Download - Risiko Kadar Timbal

Transcript

ANALISIS RISIKO KADAR TIMBAL (Pb) DALAM AIR SUMUR TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KETEGUHAN KECAMATAN

TELUK BETUNG BARAT

KOTA BANDAR LAMPUNGOleh

Andri BudiantoAir merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, yang fungsinya tidak akan digantikan oleh senyawa lainnya. Akibat kepadatan penduduk, banyak masyarakat yang membuang sampah, kotoran maupun limbah ke sungai, hal ini dapat menyababkan semakin memburuknya kualitas air. Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu terjadinya pencemaran lingkungan khususnya logam Timbal (Pb) yang terdapat di dalam air. Masyarakat Kelurahan Keteguhan mengkonsumsi air minum yang berasal dari air sumur yang digunakan sebagai kebutuhan baku air minum.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya cemaran logam timbal di dalam air yang dikonsumsi masyarakat, dan mengetahui besarnya risiko kesehatan masyarakat akibat cemaran logam timbal di dalam air yang dikonsumsi oleh masyarakat Kelurahan Keteguhan Kecamatan teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

Penelitian ini bersifat diskriftif analitik. Sampel yang digunakan adalah air sumur yang dikonsumsi masyarakat yang berjumlah 20 sampel. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomatic Absorption Spektrofotometer), dan untuk mengetahui besaran risiko sampel yang diambil berjumlah 271 responden dengan menggunakan cara kuisoner.

Hasil didapat kadar logam timbal dalam air rata-rata 0,2753 mg/L, kadar tertinggi logam timbal dalam air 0,4691 mg/L, kadar terendah logam timbal dalam air 0,1975 mg/L yang tidak memenuhi persyaratan Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L. Hasil analisis risiko didapat 87,8%  masyarakat di Kelurahan Keteguhan berisiko mengalami gangguan kesehatan akibat logam timbal dan sisanya 12,2% belum berisiko.

Kata kunci : Analisis Risiko, Timbal (Pb), Air sumur.

BAB IPENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya, yang fungsinya tidak akan digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam jaringan

hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi. Air merupakan

komponen utama, baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia

terdiri dari 60 – 70 % air (Rukaesih, 2004). Air dipergunakan oleh manusia untuk berbagai

kebutuhan, kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah  untuk air bersih dan air

baku untuk diolah sebagai air minum. Air tanah merupakan sumber air yang digunakan 

untuk kebutuhan air bersih dan air baku yang diolah sebagai air minum.

Kualitas air dapat dipengaruhi karena kepadatan penduduk, limbah industri, tata ruang yang

salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air. Selain itu, banyak orang yang membuang

sampah, kotoran maupun limbah ke sungai. Bahkan, ada cara lain membuang limbah

berbahaya dengan menanam di kedalaman beberapa meter. Hal inilah yang menyebabkan

semakin memburuknya kualitas air. Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Athena

(1996) menunjukkan 41.5 % sampel air di Jakarta mengandung Merkuri (Hg) berlebih, 25.4

% sampel air

di Bogor mengandung Kadmium (Cd) berlebih, dan 41.1 % sampel air di Bogor mengandung

Timbal (Pb) berlebih. Kandungan logam berat pada air minum di Bogor dan Jakarta lebih

tinggi dibandingkan Bekasi dan Tangerang. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi

pencemaran air adalah cemaran logam berat didalamnya. Disebut logam berat berbahaya

karena umumnya memiliki rapat massa tinggi (5 gr/cm3) dan sejumlah konsentrasi kecil dapat

bersifat racun dan berbahaya. Di antara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan

pertama dalam hal sifat racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,

Pb, As, Cr, Sn, dan Zn (andiinfo bogor2008).

Pencemaran merupakan masalah yang sudah sangat populer bagi masyarakat dan perlu

mendapatkan penanganan oleh semua kalangan masyarakat untuk mengatasinya. Pencemaran

terjadi bila ketidakseimbangan struktur dan daur materi dalam lingkungan mengalami

perubahan. Ketidakseimbangan struktur dan daur materi terjadi karena proses alam atau juga

karena kebutuhan manusia. Banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi

kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi, sehingga menimbulkan pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar

tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur

maupun fungsinya, sehingga menggangu kesejahteraan manusia (Wasilah,1986).

Salah satu dari pencemaran lingkungan yaitu pencemaran air. Menurut Surat Keputusan

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No : KEP-02/MENKLH/I/1988,

pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau

komponen lain di dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air menurun sampai

ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Sampah merupakan salah satu penyebab dari terjadinya pencemaran air. Sampah yang

mengandung bahan kimia mempunyai pola perjalanan tertentu untuk dapat mempengaruhi

kesehatan manusia. Secara garis besar sampah yang mengandung bahan kimia tersebut akan

mempengaruhi kesehatan manusia, dengan jalan masuk melalui Air minum, Kontak melalui

media Makanan, Udara, dan Kontak langsung (proyek pengembangan pendidikan tenaga

sanitasi pusat, 1987).

Di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung merupakan

daerah yang berdekatan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)  tempat

pembuangan sampah akhir (TPA) Bakung Kota Bandar Lampung. Bardasarkan hasil survey,

instalasi pengolahan air limbah tersebut hanya sebagai penampung resapan air yang berasal

dari sampah-sampah TPA Bakung. Ketika volume limbah melebihi kapasitas bak air limbah,

air limbah akan keluar melalui pipa dan akan mengalir ke irigasi. Kelurahan tersebut dilalui

oleh aliran air limbah yang akan bermuara ke laut, air limbah yang mengalir berwarna hitam

pekat. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi air sumur yaitu terjadinya pencemaran

air. Air limbah yang menyebabkan pencemaran air tersebut mengandung senyawa kimia,

senyawa kimia tersebut diantaranya adalah senyawa organik dan senyawa anorganik. Salah

satu yang termasuk dalam senyawa anorganik adalah logam berat. Logam berat merupakan

hal yang sering ditemukan dalam kandungan air limbah sampah. Air limbah yang

mengandung logam berat dapat menjadi penyebab pencemaran air. Logam berat yang dapat

menjadi penyebab pencemaran air salah satunya adalah logam timbal (Pb). Air sumur yang

tercemar logam timbal (Pb) dapat menimbulkan adanya risiko bagi kesehatan apabila

dikonsumsi. Daya racun timbal yang akut pada  perairan alami menyebabkan hambatan

perkembangan mental pada anak, kerusakan pada ginjal, sistem reproduksi, hati, dan otak,

serta sistem syaraf pusat, dan bisa menyebabkan kematian (Rukaesih, 2004).

