Download - SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

Transcript
Page 1: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN

DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA

(Studi Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby)

(Skripsi)

Oleh

YAKIN DWI SUTOPO

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

ABSTRAK

SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN

DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA

(Studi Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby)

Oleh:

YAKIN DWI SUTOPO

Desain industri merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang harus

mendapat perlindungan hukum. Perlindungan terhadap desain industri diperoleh

dengan cara didaftarkan dengan menggunakan konsep kebaruan, tidak adanya

kebaruan dapat menimbulkan terjadinya sengketa pembatalan pendaftaran desain

industri, seperti sengketa pembatalan pendaftaran desain industri payung yang

terjadi dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/

PN.Niaga.Sby. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana argumentasi

hukum dari Penggugat dan Tergugat berkenaan dengan sengketa pembatalan

pendaftaran desain industri dalam Putusan PN Surabaya Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby, apa kriteria kebaruan dalam desain

industri menurut pendapat Hakim dalam Putusan PN Surabaya Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby dan apakah penentuan kriteria

kebaruan menurut pendapat Hakim dalam Putusan PN Surabaya Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby tersebut telah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Tipe penelitian yang

digunakan adalah deskriptif. Pendekatan masalah dilakukan dengan mengunakan

metode pendekatan normatif judicial case study. Sumber data dan jenis data yang

digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder

dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi dokumen.

Metode pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data, rekonstruksi

data dan sistematisasi data serta analisis dilakukan secara kualitatif, komprehensif

dan lengkap.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa argumentasi hukum dari

Penggugat menyatakan bahwa desain industri payung milik Tergugat didaftarkan

dengan itikad tidak baik, serta tidak mempunyai kebaruan (novelty), argumentasi

tersebut dikuatkan dengan mengajukan 2 (dua) alat bukti berupa surat (P-1 s/d P-

22) dan keterangan saksi (3 saksi dan 1 ahli). Argumentasi hukum dari Tergugat

adalah bahwa desain industri payung miliknya telah melakukan dan melalui

Page 3: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

Yakin Dwi Sutopo

proses prosedural yang benar, serta telah dilakukan riset dan penelitian terhadap

kebaruan desain industrinya. Kemudian dikuatkan dengan 2 (dua) alat bukti

berupa surat (T-1 s/d T-4) serta keterangan ahli. Kriteria kebaruan menurut

pendapat Hakim yaitu, dapat dilihat secara kasat mata sebagai model desain

indutri, tidak adanya kesamaan secara signifikan dan belum merupakan milik

umum (public domain). Penentuan kriteria kebaruan tersebut telah sesuai dengan

Undang-Undang Desain Industri serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain

Industri.

Kata Kunci: Pembatalan, kebaruan, desain industri dan Putusan PN

Surabaya.

Page 4: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN

DESAIN INDUSTRI DI INDONESIA

(Studi Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby)

Oleh:

YAKIN DWI SUTOPO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.
Page 6: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.
Page 7: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yakin Dwi Sutopo. Penulis

dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 10 Februari 1995, yang

merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak

Marijo dan Ibu Aminah. Penulis menyelesaikan pendidikan

Sekolah Dasar Negeri (SDN) di SDN 1 Batukebayan,

Lampung Barat pada Tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN),

diselesaikan di SMPN 2 Belalau pada Tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas

Negeri (SMAN), diselesaikan di SMAN 1 Sekincau pada Tahun 2013. Penulis

diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Tahun 2013.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisasi

kemahasiswaan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yaitu Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas Mahkamah (UKM-F Mahkamah) pada Tahun 2013. Pernah

aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Forum Silaturahim dan Studi Islam

(UKM-F FOSSI) pada Tahun 2013-2015. Serta aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa

Fakultas Pusat Studi Bantuan Hukum (UKM-F PSBH) yang mulai menjadi

Anggota Muda Tahun 2014 hingga Kepengurusan Tahun 2015/2016, selain itu

aktif juga di Himpunan Mahasiswa Perdata (HIMA PERDATA) pada tahun

Page 8: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

vii

2016/2017 Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada Tahun

2016 selama 60 (enam puluh) hari di Kelurahan Sekincau, Kecamatan Sekincau,

Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Page 9: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

MOTO

Semua karena kehendak Allah SWT.

Berusahalah untuk senantiasa mencari dan berjuang

untuk memperoleh Ridho dari-Nya.

Karena semua akan sia-sia apabila tidak memperoleh ridho dari Allah SWT.

(Yakin Dwi Sutopo)

Cogito ergo sum

(Aku berfikir maka aku ada)

(Descartes)

Tetaplah berkarya dan berinovasi

dengan kekayaan intelektual yang kau miliki.

Rubahlah dunia menjadi lebih baik dengan caramu dan semampumu.

(Yakin Dwi Sutopo)

Page 10: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT serta dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Ayahanda Marijo, A.ma. dan Ibunda Aminah, S.Pd.

tercinta, yang selama ini telah banyak berkorban mencurahkan kasih sayangnya,

senantiasa berdoa untuk keberhasilan dan kesuksesanku

Kakakku Bambang Gunadi Jaya, S.Pd.

Adik-adikku Wahyu Widhi Astuti dan Budi Sugiarti

yang tidak pernah bosan memberikan motivasi dan dukungannya

untuk keberhasilanku

Serta Almamater tercinta

Universitas Lampung

Page 11: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

xi

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan sekalian alam Yang Maha Kuasa atas bumi, langit, dan

seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya

dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN

INDUSTRI DI INDONESIA (Studi Putusan PN Surabaya Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/ 2015/PN.Niaga.Sby)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran

dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk

pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Penyelesaian penelitian ini tidak

lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

Page 12: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

xi

3. Ibu Rohaini, S.H., M.H., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, motivasi, dan

mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

4. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, motivasi, dan

mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

5. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran, masukan serta pengarahan dalam penulisan skripsi

ini;

6. Ibu Dianne Eka Rusmawati S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas II yang

telah memberikan kritik, saran, masukan serta pengarahan dalam penulisan

skripsi ini;

7. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M., selaku Pembimbing Akademik,

yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas

Lampung, khususnya Bapak/Ibu Dosen Bagian Hukum Keperdataan sumber

mata air ilmu bagi penulis yang penuh ketulusan, dedikasi untuk memberikan

ilmu yang bermanfaat dan motivasi bagi penulis, serta segala kemudahan dan

bantuannya selama penulis menyelesaikan studi;

9. Keluarga besar di Sukarame Bapak Wirtono, Ibu Warinem, saudara-saudari

penulis, Rahmawati, Winda Liahani, Dicky Setia Maulana, serta Rafi Fadillah

Ilham yang telah menjadi saudara terbaik dan memberikan doa untuk

kesuksesan penulis.

Page 13: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

xii

10. Sahabat-sahabat terbaik Bukan Jam Kuliah (BJK), Syuhadaul Aulia, Zulfikril

Munir, Santo Prasety, Ryan Faizul Fazri, Rinaldy Kevinsyah, Yosef

Caroland, Verdinan Pradana dan Septian Cahya. Terima kasih atas

kebersamaannya tanpa kalian kisah hidup tidak lengkap.

11. Sahabat-sahabat di Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2013,

Windi Tri Handayani, Suhendri, Wayan Suditike, Jonathan Kristianto, Tri

Yoga Pangestu, Sumurung Madeari Nadeak, Sisilia Nanik Riani, Siti

Nurhasanah, Zahratul Aliya, Syofia Gayatri, Sarinah, Ramadine dan yang

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

kebersamaannya.

12. Keluarga besar UKM-F PSBH, Andi, Abdul, M. Ridho, Ute, Vera, Dea,

Cindy, Lova, Edo, Johan, Tina, Dona, dan yang lainnya. Kalian keluarga

yang luar biasa, terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman serta ilmu yang

berharga yang tidak saya temukan dalam perkuliahan dan hanya saya

temukan di PSBH, tetap dalam lingkaran yang sama PSBH JAYA!!!;

13. Teman-teman Himpunan Mahasiswa (HIMA) Perdata Fakultas Hukum

Univeritas Lampung, Merio, Lukman, Indra, Adnan, Hanif, Bangkit, Atong,

Ade, Arafat, Marisa, Maharani, Ratih, Lando, Fauyiani, Ria, Fero, Tansu, dan

teman-teman HIMA Perdata lainnya. Terima kasih atas kebersamaannya

selama ini.

14. Teman-teman KKN Kelurahan Sekincau, Kecamatan Sekincau, Kabupaten

Lampung Barat, Cika, Anton, Karbon, Galih, Maldini, Willy, Vivi, Melin,

Widia, Biha dan Mody terima kasih atas kebersamaan selama 60 hari yang

banyak cerita dan pembelajaran kehidupan yang dapat diambil.

