LAPORAN PRAKTIKUM 1 SENSOR
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PRAKTIKUM SENSOR
Oleh :
Danang Biantara
212341054
3 AEB
TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA
POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG
Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA
Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http ://www.polman-bandung.ac.id
e-mail : [email protected]
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum 1 Sensor.
Laporan ini merupakan realisasi dari hasil kegiatan perkuliahan berupa praktikum di laboratorium komputer yang penulis lakukan untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa kepada dosen mata kuliah sensor.
Dalam penulisan laporan ini, penulis masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ataupun penyusunan laporan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk lebih menyempurnakan laporan ini dan menjadi bahan pertimbangan penulisan dan penyusunan laporan yang selanjutnya.
Bandung, 9 Mei 2014
Penulis
POLITEKNIK MANUFAKTUR
BANDUNG
CATATAN MINGGUAN PRAKTIK AE
PROGRAM :Praktikum 1 Sensor MINGGU KE :
HARI / TGL
KEGIATAN
WAKTU
Senin
05 / Mei / 2014
Baris, absensi,berdoa
06.55-07.05
Penjelasan materi, pembagian piket dan kelompok
07.05-09.00
Istirahat
09.00-09.15
Pengusulan aplikasi dan belanja material
09.15-11.40
Istirahat, shalat, dan makan
11.40-12.40
Membuat skematik rangkaian aplikasi
12.40-15.00
Bersih bersih, baris, absensi dan berdoa
15.00-15.20
Selasa
06 / Mei / 2014
Baris, absensi,berdoa
06.55-07.05
Mengenal karakteristik sensor cahaya LDR, Photo Dioda, dan Photo Transistor
07.05-09.00
Istirahat
09.00-09.15
Mengenal karakteristik sensor suhu PTC, NTC, LM335
09.15-11.40
Istirahat, shalat, dan makan
11.40-12.40
Membuat rangkaian pembagi tegangan tanpa beban dan dengan beban
(Tanpa Voltage Follower dan Dengan Voltage Follower)
12.40-15.00
Bersih bersih, baris, absensi dan berdoa
15.00-15.20
Rabu
07 / Mei / 2013
Baris, absensi,berdoa
06.55-07.05
Membuat rangkai Span & Zero
07.05-09.00
Istirahat
09.00-09.15
Membuat rangkaian Span & Zero
09.15-11.40
Istirahat, shalat, dan makan
11.40-12.40
Membuat rangkaian aplikasi
12.40-15.00
Bersih bersih, baris, absensi dan berdoa
15.00-15.20
Kamis
08 / Mei/ 2014
Baris, absensi,berdoa
06.55-07.05
Membuat rangkaian aplikasi
07.05-09.00
Istirahat
09.00-09.15
Membuat rangkaian aplikasi
09.15-11.40
Istirahat, shalat, dan makan
11.40-12.40
Membuat rangkaian aplikasi
12.40-15.00
Bersih bersih, baris, absensi dan berdoa
15.00-15.20
Jumat
09 / Mei / 2013
Baris, absensi,berdoa
06.55-07.05
Tes rangkaian aplikasi dan Span & Zero
07.05-09.00
Istirahat
09.00-09.15
Tes rangkaian aplikasi dan Span & Zero
09.15-10.50
Istirahat,shalat jumat
10.50-13.20
Kemahasiswaan PKM
13.20-15.00
Baris, absensi,berdoa
15.00-15.20
Sabtu
10 / Mei / 2013
LIBUR
CATATAN : (absensi,lembur,kompensasi) TOTAL : 41 Jam 20 Menit
INSTRUKTUR
Dr.Ing. Yuliadi Erdani M.Sc.
13.30-14.00
PENDAHULUAN
Sensor adalah suatu alat yang dapat mengubah satu besaran fisis menjadi besaran fisis yang lain. Gambar berikut adalah contoh skema kontrol secara umum :
sensor
Actuator
Prosesor
Besaran
fisis
prosesor
PC
controler
PLC
Listrik
Pneumatic
dll
Gambar 10-1. Contoh skema kontrol
Karakteristik sensor cahaya
1. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.
LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor yang biasa digunakan sebagai pendeteksi cahaya atau pengukur besaran konversi cahaya. Light Dependent Resistor, terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah elekrtroda pada permukaannya.
Hasil Praktikum
Intensitas Cahaya
Nilai Tahanan
Gelap
800 k
Redup
4.3 k
Terang
0.3 k
Kesimpulan
Sensor cahaya LDR mengalami perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10M ohm dan dalam keadaan terang sebesar 1K ohm atau kurang. Jadi makin gelap keadaan yang di deteksi LDR makin besar resistansinya, jika makin terang resistansinya makin kecil.
2. Photo Diode
Photodioda adalah sebuah dioda yang dioptimasi untuk menghasilkan aliran elektron (atau arus listrik) sebagai respon apabila terpapar oleh sinar ultraviolet, cahaya tampak, atau cahaya infra merah. Kebanyakan photodioda dibuat dari silikon, tetapi ada juga yang dibuat dari germanium dan galium arsenida.
Hasil Praktikum
Intensitas Cahaya
Nilai Arus
Gelap
0 A
Terang
2.5 mA
Kesimpulan
Ketika intensitas cahaya yang diterima photodiode rendah, arus tidak akan mengalir. Semakin tinggi intensitas cahaya bebanding lurus dengan nilai arus yang dilewatkan oleh photodiode. Photo Dioda menangkap cahaya lalu mengubahnya menjadi listrik. Semakin terang cahaya yang diterima photodioda, semakin besar nilai arus.
3. Photo Transistor
Phototransistor merupakan suatu jenis transistor yang mendeteksi cahaya yang ada disekitarnya. Ketika basis menangkap cahaya maka collector akan terhubung dengan emitter dalam hal ini transistor bekerja. Prinsip kerja phototransistor sama seperti transistor pada umumnya dengan kata lain phototransistor akan bekerja seperti saklar dengan parameter cahaya untuk mendapatkan kondisi on dan off. Ketika cahaya dengan frekuensi diatas frekuensi ambang suatu bahan semikonduktor transistor pada daerah basisnya, maka terbentuklah pasangan elektron dan hole (lubang) sehingga menyebabkan arus seolah-olah mengalir masuk kedalam basis.Besarnya arus ini bergantung kepada besarnya intensitas cahaya yang diberikan kepadanya. Daerah utama dari terbentuknya arus ini adalah daerah persambungan kolektor dan basis. Berikut ini adalah simbol phototransistor.
Kesimpulan :
Photo Transistor menangkap cahaya. Kepekaannya lebih baik daripada photodiode karena memiliki penguat terintegrasi. Besarnya arus yang mengalir di antara kolektor dan emitor sebanding dengan cahaya yang diterima photo transistor. Semakin banyak cahaya yang diterima, semakin besar nilai arus.
Karakteristik sensor suhu
1. PTC (Positive Temperature Coefficient)
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif.
Hasil Praktikum
Temperatur
Nilai Tahanan
Suhu Kamar
36
Dipanaskan dengan api
150
Kesimpulan
Semakin tinggi suhu yang diterima oleh PTC, semakin tinggi nilai tahanan yang diberikan. Hambatan awalnya 10K ohm. Saat diberi panas hambatannya naik mencapai 80K ohm. Jadi panas yang di terima PTC akan menaikkan hambatan.
2. NTC (Negative Temperature Coefficient)
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif.
Hasil Praktikum
Temperatur
Nilai Tahanan
Suhu ruangan
7 k
Dipanaskan dengan api
1.2 k
Kesimpulan
Pada NTC, semakin tinggi suhu yang diterima NTC maka nilai tahanan semakin menurun. Hal ini berbanding terbalik dengan PTC. Hambatan awalnya 10K ohm. Saat diberi panas hambatannya turun mencapai 1K ohm. Jadi panas yang diterima NTC akan menurunkan hambatan.
