Ruang Cakrawala 9Awal Agustus 2014SiapBelajar
DOLBON DAN DOLCING
Menjadi Sumber Beragam PenyakitSekitar tahun 70an be
berapa daerah di Jawa Barat dikenal sebagai daerah “dolbon (modol di kebon)” dan “Dolcing (modol di pacilingan)”. Perilaku ini lah yang membuat kesehatan lingkungan masyarakat sering terganggu akibat pencemaran dan buruknya sanitasi, maka tidak heran pada waktu itu berjangkit penyakit “budug” atau “kesrek” di daerahdaerah yang sanitasinya buruk. Dolbon dan Dolcing merupakan penyakit masyarakat yang waktu itu sulit diberantas, sehingga Gubernur Jawa Barat pada masa dijabat Almarhum H. Aang Kunaefi sering mengkampanyekan pemberantas dolbon dan dolcing.
Dolbon dan Dolcing konon menyebar pula di beberapa wilayah Kabupa ten Subang, di antaranya di wilayah Cibogo, Tanjungsiang, Pamanukan, Legon dan Ciasem. Setelah 40 tahun lewat ternyata dolbon dan dolcing masih berlangsung terutama di Legon, Pamanukan dan Tanjungsiang. Di Legon dan Pamanukan, dolcing tumbuh subur hampir di sepanjang sungai antara Pamanukan sampai Mayangan Pondok Bali. Di sepanjang kali itu berdiri MCK yang dibuat penduduk, sehingga bukan saja membuat pemandangan menjadi tidak enak melainkan juga da pat menimbulkan penyebaran penyakit. Bayangkan saja, kali yang kotor, penuh tinja manusia dan berwarna hitam pekat itu digunakan untuk kebutu
Kenangan Masa LaluBertemu Megawati Soekarno Putri
Saya pernah bertemu Megawati Soekarno putri dan mendapat kan kesempatan berbincang bincang dengannya, tentu sebelum menjadi Ketua PDIP atau Presiden RI. Waktu itu Mega dibawa berkunjung ke Subang oleh Ketua PDI Drs. Soeryadi. Peristiwa ini berlangsung di Kantor Sekretariat PDI Jalan KS Tubun.
Megawati yang tanpa disertai suaminya Taufik Kemas, diperkenal kan oleh Soeryadi ke pada ha dirin. Soerya di kelihatan menggebu gebu memiliki keyaki nan bahwa PDI akan berjaya dalam pemilu yang akan dihadapi nya. Semua bertepuk ta ngan ketika Soeryadi mengadukaduk emosi hadirin dengan menceritakan kembali perjuangan Bung Karno, namun saat itu seolah tak lagi dihargai oleh pemerintah.
Suaranya yang keras dan cukup menggelegar, tampak berapiapi untuk mengajak rakyat Subang memperjuangkan citacita Bung Karno dalam membangun demokrasi negeri ini. Ia mengungkitungkit keadaan negara, mempolitisir situasi yang tengah terjadi. Menurut Soeryadi, rakyat kecil harus bangkit, “Bung Karno udah nggak ada, tapi darahnya masih mengalir pada anaknya yang akan berjuang bersama PDI. Nah, ini anak Bung Karno, saya perkenalkan namanya Megawati Soekarnoputri,” begitu lah kirakira ucapan Soer yadi.
Katakata Soeryadi otomatis membuat riuh dan bergemuruh. Megawati pun berdiri de ngan sunggingan senyuman khas nya. Saya ikut tersentuh karena untuk pertama kalinya bisa melihat langsung wajah salah satu putri Bung Karno ini. Saya cukup banyak membaca bukubuku Bung Karno, sehingga tahu apa yang pasti dirasakan putraputrinya mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari rezim yang tengah berkuasa. Terus terang, saya pengagum berat Soekarno karena kecerdasan dan kemampuannya berdiplomasi.
han hidup seharihari masyarakat. Padahal air su ngai itu tidak layak digunakan, apalagi dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.
Buang hajat atau buang air besar di kali akan menimbulkan pencemaran, oleh karena itu dilarang keras. Bila dilanggar jelas akan memengaruhi kondisi kesehatan lingkungan. Legon dan Pamanukan memang memiliki sanitasi yang buruk, se hingga memerlukan perbaikian sarana dan perubahan perilaku. Dengan kata lain, warga di kedua daerah itu harus mengubah perilaku dari praktek sanitasi terbuka ke sanitasi tertutup dengan model dan bentuk yang layak.
Namun hal demikian bukan perkara mudah. Bayangkan saja setelah puluhan tahun arus modernisasi dan pengetahuan berkembang pesat, serta telah berkalikali dilakukan kampanye tentang pentingnya menjaga kesehatan lingkungan masih saja sampai saat ini pacilingan yang dibuat di atas sungai itu tetap ada. Warga di Legon dan Pamanukan masih enggan untuk membuat kakus atau jamban di lingkungan rumahnya. Mereka berpendapat lebih praktis membuatnya di kali karena sekaligus bisa digunakan untuk keperluan mandi dan cuci. Bahkan boleh jadi juga untuk kebutuhan minum diambil dari sungai dimaksud.
Demikian pula perilaku warga di daerah selatan sebagaimana disebut di atas,
di beberapa tempat tidak bisa menghilangkan kebiasaan dol bon. Perilaku dolbon ini juga yang otomatis membuat sanitasi menjadi buruk, sehingga kesehatan warga setempat sering terganggu.
Pemerintah BerupayaMeski demikian, pe
merintah telah berupaya keras untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Salah satunya yang sekarang gencar dilakukan adalah mengakselerasikan program pemberdayaan masyarakat melalui Pamsimas (Penyediaan air minum dan sanitai berbasis masyarakat). Program ini selain menyediakan air bersih dan air minum untuk masyarakat terutama yang berdomisili di pedesaan juga menekankan pada pentingnya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan sanitasi. Pemerintah melihat kondisi sanitasi yang buruk dan ketersediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berkontribusi terhadap berbagai kasus penyakit berbasis lingkungan.
Sanitasi adalah isu krusial di setiap lingkungan karena sanitasi berkaitan langsung dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Sayangnya isu ini masih kurang mendapat perhatian, sehingga kerap terabaikan atau amat jarang mendapat prioritas.
Berdasarkan data riset kesehatan yang dikeluarkan Kementrian Kesehatan pada tahun 2010 lalu, ada 14.000
ton tinja dan 176.000 meter kubik urine yang mencemari sungai setiap hari, tentu termasuk sungai yang melintas Pamanukan dan Legon. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 20% penduduk Indoneia masih buang air besar sembarangan.
