i
DISERTASI
RITUAL MONSEHE PADA ETNIK CULAMBACUDI KABUPATEN KONAWE UTARAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
M U S T A M A N
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
D E N P A S A R2015
ii
DISERTASI
RITUAL MONSEHE PADA ETNIK CULAMBACUDI KABUPATEN KONAWE UTARAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
M U S TA M A NNIM 1190371025
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
D E N P A S A R2015
iii
iv
RITUAL MONSEHE PADA ETNIK CULAMBACUDI KABUPATEN KONAWE UTARAPROVINSI SULAWESI TENGGARA
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktorpada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
M U S TA M A NNIM 1190371025
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
D E N P A S A R2015
v
Lembar Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUITANGGAL 26 Maret 2015
Promotor,
Prof. Dr. A.A. Ngurah Anom Kumbara, M.ANIP 195702141983031001
Kopromotor I, Kopromotor II,
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U Dr. Drs. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.SiNIP 194807201978031001 NIP 19590215 198510 2001
Mengetahui
Ketua Program Doktor Kajian Budaya DirekturProgram Pascasarjana Program PascasarjanaUniversitas Udayana, Universitas Udayana
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)NIP 194807201978031001 NIP 19590215198510 2 001
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Mustaman
NIM :1190371025
Jurusan : Kajian Budaya
Judul Disertasi : Ritual Monsehe pada Etnik Culambacu di Kabupaten Konawe Utara,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat.Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
Denpasar, Maret 2015
Yang membuat pernyataan
Materai6000
Mustaman
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan seluruh kesempurnaan hanya milik Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan kekuasaan-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
disertasi yang berjudul “Ritual Monsehe pada etnik Culambacu di Kecamatan Wiwirano
Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara” ini sesuai dengan jadwal dan harapan penulis.
Dengan penuh ketulusan penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan
sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. A.A Ngurah. Anom Kumbara, M.A., yang berkenan menjadi
promotor penulis, dan dengan penuh dedikasi serta tanggung jawab moral dan keilmuan beliau
membimbing penulis sehingga penulis termotivasi terus menerus untuk merampungkan disertasi
ini. Secara mendalam pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U. selaku ko-promotor I yang dengan penuh kebijaksanaan
memberikan dorongan dan koreksi selama bimbingan berlangsung. Ucapan terima kasih yang
tidak kalah nilainya juga penulis ucapkan kepada Dr. Drs. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.,
selaku ko-promotor II yang telah banyak meluangkan kesempatan dan petunjuk-petunjuk
penulisan yang sangat berarti selama bimbingan.
Penulis selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. I Ketut Swastika, Sp. PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Doktor di Universitas Udayana.
Ucapan yang sama ditujukan kepada Direktur Pascasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr.
A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Khsus kepada
Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U dan Dr. I Putu Sukardja, M. Si., selaku Ketua dan Sekretaris
Program Studi Doktor Kajian Budaya yang telah memberikan fasilitas pendidikan serta
viii
kemudahan akademik melalui gagasan pengembangan program studi yang sangat berarti bagi
penulis.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih mendalam kepada seluruh
dosen Program Studi Doktor Kajian Budaya, termasuk dosen undangan yang telah banyak
memberikan pemahaman tentang cultural studies, postmodernisme, post-strukturalisme. Dan
khusus kepada dosen tetap di Program Studi Kajian Budaya yang telah menanamkan secara baik
ideologi pembelaan terhadap kelompok minoritas.
Kepada teman-teman seperjuangan di Program Doktor Kajian Budaya, khususnya
angkatan 2011 yaitu, Salman Faris, Nyoman Wardi, Ida Ayu Mahyuni, I Ketut Wenten Aryawan,
Linggua Sanjaya Usop, I Gst. Ngrh. Seramesara, I Nyoman Arba Wirawan, Ni Gst. Nym. Suci
Murni, Mustain, I Nyoman Wiratmaja, I Wayan Kondra, Ketut Muka Pendet, Refly, I Nyoman
Sudipa, Michiko Okada, Ervantia Restulita, Abdul Alim, Grace Langi, I Wayan Kandia, Ketut
Kodi, La Batia, Maria Rahayu, I Wayan Mudana, A.A Raka, I Made Suantina, Linda Suryana, I
Gede Suardana, I Made Suastana, I Ketut Supir, Syahrun, I Nyoman Wardi, Abdul Alim, dan I
Wayan Munggah, atas persahabatan yang selalu berapi-api dan penuh kehangatan selama
perkuliahan yang manis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf/pegawai Program Doktor Kajian
Budaya, yaitu Putu Sukaryawan, ST., Dra. Ni luh Witari, Ni Wayan Ariyati, S.E., Cok Istri
Murniati, S.E., A.A Ayu Indrawati, I Nyoman Chandra, Putu Hendrawan, dan Ketut Budi Astra
yang telah banyak memberikan bantuan fasilitas dan informasi sehubungan dengan administrasi
Program Doktor Kajian Budaya.
