung pengamatan awal (%) untuk N pengamatan tersebut.

CEK KESERAGAMAN DAN KECUKUPAN DATAKecukupan data :

N < N

TidakPengolahan DataANALISA KESIMPULANMambuat analisa terhadap hasil akhir yang berkaitan dengan % delay (p)Tarik kesimpulan & saran perbaikan untuk mengeliminir % delay yang dianggap terlalu besar.

Ya

Gambar 3.1. Flowchart Pelaksanaan Work sampling

3.2 PERALATAN PRAKTIKUMPeralatan praktikum yang digunakan adalah :1. Tabel angka acak/bilangna random.2. Observation sheet.3. Stop watch

3.3 PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUMProsedur yang digunakan pada pelaksanaan praktikum yaitu :1. Menyiapkan proposal penelitian work sampling yang menyebutkan :a. Latar belakan penelitian.b. Tujuan penelitian.c. permasalahan.d. Manfaat penelitian.e. Batasan dan asumsi.f. Waktu dan tempat penelitian.g. Elemen yang diamati.h. Data yang diperlukan.i. Hasil pre work sampling.objek penelitian harus layak untuk perhitunggan laporan resmi dan berbeda untuk masing-masing kelompok dan proposal harus disetujui pada waktu yang telah ditentukan.2. Membuat tabel angka acak /bilangna random dan konversinya pada lembar pengamatan.3. Melakukan pre work sampling untuk mementukan jumlah data yang dibutuhkan. Pengamat memberi tally pada elemen kerja yang sedang dilakukan oleh operator sesuai dengan random waktu yang telah dibuat.Melaksanakan work sampling

3.4 TUGAS LAPORAN RESMIPokok-pokok laporan resmi :1. Pengumpulan data work sampling.2. Rekap data total.3. Uji kecukupan data perhari.4. Perhitunggan AVERAGE % idle, AVERAGE % working, % performance, waktu normal per elemen dan waktu standart.5. Perhitungan jumlah operator optimal.

3.5 TEORI YANG DIPAKAI3.5.1 MENENTUKAN WAKTU KUNJUNGAN Untuk menentukan, biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlampau panjang (lama). Berdasarkan satu-satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Waktu kunjungan tidak boleh melebihi 2/3 dari total jam kerja. Misalkan satu-satuan waktu panjangnya 10 menit. Misalnya 1 hari terdapat 8 jam kerja, sehingga ada 6 observasi dalam 1 jam. Setelah itu, didapat 48 kali observasi untuk 1 hari (6*8 jam=48 observasi). Untuk menentukan jumlah observasi, dihitung dengan (2/3*48=32) sehingga didapat 32 kali observasi dalam 1 hari. Waktu kunjungan tidak boleh pada saat-saat tertentu yang kita ketahui dalam keadaan tidak bekerja misalnya jam-jam istirahat atau hari libur, dimana tidak ada kegiatan secara resmi (Sutalaksana, 1979). Bilangan acak bisa didapat dengan menggunakan excel atau dengan menggunakan table bilangan acak.

3.5.2 MENENTUKAN RATIO DELAY..2.3

3.5.3 MENENTUKAN PROSENTASE PRODUKTIF..2.43.5.4 MENGHITUNG WAKTU BAKU

1. Prosentase produktif (PP)2.5

2. Jumlah menit produktif (JMP)..2.6

3. Waktu yang diperlukan / unit..2.7

4. Waktu normal (Wn) (Sritomo, 1989 ).p adalah factor penyesuaian. Factor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata rata yang wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar , maka factor penyesuaian p = 1.

2.8

5. Waktu baku (Wb) (Sritomo, 1989 ).2.9

Aplikasi Work sampling dalam Industri, antara lain (Sritomo, 1989): 1. Penetapan Waktu Baku Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle. Menetapkan waktu baku. 2. Penetapan Waktu Tunggu Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat. 3. Disiplin Kerja Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work sampling dilakukan secara random.

Contoh industri yang dapat digunkan untuk mengaplikasikan work sampling: 1. Industri Batako Pada industri batako, yang diamati adalah saat proses pembuatan batako, dimana outputnya dalah jumlah batako. 2. Industri Kue Pada industri pembuatan kue, banyak sekali prosesnya. Salah satu proses yang ada adalah pengepakan kue. Pada proses pengepakan kue dapat diteliti, dengan jumlah output berupa jumlah pengepakannya. 3. Tempat Pembuatan Jus.

Disini dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur biasanya tidak kurang dari 30. Katakanlah semua kegiatan kegiatan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan disebut sebagai kegiatan produktif, lainnya non produktif. Selanjutnya dilakukan pengamatan pengamatan sesaat pada waktu waktu yang acak sebanyak 144 kali, dan hasilnya sebagai berikut (contoh) :

KegiatanFrekuensi teramati pada hari keJumlah

1234

Produktif24293026109

Non produktif12761035

Jumlah36363636144

% produktif67818372

Pengujian Keseragaman DataUntuk ini kita tentukan batas batas kontrolnya, yaitu :

Dimana p adalah adalah persentase produktif di hari ke-i dan adalah jumlah hari pengamatan. Dengan adalah jumlah pengamatan yang dilakukan pada hari ke-i. Selanjutnya untuk contoh diatas didapat :

Sehingga, Ternyata semua harga harga p berada dalam batas- batas ini sehingga semuanya dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengamatan yang diperlukan. Jika terdapat yang diluar batas control, maka pengamatan yang dibentuk p bersangkutan dibuang karena berasal dari sistem sebab yang berbeda.

