i
REVITALISASI DAN PEMANFAATAN BENTENG
VREDEBURG DI YOGYAKARTA TAHUN 1976 - 2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
SOMA HARJAD PRASETYA
C0506050
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Soma Harjad Prasetya
NIM : C0506050
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Revitalisasi Dan
Pemanfaatan Benteng Vredeburg Di Yogyakarta Tahun 1976 - 2011 adalah betul-
betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal
yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Soma Harjad Prasetya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Ar-Ra’d: 6)
Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusu’
(Q.S.AL. Baqarah: 45)
Banyak orang gagal dalam hidup karena mereka menyerah pada saat mereka
hampir berhasil
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Adikku Mahana dan Lisa
Yane Dila Keswara, penyemangatku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-
Nya kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “Revitalisasi Dan Pemanfaatan Benteng Vredeburg Di
Yogyakarta Tahun 1976 - 2011”
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung,
baik moral, material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi
ini dapat berjalan dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu
kepada :
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan fasilitas
dan kemudahan dalam perizinan kepada penulis untuk penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberi kemudahan kedapa penulis dalam menyelesaikan penelitian ini
3. Drs. Suharyana, M. Pd, selaku Pembimbing Skripsi, yang memberikan banyak
dorongan, masukan dan kritik yang membangun dalam proses penulisan
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Insiwi Febriary Setiasih, S.S, M.A, selaku Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
dan wacana pengetahuan.
6. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta,
Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan Perpustakaan
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
7. Dra. Hj. Sri Ediningsih, M.Hum, selaku Kepala Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis.
8. Dra. Amin Sukrilah, selaku Sub Kelompok Pengkajian Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta dan Bapak Suseno, yang telah bersedia membantu
memberikan informasi dan data yang penulis perlukan.
9. Bapak Rosyid Ridho, Bapak Budi Sanyata, Ibu Suwarni, selaku pegawai Sub
Kelompok Bimbingan Edukasi yang telah membantu dalam mencari data dan
sumber yang diperlukan.
10. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat
dengan tulus ikhlas serta doa yang tidak penah putus kepada penulis.
11. Kedua adikku Mahana dan Lisa serta keluarga besarku, terima kasih atas kasih
sayang kalian.
12. Yane Dila Keswara, penyemangatku yang tidak henti-hentinya memberikan
dorongan, semangat, perhatian, pengertian, cinta dan ide-ide baru kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan maksimal. Terima kasih pula
atas kesabaran mendengar semua keluh kesahku.
13. Teman-teman Ilmu Sejarah angkatan 2006 “Tanpa terkecuali” terima kasih
atas “Semuanya” dan persahabatan indah yang kalian beri, serta terima kasih
pula untuk teman-teman Ilmu Sejarah angkatan 2004, 2005, 2007, 2008, 2009,
2010 dan 2011.
14. Sahabat-sahabatku: Andi Pramono, Ebet Sabowo, Bayu Putranto, Septa Catur
dan Pando Ardiansah yang masih setia dan mendukung saya.
15. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap akan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun, agar skripsi ini menjadi lebih baik.
Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………..…………… i
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………..……………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………..………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN ………………………….…………………….. iv
HALAMAN MOTTO ………………………………….………….………….. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………..…………………….. vi
KATA PENGANTAR …………………………………..…………………….. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………….…………………. x
DAFTAR GAMBAR ……………...……………………….…………………. xii
DARTAR BAGAN …………………………..…………….…………………. xiii
DAFTAR SINGKATAN ……………………………………...………………. xiv
DARTAR LAMPIRAN …………………………………..…………………… xvi
ABSTRAK ……………………………………………………………………. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………….………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Kajian Pustaka .............................................................................. 10
F. Metode Penelitian ......................................................................... 13
G. Sistematika Penulisan ……………...……….............………........ 17
BAB II. PERKEMBANGAN BENTENG VREDEBURG MASA
KOLONIAL DAN MILITER .............................................................. 18
A. Deskripsi Kota Yogyakarta .........................…………………..... 18
1. Sejarah Kota Yogyakarta ......................................................... 18
2. Kondisi Geografis ................................................................... 23
B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg ....................................... 24
C. Masa Pemerintahan Kolonial ....................................................... 28
D. Sebagai Markas Militer ................................................................ 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III. REVITALISASI BENTENG VREDEBURG ..................................... 49
A. Pengertian Revitalisasi .....………………………......................... 49
B. Kawasan dan Lingkungan Benteng Vredeburg ........................... 51
1. Kawasan ................................................................................... 51
2. Lingkungan .............................................................................. 59
C. Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg Yogyakarta ................... 60
BAB IV. PEMANFAATAN BENTENG VREDEBURG SEBAGAI
MUSEUM ........................................................................................... 74
A. Penataan dan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 1976-
1991
74
1. Kepemimpinan Ki Suratman ................................................... 74
2. Kegiatan Kelembagaan ............................................................ 75
B. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 1992-2004 78
1. Kepemimpinan Drs. Budiharja ................................................ 78
2. Kegiatan Kelembagaan ............................................................ 81
C. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 2004-2008 89
1. Kepemimpinan Drs. Wahyu Indrasana .................................... 89
2. Kegiatan Kelembagaan ............................................................ 91
D. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 2008-2011 95
1. Kepemimpinan Dra. Sri Ediningsih. M.Hum .......................... 95
2. Kegiatan Kelembagaan ............................................................ 96
E. Bangunan dan Perubahan Fungsi Ruang di Benteng Vredeburg . 99
F. Pemanfaatan Benteng Vredeburg di Yogyakarta Sebagai
Museum ........................................................................................ 107
1. Fasilitas Museum ..................................................................... 108
2. Pemanfaatan ............................................................................. 117
BAB V. KESIMPULAN .................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 122
DAFTAR INFORMAN ...................................................................................... 127
LAMPIRAN ....................................................................................................... 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1: Foto Pemugaran Pintu Gerbang Utama ..…………………….. 62
Gambar 2: Foto Pemugaran Gedung Tengah Selatan…………………….. 63
Gambar 3: Foto Pemugaran Gedung Tengah Utara…………………….... 63
Gambar 4: Foto Benteng tidak terawat dan rusak ……………………..… 75
Gambar 5: Foto Kantor Benteng Vredeburg …………………………….. 100
Gambar 6: Foto Bangunan Eropa Atap Lancip ………………………..… 101
Gambar 7: Foto Bangunan Bekas Rumah Sakit ………………..……..… 102
Gambar 8: Foto Ruang Pameran Diorama I ……...………………….….. 103
Gambar 9: Foto Ruang Pameran Diorama II ………….…………..….… 104
Gambar 10: Foto Bangunan Barak Prajurit …….…………………….… 105
Gambar 11: Foto Ruang Pameran Diorama IV …………………………. 106
Gambar 12: Foto Gudang Senjata dan Gudang Miseu …………..……... 107
Gambar 13: Foto Ruang Pameran tempat untuk menyiapkan
Koleksi-koleksi Museum …………………………….……… 111
Gambar 14: Foto Perpustakaan ……………………..…………………… 112
Gambar 15: Foto Ruang Studi Koleksi .............................................……. 113
Gambar 16: Foto Ruang Konservasi …………………………….….….... 114
Gambar 17: Foto Ruang Dokumentasi …………………..………………. 115
Gambar 18: Foto Taman ……………………………………………..…… 116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 : Bagan Organisasi Museum Benteng Yogyakarta ……..……… 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR SINGKATAN
APRI : Angkatan Perang Republik Indonesia
BANPRES : Bantuan Presiden
BCB : Bangunan Cagar Budaya
BFO : Bijeenkomsht voor Federaal Overleg
BNI : Bank Negara Indonesia
CV : Commanditaire Vennootschap
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
HANKAM : Pertahanan dan Keamanan
IVG : Informatie Voom Geheimen
KMA : Koninkalijke Militaire Academie
KMB : Konferensi Meja Bundar
P4 : Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
PBB : Perserikatan Bangsa Bangsa
PKI : Partai Komunis Indonesia
PANGDAM : Panglima Daerah Militer
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
RI : Republik Indonesia
RIS : Republik Indonesia Serikat
RKS : Rencana Kegiatan Sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SDM : Sumber Daya Manusia
SPPD : Surat Perintah Perjalanan Dinas
SPK : Surat Pengadaan Koleksi
TK : Taman Kanak Kanak
TKR : Tentara Keamanan Rakyat
TNI : Tentara Nasional Indonesia
UNCI : United Nations Comission of Indonesia
UPT : Unit Pelaksanaan Teknis
UU : Undang Undang
UUD : Undang Undang Dasar
VIP : Very Important Person
VOC : Vereenigde Oostindische Compagnie
YONIF : Batalyon Infanteri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Berita Nasional Gambar Halaman Depan Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta 1 April 1990 ……………… 130
Lampiran 2 : Berita Nasional Benteng Vredeburg Saksi Sejarah
Kemerdekaan 10 April 1990………………………………... 131
Lampiran 3 : Kedaulatan Rakyat Kajian Historis Benteng Vredeburg
17 Juni 1990 ………..………………………………………… 132
Lampiran 4 : Kedaulatan Rakyat Benteng Vredeburg Kini telah Jadi
Museum Benteng Yogyakarta 5 Desember 1993……..……… 133
Lampiran 5 : Piagam Perjanjian Benteng Vredeburg Tahun 1980 …...……. 135
Lampiran 6 : Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Tentang Pernyataan Benteng
Vredeburg Sebagai Cagar Budaya Nasional Tahun 1980…..... 138
Lampiran 7 : Keputusan Pemimpin Proyek Pengembangan
Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1983…..... 140
Lampiran 8 : Surat Keputusan Pemimpin Proyek Pengembangan
Permuseuman Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1983….... 142
Lampiran 9 : Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Museum Benteng Yogyakarta Tahun 1992……..……... 144
Lampiran 10 : Pengadaan Koleksi Museum Tahun 1993…..………………... 150
Lampiran 11 : Surat Perintah Kerja Tahun 1993………..…….….………….. 152
Lampiran 12 : Berita Acara Serah Terima Barang Tahun 1993…..…………. 154
Lampiran 13 : Laporan pengadaan/Pembelian Benda-benda Koleksi
Museum Benteng Yogyakarta Tahun 1996/1997 …..………... 155
Lampiran 14 : Surat Tugas Tahun 1996……………………..………………. 158
Lampiran 15 : Laporan Pengadaan/Pembelian Benda-benda Koleksi
Museum Benteng Yogyakarta Tahun 1997/1998…………… 160
Lampiran 16 : Foto-foto Bangunan Benteng Vredeburg Sebelum di
Revitalisasi Tahun 1976…….………………………………... 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 17 : Foto-foto Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg
Yogyakarta Tahun 1980…………..………………………….. 174
Lampiran 18 : Foto-foto Bangunan Benteng Vredeburg Tahun 2012 ….…... 176
Lampiran 19 : Denah Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta …………..... 188
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRAK
Soma Harjad Prasetya. C0506050. 2012. Revitalisasi dan Pemanfaatan Benteng
Vredeburg di Yogyakarta Tahun 1976-2011. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini dilatar belakangi permasalahan mengenai pengelolaan,
proses revitalisasi dan perubahan pemanfaatan Benteng Vredeburg di Yogyakarta
setelah direvitalisasi periode 1976-2011. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) Sejarah Pengelolaan Benteng Vredeburg di Yogyakarta (2) Proses
Revitalisasi Benteng Vredeburg di Yogyakarta (3) Perubahan Pemanfaatan
Benteng Vredeburg di Yogyakarta setelah Revitalisasi. Penelitian ini merupakan
penelitian historis, yang mendiskripsikan dan menganalisis pengelolaan,
perubahan pemanfaatan setelah di revitalisasi, langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi heuristic, kritik sumber baik intern maupun ekstern,
interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
metode wawancara, studi dokumen dan studi pustaka. Tehnik analisa adalah
deskriptif kualitatif dengan memaparkan suatu fenomena dan menginterpretasikan
data-data yang berhubungan dengan topik permasalahan, peristiwa yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Penataan Pengelolaan Benteng
Vredeburg di Yogyakarta mengalami pemugaran renovasi bangunan dan telah
dilaksanakan revitalisasi selanjutnya ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya
berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diberi
wewenang untuk menggunakan, mengelola Benteng Vredeburg diwajibkan
memelihara melestarikan dan menyelamatkan. Pergantian pengelola sesuai
periode tahun 1796-2011 telah banyak mengalami perubahan mengenai program
dan kegiatan kelembagaan. Perubahan nama menjadi Museum sejak tanggal 11
Maret 1987 mulai dibuka untuk umum. Status Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis sebagai Museum Negeri
(Pemerintah) berbagi kegiatan dibiayai oleh dana Anggaran Pendapatan Belanja
Negara.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta periode tahun 1976-2011 tidak mengalami
perubahan fungsi bangunan meskipun dilakukan revitalisasi dan dimanfaatkan
untuk umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRACT
Soma Harjad Prasetya. C0506050. 2012. Revitalization and Utilization in
Yogyakarta Vredeburg 1976-2011. Thesis: Department of History Faculty of
Literature and Fine Arts University of Surakarta of March.
This background research on management issues, the process of
revitalization and Vredeburg use change in Yogyakarta after the revitalized the
period 1976-2011. This study aims to determine (1) History Management
Vredeburg in Yogyakarta (2) The process of revitalization Vredeburg in
Yogyakarta (3) Vredeburg Use Change in Yogyakarta after revitalization. The
study is a historical study, which describe and analyze the management, utilization
changes after the revitalization, the steps undertaken in this research include
heuristic, source criticism both internally and externally, interpretation, and
historiography. Data collection techniques used were interviews, document
studies and literature study. Is a qualitative descriptive analysis technique by
describing a phenomenon and interpret data related to the topic of problems, the
events that occurred.
The results showed that the management arrangement in Yogyakarta
Vredeburg undergoing refurbishment and renovation of buildings have been
carried out subsequently designated as a revitalization of heritage objects based on
the Decree of the Minister of Education and Culture is authorized to use, manage
and Vredeburg enjoined to preserve and maintain the rescue. Appropriate
management turnover period 1796-2011 has undergone many changes on the
programs and institutional activities. Change its name to Museum of the date of
March 11, 1987 was opened to the public. Status Vredeburg Yogyakarta Museum
is a museum Technical Unit State (government) to share the activities financed by
funds from the Revenue Expenditure.