Page 14: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

xiii

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis

dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, April 2017

Penulis,

Yakin Dwi Sutopo

Page 15: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi

MOTO ............................................................................................................. viii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

SANWACANA ............................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Desain Industri .......................................................... 11

1. Pengertian Desain Industri............................................................... 11

2. Dasar Hukum Desain Industri ......................................................... 14

3. Perlindungan Hukum Desain Industri ............................................. 16

4. Subjek Desain Industri .................................................................... 19

5. Objek Desain Industri ...................................................................... 20

B. Pendaftaran Desain Industri ................................................................. 22

1. Permohonan Pendaftaran Desain Industri ....................................... 22

2. Permohonan Dengan Hak Prioritas ................................................. 23

3. Penerimaan Permohonan ................................................................. 25

4. Pemeriksaan Desain Industri ........................................................... 27

C. Pembatalan Pendaftaran Desain Industri .............................................. 29

1. Berdasarkan Permintaan Pemegang Hak Desain Industri ............... 30

2. Berdasarkan Gugatan Pihak Berkepentingan .................................. 31

3. Akibat Pembatalan Pendaftaran ...................................................... 32

Page 16: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

D. Peneyelesaian Sengketa dalam Desain Industri ................................... 33

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi (Di Pengadilan) ............... 34

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Non Litigasi (Di Luar Pengadilan)

......................................................................................................... 35

E. Kerangka Pikir ...................................................................................... 40

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 42

B. Tipe Penelitian ...................................................................................... 42

C. Pendekatan Masalah ............................................................................. 43

D. Sumber Data dan Jenis Data ................................................................. 43

E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 44

F. Metode Pengolahan Data ..................................................................... 44

G. Analisis Data ........................................................................................ 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Argumentasi Hukum dari Penggugat dan Tergugat Berkenaan

dengan Sengketa Pembatalan Pendaftaran Desain Industri dalam

Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.

Niaga.Sby ............................................................................................. 46

1. Argumentasi Hukum Penggugat dalam Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby .................... 47

2. Argumentasi Hukum Tergugat dalam Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby .................... 59

B. Kriteria Kebaruan dalam Desain Industri menurut pendapat Hakim

dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/

2015/PN.Niaga.Sby .............................................................................. 74

C. Kriteria Kebaruan Desain Industri Berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan Terkait Desain Industri yang Berlaku di

Indonesia .............................................................................................. 84

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 98

B. Saran ..................................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang perlu memajukan sektor industri dengan

meningkatkan kemampuan daya saing. Salah satu daya saing tersebut adalah

dengan memanfaatkan peranan desain industri yang merupakan bagian dari Hak

Kekayaan Intelektual.1 Keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya

untuk ikut serta dalam globalisasi perdagangan, dengan memberikan pula

perlindungan hukum terhadap desain industri akan mempercepat pembangunan

industri nasional.2 Perlindungan atas desain industri didasarkan pada konsep

pemikiran bahwa lahirnya desain industri tidak terlepas dari kemampuan

kreativitas cipta, rasa dan karsa yang dimiliki oleh manusia.3

Kaitannya dengan globalisasi perdagangan, Indonesia telah meratifikasi konvensi

tentang Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization)

yang mencangkup pula persetujuan tentang aspek-aspek dagang

1 Dalam hukum Anglo Saxon istilah Intellectual Property Right diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia menjadi dua istilah hukum yaitu, Hak Milik Intelektual dan Hak Kekayaan

Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata Property, kata tersebut memang dapat

diartiakan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik. Bila berbicara tentang kekayaan selalu

tidak lepas dari milik dan sebaliknya berbicara tentang milik tidak terlepas dari dari kekayaan.

Pembentuk Undang-Undang menggunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) sebagai istilah

resmi dalam perundang-undangan di Indonesia, dalam Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum

Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2007, hlm. 1 2 Ibid., hlm. 291

3 OK Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right),

Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2015, hlm. 571

Page 18: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

2

Hak Kekayaan Intelektual (Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights/TRIPs). Sebagaimana telah disahkan dengan Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Estabilshing The World Trade

Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).

Ratifikasi tersebut mendukung pula ratifikasi Konvensi Paris (Paris Convention

for the Protection of Industrial Property), dengan Keputusan Presiden Nomor 15

Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979

tentang Pengesahan Paris Convention For The Protection of Industrial Property

dan Convention Establishing The World Intellectual Property Organization, serta

keikutsertaan Indonesia dalam The Hague Agreement Concerning the

International Deposit of Industrial Design (London Act).4

Mengingat hal-hal tersebut dan berhubung Indonesia belum mengatur

perlindungan terhadap desain industri, Indonesia perlu membuat undang-undang

di bidang desain industri untuk menjamin perlindungan hak-hak pendesain serta

menetapkan hak-hak dan kewajibannya, menjaga agar pihak yang tidak berhak

tidak menyalahgunakan hak desain industri tersebut.5 Untuk menjamin

perlindungan tersebut, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000

tentang Desain Industri yang mulai berlaku pada tanggal 20 Desember 2000

selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Desain Industri.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Desain Industri Pasal 1 Angka (1),

definisi dari desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau

komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan dari padanya

4 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 291

5 Ibid., hlm. 292

Page 19: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

3

yang berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang memberikan kesan estetis dan

dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai

untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan

tangan.

Definisi dari desain industri memiliki arti yang penting untuk semua pihak karena

dengan definisi tersebut seseorang akan mengetahui ruang lingkup dari kreasi

yang dapat didaftarkan sebagai desain industri berdasarkan ketentuan Undang-

Undang Desain Industri Indonesia. Kata bentuk (shape) dan konfigurasi

(configuration) memiliki arti yang hampir sama serta merujuk kepada kreasi

dengan kategori tiga dimensi (the three dimensional aspect of an article).

Sedangkan komposisi garis dan warna lebih bersifat dua dimensi.6

Pengaturan desain industri dengan undang-undang, menurut Abdulkadir

Muhammad, dimaksudkan untuk memberikan landasan perlindungan hukum yang

efektif guna mencegah berbagai bentuk pelanggaran berupa penjiplakan,

pembajakan, atau peniruan terhadap desain industri terkenal. Prinsip

pengaturannya adalah kepemilikan atas suatu pola sebagai karya intelektual yang

mengandung nilai estetik, dan dapat diproduksi secara berulang-ulang, serta

menghasilkan suatu barang dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Sesuai dengan

Persetujuan TRIPs, desain industri termasuk Hak Milik Perindustrian (Industrial

Property Right) yang merupakan satu bidang dari Hak Kekayaan Intelektual, yang

digunakan dalam industri.7

6 Tomy Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global sebuah Kajian

Kontemporer,Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010, hlm. 227 7 Abdulkadir Muhamad, Op.Cit., hlm. 292

Page 20: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

4

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang berasal dari karya, karsa, dan daya

cipta kemampuan intelektualitas manusia yang memiliki manfaat serta berguna

dalam menunjang kehidupan manusia dan mempunyai nilai ekonomi. Bentuk

nyata dari hasil karya, karsa, dan daya cipta intelektualitas manusia tersebut dapat

berupa ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sastra. Inovasi atau hasil kreasi dari

suatu pekerjaan dengan memakai kemampuan intelektualnya adalah wajar bila

penemu ataupun pencipta memperoleh imbalan. Imbalan tersebut dapat berupa

materi atau bukan materi seperti adanya rasa aman karena dilindungi, dan diakui

atas hasil karyanya. Dengan inovasi yang telah mendapat perlindungan hukum,

penemu akan mendapatkan keuntungan apabila dimanfaatkan. Keuntungan

tersebut dapat berupa pembayaran royalti8, dengan adanya imbalan ataupun

pengakuan atas kreasi, karya, karsa dan cipta manusia di dalam peraturan Hak

Kekayaan Intelektual, diharapkan mampu membangkitkan semangat dan minat

untuk mendorong melahirkan ciptaan atau inovasi baru yang berkelanjutan.9

Desain industri yang merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual dan desain

industri dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas

industri atau kerajinan tangan, baik yang berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi

sebagai suatu kreasi manusia, maka desain industri perlu mendapatkan

perlindungan hukum. Berdasarkan Undang-Undang Desain Industri Pasal 10 dan

Pasal 11 timbulnya hak desain industri didasarkan pada permohonan pendaftaran,

yaitu setelah suatu permohonan desain industri yang diajukan kepada lembaga

8 Royalti adalah uang jasa yang dibayarkan oleh orang (perusahaan) atas barang yang

diproduksinya kepada orang (perusahaan) yang mempunyai hak paten atas barang tersebut, dalam

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta, PT Gramedia

Pustaka Utama, 2014, hlm. 1184 9 Mastur, Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di bidang Paten, Jurnal Ilmiah

Ilmu Hukum QISTI, Vol. 6 No. 1 Januari 2012, hlm. 65-66

Page 21: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

5

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sebagai instansi yang berwenang

untuk melaksanakan pendaftaran memenuhi kelengkapan administratif dan

persyaratan substantif. Hak desain industri tidak diberikan apabila desain industri

tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, agama atau kesusilaan, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 4

Undang-Undang Desain Industri.

Pendaftaran desain industri bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap

desain industri yang ada dengan menggunakan konsep kebaruan (novelty).

Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Desain Industri, hak desain

industri diberikan untuk desain industri yang baru, desain industri dianggap baru

apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan

pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 tersebut

untuk mendapatkan perlindungan desain industri terdapat unsur kebaruan

(novelty) yang harus diperhatikan dalam pendaftaran desain industri. Dengan

demikian, untuk mendaftarkan suatu desain industri agar mendapatkan

perlindungan hukum, desain industri yang akan didaftarkan tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban

umum, agama atau kesusilaan dan mempunyai unsur kebaruan (novelty). Tidak

diperhatikannya hal-hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya suatu sengketa.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sengketa adalah sesuatu yang

menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan atau pertikaian

perselisihan.10

10

Hasan Alwi, Op.Cit., hlm. 1272

Page 22: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

6

Sengketa yang sering terjadi dalam desain industri adalah sengketa pembatalan

pendaftaran desain industri. Pembatalan pendaftaran desain industri dapat terjadi

karena permintaan pemegang hak desain industri dan/atau karena gugatan pihak

yang berkepentingan. Menurut Abdulkadir Muhammad, pemegang hak desain

industri adalah pendesain, atau penerima hak dari pendesain karena pewarisan

atau pengalihan atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang, atau

pemberi kerja dalam hubungan dinas, atau pembuat sebagai pendesain dalam

hubungan kerja, yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Desain Industri.11

Sedangkan pihak yang berkepentingan dengan merujuk pada Pasal 38 Undang-

Undang Desain Industri bahwa gugatan pembatalan pendaftaran desain industri

dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan alasan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 atau Pasal 4 kepada Pengadilan Niaga. Pasal 2 tersebut

pada intinya ialah hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru

yang tidak sama dengan pengungkapan sebelumnya, sedangkan dalam Pasal 4 hak

desain industri tersebut diberikan apabila tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan.