Program Pamsimas sen diri yang digulirkan sejak tahun 2008 telah berjalan cukup baik di Kabupaten Subang, diantarnya di Pamanukan, Le gon, Tanjung Siang dan Ciater. Kecuali di Ciater yang telah memperlihatan hasilnya dalam hal penyediaan air minum warga, di ketiga kecamatan yang tersisa masih menghadapi banyak kendala, yaitu berkaitan dengan kebiasaan buruk tadi. Meski demikian, menurut keterangan beberapa tokoh masyarakat, masyara kat di wilayahnya sedikit demi sedikit mulai banyak yang membuat jamban sendiri di sekitar rumahnya.
Boleh jadi hal itu lah yang dijadikan kesimpulan bahwa dalam tiga tahun pelaksanaan Pamsimas sedikit banyak perilaku masyarakat yang terkait dengan masalah sanitasi sudah mulai berubah. Data monitoring Pamsimas menyebutkan bahwa hingga kini Pamsimas telah membangun di seluruh kawasan di tanah air sebanyak 18.668 unit fasilitas sanitasi non cuci tangan serta 39.004 sarana cuci tangan atau memberi akses sanitasi layak kepada 2.186.596 jiwa.(TM).***
Tentu dengan sifat kepahlawanannya yang m e m p e r j u a n g k a n kemerdekaan bagi tanah air.
Pada saat break saya mendekati kursi Mbak Mega, kemudian menyapanya dan memperkenalkan diri. Ia tersenyum setelah mengetahui bahwa saya adalah wartawan Pikiran Rakyat. Saya ngobrol yang ringanringan saja, tidak minta penjelasan mengenai kemungkinan adanya deviasi dari penguasa karena ia adalah putra Bung Karno. Sebagaimana diketahui, pada waktu rezim orde baru berkuasa, rezim ini tak pernah memberikan tempat pada pengikut Bung Karno untuk tampil dalam panggung politik. Apalagi terhadap keluarga dan anakanaknya, orde baru menutup rapatrapat dan mempersempit ruang geraknya. Pengaruh anakanak Bung Karno dinilai berbahaya, sehingga bila dibiarkan bisa mengganggu stabilitas, bukan tidak mungkin bisa membuat perubahan dalam konstalasi politik di tanah air.
Kehadiran Megawa ti di tubuh PDI terasa telah membawa perubahan be sar dalam tubuh PDI sendiri. Terbukti pada pemilu 1992, Golkar sebagai mesin politik penguasa sempat keteteran menghadapi sepak terjang PDI yang memiliki kekuatan baru berkat figur Megawati. Kehadirannya menjadi sulit di bendung, kecuali dengan mengobokobok dari dalam tubuh partainya. Dan ini terbukti, banyak tokoh PDI meninggalkan Megawati saat terpilih dalam kongres termasuk Soeryadi sendiri yang lebih memilih merapat pada penguasa rezim. Perpecahan di tubuh PDI tak bisa dielakkan, sehingga terjadi rentetan peristiwa 27 Juli yang menyakitkan Megawati.
Dalam bincangbincang di Kantor PDI Subang, tidak satu pun statement keluar dari bibirnya. Rupanya Megawati tahu diri bahwa pada saat itu ia belum bisa dikategorikan sebagai pimpinan PDI, kendati orang tahu bahwa ia telah menjadi figur sentral yang
membawa nama besar Bung Karno dan namanya mulai diperhitungkan di jajaran elit PDI.
Perbincangan secara intens justru datang dari Soeryadi yang mengundang saya ke tem patnya menginap di Pe nginapan Panglejar. Soeryadi saya temui pagipagi sekali dan saat saya masuk ke penginapan, Soeryadi tengah membaca koran sambil minum kopi hangat. “Sebentar ya dik, saya ngisi otak dulu dengan beritaberita di koran,” ujarnya sambil baca Pikiran Rakyat.
Saya menganggukkan kepala, kemudian duduk bersebalahan di teras kamar yang menghadap ke selatan. Dalam percakapan dengannya, Soeryadi membuat prediksi bahwa PDI dengan adanya Megawati akan terdongkrak suaranya. Ia memberi gambaran tentang masih besarnya simpulsimpul kekuatan akar rumput yang setia pada Bung Karno. Ia merasa yakin, jika tidak dihambat oleh rezim penguasa, PDI bisa mendapat kursi di parlemen cukup seimbang dengan Golkar. Soer yadi tampaknya cukup pintar membuat langkah politik dengan cara memasukan Mega untuk membakar ingatan akar rumput terhadap pendiri republik ini, namun ternyata langkah Soeryadi itu hanya sekedar memanfaatkan na ma besar keluarga Bung Karno, sebab sejarah membuktikan bahwa Soer yadi ternyata mbalelo dan ti dak benarbenar serius dalam membangun kekuatan PDI setelah tahu bahwa akar rumput mendukung kemunculan Megawati di pentas politik nasional.
Percakapan saya de ngan Soeryadi menem pati halaman depan Ha rian Pikiran Rakyat. Soeryadi harus diakui punya kapasitas sebagai politisi ulung di negeri ini. Pernyataannya yang ia sampaikan melalui Pikiran Rakyat sangat tajam. Tetapi boleh jadi itu semua hanya sekedar shock terapy untuk menggoyang penguasa demi kepentingan karier politiknya sendiri. (Teguh Meinanda).***
Mengikuti CPNS Setelah Lulus PPG 1 TahunSIAP BELAJAR, JA-KARTA
Setelah mengikuti Pen didikan Profesi Guru (PPG) selama 1 tahun, para sarjana muda pendidikan terlebih dahulu harus mengikuti seleksi CPNS di daerah maupun pusat untuk dapat diangkat menjadi guru.
Kasubdit Program dan Evaluasi Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud Agus Susilohadi, Ke mendikbud belum memiliki kewenangan langsung untuk mengangkat lulusan PPG dan program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) menjadi guru negeri karena keunikan yang dimiliki
profesi guru saat ini.“Guru itu profesi
yang unik. Guru itu berada di bawah sekolah, sekolah di bawah dinas pendidikan, dinas pendidikan di bawah pemda, dan pemda di bawah bupati, gubernur, dan Kemendagri. Kita tidak bisa mengatur untuk lulusan SM3T langsung menjadi guru, kalau tidak daerah yang memulai,” jelas Agus kepada Liputan6.com di kantor Kemendikbud, Jakarta.
Lantas Agus mengatakan, sudah ada desain sentralisasi guru. Di masa depan guru tidak lagi di bawah pemerintah daerah, pengembangan ka rier dan penempatan
nya akan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Dengan sentralisasi nanti, harapannya agar lebih mudah mengatur kebutuhan dan penempatan guru di daerah sehingga keterbatasan gu ru di daerah 3T dapat teratasi. Jadi, untuk saat ini lulusan program SM3T masih harus berkompetisi untuk dapat diangkat menjadi guru melalui seleksi CPNS di daerah maupun di pusat,” ucap Agus.