Based on the above discussion it can be concluded that the Museum
Vredeburg Yogyakarta year period 1976-2011 has not changed although the
functions performed and used for general revitalization.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran sejarah niscaya bermula dari pemahaman tentang sejarah itu
sendiri.Secara terbalik bisa dilukiskan kesadaran sejarah suatu bangsa, masyarakat
hanya mungkin timbul oleh karena adanya sejarah atau peristiwa sejarah yang telah
dialami oleh masyarakat dan bangsa bersangkutan.Kesadaran tentang sejarah pada
sejarah masyarakat itu sendiri.1
Masa lampau adalah kehadiran masa kini dan masa kini adalah kerangka
pematangan menuju masa depan. Serta masa depan adalah sesuatu yang belum,
namun pasti akan terwujud. Atas dasar pemikiran ini, sejarah dapat dipahami sebagai
masa lampau yang belum berakhir, belum selesai.Sepintas tampaknya pemikiran ini
lebih menekankan pada dimensi kelampauan. Secara implisit yang lebih
menyemangati kontinuitas tridimensional waktu, dengan perhatian yang besar pada
masa depan. Oleh sebab itu, pemahaman sejarah, pendidikan sejarah yang hanya
menitikberatkan pada statistik peristiwa masa lampau, sebenarnya hanya akan
memasung kedewasaan kesadaran tentang sejarah.2Apabila fakta sejarah menjadi
barometer utama membina kesadaran sejarah, secara tegas untuk meragukan
1Asmar Teguh.,Pemeliharaa Dan Perlindungan Benda-Benda Sejarah dan
Purbakala, (Jakarta: Palem Jaya, 1982), hlm.5 2Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
intensitas kesadaran sejarah yang telah tersemaikanselama ini di dalam sanubari
masing masing sebab hanya bila fakta sejarah yang menjadi ukuran dalam kesadaran
sejarah, niscaya banyak di antara yang dikatagorikan tidak atau kurang memiliki
kesadaran sejarah.3
Sejauh ini telah dibahas dan dipahami sedikit tentang kesadaran
sejarah,meskipun tampaknya pemahaman di atas terkesan agak filsofis.Kesadaran
sejarah perlu dibina khususnya di kalangan generasi muda. Pendeknya dibutuhkan
untuk membuat masyarakat lebih arif dan bijaksana dalam masa yang belum pasti,
paling tidak kesadaran sejarah akan mengantarkan untuk tidak akan berbuat salah
untuk kesalahan yang sama dimasa yang akan datang.4
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata
setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Setelah diadakan penelitian maka usaha kearah pemugaran bangunan bekas Benteng
Vredeburg pun segera dimulai.
Tanggal 9 Agustus 1980 dilakukan penandatanganan piagam perjanjian antara
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pihak I dan Daud Jusuf (Mendikbud)
sebagai pihak II tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg. Dengan
pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan
bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan
3Ibid.,hlm. 15
4Ibid.,hlm. 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan
Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15
Juli 1981. Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh
Nugroho Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan
bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum
Perjuangan Nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.5
Sesuai dengan Piagam Perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan
tata ruang bagi gedung-gedung di dalam komplek benteng Vredeburg diijinkan sesuai
dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran
bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum.Tahun 1987 museum telah
dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas
Benteng Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum
Benteng Yogyakarta.6
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
5Suharja.,Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg, (Yogyakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009), hlm.2. 6Ibid., hlm. 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan
di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala
yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian,
penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural
mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.7
Benteng ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi perjuangan
melawan penjajah. Sebelum dikenal dengan nama Benteng Vredeburg seperti
sekarang, benteng ini bernama Benteng Rustenburg. Menurut data dari pusat Data
Arsitektur Indonesia tercatat ada kurang lebih 300an peninggalan benteng di
Indonesia.Dari sejumlah itu hanya 5 persen yang kondisinya terawat, salah satu
diantaranya adalah Benteng Vredeburg Yogyakarta.8
Pendirian Benteng Vredeburg Yogyakarta tidak dapat dilepas dari lahirnya
Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755 yang berhasil
menyelesaikan perselisihan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan pangeran
Mangkubumi (Sri Sultan HB I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu
ingin turut campur urusan dalam negeri Raja–Raja Jawa waktu itu. Orang Belanda
yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah Nicolaas Harting
(Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa).9
7Ibid.,hlm. 7
8Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta 9Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan HB I adalah segera
membangun kraton dengan membuka hutan beringin. Sri Sultan HB I mengumumkan
bahwa wilayah kekuasaan diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat (Ngayogyakarta
Hadiningrat). Pemilihan nama ini dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah
yaitu Hutan Beringin yang pada jaman almarhum Sri Susuhan Amangkurat Jawi
(Amangkurat IV) merupakan kota kecil yang indah.Di dalamnya terdapat istana
pesanggrahan yang terkenal dengan Garjitowati.Kemudian pada jaman Sri Susuhan
Paku Buwono II bertahta di Pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Nama
Ngayogyakarta di tafsirkan dari kata “Ayuda” dan “Karta”. Kata “a” berarti tidak dan
“yuda” berarti perang.Jadi “Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau
damai.Sedangkan “Karta” berarti aman dan tentram. Jadi Ngayogyakarta dapat
diartikan sebagai “Kota yang aman dan tenteram”.10
Selain sebagai Panglima Perang yang tangguh Sri Sultan HB I adalah juga
seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton Kasultanan Yogyakarta pertama dibangun
pada tanggal 9 Oktober 1755 dan pada hari Kamis Pahing 7 Oktober 1756 meski
belum selesai secara sempurna Sultan dan keluarganya berkenan untuk
menempatinya. Setelah Kraton mulai ditempati kemudian beridiri pula bangunan-
bangunan pendukung lainnya, misalnya bangunan kediaman Sultan dan kerabat
dekatnya dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1756.Bangunan Sitihinggil
dan Pagelaran yang selesai pada tahun 1757.Gapura penghubung Dana Pertapa dan
Kemagangan selesai pada tahun 1761 dan 1762.Masjid Agung didirikan pada tahun
10
Ibid.,hlm. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
1771.Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai pada tahun 1777.Bangsal
Kencana akhirnya selesai dibangun pada tahun 1792. Melihat kemajuan yang sangat
pesat akan pembangunan kraton yang didirikan Sri Sultan HB I menimbulkan rasa
kekhawatiran pada pihak Belanda sehingga diajukanlah usul untuk membangun
sebuah benteng disekitar wilayah kraton. Dalih yang digunakan adalah agar Belanda
dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya.Akan tetapi maksud sesungguhnya
Belanda adalah untuk memudahkan melakukan kontrol perkembangan yang terjadi di
kraton.Hal ini bisa dilihat dari letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam
dari kraton dan lokasinya menghadap ke jalan utama menuju kraton merupakan
indikasi utama bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi,
intimidasi, penyerangan dan blokade.Dapat dikatakan bahwa beridirinya benteng
tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan
muka memusuhi Belanda.Besarnya kekuatan dibalik kontrak politik yang dilahirkan
dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang
sulit dilawan oleh pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda termasuk Sri
Sultan HB I, oleh karena itu usulan pembangunan benteng dikabulkan.11
Sejak dibangun pada 1760, Loji Gede atau Benteng Vredeburg menyimpan
banyak refleksi sejarah bangsa ini.Salah satu situs paling dikenal di Yogyakarta ini
menawarkan pengalaman wisata sejarah bagi pengunjungnya. Begitu memasuki
pelataran benteng akan disambut bangunan bergaya arsitektur kolonial.
11
Ika Prambudi., Sejarah Benteng Vredeburg, (Yogyakarta: Departemen
kebudayaan dan pariwisata,1998), hlm. 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sebagai situs sejarah.Benteng Vredeburg memiliki koleksi sangat
lengkap.Koleksi dibagi empat, yaitu bangunan, realm, foto, miniatur, replika, lukisan,
serta minimum.Koleksi bangunan terdiri atas selokan, jembatan, tembok atau
benteng, pintu gerbang, serta bangunan di bagian tengah."Pengelola Museum
Benteng Vredeburg mengemban tugas melaksanakan pengumpulan, perawatan,
pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberi
bimbingan edukatif tentang sejarah bangsa, Selain sebagai situs sejarah.Vredeburg
kini juga dimanfaatkan sebagai lokasi event berskala lokal, nasional, maupun
internasional.Misalnya lokasi pergelaran Festival, Seni Yogyakarta setiap
tahun.Otomatis ini menjadikan benteng sebagai salah satu ikon pengembangan
kebudayaan di Yogyakarta.
Awalnya Vredeburg dinamai Rustenberg, artinya Benteng
Peristirahatan.Setelah direhabilitasi seusai gempa 1876, namanya diganti menjadi
Vredeburg.Bangunan kuno ini awalnya dipakai Belanda sebagai markas
pasukan.Namun pada 1811-1816, dikuasai Inggris yang sempat menguasai
Indonesia.Pada 1942, Vredeburg jatuh ke tangan Jepang yang memanfaatkannya
sebagai gudang senjata dan mesiu, tahanan, politik, dan markas kempetai yang
terkenal kejam.12
Pada saat gema proklamasi tercetus, Benteng Vredeburg turut menjadi salah
satu aset asing yang dinasionalisasi tentara Indonesia.Namun, untuk benar-benar
12
Suharyanto Priyono Sukrilah.,Museum Benteng Vredeburg, (Yogyakarta:
Depdikbud, 1992), hlm. 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menguasai benteng secara penuh, Indonesia harus berusaha lebih keras karena
Belanda merebutnya kembali saat agresi militer.Akan tetapi, benteng kembali jatuh
ke tangan Indonesia sebagai dampak Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Perjanjian
Roem Royen.Sejak dikelola militer Indonesia, benteng dijadikan tempat tahanan
terkait peristiwa gugurnya Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono.Namun, Ki Hajar
Dewantara mengusulkan untuk mengubah Vredeburg sebagai ajang kebudayaan.13
Ide itu direalisasikan setelah mantan Presiden Soeharto menyetujui
pemugaran benteng dan bersedia menjadi pembina utama Yayasan Budaya Nusantara
dan sekaligus memberikan dana. Benteng Vredeburg selanjutnya menjadi pusat
informasi dan pengembangan budaya nusantara.Benteng Vredeburg juga ditetapkan
menjadi benda cagar budaya pada 1981. Menurut mantan Mendikbud Prof Dr
Nugroho Notosusanto, pemugaran Benteng Vredeburg tidak dimaksudkan untuk
melestarikan simbol keperkasaan dan kejayaan kolonial Belanda, melainkan untuk
fungsi baru, yaitu sumber inspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Pengelolaan Benteng Vredeburg di Yogyakarta?
2. Bagaimana Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg di Yogyakarta?
13
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Bagaimana Perubahan Pemanfaatan Benteng Vredeburg di Yogyakarta setelah
revitalisasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan dari penelitan ini
adalah:
1. Mengetahui Sejarah Pengelolaan Benteng Vredeburg di Yogyakarta.
2. Mengetahui Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg di Yogyakarta.
3. Mengetahui Perubahan Pemanfaatan Benteng Vredeburg di Yogyakarta Setelah
Revitalisasi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis,
maupun secara praktis dilapangan.Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukkan kepada pengelola Benteng Vredeburg di Yogyakarta.Secara
praktis penelitian ini diharapkan agar pengunjung mendapatkan informasi yang akurat
dan merasakan fasilitas baru yang disediakan oleh Benteng Vredeburg yang
merupakan bagian dari promosi demi menjaga keberadaan Benteng Vredeburg itu
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
E. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini menggunakan literature dan referensi yang relevan dan
menunjang tema yang dikaji. Literatur tersebut akan dijadikan bahan acuan mengkaji,
menelusuri dan mengungkap pokok permasalahan. Literatur yang digunakan antara
lain:
Ninuk A dalam artikel yang berjudul Renovasi Museum Benteng Vredeburg
(1991). Artikel ini menjelaskan sejarah renovasi Museum Vredeburg, proses
renovasi, fungsinya sebagai museum, proses renovasi bangunan di Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Renovasi bangunan Benteng Vredeburg tersebut sebagai
upaya pelestarian bangunan museum yang termasuk bangunan cagar budaya (BCB)
serta untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke museum
itu.Dengan adanya renovasi sekarang banyak wisatawan local maupun mancanegara
yang berdatangan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan mereka.
Untung dalam skripsi yang bejudul Studi Tentang Perencanan Pengembangan
Benteng Vredeburg Sebagai Museum Di Daeah Istimewa Yogyakarta diterbitkan oleh
Akademi Pariwisata Indonesia Yogyakarta (1991).Skripsi ini menjelaskan dengan
pengembangan yang dilakukan tahap demi tahap dan juga pembangunan-
pembangunan pemugaran bangunan yang ada di Benteng Vredenburg tersebut agar
tidak merusak aturan-aturan atau cara-cara merenovasi bangunan-bangunan yang ada
di Benteng Vredeburg tersebut sehingga bangunan cagar budaya Benteng Vredeburg
tetap menjadi seperti aslinya dan tetap menjadi bangunan kuno dan setelah selesai
nanti diharapkan akan dapat menambah khasanah kepariwisataan wisatawan local
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
maupun wisatawan mancanegara di Yogyakarta sebagai kota wisata dan kota
perjuangan. Skripsi ini berguna untuk menjelaskan tentang pengembangan dan cara-
cara pemugaran bangunan tidak merusak bangunan cagar budaya.
Suharyanto Priyono Sukrilah dalam bukunya yang berjudul Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta (1992), membahas mengenai renovasi Benteng Vredeburg
hasilnya dapat disimpulkan, bentuk tetap sama yakni segiempat dan bangunan bekas
Benteng Vredeburg dipugar dan dilestarikan. Dalam pemugaran pada bentuk luar
masih tetap dipertahankan, sedang pada bentuk bagian dalamnya dipugar dan
disesuaikan dengan fungsinya yang baru sebagai ruang museum, begitu juga dengan
adanya renovasi penambahan taman-taman di area Museum Benteng Vredeburg
sehingga memperindah kajian bangunan dan daya tarik kepariwisataan Benteng
Vredeburg Yogyakarta dan fungsinya menjadikan museum. Benteng Vredeburg juga
memiliki koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realita, koleksi foto
termasuk miniatur dan replika serta koleksi lukisan.Selain itu terdapat pula empat
ruang diorama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.koleksi-koleksi baru serta dapat
diperjelas adanya pemandu wisata yang jumlahnya makin ditingkatkan. Buku ini
berguna sebagai acuan dalam menjelaskan dari hasil pemugaran bangunan-bangunan
Benteng Vredeburg ini tetap dipertahankan dan fungsi baru dari bangunan tersebut
difungsikan sebagai tempat museum untuk menyimpan benda-benda koleksi.
Pramatang Kusumo dalam bukunya yang berjudul Menimba ilmu dari
Museum (1990) membahas mengenai Permusiuman di Indonesia, pemanfaatan
museum di indonesia. Dalam buku ini menjelaskan mengenai peninggalan sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dan purbakala yang merupakan sebuah benda warisan budaya bangsa, bagaimana
upaya penyelamatan warisan budaya serta pemugaran museum-museum agar tidak
merusak bagunan cagar budaya yang mempunyai nilai sejarah yang ada.Buku ini
berguna untuk mengetahui bagaimana perkembangan permusiuman di Indonesia
salah satunya adalah Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Buku yang berjudul Bunga Rumpai Permuseuman (1997) karangan Bambang
Sumadio, yang menjelaskan mengenai strategi dasar kebijakan Direktorat
Permuseuman serta orientasi kebudayaan dan program-program dalam permuseuman,
serta bagaimana kemajuan museum untuk masa depan dan fungsi- fungsi museum
sebagai komunikator antara benda-benda peninggalan yang dijadikan objek koleksi
dengan para pengunjung dan sebagai sarana prasarana belajar utuk pelajar. Buku ini
memberikan gambaran bagaimana cara-cara pelestarian koleksi yang ada di Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta dan juga Museum sebagai sarana prasarana belajar.
Buku karangan Amir Sutarga yang berjudul Persoalan Museum di Indonesia
(1962) menjabarkan mengenai permasalahan-permasalahan yang berada dalam
museum, tugas-tugas yang diemban oleh museum, serta tugas dari intansi yang
mengelola sebuah museum, dan persoalan yang ada di museum pusat dan museum
daerah. Buku ini untuk memberikan gambaran mengenai kendala-kendala yang
terjadi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Buku karangan Widayati N yang berjudul Penyertaan Peran Serta
Masyarakat Dalam Progam Revitalisasi (2000).Menerangkan bahwa pelaksanaan
revitalisasi harus melalui beberapa tahapan masing-masing tahapan harus
memberikan upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kawasan.