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kota Bandar Lampung

di dalam draf laporan akhir kajian teknis pengolahan TPA Bakung Kota Bandar Lampung

pada tahun 2005 menyatakan bahwa air sumur penduduk terdapat kandungan zat organik dan

zat anorganik berada diatas baku mutu air menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001.

Standar maksimum kadar timbal (Pb) dalam air bersih dan air minum berdasarkan Permenkes

No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 adalah 0,05 mg/L atau 0,05 ppm.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui apakah kadar logam berat

Timbal (Pb) yang terkandung di dalam air sumur yang digunakan untuk kebutuhan air bersih

dan air minum oleh masyarakat di daerah tersebut masih dalam batas aman untuk air bersih

dan air minum berdasarkan persyaratan Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990, serta

konsentrasi timbal (Pb) tersebut apakah berisiko jika dikonsumsi oleh manusia secara terus

menerus.

B.       Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam  penelitian sebagai

berikut :

1.        Apakah terdapat cemaran logam Timbal (Pb) didalam air sumur masyarakat di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Kota Barat Bandar Lampung?

2.        Apakah  kadar Timbal (Pb) yang terdapat didalam air sumur masyarakat di Kelurahan 

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Kota Barat Bandar Lampung memenuhi persyaratan

Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm yang

diperuntukkan bagi air bersih dan air minum?

3.        Berapa besar risiko kesehatan masyarakat akibat logam Timbal (Pb) yang terdapat didalam

air sumur pada masyarakat Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung?

C.      Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian antara lain yaitu :

1.        Untuk mengetahui adanya cemaran logam Timbal (Pb) di dalam air sumur yang digunakan

pada masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk

Betung Barat Kota Bandar Lampung.

2.        Untuk mengetahui kadar Timbal (Pb) yang terdapat di dalam air sumur masyarakat di

Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung memenuhi

persyaratan Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm yang

diperuntukkan bagi air bersih dan air minum.

3.        Untuk mengetahui besar risiko kesehatan masyarakat akibat logam Timbal (Pb) yang

terdapat didalam air sumur bagi kesehatan masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan

Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

D.    Manfaat Penelitian

1.        Memberikan informasi tentang bahaya dari logam Timbal (Pb) yang terkandung dalam

airsumur kepada masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

Bandar Lampung.

2.        Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang bahaya logam Timbal (Pb) yang

terdapat dalam air.

E.  Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada bidang kimia air dalam kajian studi analisis risiko kesehatan

lingkungan yaitu pemeriksaan kadar Timbal (Pb) dalam air sumur masyarakat di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      Landasan Penelitian

1.        Air

Air merupakan meterial yang paling berlimpah di bumi ini, menutupi sekitar 71% dari muka

bumi. Air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Setiap sifat fisik air dan

kimianya khusus diciptakan untuk kehidupan (Sujadi, 2008).

Beberapa sifat penting dari air, diantaranya yaitu :

a.         Pelarut yang sangat baik.

b.        Panas penguapan lebih tinggi dari material lainnya.

c.         Tegangan permukaan yang tinggi dari pada cairan yang lainnya

Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan proses ekskresi.

Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air

(Rukaesih, 2004).

2.        Pencemaran Lingkungan

Pencemaran menurut UU No. 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengolahan

Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau

komponen yang lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam,

sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Depkes RI,

1990).

Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam

tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari

masuknya dan atau dimasukkannya suatu zat atau benda asing kedalam tatanan lingkungan

itu. Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kemasukkannya benda asing itu, memberikan

dampak buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik dalam tatanan

lingkungan tersebut. Sehingga lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang

tinggi, dapat membunuh dan bahkan menghapuskan satu atau lebih jenis organisme yang

tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu. Jadi pencemaran lingkungan merupakan

suatu perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli menjadi  suatu tatanan baru yang lebih

buruk dari tatanan aslinya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran suatu

tatanan lingkungan hidup disebabkan oleh banyak hal, namun yang paling utama dari

semakin banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah (Palar, 1994).

Sumber-sumber pencemaran yang paling umum adalah limbah pemukiman, limbah pertanian,

dan limbah industri.

a.         Limbah Pertanian

Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia pemberantas hama

(pestisida), pemberantas tumbuhan pengganggu (herbisida), pemberantas cendawan /fungi

(fungisida), pemberantas serangga (insektisida) dapat mencemari air ketika zat-zat kimia larut

dalam air. Pencemaran air oleh pupuk buatan dapat meracuni organisme air, seperti plankton,

ikan, hewan lainnya yang meminum air tersebut.

Residu pestisida seperti DDT, Endrin, Lindane, dan Endosulfan yang terakumulasi dalam

tubuh ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam rantai makanan ke tingkat trofil yang lebih

tinggi, yaitu manusia. Selain itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke

bendungan, danau, serta laut dapat menyebabkan meningkatnya zat-zat hara di dalam air.

Peningkatan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ganggang atau enceng gondok menjadi

pesat (blooming algae). Pertumbuhan ganggang atau enceng gondok yang cepat dan

kemudian mati membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya. Akibatnya, oksigen

dalam air menjadi berkurang dan mendorong terjadinya kehidupan organisme anaerob.