Untuk mendukung SM3T dan memenuhi kebutuhan PNS guru di daerah, Kemendikbud te lah mengajukan datadata ke Kemenpan. Di
tempat terpisah, Direktur Tenaga Pendidikan dan Kependidikan Kemendikbud Supardi Rustad mengatakan, formasi PNS tahun ini untuk lulusan pro gram SM3T dan PPG sudah diajukan ke KemenPANRB.
“Tahun ini disediakan PNS formasi khusus dari pusat untuk peserta SM3T, mudahmudahan dapat terealisasi, meskipun jumlahnya belum sebesar permintaan. Tahun depan diharapkan sekitar 3.000 formasi PNS untuk SM3T benarbenar terpenuhi, sehingga menjadi so lusi mengatasi kekurangan guru di daerah 3T,” ujar Supardi Rustad.(news.liputan6.com).***
Supardi Rustad
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 9 8/10/2014 6:20:23 PM
Ruang Opini 10Awal Agustus 2014SiapBelajar
Kepala Biro Subang : Teguh Meinanda, Pemimpin Umum : Teguh Meinanda, Staf Redaksi : Ahya Nurdin, Asep Imam Mutaqin, Kardino Kardilano, Ali Munandar, Iing Irwansyah, Wahyu, Ginding B, Maman (Sumedang) Marketing : Wahyu Samsudin, Trisno, Y. Ishak, Staf Ahli : Ir. Beni Rudiono, HE. Kusdinar, Dr. Heryana, Mukti, Irwan Yusuf, Drs. H. Aldim, Jejen Mujiburohman, S.Pd., Eddy Mulyadi Wijaya, S.Sos, MSi Desain&Layout: Restu Damayanti
Alamat Kantor (Redaksi dan Marketing) : Jl. Nata Permana 7, Desa Tambakan 022/006, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang. Telp 081221674105. Email: [email protected], [email protected] Buku Anak Desa (YBAD) : Teguh Meinanda, Yati S. Teguh, Wahyu Samsudin
Tajuk
Penerbit : Yayasan Buku Anak Desa (YBAD)Percetakan : PT. Granesia (Isi diluar tanggung jawab)
Wartawan Siapbelajar.com dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan meminta imbalan dari sumber berita.
Absurd-isme IndonesiaOleh : Dea Jiwapraja
Indonesia, sebuah negara di Asia Tenggara dengan
jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa. Wilayah yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dari titik nol kilometer di wilayah Aceh sampai ke titik kilometer akhir di wilayah Irian. Negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan, menyimpan timbunan harta karun berupa kekayaan alam di dalamnya. Dan di balik kekayaan alam itu, banyak hal yang absurd muncul dari hari ke hari. Entah siapa yang salah, sistem yang salahkah? Alam? Pemerintah? Masa lalu? leluhur? Atau memang sudah seharusnya semua seperti itu?
Memasuki milenium ba ru, Indonesia siap tidak siap harus ikut serta dalam persaingan global yang di dalamnya melibatkan pula negaranegara maju. Sebagai negara dengan predikat negara berkembang, tentulah sulit dikatakan sebagai lawan yang sepadan sepertinya untuk bersaing dengan negaranegara maju seperti Amerika, Jepang, Jerman, China atau Rusia. Tetapi niat dan usaha untuk ikut bersaing itu jauh lebih baik dibanding menjadi negara minder yang bersikap pasif terhadap keadaan. Ibarat dalam pertandingan sepak bo la yang dewasa ini se dang hangathangatnya menjadi bu ah bibir di seantero negeri, kekalahan melawan Malaysia di final piala AFF beberapa waktu lalu menjadi sa lah satu penyebab digantinya Alfred Riedl dari kursi pelatih meskipun banyak orang mendukung Riedl untuk tetap menduduki kursi pelatih.
Kemudian muncul pelatih baru, yang dibilang memiliki kualitas atau kemampuan tidak kalah dari Riedl. Tetapi pergantian pelatih masih belum mampu membawa indonesia ke puncak kejayaan, banyak orang semakin kecewa dengan performa Tim nas terutama kekecewaan de ngan konsep pelatih baru tersebut sehingga muncul jargon bahwa ‘Meskipun Riedl belum mampu membawa Tim nas ke puncak klasemen, tapi setidaknya kami ingin melihat pemain tetap berlari di lapangan!’.
Jadi, kaitan antara persaingan Indonesia dalam mengikuti ajang pasar global dengan pertandingan bola ada lah bahwa meskipun Indonesia belum memiliki kapasitas yang sepadan sebagai negaranegara maju di persaingan global, tapi setidaknya Indonesia mau berlari di ajang persaingan pasar global. Tetapi absurdisme muncul, kentara terlihat setidaknya an tara kebijakan pemerintah dan beberapa pengusaha dalam negeri.
Ketika salah satu mantan petinggi negeri ini sekuat tenaga menggalakkan himbauan agar masyarakat berwirausaha dengan meningkatkan produksi dalam negeri, mencintai produk dalam negeri, pemerintah justru ma lah melakukan kebijakan yang kontradiktif dengan himbauan itu. Perusahaanperusa
haan asing s e m a k i n mudah tertanam di Indonesia, p e n a n a man modal asing, begitu pula d e n g a n barangbarang import yang tentu saja m e m i l i k i p r e d i k a t high class dibanding branded dalam negeri.
Pasar dalam negeri yang mulai menggeliat pun bisa dengan mudah terlindas produk import, yang meskipun harganya selangit masih tetap akan menjadi buruan kelompokkelompok tertentu demi sekedar mengejar gengsi.
Absurdisme yang muncul kentara adalah di dunia pendidikan. Wilayah ibukota dengan segala ketersediaannya memudahkan para peserta didik mencapai nilai tinggi. Tempat les, peralatan elektronik yang semakin canggih, laboratorium untuk mempermudah penelitian, transportasi mulai dari roda dua, tiga dan empat, dan masih banyak lagi. Sehingga nilai tinggi yang dijadikan sebagai tolak ukur kelulusan pun setidaknya bisa mereka capai lebih mudah ( seharusnya) ka rena adanya fasilitas yang mendukung. Sedangkan di wilayah yang nun jauh dari ibukota, jangankan fasilitas fasilitas itu, belajar sehari hari pun masih diliputi rasa waswas kalaukalau atap kelas akan ambruk ketika hujan turun atau angin kencang sekalipun.