Buletin yang berjudul Museum Benteng vredeburg (2000) yang ditulis oleh
Suharja menjelaskan beberapa informasi sejarah dan kebudayaan berusaha
disosialisasikan melalui buletin Vredeburg kepada masyarakat sehingga terwujud
pengembangan dan pemanfaatan museum yang mampu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk mengadakan
penelitian terhadap data dan fakta yang objektif agar sesuai dengan tujuan penelitian,
sehingga dapat terbukti secara ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode historis. Menurut Louis Gottschalk yang dimaksud metode historis
adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari pengalaman masa
lampau.14
Metode historis ini terdiri dari 4 tahap yang saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya, yaitu :
14
Louis Gottschalk.,Mengerti Sejarah, edisi terjemahan Nugroho
Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 32.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1. Heuristik, merupakan suatu proses pengumpulan bahan atau sumber-sumber
sejarah.
a. Wawancara
Metode wawancara merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang itu.Cara ini berguna untuk mendapatkan sumber
lisan dari orang yang mengetahui peristiwa itu.15
Dalam penelitian ini
mewawancarai kepala Museum Benteng Vredeburg Sri Ediningsih, M.Hum dan
Suseno, Sunyoto, Agus, Amin Sukrilah, Rudi Bambang untuk mengetahui sejarah
Benteng Vredeburg, proses revitalisasi Benteng Vredeburg, perubahan
pemanfaatan Benteng Vredeburg setelah revitalisasi.
b. Studi dokumen
Dalam studi ini karena fokus penelitian adalah peristiwa yang sudah lampau,
maka salah satu sumber yang digunakan adalah sumber dokumen.Dokumen
dibedakan menjadi dua macam yaitu dokumen dalam arti sempit dan dokumen
dalam arti luas. Menurut Sartono Kartodirdjo, dokumen dalam arti sempit adalah
kumpulan data verbal dalam bentuk tulisan seperti surat kabar, catatan harian,
laporan dan lain-lain.16
Penggunaan dokumen dalam penelitian ini adalah
dokumen dalam arti sempit. Studi dokumen mempunyai arti metodologis yang
15
Koentjaraningrat.,Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1983), hlm. 162-196. 16
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hlm. 98.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sangat penting, sebab selain bahan dokumen menyimpan sejumlah besar fakta dan
data sejarah, bahan ini juga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan, apa,
kapan dan mengapa.17
Studi tentang dokumen bertujuan untuk menguji dan
memberi gambaran tentang teori sehingga memberi fakta dalam mendapat
pengertian historis tentang fenomena yang unik.18
Dokumen berupa: Surat Kabar
tentang Benteng Vredeburg, Piagam Perjanjian Benteng Vredeburg, Arsip
Pernyataan Benteng vredeburg Sebagai Bangunan Cagar Budaya, Pengadaan
Koleksi Museum Benteng Vredeburg, Arsip revitalisasi Benteng Vredeburg, foto-
foto terkait revitalisasi dan sejarah manajemen Pengelola Museum Benteng
Vredeburg.
c. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan
literatur dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data
sekunder sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh melalui studi
dokumen dalam sumber data penelitian. Sumber pustaka yang digunakan antara
lain: buku, majalah, surat kabar, artikel, makalah, jurnal ilmiah dan sumber lain
yang memberikan informasi tentang tema yang diteliti. Studi pustaka dalam
penelitian ini dilakukan di perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan Pusat UGM
dan Perpustakaan UGM, Perpustakaan Benteng Vredeburg.
17
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia, Suatu Alternatif, (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), hlm. 97-122. 18
Sartono Kartodirdjo., “Metode Penggunaan Bahan Dokumen
“Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia,
1983), hlm. 47.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Kritik sumber yang bertujuan untuk mencari keasliannya atau objektivitas,
diperoleh melalui kritik ekstern dan intern.19
Kritik ekstern bertujuan untuk
mencari otoritas atau keaslian data-data yang diperoleh. Kritik intern dilakukan
untuk mencari kredibilitas suatu sumber dengan cara menyelidiki objek dan
dokumen sejarah untuk membuktikan keaslian fakta sejarah.
3. Interpretasi adalah penafsiran terhadap data-data yang dimunculkan dari data
yang sudah terseleksi. Tujuan dari interpretasi adalah menyatukan sejumlah fakta
yang diperoleh dari sumber atau data sejarah dan bersama teori disusunlah fakta
tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh.20
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskripsi analisis. Deskripsi analisis artinya menggambarkan
suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut
berdasarkan fakta-fakta yang tersedia. Setelah itu dari sumber bahan dokumen
dan studi kepustakaan, tahap selanjutnya adalah diadakan analitis,
diinterpretasikan, dan ditafsirkan isinya. Data-data yang telah diseleksi dan diuji
kebenarannya itu adalah fakta-fakta yang akan diuraikan dan
dihubungkansehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.21
19
Dudung Abdurrahman., Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu,1999), hlm. 58. 20
Ibid., hlm. 64. 21
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer, (Jakarta:
Yayasan Indayu, 1978), hlm. 36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
4. Historiografi, yaitu proses penulisan sejarah sebagai langkah akhir dari penelitian
sejarah, menyajikan hasil penelitian berupa penyusunan fakta-fakta dalam suatu
sintesa kisah yang bulat sehingga harus disusun menurut teknik penulisan
sejarah.22
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun bab demi bab untuk memberikan gambaran yang terperinci
dan jelas. Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.Menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka dan Sistematika Penulisan.
Bab II Perkembangan Benteng Vredeburg Yogyakarta Masa Kolonial dan Sebagai
Markas Militer.
Bab III Revitalisasi Benteng Vredeburg, Perubahan Benteng Vredeburg dalam masa
Revitalisasi, Tahapan Revitalisasi.
Bab IV Perubahan Pemanfaatan Benteng Vredeburg Setelah Revitalisasi Tahun
1976 – 2011 Sebagai Museum.
Bab V Merupakan Penutup yang berisi kesimpulan dari empat bab sebelumnya
untuk menjawab secara singkat permasalahan yang diangkat dalam
penulisan ini.
22
Hadari Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM
Press, 1995), hlm. 80.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
BAB II
PERKEMBANGAN BENTENG VREDEBURG MASA KOLONIAL
DAN MILITER
A. Deskripsi Kota Yogyakarta
1. Sejarah Kota Yogyakarta
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada
Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda
tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi
Perjanjian Gianti: Negara Mataram dibagi dua: Setengah masih menjadi Hak
Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam
perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah
Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing
Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram
(Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah
mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,
Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari,
Grobogan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang
bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram
yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan
beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal
13 Maret 1755.1
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat Pemerintahan Ngayogyakarta
ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama
Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang
dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi
Ayodya. Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono
segera memerintahkan kepada rakyat membabat hutan tadi untuk didirikan Kraton.2
Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati
pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.
Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari
tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang
sedang dikerjakan.3
Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana
Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau
dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan
1 Suharja., Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg, (Yogyakarta:
departemen kebudayaan dan pariwisata, 2009), hlm: 8 2 Ibid.
3 Ibid., hlm 24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah
menetap di Kraton yang baru. Peresmiannya terjadi Tanggal 7 Oktober 1756.4
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya
Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan
Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi
tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.5
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada
tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa
daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang
menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Pada tanggal
30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa
pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan
Pekerja Komite Nasional.6
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan
maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR
Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota
4 Ibid., hlm. 32
5 Ibid., hlm. 39
6 Darsiti Soeratman., Kehidupan Dunia Keraton Yogyakarta, (Yogyakarta:
Tamansiswa, 1989), hlm. 36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau
Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan
masih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.7
Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi
Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun
1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi
wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul
yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai
daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.8 Daerah
tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta. Untuk melaksanakan otonomi
tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir. Moh Enoh mengalami kesulitan
karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta
dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II
yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.9
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo
yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi
Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25
7 Ibid.
8 Suhardo Hatosprapto., Kota Yogyakarta dan Benteng Vredeburg, (Yogyakarta:
LSPK, 1976), hlm. 10 9 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan
anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.
Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18
Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan
DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian
serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.10
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan
Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang
dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak
terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta
merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan
bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.11
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan
pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah
10
Suharja., loc cit. 11
Darsiti Soeratman, Op cit., hlm. 38.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan
bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II
Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya
disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai
Kepala Daerahnya.12
Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang dan terkait erat dengan masa
perjuangan merebut dan mempertahankan RI dari penjajah Belanda dan Jepang. Dari
sekian cerita perjuangan yang paling popular adalah serangan umum 1 Maret 1949.
Perang yang dimenangkan oleh para pejuang kemerdekaan dan sempat
mempertahankannya selama 6 jam, sebagai usaha untuk menunjukkan kepada dunia
internasional tentang eksistensi Republik Indonesia dan para pejuang RI. Serangan
tersebut dilakukan secara secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan
oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikut sertakan
beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi dari
Panglima Besar Sudirman.13
2. Kondisi Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah selatan Pulau Jawa,
secara geografis terletak pada 7o3’ - 8o12’ Lintang Selatan dan 110o00’-110o50’
Bujur Timur. Berdasarkan bentang alam, wilayah DIY dapat dikelompokkan menjadi
12
Ibid. 13
Wawancara dengan Suseno tanggal 13 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi
Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon
Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.
Satuan fisiografi Gunung api Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut
gunung api hingga dataran gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik,
meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng
gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah
bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi
yang merupakan gunung api aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik
sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.14
B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg
Benteng vredeburg Yogyakarta semula bernama "Benteng Rustenburg" yang
mempunyai arti "Benteng Peristirahatan" , dibangun oleh Belanda pada tahun 1760 di
atas tanah Keraton. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, sekitar tahun 1765
bangunan disempurnakan dan selanjutnya diganti namanya menjadi "Benteng
Vredeburg" yang mempunyai arti Benteng Perdamaian.15
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya kesultanan
Yogyakarta. Perjanjian Gianti yang ditandatangani pada tanggal 13 februari 1755
14
Djamal Marsudi., Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. (Yogyakarta:
Kanisius, 1977), hlm. 8. 15
Sidharta Eko Budiharjo., Konservasi Lingkungan dan Bangunan Bersejarah
di Yogyakarta. (Yogyakarta: Gadjah mada university prees, 1989), hlm. 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang berhasil membelah Kerajaan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta.
Dibawah pimpinan Sri Sultan HB I, Kasultanan Yogyakarta berkembang pesat. Istana
raja yang dibangun sejak 9 Oktober 1755 dan mulai ditempati tanggal 7 oktober 1756
dilengkapi dengan sarana pertahanan seperti parit dan benteng Keraton. Untuk
mengimbanginya pihak Belanda meminta ijin dari sultan untuk membangun sebuah
benteng bagi pasukan VOC di Yogyakarta. Proses pembangunan benteng berjalan
secara lambat namun akhirnya pada tahun 1788 benteng kompeni di Yogyakarta
dapat diselesaikan. Selanjutnya benteng diberi nama Rustenburg yang berarti Benteng
Peristirahatan. Benteng dimanfaatkan secara sempurna oleh VOC sebagai benteng
pertahanan. Tetapi karena hubungan antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak
Belanda yang saling menyerang waktu itu nama benteng diganti menjadi Vredeburg
yang berarti Benteng Perdamaian.16
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dasyat sehingga
banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen, Tugu Pal
Putih dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang lain. Bangunan-
bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera diadakan
pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai bangunan
benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti
Benteng Perdamaian. Nama ini diambil sebagi manifestasi hubungan antara
Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu
itu. Pada keempat sudutnya dibangun ruang penjagaan yang disebut seleka atau
16
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bastion. Pintu gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di
dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah asrama prajurit, perwira, gudang,
logistic, gudang miseu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Di Benteng
Vredeburg ditempati sekitar 500 orang prajurit termasuk petugas medis dan para
medis. Disamping itu pada masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai
tempat perlindungan para residen yang sedang bertugas di Yogyakarta hal itu sangat
dimungkinkan karena kantor residen yang berada bersebrangan dengan letak Benteng
Vredeburg. Sejalan dengan perkembangan politik yang terjadi di Indonesia dari
waktu ke waktu, maka terjadi pula perubahan atas status kepemilikan dan fungsi
bangunan Benteng Vredeburg. Secara kronologis perkembangan status tanah dan
bangunan Benteng Vredeburg sejak awal dibangunnya sampai dengan runtuhnya
kekuasaan Hindia Belanda.17
Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai
pemerintahan sendiri atau disebut daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I
pada tahun 1755, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran
Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku
Alam I pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan dan
Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri yang
17
Widayati N., Penyertaan Peran Serta Masyarakat Dalam Progam
Revitalisasi, (Yogyakarta: Gadjah mada university prees, 2000). hlm. 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang terakhir Kasultanan tercantum
dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam
Staatsblaad 1941 Nomor 577. Eksistensi kedua kerajaan tersebut telah mendapat
pengakuan dari dunia internasional, baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris,
maupun Jepang. Ketika Jepang meninggalkan Indonesia, kedua kerajaan tersebut
telah siap menjadi sebuah negara sendiri yang merdeka, lengkap dengan sistem
pemerintahannya (susunan asli), wilayah dan penduduknya.18
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa
Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualam menjadi wilayah
Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam
VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggungjawab
langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam
VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 5 September 1945.
3. Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII
tertanggal 30 Oktober 1945.19
Dalam perjalanan sejarah selanjutnya kedudukan Daerah IstimewaYogyakarta
sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud pasal 18 Undang-
undang Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah. Sebagai tindak
lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang
18
Suhardo Hatosprapto., Kota Yogyakarta dan Benteng Vredeburg Yogyakarta,
Pelestarian dan Pengembangan Benteng Vredeburg Yogyakarta, (Yogyakarta:
LSPK, 1976), hlm. 20 19
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor
71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi
Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualam.20
C. Masa Pemerintahan Kolonial
Yogyakarta pada masa pemerintahan kolonial, Pemerintahannya diatur
berdasarkan kontrak politik, dan mempunyai kedudukan istimewa. Sesuai dengan
sistem pemerintahan kerajaan yang berlaku di Yogjakarta, serta ikatan kebudayaan
yang ada; menyebabkan raja (Sultan) secara langsung tidak menjalankan
pemerintahnya sendiri, sedang untuk pelaksanaan pemerintahanya diserahkan kepada
patih. Dengan demikian, semua kegiatan pemerintahan dalam kerajaan berpusat dan
dijalankan oleh patih, namun sultan tidak kehilangan otoritas kekuasaanya dalam
kerajaan. Sistem pemerintahan ini jelas kurang sesuai dengan prinsip demokrasi.21
Revolusi kemerdekaan Indonesia berusaha untuk mengerakan prinsip
demokrasi dalam semua tatanan pemerintahan sehingga pemerintahan di Yogyakarta
pun tidak lepas dari usaha demokratisasi itu. Analisis yang paling umum menunjukan
20
S.Margana, Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769-1874, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 23. 21
Tri Yuniyanto. 1988. “Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 1950-1957 Otonomi dan Demokratis Pemerintahan Yogyakarta”.
Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
bahwa dalam masyarakat yang mengalami revolusi, mesti terdapat aspek
kesinambungan dan ketidaksinambungan dalam jenis kelembagaanya. Bahwa
dimensi ketidaksinambungan itu misalnya pertama, terdapat pada elite penguasa,
serta prestige di berbagai bidang kelembagaan. Kedua, terdapat perubahan dalam
penataan berbagai bidang kelembagaan baik itu perubahan keorganisasian dalam
lingkup unit-unit utama, misalnya dalam bidang politik terjadi pergantian rezim;
maupun perubahan makna bidang kelembagaan.22
Yogyakarta berdiri dua Kekuasaan Pemerintahan, yaitu Pemerintahan
Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualam. Baik Kasultanan Yogyakarta
maupun Kadipaten Pakualam Pemerintahanya diatur menurut garis hukumnya
sendiri, namun kedudukanya sangat ditentukan oleh kontrak politik.23
Dengan
demikian kedua pemerintahan tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah
Belanda, sebab kontrak politik tersebut dibuat berdasarkan persetujuan antara
penguasa Kasultanan maupun Pakualam dengan pemerintah kolonial Belanda.24
Kekuasaan penuh atas kerajaan berada di tangan raja. Sultan memegang
otoritas kekuasaan atas daerah dan rakyatnya berdasarkan kontak politik. Sultan
mempunyai kedudukan sentral baik pada bidang sosial maupun kultural, sehingga
22
Ibid. 23
Soedomo Bandjaransari, Sejarah Pemerintah Kota Yogyakarta, (Yogyakarta:
Djawatan Penerangan Kota Pradja, 1952). hlm. 5. 24
Ibid,. hlm. 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
wajar jika pemerintah kerajaannya diatur secara terpusat dengan sifat yang
otokratis.25
Struktur pemerintahan kerajaan di Yogyakarta dibagi dua secara terpisah,
yaitu pemerintahan keraton disebut parentah jero dan pemerintahan luar keraton
disebut parentah jaba.26
Ada perbedaan yang tegas antara keduanya. Parentah jero
tugasnya adalah mengurus upacara dan ritus kraton, melayani kepentingan pribadi
sultan dan keluarganya, serta bertindak sebagai penghubung antara sultan dengan
pemerintahan luar. Pemerintahan keraton ini dikepalai oleh para pangeran kerabat
raja. Parentah jaba, tugas utamanya adalah dalam bidang pemerintahan pada
umumnya, dibawah kekuasaan patih sultan.27
Patih merupakan pelaksana kegiatan pemerintahan pada umumnya, dalam arti
bahwa pelaksanaan kegiatan pemerintahan kerajaan menjadi tanggung jawab patih.
Dibawah patih terdapat delapan bupati nayaka beserta pejabat-pejabat birokrasi lain
dibawahnya sebagai pelaksana pemerintahan di daerah, mereka mempertanggung
jawabkan pelaksanaan pemerintahan kepada patih.28
Struktur berokrasi tersebut, walaupun resminya besifat hirarkhis,
sesungguhnya terjadi kelompok-kelompok hubungan hamba tuan yang berlapis-lapis.
Setiap pejabat mngumpulkan setiap kelompok orang yang bergantung kepadanya,
25
Darmosugito., Sedjarah Kota Yogyakarta, (Yogyakarta: Panitia Peringatan,
1956), hlm. 8. 26
Selo Soemarjan,. Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1986), hlm. 34. 27
Ibid. 28
Ibid,. hlm 26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mengikuti model raja. Nasib para kawula itu berhungan erat dengan sukses tidaknya
gusti mereka. Birokrasi yang paternalistik demikian, menurut kesetiaan dan
kepatuhan tanpa syarat dari rakyat kepada penguasa. Hubungan yang wajar antara
rakyat dan penguasa, anatara pemerintah dan yang diperintah tidak diterima karena
keterpaksaan, melainkan sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan.
Patih dan bupati dengan demikian, mempunyai kedudukan yang menentukan
dalam kegiatan politik dan pemerintahan kerajaanya, baik di pusat maupun di daerah .
Kedudukan ini sebagai alasan kuat bagi pemerintah kolonial Belanda untuk
mencampuri politik dan pemerintahan kerajaan, melalui jalur birokrasi tersebut akibat
langsung dari campur tangan itu, diantaranya adalah menempatkan kedudukan patih
yang serba sulit dalam kegiatan pemerintah kerajaan.29
Kedudukan patih yang dilemmatis dapat membahayakan kelangsungan
perintahan kerajaan, sebab tergantung pada dua pemerintahan yang berbeda, yaitu
pemerintahan Kasultanan dan pemerintah kolonial Belanda. Fungsi ganda disatu
pihak harus tetap menjaga loyalitasnya kepada kasultanan, dipihak lain juga harus
loyal kepada Pemerintah Kolonial Belanda.30
Benteng Vredeburg merupakan peninggalan Kolonial Belanda meski dalam
bentuk yang sangat sederhana seiring dengan perkembangan waktu benteng tetap
terus berdiri dan difungsikan. Sejak berdirinya VOC praktek monopoli dagang dan
aktifitas kolonial mulai terjadi di nusantara. Hal ini menyebabkan gejolak di berbagai
29
Darmosugito,. Op Cit., hlm. 20. 30
Ibid,. hlm, 37.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
daerah karena praktek monopoli VOC sering mengakibatkan selisih paham antara
VOC dan pengusaha lokal.
Masa itulah menjadi titik awal dari masa penjajahan di Indonesia oleh
Belanda. Pemaksaan kehendak terjadi dimana-mana. Perjanjian-perjanjian dengan
penguasa lokal bermunculan dengan berbuntut pada penguasaan wilayah dan
monopoli kegiatan dagang oleh VOC. Politik pecah belah dan adu domba selalu
menjadi andalan VOC dalam mengintervensi Pemerintahan lokal. Memanfaatkan
konfliks intern menjadi kebiasaan VOC dalam meraih keuntungan demikianlah yang
terjadi sehingga wilayah kerja yang harus diampu dan jumlah pegawai VOC semakin
besar. Hal ini menjadikan beban keuangan persekutuan dagang tersebut semakin berat
ditambah lagi banyaknya pejabat VOC yang melakukan koropsi untuk kepentingan
sendiri keadaan tersebut berlangsung berlarut-larut.31
Seiring dengan perkembangan yang terjadi di Eropa rakyat Belanda
menginginkan keamanan negerinya langsung dibawah lindungan perancis. Maka
Belanda diubah dari bentuk Republik mejadi Kerajaan dengan pengangkatan Luis
Napoleon sebagai Raja Belanda sehingga memberikan dampak perkembangan politik
belanda yang telah menanamkan benih-benih imperialisme mulai tergantikan oleh
pendatang baru yaitu pasukan Inggris yang kemudian memerintah di nusantara.32
Untuk kedua kalinya Belanda menjadi tuan di negeri jajahan nusantara hal ini
terjadi karena ditandatanganinya Kongres Wina yang menyatakan bahwa Negara
31
Djamal Masudi., Yogyakarta Bentang Proklamasi, (Jakarta: Barahmus DIY
Perwakilan Jakarta, 1985), hlm 17. 32
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
mana saja yang terlibat dalam perang Napoleon harus mengembalikan kondisinya,
karena itulah maka Inggris mengembalikan nusantara kepada Belanda selanjutnya
nusantara berada di bawah jajahan Belanda yang ke dua kalinya.
Hingga menyusul datangnya pasukan pendudukan Jepang di Indonesia
diawali dengan penyerahan pasukan Belanda terhadap Jepang Indonesia berada di
bawah pendudukan Jepang yaitu fungsi system pemerintahan militer segera
dijalankan yaitu praktek kerja paksa untuk pembuatan instalasi militer terjadi dimana-
mana sehingga rakyat banyak menjadi korban.33
Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan peristiwa politik pada kurun
waktu tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan Militer dan didominasi oleh
Militer. Terkait dengan hal tersebut maka keberadaan benteng vredeburg di
Yogyakarta yang telah ada dan berfungsi utama sebagai Aktifitas Militer yang
memiliki banyak peran baik pada masa penjajahan Belanda, Inggris, Jepang sehingga
dengan demikian benteng vredeburg menjadi saksi sejarah.
Benteng Vredeburg dikenal nama loji di Yogyakarta yang semuanya adalah
bangunan peninggalan masa kolonial. Loji-loji tersebut antara lain loji gede atau loji
besar yaitu Benteng Vredeburg. Loji cilik (loji kecil) yaitu komplek perumahan
Belanda yang terletak di sebelah timur Benteng Vredeburg, loji kebon adalah Gedung
Agung, dan loji setan.34
33
Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta 34
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Mengenai sejarah perkembangan loji gedhe (loji besar) yaitu Benteng
Vredeburg, tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya Kasultanan Yogyakarta.
Karena pada hakekatnya berdirinya Loji tersebut adalah sebagai dampak
perkembangan Kasultanan Yogyakarta.
Bagi VOC pertumbuhan kerajaan Surakarta setelah perjanjian Giyanti bukan
hal yang perlu dikawatirkan karena sudah sepenuhnya berada dibawah kekuasaan
VOC. Namun berbeda dengan kasultanan Yogyakarta yang berada di bawah
kekuasaan Pangeran Mangkubumi yang selamanya menentang dan melawan VOC.
Kepadanya perlu diadakan pendekatan insentif dan pengawasan. Untuk tugas ini
VOC menunjuk petugas khusus yang berperan sebagai koopman (jabatan hirarki
VOC yang mengurusi perdagangan) dan opperhofd (komando VOC sebagai wakil
VOC yang ditempatkan di dalam istana kasultanan).35
Untuk tugas ini VOC menunjuk Kapten Cornelis Donkel.untuk kepentingan-
kepentingan politik VOC perlu diangkat seorang residen dengan konsekuensi harus
dibuatkan pula kantor residen (gedung kepresidenan). Hal ini untuk mengimbangi
kewibawaan kasultanan. Namun sebelum gedung karesidenan itu berdiri terlebih dulu
dibangun sebuah benteng. Oleh karena itu maka mulailah dibangun sebuah benteng
VOC di Yogyakarta.36
35
Tashadi., Sejarah Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, (Yogyakarta:
Depdikbud, 1994), hlm. 3 36
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pada masa awal Pemerintahan Sultan Hamengku Buana I, Kasultanan
Yogyakarta dibawah naungan residen pertama yaitu Cornelis Donkel. Sesuai dengan
kesepakatan Donkel dengan Sultan, maka kasultanan Yogyakarta akan menyediakan
kayu dan tenaga kerja. Sedangkan VOC akan memberikan ganti rugi atas kayu yang
disetorkan dengan nilai yang di terapkan sebelumnya. Pekerja yang melakukan
pekerjaan pembangunan benteng diatur menurut kerja wajib atau bekerja untuk raja.
Menurut Nicolaas Hartingh, Gubernur Pantai Utara Jawa di Semarang, tahun 1761
benteng VOC yang ada di Yogyakarta masih berupa tembok tanah yang diperkuat
dengan tiang tiang kayu pohon kelapa dan pohon aren, sedangkan bangunan
bangunan yang ada di dalam benteng hanya dari kayu atau dari bambu dan beratap
ilalang sehingga mudah sekali terbakar. Karena itulah maka Willem Hendrik van
Ossenberch penganti Harting mohon kepada Sultan agar benteng VOC diperkuat
dengan bata yang kuat agar lebih menjamin keselamatan Sultan, permintaan itu
disanggupi oleh Sultan dan diharapkan akan selesai tahun ittu juga. Namun pada
kenyataannya tahun 1767 pembangunan baru dimulai dibawah pengawasan Ir.frans
Haag.37
Apa yang dilakukan oleh Willem Hendrik van Ossenberch tersebut sangat
beralasan. Hal ini didukung oleh keadaan bahwa garnisum VOC di Keraton
Yogyakarta sangat memerlukan benteng-benteng yang permanen. Saat permohonan
Willem Hendrik Van Ossenberch disampaikan kepada Sultan kondisi benteng VOC
37
Suhardjo., Penelitian Bidang Sejarah Rencana Pelestarian Dan
Pengembangan Benteng Vredeburg, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1979),
hlm. 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sama sekali tidak layak disebut benteng, karena bangunan yang ada terbuat dari kayu
dan tidak ada yang terbuat dari batu bata.38
Dalam perkembangannya pembangunan benteng tidak selancar yang
diharapkan. Pada tahun 1771 pembangunan benteng di Yogyakarta tersebut belum
banyak mengalami kemajuan seperti yang dilaporkan oleh Johannes Vos (pengganti
Van Ossenberch).
Kondisi benteng masih belum juga selesai saat itu pembangunan Yogyakarta
sedang dilaksanakan dengan giat, seperti yang dilaporkan oleh J.R. Van der Burg
(pengganti Johannes Vos) pada tahun 1772 sampai tahun 1774 pembangunan benteng
di Yogyakarta berjalan sangat lambat. Sultan HB I sibuk sendiri bersama rakyatnya
dalam pembangunan proyek proyeknya sendiri (pembangunan istana dan
pendukungnya). Hal ini menyebabkan adanya kekurangan tenaga kerja dalam
pembangunan benteng di Yogyakarta.39
Tahun 1776 di Yogyakarta sudah memasuki tahapan finishing dan
penyempurnaan. Namun demikian Residen Yogyakarta Van Rhijn diperintahkan
untuk mendesak sultan agar menyelesaikan benteng secepat mungkin. Proyek proyek
Sultan HB I dengan pembangunan istananya dan juga proyek proyek putra mahkota
dianggap menjadi penyebab terhambatnya pembangunan benteng, dan akhirnya
bangunan benteng sudah terwujud meski masih belum sempurna. Johannes Siberg
selaku gunernur pantai utara jawa melaporkan bahwah dalam pembangunan benteng
38
Ibid. 39
Ibid., hlm. 21.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tersebut rumah komandan belum selesai dan beberapa gedung masih belum diberi
langit langit. Untuk menyemangati agar pengerjaan benteng cepat selesai, maka VOC
meminjamkan uang kepada Sultan HB I sebanyak 10.000 real. Sebagai tanggapan
untuk menyenangkan hati Gubernur Jendral dan Dewan Hindia, Sultan HB I
menyatakan telah memerintahkan Patih Danureja untuk mempercepat pembangunan
benteng. Selanjutnya pada tahun 1785, setelah mengadakan kunjungan ke kraton-
kraton, Johanes Sieberg mengirim berita ke Batavia bahwah kondisi pembangunan
benteng di Yogyakarta sudah hampir selesai dan mutunya sangat baik. Pada saat itu
pula benteng diresmikan oleh Johannes Sieberg yang saat itu menjabat gubernur
pantai timur laut jawa. VOC kemudian memberi nama benteng tersebut dengan nama
Rustenburg atau tempat beristirahat (rusten) dalam arti menjaga ketenangan (rust)
sehingga dikenal sebagi Benteng Peristirahatan.40
Bangunan Rustenburg ini terbuat dari kayu jati yang disetorkan oleh
Kasultanan Yogyakarta dari hutan hutan jati Gunung Kidul dan Madiun. Di dalam
benteng itu pula ditempatkan pasukan VOC berkekuatan kurang lebih 100 orang
tentara di bawah pimpinan seseorang kapten atau letnan. Setelah Benteng Rustenburg
berdiri pimpinan VOC di Yogyakarta waktu itu yaitu Residen Van Rhijn tinggal di
dalam benteng.