Peristiwa ini disebut sebagai eutrofikasi.

b.        Limbah Permukiman

Menurut bahannya limbah permukiman dikelompokkan menjadi limbah organik dan limbah

anorganik. Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari barang yang mengandung

bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, tinja manusia, potongan-

potongan ranting tanaman, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Limbah anorganik merupakan limbah yang berasal dari barang yang mengandung bahan

anorganik. Limbah anorganik yang  berasal dari aktivitas rumah tangga antara lain dari

kegiatan mencuci (sabun dan deterjen), bahan-bahan bekas pengemas makanan dan minuman

(kantung plastic, kaca, kertas, dan pakaian). Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam

(biodegradability), limbah rumah tangga dapat dibagi lagi menjadi :

1.        Biodegradable: yaitu limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik

aerob atau anaerob, seperti: sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, tinja manusia, potongan-

potongan ranting tanaman, rumput pada waktu pembersihan kebun.

2.        Non-biodegradable: yaitu limbah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi

lagi menjadi:

Recyclable: yaitu limbah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai

secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: yaitu limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau

diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

Di daerah pemukiman padat penduduk seperti di kota-kota besar menghasilkan limbah yang

sangat banyak. Limbah-limbah tersebut apabila dibuang ke sungai akan menimbulkan

pencemaran air. Di perkotaan banyak kita temukan saluran-saluran air dan sungai dengan

tingkat pencemaran tinggi, airnya berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang

menyengat. Hal itu terjadi karena bahan organik yang menunmpuk mengalami penguraian

dan pembusukan. Selain itu, sabun, deterjen, dan sisa aktivitas rumah tangga lainnya larut

yang dibuang ke selokan larut dengan air. Tingkat pencemaran air yang tinggi dapat

membunuh biota air.

c.     Limbah Industri

Tidak semua Pabrik/industri dapat mengolah limbahnya dengan baik. Bahkan, ada sebagian

industri yang membuang limbahnya ke sungai. Limbah industri yang dibuang oleh industri

tergantung pada jenis industrinya. Ada yang berupa limbah organic maupun anorganik. Ada

yang berupa limbah padat maupun limbah cair.

Citarum merupakan salah satu sungai di Jawa Barat yang telah tercemar oleh limbah industri

dan pakan ikan jaring apung. Sungai Citarum sepanjang 268 kilometer yang menjadi sumber

utama Waduk Cirata, Saguling, dan Jatiluhur menampung limbah sekitar 1.000 industri dari

daerah Bandung (Anonim, 2011).

3.        Pencemaran Logam Berat

Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan

logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini

berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup (Palar, 1994).

Pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses

industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya bagi

kesehatan, hal ini tergantung pada dosis paparannya. Polutan logam mencemari

lingkungan baik di lingkungan udara, air dan tanah yang berasal dari proses alami maupun

kegatan industri. Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan bagi lingkungan berupa

kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar serta kegiatan domestik lainnya

yang dapat meningkatkan pencemaran kandungan logam di lingkungan air, udara dan tanah

(Widowati, 2008).

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam ini ditemukan dan menetap dalam

alam, tetapi bentuk kimianya berubah akibat pengaruh fisikokimia, biologis atau aktivitas

manusia. Pada umumnya logam bermanfaat bag manusia digunakan dalam bidang industri,

pertanian dan kedokteran (Lu, 1995).

Beberapa dari unsur logam berat merupakan logam yang paling berbahaya dari unsur-unsur

zat pencemaran. Seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Logam-logam ini

menyerang ikatan-ikatan belerang  dalam enzim yang bersangkutan menjadi tidak berfungsi.

Gugus-gugus protein,asam karboksilat, dan amino juga diserang oleh logam-logam berat

(Rukaesih,2004).

4.        Timbal (Pb)

Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan dikeluarkan oleh sejumlah

industri  dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan bakar bertimbal merupakan

sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan yang kemudian dapat masuk di perairan

alami. Timbal yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber timbal dari perairan alami

(Rukaesih, 2004).

Timbal dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang merupakan

pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan. Dapat

pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat hempasan dan angin. Timbal

(Pb) yang masuk kedalam bahan perairan sebagai dampak aktifitas manusia, di antaranya

dalam air buangan (limbah) industri yang berkaitan dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-

jalur perairan seperti anak sungai dan terbawa menuju laut.

5.        Timbal (Pb) dalam lingkungan

Logam timbal (Pb) dan persenyawaannya dapat masuk dalam lingkungan.

a.         Pb di udara

Jumlah Pb di udara mengalami peningkatan yang sanat drastis. Emisi Pb ke dalam lapisan

atmosfer bumi dapat berbentuk gas dan partikulat. Emisi yang masuk dalam bentuk gas,

terutama sekali berasal dari buangan gas kendaraan bermotor. Emisi tersebut merupakan hasil

sampingan dari pembakaran yang terjadi dalam mesin-mesin kendaraan. Pb dari pembakaran

mesin menyebabkan jumlah Pb udara dari asap buangan kendaraan meningkat sesuai dengan

meningkatnya jumlah kendaraan (widowati, 2008).

b.        Pb dalam air

Logam timbal dan persenyawaannya dapat berada di dalam badan perairan secara alamiah

dan sebagai dampak dari aktifitas manusia. Secara alamiah,  Pb dapat masuk dalam perairan

melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Pb yang masuk ke dalam badan

perairan sebagai dampak dari aktifitas kehidupan manusia ada bermacam bentuk.

Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb, air buangan

dari pertambangan biji timah hitam dan buangan sisa industri baterai. Buangan-buangan

tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak sungai untuk kemudian akan dibawa

terus menuju lautan. Umumnya jalur buangan dari bahan sisa perindustrian yang

menggunakan Pb akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya (Palar, 1994).