Dengan demikian, pihak yang berkepentingan dapat diartikan sebagai pihak yang

mempunyai alasan bahwa desain industri tersebut tidak terdapat adanya kebaruan

(novelty) atau desain industri tersebut bertentangan dengan perundang-undangan

yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan.

Pembatalan desain industri bisa saja terjadi karena gugatan pihak yang

berkepentingan seperti yang terjadi dalam putusan PN Surabaya Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby, dalam putusan tersebut, Pengadilan

11

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 298

Page 23: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

7

Negeri Surabaya membatalkan sertifikat dengan Nomor ID 0 020 196–D dengan

judul payung, para pihak yang bersengketa adalah Darma Tanuwidjaja, Irwan

Santosa, Karta Kusnadi, Lim Kahar, Susanto Limas, Galih Tjitasura, Sandy

Suwardi dan Budi Wijaya, selanjutnya disebut Penggugat. Sedangkan Yongky

selanjutnya disebut Tergugat. Alasan utama yang menjadi gugatan Para

Penggugat salah satunya adalah karena tidak adanya unsur kebaruan (novelty)

dalam desain industri milik Tergugat.

Perlindungan konfigurasi pada desain industri berjudul payung terdaftar No. ID 0

020 196–D atas nama Tergugat, sama dengan pengungkapan sebelumnya pada

konfigurasi payung yang telah diungkapkan, digunakan, diproduksi, diedarkan

dan diperdagangkan lebih dahulu oleh Para Penggugat, sebelum Tergugat

mengajukan permohonan pendaftaran. Mengenai hal tersebut dalam Undang-

Undang Desain Industri hanya menjelaskan bahwa desain industri dianggap baru

apabila pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan

pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Hal ini menunjukkan kurang jelasnya

dalam penentuan kriteria kebaruan (novelty).

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka penulis tertarik untuk

menganalisis mengenai sengketa yang terjadi dan penyelesaian yang sudah

diputus oleh Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/

PN.Niaga.Sby dengan judul “Sengketa Pembatalan Pendaftaran Desain

Industri di Indonesia: Studi Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.Desain

Industri/2015/PN.Niaga.Sby”

Page 24: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan

yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana argumentasi hukum dari Penggugat dan Tergugat berkenaan

dengan sengketa pembatalan desain industri dalam Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby?

2. Apa kriteria kebaruan dalam desain industri menurut pendapat Hakim dalam

Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/ PN.Niaga.Sby?

3. Apakah penentuan kriteria kebaruan menurut pendapat Hakim dalam Putusan

PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby telah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di

Indonesia?

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penulisan ini adalah pada hukum perdata umumnya terutama

bidang desain industri dan untuk menjawab permasalahan yang telah diungkapkan

pada rumusan masalah, maka penulis membatasi pembahasan mengenai sengketa

pembatalan pendaftaran desain industri di Indonesia studi Putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby.

Page 25: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

9

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan penulisan ini

adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui dan menganalisis argumentasi hukum dari Penggugat dan

Tergugat berkenaan dengan sengketa pembatalan pendaftaran desain industri

yang terjadi dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/

2015/PN.Niaga.Sby.

b. Mengetahui dan menganalisis kriteria kebaruan dalam desain industri menurut

pendapat Hakim dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/

2015/PN.Niaga.Sby.

c. Mengetahui dan menganalisis penentuan kriteria kebaruan menurut pendapat

Hakim dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/

PN.Niaga.Sby tersebut, telah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-

undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Penulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk

penulisan selanjutnya dan upaya pengembangan pengetahuan mengenai

analisis terhadap putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/

PN.Niaga.Sby tentang sengketa pembatalan pendaftaran desain industri di

Indonesia.

Page 26: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

10

b. Kegunaan Praktis

Penulisan ini sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan

hukum bagi peneliti, dalam lingkup hukum perdata khususnya dalam bidang

hukum hak kekayaan intelektual terutama dalam desain industri sehingga dapat

bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat.

Page 27: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Desain Industri

1. Pengertian Desain Industri

Menurut Muhamad Djumhana, sebelum memahami pengertian desain industri

secara formal dari ketentuan peraturan perundang-undangan, alangkah baiknya

terlebih dahulu untuk memahami pengertian desain industri dari ilmu desain itu

sendiri.

Menurut Yustiono istilah desain berasal dari bahasa Perancis dessiner, yang

mempunyai arti menggambar, kadang-kadang juga diartikan dalam pengertian

perancangan. Hal demikian disebabkan kecenderungan terakhir yang

menunjukkan, bahwa apa yang disebut bidang desain itu meliputi cara

penanganan berbagai bidang seperti seni, kerajinan, pelajaran lingkungan,

teknologi, bahkan lebih luas lagi juga meliputi ilmu kemasyarakatan dan

peningkatan taraf kehidupan. Disamping kalangan pendesain profesional muncul

anggapan, bahwa desain juga menyangkut permasalahan lingkungan seperti

polusi, pengurasan sumber daya alam, dan yang semacamnya. Untuk kondisi di

Indonesia hal itu dapat ditambahkan dengan permasalahan kemiskinan,

Page 28: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

12

pengangguran dan ketimpangan sosial yang tajam antara yang kaya dan yang

miskin.12

Sedangkan berdasarkan Model Design Law For Developing Countries, rumusan

tentang apa yang dimaksud dengan desain dalam model law tersebut sebagai

berikut:

“(1) Any composition of lines or colors or any three dimensional form,

whether or not associated with lines or colors, is deemed to be

industrial design, provided tahat such composition or form gives a

special appearance to a product of industry or handicraft and can

serve as a pattern for a product of industry or handicraft.

(2) The protection under this law does not extend to anything in an

industrial design which serves solely to obtain a technical result.”13

Penekanan pada rumusan tersebut, bahwa desain industri yang dilindungi adalah

yang bukan semata-mata untuk mencapai suatu hasil teknis atau karena fungsinya.

WIPO14

menjelaskan bahwa ciri utama dari rumusan desain industri ini adalah

bahwa karya desain industri dapat diwujudkan dalam pola atau cetakan untuk

menghasilkan barang-barang dalam proses industri. Istilah Industrial Design

diatur dalam Pasal 25 dan Pasal 26 TRIPs Agreement. Dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, istilah yang dipakai adalah desain

produk industri, sedangkan istilah industrial design atau design sering digunakan

oleh masyarakat Eropa dan Jepang. Penyebutan nama Undang-Undang ini dengan

12

Yustiono dalam Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah

Teori dan Prakteknya di Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 218-219 13

Terjemahan bebas: “(1) segala komposisi garis atau warna atau bentuk tiga dimensi

apapun, apakah berhubungan dengan garis atau warna atau tidak, dianggap sebagai desain industri,

disajikan seperti sebuah komposisi atau bentuk yang memberikan penampilan spesial kepada suatu

produk industri atau kerajinan tangan dan dapat menjadi sebuah pola untuk sebuah produk industri

atau kerajinan tangan. (2) dibawah perlindungan hukum ini tidak melingkupi dalam desain industri

yang bertindak hanya untuk menyediakan sebuah hasil teknikal.” 14

WIPO (World Intellectual Property Organization) sebagai organisasi internasional

yang khusus menangani masalah Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), dalam

Zuleha, Pengaturan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan Tradisional Masyarakat

Adat, Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU”, Vol. 2 No. 1 Maret 2016, hlm. 14

Page 29: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

13

nama Undang-Undang Desain Industri, yang lebih tepat sebagai padanan kata

industrial design daripada menyebutnya dengan nama Undang-Undang tentang

Desain Produk Industri. Dengan penamaan itu akan memudahkan sosialisasi

kepada kalangan pengusaha dan pendesain. Disamping itu, karena istilah desain

industri lebih dekat dengan kata asingnya, dan lebih sering digunakan dalam

berbagai literatur, yang sebenarnya cukup penting adalah bagaimana definisi

desain industri itu disusun agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-

beda.15

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain

Industri dalam Pasal 1 Angka (1), pengertian desain industri diuraikan sebagai

berikut:

“Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau

komposisi garis atau warna, atau garis dan warna atau gabungan

daripadanya yang berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang

memberikan kesan estestis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi

atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,

barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.”

Berdasarkan pegertian tersebut, Saidin merumuskan karakteristik desain industri

sebagai berikut:

a. Suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi atau komposisi garis atau warna, atau

garis dan warna atau gabungan antar keduanya;

b. Bentuk konfigurasi atau komposisi tersebut harus berbentuk dua atau tiga

dimensi;

c. Bentuk tersebut harus pula memberi kesan estetis;

15

Suyud Margono, Hak Milik Industri Pengaturan dan Praktiknya di Indonesia, Bogor,

Ghalia Indonesia, 2011, hlm. 186-187

Page 30: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

14

d. Kesemua itu (butir 1,2 dan 3 tersebut) harus dapat dipakai untuk menghasilkan

suatu produk, berupa barang, komoditas industri atau kerajinan tangan.16

Dengan demikian, desain industri tersebut merupakan suatu kreasi yang

melindungi bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan

warna atau gabungan dari padanya yang berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi

yang memberikan kesan estestis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi

atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang,

komoditas industri atau kerajinan tangan.