Terima kasih kepada narasumber, terutama seluruh penutur dan Informan ritual Monsehe.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Istri tercinta Suloha, S.Sos dan anakda
ix
tersayang Zahra Aviva Azalia, beserta keluarga atas seluruh keringat yang keluar dan kesabaran
mendorong penulis selama menempuh pendidikan Doktor di Universita Udayana. Tiada kata
yang dapat mewakili semua perasaan penulis selain mengucapkan rasa syukur atas karunia
Tuhan, yang meberikan kesehatan dan kesabaran dalam menempuh pendidikan ini.
Akhirnya semoga Tuhan yang Maha Kuasa, selalu menempatkan kita semua sebagai
manusia yang senantiasa dapat memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk sesama manusia
tanpa memandang ras, agama, dan rupa.
Denpasar, Oktober 2014
Penulis
x
ABSTRAK
Pada era globalisasi perubahan dan eksistensi kebudayaan lokal merupakan fenomena yangsangat menarik untuk diteliti. Fenomena di atas menjadi menarik karena di satu sisi manusiapencipta budaya, tetapi di sisi lain manusia merupakan produk budaya. Keterkaitan yang eratdari kedua hal di atas memberikan bukti bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa budaya,betapapun primitifnya, sebagaimana pada kehidupan etnik Culambacu. Kehidupan berbudayamerupakan ciri manusia yang akan terus hidup sepanjang zaman dan tidak dapat dimusnahkan.Atas dasar anggapan tersebut, maka ritual monsehe menjadi penting dikaji dengan fokus masalah(1) bagaimana bentuk ritual monsehe, (2) ideologi apa yang ada di balik ritual monsehe, dan (3)apa makna yang terkandung dalam ritual monsehe. Penelitian ini menggunakan metodekualitatif. Sebagai landasan analisis, digunakan teori struktural fungsional, teori semiotik, danteori hegemoni. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancaramendalam, studi pustaka, dan dokumentasi.
Berdasarkan telaah dan metode analisis di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentukritual monsehe sebagai berikut. pertama ritual monsehe tolak bala (monsehe ini’a), ritualmonsehe dalam penyelesaian konflik, ritual monsehe dalam perselingkuhan (umo’api), ritualmonsehe pada upacara kematian, ritual monsehe dalam pengobatan. Dalam pelaksanaan ritualtersebut, masing-masing memiliki spesifikasi tersendiri dalam aspek waktu, tempat, aktor,bahasa, dan sarana yang digunakan. Isi pesan yang terkandung dalam perangkat simbolis padaritual monsehe mengandung makna yang saling terkait. Kedua, ritual monsehe selain berfungsiuntuk pengobatan dan pencegahan bencana juga mengandung beberapa ideologi di dalamnya,yang terbagi dalam dua bagian, yakni ideologi kosmologi dan ideologi religius. Ideologikosmologi terkait dengan konsepsi etnik Culambacu tentang penciptaan alam semesta danmanusia, sedangkan ideologi religius terkait dengan hubungan antara manusia dan Tuhan.Ketiga, totalitas ritual monsehe yang dipraktikkan etnik Culambacu terakumulasi dalam bentuksimbol-simbol yang sarat makna, yakni makna religius, makna keharmonisan, maknapendidikan, makna identitas, makna pengendalian sosial, dan makna solidaritas.
Walaupun sarat makna dalam era globalisasi, eksistensi ritual monsehe belakngan inimengalami kendala dan tekanan eksternal dengan kelompok Islam ekstrem atas nama ideologiIslam mainstream yang mendasarkan pada kebenaran tunggal dan menolak tradisi lokal ritualmonsehe karena dianggap mengandung ajaran animisme yang bersifat syirik, musryik, dan sesat.Selain itu, pengetahuan dan teknologi, informasi dan modernitas yang melanda etnik Culambacujuga menjadi kendala. Kondisi yang demikian mengidentifikasi bahwa proses hegemoni dandominasi ideologi Islam mainstream dan modernisasi terhadap tradisi lokal ritual monsehe etnikCulambacu di Sulawesi Tenggara menjadi semakin intensif.