Sistem nilai boleh dibilang belum begitu tepat se pertinya untuk diterapkan di negara ini apabila melihat belum meratanya fasilitas pen dukung, baik segi materi seperti itu maupun dari segi pendidiknya sendiri. Namun, bukankah Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu yang mengubahnya. Artinya, bukan hal yang tidak mungkin wilayah yang nun jauh dari ibukota dengan segara keterbatasan fasilitas itu, satu hari akan melahirkan peserta didik yang memiliki kualitas jempolan.
Dewasa ini pemerintah masih sedang terus mencanangkan ajakan kepada warganya agar lebih memilih untuk menggunakan kendaraan umum dibanding kendaraan pribadi, alasannya agar mengurangi kemacetan khususnya di wilayah ibukota. Banyak program pun kemudian lahir dari era ke era, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Harga bahan bakar dinaikkan dan untuk bahan bakar tertentu hanya diperuntukkan bagi ken daraan umum, sehingga kendaraan pribadi dihimbau menggunakan bahan bakar jenis lain yang lebih mahal. Selain itu, dicanangkanlah pembangunan proyek busway, monorail (meski dicancel pembangunannya) dan perbaikan sistem kereta rel lis
trik (KRL). Kedua alat transportasi b e r k a p a s i tas besar itu tentu saja ti dak bisa m e n j a n g kau seluruh w i l a y a h , maka angkutan kota, bus kota, ojek atau becak mutlak seha rusnya
memang masih tetap dibutuhkan.
Akhir nya warga pun mulai beralih un tuk menggunakan kendaraan umum yang bisa dikatakan memiliki predikat bersistem modern yang mendukung un tuk membentuk Jakarta se bagai kota metropolitan, tetapi di lain pihak, marak nya kasus kriminal di dalam transportasi umum membuat masyarakat semakin resah. Ada yang salah dengan sistem kah? Dengan kebijakan nya kah? Atau memang tingkat kri minalitas memang akan me ningkat seiring menurunnya kemampuan ekonomi?
Sayangnya razia yang dilakukan terlihat seperti ogahogahan, ketika ada perkara saja baru ada tindakan. Tidak ada jaminan pasti mengenai keamanan berkenda raan umum jadinya, untuk mereka yang memiliki kendaraan pribadi dan mampu, bisa dengan mudah kembali ke kendaraan pribadi, sedangkan untuk kami yang tidak mampu? Tidak ada pilihan lain. Absurd memang, di mana pemerintah menghimbau untuk berkendaraan umum untuk menghindari macet dan polusi di situ pula pemerintah atau sebut saja pemerintah dan aparat(ur) negara belum mampu memberikan kenyamanan dari segi keamanan.
Mengubah predikat Indonesia menjadi negara modern, banyak hal yang diubah. Pembangunan mallmall, pendirian apartemenapartemen mewah, pembangunan kawasan perumahan elit, pembangunan proyek transportasi yang lebih modern sehingga banyak kaum dengan kelas ekonomi kurang memadai semakin terpinggirkan. Sebuah foto absurd muncul karena di sebelah mall atau apartemen mewah terdapat himpitan rumahrumah kumuh di pinggir sungai. Rumah berukuran super mini yang mungkin hampir tidak menyerupai rumah sebetulnya, dihuni secara berdesakdesakan. Tempat tinggal yang rawan banjir, rawan tergerus arus sungai, rawan penyakit dan rawan kebakaran juga banyak tingkat kerawanan lainnya merupakan tempat berteduh secara turun temurun.
Absurd memang, de ngan pembangunan untuk mencip takan image metropo litan, banyak kaum/ kelompok atau golongan yang ter pinggirkan begitu saja. Ke napa tidak membiarkan Indonesia atau Jakarta khususnya tetap menjadi Jakartanya Indonesia, dengan becaknya dengan ba jainya dengan segala ciri
khas lainnya seperti tulisan di kaki burung garuda? Bhineka Tunggal Ika, memunculkan Indonesia di mata dunia dengan segala keIndonesiaannya, tanpa perlu mengubah Jakartanya Indonesia menjadi Tokyonya Jepang, menjadi Kuala Lumpurnya Malaysia. Tapi mungkin memang sudah seharusnya begitu.
Munculnya jejaring sosial mampu menjadi salah satu alat yang membuktikan kalau Indonesia masih memiliki jiwa solidaritas yang baik. Ketika ada masalah maka muncul suarasuara untuk mendukung agar masalah bisa cepat tuntas dan pihak yang dirasa merupakan pihak yang terzalimi pun bisa memenangkan perkara. Selain itu, komnaskomnas mulai lahir di Indonesia berdiri dengan kantorkantor perwakilannya dan aktivisaktivisnya. Memperjuangkan hak asasi manusia, hak anak dan perempuan untuk mendapat perlindungan dan hak untuk hidup. Namun, kasus yang muncul di wilayah Mesuji belakangan ini menjadi hal yang kontradiktif sekali. Di mana sekelompok orang memperjuangan soal hak asasi manusia, salah satu di antara hak asasi yang paling asasi adalah hak untuk hidup, tetapi di lain pihak sekelompok orang (tidak hanya di Mesuji) seolaholah membuat nyawa orang itu tidak ada harganya.
Indonesia masih kaya dengan hutannya, kaya dengan flora dan fauna yang apabila mendapatkan perhatian benarbenar serius, masih bisa menjadi warisan berharga bagi anak cucu satu hari nanti.
Munculnya pemberita an mengenai pembantaian orang utan secara biadab, menimbulkan kecaman keras dari para pemerhati hewan. Kemudian kasus pun bergulir dan mulai diusut, di manamana di jalanjalan banyak selebaran yang dibagibagikan untuk mendukung gerakan save orang utan. Tetapi seiring kasus bergulir, ada hal yang kontras terasa dari solidaritas untuk save orang utan ini karena ketika jumlah orang utan berkurang di lain pihak jumlah orang miskin bertambah. Dikatakan hal yang dilematis? Tidak juga karena tidak perlu ada yang dikorbankan (semestinya). Ta pi ketika mengacu pada pertanyaan, mana yang harus didahulukan? Menjadi situasi yang dilematis.
Masih banyak lagi halhal absurd yang muncul dari hari ke hari, tidak akan cukup waktu untuk membahasnya apabila tidak dijeda di tengah jalan. Halhal yang sifatnya saling kontradiktif, saling bertolak belakang satu sama lain.
Mengutip Rosihan Anwar dalam Petite Histoire Indonesia bahwa ‘Aku tidak malu jadi orang Indonesia’. Apapun yang terjadi!
Dan semua itu terangkum dalam absurdisme Indonesia. ***
Dea Jiwapraja, Japanesse Literary UnPad ‘05
Dongeng Tak Lagi AkrabDongeng atau Cerita.
