Download - Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Transcript
Page 1: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

SETRATEGI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PEMBAHASAN PEMBENTUKAN QANUN(Studi kasus di DPRK Aceh Tengah)

Peroposal

Di

S

U

N

Oleh:

HIDAYAT

100301044

Program Studi: Imu Administrasi Negara

UNIVERSITAS GAJAH PUTIH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2014

1

Page 2: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis persembahkan

kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunianya penulis akhirnya

dapat menyelesaikan Proposal ini, Shalawat dan salam kepangkuan Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah mengubah

peradaban dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan, Adapun

yang menjadi judul Proposal penulis adalah “SETRATEGI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN

QANUN.

Dalam penulisan ini, Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan

dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung atau tidak, Maka pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

Ibu dan (ayah), abang adik kaka beserta sanak pamili semuanya.

Kepada teman teman semuanya ruang C7b yang telah banyak

memberikan saran dalam penulisan peroposal ini.

Dan kepada para dosen-dosen yang telah memberikan banyak teori-teori

tentang bagai mana menyelesaikan peroposal ini.

Takengon, 25 April 2014Penulis

HIDAYAT

2

Page 3: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Pentingya setrategi DPRK dalam meninkatkan Partisipasi masyarakat

untuk pembuatan qanun agar terwujutnya Akutabilatas demi mewujutkan

pemeritahan yang good governance dalam lingkungan Kabupaten Aceh

Tengah berkaitan dengan pokok pokok permasalahan yang di ajukan oleh

penulis dalam penelitian di DPRK Aceh Tengah agar dapat memberikan

keterangan lebih dan menambah wawasan pula bagi penulis sendiri, demi

pembangunan kabupaten aceh tengah.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan ( Pasal 2 ayat (1) huruf h

Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara pembentukan qanun)

merupakan salah satu syarat mutlak dalam era reformasi ini. Pengabaian

terhadap faktor ini telah menyebabkan terjadinya (deviasi) penyimpangan dari

peraturan yang cukup Penting terhadap tujuan pembangunan itu sendiri yaitu

keseluruhan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itulah

pelibatan dalam proses legislasi atau penyusunan produk hukum wajib

terjadinya pelibatan masyarakat di dalamnya.

Proses pelibatan partisipasi masyarakat dalam implementasi program

Legislasi Daerah terbukti telah berhasil membawa perubahan mendasar

dalam peningkatan kesadaran hukum masyarakat. Pembangunan hukum

lebih berorientasi pada masyarakat, yang tercermin melalui pengoptimalan

keterlibatan masyarakat dalam rangkaian penyusunan Peraturan Daerah, di

Aceh di kenal dengan Qanun. Ini perlu diyakini oleh aparatur Pemerintah Baik

3

Page 4: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Provinsi maupun Kabupaten/Kota sebagai strategi yang tepat untuk

menggalang memperjuangkan kesadaran masyarakat terhadap ketaatan

pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum.

Qanun dibentuk berdasarkan asas pembentukan peraturan perundang-

undangan yang meliputi kejelasan tujuan, kelembagaan atau organ

pembentuk yang tepat, kesesuaian antar jenis dan materi muatan,

keterlaksanaan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan

keterbukaan.

Dalam penjelasan Qanun Nomor 3 Tahun 2007 disebutkan bahwa untuk

mewujudkan pembangunan hukum dan tertib pemerintahan di Aceh

diperlukan pembentukan peraturan perundang-undangan sejak perencanaan

sampai dengan pengundangan.

Dalam Pasal 1 angka 14 Qanun No.3 Tahun 2007 disebutkan Qanun

Kabupaten/ Kota adalah Peraturan Perundang-undangan sejenis peraturan

daerah kabupaten/kota yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan

kehidupan masyarakat kabupaten/kota di Aceh.

Qanun dibentuk berdasarkan asas pembentukan Paraturan Perundang-

undangan yang meliputi kejelasan tujuan, kesesuaian antara jenis dan materi

muatan, keterlaksanaan, kedayagunaan, kehasil gunaan, kejelasan rumusan,

keterbukaan dan keterlibatan publik (Pasal 2 Ayat (1) Qanun Aceh No.3

Tahun 2007). Pembentukan Qanun tersebut tidak boleh bertentangan dengan

syariat Islam, kepentingan umum, qanun lainnya dan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi (Pasal 2 Ayat (2) Qanun Aceh No.3 Tahun 2007).

