AWAL BERDIRINYA AL WASHLIYAH
Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30
November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera
Utara. Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah
lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Hindia Belanda
(Nederlandsh Indie). Sehingga para pendiri Al Washliyah ketika itu turut pula
berperang melawan penjajah Belanda. Tidak sedikit para tokoh Al Washliyah
yang ditangkap Belanda dan dijebloskan ke penjara.
Tujuan utama untuk mendirikan organisasi Al Washliyah ketika itu adalah untuk
mempersatukan umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan.
Perpecahan dan perbedaan tersebut merupakan salah satu strategi Belanda
untuk terus berkuasa di bumi Indonesia. Oleh karena itu, Organisasi Al
Washliyah turut pula meraih kemerdekaan Indonesia dengan menggalang
persatuan umat di Indonesia.
Penjajah Belanda yang menguasai bumi Indonesia terus berupaya agar bangsa
Indonesia tidak bersatu, sehingga mereka terus mengadu domba rakyat.
Segala cara dilakukan penjajah agar rakyat berpecah belah. Karena bila rakyat
Indonesia bersatu maka dikhawatirkan bisa melawan pejajah Belanda.
Upaya memecah belah rakyat terus merasuk hingga ke sendi-sendi agama
Islam. Umat Islam kala itu dapat dipecah belah lantaran perbedaan pandangan
dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah). Kondisi ini terus
meruncing, hingga umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut
dengan kaum tua dan kaum muda. Perbedaan paham di bidang agama ini
semakin hari semakin tajam dan sampai pada tingkat meresahkan.
Dengan terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam di Sumatera Utara
khususnya kota Medan, para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah
Tapanuli Medan berupaya untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah
belah itu. Upaya untuk mempersatukan umat Islam terus dilakukan dan
akhirnya terbentuklah organisasi Al Jam’iyatul Washliyah yang artinya
Perkumpulan yang menghubungkan. Maksudnya adalah menghubungkan
manusia dengan Allah Swt. dan menghubungkan manusia dengan manusia
(sesama umat Islam).
PENDIRIAN AL WASHLIYAH
Perselisihan faham antara kaum tua dengan kaum muda tentang masalah
ibadah. membuat kaum pelajar yang menimba ilmu di madrasah Maktab
Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan resah. Para siswa tersebut memiliki
perkumpulan pelajar yang bernama Debating Club (Perkumpulan
Debat/diskusi). Dalam diskusi-diskusi rutin di perkumpulan itu sering dibahas
tentang masalah-masalah yang tengah terjadi pada umat Islam dan salah
satunya mengenai perbedaan pendapat di tubuh umat Islam.
Diskusi mencapai puncaknya pada bulan Oktober 1930. Di awal bulan itu
diadakan pertemuan di kediaman Yusuf Ahmad Lubis, di Jl. Glugur kota Medan.
Pada pertemuan yang dipimpin Abdurrahman Syihab dihadiri oleh Yusuf Ahmad
Lubis, Adnan Nur, M. Isa dan beberapa pelajar lainnya. Dalam pertemuan itu
disepakati untuk memperbesar perkumpulan pelajar yang mereka miliki yaitu
Debating Club. Untuk menindaklanjuti hasil rapat di tempat Yusuf Ahmad lubis,
selanjutnya diadakan pula pertemuan kedua di rumah Abdurrahman Syihab di
Petisah, kota Medan yang dihadiri oleh Ismail Banda, Yusuf Ahmad Lubis,
Adnan Nur, Abdul Wahab, dan M. Isa. Disepakati dalam pertemuan itu untuk
mengundang alim ulama, tuan-tuan guru dan para pelajar lainnya pada
pertemuan yang lebih besar yang direncanakan pada 26 Oktober 1930 di
Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan.
Sesuai dengan yang direncanakan, pertemuan yang lebih besar berlangsung di
MIT Medan. Pertemuan itu dihadiri para ulama, guru-guru, pelajar dan
pemimpin Islam di kota Medan dan sekitarnya. Setelah melakukan pembicaraan
yang cukup panjang dan mendalam, maka seluruh peserta yang hadir kala itu
sepakat membentuk sebuah perkumpulan yang bertujuan memajukan,
mementingkan dan menambah tersyiarnya agama Islam.