3. LM35
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan. IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu.
Gambar Bentuk Fisik Sensor LM35
Proses berubahnya panas menjadi tegangan dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat termistor berjenis PTC (Positive Temperature Coefisient), yang mana termistor inilah yang menangkap adanya perubahan panas. Prinsip kerja dari PTC ini adalah nilai resistansinya akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperature suhu. Resistansi yang semakin besar tersebut akan menyebabkan tegangan output yang dihasilkan semakin besar
Hasil Praktikum
Supply Voltage
Temperature
Vout
12 V
Suhu Kamar
12.23 V
12 V
Dipanaskan dengan api
13.51 V
Kesimpulan
LM35 bekerja dengan Vin = 5V. Sensor ini bekerja untuk mengetahui temperature yang di ubah menjadi bentuk besaran elektrik. Terdiri dari 3 kaki yaitu Vin, Vout, dan GND. Keluarannya linear yaitu 10 milivolt per 1 derajat celcius. Semakin panas suhu, vout semakin besar.
PERCOBAAN RANGKAIAN PEMBAGI TEGANGAN
Rangkaian pembagi tegangan merupaka rangkaian yang terdiri atas resistor dan berfungsi untuk membagi tegangan.
Rangkaian voltage follower adalah rangkaian yang menghasilkan tegangan output sama dengan tegangan inputnya. Fungsi dari rangkaian voltage follower pada peralatan elektronika adalah sebagai penyangga, dimana prinsip dasarnya adalah penguat arus tanpa terjadi penguatan tegangan.
Dengan metode hubung singkat antara jalur input inverting dan jalur output operasional amplifier (op-amp) maka diperoleh perhitungan matematis sebagai berikut. Sehingga diperoleh nilai penguatan tegangan (Av) sebagai berikut:
Alat dan Bahan
No
Komponen
Jumlah
1
Resistor 1 k
3
2
Power Supply 12 Vdc
1
3
Op-Amp Lm741
1
4
Power Supply -12Vdc
1
5
Voltmeter DC
1
Gambar Rangkaian di Proteus
Rangkaian Pembagi Tegangan
Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Voltage Follower
Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Beban
Rangkaian Pembagi Tegangan dengan Beban dan Voltage Follower
Hasil Percobaan
Beban
Voltage Follower
Vout
-
6.31 V
-
-
6.24 V
1 k
4.14 V
1 k
-
4.21 V
Hasil Perhitungan Teori
Jenis Rangkaian
Perhitungan
Error
Pembagi tegangan
Vout = = 6 V
3.84 %
Pembagi tegangan dengan beban
Vout = = 4.21 V
4.98%
Pembagi tegangan dengan voltage follower
Pembagi tegangan dengan beban dan voltage follower
Rangkaian pembagi tegangan tanpa beban
Rangkaian ini membagi teganan masukan menjadi beberapa bagian tegangan keluaran. Tetapi karena tidak ada beban maka tegangan tidak terbagi.
Rangkaian pembagi tegangan dengan beban
Rangkaian ini membagi teganan masukan menjadi beberapa bagian tegangan keluaran. Pembagiannya tergantung dari besar resistor dan jumlah resistor yang digunakan pada rangkaian.
Rangkaian pengikut tegangan tanpa beban
Rangkaian pengikut tegangan dengan beban
Rangkaian pembagi tegangan akan membagi tegangan terhadap beban sehingga terjadi drop tegangan dibandingkan dengan rangkaian tanpa beban. Rangkaian pengikut tegangan menyebabkan tidak adanya drop tegangan sehingga nilai tegangan keluaran nilainya tetap.