Kata kunci: monsehe, etnik Culambacu, ideologi Islam, animisme
xi
ABSTRACT
In the era of globalization the changes and the existence of the local culture is a veryinteresting phenomenon to be studied. This phenomenon is interesting because on the one handthe culture of human creator, but the other man is a product of culture. Close relationship of thetwo things above provide evidence that humans can not live without culture, no matter howprimitive, as in the lives of ethnic Culambacu. Cultural life is a human trait that will continue tolive through the ages and can not be destroyed. On the basis of these assumptions then, becomesan important ritual monsehe studied with a focus on the problem (1) how monsehe ritual form,(2) the ideology of what is behind the ritual monsehe, and (3) what is the meaning contained inthe ritual monsehe. This study used qualitative methods. As the cornerstone of the analysis, usedfunctional structural theory, semiotic theory, and the theory of hegemony. The data in this studywere collected through observation, in-depth interviews, literature and documentation.
Based on the review and analysis methods can be concluded that the ritual formsmonsehe consists of, first ritual monsehe starting reinforcements (monsehe ini'a), ritual monsehein conflict resolution, rituals monsehe in infidelity (umo'api), ritual ceremonies monsehe death,ritual monsehe in treatment. In the ritual execution, each of which has its own specifications inthe aspect of time, place, actors, language and means used. The contents of the messagescontained in the symbolic ritual implies monsehe interrelated. Second, ritual monsehe, inaddition to functioning for the treatment and prevention of disasters, it also contains someideology in it, which is divided into two parts, namely, ideology cosmology and religiousideology. Cosmology ideology associated with Culambacu ethnic conception of the creation ofthe universe and of man, while the religious ideology associated with the relationship betweenman and God. Third, the totality of ethnic rituals practiced monsehe Culambacu accumulates inthe form of symbols and meaning, namely religious meaning, the meaning of harmony, themeaning of education, the meaning of identity, the meaning of social control, and the meaning ofsolidarity.
Although full of meaning in the context of globalization, the existence of this ritualmonsehe experiencing problems and external pressures with extremist Islamic groups in thename of Islam mainstream ideology basing on a single truth and reject local traditions of ritualsmonsehe, because they contain the teachings of animism that is shirk, musryik, and misguided.In addition, knowledge and technology, information and modernity that swept ethnic Culambacualso become an important constraint. Such conditions identified that the ideological hegemonyand dominance of mainstream Islam and modernization of the local tradition of ritual monseheethnic Culambacu in Southeast Sulawesi intensified.
Keywords: monsehe, ethnic Culambacu, the ideology of Islam, animism
xii
RINGKASAN DISERTASI
Penelitian ini membahas mengenai bentuk, ideologi dan makna yang terkandung dalam
ritual monsehe pada etnik Culambacu di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Ritual monsehe merupakan tradisi lisan etnik Culambacu sekaligus sebagai identitas etnisnya,
baik secara individu maupun kolektif. Dalam ritual monsehe terdapat banyak makna maupun
nilai-nilai yang dapat bermanfaat bagi etnik Culambacu sebagai rujukan dalam pergaulan di
masyarakat. Akan tetapi, kemajuan ilmu pengatahuan, teknologi, ajaran agama dan peralihan
mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat mengakibatkan ritual monsehe
mengalami penurunan pada etnik Culambacu. Ritual monsehe adalah penyucian diri
(purification) atau suatu kegiatan upacara semi religius yang dilakukan seseorang atau kelompok
orang, yang di dalamnya terdapat praktik pemaknaan atas simbol-simbol. Tujuan ritual monsehe
adalah untuk penyembuhan penyakit, menciptakan keharmonisan dan mencegah bencana
(monsalaki).