4

Page 5: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan merupakan landasan yuridis pembentukan

peraturan perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Undang-Undang ini memuat secara lengkap pengaturan baik menyangkut

sistem, asas, jenis dan materi muatan, proses pembentukan yang dimulai dari

perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,

pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Tertib pembentukan

peraturan perundang-undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah, diatur

sesuai dengan proses pembentukan dari jenis dan hirarki serta materi muatan

peraturan perundang-undangan (Andi Mattalatta,2007:19).

Dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 menggariskan

materi muatan Qanun adalah seluruh materi muatan dalam rangka:

a. penyelenggaraan otonomi dan tugas pembantuan;

b. menampung kondisi khusus daerah; serta

c. penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

Dari segi materi muatan, Qanun adalah peraturan yang paling banyak

menanggung beban. Sebagai peraturan terendah dalam hierarki peraturan

perundang-undangan.

Pasal 239 Ayat (3) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh menyebutkan bahwa :

a. Rancangan qanun dapat berasal dari DPRA, Gubernur dan DPRK,

atau Bupati/Walikota.

5

Page 6: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

b. Apabila dalam satu masa sidang, DPRA atau Gubernur dan DPRK

atau bupati/walikota menyampaikan rancangan qanun mengenai

materi yang sama, maka yang dibahas adalah rancangan qanun

yang disampaikan oleh DPRA/DPRK, sedangkan rancangan qanun

yang disampaikan Gubernur dan Bupati/Walikota digunakan sebagai

bahan untuk dipersandingkan.

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan

rancangan qanun yang berasal dari Gubernur dan Bupati/Walikota

diatur dengan qanun.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut maka dikeluarkan Qanun Aceh

Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan Qanun, ini

merupakan acuan yang harus diikuti oleh Pemerintah Aceh, Kabupaten/Kota

dalam melahirkan qanun, rancangan qanun atas usulan legislatif atau

eksekutif yang diusulkan dari SKPD, harus melibatkan masyarakat.

Pasal 238 Undang-Undang Pemerintah Aceh menyebutkan bahwa :

a. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan

dalam rangka penyiapan dan pembahasan rancangan qanun.

b. Setiap tahapan penyiapan dan pembahasan qanun harus terjamin

adanya ruang partisipasi publik.

Selain itu penyusunan qanun yang berkualitas dalam Pasal 2 Ayat (1)

Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 disebutkan bahwa qanun dibentuk

berdasarkan asas pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Asas

pembentukan peraturan perundangan-undangan tersebut meliputi

diantaranya adalah keterbukaan dan keterlibatan publik. Keterlibatan publik

6

Page 7: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

dalam proses pembentukan qanun tersebut lebih lanjut dijelaskan dalam

Pasal 23 Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 sebagai berikut:

a. Setiap tahapan penyiapan dan pembahasan qanun harus terjamin

adanya ruang partisipasi publik

b. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan

dalam rangka penyiapan dan pembahasan rancangan qanun.

c. Masyarakat dalam memberi masukan harus menyebutkan identitas

secara lengkap.

d. Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat pokok-

pokok materi yang diusulkan.

e. Masukan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diagendakan dalam rapat penyiapan atau pembahasan rancangan

qanun.

Keterlibatan partisipasi masyarakat  dalam pembentukan qanun ini

sesuai dengan yang disebutkan oleh Friedrich Karl von Savigny yang

menyatakan bahwa hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan

berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Hukum bukan merupakan

konsep dalam masyarakat karena hukum tumbuh secara alamiah dalam

pergaulan masyarakat yang mana hukum selalu berubah seiring perubahan

social (Walter Friedmann,1994:54) Sehingga hukum yang baik adalah hukum

yang hidup dalam masyarakat (living law), dengan kata lain adalah

pembentukan hukum tersebut haruslah dimulai dari bawah (buttom up) yaitu

sesuai dengan aspirasi dari masyarakat melalui ruang partisipasi publik.