4. Menghitung Jumlah Pengamatan Yang Diperlukan Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% diketahui melalui rumus : Dimana adalah persentase produktif di seluruh pengamatan yang telah dilakukan. Untuk contoh tadi : = 0.757Sehingga, Jadi masih diperlukan (514-144) = 370 kali kunjungan lagi. Maka sampling keduapun dilakukan. Demikian seterusnya pengamatan dilakukan tahap demi tahap sampai jumlah kunjungan yang telah dilakukan lebih banyak atau sama dengan yang seharusnya dilakukan.

3.6 TEORI MENCARI PERFORMANCE RATINGTeori yang diambil ini mengacu pada buku Sritomo, 1996 mengenai 3.6.1 . SKILL DAN EFFORT RATINGSekitar tahun 1916, charles E.bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang diperkenalkan oleh bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang ada dinyatakan dengan angka BS. Prosedur pengukuran kerja yang dibuat oleh bedaux meliputi juga menentukan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Di sini bedaux menetapkan angka 60 BS sebagai performancestandart yang harus dicapai oleh seorang operator. Dengan lain perkataan, seorang operator yang harus dicapai oleh seorang operator yang bekerja dengan kecepatan yang normal diharapkan akan mampu mencapai angka 60 BS per jam, dengan pemberian insentif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70 sampai 86 BS per jam.Sebelum bedaux memperkenalkan sistemnya, performance rating biaanya dilaksanakan dengan jalan menganalisa langsung dari data waktu yang diperoleh dari pengukuran stop-watch. Sehingga apabila seorang operator bekerja dengan tempo yang cepat, maka waktu kerjanya akan tercatat diatas waktu rata-rata yang ada dan sebaliknya. Jelas bahwa sistem bedaux ini akan memperbaiki metode yang umum dipakai sebelumnya.

3.6.2 WESTINGN HOUSE SYSTEMS RATINGWesting house company (1927) juga ikutmemperkenalkan sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh bedaux. Di sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, akan westing house menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan keajegan (consistency) dari operator di dalam melakukan kerja. Untuk ini westing house telah berhasil membuat suatu tabel performance rating yang dibersikan nilai-nilai angka yang berdasarkan tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah ke empat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan oleh operator. Tabel dari performance rating tersebut.Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur terhadap suatu elemen kerja adalah 0,50 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut: Excellent skill (B2): + 0,08 GOOD Effort (C2): + 0,02 GOOD Condition (C): + 0,02 GOOD Consistency (C): + 0,01+Total : + 0,13Maka waktu normal untuk element kerja ini adalah :0,50 X 1,13 = 0,565 menit

3.6.3 SYNTHETIC RATINGSyntetic rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined time value).prosedur yang dilakukan adalah dengan melakukan pengukuran kerja seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya. Perbandingan ini akan merupakan indeks performance rating factor dari operator untuk melaksanakan elemen kerja tersebut. Rasio untuk menghitung indeks performance atau rating factor ini dapat dirumuskan sebagai:

R = P A

Keterangan :R = indeks performans atau rating factorP = predetermined time untuk element kerja yang diamati (menit)A = rata-rata waktu dari element kerja yang diukur (menit)

3.6.4 PER FORMANCE RATING ATAU SPEED RATINGDi dalam praktek pengukuran kerja maka metode penetapan rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai performance rating atau speed rating. Rating factor ini umumnya dinyatakan dalam presentase (%) atau angka desimal, dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1.00. penempatan besar kecilnnya angka akan dilakukan oeh time study analisis sendiri, sehingga untuk itu dibutuhkan pengalaman yang cukup di dalam mengevaluasi ataupun menilai performance kerja yang ditunjukkan oleh operator.Untuk melatih time study analisis agar bisa menetapkan performance rating secara tepat maka the society for advanced of management (SAM)memprodusir time study rating films yang menggambarkan suasana kerja yang ada di office, laboratorium, dan manufacturing operation. Dalam film ini digambarkan situasi-situasi kerja dari operator dengan berbagai kecepatan /tempo kerja yang berlainan mengerjakan element kerja yang sama. Time study analisist akan dilatih untuk mengamati situasi kerja ini kemudian diharapkan memberikan penilaian terhadap performance kerja operator yang dilatih tadi.Apabila penyimpangan penilaian yang dibuat tadi tidak melebihi 5% dari performance yang sebenarnya (dalam hal ini sudah diketahui/ditetapkan sebelumnya), maka kita bisa artikan bahwa time study analisis tersebut akan cukup mampu untuk melaksanakan penilaian performance kerja secara langsung.Ranting factor pada dasarnya seperti yang telah diuraikan panjang lebar diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan kerja operator yang berubah ubah. Untuk maksud ini, maka waktu normal dapat diperoleh dari rumus berikut:

WAKTU NORMAL= WAKTU PENGAMATAN X RATING FAKTOR % 100%

Nilai waktu yang diperoeh disini masih belum bisa kita tetapkan sebagai waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja, karena disini faktor-faktor yang berkaitan dengan kelonggaran waktu(allowance time) agar operator bisa bekerja dengan sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.