Kesimpulan
Semakin banyak resistor yang ditempatkan sebagai beban, maka semakin terbagi pula tegangannya. Maka dari itu digunakan rangkaian voltage follower agar tegangan tidak terbagi jika pada kondisi idealnya.
Rangkaian Span and Zerro
Definisi
Rangkaian span and zero adalah rangkaian yang terdiri dari gabungan rangkaian summing dan inverting. Rangkaian span-zero yang dibuat adalah rangkaian yang berguna untuk mengkondisikan tegangan masukan sebesar -0.5 0.5 Volt sehingga tegangan keluaran minimumnya menjadi 0 V dan maksimumnya sebesar 5 V.
Alat dan Bahan
No
Komponen
Jumlah
1
LM741
2
2
Resistor 1 k
4
3
Resistor 5 k
1
4
Potentiometer 10 k
1
5
DC Voltmeter
1
6
Power Supply 12 Vdc
1
7
Power Supply -12 Vdc
1
8
Power Supply 2.5 Vdc
1
9
Power Supply 0.5 Vdc
1
10
Power Supply -0.5 Vdc
1
Gambar Rangkaian
Hasil Percobaan
Dengan masukan yang hanya 0.5 V dan -0.5 V, maka selisih diantara keduanya adalah 1 V. Untuk mencapai nilai 5 maka dikalikan 5 (besarnya span). Nilai 0.5 dikali 5 menjadi 2.5 maka didapatlah nilai offset sebesar 2.5.
Komponen
Nilai
Rf
5 k
Rx
1 k
Rc
5.93 k
Ux
0.5 V/ -0.5 V
Uc
2.5 V
Nilai Input Ux yang diberikan
Vout
0.5 V
5
-0.5 V
0
Kesimpulan
Rangkaian span and zero merupakan aplikasi dari penggunaan Operational Amplifier. Rangkaian terdiri atas rangkaian summing dan rangkaian inverting. Dengan input yang diberikan pada kondisi tertentu menjadi masukan, maka untuk mencapai nilai 0-5V diperlukan offset pada masukan tegangan lainnya di rangkaian summing. Sedangkan rangkaian inverting digunakan untuk mengubah tegangan dari negative ke positif, tegangan keluaran dari rangkaian summing merupakan tegangan negative (-V). Rangkaian span and zero digunakan untuk mengkondisikan sinyal yang ada menjadi nilai yang dapat diolah lagi pada proses selanjutnya.
1. APLIKASI SENSOR (SISTEM TEMPAT PARKIR BERBASIS PHOTO DIODA)
Setelah dilakukan praktikum pengujian dan pengenalan karakteristik dari beberapa jenis sensor, dilakukan pengembangan berupa pemanfaatan atau pengaplikasian dari salah satu sensor yang telah diuji. Salah satu sensor yang mudah dimanfaatkan ialah sensor photo dioda. Dengan karakteristiknya yang bisa menjadi komponen switching ketika dikombinasikan kerjanya dengan sorotan cahaya infra merah, sensor ini bisa dijadikan pemberi sinyal digital bagi komponen process seperti mikro controller.
Pada sistem tempat parkir yang akan dibuat, photo dioda dijadikan sebagai sensor keberadaan sebuah mobil. Apabila sensor ini diletakan pada gerbang masuk sebuah tempat parkir, sensor dapat mengirimkan sinyal adanya mobil yang melintas. Sinyal ini akan diolah lebih jauh oleh sebuah mikrokontroller. Dari sini mikrokontroller akan diberi program counter, guna menghitung banyaknya mobil yang telah masuk ke dalam tempat parkir. Jumlah ini ditampilkan oleh seven segment dan status penuh tidaknya tempat parkir akan diindikasikan oleh 2 buah lampu indikator yang dapat dilihat oleh para calon pengguna tempat parkir.