7

Page 8: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan urayan di atas, maka dapat di identifikasikan masalahnya

sebagai berikut:

1. Apakah keterlibatan masyarakat dalam pembentukan rancangan

qanun sudah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang

berlaku?

2. Kendala apa saja yang dihadapi oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Kabupaten Aceh Tengah terhadap  partisipasi masyarakat dalam

proses pembentukan Qanun

1.3. Tujuan Penelitian

      Adapun Tujuan penulisan Peroposal ini  adalah :

1. Untuk mengetahui tentang pelibatan masyarakat terhadap

Pembentukan Qanun

2. Untuk memahami kendala apa saja dalam pelibatan masyarakat

terhadap Pembentukan Qanun

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan,

baik secara teoritis maupun secara praktis:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan informasi, guna

mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana SETRATEGI DEWAN

PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH UNTUK

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBAHASAN

PEMBENTUKAN QANU

8

Page 9: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan atau dasar pengambilan

keputusan/kebijakan bagi pemerintahan DPRK dalam menentukan implementasi

kebijakan yang diambil guna mendukung dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat.

1. memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan

publik,

2. memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga

mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik

3. meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif

4. efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat

dalam pembuatan kebijakan publik dan mengetahui kebijakan

publik, maka sumber daya yang digunakan dalam sosialisasi

kebijakan publik dapat dihemat.

1.4. Metodelogi Penulisan

Untuk memperoleh hasil yang tepat, kiranya metodelogi penulisan

menjadi penting. Untuk dalam penyajian peroposal ini, penulis menggunakan

pendekatan/ metodelogi Fiel Reseach dan Library Reasech. 

Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data penyusunanlaporan

Peroposal ini antara lain:

1. Interview (wawancara)

Peneliti melakukan wawancara. wawancara dengan pihak-pihak yang

terlibat dalam proses pembentukan qanun dalam hal ini terdiri dari Unsur

Bagian Hukum, Sekretariat DPRK atau panitian Legislasi di DPRK,

9

Page 10: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

2. Survey (pengamatan)

Selain melakukan Intervie,peneliti juga melakukan pengamatan aktipitas-

aktipitas pembahasan Qanun di DPRK Aceh Tengah terkait masalah

masalah yang timbul di lapangan.

3. Studi dokumentasi

Peneliti juga melakukan Studi Dokumen yaitu mengaitkan antara

sebuahaturan dan ketentuan alur kebijakan yang di tempuh.

1.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat

dipakai sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian ini.

Philipus M. Hadjon mengemukakan konsep partisipasi masyarakat

berkaitan dengan konsep keterbukaan. Dalam artian, tanpa keterbukaan

pemerintahan tidak mungkin masyarakat dapat melakukan peran serta dalam

kegiatan-kegiatan pemerintah. Menurut Philipus M. Hadjon keterbukaan baik

”openheid”(keterbukaan umum) maupun ”openbaar-heid”(keterbukaan kusus)

sangat penting artinya bagi pelaksanaan pemerintah yang baik dan

demokratis. Dengan demikian keterbukaan dipandang sebagai suatu asas

ketatanegaraan mengenai pelaksanaan wewenang secara layak.

10

Page 11: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1. Pengertian Strategi

Setrategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusip sebuah aktivitas dalam

kurun waktu tertentu (Edi Soeharto 2005:17).

Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema,

mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip

pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.

Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih

sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering

kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.

2.2. Pengertian Dewan perawkilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut

Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam

sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan

rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang

dipilih melalui pemilihan umum.

Tugas dan wewenang DPRD Kabupaten/Kota adalah:

Membentuk Peraturan Daerah Kabupaten/Kotayang dibahas dengan

Bupati/Walikota untuk mendapat persetujuan bersama

Menetapkan APBD Kabupaten/Kotabersama dengan Bupati/Walikota

11

Page 12: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota dan Peraturan Perundang-undangan lainnya,

Keputusan Bupati/Walikota, APBD Kabupaten/Kota, kebijakan

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan

daerah, dan kerjasama internasional di daerah

Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Wakil Bupati

atau Walikota/Wakil Walikota kepada Menteri Dalam Negeri melalui

Gubernur

Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota terhadap rencana perjanjian internasional yang

menyangkut kepentingan daerah

Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan

Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya, DPRD Kabupaten/Kota berhak meminta pejabat negara

tingkat Kabupaten/Kota, pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau

warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak

dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan

perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan

yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai

dengan peraturan perundang-undangan).