Pertemuan di MIT Medan itu dipimpin oleh Ismail Banda sebagai orang yang
tertua ketika itu, dan di forum tersebut disampaikan pula penjelasan mengenai
bentuk organisasi yang hendak didirikan nantinya. Penjelasan mengenai bentuk
organisasi disampaikan antara lain oleh Ismail Banda, M. Arsyad Thalib Lubis
dan H. Syamsudin.
MEMBERI NAMA ORGANISASI
Setelah diambil kesepakatan untuk membentuk sebuah perkumpulan dan
mendengarkan penjelasan tentang bentuk organisasi yang hendak dibentuk itu,
maka atas persetujuan peserta yang hadir, dimintakan kepada salah seorang
guru di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan yaitu Syech H. Muhammad
Yunus (seorang ulama yang dihormati) untuk memberikan nama yang cocok
bagi perkumpulan yang akan dibentuk. Upaya meminta kepada seorang ulama
untuk memberikan nama dianggap sebagai sikap sopan santun atau akhlak
yang baik seorang murid kepada gurunya.
Syech H. Muhammad Yunus yang didatangi oleh murid-muridnya tidak serta
merta menjawab keinginan itu. Terlebih dahulu ia melakukan sholat dua rakaat
dan berdo’a kepada Allah Swt. Setelah itu ia mendatangi para muridnya dan
mengatakan, ”Menurut saya kita namakan saja perkumpulan itu dengan ‘Al
Jam’iyatul Washliyah’.” Nama tersebut kedengarannya indah dan terasa
agak asing di telingan para muridnya, dan belum pernah terdengar sebelumnya
atau yang hampir sama dengan itu. Seketika itu semua yang
mendengarkannya sejutu, dengan nama Al Jam’iyatul Washliyah. Arti Al
Jam’iyatul Washliyah adalah ‘Perhimpunan yang memperhubungkan’.
Al Jam’iyah atau Jama’ah berarti Perkumpulan atau perhimpunan.
Al Washliyah atau Washolah artinya menghubungkan.
Sehingga arti dari Al Jam’iyatul Washliyah adalah Perkumpulan atau
Perhimpunan yang Menghubungkan.
Yaitu mengubungkan antara umat manusia dengan Allah Swt sebagai
penciptanya. Mengubungkan atau menghimpun manusia dengan manusia
lainnya agar bersatu dan menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya.
Hal ini sesuai dengan makna Hablun-minallah wa hablun minannaas (Hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesama manusia).
PERESMIAN AL WASHLIYAH
Pada tanggal 30 November 1930 bertempat di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT)
Medan yang terletak di Jl. Hindun kota Medan diadakan kembali pertemuan
lebih besar yang mendapat perhatian sangat luas dari masyarakat sekitar kota
Medan.
