Download - SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Transcript
Page 1: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

By. Lina Rahmiati, APP., M.Kes

Page 2: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

MENGHORMATI MASA LALUMERAYAKAN MASA KINIMERENCANAKAN MASA

DEPAN

Page 4: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Gambar diatas menggambarkan tentang perempuan dalam proses persalinan.

• Dibelakang perempuan yang hendak bersalin ada seorang penolong atau bidan yang memberi pain relief sedangkan bidan yang lainnya duduk di depan ibu yang hendak bersalin untuk membantu proses kelahiran bayi.

Page 5: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Gambar diatas mengambil latar persalinan di rumah yang didampingi oleh dua orang bidan.

• Hal itu berarti bahwa pada awalnya bidan memberikan asuhan di masyarakat atau di komunitas sehingga persalinanpun dilakukan di rumah dan dilakukan oleh tim bidan.

Page 6: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Sejarah Kebidanan di Indonesia

Sejak jaman dahulu sudah ada seorang pendamping persalinan bagi perempuan, mereka disebut sebagai dukun bayi (dukun bersalin, paraji).

• Kemudian dlm berbagai literatur disebutkan bahwa pendamping persalinan itu adalah seorang ‘midwives’ yang berarti dengan perempuan dan dalam bahasa Indonesia midwives diartikan sebagai bidan.

Page 7: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto)

• Praktek kebidanan modern masuk ke Indonesia oleh dokter-dokter Belanda yang bekerja pada pemerintahan Hindia-Belanda adalah pihak swasta

Page 8: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Tahun 1850 dibuka kursus bidan yang pertama, kemudian ditutup kembali pada tahun 1873. pendidikan bidan dimulai lagi pada tahun 1879 dan sejak itu jumlah bidan terus bertambah.

Page 9: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Sejak saat itu, Indonesia mulai mengenal istilah bidan sebagai seorang pendamping persalinan selain dukun, pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan

Page 10: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Bidan itu sendiri menurut Klinkert (1892) sumbernya ialah bahasa Sansekerta. Dalam bahasa tersebut terdapat kata “widwan” yang berarti cakap, “membidan” yang berarti mengadakan sedekah bagi seorang penolong bersalin yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari

Page 11: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Tengah tahun 1950-an,

pada satu kecamatan (sekitar 12 desa) hanya memiliki seorang bidan, shg wilayah kerja seorang bidan sangat luas karena jumlah bidan masih amat terbatas, selain itu institusi seperti Puskesmas belum ada.

Page 12: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Saat itu ada kebiasaan/tradisi di desa dimana partisipasi laki-laki dalam persalinan, suami/bapak tidak boleh keluar dari rumah atau pergi kerja ketika istrinya akan melahirkan.

• Setelah bayi lahir, semua pakaian kotor istri selama persalinan dibawa suami ke kali dan dicuci bersih disana. Meskipun di rumah ada anggota keluarga lainnya seperti ibu, ibu mertua, saudara perempuan dan lainnya, mereka tidak diperbolehkan untuk membantu.

• Hal ini sangat dipatuhi oleh kaum laki-laki, karena takut akan ‘kualat’ apabila tidak mematuhinya

Page 13: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan.

• Kursus untuk dukun diberikan oleh bidan. • Tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus

tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB), akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara ini.

Page 14: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat.

• Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, postpartum dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi.

• Sedangkan di luar BKIA, bidan memberikan pertolongan persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.

Page 15: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Tahun 1957 dari BKIA ini menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

• Puskesmas memberikan pelayanan di dalam dan di luar gedung dan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan keluarga berencana baik di dalam gedung maupun di luar gedung.

• Pelayanan kebidanan diluar gedung berkembang dengan pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu), mencakup 4 kegiatan yaitu : pemeriksaan kehamilan, KB, imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan

Page 16: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• WHO dan UNICEF melaksanakan Kongres di Alma Ata 1978, Uni Soviet, dan mencetuskan ide : Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Utama). Dengan tujuannya meningkatkan kesehatan masyarakat menuju Health for all by the year 2000 (Sehat bagi semua pada tahun 2000). Di Indonesia gagasan tersebut diterjemahkan dalam : Sistem Kesehatan Nasional.

• Kesejahteraan ibu (safe motherhood) merupakan upaya yang penting dalam pelaksanaan “Pelayanan Kesehatan Utama” dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat, mendekatkan pelayanan di tengah masyarakat, dan meningkatkan mutu pelayanan

Page 17: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

• Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Dengan tugas pokok sebagai pelaksana KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi juga keluarga berencana

Page 18: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Dari paparan sejarah diatas dapat kita lihat bahwa pada waktu itu nilai kemanusiaan yang dianut oleh bidan dalam menjalankan tugasnya masih sangat tinggi.