Alat kelengkapan dan Sekretariat DPRD

Alat kelengkapan DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas: Pimpinan, Komisi,

12

Page 13: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Panitia Musyawarah, Badan Kehormatan, Panitia Anggaran, dan alat

kelengkapan lain yang diperlukan.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk

Sekretariat DPRD Kabupaten/Kota yang personelnya terdiri atas Pegawai

Negeri Sipil. Sekretariat DPRD dipimpin seorang Sekretaris DPRD yang

diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota.

2.2. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi (participation) seringkali istilah tersebut diasumsikan

hanya sebagai kontribusi financial, material, dan tenaga dalam suatu

program. Kadang juga diberi pengertian sebagai self-help, self reliance,

cooperation dan local autonomy dimana istilah-istilah tersebut kurang

menggambarkan apa yang dimaksud dengan partisipasi itu sendiri. Self-help,

self reliance dan local autonomy menggambarkan kondisi akhir yang

diharapkan dari suatu program yang memakai pendekatan partisipatif.

Cooperation menunjukkan cara bagaimana partisipasi masyarakat

diimplementasikan pada suatu kegiatan atau program (Anwar Sadat

2013.www.google.partisipasi:),

Bank dunia memberikan batasan partisipasi masyarakat sebagai:

1. keterlibatan masyarakat yang terkena dampak pengambilan

keputusan tentang hal-hal yang harus dikerjakan dan cara

mengerjakannya,

2. keterlibatan tersebut berupa kontribusi dari masyarakat

dalam pelaksanaan kegiatan yang telah diputuskan dan

13

Page 14: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

3. bersama-sama memamfaatkan hasil program sehingga

masyarakat mendapatkan keuntungan dari program

tersebut.

Dapat disimpulkan partisipasi masyarakat dalam proses pembentukan

hukum adalah; “Suatu proses keterlibatan yang bertanggung jawab dalam

suatu kegiatan yang merupakan suatu unit kegiatan (unit of action) dalam

proses pengambilan keputusan, kontribusi dalam pelaksanaannya dan

pemamfaatan hasil kegiatan, sehingga terjadi peningkatan kemampuan

kelompok tersebut dalam mempertahankan perkembangan yang tercapai

secara mandiri. Dalam pengertian partisipasi tercakup dua sistem dalam

suatu  kegiatan. Kedua system adalah system pemerintah yang merupakan

icon pembuat regulasi dan sistem masyarakat dipihak lain.

Kedua pihak secara fungsional sering mempuyai karakteristik dan

pandangan yang sangat berbeda dalam konteks partisipasi. Berdasarkan

pandangan bahwa semua program pengembangan masyarakat adalah sama

dengan pengembangan kelompok masyarakat pedesaan yang miskin (rurar

poor community). Pandangan ini sering ada pada sudut pandang pemerintah

atau provider, partisipasi masyarakat seolah-olah merupakan kewajiban yang

harus diemban oleh masyarakat yang mendapat bantuan. Dalam keadaan

tersebut, masyarakat tidak mempunyai otoritas terhadap kegiatan karena

semuanya telah diatur dan dijadwalkan oleh pemberi kegiatan.

Dipihak lain masyarakat menyatakan bahwa program pengembangan

itu dapat pada siapa saja, tidak peduli apakah kelompok sasaran tersebut

merupakan kelompok masyarakat pedesaan yang miskin atau kelompok

14

Page 15: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

masyarakat di kota yang sudah cukup dari segi ekonomi. Pendapat itu

menganggap bahwa partisipasi merupakan hak dari masyarakat (Walter

Friedmann1994. hlm  51-61. ). Masyarakat boleh menggunakan atau tidak

menggunakan “hak” tersebut dalam suatu kegiatan yang diadakan oleh

pemberi kegiatan. Apa bila pemberi kegiatan menginginkan partisipasi

masyarakat, diperlukan pendekatan tertentu untuk mendapatkannya.