Ritual monsehe telah lama ada dalam tradisi etnik Culambacu, yang diwariskan oleh
leluhurnya secara lisan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, tradisi ritual monsehe dapat
dikategorikan sebagai salah satu warisan budaya bangsa yang tak berbenda. Ritual monsehe
adalah salah satu bentuk manifestasi hubungan antara manusia dengan kekuatan gaib. Oleh sebab
itu, ritual monsehe berfungsi sebagai media untuk menghubungkan antara manusia dengan
kekuatan gaib, baik itu Tuhan sebagai penguasa alam semesta (o’apu semano inia), roh leluhur
(malaika lau), maupun makhluk metafisik lainnya seperti, Jin dan Setan (sema inia). Tradisi di
atas didasari oleh keyakinan etnik Culambacu pada masa lampau yang percaya bahwa dalam
hidup ini harus selalu terjalin keharmonisan antara manusia dengan kekuatan lain di luar diri
manusia, sehingga dalam perjalanannya terjadi keseimbangan dalam kehidupannya.
Penelitian ini difokuskan pada tiga pokok permasalahan. Pertama, bagaimana bentuk ritual
monsehe pada etnik Culambacu di Kabupaten Konawe Utara? Kedua, ideologi apa yang
terkandung dalam ritual monsehe?, Ketiga, apa makna yang terkandung dalam ritual monsehe
pada etnik Culambacu di Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, dengan teori (1) teori struktural fungsional, (2) teori semiotik dan, (3) teori hegemoni.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara mendalam,
studi pustaka dan dokumentasi.
xiii
Masalah pertama yang dikaji dalam penelitian disertasi ini adalah bentuk ritual monsehe.
Bentuk ini merupakan hasil kebudayaan etnik Culambacu yang menjadi cita-cita luhur dan
dengan cita-cita tersebut, mendorong mereka untuk melakukan ritual. Bentuk ritual monsehe
pada etnik Culambacu di Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara diwujudkan melalui
beberpa bentuk, yaitu (1) ritual monsehe tolak bala (monsehe ini’a), (2) ritual monsehe dalam
penyelesaian konflik (monsehe pompokomoikoaha), (3) ritual monsehe dalam perselingkuhan
(umo’api), (4) ritual monsehe pada upacara kematian (monsehe imatea), (5) ritual monsehe
dalam pengobatan (monsehe lo’e mokolili/monsalaki). Dalam pelaksanaan ritual tersebut,
masing-masing memiliki spesifikasi tersendiri dalam aspek waktu, tempat, aktor, bahasa dan
sarana yang digunakan. Isi pesan yang terkandung dalam perangkat simbolis pada ritual monsehe
mengandung makna yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.
Kedua, selain dari bentuk ritual monsehe, dalam aspek yang lebih luas, ritual monsehe
mengandung ideologi yang menjadi panutan etnik Culambacu. Ideologi tersebut terbagi dalam
dua bagian, yakni ideologi kosmologi dan ideologi religius. Ideologi kosmologi terdiri atas (1)
ideologi pelestarian alam, (2) ideologi pelestarian budaya, (3) ideologi etnisitas dan (4) ideologi
mehau. Sedangkan ideologi religious, yakni (1) ideologi ketuhanan, (2) ritus (peweuha), (3)
ideologi kodrat manusia (totoahano). Ideologi kosmologi ritual monsehe terkait dengan konsepsi
etnik Culambacu mengenai proses penciptaan makrokosmos (alam semesta) dan mikrokosmos
(manusia), sedangkan ideologi religius terkait dengan konsepsi etnik Culambacu mengenai
hubungan antara manusia (o’ata) dengan Tuhan (pe’apua). Ketiga, totalitas ritual monsehe yang
dipraktikkan etnik Culambacu terakumulasi dalam bentuk simbol-simbol yang sarat makna,
yakni makna religius, makna keharmonisan, makna pendidikan, makna identitas, makna
pengendalian sosial, dan makna solidaritas.
Walaupun sarat makna dalam konteks globalisasi, eksistensi ritual monsehe belakngan ini
mengalami kendala dan tekanan eksternal dengan kelompok Islam atas nama ideologi Islam
mainstream yang mendasarkan pada kebenaran tunggal dan menolak tradisi lokal ritual monsehe,
karena dianggap mengandung ajaran animisme yang bersifat syirik, musryik dan sesat. Selain
itu, pengetahuan dan teknologi, informasi dan modernitas yang melanda etnik Culambacu juga
menjadi kendala bagi pewarisan tradisi monsehe. Kondisi yang demikian mengidentifikasi
bahwa proses hegemoni dan dominasi ideologi Islam mainstream dan modernisasi terhadap
xiv
tradisi lokal ritual monsehe etnik Culambacu di Sulawesi Tenggara menjadi semakin intensif.
