Download - Sasg Post Pjk

Transcript

SATUAN ACARA SUPPORTING GROUP

REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG CVCU

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)

RSUD dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

2015SATUAN ACARA SUPPORTING GROUP

REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG CVCU

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:Dadang Putrawansyah

Adine Yenie C.P

Sayyidati Oktia P.F

Isna Suryaningrum

Desak Gede Prema W.

Yossie CharolinaPROGRAM PROFESI NERSFAKULTAS KKEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA SUPPORTING GROUP

REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG CVCU

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANGOleh:

PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Telah disahkan pada hari/tanggal : ...................................Pembimbing Lahan

Pembimbing Institusi

____________________

_____________________Tanggal :

Tanggal :

SATUAN ACARA SUPPORTING GROUP

REHABILITASI POST PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG CVCU

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANGOleh: Program Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

1. Topik :

Melatih keluarga untuk melakukan latihan rehabilitasi post PJK2. Tujuan Umum :

Keluarga dapat saling bertukar informasi dan mendukung keluarga lainnya dalam memberikan latihan rehabilitasi pada pasien dengan post penyakit jantung coroner (PJK)

3. Tujuan Khusus :

Keluarga mampu bertukar informasi tentang pengertian rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang tujuan rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang manfaat rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang kriteria penderita yang dapat dilakukan rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu memahami peringatan dan waktu yang tepat memulai rehabilitasi post PJK Keluarga tidak ragu-ragu dalam memberikan latihan fisik rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu mendukung dan mendorong keluarga lainnya dalam memberikan latihan rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu mempraktekkan gerakan-gerakan rehabilitasi post PJK4. Landasan teori :

a. Mengembangkan kemampuan motorik kasar

b. Mengembangkan kepercayaan diri

c. Tumbuhnya sifat sosial dan peduli terhadap sesama keluarga pasien

d. Saling memberikan dan bertukar informasi, serta dukungan diantara keluarga pasien

5. Kriteria Peserta Supporting Group :

a. Laki-laki / Wanita berusia > 15 tahun

b. Keluarga pasien di Ruang CVCU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

c. Keadaan umum : baik, kooperatif, dan tidak berpenyakit menular

d. Menyetujui/ bersedia

e. Bisa jalan dan tubuh kuat

f. Mau dan mampu melakukan latihan yang diajarkan oleh penyaji atau keluarga pasien lain6. Proses seleksi :

a. Merekrut keluarga pasien

b. Identifikasi keluarga yang termasuk dalam kriteria peserta supporting group

c. Membuat kontrak dengan keluarga yang setuju mengikuti kegiatan supporting group

7. Struktur Kelompok :

a. Tempat Kegiatan: Ruang CVCU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

b. Pelaksanaan

: Kamis, 12 Februari 2015c. Lama Kegiatan : 45 menit (pukul 10.00 - 10.45 WIB )

d. Sasaran: Keluarga pasien di Ruang CVCU RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang memenuhi kriteria

b) Alokasi waktu :

5 menit persiapan

30 menit pelaksanaan

10 menit evaluasi

Alat Bantu : orang

c) Media Poster PPT

d) Pengorganiasaian :

1) Leader : Sayyidati Oktia P.F

2) Fasilitator: Adine Yenie, Desak Gede, Dadang Putrawansyah, Yossie Charolina

3) Observer: Isna Suryaningrum

e) Setting Tempat

Keterangan:

: Peserta

: Leader

: Fasilitator

: Observer

f) Diskripsi Tugas :

1. Leader :

a) Mengkoordinir seluruh kegiatan

b) Memimpin kegiatan

2. Fasilitator

a) Memotivasi anggota dalam perkenalan kelompok

b) Memotivasi dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan

c) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan supporting group

d) Bertanggung jawab terhadap proses antisipasi masalah

3. Observer

a) Mengamati semua proses yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan jalannya kegiatan

b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok sebagai self evaluasi kelompok

g) Pelaksanaan kegiatan supporting group :

1. Pra interaksi

a. Leader mengorganisir kegiatan, peralatan dan pembagian tugas

b. Menata ruang kegiatan

c. Mengajak keluarga untuk mengikuti kegiatan supporting group

2. Proses kerja

a. Leader mengenalkan diri dan teamb. Leader menetapkan kontrak waktu untuk kegiatanc. Fasilitator memulai memimpin kegiatan d. Selama kegiatan, fasilitator : Mengaktifkan peserta untuk berperan serta