3.9 PENYESUAIAN Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur terhadap suatu elemen kerja adalah 0,05 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut:

Tabel 2.4 Westinghouse TableSumber : Modul Praktikum 2011, Laboratorium APK & Ergonomi Universitas Islam Indonesia

Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah : 0,05 x 1,13 = 0,565 minutesUntuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini: SUPER SKILL memiliki criteria di bawah ini : 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik 4. Gerakan gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti. 5. Kadang kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan gerakan mesin. 6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya. 7. Tidak terkesan adanya gerakan gerakan berpikir dan merencanakan dan merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis) 8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan bersangkutan adalah pekerjaan yang baik.

EXCELLENT SKILL memiliki criteria di bawah ini : : 1. Percaya pada diri sendiri 2. Tampak cocok dengan pekerjaannya. 3. Terlihat telah terlatih baik. 4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuranpengukuran atau pemeriksaanpemeriksaan. 5. Gerakangerakan kerja beserta urutanurutannya dijalankan tanpa kesalahan. 6. Menggunakan peralatan dengan baik. 7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.8. Bekerjanya cepat tetapi halus. 9. Bekerja berirama dan terkoordinasi. GOOD SKILL memiliki criteria di bawah ini : : 1. Kwalitas hasil baik. 2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya. 3. Dapat memberikann petunjuk petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. 4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap . 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu - raguan 7. Bekerjanya stabil 8. Gerakannya gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9. Gerakan gerakannya cepat.

AVERAGE SKILL memiliki kriteria di bawah ini :1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat. 3. Terlihatnya ada pekerjaan pekerjaan yang perencana. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap. 5. Gerakan gerakannya cukup menunjukan tidak adanya keragu raguan. 6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerjanya cukup teliti. 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

FAIR SKILL memiliki kriteria di bawah ini :1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. 2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.3. Terlihat adanya perencanaan perencanaan sebelum melakukan gerakan. 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup. 5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. 6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak yakin. 7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja sungguh sungguh outputnya akan sangat rendah 9. Biasanya tidak ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakanya.

POOR SKILL memiliki kriteria di bawah ini :1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan gerakannya kaku. 3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan urutan gerakan. 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. 6. Ragu ragu dalam menjalankan gerakan gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan kesalahan 8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas kelas dengan ciri masing - masing. Yang dimaksut dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketikan melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri cirinya.EXCESSIVE EFFORT memiliki kriteria di bawah ini :1. Kecepatan sangat berlebihan. 2. Usahanya sangat besungguh sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. 3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. EXCELLENT EFFORT memiliki kriteria di bawah ini :1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi 2. Gerakan gerakan lebih ekonomis daripada operator operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Banyak memberi saran - saran. 5. Menerima saran saran dan petunjuk dengan senang. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8. Bangga atas kelebihannya. 9. Gerakan gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. 10. Bekerja sitematis. 11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu element keelemen lainnya tidak terlihat.

GOOD EFFORT memiliki kriteria di bawah ini :1. Bekerja berirama 2. Saat saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaan.4. Senang pada pekerjaannya 5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu. 7. Menerima saran saran dan petunjuk petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberikan saran saran untuk perbaikan kerja. 9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10. Menggunakan alat alat yang tepat dengan baik. 11. memelihara dengan baik kondisi peralatan.

AVERAGE EFFORT memiliki kriteria di bawah ini :1. Tidak sebaik GOOD, tetapi lebih baik dari POOR. 2. Bekerja dengan Stabil. 3. Menerima saran saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set Up dilakukan dengan baik. 5. Melakukan kegiatan kegiatan perencanaan.

FAIR EFFORT memiliki kriteria di bawah ini :1. Saran saran yang baik diterima dengan kesal. 2. Kadang kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaanya. 3. Kurang sungguh sungguh. 4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik. 7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaanya. 8. Terlampau hati hati. 9. Sitematika kerjanya sedang sedang aja. 10. Gerakan gerakan tidak terencana.

POOR EFFORT memiliki kriteria di bawah ini : 1. Banyak membuang buang waktu. 2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3. Tidak mau menerima saran saran.4. Tampak malas dan lambat bekerja. 5. Melakukan gerakan gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat alat dan bahan bahan. 6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi. 7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai. 8. Mengubah ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur. 9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik.

3.10 KELONGGARAN Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selam pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

3.10.1 KELONGGARAN UNTUK KEBUTUHAN PRIBADI. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah, hal hal seperti minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakap cakap dengan teman sekerja sekedar menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam bekerja. Kebutuhan kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak; tidak bisa misalnya, seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa dahaga, atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap cakap sepanjang jam jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologi dan fisiologi yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampeir dapat dipastikan produktivitasnya menurun. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda beda dari satu pekerjan ke pekerjaan lainnya karena setiap pekerjan mempunyai karakteristik sendiri sendiri dengan tuntutan yang berbeda beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling kerja atau secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria dari pekerja wanita; misalnya untuk pekerjaan pekerjaan ringan pada kondisi kondisi kerja normal pria memerlukan 2% 2,5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal). Table 1 menunjukan besarnya kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk menghilangkan rasa fatique untuk berbagai kondisi kerja.