Akibatnya, ritual monsehe mengalami perubahan dan ancaman kepunahan.
Bentuk ancaman kepunahan yang dimaksud adalah berkurangnya rutinitas pelaksanaan
ritual monsehe akibat modernisasi. Berkurannya waktu dan orang yang terlibat pada ritual
monsehe karena adanya hegemoni ideologi agama Islam yang menganggap monsehe sebagai
praktik bid’ah dan musryik. Fenomena di atas merupakan bukti bahwa kemajuan zaman memberi
dampak negatif bagi tradisi lokal masa kini. Selain dari faktor perubahan zaman, lahirnya
generasi baru yang telah terpengaruh oleh pendidikan modern juga ikut memberi pengaruh
negative pada pelaksanaan ritual monsehe.
Perubahan-perubahan yang mengarah pada pelemahan bentuk dan ideologi yang
terkandung pada ritual monsehe, tidak lepas dari cara pandang etnik Culambacu yang mulai
praktis dan cenderung materialistik. Hasil penelitian ini mengungkap bentuk-bentuk ritual
monsehe, ideologi serta makna yang terkandung di dalamnya. Selain dari ketiga aspek masalah
yang dikaji dalam penelitian ini, juga terdapat beberapa kendala yang saat ini sedang dialami
tradisi monsehe pada etnik Culambacu.
Kendala ritual monsehe pada penelitian ini adalah munculnya kelompok Islam modern
yang menghegemoni pelaksanaan ritual monsehe. Kelompok tersebut berpandangan bahwa ritual
monsehe tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam karena nilai yang terkandung dalam ritual monsehe
adalah tradisi animisme yang dianut para leluhur zaman dahulu. Kendala lain adalah pengaruh
pendidikan modern yang telah mempengaruhi sebahagian generasi etnik Culambacu. Kendala
yang ketiga adalah kendala yang diakibatkan media komunikasi dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mengedepankan nilai
ekonomi, logika rasional cenderung menggeser keberadaan tradisi lisan di masyarakat. Akibat
pergeseran yang terjadi tersebut, Tradisi ritual monsehe mengalami apa yang disebut dengan
kesenjangan budaya, padahal tradisi ritual monsehe ini berpotensi dan relevan bagi penguatan
relegi, identitas, kebersamaan, solidaritas dan pengembangan sumber daya manusia yang unggul
dalam hal tradisi lisan pada etnik Culambacu.
Dalam era globalisasi, tradisi ritual monsehe tidak bisa dipungkiri pasti akan menggalami
berbagai pembaharuan, penyesuaian atau bahkan mungkin, akan hilang dikalangan masyarakat
pendukungnya. Dalam menghadapi pembaharuan, perubahan, penyesuaian atau kepunahan
diperlukan sikap dan langkah-langkah antisipasi. Kalaupun terjadi pembaharuan, penyesuaian
xv
ataupun perubahan, diharapkan tidak sampai menyangkut roh budaya (inner cultural), sehingga
kekuatan nilai, makna yang terkandung dalam tradisi ritual monsehe tetap nampak dan tidak
kabur.
Untuk menghindari kepunahan ritual monsehe pada etnik Culambacu akibat hegemoni
ideologi tertentu maka, posisi penulis adalah memberikan pembelaan terhadap ritual monsehe
sekaligus menyarankan kepada pemerintah agar memberi ruang publik yang selebar-lebarnya
pada ritual monsehe untuk tumbuh dan dipraktikkan dalam masyrakat pendukungnya. Pembelaan
ini merupakan sebuah keharusan, mengingat ritual monsehe selain memiliki kearifan budaya,
ideologi dan makna, ritual monsehe juga mengandung nilai moral yang bisa mewujudkan
solidaritas etnik Culambacu sekaligus penanda identitas etnisnya.