Dalam rapat itu disepakati tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) serta kepengurusan pertama Al Washliyah. Sejak saat itu
resmilah Organisasi Al Washliyah berdiri. Ketua Al Washliyah yang pertama
diserahkan kepada Ismail Banda lantaran usianya lebih tua dari anggota yang
lain. Adapun susunan pengurus Al Washliyah yang pertama terdiri dari:
Penasehat : Syech H. Muhammad Yunus
Ketua I : Ismail Banda
Ketua II : Abdurrahman Syihab
Penulis I : M. Arsyad Thalib Lubis
Penulis II : Adnan Nur
Bendahari : M Ya’cub
Pembantu-pembantu : Syamsudin
Yusuf Ahmad Lubis
A. Malik
A. Aziz Effendy
Namun Pada awal bulan Juli 1931 susunan pengurus Al Jam’iyatul Washliyah
terjadi pertukaran. Hal ini lantaran M. Arsyad Th Lubis sebagai Penulis I harus
berangkat ke Meulaboh, Aceh memenuhi panggilan kaum muslimin untuk
menjadi guru agama. Adapun perubahan susunan pengurus tersebut adalah:
Penasehat : Syech H. Hassan Ma’sum
Syech H. Muhammad Yunus
Ketua I : Kadhi H. Ilyas
Ketua II : Ismail Banda
Penulis I : H. Mahmud Kadli Sei Kerah
Penulis II : Adnan Nur
Bendahari : H.M Ya’cub
Pembantu-pembantu : Abdurrahman Syihab, Abdul Wahab
Pada akhir tahun 1931 kembali terjadi pergantian pengurus. Kali ini beberapa
orang yang lebih muda masuk dalam susunan kepengurusan, yaitu:
Ketua I : Abdurrahman Syihab
Ketua II : Kadhi H. Ilyas
Sekretaris/bendahari : Adnan Nur
Pembantu-pembantu : Ismail Banda, Usman Deli, O.K. Abdul Aziz, Baharudin
Ali
Susunan pengurus ini pun tidak bertahan lama. Karena Ismail Banda hendak
menunaikan ibadah haji sekaligus melanjutkan pendidikannya di Mekkah dan
Adnan Nur ingin aktif di Partai Gerakan Indonesia (Gerindo), maka pada 30 Juni
1932 dilakukan lagi pertukaran pengurus untuk yang ke empat kalinya.
Penasehat : Syech H. Hassan Ma’sum
Syech H. Muhammad Yunus
Syech Kadhi H. Ilyas
Ketua I : T. H. M. Anwar
Ketua II : Abdurrahman Syihab
Penulis I : Udin Syamsuddin
Penulis II : Yusuf Ahmad Lubis
Bendahari : Suhailuddin
Pembantu-pembantu : Baharudin Ali, M. Saad, Abdul Wahab, M. Arsyad Thalib
Lubis
PARA PENDIRI AL WASHLIYAH
Dalam sejarah perjuangan Islam di Sumatera Utara saat menjelang
kemerdekaan, para pendiri Al Washliyah adalah orang-orang yang sangat
menonjol dalam memperjuangkan Islam, baik dalam bidang pendidikan,
dakwah, amal sosial maupun dalam bidang politik. Mereka dikenal sebagai
orang yang pekerja keras, soleh, memiliki pengetahuan keislaman secara
mendalam, memiliki keikhlasan dan semangat juang yang tinggi serta rela
berkorban dengan jiwa dan hartanya demi agama Islam.
Para pendiri Al Washliyah terdiri dari para pelajar yang berusia sekitar 20-26
tahun. Meski masih berusia muda, para pendiri itu memiliki kharisma yang
tinggi di lingkungannya. Diusiannya yang relatif muda, mereka telah
bersepakat untuk mendirikan organisasi yang menjadi jembatan antara paham
kaum tua dengan paham kaum muda. Adapun yang termasuk sebagai pendiri
Al Jam’iyatul Washliyah adalah :
1. Ismail Banda
2. Abdurrahman Syihab
3. Muhammad Arsyad Thalib Lubis
4. Adnan Nur Lubis
5. Syamsudin
6. Yusuf Ahmad Lubis
Tiga Serangkai Pendiri Al Jam’iyatul Washliyah
Mereka ini rata-rata adalah para pelajar yang menimba ilmu di Maktab
Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan. Usia mereka ketika itu masih sangat belia.
Namun memiliki cara pandang yang jauh ke depan (Bashirah).
Para pelajar MIT Medan ini memiliki sebuah perkumpulan kecil yang dinamai
dengan Debating Club (kelompok diskusi). Debating Club ini dipimpin oleh
seorang pelajar yang sangat cerdas yaitu Abdurrahman Syihab. Dalam
kelompok kecil ini sering dibicarakan dan didiskusikan permasalahan yang
Ismail Banda M. Arsyad Th. Lubis
Abd. Rahman Syihab
sedang hangat di masyarakat terutama mengenai permasalahan agama.
Debating Club ini terus aktif melakukan diskusi-diskusi sehingga semakin hari
semakin luas yang terlibat dalam diskusi. Dan bermula dari diskusi kecil itu
maka lahir sebuah ide untuk mendirikan perkumpulan yang sangat besar. Dan
akhirnya lahirlah organisasi Al Washliyah.
