Download - RINITIS ALERGIKA.ppt

Transcript
  • PENDAHULUAN Prevalensi RA10 25 %Sifat Kronis Kualitas hidup* Produkstivitas kerja* Waktu sekolah * Dampak sosial * Beban ekonomiCo- morbid : asma, rinosinusitis, polip nasi, otitis media, ISPA

  • Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah kelainan hidung yang disebabakan oleh proses inflamasi mukosa hidung yang diperantarai oleh reaksi hipersensivitas / alergi tipe I dari Gell & Comb setelah mukosa hidung terpapar alergen.

  • PATOFISIOLOGIGejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor :AlergenPolutanAspirin

  • DiagnosisGejala :* Bersin (> 5 x setiap kali serangan) Gambar bersin * Rinore (ingus bening encer)* Hidung tersumbat (menetap/berganti2)* Gatal pada hidung, tenggorok, langit2, telinga

  • P-5 skorTabel 1

  • Pengaruh terhadap kualitas hidup seperti adakah gangguan terhadap pekerjaan, sekolah, tidur dan aktifitas sehari-hariTabel 2 p-5

  • Hiposmia / anosmiPost nasal drip / batuk kronik Variasi diurnalFrekuensi serangan, beratnya penyakit, lama sakit, intermiten atau persisten

  • IntermitenGejala< 4 hari / minggu Atau < 4 minggu PersistenGejala> 4 hari / minggu Atau > 4 minggu Ringan

    Tidur normal Aktifitas sehari hari, saat olahraga dan saat santai normal Bekerja dan sekolah normalTidak ada keluhan yang mengganggu

    Sedang Berat Satu atau lebih gejala Tidur terganggu (tidak normal)Aktivitas sehari-hari, saat olehraga dan saat santai terganggu MAsalah saat bekerja dan sekolah Ada keluhan yang mengganggu

  • TES ALERGITes profokasi

  • Hal 11

  • KLASIFIKASIKlasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu

    Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan atau lebih dari 4 minggu

  • Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi :Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu

    Sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas(1,7)

  • Treatment Of Allergy Rhinitis : ARIAMild IntermittentModerate SevereIntermittent Mild PersistentModerate SeverePersistent

  • Klasifikasi Rhinitis AlergiIntermitenGejala< 4 hari / minggu Atau < 4 minggu PersistenGejala> 4 hari / minggu Atau > 4 minggu Ringan

    Tidur normal Aktifitas sehari hari, saat olahraga dan saat santai normal Bekerja dan sekolah normalTidak ada keluhan yang mengganggu

    Sedang Berat Satu atau lebih gejala Tidur terganggu (tidak normal)Aktivitas sehari-hari, saat olehraga dan saat santai terganggu MAsalah saat bekerja dan sekolah Ada keluhan yang mengganggu

  • ETIOLOGI Penyebab rinitis alergi berbeda-beda bergantung pada gejalanyamusiman, perenial, ataupun sporadik/episodik.

  • Untuk rinitis alergi musiman, pencetusnya biasanya serbuksari (pollen) dan spora jamur. Sedangkan untuk rinitis alergi perenial pencetusnya bulu binatang, kecoa, tikus, tungau, kasur kapuk, selimut, karpet, sofa, tumpukan baju dan buku-buku.Alergen inhalan selalu menjadi penyebab. Serbuksari dari pohon dan rumput, spora jamur, debu rumah, debris dari serangga atau tungau rumah adalah penyebab yang sering. Alergi makanan jarang menjadi penyebab yang penting.

  • PATOFISIOLOGIGejala rinitis alergika dapat dicetuskan oleh beberapa faktor :AlergenPolutanAspirin

  • pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi kelenjar dan kontraksi otot polos.(2)

  • PATOFISIOLOGIAlergenAlergen hirupan merupakan alergen terbanyak penyebab serangan gejala rinitis alergika. Tungau debu rumah, bulu hewan, dan tepung sari merupakan alergen hirupan utama penyebab rinitis alergika dengan bertambahnya usia, sedang pada bayi dan balita, makanan masih merupakan penyebab yang penting.

  • Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.(6)Berdasarkan cara masuknya, allergen dibagi atas :(1)Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel, bulu binatang. Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan misalnya susu, telur, coklat, ikan, udang. Alergen injektan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa. Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

  • PATOFISIOLOGIPolutanFakta epidemiologi menunjukkan bahwa polutan memperberat rinitis. Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Mekanisme terjadinya rinitis oleh polutan akhir-akhir ini telah diketahui lebih jelas.AspirinAspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentu.

  • GEJALA KLINIS/SymptomManifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung.

  • Tanda-tanda fisik yang sering ditemuiperkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease),edema konjungtiva, mata gatal dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish).

  • CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSADiagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium.

    Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika.

  • Pemeriksaan fisik meliputi :Gejala utama dan Gejala minor. Uji laboratorium :Pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan Pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung.

  • KOMPLIKASIPolip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. Sinusitis paranasal. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama khususnya pada anak-anak. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.

  • PROGNOSISBanyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada alergen.

  • PENYULITSinusitis kronis (tersering)Poliposis nasalSinusitis dengan trias asma (asma, sinusitis dengan poliposis nasal dan sensitive terhadap aspirin)AsmaObstruksi tuba Eustachian dan efusi telingah bagian tengahHipertyopi tonsil dan adenoid Gangguan kognitif

  • PENATALAKSANAANHindari kontak dengan alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi. Keduanya merupakan terapi paling ideal. Eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan) Simtomatis. Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, obat-obatan simpatomimetik, kortikosteroid dan sodium kromoglikat. Operatif. Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat. Imunoterapi. Imunoterapi atau hiposensitisasi digunakan ketika pengobatan medikamentosa gagal mengontrol gejala atau menghasilkan efek samping yang tidak dapat dikompromi. Imunoterapi menekan pembentukan IgE. Imunoterapi juga meningkatkan titer antibodi IgG spesifik. Jenisnya ada desensitisasi, hiposensitisasi & netralisasi. Desensitisasi dan hiposensitisasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi inhalan.