xvi
GLOSARIUM
adaci : adat atau sarana yang digunakan dalam menyelesaikan setiappersoalan yang berhubungan dengan adat istiada etnikCulambacu
ala : lumbung padiapu : Tuhanata : budakbadi : parangbaranculura : mengucapkan kata-kata yang tidak sepantasnya atau perkataan
yang sia-sia yang sesungguhnya tidak perlu diucapkanculambacu : bambu, bamboo tersebut merupakan asal kata dari nama etnik
Culambacu. Bambu ini hingga saat ini masih dipelihara etnikCulambacu secara turun-temurun. Selain sebagai asal kata nama etnikCulambacu, bambu di atas merupakan simbol sejarah dan asal usulmanusia yang menghuni bumi menurut kepercayaan etnik Culambacu
cumade : berdiriduku : nyiru atau tapis berasdumahu : berburu dengan menggunakan seekor anjinghala lo’e : ucapan yang melanggar adat, atau bebagai aktivitas etnik
Culambacu yang tidak sesuai dengan tradisi merekahala weweu : bertindak sembronoi’nia : alam raya, alam raya ini dipercaya etnik Culambacu dihuni
oleh bebagai makhluk hidup. Inia dimaksud diciptakan oleh o’apu atauTuhan
kambi : kambingkanda alu : bantalkapara : dulangkarambau pute : kerbau putih, kerbau putih ini merupakan persyaratan
monsehe bagi yang melakukan perselingkuhan (umo’api) pada masalalu.
karambau : kerbaukatoa : tempayankiniwia : waktu sorekoburu : kuburanlahamoa : langitlelea : tempat mengeringkan padi ladanglo’e mokolili : pelanggaran adat pada etnik Culambacu setiap usai panenlo’ia : jahe, jenis tumbuhan ini selalu digunakan etnik Culambacu
sebagai bahan materi bersumpah atau monsehe.lulo : tarian etnik Culambacu dengan cara melingkar dan setelah itu
memutar sesuai dengan alunan musikmacula-cula bala : ritual menolak bencanamalo : malam
xvii
mataoleo : mataharime’ua : berkonflikme’ue : merotanmearano : mencari ikan dengan cara menangkap dengan tanganmecimpa : mengikat padi yang telah dipanenmecunda : bersumpahmehau : sujud ke tanah sambil mengambil tanah dengan mulutmekiasi : menuturkan mantramekilala : diagnosis penyakitmepali : mengelilingimepodoi : pengolahan hutanmerombia : menoko sagumesomba : permohonan maaf kepada roh leluhur atau kepada penguasa
alam gaib (Tuhan)metindi : folk song atau lagu pelipur laramewala : membuat pagarmewilai : mencari umbi hutanmiancii : manusia yang turun ke bumimiangkona : kaum pandai (kalangan intelektual)mohalari : melanggar adatmoito : hitammokole : istilah yang digunakan etnik Culambacu untuk menyebut
pemimpinnya (raja)molanggo : acara penanaman padi. Kegiatan ini dilakukan secara rutin
setiap tahun dalam masa penanaman padimombeu : menumbukmomea : merahmompemiamata : komunikasi dengan roh leluhurmoncuwele : meracun ikan dengan menggunakan tubamonsampe : ritual permohonan izinmonsera : kurbanmonsube : menyabitmopute : putihmota : panen padimotasu : menugalmotasu : menugalmouda : pagimowitaki : ritual pengobatan, prosesnya, yaitu dengan cara mengambil
tanah yang telah dibulat-bulatkan oleh pansehe menyerupai telur ayam,lalu dioleskan ke tubuh pasien yang sedang sakit
ncii : cahaya atau nurnika : kawinnohu : lesungo’api : apio’baho : airo’halo : arang
xviii
o’jii : jino’kasi : kain kafan, fungsi kain kafan ini selain digunakan sebagai
bahan ritual monsehe, juga digunakan sebagai bahan untuk membungkusmayat.
o’keu : kayuo’kusi : gucio’manu : ayamo’ngapi : kapur siriho’picungko : tujuh rumpun manusia pertama yang turun di Bukit Cinudu.
ketujuh orang tersebut dipercaya etnik Culambacu sebagai asal-usulmanusia di dunia
o’pue : anginnusiao’sapi : sapio’seta : setano’tonde : gelaso’ue : rotano’wua : pinangobio/otoli : telurpansehe : pemimpin ritual atau penutur dalam upacara religipiso : pisaupunci lampu : pisang hutansabahano mataoleo : tempat terbitnya mataharisanggoleompae : dewi padisema inia : roh leluhurtepuliano mataoleo : tempat terbenamnya matahariumo’api : perselingkuhanuntolipu : nama raja Culambacuwatampunci : batang pisangwensangia : nama putri raja Culambacuwita : tanahwolulu : daun sirih
xix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
PRASYARAT GELAR................................................................................
LEMBARAN PENGESAHAN.....................................................................
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................
UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................
ABSTRAK................................................................................................
ABSTRACT..............................................................................................