2. Dasar Hukum Desain Industri

Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri adalah undang-

undang yang mengatur secara khusus tentang perlindungan desain industri di

Indonesia. Undang-undang tersebut disahkan pada tanggal 20 Desember 2000 dan

mulai berlaku pada tanggal disahkannya. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000

tentang Desain Industri selanjutnya disebut Undang-Undang Desain Industri.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Desain Industri tersebut, Undang-Undang Hak

Cipta telah menjadi dasar hukum terhadap perlindungan desain industri di

Indonesia.17

Aturan pelaksana dari Undang-Undang Desain Industri yaitu

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Lahirnya Undang-Undang Desain Industri di latar belakangi oleh dua alasan.

Alasan pertama terkait dengan kewajiban Indonesia sebagai anggota WTO yang

16

OK Saidin, Op.Cit., hlm. 572 17

Tomy Suryo Utomo, Op.Cit., hlm. 225

Page 31: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

15

harus menyediakan peraturan yang lebih baik tentang perlindungan desain

industri. Sedangkan alasan kedua adalah berhubungan dengan pemerintah untuk

memberikan perlindungan yang lebih efektif terhadap bentuk pelanggaran

terhadap desain industri seperti penjiplakan, pembajakan atau peniruan. Upaya

perlindungan yang lebih komprehensif tersebut diharapkan dapat menjadi faktor

pendorong untuk meningkatkan daya kreativitas pendesain dan sebagai wahana

untuk melahirkan para pendesain yang produktif.18

Selain Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dan

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri yang memberikan perlindungan

terhadap Desain Industri di Indonesia. Secara internasional perlindungan terhadap

desain industri dimuat dalam:19

a. The Paris Convention for the Protection of Industrial Property of 1883;

b. The Haque Agreement Concerning the International Deposit of Industrial

Designs of 1925;

c. The Locarno Agreement Estabilishing an International Classification for

Industrial Design of 1968;

d. TRIPs Agreement Under the World Trade Organization Agreement;

e. The Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works of

1886;

f. The Universal Copyright Convention of 1952.

18

Ibid., hlm. 225

19 OK Saidin, Op.Cit., hlm. 574

Page 32: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

16

3. Perlindungan Hukum Desain Industri

Menurut Muhamad Djumhana dan Djubaedillah yang dimaksud dengan

perlindungan hukum dalam desain industri adalah suatu larangan bagi pihak lain

untuk dengan tanpa hak melakukan peniruan desain industri yang telah diciptakan

seseorang. Peniruan tersebut dalam bentuk bahwa barang yang dihasilkan tersebut

mempunyai persamaan pada pokoknya, atau keseluruhannya dengan desain

terdaftar maupun yang belum terdaftar. Namun, demikian menurut ketentuan

Undang-Undang Desain Industri, perlindungan desain industri hanya untuk yang

telah terdaftar, sebagaimana dapat ditafsirkan dari ketentuan Pasal 12 Undang-

Undang Desain Industri. Di Inggris terkenal tiga kategori perlindungan untuk

desain industri yaitu:20

a. Design Registratio

Hak ini bisa didapatkan karena pendaftaran dan jangka waktu hak monopolinya

maksimum 15 (lima belas) tahun.

b. Design Copyright

Desain yang dapat didaftarkan dan memenuhi syarat untuk mendapat

perlindungan hak cipta selama 25 (dua puluh lima) tahun. Perlindungan ini secara

otomatis timbul, hanya saja rancangan tersebut harus original dalam bentuk

ciptaan yang diatur dalam ketentuan hak cipta. Perlindungan ini hanya

menyangkut segi perbanyakan yang tidak sah.

20

Muhamad Djumhana, Op.Cit., hlm. 225

Page 33: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

17

c. Full Copyright

Desain industri tersebut memenuhi syarat sebagai konsekuensi penafsiran

ketentuan yang diatur Undang-Undang Hak Cipta, yaitu digolongkan sepenuhnya

sebagai hak cipta. Jangka waktu perlindungan desain industri yang digolongkan

sepenuhnya kedalam hak cipta adalah sama dengan perlindungan hak cipta, yaitu

selama hidup pencipta dan 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal.

Ansori Sinungan menjelaskan beberapa sistem perlindungan desain industri yang

dianut Undang-Undang Desain Industri yaitu:

a. Sistem perlindungan berdasarkan hak cipta (copyright approach)

Penerapan pendekatan hak cipta dapat dilihat dari prosedur mendapatkan hak

desain industri. Hal tersebut dapat dilihat dalam praktiknya bahwa apabila tidak

ada keberatan atau oposisi pada saat pengumuman, hak desain industri dapat

diberikan sesuai dengan bunyi Pasal 29 Undang-Undang Desain Industri.21

b. Sistem perlindungan berdasarkan hak paten (paten approach)

Sistem perlindungan berdasarkan pendekatan hak paten ialah pemberian hak

desain industri yang dilakukan setelah melalui pemeriksaan substantif

sebagaimana hal yang dilakukan terhadap pemberian paten.22

c. Sistem perlindungan berdasarkan pendekatan khusus desain industri (sui

generis)

Sistem perlindungan desain industri di Indonesia dilihat dari aspek prosedurnya,

merupakan kombinasi sistem hak cipta dan paten yang sesuai dengan bunyi Pasal

21

Ansori Sinungan, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam

Praktiknya di Indonesia, Bandung, PT Alumni, 2011, hlm. 257-258 22

Ibid., hlm. 260

Page 34: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

18

29 ayat (1) tentang pemberian hak desain industri tanpa pemeriksaan disebabkan

tidak ada keberatan, dan Pasal 26 ayat (5) yang mengatur tentang pemeriksaan

substantif apabila ada keberatan atau oposisi.23

Perlindungan hukum terhadap desain industri akan merangsang aktivitas kreatif

pendesain untuk terus menciptakan desain-desain baru. Bagi negara Indonesia

yang kaya seni tradisional, perlindungan hak desain industri dapat mendorong

tumbuhnya desain-desain baru untuk hasil industri kerajinan dan tradisional. Hal

ini penting bagi Indonesia sebagai negara yang sedang membangun dan

mengembangkan industrinya. Walaupun desain industri sudah diatur dengan

undang-undang, menurut Abdulkadir Muhammad perlu diingat kemungkinan

timbul beberapa kelemahan (disadvantages) yang akan dialami oleh pemilik

desain industri terdaftar (Registered Industrial Design), kelemahannya sebagai

berikut:24

a. Desain industri dibuat oleh berbagai industri kerajinan tradisional dalam

masyarakat yang mungkin mempunyai banyak kesamaan atau kemiripan antara

satu sama yang lain;

b. Kemungkinan sulit menentukan daerah asal (geographical origin) oleh pejabat

pendaftaran yang menerima permohonan pendaftaran desain industri

tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia;

c. Desain industri tradisional dari suatu daerah mungkin lebih mudah ditiru atau

dimodifikasi oleh pendesain dari daerah lain di Indonesia kemudian diajukan

permohonan pendaftarannya;

23

Ibid., hlm. 261 24

Abdulkadir, Op.Cit., hlm. 293

Page 35: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

19

d. Kemungkinan tuntutan pembatalan (cancellation claim) banyak diajukan oleh

pemilik desain industri terdaftar terhadap permohonan pendaftaran yang lebih

kemudian karena kemiripan, peniruan, atau pembajakan;

e. Belum ada data empiris bagi kajian perbandingan (empirical data for

comparative study) mengenai desain industri di Indonesia karena masih baru.

4. Subjek Desain Industri

Sebagi suatu hak atas karya intelektualnya, hak atas desain industri suatu saat

harus menjadi milik publik dan menjalankan fungsi sosialnya. Oleh karena

tenggang waktu perlindungannya dibatasi. Dalam Undang-Undang Desain

Industri perlindungan terhadap hak atas desain industri hanya diberikan selama

kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan pendaftaran

yang dimuat dalam daftar umum desain industri yang diumumkan dalam berita

resmi desain industri departemen kehakiman republik Indonesia. Mereka-mereka

yang dapat diberi hak untuk memperoleh hak atas desain industri adalah:

a. Pendesain atau yang menerima hak tersebut dari pendesain;

b. Dalam hal pendesain terdiri atas beberapa orang secara bersama, hak desain

industri diberikan kepada mereka secara bersama, kecuali jika diperjanjikan

lain;

c. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak industri adalah pihak yang

untuk dan/atau dalam dinasnya desain industri itu dikerjakan, kecuali ada

perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pendesain

Page 36: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

20

apabila penggunaan desain industri itu diperluas sampai keluar hubungan

dinas;

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir satu berlaku pula bagi desain

industri yang dibuat orang lain berdasarkan pesanan yang berlaku dalam

hubungan dinas;

e. Jika suatu desain industri dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan

pesanan orang yang membuat desain industri itu dianggap sebagai pendesain

dan pemegang hak desain industri, kecuali jika diperjanjikan lain antara kedua

pihak.

Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak menghapus hak pendesain untuk tetap

dicantumkan namanya dalam Sertifikat Desain Industri, Daftar Umum Desain

Industri dan Berita Resmi Desain Industri. Hak yang diberikan pada pemegang

hak desain industri adalah hak eksklusif yakni hak untuk melaksanakan hak

desain industri yang dimilikinya dan untuk melarang orang lain tanpa

persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau

mengedarkan barang yang diberi hak desain industri.