Aplikasi ini pula dilengkapi oleh sebuah user interface berbasis visual basic, ini dapat dimanfaatkan oleh operator parkir, guna memantau jumlah dari kendaraan yang berada di dalam tempat parkir. User Interface ini dapat mengendalikan jumlah maksimal kendaraan yang dapat ditampung oleh tempat parkir, sisa kuota kendaraan yang mampu ditampung, dan juga mengirimkan sinyal adanya kendaraan yang keluar dari tempat parkir. Sasarannya User Interface ini akan digunakan pada pintu keluar tempat parkir yang dijaga oleh seorang operator.
Berikut diagram untuk lebih jelasnya
Gambar Ilustrasi Implementasi Sistem Parkir Berbasis Photo Dioda Pada Tempat Parkir
a) Diagram Blok Sistem
Process
Output
Input
Gambar 6.1 Diagram Input Process Output dari Sistem
b) Rangkaian Input
1. Rangkaian dan Prinsip Kerja
Input pada sistem ini berasal dari PhotoDioda dan Infrared. Photo dioda dan infra red dipasang secara berhadap hadapan, atau biasa disebut through beam. Rangkaian ini akan menghasilkan sinyal logic 1 ketika sensor terhalangi sedangkan jika tidak terhalangi maka rangkaian ini akan menghasilkan logic 0.
Gambar 6.2 contoh through beam sensor
Gambar 6.3 contoh through beam sensor
2.Komponen Penyusun
Nama Komponen
Qty
R 500
2
Photo Diode
1
Infra Red
1
Gambar Photodioda dan infrared yang digunakan pada rangkaian aplikasi
3.Proses
Proses utama pada sistem ini diolah mikrokontroller Arduio Uno R3 spesifikasi dari arduino Uno ini adalah sebagai berikut :
Gambar 6.4 Arduino UNO R3
4.Diagram Alir Program
Gambar 6.5 Diagram Alir Program dalam UNO R3
Dengan arduino uno ini signal digital dari sensor akan diolah lebih lanjut. Signal dari sensor akan dibaca oleh digital input pin 2 pada arduino uno. Seperti diagram alir diatas, mikro controller akan bertanggung jawab untuk mengolah data ini menjadi sinyal untuk mengaktifkan seven segment serta mengirim dan membaca sinyal secara serial dari VB.
c) Alat dan Bahan
No
Komponen
Jumlah
1
LED
2
2
R 500 Ohm
2
3
R 10 K Ohm
2
4
IC 74LS47
1
5
7_Segment
2
6
Photo Diode
2
7
Infra Red
2
8
LED
2
9
R 500 Ohm
2
10
R 10 K Ohm
2
Rangkaian Aplikasi
Definisi
Rangkaian aplikasi yang dibuat adalah sistem tempat parkir berbasis photodioda. Rangkaian ini memiliki sumber tegangan 5 Volt DC. Komponen yang berperan penting sebagai sensor adalah photodioda.