• Bidan bekerja tanpa pamrih dan tak mengenal lelah. Hanya saja kendala pada waktu itu jumlah tenaga bidan yang sedikit dan tidak sesuai dengan jumlah penduduk, sehingga menyebabkan angka kematian ibu menjadi tinggi.

Page 19: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Kepercayaan pemerintah terhadap bidan sangat besar, sehingga bidan memiliki kewenangan dalam melaksanakan kegiatan praktek pribadi mencakup asuhan kebidanan pada ibu, asuhan kesehatan anak, asuhan kebidanan keluarga berencana.

• Sejak dahulu sudah ada kebijakan pemerintah yang menempatkan bidan di desa, sehingga mendorong bidan untuk berperan sebagai pemimpin masyarakat dalam bidang kesehatan

Page 20: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Munculnya Medical Model dalam Pelayanan Kebidanan

• Bidan seperti dokter, dilatih tanpa ilmu yang spesifik, standar, atau peraturan sampai awal abad ke-20. Walaupun begitu, bukti-bukti menunjukan bahwa pasien seorang bidan lebih sedikit yang meninggal karena infeksi postpartum, demam atau karena kasus-kasus lainnya; dibanding pasien seorang dokter

Page 21: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Pada masa lalu, laki-laki lebih dominant daripada perempuan begitu juga dalam pelayanan kesehatan. Hal ini membuat peran bidan tidak begitu berarti karena adanya kepercayaan yang lebih kepada dokter (yang pada waktu itu mayoritas laki-laki).

Page 22: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Dengan hadirnya dokter di kamar bersalin, dan kemajuan ilmu medis, maka persalinan lebih dianggap sebagai masalah medis yang harus ditangani oleh dokter, juga karena pelatihan medis hanya disediakan bagi laki-laki, maka perempuan kehilangan posisinya sebagai pendamping persalinan.

• Bersalin dengan dokter lebih mahal, sehingga tidak dapat dijangkau oleh perempuan kelas bawah, perempuan kulit hitam, atau immigrant. Sampai abad ke-19, bidan melakukan pelayanan pada golongan ini.

Page 23: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Tahun 1966. Rumah sakit adalah tempat yang tepat untuk persalinan dengan komplikasi, karena fasilitasnya yang memadai, shg perempuan lebih merasa nyaman bersalin di rumah sakit. Sedangkan jika bersalin di rumah, ditakutkan apabila keadaan ibu atau bayi menjadi gawat dan akan semakin gawat selama perjalanan menuju rumah sakit.

Page 24: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Prosedur teknis di rumah sakit untuk menjadikan persalinan aman meningkat begitu deras. Ibu dipasang alat untuk memonitor kesejahteraan janin, dan itu menjadi rutinitas walaupun untuk persalinan normal.

• Persalinan dengan induksi atau augmentasi, anestesi, episiotomi, persalinan dengan alat, dan resusitasi bayi menjadi sangat biasa pada waktu itu.

Page 25: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Akibatnya hanya sedikit perempuan yang selamat tanpa cedera. Hal ini bertolak belakang dengan peran seorang bidan, karena persalinan bukan lagi hal yang fisiologis melainkan hal yang membutuhkan prosedur medis.

Page 26: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Professor Beard (1980) mengatakan bahwa teknologi modern menjadi rutinitas dari praktek kebidanan, dan bidan dilarang untuk memanajemen persalinan normal

Page 27: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Asuhan kebidananpun tidak menjadi satu kesatuan lagi, dimana ibu dan bayi dipisahkan setelah persalinan, ibu dipindahkan ke ruang nifas, bayi di kamar bayi. Semenjak saat itu persalinan dianggap sebagai suatu proses yang memerlukan intervensi medis (medical model).

Page 28: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Seorang ibu akan menghadapi lebih dari satu orang bidan yang memberikan asuhan dalam seharinya . Saat di ruang nifaspun dia akan menghadapi bidan yang lain lagi, karena bidan yang bekerja di rumah sakit menggunakan sistem kerja shift. Sehingga ibu tidak mendapatkan asuhan secara berkesinambungan

• Pada tahun 1960-an hal ini juga menjadi biasa di Amerika.

Page 29: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Pada awal terbentuknya bidan hanya berperan sebagai pendamping persalinan seorang ibu yang akhirnya pengertian itu terus berkembang sehingga bidan berperan dalam seluruh siklus kehidupan seorang perempuan.

• Pada tahun 1980-an, ibu dan bidan mulai melawan prosedur intervensi pada persalinan.