3.10.2 KELONGGARAN UNTUK MENGHILANGKAN RASA FATIQUE. Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kwalitas. Kerenanya salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat saat mana menurunnya hasil produksi yang disebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk meghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Apabila hal ini berlangsung terus dan pada akhirnya akan terjadi fatique total yaitu jika nggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerak kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki.hal demikian jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan gerakan kerja ditunjukan untuk menghilangkan rasa fatique ini.

3.10.3 KELONGGARAN UNTUK HAMBATAN HAMBATAN YANG TIDAK TERHINDARKAN. Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan mengaggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hamabtan yang pertama jelas tidak ada pilihan selain menghilangkannya sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenayan harus diperhitungkan dalam waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan ang tidak terhindarkan adalah: 1. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas. 2. Melakukan penyesuaian penyesuaian mesin. 3. Memperbaiki kemacetan kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya. 4. Memasang peralatan potong. 5. Mengambil alat alat khusus atau bahan bahan khusus dari gudang. 6. Hambatan hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan. 7. Mesin mati karena aliran listrik.

Besarnya hambatan untuk kejadian kejadian sperti itu sangat bervariasi dari suatu pekerjaan lain bahkan suatu stasiun kerja kestasiun kerja lain karena banyaknya penyebab seperti, mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebaginya. Salah satu cara yang baik yang biasanya digunakan untuk menentukan besarnya kelonggaran bagi hambatan yang tidak terhindarkan adalah dengan melakukan sampling pekerjaan.

3.10.4 MENYERTAKAN KELONGGARAN DALAM PERHITUNGAN WAKTU BAKULangkah pertama adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal diatas yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan yang tidak dapat dihindarkan dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari table 1yaitu dengan memperhatikan kondisi kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Untuk yang ketiga dapat diperoleh melali pengukuran khusus seperti sampling pekerjaan. Kesemuanya, yang biasanya masing masing dinyatakan dalam presentase dijumlahkan; dan kemudian mengalikan jumlah ini dalam waktu normal yang tealah dihitung sebelumnya. Misalnya suatu pekerjaan yang sangat ringan yang dilakukan sambil duduk dengan gerakan gerakan yang terbatas membutuhkan pengawasan mata terus menerus dengan pencahayaan yang kurang memadai, temperature, dan kelembapan ruang normal, siklus udara baik, tidak bising. Dari table didepan didapat prosentase kelonggaran untuk kebutuhan pribadi dan untuk fatique sebagai berikut:

Jika dari sampling pekerjaan didapat bahwa kelonggaran untuk hambatan yang terhindarkan adalah 5 %, maka kelonggaran total yang harus diberikan untuk pekerjaan itu adalah (19,5 + 5) % =24,5% Jika waktu normalnya telah dihitung sama dengan 5,5 menit maka waktu bakunya adalah:5,5 + 0,245(5,5) = 6,58 menit

3.12 PENETAPAN WAKTU LONGGAR DAN WAKTU BAKUWaktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan / tempo kerja yang normal. Walaupun demikian pada prakteknya kita akan milihat bahwa tindaklah bahwa bisa diharapkan operator tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa hari tanpa adanyainterupsi sama sekali. Disini kenyataan operator akan sering sekali menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat melepas lelah, dan alasan alasan lain yang diluar kontrolanya. Waktu longgar yang menjadi personal allowance, fatigue allowance, dan delay allowance. Waktu baku yang akan ditetapkan kelonggaran-kellonggaran (allowance) yang perlu. Dengan demikian maka waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan waktu longgar.

3.13 KELONGGARAN WAKTU UNTUK KEBUTUHAN PERSONAL (PERSONAL ALLOAWANCE)Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi (personal needs). Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan pesonil dapat ditetapkan dengan jalan melaksanakan aktivitas time study study kerja penuh atau dengan metode work sampling. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam perhari tanpa jam istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5% ( atau 10 sampai 24 menit) setiap jari akan dipergunakan untuk kebutuhan kebutuhan yang bersifat personal ini. Mekipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil yang diperlukan ini akan bervariasi tergantung pada individu pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerja yang dilaksanakan, akan tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi krja yang tidak enak(terutama untuk temperatur tiggi.) akan menyebabkan kebutuhan waktu ini lebih besar lagi. Allowance untuk hal bisa lebih besar dari 5%.

3.14 KELONGGARAN WAKTU UNTUK MELEPAS LELAH (FATIGUE ALLOWANCE)Kelalaian fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak(lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks sekali. Disini waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, intervalwaktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya.Periode istirahat untuk melepaskan lelah diluar istirahat makan siang dimana semua pekerja dalam suatu departemen tidak diijinkan untuk bekerja akan bisa menjawab permasalahan yang ada. Lama waktu periode istirahat dan frekuwensi pengadaannya ada tergantung pada jenis pekerjaan yang ada tentunya. Barang kali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari lama waktu periode istirahat yang diberikan berkisar antara 5 sampai 15 menit. Pekerjaan pekerjaan yang relatif ringan mungkin tidak memerlukan periode waktu istirahat. Untuk pekerjaan-pekerjaan berat, problem kebutuhan istirahat untuk melepaskan lelah sudah banyak berkurang karena di sini sudah mulai diaplikasikan penggunaan peralatan atau mesin yang serba mekanis dan /atau otomatis secara besar-besaran, sehingga mengurangi peranan manusia. Sebagai konsekuwensinnya maka kebutuhan waktu longgar untuk istirahat melepaskan lelah ini dapat pula dihilangkan.