6.        Metabolisme logam Timbal (Pb)

Metabolisme biotransformasi dan bahan-bahan beracun merupakan faktor penentu utama

terhadap daya racun zat terkait. Melalui proses ini bahan-bahan beracun yang masuk ke

dalam tubuh akan mengalami peningkatan daya racunnya atau akan mengalami penurunan

dari daya racun yang dimilikinya, karena dalam peristiwa ini setiap zat atau mineral yang

masuk akan diolah dan diubah menjadi bentuk-bentuk yang lebih sederhana atau

persenyawaan sederhana. Dari pada itu, proses perubahan bentuk merupakan rangkaian

peristiwa kimiawi. Suatu bahan beracun dapat saja berkaitan dengan bahan beracun lainnya

yang akan meningkatkan daya racunnya yang sudah ada atau sebaliknya, ikatan tersebut akan

menurunkan atau menetralkan daya racun yang semula ada (Palar, 1994).

Timbal merupakan logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal dari

tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau inhalasi dari  udara, debu yang tercemar

Pb, kontak dengan kulit, kontak dengan mata, dan lewat parental. Logam Pb tidak dibutuhkan

oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka

tubuh akan mengeluarkannya. Orang dewasa mengabsorpsi Pb sebesar 5 – 15 % dari

keseluruhan yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 41,5 %.

Didalam tubuh manusia, Logam timbal (Pb) dapat masuk dalam tubuh manusia,karena salah

satunya adalah manusia mengkonsumsi air minum dengan air yang tercemar logam Pb. Di

dalam tubuh manusia,Pb bisa menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan

hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Pb di ekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian

terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan

lemak, dan rambut. Waktu paruh timbal (Pb) dalam eritrosit adalah selama 35 hari, dalam

jaringan ginjal dan hati adalah 40 hari, sedangkan waktu paruh dalam tulang adalah 30 hari.

Tingkat ekskresi Pb melalui sistem urinaria adalah sebesar 76%, gastrointestinal 16%, dan

rambut, kuku, serta keringat sebesar 8% (Klaassen, 1986).

Keracunan akibat kontaminasi logam Pb bisa menimbulkan berbagai macam hal, seperti

meningkatnya kadar ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidratase)) dalam darah dan urin,

meningkatnya kadar protoporphin dalam sel darah merah, memperpendek sel darah merah,

menurunkan jumlah sel dara merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih muda

(retikulosit), serta meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah. Timbal (Pb) juga

dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan belajar, dan membuat anak-anak bersifat

hiperaktif. Selain  itu, mempengaruhi organ-organ tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal,

sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak

mengalami gangguan kecerdasan dan mental.

Kandungan Pb dalam darah berkolerasi dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi

kadar Pb dalam darah, semakin rendah poin IQ. Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb

sebanyak tiga kali batas normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi

penurunan kecerdasan intelektual (IQ) dibawah 80. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb

secara kompetitif menggantikan peranan Zn, Cu, dan Fe dalam mengatur fungsi sistem saraf

pusat. Timbal (Pb) merupakan neurotoksin yang bersifat akumulatif. Setiap kenaikan kadar

Pb dalam darah sebesar 10 g/dl menyebabkan penurunan IQ sebanyak 2,5 poin (Widowati,

2008).

7.        Toksisitas Logam Timbal (Pb)

Pajanan timbal dalam jumlah kecil tetapi dalam jangka waktu yang lama akan terjadi

akumulasi, sehingga dapat menyebabkan keracunan. Gejala keracunan Kronis ringan berupa

insomnia, sedangkan gejala keracunan timbal akut ringan adalah menurunnya tekanan darah

dan berat badan. Keracunan akut yang cukup berat dapat mengakibatkan koma bahkan

kematian (Palar, 1994) .

a.         Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Ginjal

Senyawa-senyawa timbal (Pb) yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh darah keseluruh

sistem tubuh. Pada peredarannya, darah akan masuk ke glomerolus yang merupakan dari

ginjal.senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan

terbentuknya intranuclear inclusion bodies yang disertai dengan

membentukaminocliduria (kelebihan asam amino dalm urine) (Palar, 1994).

b.        Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Jantung

Organ lain dapat diserang oleh racun yang dibawa oleh logam Pb adalah jantung. Namun

sejauh ini perubahan dalam otot jantung sebagai akibat dari keracunan PB baru ditemukan

pada anak-anak.

c.         Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Sistem Saraf

Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh

logam Pb. Pengaruh dari keracunan logam Pb dapat menimbulkan kerusakkan otak. Penyakit-

penyakit sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan pada otak

besar, dan delirium (sejenis penyakit gula).

d.        Efek Logam Timbal (Pb) Terhadap Sistem Reproduksi

Daya racun yang dimiliki Timbal juga memepengaruhi sistem reproduksi. Timbal (Pb) dapat

mengakibatkan kemandulan, aborsi, dan kematian neonatal (Lu, 1994). Janin yang belum

lahir peka terhadap toksisitas logam Pb, janin yang berada dalam kandungan mengalami

penurunan dalam ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah

dilahirkan (Palar, 1994).

8.        Spektrofotometer Serapan Atom

Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu metode analisa untuk menentukan unsur-unsur

logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom bebas

unsur bebas tersebut.

Dalam spektrofotometer serapan atom, atom bebas berinteraksi denga berbagai bentuk energi

mulai dari energi termis atau panas, energi elektromagnetik, energi kimia, dan energi listrik.

Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas tersebut, yang hasilnya berupa

emisi (pancaran) radiasi, panas dan sebagainya. Radiasi yang ditimbulkan dari interaksi ini

adalah khas, karena mempunyai panjang gelombang yang benar-benar karakteristik untuk

atom yang bersangkutan. Adanya adsorbsi atau emisi radiasi disebabkan karena adanya

transisi elektronik, yaitu perpindahan elektron dalam atom tersebut dari tingkat energi yang

satu ketingkat energi yang lain.Gambar 1 : Komponen-komponen Sebuah Spektrofotometer Serapan Atom.