Peter Oakley dan David Marsden menyimpulkan bahwa banyaknya

variasi dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat disebabkan oleh setiap

batasan menonjolkan dimensi yang berbeda dari partisipasi masyarakat. Satu

pendapat menyatakan bahwa jika ada keterlibatan dari masyarakat,

bagaimanapun bentuk dan prosesnya, maka dikatakan bahwa masyarakat

telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Hal itu memang tidak keliru

tetapi masih kurang tepat karena hanya melihat aspek kuantitatif dari

partisipasi. Implementasi pendapat itu sering berupa mobilisasi sumber daya

masyarakat dalam suatu kegiatan tanpa masyarakat tahu apa tujuan kegiatan

tersebut dan keuntungan apa yang akan diperoleh dengan keterlibatannya.

Batasan lain menyatakan bahwa secara konseptual, partisipasi terjadi

apabila telah ada pembangian ulang kekuasaan (redistribution of power)

dalam menentukan pelaksanaan kegiatan tersebut antara penyedia kegiatan

(provider) dengan masyarakat. Namun ada juga yang mengatakan bahwa

wewenang dalam pengambilan keputusan hanyalah salah satu komponen

dari yang disebut sebagai partisipasi. Kontribusi tenaga kerja, material dan

finansial juga merupakan komponen dari partisipasi di samping komponen

lain (Uphoof & Cohen, 1979).

15

Page 16: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Ann Seidman Robert B mengemukakan Konsep Teori Responsif

berkaitan dengan Partisipasi masyarakat. Beliau mengemukakan

bahwa;”pihak-pihak yang dipengaruhi oleh suatu keputusan yang ditetapkan

the stakholders (pihak yang mempunyai kepentingan) memiliki kesempatan

seluas-luasnya untuk memberikan masukan, kritik dan mengambil bagian

dalam pembuatan keputusan-keputusan pemerintah.

Pengertian partisipasi tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian

partisipasi politik yang dikemukakan oleh Samuel P. Huntington dan Joan M.

Nelson yaitu bahwa partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang

bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi

pembuatan keputusan oleh pemerintah.

Philipus M. Hadjon mengemukakan konsep partisipasi masyarakat

berkaitan dengan konsep keterbukaan. Dalam artian, tanpa keterbukaan

pemerintahan tidak mungkin masyarakat dapat melakukan peran serta dalam

kegiatan-kegiatan pemerintah. Menurut Philipus M. Hadjon keterbukaan baik

”openheid” maupun ”openbaar-heid” sangat penting artinya bagi pelaksanaan

pemerintah yang baik dan demokratis. Dengan demikian keterbukaan

dipandang sebagai suatu asas ketatanegaraan mengenai pelaksanaan

wewenang secara layak.

Konsep partisipasi terkait dengan konsep demokrasi, sebagaimana

dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon bahwa sekitar tahun 1960-an muncul

suatu konsep demokrasi yang disebut demokrasi partisipasi. Dalam konsep

ini rakyat mempunyai hak untuk ikut memutuskan dalam proses pengambilan

keputusan pemerintahan. Dalam konsep demokrasi, asas keterbukaan datau

16

Page 17: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

partisipasi merupakan salah satu syarat minimum sebagaimana dikemukakan

oleh Burkens dalam bukunya yang berjudul ”Beginselen van de

democratische reschsstaat” yang intinya.

1. pada dasarnya setiap orang mempunyai hak yang sama dalam

pemilihanyang bebas dan rahasia;

2. pada dasarnya setiap orang mempunyai hak untuk dipilih;

3. setiap orang mempunyai hak untuk dipilih;

4. badan perwakilan rakyat mempengaruhi pengambilan keputusan

melalui sarana ”mede beslissing-recht” (hak untuk ikut memutuskan

dan atau melalui wewenang pengawas);

5. asas keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan sifat

keputusan yang terbuka;

6.   dihormatinya hak-hak kaum minoritas;

Menurut Sad Dian Utomo mamfaat partisipasi masyarakat dalam pembuatan

kebijakan publik, termasuk dalam pembuatan Perda adalah:

5. memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan

publik,

6. memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga

mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik

7. meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif

8. efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat

dalam pembuatan kebijakan publik dan mengetahui kebijakan

publik, maka sumber daya yang digunakan dalam sosialisasi

kebijakan publik dapat dihemat.