Kedengarannya mungkin te rasa asing oleh anakanak jaman sekarang. Ini akibat dongeng tidak lagi memasyarakat di kalangan anakanak. Padahal beberapa pu luh tahun lalu, dongeng begitu akrab di kuping anakanak.
Dongeng seolah kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Hampir setiap menjelang tidur, anakanak mendapat banyak dongeng yang dituturkan oleh orang tuanya. Senang sekali mendengarnya, apalagi jika dongengdongeng itu bercerita tentang kepahlawanan, kedigjayaan dan kehebatan seseorang. Ada emosi dan perasaan yang tumbuh dalam hati, di lain pihak muncul banyak pengetahuan yang terus terpatri hingga usia anakanak itu tumbuh dewasa.
Di jaman dulu banyak dongengdongeng yang bermutu dan berkualitas, karena di dalamnya mengandung kearifan yang mampu mendidik anakanak menjadi pribadi yang berkarakter. Dongengdongeng itu bisa jadi mempengaruhi anakanak dalam pembentukan watak, kepribadian maupun kecerdasan. Tetapi yang je
las, dongengdongeng itu selain menghibur juga membawa pengaruh terha dap pikiranpikiran yang positif.
Dongengdongeng yang bermacammacam temanya itu, seolah telah hilang ditelan jaman. Tidak ada lagi kebiasaan anakanak, ketika hendak tidur disuguhi ceritacerita atau dongeng oleh orang tuanya. Sambil ditepuktepuk, si ibu maupun bapak bercerita secara telaten dan sabar sampai si anak memejamkan matanya.
Pada jaman sekarang, tontonan televisi maupun video menjadi penggantinya. Anakanak dari golongan tertentu, asyik nonton dari tempat tidurnya dengan sajiansajian yang boleh jadi tidak mendidik dan justru membangkitkan perilaku yang tidak sesuai dengan kepribadian dan jati diri sebagai orang timur. Banyak cerita belakangan ini, anakanak terutama di kotakota besar menjadi liar dan tak beradab akibat pengaruh tontonan yang merasuki pikiranpikiran mereka.
Kejahatankejahatanpun boleh jadi timbul karena unsur kearifan yang ada dalam pikiran dan nurani sudah tak menyentuh lagi, sehingga menjadi liar dan tak
terkendali. Mungkin terlalalu berlebihan menangkap katakata itu, tapi indikasi terhadap berbagai kasus yang terjadi belakangan ini bisa dijadikan peringatan betapa masifnya pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh tontonantontonan dijaman sekarang sekarang.
Oleh karena itu, ketika mendengar bahwa di jaman ini ada penyelenggaraan lomba dongeng oleh institusi di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupa ten Subang, muncul harapan la gi bahwa dongeng itu mulai dijadikan bahan untuk membina sekaligus mendidik anakanak, sehingga lepas dari pengaruh negatif akibat pesatnya modernisasi. Jaman memang sudah berubah, sehingga tidak mung kin terhindari.
Meski demikian, kehadiran dongeng bisa digunakan untuk mencari keseimbangan karena dongeng mengandung banyak kearifan yang bisa mengasah hati nurani dan mempengaruhi pikiran tentang kebaikan. Dengan demikian, patut kita sambut upaya institusi pendidikan memasyarakatkan kembali dongeng melalui ajangajang berbagai lomba. ***
bersambung ke hal 11
Penentuan Skor KKM di SekolahOleh: Dewi Nuryawati, S.Sos
Ada tiga hal penting dalam menentukan arah
pendidikan masa depan, yaitu evaluasi, penilaian dan pe ngukuran pendidikan. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa pengukuran pendidikan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan pe serta didik. Pengu kuran pen didikan ini bisa mengguna kan tes seperti UTS dan UAS maupun non tes seperti penilaian sikap, kinerja dan portofolio.
Nah berdasarkan pengukuran ini maka guru dapat menentukan berapa skor yang diperoleh siswa, baik menggunakan skala 010 maupun 0100. Apa arti skor 70, 80, 90, atau 100 dalam raport siswa? Itulah pekerjaan evaluasi, yaitu untuk memberi makna (judgement) atas nilai yang diperoleh peserta didik. Misalnya, nilai 100 berarti peserta didik telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran sedangkan nilai 0 berarti peserta didik belum memiliki peningkatan apapun setelah proses pembelajaran sehingga perlu dilakukan upaya per
baikan.Sejatinya pekerjaan
‘eva luasi’ dilakukan oleh tiga pihak: pemerintah, sekolah/ madrasah dan pendidik. Sebagai contoh, pemerintah melakukan evaluasi pendidikan melalui Ujian Nasional, satuan pendidikan melakukan ujian sekolah, sedangkan guru melakukan penilaian pa da mata pelajaran/ kelas yang diampu. Pembahasan kita kali ini difokuskan pada perencanaan penilaian yang dilakukan guru dan satuan pendidikan karena keduanya berada pada garis terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan di sekolah.
Guru mendampingi peserta didik mulai dari tahap perencanaan, proses pembelajaran hingga tahap penilaian pembelajaran. Pada tahap perencanaan, guru akan membuat rencana pembelajaran minimal untuk satu semester yang terangkum dalam silabus pembelajaran. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan proses pembelajaran, kai tannya dengan kurikulum 2013 guru akan mendampingi peserta didik mulai dari tahap observing sampai pada tahap networking, dan pada tahap terakhir yakni penilaian, guru akan merangkum semua skor yang diperoleh peserta didik pada proses pembelajaran.
Tahap terakhir atau tahapan penilaian inilah yang akan menjadi tahapan yang penting bagi guru untuk me nentukan peserta didik manakah yang akan dinyatakan tuntas dan mana yang
tidak tuntas dalam menyelesaikan materi pelajaran tertentu. Sebagaimana yang ter cantum dalam Permendiknas Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian bahwa pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK) yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ke tuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kom petensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik peserta didik.
Dalam prakteknya penetapan skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) se ring dilakukan tanpa analisa yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, mengapa mata pelajaran A di kelas IX ditetapkan dengan skor 60 sedangkan mapel B atau C ditetapkan 70 atau 75 padahal karakteristik kompetensi dasar, daya dukung dan karakteristik peserta didik relatif sama. Fenomena ‘asal tembak skor’ ini dapat merugikan peserta didik dalam menentukan level kemampuan yang mereka miliki.
Livingston dan Zieky (1982:12) mengemukakan dua kerugian peserta didik akibat kesalahan dalam menentukan KKM, pertama peserta didik yang mempunyai kemampuan yang rendah bi sa mendapatkan kelulusan dengan skor yang tinggi, dan kedua pe
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 10 8/10/2014 6:20:25 PM
Ruang Sambungan 11Awal Agustus 2014SiapBelajar
dan menjelma menjadi cerita yang turun temurun di masyarakat Pantai Selatan.