RINGKASAN.............................................................................................
GLOSARIUM..............................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................
1.3.1 Tujuan Umum............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................
1.4.1 Manfaat Teoretis.........................................................
1.4.2 Manfaat Praktis.........................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
MODEL PENELITIAN...............................................................
2.1 Kajian Pustaka......................................................................
2.2 Konsep..................................................................................
2.2.1 Konsep Ritual............................................................
2.2.2 Konsep Etnik............................................................
i
ii
iii
v
vi
x
xi
xi
xv
xix
xxii
xxiii
1
1
9
10
10
10
10
11
11
12
12
17
17
23
27
xx
2.2.3 Konsep Ideologi..........................................................
2.3 Landasan Teori.....................................................................
2.3.1 Teori Struktural Fungsional.........................................
2.3.2 Teori Semiotik................................................................
2.3.3 Teori Hegemoni...............................................................
2.4 Model Penelitian..........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN............................................................
3.1 Rencana Penelitian ................................................................
3.2 Lokasi Penelitian...................................................................
3.3 Jenis dan Sumber Data...........................................................
3.3 Teknik Penentuan Informan.......................................................
3.4 Instrumen Penelitian..............................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................
3.5.1 Observasi...................................................................
3.5.2 Wawancara …………………………….........................
3.5.3 Studi Dokumen..........................................................
3.6 Teknik Analisis Data..................................................................
3.7 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data.....................................
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...............................
4.1 Kondisi Geografis.................................................................
4.2 Kondisi Demografis...............................................................
4.2.1 Jumlah Penduduk.......................................................
4.2.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan……
4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian...............
4.3 Asal Usul Etnik Culambacu………………………………..........
4.4 Bahasa (Culura)…………………………………………............
4.5 Organisasi Sosial Kemasyarakatan……….................................
4.6 Tradisi Bercocok Tanam.........................................................
4.7 Sistem Kekerabatan................................................................
4.8 Aspek Budaya dan Stratifikasi Sosial.......................................
4.9 Kesenian………………………………………………………….
25
31
31
35
40
43
46
47
48
48
49
49
50
51
52
53
53
54
55
55
59
59
63
64
70
77
79
80
100
111
112
xxi
4.10 Sistem Kepercayaan……………………………….…................
BAB V BENTUK RITUAL MONSEHE PADA ETNIK CULAMBACU...............
5.1 Ritual Monsehe Tolak Bala (Mecula Balaa)...................................
5.2 Ritual Monsehe Penyelesaian Konflik (Lo’e Mokolili).................
5.3 Ritual Monsehe dalam Perselingkuhan (Umo’api)………………
5.4 Ritual Monsehe dalam Kematian (Imate’a)………………………
5.5 Ritual Monsehe Pengobatan (Mohalari)………………………….
5.5.1 Diagnosis Penyakit (Mekilala).............................................
5.5.2 Pengobatan (Monsehe)…..............................................
5.6 Tempat dan Waktu Ritual..............................................................
5.6.1 Tempat Pelaksanaan......................................................
5.6.2 Waktu Pelaksanaan……………………………………..….
5.7 Pelibat dalam Ritual......................................................................
5.7.1 Pemimpin Ritual (Pansehe)............................................
5.7.2 Peserta Ritual (Kinuma)..................................................
5.8 Bahasa (Culura)…………………………………………………..
5.9 Sarana Ritual………………………………………………………
5.9.1 Sarana Materil…………………………………………….
5.9.2 Hewan Persembahan (Ponsera)…………………………....
BAB VI IDEOLOGI DI BALIK RITUAL MONSEHE……………………………
6.1 Ideologi Kosmologi..................................................................
6.1.1 Ideologi Pelestarian Alam……………………......………..
6.1.2 Ideologi Pelestarian Budaya………………...……………..
6.1.4 Ideologi Mehau…………………………………………….
6.2 Ideologi Religius…………………………………………….........
6.2.1 Ideologi Ketuhanan…………………………………….…..
6.2.2 Ideologi Etnisitas………………………………………....
6.2.3 Ritus (Peweuha)…..…………………………………..……
116
128
131
138
140
142
144
145
155
166
167
169
170
170
171
173
174
175
186
190
193
202
207
216
225
225
232
240
xxii
6.2.3 Ideologi Kodrat Manusia (Totoahano)…………………….
6.3 Kendala Pelestarian Ritual Monsehe dan Strategi Pewarisan…..
BAB VII MAKNA RITUAL MONSEHE PADA ETNIK CULAMBACU............