Johannes Sieberg masih menganggap bahwa pembangunan benteng di
Yogyakarta tidak sukses, Jan Greeve melaporkan bahwa keterlambatan
penyediaan kayu menyebabkan sebagian pekerjaan kayu dalam pembangunan
benteng di Yogyakarta dihentikan. Baru ketika Jan Greeve berkunjung ke
Yogyakarta kembali ke Yogyakarta dia mendapaati benteng dalam keadaan
40
Ibid., hlm. 22-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sangat bersih dan teratur dengan baik, benteng Yogyakarta dari masa
pemerintahan Sultan HB I dikirim oleh Residen Yogyakarta bahwa rakyat
mancanegara telah menghabiskan waktu Sembilan puluh hari bekerja di
benteng, yang kemudian dikatakan sudah mendekati penyelesaian. Jika
dicermati pembngunan benteng VOC di Yogyakarta berjalan sangat lambat.
Hal ini terjadi karena adanya ketidak siapan sultan atas bahan dan tenaga yang
dulu dijanjikannya. Sebenarnya hal itu adalah merupakan politik sultan yang
tidak mau benteng itu dibangun. Barangkali sultan sudah mempertimbangkan
untung dan ruginya dengan keadaan garnisun VOC yang kuat di kota
Yogyakarta.41
Sikap tidak suka terhadap keberadaan benteng itu juga ditunjukan oleh putra
mahkota Kasultanan Mataram yang bernama R.M. Sundoro (kelak menjadi Sultan
Hamengkubuwana II). Dengan segala upaya melakukan segala tindakan yang dapat
menghambat pembangunan benteng di Yogyakarta. Meski hal itu telah diperingatkan
oleh VOC, namun sikap bencinya terhadap bangsa asing tersebut tidak pernah padam.
Usaha melindungi istana dari keberadaan benteng Belanda di Yogyakarta terus
dilakukan. Pada tahun 1785 R.M. Sundoro meminta izin ayahnya (Sultan
Hamengkubuwana I) untuk memperkuat pertahanan kraton Yogyakarta dalam
menghadapi benteng VOC yang berada di depan kraton. Setelah memperoleh izin
dari ayahnya, beliau memerintahkan pembangunan tembok baluwarti yang
mengelilingi alun alun baik utara maupun selatan kraton Yogyakarta. Dibagian depan
bangunan ini diperkuat dengan pemasangan 13 buah meriam. Senjata ini diarahkan
kedepan menghadap benteng Rustenburg. Pembangunan itu terus berlangsung hingga
RM Sundoro naik tahta menjadi Sultan Hamengkubuwono II.42
41
Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta., Op Cit 42
Nani Mulyani 50 Tahun Indonesia Merdeka., (Jakarta: Citra media
Persada, 1995). hlm. 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Pada waktu benteng VOC tersebut dibangun setiap hari Sultan
Hamengkubuwono selalu menengok pelaksanaan pembangunan benteng. Setelah
pembangunan benteng itu selesai tempat penjagaan yang berjumlah empat di tiap
sudut benteng oleh Sultan masing masing diberi nama Jayawisesa untuk sebelah barat
laut, jayaprayitna untuk sebelah tenggara, jayapurusa untuk sebelah timur laut dan
jayaprakosaningprang di sebelah barat daya.43
Benteng berkembang dan dimanfaatkan oleh VOC. Seiring dengan
berjalannya sejarah perubahan demi perubahan terjadi, setelah itu benteng berada
dalam kekuasaan Bataavsche Republiek (Republik Bataf) dibawah Gubernur Van
Den Berg diambil alih oleh Koninklijk Holland (kerajaan Belanda) dibawah
Gubernur Daendels. Hal ini karena Napoleon Bonaperte diangkat sebagai kaisar
Perancis, sedangkan Louis (Lodewijk) Napoleon diangkat sebagai raja Belanda yang
waktu itu menjadi jajahan Perancis.44
Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memegang pemerintahan di
Jawa, atas Intruksinya:
Pemerintahan Eropa di pusat pusat kerajaan jawa harus diperkuat baik secara
fisik maupun secara non fisik. Secara fisik, Daendels memperkuat kehadiran
kekuatan Eropa dengan mengerahkan pasukan. Sementara itu secara nonfisik
Daendels membuat peraturan yang meningkatkan wibawa pemerintah Belanda
di mata raja-raja Jawa. Dalam upaya mewujudkan kekuatan politik Eropa di
Vorstenlanden, Daendels memerintahkan pembangunan rumah residen.
Residen diubah menjadi minister sebagai wakil pemerintah Belanda. Sesuai
dengan kedudukanya, Daendels mengeluarkan instruksi agar minister tidak
tinggal lagi di dalam benteng. Untuk itu, harus dibangun sebuah kompleks
43
Ibid. 44
Ibid. hlm 29.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
rumah yang megah dan luas agar setara dengan status minister. Lokasi yang
dipilih adalah sebuah lahan tepat di depan benteng Rustenburg. Bangunan
tersebut dijadikan bukan hanya sebagai tempat tinggal minister tetapi juga
sebagi tempat menginap Gubernur Jenderal bila berkunjung ke Yogyakarta.
Pasukan yang berada di dalam benteng Rustenburg juga diserahi
tanggungjawab untuk menjaga keselamatan minister.45
Mengenai bangunan yang diperuntukan bagi minister tersebut bangunan tua
yang sudah ada pada tahun 1722. Karena kondisinya yang cukup parah maka harus
terlebih dulu diadakan pemugaran. Pemugaran dilakukan secara bertahap dan
diperkirakan akan selesai sempurna selama kurang lebih 30 tahun. Perbaikan
pertama kali dilaksanakan pada tahun 1824 baru selesai pada tahun 1832 dengan
arsitek seorang Belanda yang bernama A.Payen. bangunan yang berada disebuah
pekarangan yang luas tersebut dikenal dengan Loji Kebon (Tuin Logie).
Dibidang pertahanan Deandels juga memperkuat posisi pasukan. Benteng
Rustenburg yang terbuat dari kayu tidak lagi layak untuk menjadi symbol kekuatan
militer pemerintah Belanda. Atas intruksinya benteng itu diubah menjadi bangunan
batu dengan bentuk segi empat. Pada setiap sudutnya dibangun sebuah kubu tempat
penjagaan para petugas jaga dengan lubang menembak. Benteng baru ini dibangun
lebih tinggi dan dinding lebih tebal bisa untuk mengawasi lingkungan sekitar benteng
tetapi juga dapat langsung melihat langsung kompleks Kraton Yogyakarta. Secara
startegis benteng ini bisa menjadi ancaman bagi Kraton Yogyakarta karena meriam
45
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
meriam yang ditempatkan di dalam benteng bisa diangkat keatas dengan jangkauan
tembak mencapai bagian dalam keraton.46
Oleh Daendels, benteng ini namanya diganti menjadi Vredeburg yaitu benteng
Perdamaian mengenai perubahan nama dari Rustenburg menjadi Vredeburg menurut
Suharjo Hatmosuprobo menjelaskan:
Terjadi setelah benteng dipugar dari kerusakan akibat gempa yang terjadi di
Yogyakarta bangunan benteng Vredeburg mulai dibangun awal pembangunan
keraton Kasultanan Yogyakarta dimana Benteng Vredeburg berdiri dimana
tidak jauh dari lokasi keraton yang hanya sekitar satu jarak tembak meriam
waktu itu, sedangkan waktu itu lokasi pembangunan keraton adalah sebuah
hutan merupakan tempat pemukiman orang Belanda di Yogyakarta yang
pertama merupakan prasarana perlindungan dan fasilitas pemukiman orang-
orang Belanda.47
Pemukiman orang orang Eropa diluar benteng tumbuh pada permulaan abad
19, kaum bangsawan istana mulai ada menyewakan tanah jabatannya (pelunguh atau
oponage) kepada orang orang asing untuk membuka perkebunan.
Orang orang eropa yang bermukim diluar benteng tersebut pada umumnya
adalah para perwira kompeni yang telah pensiun, mereka berganti profesi menjadi
pengusaha perkebunan antara lain Andries Claring, Joh Jansen, Pieter Wieseman,
Baumargaten, de Ceuvalaire, J. Raaf, Wendeling, Emmen, Schlk, Weijnschenk, Dom
dan sebagainy. Mereka menjadi penduduk Yogyakarta dari golongan Eropa yang
tertua dan merupakan kelompok yang eksklusif yang mengadakan hubungan
kekerabatan satu sama lain. Nama-nama yang tertera pada batu nisan di makam Eropa
46
Darsiti Soeratman., Kehidupan Dunia Keraton Yogyakarta, (Yogyakarta:
Tamansiswa, 1989), hlm. 36. 47
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
yang dahulu terletak disebelah timur pasar Beringharja menunjukan hubungan
kekerabatan dengan mereka. Nama nama itu antara lain: Wiesemen-Klaring, Klaring-
Emmen, Emmen-Schalk, Schalk-Kraag, Kraag-Wejindom.48
Komplek perkampungan orang-orang Eropa yang pertama terletak di sebelah
timur Benteng Kompeni. Kampung tersebut terkenal dengan nama loji cilik atau loji
kecil untuk membedakan perkampungan orang-orang Eropa didalam Benteng
Vredeburg yang terkenal dengan nama loji gedhe atau loji besar. Dalam
perkembangannya perkampungan orang Eropa tersebut meluas ke daerah sebelah
timur sungai code yang bernama kampung Bintaran.49
Permulaan abad-20 dibuka perkampungan baru bagi orang Eropa disebelah
utara kota perkampungan tersebut dinamakan kota baru. Dibangunnya kota tersebut
diperkirakan waktunya tidak terpaut jauh dengan adanya pendirian pabrik-pabrik gula
di Pleret maupun di Cebongan. Para administrator pabrik gula sebagian besar orang
Belanda, sehingga selama bertugas mereka membutuhkan tempat hunian khusus.
Oleh pemerintah pada waktu itu dipilihkan kawasan yang dikenal dengan kota baru.
Disebut kota baru karena merupakan kawasan yang dibangun baru, kawasan tersebut
mnemenuhi persyaratan sebuah kota dengan fasilitas jalan bangunan fisik berupa
48
Suryo Haryono., Monumen Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta,
(Jakarta: Depdikbud, 1987), hlm 40 49
Wawancara dengan Suseno tanggal 19 Februari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
perkantoran, sekolah, lapangan olah raga, rumah sakit, taman, termasuk gereja
sebagai tempat ibadah dikenal sebagai tempat para atministratur Belanda.50
Pemukiman orang belanda dikenal dengan kidul loji terletak diselatan
benteng, waktu itu Residen Van Rhijn berhasil meminta tanah kepada Sultan
Hamengkubuwana I sebagai tempat perumahan orang-orang Eropa. Setelah di ijinkan
tanah tersebut dibangun dilokasi tersebut sebagai kompleks pemukiman Eropa.
Berhadapan dengan benteng vredeburg adalah Gedung Agung yang dulu dikenal
yang dulu dikenal dengan Gedung kediaman Residen pertama di Yogyakarta.
Menurut Ricklefs mengungkapkan:
residen yang pertama adalah C, Donkel, Pounsen, Crawfurd pada zaman
pemerintahan Inggris tempat tinggal residen di Gedung Agung, Gedung ini
sehari-harinya dikenal dengan nama loji kebon, kemudian untuk kantor
residen di bagun gedung baru yang terletak disebelah utara gedung loji kebon.
Disebelah selatan Gedung Karisedenan terdapat gedung pertemuan umum
orang-orang Eropa gedung ini milik perseroan yang menyediakan tempat
minum-minuman keras dan tempat berbincang-bincang orang-orang Eropa
yang pada waktu itu mulai banyak, gedung tersebut mendapat julukan sangat
popular Geneverhuis dengan bahasa Melayu Rumah Bicara.51
Gedung pertemuan tersebut menjadi milik suatu perkumpulan orang Eropa
penduduk pri bumi Yogyakarta waktu itu menyebutnya sebagai kamar bola, seiring
dengan perkembangan politik yang terjadi di Eropa maka gelombang kedatangan
orang Eropa ke Indonesia semakin banyak meningkat hingga tujuh kali lipatnya oleh
karena itu pemenuhan kebutuhan akan komunitas belanda mulai dibangun antara lain
50
Wawancara dengan Sunyoto tanggal 15 Januari 2012 51
Soekiman., Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Mendukung di
Jawa, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000), hlm. 28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gedung Bank Indonesia yang dulu bernama Javasche Bank, gedung BNI 46 pada
zaman pemerintahan Belanda digunakan sebagai kantor asuransi, pernah juga
digunakan untuk kantor radio jepang pada masa radio jepang pada massa pendudukan
jepang.
D. Sebagai Markas Militer
Benteng vredeburg merupakan salah satu peninggalan arkeologi dan
bersejarah di kota Yogyakarta yang berasal dari pengaruh Eropa. Sesuai bentuk dan
susunan serta letak bangunannya benteng Vredreburg sebagai tempat pertahanan
orang-orang Belanda yang pada tahun 1760 masih berkuasa di Indonesia oleh karena
itu, Benteng Vredreburg selain terdiri dari bangunan-bangunan perumahan dan
tembok keliling di luarnya terdapat parit yang digenangi air yang mengintari komplek
bangunan.52
Benteng Vredeburg sebagai markas militer dapat dijabarkan, secara
kronologis sebagai berikut :
1. Sejak tahun 1760 sampai dengan runtuhnya kekuasaan Hindia Belanda, dibawah
pengelolaan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) benteng vredeburg sebagai markas
dan asrama pasukan dengan kode staf “Q”. pada waktu itu dibawah Komandan
Letnan Muda I Radio, pasukan ini bertugas mengurusi perbekalan militer, di
52
Harian Kedaulatan Rakyat, 17 Juni 1990. Koleksi Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kompleks benteng didirikan rumah sakit yang melayani korban pertempuran yang
dalam perkembanganya juga melayani fasilitas kesehatan pasukan dan
keluarganya.53
2. Benteng Vredeburg pada tahun 1946 pernah dipergunakan untuk menahan para
tokoh antara lain yaitu Moh. Yamin, Tam Malaka dan R.P Soedarsono yang
merupakan tokoh dari satuan perjuangan. Peristiwa penahanan ke tiga tokoh
merupakan percobaan perebutan kekuasaan atau kudeta yang dilakuan oleh pihak
oposisi kelompok persatuan perjuangan terhadap pemerintahan kabinet Sjahrir.
Pemicu peristiwa ini adalah ketidak puasan pihak oposisi terhadap politik
diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap Belanda.