Komponen peralatan yang terdapat pada Spektrofotometer Serapan Atom, yaitu :

a.         Lampu katoda berongga (hallow cathode lamp) sebagai sumber radiasi.

Lampu katoda berongga terdiri atas tebung gelas yang berisi dengan Ar atau Ne bertekanan

rendah dan di dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda berlapis

logam murni dari objek analisis.

b.        Pembakar atau burner

Burner merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksidan) dinyalakan. Dalam

nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan atom-atom analit yang akan diukur.

Alat ini terbuat dari logam yang tahan panas dan tahan korosi. Desain burner harus dapat

mencegah masuknya nyala kedalam chamber.

c.         Spray chamber atau burner chamber (ruang pengkabutan)

Spray chamber adalah bagian di bawah burner dimana larutan contoh diubah menjadi kabut

aerosol. Dinding-dinding dari spray chamber ini dibuat dari plastik atau teflon. Dalam

ruangan ini dipasang nebulizer, glass bead, atau impact bead (untuk memecahkan larutan

menjadi partikel atau bulir yang halus), flow spoiler (berupa baling-baling berputar, untuk

mengembunkan butir-butir atau partikel larutan yang kasar), inlet dari fuel gas, dan drain port

(lubang pembuangan).

d.        Monokromator dan slit

Monokromator terdiri atas kisi (gratings), cermin dan prisma. Fungsi dari monokromator

yaitu untuk mengisolasi dan mengontrol radiasi spesifikyang diinginkan. Monokromator

dibantu oleh dua buah slit (celah) yaitu celah masuk (entrance slit) dan celah keluar (exit slit).

Slit yang lebih sempit akan meminimalkan gangguan spectral tetapi sebaliknya amat

mengurangi intensitas radiasi yang masuk dan diukur oleh detektor.

e.         Detektor

Detektor terdiri atas sebuah tabung gelas hampa yang di dalamnya berisi elektroda-elektroda,

yaitu yang bermuatan negatif (katoda), dan yang bermuatan positif (anoda). Katoda bersifat

peka cahaya maka disebut photocathoda) dan dianoda yang positif amat responsif kepada

elektron (Supriyanto, 2002).

9.        Analisis Risiko Kesehatan

Analisis risiko adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterristisasi efek yang

potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan. Analisis risiko

merupakan suatu alat pengolahan risiko, yaitu proses penilaian bersama para ilmuan dan

birokrat untuk memprakirakan peningkatan risiko kesehatan pada manusia yang terpajan oleh

zat-zat toksik.

Tujuan adanya analisis risiko yaitu untuk menyediakan kerangka ilmiah guna membantu para

pengambil keputusan dan orang-orang yang berkepentingan (legislator and regulator

industridan warga negara yang peduli lainnya) dalam memecahkan masalah-masalah

lingkungan dan kesehatan (Louvar and Lauvar, 1998).

Analisis risiko dibagi menjadi identifikasi bahaya (Hazard identification), Analisis dosis-

respon (Dose-respon Assessment), Analisis pemajanan (Exposure assessment), dan

karakterisasi Risiko (Risk Charaterization).

a.         Identifikasi Bahaya (Hazard identification)

Identifikasi bahaya adalah langkah identifikasi efek yang merugikan atau kapasitas yang

dimiliki suatu bahan yang dapat menyebabkan kerugian (BPOM RI, 2001). Kecuali

perumusan masalah yang menetapkan hanya ada satu risk agent saja, berbagai bahaya

lingkungan pada suatu lokasi spesifik perlu diidentifikasi keberadaannya sebagai zat toksik,

organisme patogen, atau kondisi-kondisi fisik tertentu yang berpotensi menimbulkan

gangguan kesehatan. Tahap pertama dalam identifikasi bahaya adalah menentukan mana saja

yang dapat ditetapkan sebagai indikator bahan kimia, biologi dan fisik, hal ini dilakukan

dengan pemilihan dan penentuan prioritas menggunakan pendekatan chemical of

concentration (COC) dan site specific chemistry (SSC) (Kolorut et al., 1996) kemudian

menentukan prioritas dilakukan selanjutnya digunakan teknik concentration Toxicity

Screening yang bertujuan untuk mengidentifikasi risk agent (karsinogen dan non karsinogen)

menurut jalur pajanannya yang menyumbang risiko terhadap kesehatan akibat toksisitas dan

kelimpahannya (Kolorut et al., 1996). Konstribusi ini dinyatakan sebagai faktor risiko (R)

dari tiap media (air, udara, tanah, dan makanan) yang dapat dihitung dengan persamaan :

R =  (Ci) (Ti)Dalam persamaan ini :C = Konsentrasi maksimum risk agent dalam setiap lingkungan.T = Nilai toksisitas kuantitatif risk agent (I/RfD) untuk non karsinogen dan SF untuk karsinogen.

b.        Analisis dosis-respon (Dose-respon Assessment)

Konsentrasi risiko mengandung pengertian probabilitas yang disebut RfD (reference dose).

Jika dosis yang diterima melebihi RfD maka probabilitas untuk mendapatkan risiko juga

bertambah. RfD ditetapkan dengan membagi NOAEL (No Obseved Adverse Effect level)

dengan UF (Uncertainty Factor) x MF (Modifying Factor) (Kolorut et al., 1996).

RfD = UF = 10 untuk variasi sensitifitas dalam populasi manusia.