7.1 Makna Religius........................................................................
7.2 Makna Keharmonisan...............................................................
7.3 Makna Pendidikan…................................................................
7.4 Makna Identitas............................................................................
7.5 Makna Pengendalian Sosial…………………………….................
7.6 Makna Solidaritas…………………………………..…...………….
BAB VIII PENUTUP.........................................................................................
8.1 Simpulan……………………………………………………...........
8.2 Temuan….………………………………………………………….
8.3 Saran………………………………………………………………..
DFTAR PUSTAKA.........................................................................................
LAMPIRAN………………………………………………………………………...
Lampiran 1 Daftar Pedoman Wawancara….……………………………………….
Lampiran 2 Daftar Narasumber…………….………………………………………
Lampiran 3 Peta Lokasi Penelitian………….……………………………………..
250
252
273
275
280
289
292
297
303
310
310
311
313
315
315
326
328
332
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Persentase Luas Wilayah Wiwirano Tahun 2012 .............................
Gambar 4.2 Culambacu…………………………………………………………..
Gambar 4.3 Persebaran Penduduk Kecmatan Wiwirano………………………..
Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Wiwirano………………
Gambar 4.5 Luas Wiyah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk…………
Gambar 4.6 Produksi Tanaman Buah-buahan……………………………………
Gambar 4.7 Upacara Memohon Izin (Monsampe)……………………………………
Gambar 4.8 Panen Padi Ladang…………………………………………………..
Gambar 4.9 Penumpukan Padi……………………………………………………
Gambar 4.10 Tempat Pengeringan Padi (Lelea)………………………………..........
Gambar 4.11 Lumbung Padi (O’ala)…………………………………………………...
Gambar 4.12 Padi Dalam Lumbung (O’pae Ilaro Alaa)…………………………….
Gambar 4.13 Lesung (O’nohu)…………………………………………………………
Gambar 4.14 Tari Lulo dan Gong………………………………………………..
Gambar 5.1 Diangnosa Penyakit 1 (Mekilalaoko Lima)……………………………..
Gambar 5.2 Diagnosa 2 (Mekilalako Kura’ani)…………………………………….
Gambar 5.3 Materi yang di Gunakan Ritual Monsehe………………………………
Gambar 5.4 Bahan-Bahan yang digunakan………………………………………
Gambar 5.5 Mosehe di Luar Rumah……………………………………………...
Gambar 5.6 Monsehe Ini’a………………………………………………………………
Gambar 5.7 Monsehe Penutup……………………………………………………
Gambar 5.7 Tempayan……………………………………………………………
56
72
60
60
62
69
62
85
89
90
91
92
93
113
133
136
147
150
156
158
161
162
xxiv
Gambar 5.8 Monsehe di dalam dan di luar rumah……………………………….
Gambar 5.9 Bahan-bahan ritual monsehe………………………………………..
Gambar 5.10 Buah pinang yang telah dikemas…………………………………..
Gambar 5.11 Tempayan yang berisi air………………………………………….
Gambar 6.1 Tujuh Rumpun Bambu (Opicungkoo)…………………………………...
Gambar 6.2 Mehau………………………………………………………………………..
Gambar 6.3 Berdoa (mesomba)………………………………………………………
Gambar 6.4 Komunikasi dengan Roh Para Leluhur……………………………..
Gambar 6.5 Prosesi Doa di Atas kuburan Leluhur………………………………
Gambar 7.1 Komunikasi Simbolik……………………………………………….
Gambar 7.2 Upacara Keharmonisan……………………………………………...
Gambar 7.3 Upacara Sebagai Identitas Etnik…………………………………….
Gambar 7.4 Ritual Pengendalian Diri…………………………………………….
Gambar 7.5 Makan bersama………………………………………………………
166
176
178
182
195
220
229
244
249
284
287
294
302
305
xxv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan Wiwirano 2012 ..................................
Tabel 4.2 Persebaran Penduduk Kec. Wiwirano 2012 ……………………
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kec. Wiwirano 2008-2012 ............
Tabel 4.4 Luas Wilayah, Jumlah, Kepadatan Penduduk per desa 2012..........
Tabel 4.5 Produksi Tanaman Buah-buahan Kec. Wiwirano Tahun 2012 …...
56
60
60
62
69
Top Related