Kelompok ini menginginkan pengakuan kedaulatan penuh, sedangkan kabinet
yang berkuasa hanya menuntut pengakuan atas Jawa dan Madura.54
3. Pertahanan Benteng Vredeburg bergeser menjadi fungsi asrama pada tahun 1947.
Sedikit demi sedikit elemen-elemen pertahanan yang terdapat dalam Benteng
Vredeburg sudah mulai berubah. Salah satunya parit yang sudah kering dan
kemudian ditutup. Kedatangan Belanda yang mebonceng tentara Sekutu ketika
akan melakukan pelucutan senjata Jepang dan Indo Belanda, merupakan usaha
untuk menguasai Indonesia kembali. Ini terbukti dari tindakan-tindakan yang
dilakukan kemudian. Profokasi dan teror atau bahkan tindakan kekerasan
terhadap pemuda dan penduduk menjadi faktor penyebab disampaikannya protes
53
Ibid. 54
Tashadi., Peranan Desa Dalam Perjuangan Kemerdekaan, (Jakarta:
Dekdikbud, 1992), hlm. 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kepada dewan keamanan PBB. Sebagai kelanjutannya mucullah beberapa
perjanjian sebagai produk usaha-usaha penyelesaian masalah dengan media
diplomasi. Namun karena niatnya ingin mejajah kembali maka perjanjian-
perjanjian tersebut dilanggar oleh Belanda melalui aksi Agresi militernya baik
yang pertama maupun kedua.55
4. Agresi Militer Belanda yang kedua tahun 1948 merupakan sebuah pengingkaran
yang dilakukan oleh Belanda atas persetujuan Renville. Ketika Belanda
melakukan Agresi keduanya tersebut, sebelum menangkap para pemimpin Negara
yang sedang bersidang di Gedung Agung, maka Benteng Vredeburg besertaan
dengan penyerangan Maguwo pada siang hari dijatuhi bom oleh pesawat Belanda,
sehingga kantor Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang berada didalamnya
mengalami kerusakan. Selanjutnya pada pukul empat sore Belanda dengan
persenjataan lengkap berhasil menguasai kota Yogyakarta. Dibawah penguasan
Belanda selanjutnya Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai markas Tentara
Belanda yang tergabung dalam IVG (Informatie Voom Geheimen) atau kesatuan
Dinasa Rahasia Belanda. Disamping itu untuk asrama prajurit Belanda dan
sekaligus untuk menyimpan senjata berat dan ringan bahkan kendaran militer
seperti tank, panzer, dan kendaran lainnya. Juga Benteng dipakai sebagai tempat
bertemunya mata-mata Belanda yang tergabung dalam dinas rahasia.56
55
Ibid. 56
Soekiman., Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup Masyarakat Mendukung di
Jawa, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2000), Hlm. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5. Ketika terjadi Serangan Umum Satu Maret tahun 1949 , Benteng Vredeburg
menjadi salah satu target serangan TNI dan gerilyawan. Benteng Vredeburg
dianggap markas pengaturan strategi serangan Belanda. Meskipun hanya
berlangsung enam jam, namun penguasaan Kota Yogyakarta dalam serangan
umum tersebut merupakan kewenangan politis yang menunjukkan bahwa TNI
masih eksis. Hal ini telah memojokan Belanda di meja perundingan yang telah
mengabarkan bahwa TNI telah hancur dan tenggelam bersama RI. Akhirnya
dengan keterpojokannya dalam perundingan tersebut Belanda bersedia membuka
kembali perundingan dengan Indonesia yang telah lama macet. Karena itulah
maka kedua belah pihak RI dan Belanda dibawah pengawasan UNCI (United
Nations Comission of Indonesia) sepakat mengadakan perundingan yang
berlangsung pada tanggal 4 April 1949 di Jakarta. Hasil perundingan tersebut
ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Jakarta dan dikenal dengan
Persetujuan Roem Royen. Dari persejutujuan ini diperoleh hasil bahwa Indonesia,
Belanda dan BFO (Bijeenkomsht voor Federaal Overleg) sepakat mengikuti
KMB. Para tawanan yang ditawan sejak 19 Desember 1948 akan segera
dikembalikan di Yogyakarta. Oleh karena itulah Yogyakarta harus dikosongkan
dan terjadilah penarikan mundur tentara Belanda dari Yogyakarta yang dimulai
dari tanggal 24 dan berakhir pada tanggal 29 Juni 1949. Sejak itulah Yogyakarta
kembali kepangkuan RI, sehingga tanggal 29 Juni sering diperingati sebagai hari
Yogya kembali.57
57
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
6. Hasil KMB (Konferensi Meja Bundar) tahun 1949 memutuskan bahwa Belanda
secara resmi menyerahkan kedaulatan kepada RIS (Republik Indonesia Serikat).
Penandatanganan berada di dua tempat yaitu Belanda, tepatnya diruang tahta
istana Kerajaan Belanda, Ratu Juliana, Perdana Mentri Mr. Willem Drees,
Menteri Seberang Lautan Mr. Amja. Sassen dan Ketua delegasi RIS Drs. M.
Hatta bersama-sama membubuhkan tanda tangan dalam naskah pengakuan
kedaulatan RIS. Sedangkan di Jakarta penandatanganan naskah pengakuan
kedaulatan RIS dilakukakn di Istana Gambir (Istana Merdeka sekarang). RIS
diwakili oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX dan Belanda diwakili oleh Wakil
Tinggi Mahkota AHJ.Lovink.58
58
Tashadi., op cit., hlm. 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB III
REVITALISASI BENTENG VREDEBURG
A. Pengertian Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk mendaur ulang dengan tujuan untuk
memberikan vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang ada atau bahkan
menghidupkan kembali vitalitas (re-vita-lisasi) yang pernah ada, namun telah
memudar. Revitalisasi dapat dijelaskan, adalah rangkaian upaya menghidupkan
kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang
strategis dan signifikan dari kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau
mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau semrawut.1
Dalam lingkup kawasan, vitalitas dapat diartikan kemampuan, kekuatan
kawasan untuk tetap bertahan hidup. Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari
kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan sepanjang waktu di mana orang datang,
menikmati, dan melakukan aktivitasnya.2 Namun dalam konteks perkotaan sebuah
vitalitas atau revitalisasi tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi saja, tetapi
perbaikan fisik dalam kawasannya yang akan dijadikan objek juga harus mendapat
perhatian khusus. Vitalitas terlihat dari kualitas kehidupan di sepanjang jalan.
Kualitas kehidupan ini dinikmati oleh suluruh lapisan masyarakat, baik pengunjung
1 Kautsary, Makna Ruang Dalam Permukiman Pecinan (Aspek yang Terlupakan
Dalam Upaya Revitalisasi Kawasan, 2008). Seminar Nasional Eco Urban Design.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2008. hlm 1-12 2 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
maupun pekerja, yang ditandai dengan peningkatan penjualan dan menjadi daya tarik
pengunjung.3 Adaptasi revitalisasi merupakan upaya untuk mengubah suatu
lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa
menuntut perubahan drastis atau hanya memberikan dampak yang minimal.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah hidup,
akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Untuk itu, revitalisasi dapat
dikatakan sebagai salah satu pendekatan dalam meningkatkan vitalitas suatu kawasan
kota yang bisa berupa:
1. Penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan.
2. Renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat
ditingkatkan dan dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya.
3. Rehabilitasi kualitas lingkungan hidup.
4. Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.4
Keberhasilan pendekatan revitalisasi dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh
aspek sosial dan karakteristik kawasan yang merupakan image atau citra suatu
kawasan, bukan pada ide atau konsep yang diterapkan tanpa penyesuaian dengan
lingkungan kawasan tersebut. Pendekatan revitalisasi berdasarkan tingkat, sifat dan
3 Ibid.
4 Widayati, N. “Penyertaan Peran Serta Masyarakat dalam Program Revitalisasi
Kawasan Laweyan di Yogyakarta. 2000”. Dimensi Teknik Arsitektur. Hlm. 21-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
skala perubahan yang terjadi di dalam kawasan dapat dilakukan dengan
preservasi/konservasi, rehabilitasi dan pembangunan kembali.
Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha
menghidupkan kembali aktivitas perkotaan atau pedesaan dan vitalitas kawasan untuk
mewujudkan kawasan layak huni, mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta terintegrasi dalam
kesatuan sistem kota atau desa.5
Revitalisasi pada prinsipnya tidak hanya menyangkut masalah konservasi
bangunan dan ruang kawasan bersejarah saja, tetapi lebih kepada upaya untuk
mengembalikan atau menghidupkan kembai kawasan dalam konteks kota yang tidak
berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi kembali, atau menata dan
mengembangkan lebih lanjut kawasan yang berkembang sangat pesat namun
kondisinya cenderung tidak terkendali.
B. Kawasan Dan Lingkungan Benteng Vredeburg
1. Kawasan
Kawasan dapat memberikan pemaknaan kembali pada daerah dengan
mempertahankan historis budaya masyarakat. Pengendalian kawasan menjadi sangat
penting agar perkembangan dan pembangunan di masa mendatang tidak merusak
lingkungannya. Hilangnya vitalitas awal dalam suatu kawasan historis budaya
umumnya ditandai dengan kurang terkendalinya perkembangan dan pembangunan
5 Kautsary., op cit., hlm. 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kawasan, sehingga mengakibatkan terjadinya kehancuran kawasan, baik secara
penghancuran diri maupun kreatif penghancuran.6
Kawasan merupakan suatu wilayah yang di dalamnya terdapat kawasan
bersejarah yang dahulu hidup dan vital dan mampu mempertahankan eksistensinya.
Ironisnya dalam proses perkembangan sebuah kota, berbagai indikasi penurunan
kualitas fisik justru dapat dengan mudah diamati pada kawasan bersejarah tersebut.
Kawasan yang mempunyai nilai sejarah tinggi perlu adanya mekanisme untuk
pemeliharaan dan kontrol terus menerus agar kualitas yang terdapat di dalam
lingkungan tersebut dapat secara produktif dikembangkan ke masa depan. Ada
beberapa tingkatan dalam revitalisasi kawasan, yaitu berdasar fungsi, letak serta
kekunoan dan kesejarahan kawasannya.
Kawasan - kawasan revitalisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ditinjau dari fungsi kawasan: Revitalisasi kawasan perniagaan, Revitalisasi
kawasan perumahan, Revitalisasi kawasan perindustrian, Revitalisasi perkantoran
pemerintah, Revitalisasi kawasan olah raga dan fasilitas sosial dan Revitalisasi
kawasan khusus.
b. Ditinjau dari letak kawasan: Revitalisasi kawasan pegunungan/per-bukitan,
Revitalisasi kawasan tepian air (sungai, laut, danau), Revitalisasi kawasan
perairan/rawa dan Revitalisasi kawasan khusus lainnya.
6 Hartono, S. Handinoto, “Alun-alun dan Revitalisasi Identifikasi Kota Tuban.
Dimensi Teknik Arsitektur”, Makalah, Jakarta 2000. Hlm 1-11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Ditinjau dari ke-kuno-an dan ke-sejarahan: Revitalisasi kawasan bersejarah dan
Revitalisasi kawasan baru.7
Peran masyarakat akan sangat berpengaruh dalam proses revitalisasi, hal ini
menjadi bagian penting dalam pendekatan dan pelaksanaannya. Faktor sosial-
ekonomi mempunyai peran penting, tetapi aspek budaya akan lebih berperan dalam
pendekatan sejarah lokalnya. Kearifan lokal sebaiknya lebih dominan di dalam proses
revitalisasi dalam konteks arsitektur perkotaan. Revitalisasi dengan mengajak
masyarakat ikut berpartisipasi baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya
merupakan langkah interaktif demi mencapai keberhasilan program revitalisasi
kawasan tersebut. Dengan adanya peran serta masyarakat dapat menjadikan kawasan
tersebut kawasan yang hidup dan tertata dengan baik karena masyarakat memiliki dan
mampu memeliharanya. Sebagai konsekuensinya pasti membutuhkan waktu yang
panjang, karena revitalisasi harus ditumbuhkan dengan akar yang kuat agar mampu
berkembang secara berkelanjutan, sepanjang masa.
Revitalisasi dalam pelaksanaannya sering menghadapi persoalan yang
terdapat di masyarakat, seperti ketidak serasian pendapat antara pihak pemerintah dan
pihak pemilik bangunan. Hal ini lebih disebabkan karena pihak pemilik bangunan
sering tidak mempunyai dana untuk pemeliharaan bangunan, sementara pihak
pemerintah belum mampu untuk memberikan subsidi kepada para pemilik bangunan.
Di lapangan seringkali didapati ketidak sesuaian antara harapan dan keinginan
7 Ernawi., Kearifan Lokal Dalam Perspektif Penataan Ruang. Makalah dalam
Seminar Nasional Kearifan Lokal Dalam Perencanaan dan Perancangan
Lingkungan Binaan. Malang. 2009. hlm. 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
masyarakat. Pengaruh pendidikan, latar belakang budaya, dan kesadaran akan
pemahaman akan kearifan lokal yang dapat dijadikan aset pemerintah setempat
menjadikan sebuah hambatan. Mempertahankan budaya dalam sebuah kawasan
dengan segala kearifannya yang akan direvetalisasi belum tentu dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu ditegaskan
adalah: pertama, hanya sebagian kelompok masyarakat yang bisa memahami gagasan
konservasi yang sementara ini memang masih elitis, terutama sekali mereka yang
pernah mengenyam pendidikan barat; kedua, adanya kecenderungan dari pihak
institusi terkait untuk melihat tapak dan bangunan sebagai suatu barang komoditas;
dan ketiga, kondisi bangunan dan lingkungan yang relatif mudah rusak mengingat
faktor iklim dan kondisi geografis lingkungan.8
Untuk itu perlu diperhatikan ada beberapa hal di antaranya bahwa:
a. Pelaksanaan revitalisasi memerlukan adanya keterlibatan masyarakat yang bukan
hanya sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas perlunya partisipasi
masyarakat.
b. Keterlibatan masyarakat ini terkait erat karena revitalisasi berarti adanya kegiatan
baru dalam suatu kawasan, sehingga keterlibatan tersebut didukung oleh
pemahaman yang mendalam tentang revitalisasi dan konservasi.
c. Sosialisasi tentang pentingnya revitalisasi perlu diupayakan untuk mengubah dan
menumbuhkan kemauan publik dan swasta untuk melakukan investasi pada
8 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pelestarian pusaka alam dan budaya dengan tujuan menjadikan kawasan yang
terpelihara dan bahkan berkembang sepanjang masa.9
Sebagai contoh, penduduk lokal dan berbagai organisasi untuk revitalisasi,
menyeleksi sumber daya budaya untuk revitalisasi dan menetapkan tiga buah kriteria
dasar:
a. Sumber daya tersebut harus menunjukkan hubungan yang penting antara
pelestarian dan kebangaan masyarakat setempat.
b. Sumber daya tersebut harus potensial menjadi katalisator usaha revitalisasi dan
pembangunan.
c. Sumber daya tersebut harus memiliki dukungan masyarakat dan politik.10
Setelah ditelusuri, kawasan lama biasanya mempunyai banyak potensi antara
lain:
a. Kehidupan masyarakatnya masih tradisionil baik dari segi spiritualnya maupun
kulturalnya.
b. Masyarakat setempat biasanya mempunyai mata pencaharian berupa kerajinan
tangan sesuai dengan daerahnya masing-masing.
c. Mempunyai kesenian rakyat.
d. Mempunyai lahan atau bangunan yang spesifik yang dapat dijadikan objek
wisata.
9 Hartono, S. Handinoto., op.cit. hlm. 14
10 Ernawi., op cit. hlm. 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
e. Mempunyai situs peninggalan masa lalu yang berkaitan dengan sejarah.11
Apa yang telah dijelaskan di atas masih perlu ada satu pendekatan lagi, yaitu
bagaimana budaya lokal yang melekat pada lingkungan atau kawasan bersejarah
tersebut dapat diungkapkan dengan baik dan jelas. Aspek perilaku masyarakat
memang sangat menentukan, demikian juga aspek kondisi geografisnya bila kawasan
perkotaan ataupun perdesaan akan dijadikan objek pelestarian yang terkait dengan
revitalisasi.
Semuanya ini dapat dilakukan tanpa merubah ciri khas dari tempat di sekitar
kawasan atau lingkungan bersejarah itu sendiri. Kalau hal ini berhasil dilakukan,
maka revitalisasi kawasan bersejarah akan berhasil dalam pelaksanaannya.