Namun demikian pelaksanaan hak tersebut dikecualikan terhadap pemakaian

desain industri untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak

merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri.25

5. Objek Desain Industri

Objek dari desain industri dapat dilihat dari pengertian desain industri itu sendiri.

Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi

25

OK Saidin, Op.Cit., hlm. 577-578

Page 37: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

21

garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang

berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat

diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk

menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

Namun tidak semua desain industri yang dihasilkan oleh pendesain dapat

dilindungi sebagai hak atas desain industri. Hanya desain industri yang baru, yang

oleh negara dapat diberikan kepada pendesain.

Batasan industri tentang desain industri yang baru dalam Undang-Undang Desain

Industri disebutkan bahwa desain industri yang mendapatkan perlindungan

diberikan untuk desain industri yang baru. Desain industri dianggap baru apabila

pada tanggal penerimaan, desain industri tersebut tidak sama dengan

pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Pengungkapan sebelumnya adalah

pengungkapan desain industri yang sebelum tanggal penerimaan atau tanggal

prioritas apabila permohonan diajukan dengan hak prioritas, telah diumumkan

atau digunakan di Indonesia atau di luar Indonesia.

Suatu desain industri tidak dianggap telah diumumkan apabila dalam jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan sebelum tanggal penerimaannya, desain

industri tersebut telah dipertunjukkan dalam suatu pameran nasional atau

internasional di Indonesia atau di luar negeri yang resmi atau diakui sebagai resmi

atau serta telah digunakan untuk tujuan pendidikan, penelitian atau

pengembangan. Hak desain industri tidak dapat diberikan apabila desain industri

Page 38: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

22

tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, agama atau kesusilaan.26

B. Pendaftaran Desain Industri

1. Permohonan Pendaftaran Desain Industri

Hak desain industri diberikan oleh negara, tentu negara tidak akan memberikan

begitu saja, tanpa ada pihak yang meminta. Secara normatif, disyaratkan untuk

lahirnya hak tersebut harus dilakukan dengan cara dan prosedur tertentu. Antara

lain disyaratkan melalui suatu permohonan dengan ketentuan sebagai berikut:27

a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia ke Direktorat

Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan membayar biaya sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini;

b. Permohonan sebagaimana dimaksudkan harus ditandatangani oleh pemohon

atau kuasanya;

c. Dalam surat permohonan harus memuat:

1) Tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan;

2) Nama, alamat lengkap, dan kewarganegaraan pendesain;

3) Nama, alamat lengkap dan kewarganegaraan pemohon;

4) Nama dan alamat lengkap surat kuasa apabila permohonan diajukan melalui

kuasa dan;

5) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam

hal permohonan diajukan dengan hak prioritas.

26

Ibid., hlm. 576 27

Ibid., hlm. 578

Page 39: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

23

d. Permohonan sebagaimana dimaksud harus dilampiri dengan:

1) Contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri yang

dimohonkan pendaftarannya;

2) Surat kuasa khusus dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;

3) Surat pernyataan bahwa desain industri yang dimohonkan pendaftarannya

adalah milik pemohon atau milik pendesain.

e. Dalam hal permohonan diajukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu

Pemohon, permohonan tersebut ditandatangani oleh salah satu Pemohon

dengan dilampiri persetujuan tertulis pada pemohon lain;

f. Dalam hal permohonan diajukan oleh bukan pendesain, Pemohon harus disertai

pernyataan yang dilengkapi dengan bukti yang cukup bahwa Pemohon berhak

atas desain industri yang bersangkutan;

g. Ketentuan tentang tata cara permohonan diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

Pihak yang pertama kali mengajukan permohonan dianggap sebagai pemegang

hak desain industri, kecuali jika terbukti sebaliknya. Setiap permohonan hanya

dapat diajukan untuk:

a. Satu desain industri; atau

b. Beberapa desain yang merupakan satu kesatuan desain industri atau yang

memiliki kelas yang sama.

2. Permohonan dengan Hak Prioritas

Permohonan dengan menggunakan hak prioritas harus diajukan dalam waktu

paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan yang

Page 40: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

24

pertama kali diterima di negara lain yang merupakan anggota konvensi Paris atau

anggota Organisasi Perdagangan Dunia (Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Desain

Industri). Konvensi Paris adalah Konvensi Internasional tentang Perlindungan

Industrial Property Right yang didirikan tahun 1883, terakhir direvisi tahun 1967

di Paris dan telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979

dan dengan Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997. Organisasi Perdagangan

Dunia (World Trade Organization/WTO) adalah suatu organisasi yang

perjanjiannya telah diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.

Permohonan dengan hak prioritas tersebut wajib dilengkapi dengan dokumen

prioritas, yang disahkan oleh kantor yang menyelenggarakan pendaftaran desain

industri, disertai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, dalam waktu

paling lama 3 (tiga) bulan terhitung setelah berakhirnya jangka waktu pengajuan

permohonan dengan hak prioritas (Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Desain

Industri). Hak prioritas adalah hak pemohon untuk memperoleh pengakuan bahwa

tanggal penerimaan permohonan yang diajukan di Indonesia sama dengan tanggal

penerimaan permohonan yang diajukan di negara asal.

Jangka waktu pengajuan permohonan dengan hak prioritas paling lama 6 (enam)

bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan di negara asal, hal ini

sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Paris. Apabila syarat tersebut tidak

dipenuhi, maka menurut Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Desain Industri

permohonan tersebut diajukan tanpa menggunakan hak prioritas.

Selain salinan surat permohonan, Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual

dapat meminta agar permohonan dengan hak prioritas dilengkapi pula dengan:

Page 41: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

25

a. Salinan lengkap hak desain industri yang telah diberikan sehubungan dengan

pendaftaran yang pertama kali diajukan di negara lain; dan

b. Salinan sah dokumen lain untuk mempermudah penilaian bahwa desain

industri tersebut adalah baru (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 31 Desain

Industri).

Salinan lengkap yang dimaksud adalah seluruh salinan dokumen yang diperlukan

dalam mengajukan permohonan pendaftaran berdasarkan hukum negara yang

bersangkutan. Salinan sah yang dimaksud adalah salinan yang menurut hukum

sesuai dengan aslinya.28

3. Penerimaan Permohonan

Penerimaan permohonan yaitu apabila permohonan Pemohon telah memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Mengisi formulir permohonan;

b. Melampirkan contoh fisik atau gambar atau foto dan uraian dari desain industri

yang dimohonkan pendaftarannya; dan

c. Membayar biaya permohonan.

Tanggal penerimaan (filling date) adalah tanggal diterimanya permohonan yang

telah memenuhi persyaratan tersebut (Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Desain

Industri). Persyaratan ini adalah persyaratan minimal untuk mempermudah

pemohon mendapatkan tanggal penerimaan permohonan, dimana tanggal tersebut

menentukan saat mulai berlakunya perhitungan perlindungan atas desain industri

yang bersangkutan.

28

Abdulkadir, Op.Cit., hlm. 206-207

Page 42: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

26

Berdasarkan Pasal 25 Undang-Undang Desain Industri permohonan yang telah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, diumumkan oleh Direktorat Jendral

Hak Kekayaan Intelektual dengan cara menempatkannya pada sarana yang khusus

untuk itu yang dapat dengan mudah serta jelas dilihat oleh masyarakat, paling

lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal penerimaan. Pengumuman tersebut memuat:

a. Nama dan alamat lengkap Pemohon;

b. Nama dan alamat lengkap kuasa dalam hal Pemohon melalui kuasa;

c. Tanggal dan penerimaan Pemohon;

d. Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, apabila

permohonan diajukan dengan hak prioritas;

e. Judul desain industri dan gambar atau foto desain industri .

Tetapi apabila ternyata terdapat kekurangan pemenuhan syarat-syarat dan

kelengkapan formalitas permohonan seperti yang telah ditentukan, maka

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual memberitahukan kepada pemohon

atau kuasanya agar kekurangan tersebut dipenuhi dalam waktu 3 (tiga) bulan

terhitung sejak penerimaan surat pemberitahuan kekurangan tersebut. Jangka

waktu 3 (tiga) bulan tersebut dapat diperpanjang untuk paling lama 1 (satu) bulan

atas permintaan Pemohon.

Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Desain Industri apabila kekurangan tidak

dipenuhi dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Direktorat Jendral Hak

Kekayaan Intelektual memberitahukan secara tertulis kepada Pemohon atau

kuasanya bahwa permohonannya ditarik kembali. Dalam hal permohonan ditarik

Page 43: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

27

kembali, segala biaya pendaftaran yang telah dibayarkan kepada Direktorat

Jendral Hak Kekayaan Intelektual tidak dapat ditarik kembali.

Terhitung sejak tanggal penerimaan, seluruh pegawai Direktorat Jendral Hak

Kekayaan Intelektual atau orang yang karena tugasnya bekerja dan/atau atas nama

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual berkewajiban menjaga kerahasiaan

permohonan sampai dengan diumumkannya secara resmi dalam Berita Resmi

Desain Industri yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan

Intelektual.