Page 30: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Pada tahun 1987, Flint mempublikasikan keuntungan dari asuhan berkesinambungan. Sistem pelayanan individual, memberi kesempatan bagi ibu untuk memilih dan menurunkan intervensi medis pada pelayanan kebidanan

Page 31: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Model Asuhan Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan selama kehamilan, persalinan dan masa setelah bersalin. Bidan adalah seorang profesional spesialisasi untuk kehamilan dan persalinan yang membangun hubungan baik dengan kliennya sehingga menghasilkan keyakinan dan dukungan selama hamil dan persalinan.

Page 32: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Model asuhan kebidanan : • Berfokus pada kesehatan, kesejahteraan,

prevention dan promotion• Persalinan suatu proses fisiologis yang

normal• Angka yang rendah untuk penggunaan

intervensi Individual. • Setiap kasus adalah unik• Perempuan dan keluarga pembuat keputusan

utama, berdasarkan informasi yang cukup

Page 33: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Selama Mei 1996, perwakilan dari Midwives Alliance of North America (MANA), North American Registry of Midwives (NARM), Midwifery Education Accreditation Council (MEAC) dan Citizens for Midwfery (CfM) bekerjasama untuk menulis definisi tentang apa yang sekarang kita sebut ‘Midwifery Model of Care’ (model asuhan kebidanan), yang isinya membicarakan tentang pembuat keputusan.

Page 34: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Model asuhan kebidanan berpandangan bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses normal dari kehidupan.

• Hal utamanya adalah ibu sebagai pengambil keputusan, dan ibu harus mendapatkan informasi sejelas mungkin mengenai apapun yang berkaitan dengan kesehatan dirinya dari seorang provider.

Page 35: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Prinsip dasar dari model asuhan kebidanan adalah :

1. Asuhan berkesinambungan,

2. informed choice, dan

3. memilih tempat untuk bersalin.

Page 36: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan berkesinambungan

• Asuhan kebidanan mencakup perempuan selama masa kehamilan, persalinan, dan sampai 6 minggu pertama setelah bersalin.

• Bidan harus dapat menciptakan hubungan baik dengan perempuan, dapat dihubungi 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu.

• Selama asuhan perempuan dan keluarganya wajib dilibatkan.

• Bidan harus memastikan ibu mendapat asuhan yang tepat selama hamil, merasa nyaman saat bersalin, dan terbantu dimasa postpartumnya

Page 37: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Informed Choice

Perempuan adalah pengambil keputusan dalam pelayanan yang akan mereka dapatkan, dan bidan memberikan informasi yang sesuai untuk membantu perempuan membuat keputusan.

Bidan harus memastikan setiap perempuan mendapat informasi tentang pelayanan yang akan dilakukan terhadap dirinya, dan apabila dirinya dalam kegawatdaruratan, informasi tentang faktor resiko yang mungkin terjadi apabila suatu intervensi harus dilakukan. Sehingga apapun keputusan perempuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh dirinya sendiri

Page 38: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Memilih tempat bersalin

Klien seorang bidan bisa memilih untuk bersalin di rumah atau di rumah sakit sesuai dengan keinginan mereka dan keadaan kesehatan mereka.

Bidan juga dapat bekerjasama dengan dokter atau tenaga profesional lainnya. Oleh karena itu setiap perempuan harus mendapat informasi mengenai resiko yang mungkin terjadi apabila bersalin di rumah, dan bagaimana transportasi menuju rumah sakit apabila ditemui kegawatdaruratan

Page 39: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Nilai inti dari pelayanan kebidanan

• Kehamilan dan persalinan adalah hal yang normal

• Akses menuju bidan dan pelayanan berbasis kebidanan adalah hal yang sangat penting untuk persalinan normal.

• Pelayanan berbasis kebidanan tidak terbatas hanya pendidikan dan kategori provider tertentu.

Page 40: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Menghargai klien adalah inti dari model asuhan kebidanan. Setiap perempuan harus dihargai selama perawatan mulai dari hamil hingga postpartum. Selain dihargai juga, setiap perempuan berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang pemeriksaan, tindakan, dan pengobatan, informed consent, kebebasan, pemeliharaan, kerahasiaannya terjaga, dan sopan santun yang berhubungan dengan pelayanan yang dia dapatkan.

• .

Page 41: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Kehamilan dan persalinan memiliki efek fisik, mental, kesejahteraan psikososial ibu, bayi, dan keluarga, oleh karena itu pelayanan kebidanan tidak hanya mencegah kegawatdaruratan, tetapi juga memenuhi kebutuhan mereka

Page 42: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Pelayanan kebidanan harus berdasarkan ilmiah, bidan harus bertanggung jawab atas mental dan fisik ibu dan keluarganya atas tindakan yang dilakukan.