17

Page 18: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Sesuai dengan negara hukum, (Ibid, Riset Kebijakan Publik Paham

Unsyiah, 2009. hlm.4)maka partisipasi masayarakat dalam penyusunan

Perda/qanun mesti diatur secara jelas dalam suatu aturan tertentu. Menurut

Bagir Manan sendi utama negara hukum adalah hukum merupakan sumber

tertinggi (supremasi hukum) dalam mengatur dan menentukan mekanisme

hubungan hukum antara negara dan masyarakat ataun antar anggota

masyarakat yang satu dengan yang lain. Hukum mempunyai dua pengertian

yakni hukum tertulis dan hukum tidak tertulis.

2.3. Mekanisme Partisipasi Masyarakat

Dalam BAB VI Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 Pasal 23 dijelaskan

bahwa berikut :

1. Setiap tahapan penyiapan dan pembahasan qanun harus terjamin

adanya ruang partisipasi publik.

2. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tulisan

dalam rangka penyiapan dan pembahasan rancangan Qanun.

3. Masyarakat dalam memberikan masukan harus menyebutkan identitas

secara lengkap

4. Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membuat pokok-pokok

materi yang diusulkan

5. Masukan dari masyarakat sebagimana dimaksud pada ayat (2)

diagendakan dalam rapat penyiapan atau pembahasan rancangan

qanun.

Sterategi pelibatan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya diatur

sebagai berikut (Pasal 25 ayat (1)) :

18

Page 19: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

a. pada fase penyiapan prarancangan qanun oleh pemrakarsa pada

masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 atau oleh Anggota/ Komisi/Gabungan

Komisi/ Panitia Legislasi DPRA/DPRK sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 19;

b. pada fase pembahasan oleh Tim Asistensi yang dibentuk oleh

Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17

melalui forum rapat dengar pendapat;

c. pada fase pelaksanaan seminar akademik, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12;

d. pada fase pembahasan oleh DPRA/DPRK, sesuai dengan mekanisme

yang ditetapkan dalam Tata Tertib DPRA/DPRK.

Lebih lanjut ayat (2) menjelaskan: mekanisme pelibatan dan

partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan

antara lain melalui Forum Seminar, Lokakarya, Fokus Grup Diskusi, Rapat

Dengar Pendapat Umum (RDPU) dan bentuk-bentuk penjaringan aspirasi

publik lainnya.

Mekanisme pelibatan dan partisipasi masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) meliputi penyebaran draft pra rancangan qanun dan

jadwal pembahasan kepada masyarakat.(Pasal 25 ayat (3) Qanu Aceh No.3

Tahun 2007)

Masa Partisipasi masyarakat ditetapkan dalam jadwal kegiatan pada

setiap fase penyiapan dan pembahasan pra rancangan qanun/rancangan

qanun (Pasal 25 ayat (4) Qanu Aceh No.3 Tahun 2007).

19

Page 20: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Masukan yang diberikan oleh masyarakat melalui mekanisme

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 paling lama 7

(tujuh) hari sejak dilakukan penyebarluasan sudah harus disampaikan

kepada DPRA/DPRK atau Gubernur/Bupati/Walikota untuk menjadi bahan

pertimbangan dalam penyempurnaan materi rancangan qanun (Pasal 26

Qanun Aceh No.3 Tahun 2007).

20

Page 21: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mengkaji Setrategi DPRK untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembuatan Qanun.

3.2 Lokasi Atau Objek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Dewan Perwakilan Rakyat

Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan objek penelitian ini para Angota dewan

perwakilan patai politik dilingkungan DPRK Aceh Tengah.

3.3 Pendekatan penelitian

Jenis pendekatan yang di pakai dengan mengunakan pendekatan

penelitian kualitatif, Sugiono (2010), Data kualitatif adalah data yang

berbentuk kata, Kalimat, Skema dan Gambaran. Suharsimi Arikunto (2006),

Mengemukakan bahwa ,namun demikian tidak berati bahwa dalam penelitian

kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan mengunakan angka.