Selama masih terikat dinas aktif hingga selama 12 (dua belas) bulan sesudah

pensiun atau berhenti karena sebab apapun dari Direktorat Jendral Hak Kekayaan

Intelektual, maka berdasarkan ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Desain

Industri, pegawai atau orang karena tugasnya bekerja untuk dan/atau atas nama

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual dilarang mengajukan permohonan,

memperoleh, memegang atau memiliki hak yang berkaitan dengan desain industri,

kecuali bila kepemilikan tersebut diperoleh karena pewarisan.29

4. Pemeriksaan Desain Industri

Pemeriksaan desain industri adalah tahapan yang menentukan keputusan dapat

atau tidaknya diberikan hak desain industri. Dalam pemeriksaan desain industri

terdapat 2 (dua) bentuk tahapan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan administratif dan

pemeriksaan subtantif menurut teori pemeriksaan terdapat beberapa sistem

pemeriksaan yang digunakan dalam menentukan pemberian perlindungan hak

desain industri, yaitu:

29

Ibid., hlm. 301-308

Page 44: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

28

a. Teori “extensive examination” sebelum memberikan surat desain industri,

memberikan pihak ketiga untuk intervensi.

b. Sistem pemeriksaan yang disebut “registration system”.

Secara garis besarnya sistem pemeriksaan dapat dibagi dalam 2 (dua) sistem

tersebut, tetapi pada pelaksanaanya dapat sangat bervariasi dengan

menggabungkan kebaikan dari kedua sistem tersebut.

Pemeriksaan administratif adalah pemeriksaan mengenai syarat formal yang

bertujuan untuk menentukan apakah permohonan desain industri itu memuat

semua dokumen yang dipersyaratkan, apakah permohonan itu mengenai 1 (satu)

desain industri saja, apakah biaya-biaya yang ditentukan telah dibayar, dan

apabila telah diajukan hak prioritas, apakah syarat-syarat untuk diberi hak

prioritas tersebut sudah dipenuhi. Sedangkan pemeriksaan subtantif adalah suatu

pemeriksaan untuk menentukan apakah desain tersebut memenuhi syarat untuk

diberi perlindungan. Penentuan bahwa suatu desain industri yang dimintakan

perlindungannya dapat diberi atau tidak dapat diberi dilakukan antara lain dengan

mempertimbangkan syarat materil, dalam arti permohonan tersebut telah

memenuhi pula syarat administratif.

Langkah-langkah dan kegiatan pemeriksaan, diantaranya yaitu meliputi:

a. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan pengujian dengan membandingkan

kepada kriteria apakah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan. Apabila

permohonannya memenuhi kriteria tersebut maka permohonannya ditolak, dan

penolakannya diberitahukan kepada Pemohon, penolakan tersebut dapat juga

Page 45: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

29

disebabkan alasan anggapan penarikan kembali permohonannya (karena tidak

memenuhi persyaratan administratif).

b. Pemeriksaan lanjutan dilakukan hanya terhadap permohonan yang telah

memenuhi persyaratan, yaitu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan serta telah

memenuhi syarat administratif.

c. Pengumuman atas permohonan yang memenuhi persyaratan dengan cara

menempatkannya pada sarana yang khusus untuk itu paling lama 3 (tiga) bulan

terhitung sejak tanggal penerimaan.

d. Dalam hal adanya keberatan terhadap permohonan maka dilakukan

pemeriksaan subtantif.

e. Persetujuan atau penolakan permohonan diberikan dalam waktu 6 (enam)

bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengumuman dan diberikan

kepada pemohon atau kuasanya.

Pemeriksaan sebagaimana diatas dilakukan oleh pejabat fungsional pemeriksa

desain industri yang ada di lingkungan Direktorat Jendral Hak Kekayaan

Intelektual. Pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan substantif dapat bekerja

sama dengan instansi pemerintah lainnya, atau meminta bantuan ahli lainnya.30

C. Pembatalan Pendaftaran Desain industri

Pembatalan pendaftaran desain industri diatur Pasal 37 dan Pasal 38 Undang-

Undang Desain Industri. Pembatalan tersebut, terjadi karena berdasarkan

30

Djumhana, Op.Cit., hlm. 236-238

Page 46: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

30

permintaan pemegang hak desain industri dan berdasarkan gugatan pihak yang

berkepentingan.

1. Berdasarkan Permintaan Pemegang Hak

Desain industri terdaftar dapat dibatalkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual atas permintaan pemegang hak desain industri yang diajukan secara

tertulis. Pembatalan tersebut tidak dapat dilakukan apabila penerima hak desain

industri yang tercatat dalam Daftar Umum Desain Industri tidak memberikan

persetujuan secara tertulis, yang dilampirkan pada permohonan membatalkan

pendaftaran tersebut. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan

penerima lisensi yang telah memberikan pembayaran royalti kepada pemberi

Lisensi (Pasal 37 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Desain Industri).

Keputusan pembatalan hak desain industri diberitahukan secara tertulis oleh

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual kepada:

a. Pemegang Hak Desain Industri;

b. Penerima lisensi jika telah dilisensikan sesuai dengan catatan Daftar Umum

Desain Industri;

c. Pihak yang mengajukan pembatalan, dengan menyebutkan bahwa Hak Desain

Industri yang telah diberikan dinyatakan tidak berlaku lagi terhitung sejak

tanggal keputusan pendaftaran.

Page 47: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

31

Berdasarkan ketentuan Pasal 37 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Desain

Industri Keputusan Pembatalan Desain Industri Terdaftar dicatat dalam Daftar

Umum Desain Industri dan diumumkan dalam Berita Resmi Desain Industri.31

2. Berdasarkan Gugatan Pihak Berkepentingan

Berdasarkan ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Desain Industri, gugatan

pembatalan pendaftaran desain industri dapat diajukan oleh pihak yang

berkepentingan melalui Pengadilan Niaga dengan alasan32

:

a. Desain industri tersebut sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumya,

atau;

b. Desain industri tersebut bertentangan dengan praturan perundang-undangan

yang berlaku, ketertiban umum, agama atau kesusilaan.

Menurut Djamal, suatu tuntutan atau gugatan yang diajukan oleh Penggugat

haruslah mempunyai kepentingan hukum yang cukup. Ini merupakan syarat yang

mutlak agar gugatan atau tuntutan tersebut dapat dikabulkan oleh pengadilan

“point d’ interet, point d’ action”. Akan tetapi hal tersebut juga masih tergantung

pada pembuktian, artinya apabila gugatan atau tuntutan tersebut dapat dibuktikan

di pengadilan maka dapat dipastikan dapat dikabulkan.33

31

Abdulkhadir, Op.Cit., hlm. 308 32

Ibid., hlm. 308-309 33

Djamal, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia, Bandung,

Pustaka Reka Cipta, 2009, hlm. 27-28

Page 48: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

32

3. Akibat Pembatalan Pendaftaran

Pembatalan pendaftaran desain industri menghapuskan segala akibat hukum34

yang berkaitan dengan hak desain industri dan hak-hak lain yang berasal dari

desain industri dan hak-hak lain yang berasal dari desain industri dan hak-hak lain

yang berasal dari desain industri tersebut.35

Mengenai akibat pembatalan desain

industri, termuat dalam Pasal 43-44 Undang-Undang Desain Industri, dengan

rumusan sebagai berikut:

Pasal 43

“Pembatalan pendaftaran Desain Industri menghapuskan segala akibat

hukum yang berkaitan dengan Hak Desain Industri dan hak-hak lain yang

berasal dari Desain Industri tersebut”.

Pasal 44

“(1) Dalam hal pendaftaran desain industri dibatalkan berdasarkan gugatan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 38, penerima lisensi tetap berhak

melaksanakan lisensinya sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang

ditetapkan dalam perjanjian lisensi.

(2) Penerima lisensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak lagi wajib

meneruskan pembayaran royalti yang seharusnya masih wajib

dilakukannya kepada pemegang hak desain industri yang haknya

dibatalkan, tetapi wajib mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa jangka

waktu lisensi yang dimilikinya kepada pemegang hak desain industri yang

sebenarnya”.

Dengan demikian, dalam hal pembatalan pendaftaran desain industri dibatalkan

berdasarkan gugatan penerima lisensi tetap berhak melaksanakan lisensinya

sampai dengan berakhirnya jangka waktu ditetapkan dalam perjanjian lisensi.

Penerima lisensi, tidak lagi wajib meneruskan pembayaran royalti yang

seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang hak desain industri yang

34

Akibat hukum adalah akibat yang muncul karena adanya peristiwa, perbuatan dan

hubungan hukum, dalam, Wahyu Sasongko, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Bandar lampung,

Universitas Lampung, 2011, hlm. 53 35

OK Saidin, Op.Cit., hlm. 588

Page 49: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

33

haknya dibatalkan, tetapi wajib mengalihkan pembayaran royalti untuk sisa

jangka waktu lisensi yang dimilikinya kepada pemegang hak desain industri yang

sebenarnya.

Pemegang hak desain industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapa pun

yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan yang tanpa

persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor,

mengedarkan barang yang merupakan hak desain industri yang dimilikinya.

Gugatan itu dapat berupa, gugatan ganti rugi dan/atau penghentian semua

perbuatan sesuai dengan yang melekat di atasnya. Gugatan tersebut harus

diajukan ke Pengadilan Niaga. Selain itu para pihak dapat menyelesaikan

perselisihan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.36

D. Penyelesaian Sengketa dalam Desain Industri

Penyelesaian sengketa dapat dilakukan dengan 2 (dua) proses. Pertama,

penyelesaian sengketa litigasi atau di pengadilan. Kedua, penyelesaian sengketa

non litigasi atau diluar pengadilan yang dikenal dengan Alternative Dispute

Resolution (ADR). Penyelesaian sengketa dalam desain industri termuat dalam

Bab VIII Undang-Undang Desain Industri tentang Penyelesaian Sengketa yang

diatur dalam Pasal 46-Pasal 48.