• Keputusan klinik yang diambil harus berdasarkan kesejahteraan ibu dan bayi

Page 43: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Di desa jumlah bidan masih kurang shg persalinan kembali pada dukun bayi, seseorang yang sejak dulu dipercaya sebagai penanganan prosedur kelahiran.

• Masih banyak dukun bayi yang belum paham betul soal kebersihan, sehingga tak jarang kelahiran berakhir dengan kematian atau gangguan kesehatan pada bayi.

• Salah satu upaya dengan mengadakan pendampingan dukun bayi oleh para bidan agar mereka paham aspek-aspek kebersihan dan kesehatan.

Page 44: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• tahun 2001 telah dilancarkan Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (MPS).

• Adapun pesan kunci MPS adalah : setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapatkan pelayanan yang adekuat; setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Page 45: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Realisasi MPS tersebut di tingkat Puskesmas yang mempunyai dokter umum dan bidan, khususnya Puskesmas dengan tempat tidur, mampu memberikan pelayanan obstetri dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar (PONED), sedangkan Puskesmas tanpa tempat tidur hanya memberikan beberapa elemen pelayanan PONED.

Page 46: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Semua rumah sakit kabupaten/kota dan propinsi yang mempunyai dokter spesialis obgyn mampu memberikan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK). Pelayanan PONEK di Puskesmas dan pelayanan PONEK di rumah sakit melibatkan bidan

Page 47: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Tantangan Kebidanan di Masa yang Akan Datang

• salah satunya dalam mencapai tujuan dari Pembangunan Global (Millennium Development Goals), yang terdiri dari 8 tujuan dan 5 diantaranya (mengurangi angka kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, memperbaiki kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya) termasuk ruang lingkup bidan.

Page 48: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Mutu pelayanan berorientasi pada kepuasan pelanggan harus dimulai sedini mungkin,

• Masyarakat yang memperoleh pelayanan dan terpenuhi kebutuhan serta harapannya akan merasakan kepuasan dan akan kembali lagi pada pemberi pelayanan tersebut bahkan ia bisa mengajak orang lain untuk ikut merasakan jasa provider tersebut.

Page 49: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

Tuntutan Pelayanan Kebidanan

• Bidan dituntut untuk mempersiapkan ibu selama hamil untuk menghadapi persalinan yang aman dan sehat sehingga melahirkan bayi yang sehat pula.

• Pelayanan tidak hanya terfokus pada ibu dan bayi, juga melakukan pendekatan melalui keluarga, masyarakat, lembaga pemerintah dan lainnya yang terkait dalam rangka mempersiapkan persalinan aman dan nyaman serta menurunkan resiko kematian ibu.

Page 50: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Perkembangan pengetahuan masyarakat menuntut pelayanan yang dapat memberikan kepuasan

• Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang memenuhi kebutuhan dan permintaan klien, yang disepakati dan disebut sebagai service excellent.

Page 51: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Yang dapat diartikan sebagai berikut:• S (Self Awerness and Self Esteem) yaitu

melayani adalah tugas mulia dan harus menjaga martabat orang lain serta diri sendiri.

• E (Empathy and Enthusiasm) yaitu mampu merasakan penderitaan orang lain dan antusias untuk menolong dan melayani.

• R (Reform and recover) yaitu berusaha untuk lebih baik dan selalu dengan cepat memperbaiki setiap ada keluhan atau sesuatu yang mengganggu pelayanan kita.

Page 52: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• V (Victory and Vision) yaitu merebut hati dengan misi membangun kebahagiaan dan kemenangan bersama menuju perbaikan dan peningkatan mutu.

• I (Inisiative, Impressive, and Improvement) yaitu memberikan pelayanan yang mengesankan dan selalu meningkatkan pelayanan dengan mengedepankan keramah-tamahan.

Page 53: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• C (Care, Cooperative and Communication) yaitu menunjukkan perhatian yang sangat mendalam, dapat bekerjasama engan klien, sehingga terjalin komunikasi yang terbuka.

• E (Evaluation) yaitu memiliki sikap dan pikiran yang terbuka agar mampu memanfaatkan kritik untuk mengukur pencapaian tujuan dan keadaan dengan membandingkannya terhadap standar lain, dengan kata lain mau mengevaluasi diri.

Page 54: SEJARAH ASUHAN KEBIDANAN

• Sebagai salah satu solusi untuk menghadapi tuntutan terhadap pelayanan kebidanan adalah paradigma bidan diarahkan pada ibu dan bayi yang sehat dan sejahtera.

• Bukan hanya menyelamatkan ibu dan bayi dalam proses persalinan saja.