3.15 KELONGGARAN WAKTU KARENA KETERLAMBATAN- KETERLAMBATAN (DELAY ALLOWANCE)Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh fakor-faktor yang sulit untuk dihindarkan (unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh berapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Keterlambatan yang terlalu besar /lama tidak akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu baku. Untuk avoidable delay disini terjadi dari saat yang umumnya disebabkan oleh mesin, operator, ataupun hal-hal lain yang keluar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai/kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan berat terpaksa harus dilaksanaakan, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja ini sehingga delayyang terjadi akan dikeluarkan dari pertimbangan-pertimbangan untuk menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut.Untuk setiap keterlambatan yang masih bisa diharapkan (unavoidable delay) seharusnya dipertimbangkan sebagai tantangan dan sewajarnya dilakukan usaha-usaha keras untuk mengeleminir delay semacam ini. Macam dan lamanya keterlambatan untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti dengan melaksanakan aktivitas time study secara penuh ataupun bisa juga dengan kegiatan work sampling. Elemen-elemen kerja yang tidak masuk dalam siklus kerja akan tetapi merupakan bagian dari kerja/operasi secara keselruhan tidak dianggap sebagai delay akan tetapi harus diamati dan diuku r sebagi elemen-elemen kerja lainnya yang masih termasuk dalam siklus operasi.Personal allowance umumnya diaplikasikan sebagai prosentase tertentu dari waktu normal dan bisa berpengaruh pada handling time maupun machine time. Untuk mempermudah perhitungan biasanya fatigue allowance juga akan dinyatakan sama (prosentase dari normal time) dan begitu pula halnya dengan delay. Apabila ketiga jenis kelonggaran waktu tersebut diaplikasikan secara bersamaan untuk seluruh elemen kerja, maka hal ini akan bisa menyerderhanakan perhitungan yang harus dilakukan. Untuk mempermudah waktu baku (standart time) untuk penyelesaiaan suatu operasi kerja disini normal time harus ditambah kan dengan allowance time (yang merupakan prosentase dari waktu normal). Disamping itu ada kecenderungan untuk mempertimbangkan allowance time ini sebagai waktu yang diberikan/dilonggarkan untuk berbagai macam hal perhari kerja. Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan rumus berikut:

Standard time = normal time + (normal time X % allowance)..............(1)Atau: Standard time = normal time X 100 % ...................(2) 100% -% allowance

Rumus (1) merupakan rumus secara umum lebih banyak dipakai menghitung waktu baku, meskipun sebenarnya rumus tersebut kurang teliti bilamana dibandingkan dengan rumus (2). Sebagai contoh bisa dibuktikan sebagai berikut:Bila ditetapkan allowance sebesar 5% maka untuk 1 shift kerja ( 8 jam/hari) hal ini akan setara dengan 24 menit. Denga n demikian waktu kerja efektif (working time) adalah = 480 menit 24 menit = 456 menit. Jika misalkan waktu normal sebesar 0,88 menit/unit produk , maka untuk 456 menit waktu kerja efektif yang tersedia perhari kerja pekerja akan mampu menghasilkan 456/0,88 = 518 unit output (produk). Karena allowance time perlu dimasukkan juga ke dalam unsur waktu standart, dengan demikian waktu baku (standart) untuk menghasilkan 1 unit produk dalam hal ini bisa dihitung sebagai 480/518 = 0,926 menit/unit produk.Denga mengaplikasikan rumus (1), kita juga menghitung waktu standart per unit produk yaitu:Waktu standard = 0,88 ( 0,88 X 5% ) = 0,924 menit/unit produkHasil perhitungan dengan menggunakan rumus (1) ternyata sedikit berbeda (berselisih 0,002 menit) denga perhitungan yang sebelumnya dilakukan. Selanjutnya dengan mengaplikasikan rumus (2) kita akan memperoleh hasil sebagi berikut:

Waktu standart = 0.00 X 100 % = 0.926 menit/unit produk 100%-5%

Ternyata dengan menggunakan rumus (2) hasil yang diperoleh akan lebih tepat bilamana dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan menggunakan rumus(1).

BAB 4PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 REKAP DAN PENGUMPULAN DATA PRE-WORK SAMPLING4.1.1 Rekap Pengamatan Pre-Work samplingTabel hasil pengamatan Pre-Work sampling dapat di lihat pada lampiran I. Pada tahap ini dilakukan dokumentasi pada proses pengerjaan dengan tiga operator yaitu Pak Agus 1, Pak Jayus dan Pak Agus 2 yang terlampir pada lampiran.