Dalam hal tertentu misalnya menyebutkan jumlah anggota keluarga,

Banyaknya biaya yang di keluarkan untuk belanja. Yang tidak tepat adalah

apabila mengumpulkan data dan penapsirannya Peneliti menggunakan

Rumus-rumus statistik.

Penelitian kualitatif memiliki karateristik dengan mendeskripsikan

suatu keadaan yang sebenarnya, Tetapi laporannya bukan sekedar

berbentuk laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah. Tipe

penelitian ini menyajikan suatu gambar yang terperinci tentang satu situasi

khusus, setting sosial atau hubungan, yang digunakan jika ada pengetahuan

21

Page 22: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

atau imformasi tentang gejala sosial yang akan diselidiki atau

dipermasalahkan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari survey literature,

Laporan hasil penelitian atau dari hasil studi eksplorasi.

3.4 Sumber data

Sugiyono, (2003).Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai

setting, berbagai sumber,berbagai dan cara. Bila dilihat dari sumber datanya,

Maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber

skunder.

a. Data primer

Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

langsung dari nara sumber. Adapun penentuan narasumber dalam penelitian

ini dengan mengunakan metode purposive sampling yaitu narasumber atau

orang yang diwawancara adalah orang yang dianggap paham atau mengerti

atau mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dalam hal ini di ambil 3 orang

di lingkungan Dewan Perwakilan Rakyat dan dewan para pegawai Negeri dan

Non pegawai Negri lingkuan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh

Tengah.

b. Data skunder

Data skunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung, melalui media perantara. Sumber data dari

penelitian ini berasal dari literatur-literatur seperti buku-buku, jurnal-jurnal

penelitian, makalah-makalah, surat kabar, penelitian penelitian sebelumnya

maupun data yang telah disediakan oleh pihak lain yang bersangkutan.

22

Page 23: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

3.5. Informan

Di dalam penelitian ini yang menjadi informan penulis adalah sebagai berikut:

1. Ibu kasubit bidang HukumDPR Kabupaten Aceh Tengah.

2. Staf Bagian Kepala bagian persidangan DPR Kabupaten Aceh

Tengah

3. Badan legislasi DPR Kabupaten Aceh Tengah.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat dan relevansi dengan topik

penelitian, Maka penulis mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai

berikut :

a. Observasi

Arikunto, Suharsimi (2010). Metode observasi dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang akan

diteliti. Dimana pengamatan atau pemusatan perhatian terhadap obyek

dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat

dilakukan melalui Penglihatan, Penciuman, Pendengaran, dan Pengecap”.

Sehingga peneliti melakukan pengamatan langsung di lingkungan Dewan

Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tengah.

b. Wawancara

Arikunto, Suharsimi, (2010). Metode ini dilakukan dengan percakapan

oleh dua orang atau lebih yang diperoleh jawaban. Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu”.

23

Page 24: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Tekhnik wawancara menjadi pengumpulan data yang utama dalam

penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam sebab

peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh

informasi yang diperoleh dan karena melalui tehknik wawancara peneliti

mempunyai peluang untuk dapat memahami setrategi dewan perwakilan

rakyat dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk pembuatan dan

pembahasan qanun Kabupaten Aceh Tengah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh sejumlah data dari

DPRK serta penganalisisan peraturan, nilai, dan catatan tentang, Setrategi

DPRK untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembauatan

Qanun Kabupaten Aceh Tengah sehingga menambah keakuratan dalam

pengumpulan data.

3.7. Teknik Analisa Data

Miles dan Michael Huberman (1992). Analisis data penelitian bersifat

berkelanjutan dan dikembangkan sepanjang program. Analisis data

dilaksanakan mulai penetapan masalah, Pengumpulan data dan setelah data

terkempul, Dengan menetapkan masalah penelitian, Peneliti sudah

melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut dalam berbagai

perspektif teori dan metode yang digunakan yakni metode alur. Analisis

dalam penelitian ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yaitu :

24

Page 25: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

1. Reduksi data, Yang artinya sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data (display data) dilakukan dengan menggunakan

bentuk teks naratif, Dan

3. Penarikan kesimpulan serta verifikasi.

3.7.Jadwal Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan………… 2014 pada lingkungan

Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Aceh Tenggah.