Cara kerja rangkaian ini ketika intensitas cahaya yang diterima photodiode rendah, arus tidak akan mengalir. Semakin tinggi intensitas cahaya bebanding lurus dengan nilai arus yang dilewatkan oleh photodiode. Photo Dioda menangkap cahaya lalu mengubahnya menjadi listrik. Semakin terang cahaya yang diterima photodioda, semakin besar nilai arus. Hasilnya akan diolah oleh mikrokontroler arduino lalu ditampilkan pada seven segment, lampu LED, dan visual basic
Alat dan Bahan
No
Komponen
Jumlah
1
LED
2
2
R 500 Ohm
2
3
R 10 K Ohm
2
4
IC 74LS47
1
5
7_Segment
2
6
Photo Diode
2
7
Infra Red
2
8
LED
2
9
R 500 Ohm
2
10
R 10 K Ohm
2
Gambar Rangkaian
Program Arduino Uno
int sensorMasukCounter,sensorMasukCounter2 = 0;
int sensorMasuk = 0;
int lastSensorMasuk = 0;
char angka[]="0123456789";
char sensorKeluar;
int lastSensorKeluar = 0;
int dig1,dig2;
int maksimal,jumlah,batas[1];
int a=0;
boolean transferin;
void segmen(){
digit1(sensorMasukCounter);
digit2(sensorMasukCounter2);
}
void digit1(int nilai){
if (nilai == 0){digitalWrite(9, LOW);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 1){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 2){digitalWrite(9, LOW);
digitalWrite(8, HIGH);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 3){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, HIGH);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 4){digitalWrite(9, LOW);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, HIGH);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 5){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, HIGH);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 6){digitalWrite(9, LOW);
digitalWrite(8, HIGH);
digitalWrite(7, HIGH);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 7){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, HIGH);
digitalWrite(7, HIGH);
digitalWrite(6, LOW);
}
if (nilai == 8){digitalWrite(9, LOW);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, HIGH);
}
if (nilai == 9){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, HIGH);
}
}
void digit2(int nilai){
if (nilai == 0){digitalWrite(13, LOW);
digitalWrite(12, LOW);
digitalWrite(11, LOW);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 1){digitalWrite(13, HIGH);
digitalWrite(12, LOW);
digitalWrite(11, LOW);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 2){digitalWrite(13, LOW);
digitalWrite(12, HIGH);
digitalWrite(11, LOW);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 3){digitalWrite(13, HIGH);
digitalWrite(12, HIGH);
digitalWrite(11, LOW);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 4){digitalWrite(13, LOW);
digitalWrite(12, LOW);
digitalWrite(11, HIGH);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 5){digitalWrite(13, HIGH);
digitalWrite(12, LOW);
digitalWrite(11, HIGH);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 6){digitalWrite(13, LOW);
digitalWrite(12, HIGH);
digitalWrite(11, HIGH);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 7){digitalWrite(13, HIGH);
digitalWrite(12, HIGH);
digitalWrite(11, HIGH);
digitalWrite(10, LOW);
}
if (nilai == 8){digitalWrite(13, LOW);
digitalWrite(12, LOW);
digitalWrite(11, LOW);
digitalWrite(10, HIGH);
}
if (nilai == 9){digitalWrite(9, HIGH);
digitalWrite(8, LOW);
digitalWrite(7, LOW);
digitalWrite(6, HIGH);
}
}
void serial(int nilai){
if (nilai 9){
Serial.print(angka[sensorMasukCounter2]);
Serial.print(angka[sensorMasukCounter]);
transferin = false;
}
}
void serial_baca(){
while(Serial.available()!=0){
sensorKeluar=Serial.read();
if (sensorKeluar != 'k'){
batas[a] = atoi(&sensorKeluar);
a++;
}
}
}
void setup(){
Serial.begin(9600);
pinMode(2, INPUT);
pinMode(3, INPUT);
pinMode(4,OUTPUT);
pinMode(5, OUTPUT);
pinMode(6, OUTPUT);
pinMode(7, OUTPUT);
pinMode(8, OUTPUT);
pinMode(9, OUTPUT);
pinMode(10, OUTPUT);
pinMode(11, OUTPUT);
pinMode(12, OUTPUT);
pinMode(13, OUTPUT);
}
void loop(){
sensorMasuk = digitalRead(2);
segmen();
jumlah = (sensorMasukCounter2*10)+sensorMasukCounter;
maksimal=(batas[]);
if(jumlah < maksimal){
digitalWrite(5, HIGH);
digitalWrite(4, LOW);
if (sensorMasuk != lastSensorMasuk){
if (sensorMasuk == LOW){
sensorMasukCounter++;
delay(100);
if (sensorMasukCounter > 9){
sensorMasukCounter = 0;
sensorMasukCounter2 ++ ;
}
transferin = true;
}
lastSensorMasuk = sensorMasuk;
}
a=0;
}
serial_baca();
if (sensorKeluar == 'k'){
sensorMasukCounter--;
if (sensorMasukCounter
Top Related