Bahkan saking dikenalnya Ratu Pantai di masyara kat pesisir, di Pelabuhan Ratu Beach Hotel disediakan kamar khusus untuk Sang Ratu. Konon setiap malam Jumat, dari kamar itu sering tercium semerbak wewangian yang menunjukkan hadirnya Ratu Pantai Selatan. Dalam bentuk lain, wajah ratu dilukiskan oleh seorang pelukis terkenal berwajah cantik yang tiada tandingannya.
Sibila tentu saja tidak mengenal secara detail sosok Ratu Pantai Selatan. Ia hanya mengetahui dari cerita di bukubuku yang dibacanya. Sabila pandai sekali menceritakannya, sehingga membuat orang yang mendengarnya tertegun atau terpana. Saking pandainya bercerita, banyak anakanak terkesiap mendengar buah penuturannya.
Sibila adalah juara mendongeng tingkat Kabupaten Subang. Tahun 2014 ini berhasil menjuarai lomba dongeng yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Kemudian pada Pekan Kreativitas Seni antar SD pun Sabila keluar sebagai juara pertama.
Mendongeng adalah se buah pelajaran yang dulu pernah ada. Mendongeng me rupakan kearifan lokal untuk mendidik anakanak, karena di dalamnya berisi halhal positif yang mengajarkan pa da anakanak tentang kejujuran, kebajikan, kepahlawanan, dll.
Dongengdongeng ini sa ngat disukai oleh anakanak sekolah dasar. Dongengdongeng yang terkenal sekitar tahun 60 sampai 70an antara lain, si pecang mentas walungan, kancil yang cerdik, si kabayan, aya hiji raja, dll. Orangorang tua kitapun saatsaat senggang sering men
dongeng untuk anakanaknya, sehingga terus membekas sampai si anak dewasa.
Isi dongeng juga berisi nilainilai budi pekerti, etika pergaulan dan tentu saja wawasan serta pengetahuan. Di masa itu, anakanak menyukai dongeng, dan bahkan sering merengekrengek minta didongengin.
Tetapi sekarang, dongeng seolah telah hilang, sehingga anakanak sekolah tidak diberi pelajaran yang sungguhsungguh tentang kearifan lokal yang banyak diutarakan dalam dongengdongeng. Jaman memang telah berubah, sehingga pelajaran yang berisi budi pekerti dari kearifan lokal yang diwariskan orang tua kita telah hilang dimakan jaman.
Tetapi belakangan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, mendongeng mulai diaktifkan lagi, di antaranya dengan diadakannya perlombaan mendongeng siswasiswi sekolah dasar. Konon perlombaan ini disambut dengan antusias, sehingga banyak sekolah mengingkutsertakan dalam perlombaan itu.
Punya Bakat “Dia punya bakat men
dongeng yang luar biasa. Artikulasi dan ekspresi saat mendongeng menunjukkan ada nya bakat itu. Jarang sekali anak SD bisa menguasai materi dongeng atau cerita begitu dalam dan lugas. Apa yang ada di kepalanya bisa dituturkan dengan bahasa anak yang memikat,” kata E. Koma riah, Kepala SDN II Sagalaherang.
Oleh karena itu, tidak diragukan jika terpilih sebagai pendongeng anakanak nomor wahid di Kabupaten Subang. Prestasinya ini telah menambah koleksi piala bagi SDN II Sagalaherang. “Sibila akan mewakili Kabupaten Subang dalam kejuaraan men
dongeng Tingkat Provinsi Jawa Barat. Insya Allah Sibi la akan berhasil menggondol piala,” kata Komariah.
Kegiatan mendongeng di kalangan siswa Seko lah Dasar, belakangan ini memang mulai digalakan kembali oleh dinas pendidikan dan sekolahsekolah. Mendongeng merupakan warisan nenek moyang kita yang dulu sangat lekat secara tradisi di kalangan siswa. Tetapi kemudian perlahan namun pasti, hilang tergerus oleh perkembangan jaman. Padahal mendongeng memiliki banyak man faat terutama dalam me ngasah nurani dan memperkuat kepribadian.
Hal ini dapat terjadi karena dongeng atau cerita memiliki sifatsifat yang beragam, mulai dari sifat kepahlawanan, pemahaman agama, kemanusiaan, dsb. Cerita atau dongeng itu ba nyak diambil dari ceritacerita rakyat, selain telah diutarakan tadi cerita lainnya adalah se perti Lutung Kasarung, Sangkuriang, dll.
Sibila Yuliani, kata Nita Rosyana, guru pembimbing SDN II Sagalaherang, termasuk anak yang cerdas dan memiliki bakat yang luar bia sa dalam bidang seni dongeng. “Artikulasinya jelas, ekspresinya bisa memperlihatkan peran yang tengah ia ceritakan. Bakat ini terus berkembang, sehingga terus kami arahkan supaya potensinya itu terus tergali,” ujarnya.
Sibila merupakan anak tunggal dari pasangan Wawan Gunawan dengan Cucu Nurmala. Menurut Nita, Sibila akan bertarung dalam lomba dongeng Tingkat Jawa Barat pada tanggal 1516 Agustus 2014. “Mudahmudahan bisa sukses, sehingga koleksi piala untuk SDN II Sagalaherang makin komplit,” kata Nita dan Komariah. (TM).***
... Juara Dongeng sambungan dari hal 1
Menunggu 13 Tahun ... sambungan dari hal 1
muncul, Nita berusaha keras untuk bertahan dan melanjutkan kariernya sebagai guru.
Nita mulai merintis jadi guru selepas lulus SPG dengan mengajar di MTs Filial Cisalak. Kemudian beralih me ngajar di SD Eka Nugraha setelah diangkat menjadi guru PNS tahun 2005. Sebelum ke sekolah tersebut, selama tiga tahun menjadi sukwan di SD Sagalaherang II tempat sekarang ia mengajar. Tahun 2008 Nita kembali menjadi Guru SD di sekolah tersebut. “Saya merasa bersyukur bisa
kembali ke SDN II Sagalaherang yang telah membesarkan saya, mudahmudahan di sekolah ini saya bisa optimal mendarmabaktikan diri,” tuturnya.
Sejak kecil memang Nita Rosyana sudah bercitacita menjadi guru. “Guru merupakan kumpulan orangorang yang memiliki tanggung jawab untuk melahirkan para pemimpin, sehingga ketika ada yang sukses dan meraih prestasi senangnya bukan main. Itu semua ada dalam pikiran
saya terutama sejak saya mulai mengikuti pendi dikan guru di SPG.”