25

Page 26: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),

Gunung Agung, Jakarta, 2002,

Afrizal tjoetra dkk, Modul untuk Perancangan Qanun, Merancang Qanun,

Merancang Pembaharuan Aceh,

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar metodologi Penelitian Hukum, PT.

Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2006

Bagir Manan, Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah menurut UUD

1945, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta, 1994,

Daud Gaurauf, Belajar Politik Bersama Masyarakat: Membangun demokrasi

Menuju Masyarakat Partisipasif, JeMP dan Pekab Wonoso, 2002

Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara ,  Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Jakarta,

Edisi ketiga 1993,

Khairani dkk, Riset Analisis Kebijakan Publik, Pusham UNSYIAH, 2009

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undangan, Proses dan

Pembentukannya, Kanisius: Yogyakarta, 2007

Arikunto, Suharsimi. (2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

(Rineka Cipta, Jakarta). Hal 25.

Matthew B. Milles dan A Michael Huberman,(1992). Metode Penelitian.

Kualitatif. Hal 35.

26

Page 27: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

B. Karya Ilmiah  dan Artikel di Internet

Andi Mattalatta, Sambutan Lokakarya Menuju Tata Kelola Pemerintahan yang

Baik (Good Governance) Melalui Peningkatan Kompetensi Aparatur

Pemerintahan Daerah Dalam Tertib Pembentukan Peraturan Daerah,

Jakarta  19-21 November 2007

Ni Made Ari Yuliartini Griadhi dan Anak Agung Sri Utari, Partisipasi

Masyarakat Dalam Pembentukan Peraturan Daerah, Artilel Imiah: Kertha

Patrika, Vol 33 No.1 Januari 2008

Anwar Sadat, Masyarakat dalam Penyusunan Produk Hukum, www.google,

partisipasi, 5 Nopember 2009

Rudi Ismawan, Partisipasi Masyarakat dalam Penetepan Kebijakan Daerah,

www.google, 4 Nopember 2009

D. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 32 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

27

Page 28: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan

Qanun

Kutipan

Pasal 2 ayat (1) huruf h Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang

tata cara pembentukan qanun

                2 Khairani dkk, Riset Analisis Kebijakan Publik, Pusham Unsyiah,

2009, Hlm.16

                3. Ibid.

Andi Mattalatta, Sambutan Lokakarya Menuju Tata Kelola Pemerintahan

yang Baik (Good Governance) Melalui Peningkatan Kompetensi Aparatur

Pemerintahan Daerah Dalam Tertib Pembentukan Peraturan Daerah,

Jakarta  19-21 November 2007.

Walter Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum : Idealisme Filosofis dan

Problema Keadilan (Susunan II). Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. 1994.

hlm  51-61.

Anwar Sadat, Masyarakat dalam penyusunan produk

hukum,www.google. partisipasi masyarakat, 5 Nopember 2009          

Rifkin, Primary Health Care: on Measuring Partisipation, Social

Science and Medicine, 1988, Hlm.931-940

Arnstein, Shery R, A Ladder of Citizen Participation, Amerikan

Institutet of Planners Journal, 1969, Hlm. 20.

]Rudi Ismawan, Partisipasi masyarakat dalam penetuan kebijakan

daerah, www. Google, 4 Nopember 2009

28

Page 29: Setrategi dewan perwakilan rakyat kabupaten aceh tengah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peroses pembuatan qanun

Ni Made Ari Yuliartini Griadi dan Agung Sri Utami, Partisipasi

Masyarakat dalam Pembenntukan Peraturan Daerah, Hlm. 3. Artikel Ilmiah:

Kertha Patrika Vo.33 No.1 Januari 2008

Edi Soeharto, Analisis Kebijakan Publik Panduan Praktis Pengkaji

Masalah dan Kebijakan social, Alfa Beta Bandung, 2005, Hlm. 13

Maria Farida Indrati S, Ilmu Perundang-Undagan, Proses dan

Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta,  2007, Hlm.  262-265

29