MF = berkisar antara > 0 sampai  10

Efek kritis dimana dosis tertinggu yang menyebabkan toksisitas kronis (NAOEL) adalah 0,01

mg/kg/hari dengan UF = 10 dan NF = 1, maka RfD adalah 0,001 mg/kg/hari.

c.         Analisis pemajanan (Exposure assessment)

Pemajanan adalah proses yang menyebabkan organisme kontak dengan bahaya lingkungan

berupa risk agent, sebagai jembatan yang menghubungkan bahaya dan risiko. Analisis

pemajanan digunakan untuk menentukan dosis risk agent yang diterima individu sebagai

asupan intake (I), dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

                                    I = Keterangan :I    = Asupan (intake), jumlah yamg masuk kedalam tubuh manusia                                  per berat badan per hari, (mg/kg/hari)C  = Konsentrasi logam timbal (Pb) dalam air sumur, (mg/kg)R  = Laju (rate) asupan, (Liter/hari)fE   = Frekuensi paparan, (hari/tahun)Dt  = Durasi pajanan, tahun (lamanya pajanan yang terjadi ditempat                              tinggal)Wb = Berat badan responden, (kg)tavg = Periode waktu rata-rata (30 tahun x 365 hari/tahun untuk zat non                         karsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

d.        Karakterisasi Risiko (Risk Charaterization)

Dalam karakterisasi Risiko, hasil-hasi analisis dosis-respon (RfD dan SF) dan analisis

pemajanan (intake)digabungkan untuk menghitung RQ (non karsinogen) dan cancer risk

(karsinogen, jika ada).

                             RQ = Exess Cancer Risk = C x SF

Dalam analisis risiko, RQ menyatakan kemungkinan risiko yang potensial terjadi, semakin

besar nilai RQ diatas 1, semakin besar kemungkinan risiko terjadi. Dengan kata lain, semakin

tinggi RQ semakin tinggi pula seharusnya kepedulian risk manager untuk mengelola risiko

itu (Kolorut et al., 1996).

B.       Kerangka TeoriSumber pencemar

    limbah pemukiman.    limbah pertanian.    limbah industri.Tak toksikBadan Air

Timbal (Pb)ToksikTerlarutTersuspensiTanahLogam

Air BersihKesehatan Masyarakat

(Effendi, 2003)Gambar 2 : Skema Kerangka Teori

C.      Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang ada, maka dapat disajikan dalam kerangka konsep analisis risiko

kadar Pb dalam air terhadap kesehatan masyarakat pada air sumur yang di konsumsi untuk

kebutuhan air minum di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung Sebagai berikut :

Logam berat Pb dalam air sumur

Risiko pada kesehatan manusia

Gambar 3 : Skema Kerangka Konsep

D.      Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Cara ukur Hasil Ukur Skala

1Variabel bebas: kadar logam Timbal pada air

Kadar Timbal dalam air sumur  yang di konsumsi oleh masyarakat kelurahan keteguhan

Kadar timbal di ukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS)

hasil Ukur dibandingkan dengan Nilai ambang batas Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yang diperuntukkan untuk air bersih dan air minum yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm

Rasio

2 Variabel pendukung       Laju Asupan (R)

       Durasi Pajanan (Dt)

       Frekuensi Pemajanan (fE)

       Berat badan (Wb)

       Jumlah Asupan / Inteke (I)

Banyaknya air yang dikonsumsi oleh responden dalam satu hariLama waktu kontak responden dengan pajanan ditempat tinggal

Waktu pemajanan dalam satu tahun

Berat badan responden pada saat dilakukan penelitian

Banyaknya Timbal dalam air yang masuk kedalam tubuh manusia melalui pencernaan perberat badan perhari

Penilaian untuk memperkirakan kemungkinan atau potensi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia,

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Penimbangan

Berdasarkan konsentrasi Timbal dalam air (C), banyaknya air yang dikonsumsi (R), durasi pajanan (Dt), frekuensi pemajanan (fE), berat (Wb), dan periode waktu rata-rata (tavg)Rumus : I = C x R x fE x Df

          Wb x tavg

Perhitungan dengan bilangan resiko atau  risk quotien (RQ)

Liter/hari

Tahun

Hari/tahun

kg

mg/kg/hari

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

Rasio

3

Variabel terikat :resiko pada kesehatan manusia (RQ)

terhadap efek non-karsinogen,

berdasarkan asupan (I) dan dosis referensi  (RfD).   Rumus :

RQ =        I              RfD

RQ = besar risiko, bila (RQ<1) tidak berisiko, bila (RQ>1) berisiko

Rasio

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.      Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitik, yaitu menggambarkan dan menganalisis

risiko kadar logam timbal (Pb) dalam air terhadap kesehatan masyarakat di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Variabel bebas penelitian

ini adalah kadar logam timbal dalam air yang dikonsumsi masyarakat Kelurahan Keteguhan

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung dan  Variabel terikat pada penelitian

ini adalah Masyarakat yang berisiko terpajan logam timbal di Kelurahan Keteguhan

Kecamatan Teluk Betung Kota Bandar Lampung.

B.       Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

Bandar Lampung pada air sumur yang di konsumsi oleh masyarakat di kelurahan tersebut.

Sedangkan untuk pemeriksaan sampel dalam penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai

Laboratorium Kesehatan Propinsi Lampung pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

C.      Populasi dan Sampel

1.        Populasi

Populasi sampel untuk analisis logam timbal (Pb) adalah sumur warga di sekitar aliran air

lindi TPA Sampah Bakung, yaitu : RT.03 lingkungan III, RT.02 lingkungan II, dan RT.10

lingkungan I Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung

dengan klaster jarak 10 meter, 50 meter, dan 100 meter dari aliran air lindi.