MAKTAB ISLAMIYAH TAPANULI (MIT) MEDAN
Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan, Sumatera Utara merupakan sebuah
madrasah kecil saksi bisu lahirnya Al Washliyah. Madrasah ini tidak bisa
dipisahkan dari sejarah berdirinya Al Washliyah. Karena di tempat inilah Al
Washliyah pertama kali diresmikan yang dibidani oleh para pelajar sekolah
tersebut.
Pada tahun 1930-an, MIT Medan merupakan satu-satunya sekolah Islam yang
ada di kota Medan, maka tidak heran jika madrasah ini mendapat perhatian
yang cukup besar dari para penuntut ilmu sekitar kota Medan, bahkan dari
pelosok Indonesia dan Malaysia.
Madrasah MIT Medan terletak jauh dari pusat keramaian dan hiruk pikuk kota
Medan, Madrasah ini tepat berada di pinggir sungai Deli. Sungai Deli
merupakan sungai yang membelah kota Medan. Madrasah sederhana ini
dikelilingi oleh pepohonan yang hijau dan cukup sejuk serta jauh dari hiruk
pikuk atau kebisingan suara kendaraan atau yang lainnya. Dengan kondisi
tersebut maka para pelajar sangat nyaman dalam menimba ilmu di maktab itu.
Para guru yang mengajar di maktab tersebur diantaranya adalah:
1. Syech H. Ja’far Hassan
2. Syech H. Muhammad Yunus
3. Syech H. Yahya
LAMBANG AL WASHLIYAH
Lambang organisasi Al Washliyah adalah bulan sabit berbintang lima, di dalam
perisai berpucuk lima, bertuliskan الجمعية الوصلية (aksara Arab/Sulus) berwarna putih dan dasar hijau.
Perisai Berpucuk Lima
Bulan Sabit
Bintang LimaDasar Hijau
Tulisan ‘Al Jam’iyatul Washliyah’ dengan aksara Arab
ARTI LAMBANG AL WASHLIYAH
1. Bulan Terbit
Artinya:
Mengisyaratkan bulan purnama raya yang lagi memancarkan cahayanya di
alam dunia ini, yaitu peringatan kepada sekalian alam bahwa agama Islam
akan berkembang meratai seluruh penjuru alam.
“Dialah Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya.” (Al Qur’an)
2. Lima Bintang Bersatu
Artinya:
Sebagai sinar yang merupakan sendi kebenaran agama Islam dengan rukun
Islam yang lima. Terutama sekali sembahyang lima waktu, sebagai fondasi
yang kokoh menyinari rohani dan jasmani untuk menunaikan perintah Ilahi
guna mencapai kemuliaan di dunia dan di akhirat.
“Dan akan beberapa tanda, dan dengan bintang itu mereka mendapat
petunjuk.” (Al Qur’an)
3. Warna Putih
Artinya:
Keimanan orang yang mukmin itu sebagai cahaya bulan yang baru terbit.
Warna sinarnya memancarkan cahaya terang benderang. Apabila cahaya
tersebut timbul dengan pancarannya meskipun hujan dan awan serta angin
badai yang keras, cahaya itu tidak akan lenyap. Ia akan tetap bersinar
hingga sampai saat yang penghabisan.
4. Dasar yang Berwarna Hijau
Artinya:
Setiap orang mukmin itu wajib suci hati, rohani, jasmani serta budi
pekertinya. Dan lemah lembut dalam mencapai kemuliaan dan perdamaian
yang kekal di muka bumi ini.
“Adakah tidak engkau lihat sesungguhnya Allah telah menurunkan dari
langit akan air, maka jadilah bumi hijau. Sesungguhnya Allah amat pengasih
lagi amat mengetahui (mengkabarkan).” (Al Qur’an)
5. Cahaya Bulan dan Bintang
Artinya:
Agama Islam dan kaum muslimin sebagai pedoman petunjuk keselamatan di
daerah dan dilautan dengan jalan lemah lembut. Cahaya dimanapun tidak
dapat dilindungi dan ditutupi apa pun juga. Ibarat air, ia akan berjalan
meratai bumi, lambat laun ia akan meratai bumi seluruhnya.