4.1.2 Perhitungan Jumlah Pengamatan Yang Harus Di Ambil

Tabel 4.1 Rekap hasil pengamatan Pre-Work samplingPengamatanTOTAL % PRODUKTIF TOTAL

E1E2E3E4

Operator 126331319

Operator 224391012

TOTAL Masing250722331

Total Elemen176

TOTAL W+O & NW200

%25.0%36.0 %11.5%15.5%

Sumber : Hasil Perhitungan, 2014 Penentuan jumlah sample yang harus dilakukan:

N' =K (1-P)

S P

Keterangan :

N' = Jumlah pengamatan yang harus di lakukan

P = Elemen yang terpenting sesuai dengan tujuan mencari waktu standard

Elemen terpenting adalah elemen dengan nilai P terkecil selain Others

K = 2 ; Yaitu tingkat kepercayaan 95%

S = 0,1 ; yaitu tingkat ketelitian 10%

N' =2 (1 - 0,115)

(0,1 x 0,115)

= 3078Dengan nilai N yang bernilai 3078 maka harus dilakukan work sampling dengan pengamatan 2 jam/hari.

Dengan N = 3078 maka dibagi per-hari yakni :NHari 1Hari 2Hari 3

30781000100010078

4.2 REKAP DAN PENGUMPULAN DATA WORK SAMPLING 4.2.1 Rekap Pengamatan Work sampling Tabel hasil pengamatan Work sampling dapat di lihat pada lampiran II.

Tabel 4.2 Rekap hasil pengamatan Work sampling Hari 1

PengamatanTOTAL % PRODUKTIF TOTAL

E1E2E3E4

Operator 111793132134

Operator 2107135126118

TOTAL Masing2224228258252

Total Elemen962

TOTAL W+O & NW1000

Sumber : Hasil Perhitungan, 2014

Tabel 4.3 Rekap hasil pengamatan Kumulatif Pre WS dan WS Hari 1

DELAYWORKING

PTWFNAIIIIIIIVOTHERS

TOTAL327327430028128320

Jumlah 1200

DESIMAL00.02670.00580.00250.22830.250.23420.23580.0167

%0%2.67%0.58%0.25%22.83%25%23.42%23.58%1.67%

AVERAGE Idle rating (%)3.25%

--

AVERAGE Working Rating (%)-96.5%

Sumber : Hasil Perhitungan, 2014

Uji Kecukupan Data Rumus untuk uji kecukupan data adalah sbb:

N =K (1-P)

S P

Dari pengambilan data Work sampling hari 1 di dapat:P = 0.2283K = 2 (Tingkat kepercayaan 95 %)S = 0,1 (Tingkat ketelitian 10 %)N = 3724N =K (1-P)

S P

= = 1352

Dari hasil uji kecukupan data di peroleh nilai N = 1352 kali pengamatan, dengan total N (pre work+Work hari 1) = 1200. karena N > N maka harus di lakukan pengambilan sampling lagi di hari ke-2. Dengan 1000 kali pengamatan lagi.

Tabel 4.4 Rekap hasil pengamatan Work sampling Hari 2

PengamatanTOTAL % PRODUKTIF TOTAL

E1E2E3E4

Operator 1132137111100

Operator 2114111112131

TOTAL Masing2246248223231

Total Elemen948

TOTAL W+O & NW1000

Sumber : Hasil Perhitungan, 2014

Tabel 4.5 Rekap hasil pengamatan Work sampling Hari 1 dan 2

DELAYWORKING

PTWFNAIIIIIIIVOTHERS

HARI 10327327430028128320

HARI 201001724624822323125

JUMLAH04272052054850451445

TOTAL 2200

DESIMAL00.01910.00320.00910.23640.24910.22910.23360.0204

%0%1.91%0.32%0.91%23.64%24.91%22.91%23.36%2.04%

AVERAGE Idle rating (%)2.23%

--

AVERAGE Working Rating (%)-96.86%

AVERAGE RATING (%)90%

Sumber : Hasil Praktikum, 2014

Keterangan:PT : Personal Time; W : Waiting; F : Fatigue; NA : Not AvailableElemen kerja I: Mencatat pesanan Elemen kerja II: Membuat minumanElemen kerja III: Mengambil makananElemen kerja IV: Mengambil kentang gorengotherngelap

othernyapu

fatigueguyu-guyu

waitingtlah-toleh

othernata gelas

fatigngobrol

waitingga jelas

not availablemenghilang

Uji Kecukupan Data Rumus untuk uji kecukupan data adalah sbb:

N' =K (1-P)

S P

Dari pengambilan data Work sampling hari 1 dan 2 di dapat::P = 0.2291K = 2 (Tingkat kepercayaan 95 %)S = 0,1 (Tingkat ketelitian 10 %)N = 2200N' =K (1-P)

S P

= = 1060

Dari hasil uji kecukupan data di peroleh nilai N = 1060 kali pengamatan karena N < N maka data telah mencukupi.4.2 Uji Ketelitian Hasil Pengamatan

= 0,0782

Hasil pengamatan memiliki tingkat ketelitian yang lebih kecil dari S awal yaitu 0,1 maka pengamatan yang dilakukan sudah dapat mewakili pengamatan work sampling yang akurat.