Sebagai Instruktur Nasional Diklat Implementasi Kurikulum 2013, Nita secara resmi telah dianugrahi sertifikat dari LPMP yang memiliki kompetensi untuk mengajar materi terkait dengan kurikulum 2013. Tetapi selain itu, istri dari Asep Wahyudin kelahiran Subang 30 Juni 1970 ini juga memiliki sertifikat sebagai pengajar Bahasa Sunda yang handal. (Teguh Meinanda).***
Cetak Pemimpin Bangsa ...dak memfokuskan pada skor TOEFL/IELTS, beasiswa ini tidak membatasi pilihan peserta untuk memilih perguruan tinggi luar negeri tertentu.
Disediakan sekitar 50 perguruan tinggi luar negeri yang berkualitas tersebar di Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat China, Australia, Mesir, dan sebagainya.
Menurut Firmansyah, kun ci utama agar bisa lolos beasiswa ini pada pengalaman peserta dalam kontribusi kepada masyarakat. Apa
kah peserta selama ini telah melakukan sesuatu yang bermanfaat di lingkungan masyarakat.
“Misal kalau anda mam pu menunjukkan penataan PKL, membina para tuna wisma dan tidak hanya terlibat di provinsi atau kegiatan jurnalistik terkait bencana gunung merapi meletus, itu modal untuk mendapatkan beasiswa ini,” jelasnya.
Beasiswa Presiden RI ini baru pertama kali diadakan. Gelombang pertama
dibuka pada tahun 2013, program beasiswa ini telah menjaring 1.555 orang penerima beasiswa. Total yang melamar yakni 20.560 orang, 521 orang di antara mereka menerima beasiswa untuk penulisan thesis/ disertasi doktor. Untuk beasiswa berbentuk pembiayaan pendidikan jenjang magister dan pendidikan jenjang doktoral diterima oleh 1.034 orang dari total keseluruhan penerima beasiswa tersebut.
Untuk beasiswa presi
den gelombang II disediakan bagi TNI/Polri 50 beasiswa dan nonTNI 100 beasiswa. Pendanaan beasiswa pendidikan ini berasal dari Kementerian Keuangan RI. Sejak 2 tahun lalu, Kemenkeu membentuk lembaga pengelola dana pendidikan yaitu LPDP.
LPDP menyalurkan dana kelolaan yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak untuk dijadikan dana investasi bagi pengembangan pendidikan nasional. (Merdeka.com).***
... Juara Ketiga Lomba Jurnalistikterutama media yang terbit di Jakarta.
Para peserta lomba itu sangat tertarik untuk ikut serta, selain karena antusiasme oleh perkembangan kebudayaan daerah dan nasional yang terus dibangun oleh pemerintah setempat, tentu saja
dipengaruhi pula oleh hadiahhadiah yang disediakan. Pemkab Purwakarta dalam siaran persnya menyebutkan menyediakan total hadiah mencapai Rp 110 juta.
Tetapi yang paling menarik, tidak lain oleh adanya minat dari pemerintah daerah
dalam mengajak insan media untuk berpartisipasi dalam membangun Purwakarta melalui sebuah karya yang memungkinkan masyarakat dapat melihat sekaligus membaca kedalaman karyakarya jurnalistik dari para wartawan atau jurnalis. (wsn).***
Sekolah Madrasah Terlambat ...keberhasilan kurikulum terbaru itu belum sepenuhnya paham. “Saya sempat menanyakan ke beberapa guru, masih banyak yang belum paham, baik tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA),” katanya.
Namun, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kota Bogor Ade Sarmili membantah tudingan ketidaksiapan itu. Ia mengakui bila Kurikulum 2013 untuk tingkat madrasah terlambat satu tahun dibandingkan sekolah umum.
“Itu terjadi karena ada lima mata pelajaran yang harus digarap penuh oleh Kemenag, antara lain Fiqih dan Quran Hadits,” bebernya.
Hal yang sama diutarakan Kasi Madrasah Kantor Kementrian Agama Kabupaten Subang, Eddy Mulyadi, yang mengatakan sebagian besar sekolah madrasah di
daerahnya sudah siap menyambut datangnya Kurikulum 2013. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Pendidikan madrasahmadrasah di Subang boleh dikatakan telah sejajar dengan pendidikan di sekolahsekolah umum,” ujarnya dalam perbincangan dengan Siap Belajar beberapa waktu lalu.
Dengan begitu, madrasah pun siap untuk menerapkan Kurikulum 2013 mengingat aspek infrastruktur yang sudah rampung, seperti guru yang sudah melakukan pelatihan, dan mengikutsertakan guru dalam bimbingan teknis (bimtek).
“Selain itu ada juga beberapa madrasah yang melakukan bimtek secara mandiri untuk menyambut penerapan Kurikulum 2013,” katanya.
Tahun ini, kata Ade dan Eddy, hanya beberapa kelas
yang menggunakan Kurikulum 2013, seperti MI kelas I dan IV, MTs kelas VII, dan tingkat MA kelas X. Untuk menyiasati belum seluruh guru melakukan pelatihan, maka seluruh sekolah diberikan hak untuk menyelenggarakan in house training.
“Dan ada baiknya setiap guru yang sudah melakukan bimtek tidak berpindah mata pelajaran ataupun kelas mengajar,” ungkapnya.
Selain itu, bagi guru TIK penerima tunjangan profesi guru (TPG) yang dihapuskan jam mata pelajarannya di Kurikulum 2013, tidak perlu khawatir. Kemenag sudah membuat alternatif, seperti dengan menjadi Guru Pamong Teknologi dan Informasi (TI).
“Setelah menjadi guru pamong itu kemudian membimbing 150 murid, substansi dari pembelajarannya tetap
ada, hanya tidak dimasukkan ke dalam struktur Kurikulum 2013,” ungkapnya.
Berbeda dengan guru yang jam mata pelajarannya dikurangi, seperti guru Bahasa Inggris, awalnya enam jam, menjadi empat jam. Maka, guru tersebut dibolehkan mengajar di sekolah lain, namun harus dengan mata pelajaran yang sama.
“Berbeda tingkat pun tidak masalah, misal mengajar Bahasa Inggris di tingkat MI dan tingkat MTs, tetap akan dihitung jam mengajarnya dan masih berhak mendapatkan TPG,” katanya.
Untuk itu, kata Ade, bagi guru yang mata pelajarannya dihapus atau malah berkurang, jangan khawatir, karena pemerintah sudah menyiapkan berbagai alternatif agar TPGnya masih bisa diberikan.(jpnn.com/TM)
Pemerintah Akan Rekrut ...semua instansi pemerintah akan terintegrasi di satu portal yang dikelola pemerintah pusat.