Bagaimanapun juga warisan budaya masa lalu telah dihadirkan pada kawasan dalam
bentuk fisik, maka identitas fisik itu perlu dipertahankan dan dijaga sebagai bagian
dari pelestarian budaya bangsa.
Sebenarnya penggunaan informasi ini sebagai salah satu cara untuk dapat
menginformasikan hal-hal yang dapat didokumentasikan dalam melihat budaya apa
yang terdapat di kawasan atau lingkungan tersebut. Tinggalan fisik arsitektural apa
yang dapat memberikan jaminan untuk melindungi bangunan tersebut yang dapat
diperlihatkan secara fisik bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi tentang
sejarah fisik kawasan itu. Untuk itu perlu ada:
11
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a. Identifikasi dan dokumentasi berbagai sumber daya alam dan budaya dalam
dokumentasi digital dan dapat diwujudkan dalam website, sehingga mudah
diakses
b. Berbagai gagasan revitalisasi disosialisasikan melalui website dan pemasangan
hasil cetaknya di tempat-tempat strategis.
c. Membuat forum dalam bentuk blokger agar masyarakat dan semua pihak dapat
menyampaikan pendapatnya secara langsung dan berdiskusi tentang revitalisasi
secara terbuka.
d. Pameran secara regular tentang pengembangan upaya revitalisasi melalui produk-
produk teknologi informasi di lokasi atau di luar lokasi dapat dilakukan untuk
menjaring gagasan dan kemitraan.
e. Melalui upaya ini dapat dirumuskan pula beragam insentif yang akan diberikan
kepada pihak-pihak yang melaksanakan program pelestarian dan revitalisasi.12
Kedua kegiatan ini perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaannya, konsep
yang ditata dalam sebuah pemikiran dalam hal ini pelestarian dan revitalisasi,
ternyata membutuhkan kecermatan dalam implementasi di lapangan. Ada beberapa
hal yang dapat dipakai sebagai dasar dalam memadukan kedua kegiatan tersebut, di
antaranya:
12
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
a. Keuntungan budaya, diperoleh karena semakin memperkaya sumber sejarah,
sehingga akan menambah rasa kedekatan pada sejarah atau kejadian penting di
masa lalu.
b. Keuntungan ekonomi, yaitu dapat meningkatkan taraf hidup, mengurangi
pengangguran lokal, omset penjualan, naiknya harga sewa, pajak pendapatan oleh
pemerintah daerah.
c. Keuntungan sosial, timbul karena meningkatnya nilai ekonomi dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada masyarakat.
Ketiga keuntungan tersebut harus dapat memberikan kontribusi pemahaman
bagi masyarakat yang kawasan atau lingkungannya akan di revitalisasi.13
Pendekatan ini membutuhkan waktu yang lama selain penataan fisik
kawasannya, sehingga keuntungan sosial juga harus dapat mempertahankan budaya
masyarakat setempat yang akan ditata untuk masa mendatang. Budaya masyarakat
harus berjalan dan dipertahankan agar masyarakat merasa ikut memiliki warisan
budayanya. Meningkatnya daya dukung sosial masyarakat sekitar dalam tataran
ekonomi harus dapat memberikan jaminan. Perjalanan masa depan kawasan secara
fisik harus terjaga sedemikian rupa dalam menghadapi perkembangan, sehingga
sejarah fisik masa lalu lingkungan dan kawasan tersebut dapat langgeng dan terjaga
dengan baik.
13
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Benteng Vredeburg sebagai salah satu obyek wisata sejarah budaya dan
perjuangan kepahlawanan mempunyai ciri khas tersendiri dengan berbagai aspek
pendukungnya. Diharapkan dengan revitalisasi pengembangan benteng vredeburg
sebagai obyek wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta akan mampu memperkaya
khasanah obyek wisata di Yogyakarta, sehingga akan dapat mendukung keberadaan
Yogyakarta sebagai kota Budaya, kota perjuangan, kota pelajar maupun sebagai kota
pariwisata.
2. Lingkungan
Lingkungan yang ada disekitar benteng merupakan kawasan loji berada
disebelah timur Vredeburg, tepatnya sekitar wilayah Shopping sampai hampir
perempatan Gondomanan. Sejumlah fasilitas pendukung masih bisa dinikmati
keindahannya, misalnya gereja Protestansche Kerk sekarang menjadi Gereja Kristen
Marga Mulya, berlokasi di utara Gedung Agung dan Gereja Fransiskus Xaverius
Kidul Loji (bangunan lama) berada di sebelah selatan. Sedangkan sebelah timur
kompleks Taman Pintar.14
Kawasan loji lainnya yang menarik adalah Loji Setan. Gedung yang tidak
diketahui tahun pembuatannya ini, pada awalnya disebut Loji Marlborough yang
pernah disinggahi Gubernur Jendral Raffles. Pernah berfungsi sebagai Kantor
Komite Nasional Indonesia gedung tersebut menjadi Gedung DPRD.15
14
Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta 15
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Selain loji yang ada dilingkungan Benteng Vredeburg adalah Gedung Agung,
Gedung Agung atau yang dulunya disebut sebagai Loji Kebon. Letak Loji Kebon ini
berada di depan Gedung Vredeburg. Halaman Loji Kebon sangat luas dan dihiasi
arca-arca yang dikumpulkan oleh para pejabat Belanda dari penjuru kota Jogja.
Bangunan ini terdiri atas enam bangunan utama, yaitu Gedung Agung (gedung
utama), Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu,
dan Wisma Saptapratala. Gedung utama yang disebut dengan Ruang Garuda.16
C. Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg Yogyakarta
Pelaksanaan revitalisasi harus melalui beberapa tahapan, masing-masing
tahapan harus memberikan upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kawasan
dalam konteks perkotaan. Dengan demikian konservasi bangunan dan kawasan
bersejarah merupakan tempat yang dapat difungsikan kembali menjadi kawasan yang
mempunyai nilai sosial ekonomi tinggi.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang
Cagar Budaya, yang dimaksud dengan pemugaran adalah upaya pengembalian
kondisi fisik benda cagar budaya, bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya
yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk tata letak, dan tehnik pengerjaan
revitalisasi untuk memperpanjang usianya.17
16
Ibid. 17
Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar
Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Benteng dalam proses revitalisasi oleh Pemerintah Kota kepada perusahaan
swasta yaitu Investor sebagai pelaksana revitalisasi. Karena keberadaan benteng saat
itu sebagai artefak historis kota sangat terbengkalai dan tidak terurus serta tidak
digunakan untuk fungsi-fungsi yang lebih sesuai.18
Tahapan yang terdapat dalam tahapan revitalisasi yaitu:
1. Intervensi fisik, intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan
dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan
kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan
ruang terbuka kawasan; Secara fisik pemugaran gedung benteng vredeburg
dimulai pada bulan Agustus 1981. Dananya diambil dari dana Banpres yang
dikeluarkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 017/B/Tahun 1980 tentang
bantuan untuk Yayasan Budaya Nusantara Yogyakarta. Berdasarkan peraturan
perundangan tersebut, dibentuklah panitia pemugaran yang diangkat oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef. Sebagai ketua dalam kegiatan
pemugaran tersebut adalah Ki Soeratman. Waktu itu Ki Soeratman menjabat tiga
jabatan yaitu sebagai Ketua Yayasan Budaya Nusantara, Ketua Panitia
Pemugaran Benteng Vredeburg, dan Pemimpin Proyek Pemugaran Benteng
Vredeburg. Sebagai pelaksanaan pekerjaan berdasarkan Surat Keputusan
Pemberian Pekerjaan yang dikeluarkan oleh Pemimpin Proyek adalah CV. Biro
18
Wibawa Samodra., Pembangunan Berkelanjutan : Konsep dan Kasus.
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991). hlm. 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Teknik Dewi Yogyakarta. Pekerjaan pemugaran ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 1981 sampai dengan Agustus 1982.19
Sebagai berikut:
Gambar 1.
Pemugaran Pintu Gerbang Utama
Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
19
Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 2.
Pemugaran Gedung Tengah Selatan
Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
Gambar 3.
Pemugaran Gedung Tengah Utara
Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
2. Rehabilitasi ekonomi, revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak
harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi; Kegiatan pemugaran
dengan memugar seluruh bangunan yang ada di dalam kompleks Benteng
Vredeburg Yogyakarta.20
Berupa: Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat, Jalan masuk
dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur, Bangunan Gerbang Utama sebelah
barat, Bangunan Gerbang Sebelah Timur, Bangunan Gerbang Sebelah Selatan,
Bangunan Kantor Administrasi, Ruang Pameran Tetap, Ruang Pameran
Temporer, Ruang Audio Visual dan Perpustakaan, Ruang Auditorium, Guest
House, Storage Koleksi, Perkantoran Tata Usaha, Ruang Pameran Tetap
Minirama I dan II, Anjungan Barat Laut dan Barat Daya serta Anjungan
Tenggara, Tanah Lapang (Open Space Depan Gerbang Timur).
3. Revitalisasi sosial/institusional, keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan
terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik; Dalam
perkembanganya, berdasarkan petunjuk dan pengarahan dari Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tanggal 5 November 1984
fungsi dari pemugaran Benteng Vredeburg lebih diperjelas. Pemugaran Benteng
Vredeburg tidak dimaksudkan untuk melestarikan simbol keperkasaan Belanda,
namun diarahkan untuk dimanfaatkan bagi fungsi baru yang dapat memberikan
informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang. Kompleks
Benteng Vredeburg diarahkan akan mengemban kesatuan fungsi yang jelas untuk
20
Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
mendukung misi dan sasaran yang khas sehubungan dengan nilai-nilai sejarah
yang dikandung oleh kota Yogyakarta. Untuk itu benteng Vredeburg akan
dimanfaatkan sebagai museum Perjuangan Nasional yang khas dan tidak ada
duanya di Indonesia.21
Sebagai realisasi dari gagasan tersebut maka sejak tahun anggaran 1985/1986
pemugaran benteng vredeburg diarahkan untuk fungsi baru yaitu sebagai museum
khusus yang memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional, khususnya
perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelum dilakukan pemugaran, beberapa kali telah dilakukan penelitian baik
dari segi arkeologis maupun arsitektur dan pemugaran. Beberapa periode penggalian
dan pemugaran yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penggalian (ekskavasi)
a) Penggalian parit sebelah barat pintu gerbang sektor barat Benteng Vredeburg,
dilaksanakan pada tahun 1980/1981.
b) Penggalian dan pengecekan pondasi tembok keliling benteng sektor timur laut
dan tenggara, dilakukan pada tahun 1981/1982.
c) Penggalian bekas terowongan dan sisa pondasi kantor, dilaksanakan pada
tahun 1983/1984.
21
Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Tahap Pemugaran
a) Pemugaran jembatan, bangunan perkantoran, bangunan pengapit pintu
gerbang dan pintu gerbang benteng vredeburg sisi barat tahun 1980/1981.
b) Pemugaran bangunan pintu gerbang belakang dan tembok keliling sector
timur dan timur laut pada tahun 1981/1982.
c) Pemugaran tembok keliling dan lingkungan sekitarnya serta penggalian
pondasi bekas kantor dan terowongan benteng vredeburg pada tahun
1982/1983.
d) Rehabilitasi tembok keliling benteng sector barat dan barat laut tahun
1983/1984.
e) Pemugaran bangunan rumah tahanan atau penjara pada tahun 1984/1985.
f) Pemugaran bangunan perumahan perwira utara I dan II, perumahan perwira
selatan I dan II, dan pendukungnya serta pembuatan landscape pertamanan
pada tahun 1985/1986. Pada tahun anggaran itu pula dilakukan pemugaran
terhadap bangunan rumah tahanan.
g) Pemugaran bangunan pintu gerbang sisi barat dan gedung perkantoran atau
bangunan pengapit selatan dan barak prajurit barat lantai atas pada tahun
1986/1987.
h) Pemugaran bangunan barak prajurit barat lantai bawah dan lingkungannya dan
penggalian lantai kamar utara sisi barat benteng vredeburg pada tahun
anggaran 1988/1989.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
i) Pemugaran bangunan dapur utara, dapur selatan dan ruang kamar mandi
selatan pada tahun anggaran 1989/1990.
j) Pemugaran bangunan gudang senjata berat dan ringan pada tahun anggaran
1990/1991.
k) Pemugaran bangunan pelayanan umum pada tahun anggaran 1991/1992.
l) Pemugaran gedung socetoit, pavilion dan gedung mesiu, garasi dan dapur
pada tahun anggaran 1993/1994.22
Awal dari pelaksanaan pemugaran Benteng Vredeburg dari tahap penggalian
sampai dengan pemugaran yang dimulai tahun 1981 sampai tahun 1994 seperti diatas
dilakukan oleh Yayasan Budaya Nusantara dengan Akta Notaris RM. Soeryanto
Partaningrat No.81 Tanggal 15 September 1979 dalam Berita Negara No. 90 Tanggal
9 November 1979.23
Dalam Akta tersebut Benteng Vredeburg Yogyakarta akan
dijadikan “Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara”. Kemudian
pengurus yayasan menghadap Presiden, dalam pertemuan tersebut Presiden
memberikan arahan “Bahwa Pemugaran Benteng Vredeburg bukan berarti Memugar
Kemegahan Bangunan Kolonial, namun sebaliknya Pemugaran tersebut
mencerminkan perjuangan dan kemampuan Bangsa Indonesia dalam merebut dan
mengisi Kemerdekaan”24
22
Budiharja, “Laporan Pemugaran Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
tahun 1980-1994” 23
Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012 24
Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Hasil pemugaran tersebut diharapkan dalam pengembangannya sebagai obyek
wisata di Yogyakarta, bahwa gagasan pertama yang diprakarsai oleh Ki Hajar
Dewantara untuk memanfaatkan Benteng Vredeburg yang sudah dipugar bisa
dijadikan Ajang Kebudayaan. Secara fisik pemugaran baru dapat berjalan pada tahun
1981 sebagai Ketua Umum Yayasan Budaya Nusantara waktu itu adalah Ki
Suratman.25
Bila bangunan yang mewakili nilai-nilai sejarah, semacam benteng ini tidak
diperhatikan atau bahkan digusur untuk pembangunan yang bernuansa modern, tanpa
memperhatikan tata ruang kota dan segi historis keberadaan benteng, maka lenyaplah
sebagian dari sejarah kota yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas
tersendiri bagi “Kota Budaya Yogyakarta”.26
Generasi yang akan datang tidak akan
dapat lagi melihat sejarah daerah yang tercermin dalam lingkungan benteng. Hal ini
dikarenakan karena setiap kota berwajah tunggal (monotone) tanpa memiliki
identitas.
Keberadaan benteng ini akan mencerminkan kisah sejarah, tata cara hidup,
budaya dan peradapan masyarakatnya. Jadi hal yang paling baik dilakukan untuk
mempertahankan keberadaan benteng ini adalah melakukan konservasi.27
Konservasi dapat dilakukan dengan cara adaptasi atau revitalisasi fungsi,
karena benteng Vredeburg memenuhi syarat sebagai bangunan yang mewakili suatu
25
Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012 26
Tashadi., Proposal Buku Panduan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Museum
Perjuangan dan Bekas Benteng Vredeburg Yogyakarta., (Yogyakarta: Tidak
diterbitkan, 1988). 27
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ragam karya arsitektur (bangunan militer), sebagai satu-satunya benteng kolonial
yang ada di Yogyakarta (kelangkaan), sebagai saksi sejarah penaklukan Keraton
(peranan sejarah), keberadaan benteng dapat memperkuat identitas sosial Kota
Yogyakarta sebagai Kota Budaya dapat memperkuat kawasan disekitarnya, dan
benteng ini juga memiliki keistimewaan-keistimewaan lain. Sehingga keberadaanya
perlu dipertahankan tetapi fungsinya harus diadaptasi dengan kondisi jaman sekarang
misalnya digunakan sebagai sasana budaya atau tempat wisata.