Populasi berjumlah 103 sumur, dengan rincian sebagai berikut :

a.         RT.03

1)        Jarak 10 meter      :  8 sumur

2)        Jarak 50 meter      : 20 sumur

3)        Jarak 100 meter    : 12 sumur

Jumlah                       : 40 sumur                                              40 sumur

b.        RT.02

1)        Jarak 10 meter      : 17 sumur

2)        Jarak 50 meter      : 11 sumur

3)        Jarak 100 meter    : 10 sumur

Jumlah                       : 38 sumur                                              38 sumur

c.         RT.10

1)        Jarak 10 meter      : 11 sumur

2)        Jarak 50 meter      :   9 sumur

3)        Jarak 100 meter    :   5 sumur

Jumlah                       : 25 sumur                                                25 sumur

                                                                            Total            : 103 sumur

Sedangkan populasi untuk analisis risiko logam timbal (Pb) terhadap kesehatan adalah

seluruh masyarakat di Kelurahan Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar

Lampung.

2.        Sampel

Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah air sumur yang dikonsumsi oleh

masyarakat yang letaknya dilalui aliran limbah cair TPA Bakung yang berada di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Sampel diambil dari

sumur warga di sekitar aliran air lindi pada 3 klaster jarak, yaitu : jarak 10 meter, 50 meter,

dan 100 meter dari aliran air lindi.

Banyaknya sampel yang akan diambil dihitung berdasarkan rumus alokasi  proporsional

(Riduwan; Akdon, 2007) :

a.         Sampel total

               N                n =                              Keterangan :    n  = Jumlah sampel total                       N(d2) +1

                                                                 N = Jumlah populasi total

                                                                 d2 = Presisi (20%)

Maka, sampel total pada penelitian ini, yaitu :

                      103                         103                 103 n =                              =                           =             =  20,1          20 sampel

  103 (0,2)2 + 1         103 (0,04) + 1       5,12

b.        Sampel menurut klasterNi

ni =             x n           Keterangan :   ni  = Jumlah sampel menurut klasterN                                             n  = Jumlah sampel total

          Ni = Jumlah populasi menurut klaster           N = Jumlah populasi total

Maka, sampel menurut klaster jarak pada penelitian ini, yaitu :

1)        Jarak 10 meter      :  36

ni =            x 20 = 6,9              7 sampel        103

2)        Jarak 50 meter      :

 40ni =            x 20 = 7,7              8 sampel

         103

3)        Jarak 100 meter    : 27

ni =            x 20 = 5,2              5 sampel          103

Kontrol negatif (-) kadar Timbal (Pb) diambil di bagian hulu, yaitu sumur warga di

Kelurahan Bakung dan kontrol positif (+) diambil dari sumur pantau yang berada didekat

kolam penampungan limbah cair (air lindi).

Besaran sampel minimal untuk analisis risiko yang akan diambil dalam penelitian ini dihitung

berdasarkan ukuran sampel dari satu populasi (one-sample situation) dengan variabel

dependen dan kontinyu (Lwanga S.K. & Lemesshow, S, 1991) menggunakan persamaan

sebagai berikut :

   n =  ......................persamaan (1)

n = jumlah sampel yang dibutuhkanZ = Nilai baku distribusi normal pada derajat kepercayaan 90% (Z2 

1-a / 2)P = Proporsi populasi manusia yang terpajan timah (Pb) (P = 0,5 ; untuk  populasi yang tidak

diketahui)d = Presisi absolute ( jumlah orang yang dimasukkan dalam sampel sehingga                  dapat

diduga dalam jarak 5% di atas dibawah prevalensi yang                            sesungguhnya dengan tingkat kepercayaan 90%)

Dengan persamaan (1), maka sampel minimal dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai

berikut :

n =  = 271  ..............persamaan (2)

Jadi untuk perhitungan analisis risiko sebagai sampel yang diambil sejumlah 271 orang /

responden. Sedangkan sampel yang akan diambil  adalah air sumur dan dianalisa kandungan

timbal (Pb).

Cara Menentukan Pengambilan Sampel Air Sumur

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah Purposive Random Sampling.

Untuk memperoleh sampel dari masing – masing jarak :

1.        Jarak 10 meter sebanyak 7 sampel.

2.        Jarak 50 meter sebanyak 8 sampel.

3.        Jarak 100 meter sebanyak 5 sampel.

Pada masing-masing klaster jarak tersebut diambil sampel sesuai jumlah hasil perhitungan

secara acak.

D.      Alat dan Bahan

1.        Alat

a)        Spektrofotometer Serapan Atom (AAS),

b)        Lampu holow katoda Pb,

c)        Gelas piala 250 mL

d)       Pipet ukur 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, dan 20 mL,

e)        Labu ukur 100 mL,

f)         Corong gelas,

g)        Pemanas listrik,

h)        Kertas saring whatman 40 dengan ukuran pori  0,42 m; dan

i)          Labu semprot

2.        Bahan

a)        Air suling (aquadest),

b)        Asam nitrat (HNO3),

c)        Larutan standar logam timbal (Pb),

d)       Gas asetilen (C2H2)

E.       Prosedur Kerja Penelitian

Metode            : Atomic Absorption Spektrofotometer

Prinsip kerja    : Penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkan zat-

zat pengganggu dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur dengan SSA menggunakan

gas asetilen (C2H2).

1.        Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb)                         (SNI 06-6989.8-2004)

a.         Pembuatan Larutan Baku Timbal (Pb) 100 ppm

1)        Pipet 1 mL larutan baku timbal (Pb) 1000 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

2)        Tambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas.

b.        Pembuatan Larutan Seri Standar Timbal (Pb)

1)        Larutan baku Timbal (Pb) 10 ppm dipipet 0,0 mL; 0,5 ml; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL; 10,0

mL; dan 20,0 mL.

2)        Masing-masing larutan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.

3)        Larutan ditambahkan larutan pengencer (aquadest) sampai tanda batas, hingga diperoleh

kadar Timbal (Pb) 0,0 ppm; 0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,2 ppm;  0,5 ppm; 1 ppm;  dan 2 ppm.

4)        Pengukuran larutan standar dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)  pada panjang

gelombang 283,3 nm.