Memberikan contoh yang mudah di mengerti

Mengatasi dan meluruskan jika terjadi masalah diantara peserta

e. Selama kegiatan observer mengamati jalannya kegiatan supporting group dan mengevaluasi proses berlangsungnya kegiatan

3. Terminasi

Salam penutup

4. Kriteria evaluasi

1. Struktur

a. Persiapan pasien

Keluarga bersedia ikut serta

Keluarga bersedia dan mau terlibat langsung dalam kegiatan

Keluarga siap untuk bertukar informasi dalam kegiatan supporting groupb. Lingkungan

Lingkungan kegiatan menunjang

Keluarga dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada gangguan

c. Media

Poster PPT2. Proses

Fasilitator memperkenalkan peserta yang ikut dalam kegiatan

Fasilitator menyebutkan hal-hal yang perlu didiskusikan

Keluarga mampu bertukar informasi

3. Hasil

Keluarga mampu bertukar informasi tentang pengertian rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang tujuan rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang manfaat rehabilitasi post PJK Keluarga mampu bertukar informasi tentang kriteria penderita yang dapat dilakukan rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu memahami peringatan dan waktu yang tepat memulai rehabilitasi post PJK Keluarga tidak ragu-ragu dalam memberikan latihan fisik rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu mendukung dan mendorong keluarga lainnya dalam memberikan latihan rehabilitasi post PJK

Keluarga mampu mempraktekkan gerakan-gerakan rehabilitasi post PJKDAFTAR HADIR PESERTA

SUPPORTING GROUP

DI RUANG CVCURSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANGHari/Tanggal :

NONAMATANDA TANGAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

2526

27

28

29

301.

3.

5.

7.

9.

11.

13.

15.

17.

19.

21.

23.

25.27.

29.

2.

4.

6.

8.

10.

12.

14.

16.

18.

20.

22.

24.

26.

28.

30.

Materi Supporting GroupREHABILITASI POST PJK (PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Definisi

Rehabilitasi jantung serangkaian kegiatan diperlukan untuk mempengaruhi penyebab penyakit jantung dan mencapai kondisi fisik, mental dan sosial terbaik, sehingga mereka dapat mempertahankan atau mencapai kehidupan seoptimal mungkin dimasyarakat dengan usahanya sendiri (WHO, 2010)

Manfaat rehabilitasi jantung

Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, program-program exercise dan psiko-edukasi membantu menurunkan mortalitas penyakit jantung dalam jangka waktu yang lama, mengurangi kambuhnya miokard infark, memperbaiki faktor-faktor resiko utama penyakit jantung. (Jolliffe, J. A, 2012)Latihan melindungi jantung dengan :Menurunkan tekanan darah, Menjaga agar berat badan tetap stabil, Menjaga kadar kolesterol yang sehat, Menurunkan kadar gula, Menurunkan stres, depresi dan anxietas, Meningkatkan sirkulasi, kekuatan otot; Meningkatkan semangat untuk tetap sehat.

Kriteria-kriteria untuk Pasien Rehabilitasi jantung

1. Kriteria Inklusi : Paska miokard infark, Paska PTCA, Paska CABG, CHF Stabil, Pacu Jantung, Penyakit Katup Jantung, Transplantasi Jantung, Penyakit Jantung Bawaan, Penyakit gangguan vaskular.

2. Kriteria Eksklusi : Unstable Angina, Gagal jantung kelas 4, Tachyaritmia-Bradiaritmia tidak terkontrol, Severe Aortic-Mitral Stenosis, Hypertropic-obstructive cardiomyopathy, Severe pulmonary hypertension, Kondisi LainnyaTujuan rehabilitasi jantung

1. Medical Goals :Meningkatkan fungsi jantung; Mengurangi resiko kematian mendadak dan infark berulang; Meningkatkan kapasitas kerja; Mencegah progresivitas yang mendasari proses atheroskeloris; Menurunkan mortalitas dan morbiditas.

2. Psychological goals: Mengembalikan percaya diri; Mengurangi anxietas and depressi; Meningkatkan managemen stres; Mengembalikanfungsi seksualyang baik.

3. Social Goals:Bekerja kembali;Dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari hari secara mandiri.

4. Health Service Goals :Mengurangi biaya medis; Mobilisasi dini dan segera pasien bisa pulang; Mengurangi pemakaian obat-obatan; Mengurangi kemungkinan dirawat kembali.Waktu memulai rehabilitasi jantung

Pasien kondisi hemodinamik stabil :Tidak ada sakit dada berulang dalam 8 jam, Tidak ada tanda-tanda gagal jantung yang tidak terkompensasi ( sesak pada saat istirahat dengan ronki didasar paru bilateral), Tidak ada perubahan signifikan yang baru pada EKG dalam 8 jam terakhir.