4.3 PERHITUNGAN AVERAGE %IDLE, AVERAGE %WORKING, %PERFORMANCE, WAKTU NORMAL DAN WAKTU STANDARD1. % Average Idle% Average Idle = Total % delay = % personal time + % waiting + % fatigue = 0 % + 1.91 % + 0.32 % = 2.23 %

2. % Average Working % Average Working = Total % working = % elemen kerja =23.64%+24.91%+22.91%+23.36%+2.04% = 96.86%3. % Performance

% performance = =

= (46800% + 49320% +45360% +46260%) / 2086= 90 %

4. Total Waktu Pengamatan Total Waktu Pengamatan = jumlah hari pengamatan x jumlah jam kerja operator per hari x jumlah operator

Pre Work = 3 x 1 hari x 2 = 6 jamWS1 = 3 x 2 hari x 2 = 12 jamJumlah Jam Pengamatan = 18 jam Total Unit = 142 Makanan siap saji

5. Waktu Normal

Waktu Normal =

Waktu Normal Elemen 1= 0.027 jam/unit

Waktu Normal Elemen 2= 0.028 jam/unit

Waktu Normal Elemen 3= 0.026 jam/unit

Waktu Normal Elemen 4= 0.0266 jam/unit

Tabel 4.4 Total Waktu ElemenNOELEMENWAKTU NORMAL YANG DIDAPAT

1.Waktu Normal Elemen 10.027 jam/unit

2.Waktu Normal Elemen 20.028 jam/unit

3.Waktu Normal Elemen 30.026 jam/unit

4.Waktu Normal Elemen 40.0266 jam/unit

TOTAL WAKTU NORMAL0.1076 jam/unit

Sumber : Hasil Praktikum, 2014

Waktu Normal= 0.027 + 0.028 + 0.026+ 0.0266= 0.1076 jam/unit

6. Waktu Standar

Waktu Standar= waktu normal X

= 0.1076 jam/unit X = 0.1076 x 1.0228 jam/unit= 0.11005 jam per unit

7. Output StandarOutput Standar= 1 0.11005= 9.08unit / jam

setara dengan 10 unit per jam.

4.5 Perhitungan Operator Optimum Operator Optimum= %working + %personal time + %fatigue x operator100%= 96.86% +0% + 0.32 % x 2100%= 1.94Setara dengan 2 operator

BAB 5ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

5.1 UJI KECUKUPAN DATADalam Work sampling ini, pekerjaan yang diamati yaitu pada pekerjaan pemesanan penyajian makanan cepat saji dan dilakukan pengamatan pada 2 orang operator. Pada waktu pelaksanaan pre work sampling, dengan mengambil 200 kali pengamatan acak didapatkan jumlah N = 3078 kali yang berarti data yang harus diambil pada saat work sampling sejumlah nilai tersebut. Pengujian kecukupan data dilakukan secara bertahap setiap pengamatan selesai dilakukan. Maka untuk menghitung N pada uji kecukupan yaitu dengan memilih nilai prosentase (P) working terkecil tanpa melihat others, sebagai berikut :

NHari 1Hari 2Hari 3

3078100010001078

Hari 1 : hari pertama mengambil data sebanyak 1000 data ( N = 1200 ) lalu nilai P yang diambil yaitu 0.2283 (pada elemen mencatat pesanan) dan setelah dilakukan pengujian kecukupan data di peroleh nilai N= 1352 karena N>N maka pengamatan dilanjutkan pada hari ke-2 karena data dianggap belum mencukupi.Hari 2 : Hari kedua melakukan pengambilan data sebanyak 1000 data sehingga nilai N = 2200 lalu nilai P yang diambil yaitu 0.2291 (pada elemen mengambil makanan) dan setelah dilakukan pengujian kecukupan data diperoleh nilai N= 1060 karena N 100% melebihi standar2. 95 100 % operator sangat ahli3. 90 95 % operator ahli4. 85 90 % operator bisa menguasai (sedang)5. < 80 operator kerja di bawah standarBerdasarkan parameter tersebut maka dapat disimpulkan bahwa operator bekerja dengan kemampuan sedang dalam menguasai bidang pencucian sepeda motor.

5.5 WAKTU NORMAL, WAKTU STANDAR, DAN OUTPUT STANDARWaktu normal merupakan waktu yang menunjukkan bahwa seorang operator akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/ tempo kerja yang normal. Hasil penjumlahan waktu normal tiap elemen yaitu sebesar 0.36699 jam/unit. Setelah didapatkan hasil penjumlahan waktu normal tiap elemen, maka untuk selanjutnya waktu normal tersebut digunakan untuk menghitung waktu standar guna menghasilkan 1 unit produk. Dalam pengamatan, didapatkan waktu standar sebesar 0.1076 jam / unit. Waktu standar sendiri merupakan waktu yang dibituhkan oleh operator yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan dan pada perhitungannya sendiri sudah meliputi kelonggaran waktu. Selain itu waktu standar ini digunakan untuk menghitung berapa lama suatu kegiatan harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan. Dari waktu standar yang telah diketahui bahwa untuk menghasilkan satu unit produk operator membutuhkan waktu selama 0.11005 jam atau 396.18 detik. Dari waktu standard dapat digunakan untuk menghitung output standart. Dimana pada pengamatan ini didapatkan output standarnya sebesar 10 unit/ jam.Yang berarti operator mampu menghasilkan produk sebanyak 10 unit produk setiap jamnya. Apabila terdapat operator yang bekerja melebihi nilai di atas maka dapat dikatakan orang tersebut kurang produktif atau bekerja secara tidak normal. Ketidak normalan dapat disebabkan beberapa hal antara lain kondisi fisik operator, dan sebagainya. Namun apabila terdapat seorang operator yang mampu bekerja kurang dari waktu yang ditentukan di atas dengan kualitas sama maka orang tersebut dapat digolongkan ahli dan bekerja sangat baik dibidangnya.Dan didalam penelitian ini setiap operator dikatakan ahli, dikarenakan setiap operator dalam 2 jam mampu menghasilkan output melebihi standart yang telah ditentukan diatas.