“Pemerintah berupaya mempermudah dan tidak memusingkan pelamar dengan sistem pendaftaran online,” ucap Setiawan seperti dilansir dari situs resmi Sekretariat Kabinet di Jakarta.
Direktur Pengolahan Da ta Kementerian PANRB, Iwan Hermanto Soetjipto me nambahkan pelamar cukup memasukkan Nomor Induk Kependudukan yang tertera di KTP, kemudian nama dan email dan langsung memilih instansi yang dilamar.
Setelah memasukkan syarat yang diperlukan pelamar akan langsung menda
patkan username dan password untuk membuka portal pendaftaran online SSCN BKN atau portal masing masing instansi. “Tidak bisa mendaftar langsung ke portal instansi masingmasing jika belum mendaftar ke portal nasional tadi,” ucapnya.
Sesuai data Kementerian PANRB, banyak formasi kosong yang ditinggalkan karena tahun lalu pendaftaran tidak secara online dan terintegrasi. Kekosongan ini terjadi karena para pelamar ba nyak yang lulus lebih dari satu instansi karena tidak adanya integrasi.
Formasi GuruSementara itu, berdasar
kan data di kabupaten/ kota terutama di Jawa Barat, ke
butuhan PNS untuk mengisi formasi di masingmasing pemerintah daerah cukup besar, sehingga banyak bagian yang memerlukan dengan segera hadirnya para PNS dimaksud. Terutama kebutuhan untuk guruguru yang jumlahnya cukup besar.
Di Kabupaten Subang, misalnya, formasi untuk guru PNS ini mencapai ribuan untuk ditempatkan di seko lahsekolah di berbagai wilayah. Keadaan sekarang cukup jomplang akibat banyaknya sekolahsekolah yang kekurangan guru.
Di lain sisi, sekarang ini banyak sekolah di Subang terpaksa merekrut tenaga pengajar sukarelawan untuk mengisi kekosongan guru yang jumlahnya cukup banyak itu.
Terutama di wilayah pantura dan daerahdaerah pinggiran di Subang selatan.
Menurut Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Su bang, Murnaly, dalam perbincangan beberapa waktu lalu, sulit untuk mencapai indikator delapan sukses pen didikan jika faktor guru masih menghadapi kendala kekurangan.
“Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting demi terpenuhinya kualitas pendidikan terhadap anak didik. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengisi kebutuhan itu, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan mencapai standar yang dibutuhkan,” kata Murnaly. (TM).***
sambungan dari hal 1
sambungan dari hal 1
sambungan dari hal 1
sambungan dari hal 1
sambungan dari hal 10
serta didik yang mempunyai kemampuan yang tinggi bisa dinyatakan tidak lulus karena mendapatkan skor yang rendah. Kesalahankesalahan inilah yang harus dihindari saat penetapan skor KKM dilaksanakan.
Metode KonvensionalPenetapan skor KKM
dengan metode konvensional idealnya dapat menghasilkan skor KKM yang dapat menggambarkan kemampuan minimal peserta didik, sehingga peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal, sedangkan peserta didik yang mempunyai kemampuan rendah dan tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal harus mengikuti remedial agar skor KKM dapat diraih.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan be berapa guru sekolah di Subang antara MaretApril 2013, menunjukkan bahwa penetapan skor KKM masih belum dipahami dengan jelas dan belum menggunakan prosedur yang benar. Akibat dari kurangnya pemahaman ini
maka penetapan skor KKM di sekolah cenderung lebih tinggi dari pencapaian kompetensi siswa yang sebenarnya, yaitu berkisar antara skor 75–78. Perolehan skor KKM ini memaksa sebagian guru untuk “merekayasa ulang” hasil skor jawaban peserta didik agar kriteria skor ketuntasan dapat tercapai.
Merujuk pada hasil penelitian terhadap 487 jawaban siswa kelas VII pada mata pelajaran Bahasa Indonesia de ngan menggunakan skor KKM terendah dengan metode konvensial yakni 75, terdapat kurang dari 5% siswa dinyatakan tuntas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jadi hanya sekitar 24 dari 487 peserta didik yang mencapai ketuntasan minimal, sedangkan 463 peserta didik lainnya dinyatakan tidak tuntas dan harus mengikuti remedial.
Berdasarkan fakta tersebut timbul pertanyaan besar, sudah tepatkah skor KKM yang ditetapkan sekolah? Apa kah keuntungan yang kita peroleh jika skor KKM yang kita tetapkan lebih tinggi dari kemampuan peserta didik yang sebenarnya? Ada
kah metode lain yang mudah dilaksanakan untuk menetapkan skor KKM selain metode konvensional?
Penulis berasumsi metode konvensional dalam menetapkan skor batas bawah masih sulit untuk dilaksanakan oleh sebagian guru, oleh karena itu penulis mengajukan satu metode alternatif yang dapat digunakan secara mudah oleh guru, yaitu standard setting.
Standard setting adalah sebuah metode yang digunakan untuk menetapkan skor KKM. Metode ini menggunakan judgement panelis (guru) sebagai penentu skor KKM. Ada 30 lebih metode dalam standard setting, namun merujuk pada beberapa referensi, standard setting yang berbasis tes dianggap mudah dilaksanakan, karena guru yang akan menjadi panelis hanya menganalisa dan membuat judgement berdasarkan butir soal pada instrumen tes yang sudah tervalidasi dan reliabel.
Terdapat tiga langkah utama dalam pelaksanaan metode standard setting yang berbasis pada tes, yakni me
netapkan instrumen tes yang valid dan reliable, pelaksanaan kelas judgement panelis, dan penetapan skor KKM. Dari tiga langkah yang ada pada metode standard setting ini, penulis merekomendasikan metode Angoff dan Ebel sebagai metode alternatif yang digunakan untuk menetapakan skor KKM.
Penetapan skor KKM mengunakan metode Angoff dan Ebel menghasilkan skor yang lebih rendah dibandingkan yang diperoleh dengan metode konvensional. Konsekuensinya semakin rendah skor KKM yang diperoleh, akan semakin banyak peserta didik yang mencapai ketuntasan. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa persoalan pokok bukan pada rendah atau tingginya skor KKM yang ditetapkan, namun skor yang dihasilkan harus melalui proses pengukuran dengan metode yang berstandar dan dilaksanakan dengan prosedur yang benar sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.***
Penulis, Pendidik di RA Bina Insani Jalancagak
Penentuan Skor KKM...
Foto Bersama: Juara dongneng Sibila diapit Kadis Pendidikan dan guru-guru SDN II Sagalaherang
siap belajar Awal Agustus fix2.indd 11 8/10/2014 6:20:27 PM
Top Related