Peringatan rehabilitasi jantung

Aktivitas/latihan harus dihentikan jika : HR level sebelum latihan > 100 bpm; Sistolik BP >200 mmHg; Diastolik BP > 110 mm Hg; Penurunan diastolik BP > 10 mmHg; Perubahan Signifikan pada Ventricular atau atrial aritmia; Blok jantung derajat 2 atau 3.

Program rehabilitasi PJK

1. Program Fase I : Fase Rawat Inap (Inpatient)Fase I dilaksanakan selama pasien masih tinggal di rumah sakit, dan meliputi latihan rehabilitasi awal, yang menekankan pada pendidikan pasien, terdiri dari diskusi informal dengan dokter dan juru rawat. Terapi latihan menyerupai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti duduk, berdiri, dan berjalan.

Tujuan dari rehabilitasi fase I dipusatkan pada upaya untuk :

Menghindari problem yang diakibatkan tinggal di tempat tidur (bedrest) terlalu lama.

Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya perihal pola hidup yang benar.

Pelaksanaan rehabilitasi fase I dimulai segera setelah kondisi pasien stabil : biasanya 24-48 jam sehabis serangan jantung atau CABG.

Tujuan diatas dapat diperinci sebagai berikut :

Membantu pasien untuk dapat memulai gerakan fisik

Mengurangi beban mental, emosional yang biasanya mengikuti seseorang setelah serangan jantung, CABG, dan mereka yang sudah mengidap tanda-tanda PJK.

Mulai mengidentifikasi factor-faktor resiko dari PJK

Menumbuhkan sifat positif yang dapat memotivasi pasien untuk komitmen jangka panjang kea rah hidup normal.

Langkah-langkah melakukan fase I :

Latihan melemaskan otot leher. Kepala ditundukkan perlahan-lahan dengan mendekatkan dagu ke dada. Muka lurus ke depan dan diteruskan dengan melihat ke atas.

Kepala diputar ke kiri dan ke kanan. Kepala digelengkan ke kiri dan ke kanan dengan mendekatkan telinga ke pundak yang bersangkutan

Pundak ditarik ke atas dan ke bawah

Letakkan tangan kanan ke paha kanan dan tangan kiri ke paha kiri. Angkat bergantian lurus ke depan

Tangan dibelakang kepala dan siku mengarah ke depan. Perlahan-lahan siku dibuka dan ditutup

Tangan bertolak pinggang. Putar tangan bertumpu pada persendian pundak/bahu.

Demikian gerakan-gerakan di atas diulang berkali-kali

Pada hari ke-3 pasien dilatih berdiri dan berjalan perlahan-lahan. Diukur nadi dan tensi setiap mulai dan selesai latihan, serta dicatat pada lembaran kertas (log) yang tersedia. Hari-hari berikutnya intensitas latihan ditingkatkan dengan berjalan kaki di koridor di antara kamar, selanjutnya diadakan latihan di ruang khusus untuk rehabilitasi. Ruang ini dilengkapi dengan peralatan seperti sepeda statis, dan berjalan, barbell, tongkat dan lain-lain.

Pasien yang menjalani latihan fase I dilengkapi dengan monitor jarak jauh (telemeter) sehingga dapat dicatat EKG yang bersangkutan saat melakukan kegiatan latihan. Menjelang akhir fase rawat, pasien diharapkan sudah mampu berjalan sekitar 1 kilometer.

Table : contoh aktivitas pada fase I (inpatient)

Kelas gerakan Contoh aktivitas

Kelas IDuduk di tempat tidur dengan bantuan

Duduk di kursi 15-30 menit, 2-3 kali sehari

Kelas IIDuduk di tempat tidur tanpa bantuan

Berjalan di dalam ruangan

Kelas IIIDuduk dan berdiri secara mandiri

Berjalan dengan jarak 15-30 meter dengan bantuan 3 x sehari

Kelas IVMelakukan perawatan diri secara mandiri

Berjalan dengan jarak 50-70 meter dengan bantuan 3-4 x sehari

Kelas VBerjalan dengan jarak 80-150 meter mandiri 3-4 x sehari

2. Program fase II : out patient

Program out-patient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari rumah sakit. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum sakit. Pasien yang pernah mengalami infark myocard dan atau operasi bypass arteri memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami dysritmia, dypnea dan angina. Pada pasien yang pernah menjalani operasi bypass sering terjadi rasa pusing dan diyrrhitmia supraventricular sedangkan pasien yang pernah mengalami infark myocard sering mengalami perubahan segmen ST pada EKG. Hal inilah yang mendorong perlunya pengawasan program latihan pada orang dengan riwayat gangguan jantung tersebut (Jolliffe et al., 2001:87).