36

OK Saidin, Op.Cit., hlm. 587-589

Page 50: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

34

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi (Di Pengadilan)

Penyelesaian sengketa yang terjadi dalam desain industri melalui litigasi atau

pengadilan diatur dalam Pasal 46 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Desain Industri

yang menjelaskan bahwa pemegang hak desain industri atau penerima lisensi

dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, yaitu pemegang hak desain

industri memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan hak desain industri yang

dimilikinya dan untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat,

memakai, menjual, mengimpor, mengekspor dan/atau mengedarkan barang yang

diberi hak desain industri. Dikecualikan pemakaian desain industri untuk

kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan

yang wajar dari pemegang hak desain industri. Dalam Pasal 46 gugatan tersebut

berupa gugatan ganti rugi; dan/atau penghentian semua perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Pasal 40 yang menyebutkan bahwa terhadap putusan Pengadilan Niaga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) hanya dapat dimohonkan kasasi.

Perlu diketahui bahwa terdapat 4 (empat) badan lingkungan peradilan, yaitu,

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha

Negara. Menurut Dajamal Pengadilan Niaga termasuk dalam Peradilan Umum

yang menggunakan hukum acara perdata. Hukum acara perdata mengatur tentang

tata cara mengajukan gugatan serta berhubungan dengan kewenangan pengadilan

yang akan mengadililinya. Ada 2 (dua) macam kewenangan pengadilan yang

diatur oleh hukum acara, yaitu kewenangan absolut dan kewenangan relatif.

Page 51: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

35

Kewenangan absolut adalah kewenangan atribusi kekuasaan berbagai jenis badan

peradilan untuk menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan setiap

perkara yang diajukan kepadanya. Sedangkan kewenangan relatif adalah distribusi

kekuasaan badan peradilan sejenis untuk memiliki kewenangan menerima,

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. 37

Hukum acara perdata berbeda dengan hukum acara pidana. Artinya inisiatif

mengajukan perkara (gugatan) berada pada pihak yang merasa haknya dilanggar

oleh pihak lain yang kemudian disebut Penggugat. Sedangkan yang diajukan ke

pengadilan karena dianggap melanggar hak Penggugat disebut Tergugat. Baik

Penggugat maupun Tergugat dapat saja berbentuk orang perseorangan, tetapi juga

dapat berbentuk badan hukum.38

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Non Litigasi (Di Luar Pengadilan)

Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para pihak melalui

alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad baik dengan

mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri. Penyelesaian

sengketa melalui non litigasi atau diluar pengadilan dalam Undang-Undang

Desain Industri diatur dalam Pasal 47 yang menyatakan bahwa selain

penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 para pihak dapat

menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian.

Pasal 47 memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan alternatif

penyelesaian sengketa adalah negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang

dipilih oleh para pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

37

Djamal, Op.Cit., hlm. 30 38

Ibid., hlm. 17-18

Page 52: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

36

a. Arbitrase

Arbitrase diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase

dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Undang-

Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar

peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Namun, tidak semua sengketa perdata

dapat diselesaikan melalui arbitrase. Pasal 5 Undang-Undang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa membatasi penyelesaian sengketa perdata

melalui arbitrase, Pasal 5 tersebut menyatakan bahwa:

“(1) Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di

bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan

peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang

bersengketa.

(2) Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah

sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat

diadakan perdamaian.”

Penjelasan dalam Pasal 66 Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa yang dimaksud dengan ruang lingkup hukum perdagangan adalah

kegiatan-kegiatan antara lain di bidang:

1) Perniagaan;

2) Perbankan;

3) Keuangan;

4) Penanaman Modal;

5) Industri;

6) Hak Kekayaan Intelektual.

Page 53: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

37

Sengketa yang terjadi dalam desain industri dapat diselesaikan melalui arbitrase,

hal ini karena desain industri sebagai bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang

termasuk dalam bidang perdagangan. Dalam Undang-Undang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa, pengadilan negeri tidak berwenang untuk

mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase. Hal

ini diperlukan agar posisi lembaga arbitrase makin kuat sehingga bila terjadi beda

pendapat atau sengketa yang mungkin timbul dalam suatu hubungan hukum

tertentu akan diselesaikan melalui lembaga arbitrase.

Berdasarkan Pasal 60 Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa bahwa putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum

tetap dan mengikat para pihak. Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa memberikan penjelasan bahwa penyelesaian sengketa

melalui arbitrase berbeda dengan proses pengadilan negeri dimana terhadap

putusannya para pihak masih dapat mengajukan banding dan kasasi, maka dalam

proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak terbuka upaya hukum

banding kasasi maupun peninjauan kembali.

b. Negosiasi

Sengketa yang terjadi dalam desain industri dapat juga diselesaikan melalui

negosiasi, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 47 Undang-Undang Desain

Industri, negosiasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa. Negosiasi adalah cara

penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang

bersengketa atau kuasanya secara langsung pada saat negosiasi dilakukan, tanpa

keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah.

Page 54: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

38

Para pihak yang bersengketa atau kuasanya yang secara langsung melakukan

perundingan atau tawar-menawar, sehingga menghasilkan suatu kesepakatan

bersama. Para pihak yang bersengketa melakukan kesepakatan dengan berdiskusi

atau bermusyawarah terlebih dahulu agar kepentingan-kepentingan dan hak-hak

terakomodir menjadi kepentingan/kebutuhan bersama para pihak yang

bersengketa. Pada umumnya kesepakatan dituangkan secara tertulis.39

c. Mediasi

Mediasi adalah suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak

luar yang tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang

bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa

secara memuaskan bagi kedua belah pihak. Pihak ketiga yang membantu

menyelesaikan sengketa melalui mediasi ini disebut dengan Mediator. Pihak

mediator tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap

sengketa yang terjadi antara para pihak, melainkan hanya berfungsi untuk

membantu dan menemukan solusi terhadap para pihak yang bersengketa.

Pengalaman, kemampuan, dan integritas dari pihak Mediator diharapkan dapat

mengefektifkan proses negosiasi diantara para pihak yang bersengketa.

Selain harapan yang tergantung kepada pengalaman, kemampuan dan integritas

dari pihak mediator, kedudukan mediator sebagai pihak penengah sudah sangat

membantu penyelesain sengketa yang terjadi antara para pihak tersebut. Proses

penyelesaian sengketa melalui mediasi sangat efektif bagi sengketa-sengketa yang

melibatkan banyak pihak atau masyarakat. Penyelesaian sengketa melalui mediasi

39

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung, Citra

Aditya Bakti, 2003, hlm. 55

Page 55: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

39

ini, masyarakat tidak perlu beramai-ramai ke pengadilan atau sendiri-sendiri ke

pengadilan dalam menyelesaikan perkaranya.40

d. Konsiliasi

Selanjutnya penyelesaian sengketa desain industri yang dapat dilakukan oleh para

pihak yang bersengketa untuy menyelesaikan sengketanya adalah dengan cara

melibatkan pihak ketiga kedalam sengketa, dan pihak ketiga tersebut adalah pihak

yang memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi dan

menjalankan hal yang diputuskan oleh pihak ketiga tersebut. Penyelesaian

sengketa dengan cara ini disebut juga dengan konsiliasi. Konsiliasi pada

praktiknya hampir sama dengan mediasi, yang membedakan adalah kewenangan

dari pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut. Pihak ketiga tersebut adalah

Konsiliator. Pada mediasi, pihak ketiga yang menengahi sengketa tidak memiliki

kewenangan untuk memaksa para pihak mematuhi keputusan yang diambil.

Sedangkan, pada konsiliasi, pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut

memiliki kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi keputusan

yang diambil.41

40

Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung,

PT Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 47-48 41

Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi,

Mediasi, Konsiliasi, & Arbitrase), Jakarta, Visimedia, 2011, hlm. 45-46

Page 56: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

40

Direktorat Jendral

HKI

D. Kerangka Pikir

Keterangan:

Tergugat/Pemohon mengajukan permohonan pendaftaran desain industri pada

Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual, pada tanggal 20 April 2009

mengajukan permohonan pendaftaran desain industri berjudul payung memiliki

16 (enam belas) ruas jari-jari dengan Nomor agenda A00 2009 01239, yang

Permohonan Pendaftaran

Desain Industri

Sertifikat

Pendaftaran

Sengketa Pembatalan Pendaftaran Desain

Industri

(Putusan PN Surabaya. Nomor

06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN

Niaga/Sby)

Penentuan Kriteria

Kebaruan Menurut

Pendapat Hakim

Kebaruan Desain

Industri Berdasarkan

Peraturan Perundang-

Undangan

Argumentasi

Penggugat dan

Tergugat

Page 57: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

41

kemudian terdaftar dalam Daftar Umum Desain Industri dengan Nomor ID 0 020

196–D, dan desain industri berjudul payung memiliki 8 (delapan) ruas jari-jari

dengan Nomor agenda A 00 2010 03263 tanggal 25 Oktober 2010.

Pada tanggal 21 September 2015 Penggugat dengan suratnya yang terdaftar di

Kepaniteraan Pengadilan Niaga Surabaya. dengan register Nomor 06/HAKI.

DesainIndustri/2015/PN.Niaga/Sby telah mengajukan gugatan kepada Tergugat

dan Turut Tergugat. Dalam hal ini para Penggugat adalah pengusaha/pedagang

yang memperdagangkan berbagai macam bentuk payung terhitung sejak tahun

1970 sampai dengan saat ini.