2.        Cara Pemeriksaan Sampel                                                (SNI 06-6989.8-2004)

a.         Sampel dihomogenkan dengan cara di kocok.

b.        Dimasukkan 100 mL sampel yang sudah dihomogenkan ke dalam gelas piala.

c.         Tambahkan 5 mL asam nitrat (HNO3) ke dalam gelas piala yang berisi sampel.

d.        Sampel dipanaskan di pemanas listrik sampai larutan sampel hampir kering.

e.         Sampel yang hampir kering tersebut, kemudian ditambahkan 50 mL aquadest.

f.         Sampel disaring dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL

g.        Tambahkan aquadest sampai tanda batas.

h.        Pengukuran kadar sampel dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) pada panjang

gelombang 283,3 nm.

3.        Pembuatan kurva kalibrasi

Pembuatan kurva kalibrasi dlakukan sebagai berkut :

a.         Alat AAS diatur dan dioptimalkan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengujian

logam.

b.        Diukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 283,3 nm.

Kemudian dicatat masing-masing serapannya (absorbans).

c.         Dibuat kurva kalibrasi dari data-data yang telah diperoleh dan ditentukan persamaan garis

lurusnya yaitu Y = bX + a

4.        Cara Pengujian Sampel

Diukur masing-masing larutan uji yang telah dipreparasi pada panjang gelombang 283,3 nm

dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) menggunakan lampu holow katoda Pb.

5.        Perhitungan Kadar Timbal dalam Air Sumur

Perhitungan kadar Timbal (Pb) dapat dilakukan dengan cara menggabungkan absorbans

dengan larutan standar. Kurva kalibrasi ini digunakan untuk memplotkan absorbans dan

larutan standar dengan absobans sampel. Setelah absorban sampel telah didapatkan, maka

dapat ditentukan konsentras sampel dengan menggunakan rumus regresi linear berdasarkan

kurva kalibrasi.

Data yang didapatkan dari larutan standar dimasukkan kedalam tabel berikut ini :No Absorban

Standar (Y)Konsentrasi Standar (X)

XY X2 Y2

1234n Y X XY  X2  Y2

Penentuan kadar timbal (Pb) pada sampel menggunakan persamaan regresi linear dengan

rumus Y = bX + a

Nilai a dan b diperoleh dari data konsentrasi larutan standar baku dan absorban standar baku

(Y) dengan menggunakan persamaan :

 r         =  .....................(persamaan 1)

R = r2  ............................(persamaan 2)

a =  ...........................(persamaan 3)

b =  ............................(persamaan 4)

data yang didapatkan dari sampel hasil perhitungan diatas, dimasukkan ke dalam tabel

berikut :No Absorban Sampel (Y) Konsetrasi Sampel (X)1234n Y X

6.        Perhitungan Analisis Risiko

Dari hasil perhitungan kadar timbal (Pb) tersebut, dilanjutkan analisis risiko yaitu dengan

menghitung asupan (intake). Perhitungan asupan (intake) didapatkan berdasarkan 

konsentrasi kadar timbal (mg/kg), laju asupan (g/hari), Frekuensi paparan (hari/tahun), durasi

pajanan, berat badan rata-rata. Dengan rumus :

        I =  .....................(persamaan 5)

Selanjutnya, untuk mengetahui ada tidaknya risiko  timbal (Pb) berisiko pada kesehatan

manusia dihitung dengan menggunakan rumus :

            RQ =  .....................(persamaan 6)

F.       

Sampel (Air sumur)Kuisioner

Alur PenelitianKesimpulanPemeriksaan kadar Timbal (Pb) pada sampel air sumur

Perbandingan dengan Nilai ambang batas Permenkes No.416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 yang diperuntukkan bagi air bersih dan air minum yaitu 0,05 mg/L atau 0,05 ppm

Pengumpulan Data hasil pemeriksaan kadar timbal (Pb) dan kuisonerPengolahan Data

(Analisis Resiko dan Analisa Data)

Gambar 4 : Skema Alur Penelitian

G.      Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari hasil pengujian

konsentrasi logam Timbal (Pb) yang dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan

Propinsi Lampung dan data kuisoner yang didapat dari hasil wawancara dengan masyarakat

yang tinggal di Kelurahan Ketaguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung.

Selanjutnya data tersebut digunakan untuk menghitung asupan (inteke) konsentrasi Timbal

(Pb) dalam air yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pencernaan.

H.      Analisis Data

Analisa yang digunakan yaitu univariat untuk memperoleh gambaran pada masing-masing

variabel. Dalam analisa ini digunakan ukuran mean, median, nilai minimal-maksimal

kandungan logam berat timbal (Pb) dalam sampel air sumur masyarakat di Kelurahan

Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat KotaBandar Lampung.

Untuk mengetahui besar risiko kadar Timbal (Pb) terhadap masyarakat, perhitungan analisis

risiko yaitu dengan menghitug asupan (intake). Data mengenai asupan intake kandungan

timbal (Pb) dalam air sumur diperoleh dengan menggunakan  persamaan 5.

Hasil yang didapat melalui pengukuran asupan (intake) dan studi pustaka timbal (Pb) (RfD =

0,001 mg/kg/hari) digunakan dalam persamaan menggunakan pendekatan bilangan risiko

(risk quotient,RQ). RQ dari pajanan timbal (Pb) dalam

air sumur digunakan untuk menentukan kemungkinan terjadinya risko kesehatan masyarakat,

dengan rumus sebagai berikut :

                        RQ = 

Hasil yang didapatkan menunjukkan tingkatan risiko kesehatan masyarakat akibat

mengkonsumsi air minum dari air sumur yang mengandung timbal (Pb). Apabila : RQ < 1 =

Berada di bawah batas normal dan tidak berisiko.

RQ > 1 = Berada di atas normal dan berisiko terhadap kesehatan.