Seperti yang telah dikemukakan program rehabiliatasi sebaiknya diawali beberapa hari sebelum fase I berakhir. Biasanya fase II dimulai pada minggu kedua atau ketiga setelah serangan myocardial infark. Program ini diharapkan dapat memberi dukungan dan dapat membimbing penderita gangguan jantung untuk mengatasi masalah-masalah kesehatannya. Idealnya, program fase II dijalankan di fasiloitas kesehatan yang memiliki fasilitas EKG untuk pengawasan latihan, peralatan dan staf yang dapat mengatasi kondisi darurat. Apabila fase rehabilitasi ini terpaksa dijalankan di rumah ataupun di tempat dengan sarana minimal, seyogyanya tetap dilakukan pemeriksaan periodik pada pusat pusat kesehatan. Pada prinsipnya, tujuan dari fase ini adalah untuk memberi latihan rehabilitasi fisik seseorang penderita gangguan jantung agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari seperti sedia kala. Program ini sebaiknya dikepalai oleh dokter yang dapat melakukan kontak secara teratur dengan pasien, dapat melayani panggilan rumah atau dapat melakukan pengawasan pada program latihan (Marchionni et al., 2003:2201).

Ades (2001:894) memberikan beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara mandiri terdapat pada gambar 2 sampai 10. Pada tiap latihan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali dan dilakukan dua kali sehari. Pada tiap latihan dilakukan pengaturan nafas yang baik karena apabila dilakukan penahanan nafas dapat terjadi peningkatan tekanan darah dan meningkatkan beban kerja jantung. Pada hari ke 4 dan ke 5 dapat ditambahkan beban sebesar 250 gram pada tangan. Pada hari ke 6 beban dapat ditingkatkan menjadi 500 gram.1. Latihan I (Latihan Siku)

Cara :

Berdiri dengan siku menekuk dan dikatupkan pada dada

Luruskan siku ke arah depan.

Tekuk kembali siku.

Ulangi sampai dengan 10 kali 2. Latihan Elevasi Lengan

Cara :

Berdiri dengan siku menekuk di dada.

Luruskan siku dan lengan ke arah atas

Tekuk kembali ke posisi semula.

Ulangi sampai dengan 10 kali 3. Latihan Ekstensi lengan

Cara :

Berdiri dengan siku menekuk ke arah dada.

Lengan direntangkan ke arah disamping pinggang.

Katupkan kembali lengan pada dada

Ulangi sampai dengan 10 kali. 4. Latihan Elevasi Lengan II

Cara :

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.

Dengan tetap meluruskan siku angkat lengan keatas kepala.

Turunkan lengan kembali ke samping badan.

Ulangi sampai dengan 10 kali. 5. Latihan Lengan Gerak Melingkar

Cara :

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dan lengan disamping badan.

Rentangkan tangan setinggi bahu.

Gerakakan secara melingkar tangan dan lengan dengan arah depan dengan tetap meluruskan siku.

Ulangi sampai dengan 10 kali

Lakukan gerakan memutar kebelakang sampai dengan 10 kali 6. Latihan Jalan Di Tempat (Mulai hari ke-5)

Cara:

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu dengan lengan ditekuk ke depan

Angkat satu kaki dengan menekuk lutut seperti saat berbaris.

Ayunkan lengan untuk membantu menjaga keseimbangan

Ulangi sampai dengan 10 kali. 7. Latihan Menekuk Pinggang

Cara :

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu

Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kanan

Pertahankan kaki dan punggung tetap lurus.

Ulangi sampai dengan 10 kali.

Tekuk lengan sehingga tangan menyentuh pinggang kiri.

Ulangi sampai 10 kali 8. Latihan Memutar Pinggang

Cara:

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tekuk lengan dan tempatkan tangan di

pinggang

Putar tubuh ke kanan dan kemudian kembali.

Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

Ulangi sampai dengan 10 kali. 8. Latihan Menyentuh Lutut (Mulai hari ke 7)

Cara:

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, lengan diangkat diatas kepala.

Tekuk punggung sampai tangan menyentuh lutut.

Angkat kembali lengan keatas kepala

Putar tubuh ke kiri dan kemudian kembali

Ulangi sampai dengan 10 kali. 9. Latihan Menekuk Lutut (Mulai Minggu ke-3)

Cara:

Berdiri dengan kaki membuka selebar bahu, tangan menyentuh pinggang.

Tekuk punggung ke depan dengan lutut juga menekuk.

Kembali luruskan punggung

Ulangi sampai dengan 10 kali. 3. Program fase II : pemeliharaan

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk melanjutkan ke fase pemeliharaan adalah kapasitas fungsional pasien, status klinis serta tingkat pengetahuan pasien tentang gangguan jantung yang dialaminya. Kapasitas fungsional minimal yang dimiliki oleh pasien adalah sekitar 5 METs yang memungkinkan seseorang dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan yang berarti. Secara klinis, pasien harus sudah memiliki respon hemodinamik dan kardiovaskular yang stabil. Pasien juga diharapakn sudah memiliki pengetahuan dasar tentang gejala-gejala yang dialami, pilihan terapi yang dapat dilakukan, karakteristik perjalanan alamiah penyakit serta rentang aktivitas yang aman untuk dilakukan (Oldridge, 1988:45).

Program latihan pada fase pemeliharaan pada dasarnya sama dengan individu normal dengan penekanan pada latihan jenis aerobik. Pada pasien dengan kapasitas fungsional diatas 5 METS, pemrograman latihan dengan menggunakan frekuensi denyut jantung dan RPE (rating of perceived exertion) dapat dilakukan. Frekuensi latihan sebaiknay berkisar 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Durasi latihan dapat dimuai dari 10 menit an kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap sampai dengan mencapai 60 menit. Pada saat terjadi peningkatan kapasitas fungsional dan status klinis (Jolliffe et al., 2001:87).

Beberapa metode latihan yang dapat dijalankan pada penderita gangguan jantung adalah latihan interval, sirkuit, sirkuit-interval dan kontinyu:

Latihan interval didefinisikan sebagai latihan yang kemudian diikuti oleh periode istirahat.

Beberapa manfaat dari jenis latihan ini adalah (1) dapat dilakukannya latihan fisik dengan intensitas tinggi pada fase aktif dan (2) secara keseluruhan intensitas latihan rata-rata meningkat.

Latihan sirkuit merupakan latihan dengan melakukan beberapa jenis aktivitas fisik tanpa istirahat. Latihan sirkuit biasanya meliputi latihan beban dengan sasaran otot tangan dan kaki.

Manfaat dari latihan jenis ini adalah dapat melatih otot tangan dan kaki.

Latihan sirkuit interval merupakan latihan tipe sirkuit dimana seseorang menjalankan beberapa aktivitas akan tetapai diselingi oleh istirahat pada saat dilakukan peralihan aktivitas.

Manfaat dari latihan jenis ini meliputi manfaat yang didapat dari altihan sirkit dan interval.

Latihan kontinyu menekankan penggunaan energi submaksimal yang diajaga terus samapai dengan latihan berakhir. Manfaat dari latihan jenis ini adalah bahwa latihan ini lebih mudah untuk dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, Imam. 2009. Penyakit Jantung Dan Serangan Jantung. Jakarta : Gramedia

Prof Dr. Peter Kabo. 2010. Mengungkap Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

WHO. 2010. Rehabilitation after cardiovascular disease with special emphasis on developing countries. Geneva: WHO. Kusmana D. 2009. Rehabilitasi Jantung Komprehensif, Pengalaman Pengelolaan Selama 31 Tahun. In: Minicourse on Cardiac Prevention and Rehabilitation; 21st Weekend Course on Cardiology; 2009; JakartaJolliffe, J. A., K. Rees, R. S. Taylor, D. Thompson, N. Oldridge and S. Ebrahim 2012. "Exercisebased rehabilitation for coronary heart disease." Sports Medicine Journal 1: 87.Marchionni, N., F. Fattirolli, S. Fumagalli, N. Oldridge, F. Del Lungo, L. Morosi, C. Burgisser and G. Masotti 2010. "Improved exercise tolerance and quality of life with cardiac rehabilitation of older patients after myocardial infarction: results of a randomized, controlled trial." Circulation 107(17): 2201.