Kemudian pada tanggal 11 Januari 2016 Majelis Hakim yang menangani perkara

ini dalam amar putusannya, menyatakan pendaftaran desain Industri berjudul

payung terdaftar Nomor ID 0 020 196–D atas nama Tergugat, didasari dengan

itikad tidak baik dan tidak memiliki kebaruan (novelty) atau sudah diungkapkan,

digunakan, diproduksi, diedarkan dan diperdagangkan jauh sebelum tanggal

penerimaan pendaftaran. Menyatakan perlindungan konfigurasi pada desain

industri berjudul payung terdaftar Nomor ID 0 020 196–D atas nama Tergugat,

sama dengan pengungkapan sebelumnya pada konfigurasi payung yang telah

diungkapkan, digunakan, diproduksi, diedarkan dan diperdagangkan lebih dahulu

oleh para penggugat, sebelum Tergugat mengajukan permohonan pendaftaran.

Majelis Hakim dalam perkara ini memenangkan para Penggugat dengan

mengabulkan seluruh petitum Penggugat.

Page 58: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

42

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif, karena penelitan ini dilakukan dengan cara mengkaji

dan menganalisis dari bahan-bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-

undangan dan putusan pengadilan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan

dibahas. Penelitian ini mengkaji isi putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.

DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby dengan bahan-bahan pustaka dan perundang-

undangan yang berlaku yang berkaitan dengan desain industri di Indonesia.

B. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian hukum deskriptif

bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi)

lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat

tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu untuk

memberikan informasi secara lengkap dan jelas mengenai pembatalan pendaftaran

desain industri di Indonesia dan juga penyelesaian sengketa yang timbul akibat

adanya pembatalan pendaftaran desain industri di Indonesia.

Page 59: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

43

C. Pendekatan Masalah

Upaya yang dilakukan dalam membahas dan memecahkan masalah-masalah yang

ada dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan

normatif judicial case study yaitu pendekatan studi kasus hukum karena konflik

yang diselesaikan melalui putusan pengadilan (yurisprudensi).42

Pendekatan

normatif jusdicial case study dalam penelitian ini mengkaji putusan PN Surabaya

Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby.

D. Sumber Data dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan dan jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari:43

1. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan penelitian dan juga berupa putusan yang dijadikan studi kasus oleh

penulis, antara lain sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

b. Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan

bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta memahami

bahan hukum primer, seperti buku-buku mengenai desain industri dan jurnal

hukum mengenai desain industri dan norma-norma hukum yang berhubungan

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

42

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT.Citra Aditya

Bakti, 2004, hlm. 149 43

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 13

Page 60: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

44

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan bahan yang memberikan informasi, petunjuk

maupun penjelasan tentang bahan primer dan bahan hukum sekunder, antara

lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia dan media massa serta pencarian

melalui browsing.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan langkah:

1. Studi pustaka, yaitu pengkajian tertulis mengenai hukum yang berasal dari

berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta di butuhkan dalam

penelitian hukum normatif.44

2. Studi dokumen, yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang

tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak tertentu.45

Studi dokumen dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji putusan PN

Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby.

F. Metode Pengolahan Data

Metode dalam mengolah data yang sudah terkumpul adalah:46

1. Pemeriksaan data, yaitu mengkoreksi data, apakah data yang terkumpul sudah

cukup lengkap, sudah benar, dan apakah sudah sesuai sehingga data yang

terkumpul benar-benar bermanfaat untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini.

2. Rekonstruksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis

sehingga mudah dipahami, dan diinterpretasikan.

44

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hlm. 81 45

Ibid., hlm. 83 46

Ibid., hlm.126

Page 61: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

45

3. Sistematis data, yaitu menampilkan data menurut kerangka sistematika bahasan

berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah secara kualitatif, komprehensif, dan lengkap.

Analisis kualitatif artinya menafsirkan data secara bermutu dalam bentuk kalimat

yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif. Analisis secara

komprehensif artinya menafsirkan data secara mendalam dari berbagai aspek

sesuai dengan lingkup penelitian. Analisis secara lengkap artinya menafsirkan

data dengan tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah masuk dalam

analisis.47

47

Ibid., hlm. 127

Page 62: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

98

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diurakan, kesimpulan

dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Argumentasi hukum dari Penggugat berkenaan dengan sengketa pembatalan

desain industri dalam Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/

2015/PN.Niaga.Sby adalah bahwa desain industri payung milik Tergugat yang

telah didaftarkan didasari dengan itikad tidak baik, serta tidak mempunyai

kebaruan (novelty), sehingga patut untuk dibatalkan. Untuk menguatkan

gugatannya Penggugat mengajukan 2 (dua) alat bukti berupa surat (P-1 s/d P-

22) dan keterangan saksi (3 saksi dan 1 ahli). Kemudian, Argumentasi hukum

dari Tergugat berkenaan dengan sengketa pembatalan desain industri dalam

Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby

adalah Tergugat menyangkal semua dalil-dalil yang diajukan oleh para

Penggugat, bahwa desain industri payung miliknya telah melakukan dan

melalui proses prosedural sebagaimana yang berlaku dalam Undang-Undang

Desain Industri, serta telah dilakukan riset dan penelitian terhadap objek desain

industri payung yang telah ada dipasaran. Sangkalan Tergugat dikuatkan

dengan 2 (dua) alat bukti berupa surat (T-1 s/d T-4) serta keterangan ahli.

Page 63: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

99

2. Kriteria kebaruan dalam desain industri menurut pendapat Hakim dalam

Putusan PN Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby

dengan berpedoman pada Pasal 2 Undang-Undang Desain Industri, kriteria

kebaruan menurut pendapat Hakim yaitu, dapat dilihat secara kasat mata

sebagai model desain indutri, tidak adanya kesamaan secara signifikan dan

belum merupakan milik umum (public domain).

3. Penentuan kriteria kebaruan menurut pendapat Hakim dalam Putusan PN

Surabaya Nomor 06/HAKI.DesainIndustri/2015/PN.Niaga.Sby tersebut telah

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan terkait desain industri yang

berlaku di Indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang

Desain Industri serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penulisan ini diantaranya adalah:

1. Para pihak yang akan mengajukan pendaftaran desain industrinya hendaknya

memperhatikan segala sesuatu yang berlaku dalam Undang-Undang Desain

Industri, terutama dalam unsur kebaruannya. Hendaknya desain industri yang

akan diajukan pendaftrannya harus benar-benar baru dan memang itu adalah

hasil karya intelektualnya sendiri.

2. Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual sudah seharusnya untuk lebih

teliti dan mencermati dengan seksama terhadap pemeriksaan substantif dari

desain industri yang didaftarkan. Sehingga sertifikat desain industri yang telah

Page 64: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

100

diterbitkan dan diberikan kepada pemegang hak eksklusif desain industri tidak

sia-sia serta meminimalisir permasalahan-permasalahan yang baru.

3. Sudah seharusnya pembuat undang-undang melakukan perbaikan atau revisi

terhadap Undang-Undang Desain Industri. Terutama dalam Pasal 2 Undang-

Undang Desain Industri mengenai kebaruan yang masih kurang memberikan

penjelasan mengenai kritera kebaruan. Sehingga dapat mengurangi permasalah

yang diakibatkan karena kebaruan dalam desain industri.

Page 65: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Alwi, Hasan. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat.

Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Djamal. 2009. Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Indonesia.

Bandung, Pustaka Reka Cipta.

Djumhana, Muhamad, dan Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual Sejarah

Teori dan Prakteknya di Indonesia. Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Fuady, Munir. 2000. Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.

Bandung, PT Citra Aditya Bakti.

Margono, Suyud. 2011. Hak Milik Industri Pengaturan dan Praktiknya di

Indonesia. Bogor, Ghalia Indonesia.

Muhammad, Abdulkadir. 2007, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan

Intelektual, Bandung, Citra Aditya Bakti.

_______. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung, PT.Citra Aditya Bakti.

Nargis, Nilla, dan Marindowati. 2014. Sendi-Sendi Hukum Acara Perdata. Bandar

Lampung, Justice Publisher.

Purba, Achmad Zen. 2011. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. Bandung, PT

Alumni.

Saidin, OK. 2015. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property

Right). Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Sasongko, Wahyu. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Bandar lampung, Universitas

Lampung.

Sembiring, Jimmy Joses. 2011. Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan

(Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, & Arbitrase). Jakarta, Visimedia.

Sinungan, Ansori. 2011. Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan

dalam Praktiknya di Indonesia. Bandung, PT Alumni.

Page 66: SENGKETA PEMBATALAN PENDAFTARAN DESAIN …digilib.unila.ac.id/26369/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfperaturan perundang-undangan terkait desain industri yang berlaku di Indonesia.

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji. 2012. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.

Soeparman, Andrieansjah. 2013. Hak Desain Industri Berdasarkan Penilaian

Kebaruan Desain Industri. Bandung, PT Alumni.

Usman, Rachmadi. 2003. Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan.

Bandung, Citra Aditya Bakti.

Utomo, Tomy Suryo. 2010. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global

sebuah Kajian Kontemporer. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Yasir, Armen. 2014. Hukum Perundang-Undangan. Bandar Lampung, PKKPUU

FH UNILA.

Jurnal

Mastur. Perlindungan Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Bidang Paten.

Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI, Vol. 6 No. 1 Januari 2012.

Zuleha. Pengaturan Hukum Hak Kekayaan Intelektual Pengetahuan

Tradisional Masyarakat Adat. Jurnal Ilmiah “DUNIA ILMU”, Vol.2

No.1 Maret 2016.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.