“Dan Dialah Allah yang telah menjadikan bagi kamu akan beberapa bintang
supaya kamu dapat petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.
Sesungguhnya Kami nyatakan beberapa tanda bagi kaum yang mengerti.”
(Al Qur’an)
LAGU MARS AL WASHLIYAH
Mars Al Washliyah
Ciptaan: H. Umar Ya’cub Nasution
Al Washliyah, Washliyah, Washliyah perhimpunan kami …… 2x
Perhimpunan menuju untuk berbakti
Hidup sentosa rukun damai berbakti pada Ilahi
Hiduplah Washliyah, hidupnya berjasa ………. 2x
Anggotanya stia, menurut ajaran Allah yang mulia
Bersatulah kita wahai saudara-saudara sekalian
Mari bersatu, ya.. ikhwan
Ya.. ya… ikhwan, ya… banil authan
Bersatulah kita untuk mencapai kemuliaan
Bersatulah ya ikhwan, buangkanlah pertikaian
Junjung tinggi amar Tuhan
Hiduplah Washliyah zaman ber..zaaa..maan (mrl)
TINGKAT PIMPINAN ORGANISASI AL WASHLIYAH
Tingkat pimpinan dalam struktur organisasi Al Washliyah adalah sebagai
berikut:
1. Pengurus Besar Al Jam’iyatul Washliyah atau di singkat PB Al Washliyah
untuk tingkat pusat dan berkedudukan di Ibukota Negara.
2. Pimpinan Wilayah Al Jam’iyatul Washliyah atau di singkat PW Al
Washliyah untuk tingkat Provinsi dan berkedudukan di Ibukota Provinsi.
3. Pimpinan Daerah Al Jam’iyatul Washliyah atau di singkat PD Al Washliyah
untuk tingkat Kabupaten /Kota dan berkedudukan di Kabupaten/Kota.
4. Pimpinan Cabang Al Jam’iyatul Washliyah atau di singkat PC Al Washliyah
untuk tingkat Kecamatan dan berkedudukan di Kecamatan.
5. Pimpinan Ranting Al Jam’iyatul Washliyah atau di singkat PR Al Washliyah
untuk tingkat Desa/Kelurahan dan berkedudukan di Desa/Kelurahan.
BAGAN PIMPINAN ORGANISASI AL WASHLIYAH
Selain struktur vertikal (garis lurus ke bawah dan ke atas), Al Washliyah pun
memiliki struktur horizontal (garis lurus ke samping/sejajar).
1. Dewan Fatwa PB Al Washliyah
Tugasnya memberikan fatwa sebagai pedoman penyelesaian persoalan-
persoalan organisasi dalam bidang hukum dan keorganisasian.
Pengurus Besar Al Washliyah
Pimpinan Wilayah Al Washliyah
Pimpinan Daerah Al Washliyah
Pimpinan Cabang Al Washliyah
Pimpinan Ranting Al Washliyah
Pengurus Besar Al Washliyah berkedudukan di Ibukota negara.
Pimpinan Wilayah Al Washliyah berkedudukan di Ibukota Provinsi.
Pimpinan Daerah Al Washliyah berkedudukan di Kabupaten/Kota.
Pimpinan Cabang Al Washliyah berkedudukan di Kecamatan.
Pimpinan Ranting Al Washliyah berkedudukan di Desa/Kelurahan.
2. Dewan Penasehat dan Pertimbangan PB Al Washliyah
Tugasnya memberikan nasihat dan pertimbangan dalam upaya pembinaan
dan pengembangan organisasi guna mencapai tujuan organisasi.