5.6 ANALISA JUMLAH OPERATOR OPTIMUMDalam menentukan jumlah output optimum, data yang dibutuhkan adalah % working, % fatique, dan % personal time. Jika ketiganya didapatkan, maka jumlah operator optimum dapat dihitung. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa operator optimum pada pekerjaan pencucian sepeda motor yang diamati yaitu sebanyak 2 operator. Hal ini menunjukkan bahwa operator yang ada sekarang sudah mencukupi.

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULANDari hasil analisa dan interpretasi data di atas dapat disimpuljkan bahwa:1. Setelah dilakukan pre-work sampling, maka dilakukan uji kecukupan data. Apabila N > N maka dilakukan pengamatan lagi sejumlah N - N. setelah data diambil, maka dilakukan lagi uji kecukupan kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah data mencukupi.2. Untuk pekerjaan pemesanan dan penyajian makan cepat saji ini untuk memenuhi syarat kecukupan data maka harus diambil sampling sebanyak 2200 data.3. Rata rata % idle operator adalah sebesar 2.23 % 4. Operator dalam pencucian sepeda motor ini sudah melakukan pekerjaan dengan efektif dan efisien karena rata-rata % working lebih besar dari % idle yaitu sebesar 96.86 %.5. Waktu normal merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan satu siklus kerja dibandingkan dengan total output yang dihasilkan selama proses pengamatan yang mana tidak termasuk kelonggaran waktu (idle). Operator untuk melakukan pekerjaan pencucian sepeda motor ini adalah 0.1076 jam per unit. Hal ini berarti waktu normal yang dibutuhkan operator untuk menyelesaikan satu siklus kerja per total output yang dihasilkan adalah selama 0.1076 jam per unit6. Waktu standard merupakan waktu yang dibutuhkan oleh operator yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaan dan pada perhitungannya sendiri sudah meliputi kelonggaran waktu. Operator untuk melakukan pekerjaan pencucian sepeda motor ini adalah sebesar 0,11005 jam/unit . Apabila terdapat operator yang bekerja melebihi nilai di atas maka dapat dikatakan orang tersebut kurang produktif atau bekerja secara tidak normal. Ketidak normalan dapat disebabkan beberapa hal antara lain kondisi fisik operator, dan sebagainya. Namun apabila terdapat seorang operator yang mampu bekerja kurang dari waktu yang ditentukan di atas dengan kualitas sama maka orang tersebut dapat digolongkan ahli dan bekerja sangat baik dibidangnya.7. Jumlah operator optimum yang dibutuhkan untuk pekerjaan pencucian sepeda motor ini adalah sebanyak 2 operator.

6.2 SARANSebaiknya dalam praktikum work sampling ini praktikan harus benar-benar mengamati kegiatan operator dengan sebaik-baiknya sehingga data yang diperoleh benar-benar teliti. Beberapa saran yang bisa diberikan yaitu :1. Penggunaan stopwatch harus relevan dengan waktu pengamatan pada waktu random agar mendapatkan hasil yang valid.2. Setelah melakukan Pre Work Samping sebaiknya segera dilakukan perhitungan menghenai kecukupoan data dan segera melakukan work sampling sehingga proses pengumpulan dan pengolahan data tidak terlalu lama.3. Kondisi lingkungan dan operator mempengaruhi dari kegiatan pemesanan sehingga harus dikondisikan operator dalam keadaan sehat dan kondisi lingkungan bersih, rapi, pencahayaan baik serta tidak berisik/gaduh.4. Saat melakukan kegiatan work sampling sebaiknya peneliti mengamati tidak terlalu jauh dari operator yang bekerja, sehingga saat melakukan penelitian tidak terlalu banyak kegiatan yang hilang tercatat dikarenakan banyak pengunjung yang menutupi operator.5. Saat melakukan penilitian dengan 2 operator atau lebih sebaiknya seluruh kelompok membagi tugas dengan memperhatikan operator masing-masing da nada yang mencatat sehingga hasil penilitian dapat tepat dan akurat, tidak ada yang tertinggal sedikit pun.

DAFTAR PUSTAKAWignjosoebroto, Sritomo. 2003. Ergonomi. Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.

http://www.pearsonassessments.com/HAIWEB/Cultures/enus/Productdetail.htm?Pid=PAworksampl diakses pada tanggal 29 November pukul 04.20

Modul Praktikum.2011. Laboratorium APK & Ergonomi ~ Universitas Islam Indonesia

Prasetyani, Rini.1998.Analisa Beban Kerja Staf Produksi PAda PT. Sepatu MAs Idaman Menggunakan Metode sampling Pekerjaan.

Sutalaksana dkk (2006), Teknik tata cara kerja. Jurusan TI ITB.

Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja 35