3. Majelis-majelis
Berfungsi sebagai badan pembantu pimpinan sesuai dengan tingkat dan
bidangnya masing-masing. Ada pun majelis-majelis yang ada di dalam Al
Washliyah adalah:
a. Majelis Pendidikan dan Kebudayaan (MPK)
b. Majelis Dakwah
c. Majelis Amal Sosial (MAS)
d. Majelis Kader dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
e. Majelis Pembina dan Pengembangan Ekonomi
f. Mejelis Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)
ORGANISASI BAGIAN AL WASHLIYAH
Al Washliyah merupakan organisasi induk yang memiliki beberapa organisasi
otonom atau disebut dengan organisasi bagian dari Al Washliyah. Organisasi
bagian ini di bawah pengawasan dan bimbingan Pimpinan Al Washliyah
setingkat serta seazas dan setujuan dengan Al Washliyah.
Saat ini Al Washliyah memiliki tujuh Organisasi Bagian yang masih eksis.
Organisasi bagian ini dibagi menurut bidang garapannya masing-masing
sehingga tidak terjadi tumpang tindih program. Adapun ketujuh organisasi
bagian terdiri dari:
1. Organisasi untuk kaum Wanita atau Ibu-ibu dengan nama Muslimat
Al Washliyah.
2. Organisasi Pemuda dengan nama Gerakan Pemuda Al Washliyah di
singkat GPA.
3. Organisasi Puteri dengan nama Angkatan Puteri Al Washliyah di
singkat APA.
4. Organisasi Pelajar/Remaja dengan nama Ikatan Putera-Puteri Al
Washliyah di singkat IPA.
5. Organisasi Mahasiswa dengan nama Himpunan Mahasiswa Al
Washliyah di singkat HIMMAH.
6. Organisasi Sarjana dengan nama Ikatan Sarjana Al Washliyah di
singkat ISARAH.
7. Organisasi Guru dengan nama Ikatan Guru Al Washliyah di singkat
IGA.
Masing-masing organisasi bagian itu mempunyai pimpinan pusat sebagai
tingkatan pimpinan tertinggi dan sampai pimpinan ranting sebagai tingkatan
terendah. Di dalam Muktamar Al Washliyah, seluruh organ bagian itu turut
serta mengadakan muktamar pula. Namun untuk internal, masing-masing
mengadakan Muyawarah sendiri.
BAI’AH AL WASHLIYAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Yه واشهدان محمدرسوالللYه اشهدان آلاله اآلالل
Artinya:
Dengan Nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang
Aku bersaksi sesungguhnya tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi
sesungguhnya Nabi Muhammad utusan Allah
Aku ridho Allah Tuhanku dan Islam sebagai agamaku dan Nabi Muhammad
sebagai Nabi dan Rasulku dan kaum muslimin dan kaum muslimat sebagai
saudaraku.
Saya Berjanji:
1. Melaksanakan syariat Islam dan ajaran Islam secara istiqomah.
2. Melaksanakan amanah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Al
Jam’iyatul Washliyah serta keputusan Muktamar dan peraturan-peraturan
organisasi yang ada.
3. Memelihara harkat dan martabat serta kehormatan dan independensi Al
Jam’iyatul Washliyah.
4. Memelihara keutuhan kerjasama dalam memimpin dan melaksanakan
segala aktifitas dan amal usaha organisasi Al Jam’iyatul Washliyah.
STRUKTUR ORGANISASI AL JAM'IYATUL WASHLIYAH
Pengurus Besar Al Washliyah Berkedudukan di Ibukota Negara
Pimpinan Wilayah Al Washliyah Berkedudukan di Ibukota Propinsi
Pimpinan Daerah Al Washliyah Berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota
Pimpinan Cabang Al Washliyah Berkedudukan di Kecamatan
Pimpinan Ranting Al Washliyah Berkedudukan di Kelurahan/Desa
BAGAN PENGURUS BESAR AL WASHLIYAH
Dewan Fatwa Al Washliyah
Dewan Penasehat dan Pertimbangan
Pengurus Besar
Majelis Pendidikan & Kebudayaan
Majelis Dakwah
Majelis Kader & Pengembangan SDM
Majelis Pembinaan & Pengembangan Ekonomi
Majelis Amal Sosial
Majelis Pengembangan dan Penelitian
Majelis Bantuan Hukum
dan HAM
Top Related