Diharapkan agar kepemilikan benteng diserahkan kepada pemerintah atau
keraton sebagai penjaga sasana budaya untuk mengurusnya. Dalam mewujudkan hal
ini maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan sebagai penjaga sasana budaya, investor sebagai pelaksana,
maupun masyarakat kota, untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan
kawasan benteng menjadi lebih baik. Dengan terintegrasinya keempat unsur ini maka
upaya revitalisasi fungsi benteng sebagai sasana budaya pasti akan tercapai.28
Upaya revitalisasi pada benteng tidak dilihat dari segi estetika semata, tetapi
harus dilihat sebagai sebuah warisan budaya yang dalam bentuk fisik telah
mencerminkan sejarah perkembangan masyarakat dan menjadi simbol
kesinambungan yang jauh lebih panjang dari pada masa hidup satu generasi atau akan
menumbuhkan ikatan yang erat antara masa kini dan masa lampau dan menciptakan
harga diri sebagai suatu bangsa. Dalam proses revitalisasi harus diperhatikan juga
28
Darsiti Soeratman., Kehidupan Dunia Keraton Yogyakarta, (Yogyakarta:
Tamansiswa, 1989), Hlm. 36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
segi sosial ekonomi. Kususnya yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan
perluasan lapangan kerja. Agar disamping memberikan pemasukan bagi daerah juga
bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas benteng. Contohya: sebagai sasana
budaya maka didalam benteng ditempatkan barang-barang peninggalan kuno dan
setiap pengunjung yang datang ditarik kontribusi atau bisa juga memanfaatkan ruang
kosong ditengah (halaman benteng) sebagai tempat seminar atau pertemuan-
pertemuan yang semuanya ini bisa mendatangkan pendapatan yang tidak sedikit.29
Budaya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat perlu mendapat tempat
dalam pelaksanaan revitalisasi. Sentuhan budaya akan dapat memberikan arah dan
tujuan baik pelestarian fisik maupun non fisik. Baik secara tata ruang kotanya
maupun arsitektur bangunannya harus benar-benar mendapat prioritas utama untuk
dipertahankan dari segala macam penghancuran maupun perusakan. Perlu diingat
bahwa permasalahan pada kawasan atau lingkungan bersejarah itu bukan saja hanya
persoalan arsitektur. Kebudayaan pada dasarnya merupakan segala macam bentuk
gejala kemanusiaan, baik yang mengacu pada sikap, konsepsi, ideologi, perilaku,
kebiasaan, karya kreatif, dan sebagainya. Hal ini yang perlu dipahami di dalam
melakukan revitalisasi, kecenderungan dan karakteristik wilayah dan kawasan kota
besejarah harus dipahami sebagai bekal awal untuk melangkah.30
29
Untung. 1991.“Studi Tentang Perencanan Pengembangan Benteng Vredeburg
Sebagai Museum Di Daeah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi Akademi Pariwisata
Indonesia Yogyakarta. 30
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Budaya yang melekat pada wilayah kota terbuka luas dan tidak dapat
diselesaikan dengan waktu singkat, karena budaya menyangkut semua aspek
kehidupan manusia. Faktanya sangat kompleks selain memiliki kekhasan dan
terkadang memiliki ciri yang sangat universal baik fisik dan perilaku budayanya.
Memang, dalam pengertian kebudayaan juga termasuk tradisi, dan “tradisi”dapat
diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-
kaidah, harta-harta. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan ceritera tentang
perubahan-perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi yang selalu memberi
wujud baru kepada pola-pola kebudayan yang sudah ada.31
Dengan adanya arus globalisasi dunia dihadapkan pada arus budaya tunggal
yang evolusinya bergulir begitu kuat, hingga bahkan dapat menggeser tatanan budaya
lokal hampir di seluruh belahan dunia. Benteng Vredeburg beberapa kali mengalami
perubahan fungsi, sampai yang terakhir difungsikan sebagai Museum Benteng
Yogyakarta, oleh karena itu bentuk bangunan juga mengalami beberapa pemugaran
untuk disesuaikan dengan fungsinya. Pada bagian luar bentuk tetap masih
dipertahankan dan hanya pada bagian dalam saja yang mengalami pemugaran.32
Sebagai benteng pertahanan Belanda dahulu digunakan untuk melindungi tempat
kediaman penguasa Belanda dari serangan meriam Keraton Yogyakarta. Sebagai
benteng pertahanan maka Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan juga menara
pengawas di keempat sudut penjuru. Sebagai Museum Perjuangan Yogyakarta
31
Van Peursen., Strategi Kebudayaan. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1976),
Hlm 32. 32
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
didalam ruangan-ruangannya terdapat diorama-diorama yang mengisahkan
perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah Belanda hingga pada masa
Orde Baru.33
Budaya harus dilihat sebagai fenomena pilihan hidup yang terdapat dalam
sebuah kawasan bersejarah yang tentu saja selalu eksis dan berkembang. Cara
melihatnya pun harus dalam konteks ruang dan waktu. Kawasan bersejarah telah
menjadi milik kolektif masyarakat yang mendiami kawasan tersebut, baik dalam
perilaku dan konfigurasi unik dalam cita rasa yang khas serta gaya yang dipunyainya.
Penentuan atau pemilihan setting kawasan yang akan direvitalisasi harus benar-benar
siap respek dijadikan objek pelestarian. Tempat atau lokasi yang akan dijadikan objek
revitalisasi harus mempunyai peninggalan fisik arsitektural baik bangunan,
lingkungan maupun budaya masyarakatnya, fenomena budaya lingkungan dan
masyarakat setempat harus menjadi nilai penting dalam proses pelaksanaan
revitalisasi.34
Dengan adanya pengembangan Museum Bekas Benteng Vredeburg maka
akan dapat diperoleh berbagai manfaat baik bagi masyarakat setempat,
pengunjung maupun bagi pemerintah daerah setempat khususnya Yogyakarta.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dapat diketahui model atau motif bangunan jaman dahulu atau belanda
yang mempunyai kekhasan tersendiri.
2. Dapat diketahui sejarah berdirinya organisasi-organisasi yang ada di
Yogyakarta yaitu: taman siswa, muhamadiyah dan sebagainya.
3. Dapat diketahui semangat bangsa Indonesia terutama Yogyakarta di dalam
menghadapi penjajah, baik Belanda maupun Jepang.
33
Wawancara dengan Suseno tanggal 1 Februari 2012. 34
Widayati N., Penyertaan Peran Serta Masyarakat Dalam Progam
Revitalisasi, (Yogyakarta: Gadjah mada university prees, 2000). hlm. 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
4. Sebagai pusat informasi dan inspirasi semangat perjuangan kepahlawanan
bangsa Indonesia.
5. Dapat diketahui berbagai latar belakang kota Yogyakarta yaitu sebagai
kota budaya, kota pelajar atau pendidikan maupun kota perjuangan.35
Dengan keberadaan Benteng Vredeburg yang dikembangkan sebagai museum
perjuangan kepahlawanan nasional, maka akan dapat memperkaya khasanah dunia
kepariwisataan di Yogyakarta. Lebih penting lagi adalah Museum bekas benteng
vredeburg merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kawasan malioboro
yang merupakan pusat kota Yogyakarta dengan segala aktifitas wisatawan nusantara
maupun wisatawan mancanegara. Keberadaan museum bekas benteng vredeburg
akan mendukung keberadaan obyek-obyek lain yang letaknya berdekatan seperti
kraton Yogyakarta, Monumen Serangan Umum maupun Istana Keprisidenan Gedung
Agung. Obyek wisata ini adalah merupakan obyek wisata yang strategis dengan
dukungan obyek-obyek wisata lain dan transpotasi yang mudah dijangkau dengan
dukungan kawasan malioboro sebagai kawasan wisata yang menyediakan barang-
barang cinderamata yang diperlukan wisatawan maupun jasa yang menyediaklan jasa
makanan minuman serta jasa akomodasi sebagai tempat menginap selama wisatawan
mengadakan perjalanan wisata. Oleh karena itu koleksi di museum Benteng
Vredeburg akan mendukung bagi wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata
tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata ke dua setelah
Bali memiliki cukup potensi yang dapat diandalkan, baik untuk konsumen wisatawan
nusantara maupun wisatawan mancanegara, sehingga perlu adanya pengembangan
35
Skipsi Untung “Studi Tentang Perencanan Pengembangan Benteng
Vredeburg Sebagai Museum Di Daeah Istimewa Yogyakarta”., Loc.cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB IV
PEMANFAATAN BENTENG VREDEBURG SEBAGAI
MUSEUM
A. Penataan dan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 1976 – 1991
1. Kepemimpinan Ki Suratman
Pada periode tahun 1976 terjadi perubahan pengelolaan Benteng Vredeburg,
Ki Suratman sebagai Ketua Umum Yayasan Budaya Nusantara ditunjuk sebagai
Pelaksana Pemugaran Benteng Vredeburg berdasarkan Akta Notaris RM. Soeryanto
Partaningrat Nomor 81. Rapat tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut:
a. Pemugaran Benteng Vredeburg dilakukan oleh Yayasan Budaya Nusantara.
b. Pemanfaatan Benteng Vredeburg sebagai Cultur Centrum seperti pernah
disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara untuk melestarikan Benteng Vredeburg
harus dibentuk sebuah Yayasan.
c. Ditetapkan nama yayasan yaitu Yayasan Budaya Nusantara.
d. Susunan pengurus sebagai berikut:
1) Ketua Umum : Ki Suratman
2) Ketua I : Kepala Bidang PSK Kanwil Dekdikbud Propinsi DIY
3) Ketua II : Handung Kus Sudyarsono
4) Sekertaris I : Doktor Judowibowo Poerwowidagdo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
5) Sekertaris II : Ki Nayono
6) Bendahara I : Brigjen TNI A. Poerwosasmito
7) Bendahara II : Soemiharjo1
2. Kegiatan Kelembagaan
Pada tahun 1976 waktu itu kondisi Benteng Vredeburg keadaannya sangat
memprihatinkan dalam kondisi kosong tidak difungsikan sehingga terjadi kerusakan
dibeberapa elemen tidak terawat.
Gambar 4.
Benteng tidak terawat dan rusak
Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1976
Namun setelah dalam penataan dan pengelolaan Benteng Vredeburg
mengalami perubahan. Pada Kepemimpinan Ki Suratman, terjadi beberapa penataan:
a. Setelah kepengurusan Yayasan Budaya Nusantara terbentuk, Presiden
memutuskan bersedia menjadi Pembina Utama dan sekaligus memberikan dana
1 Wawancara dengan Amin Sukrilah tanggal 10 Desember 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
dengan nomor surat 017/B/Tahun 1980 untuk Yayasan Budaya Nusantara
Yogyakarta
b. Selanjutnya Pemugaran Benteng Vredeburg dijalankan pada tahun anggaran
1980/1981 dengan Dana BANPRES yaitu hasil pemugaran dan renovasi sebagai
berikut: Pintu Gerbang, Kantor, Ruang rapat, Diorama I, II, III dan Ruang
Pengkajian.
c. Pemugaran bangunan ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan
ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/V/1981 Tanggal
15 Juli 1981. Pihak yang diberi wewenang untuk menggunalan dan mengelola
Benteng Vredeburg:
1) Diwajibkan memelihara, melestarikan dan menyelamatkan dengan sebaik-
baiknya.
2) Dilarang melakukan perubahan bentuk, pemindahan, penambahan, pemugaran
bangunan dan situs Benteng Vredeburg sesuai dengan ketentuan, tanpa izin
tertulis Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau pejabat yang ditujukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.2
2 Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia
Menyatakan Museum Benteng Vredeburg Sebagai Cagar Budaya Nasional sebagai
bangunan mempunyai nilai penting bagi Sejarah Nasional Indonesia sehingga perlu
dilindungi dan dilestarikan 15 Juli 1981. Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Benteng sebagai Pusat Pengembangan Budaya Nusantara, pada waktu periode
ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai:
1. Ajang Jambore Seni Tanggal 26 – 28 Agustus 1978
2. Pendidikan dan latihan Dodiklat POLRI
3. Tanggal 16 April 1985 benteng dimanfaatkan sebagai Museum
Perjuangan dan dibuka untuk umum tanggal 11 Maret 1987.3
Waktu itu museum dibawah pengelolaan Kanwil Depdikbud Propinsi DIY.
Secara administrasi pengelola museum bertanggungjawab pada Kanwil Depdikbud
Propinsi DIY, namun secara tehnis bertanggung jawab kepada Direktur Jendral
Kebudayaan.4
Karena telah difungsikan sebagai museum , Benteng Vredeburg memiliki
koleksi lengkap meliputi koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto termasuk
miniatur dan replika serta koleksi lukisan, Selain itu terdapat pula empat ruang
diorama sejarah perjuangan bangsa Indonesia.5
3 Wawancara dengan Amin sukrilah tanggal 10 Desember 2011.
4 Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta 5Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
B. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 1992-2004.
1. Kemimpinan Budiharja
Dibawah Kepemimpinan Budiharja perkembangan Benteng Vredeburg
Yogyakarta telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dibanding
kepemimpinan sebelumnya kedudukan, tugas, fungsi dan susunan organisasi mulai
tertata.
a. Kedudukan Benteng Vredeburg
Museum Benteng Yogyakarta sebagai Museum khusus adalah unit pelaksana
teknis di bidang kebudayaan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan.6
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dipimpin oleh seorang Kepala yang
dalam melaksananakan tugas sehari-hari secara administratif bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi
setempat dan secara teknis kepala Permusiuman Direktorat Jenderal Kebudayaan.7
Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 23 November secara resmi Museum Bekas
Benteng Vredeburg Yogyakarta menjadi UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) di
lingkungan Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
6 Wawancara dengan Rosyid tanggal 17 Desember 2011.
7 Wawancara dengan Rosyid tanggal 17 Desember 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Nomor: 0475/0/1992, dengan nama Museum Benteng Yogyakarta. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu dijabat oleh Prof. Dr. Fuad Hasan.8
b. Tugas Benteng Vredeburg
Museum Benteng Yogyakarta bertugas mengumpulkan, merawat,
mengajarkan, mengkaji, menyajikan, menerbitkan hasil penelitian dan memberikan
bimbingan edukatif kultural tentang benda yang bernilai sejarah, budaya dan ilmiah.9
c. Fungsi Benteng Vredeburg
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Museum Benteng Yogyakarta
mempunyai fungsi:
1) Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan, dan penyajian benda
yang bernilai sejarah, budaya dan ilmiah.
2) Melakukan urusan perpustakaan, dokumentasi dan pengkajian ilmiah.
3) Memperkenalkan dan memperluaskan hasil pengkajian ilmiah.
4) Melakukan bimbingan edukatif kultural tentang benda yang bernilai
sejarah, budaya dan ilmiah.
5) Melakukan urusan tata usaha.10
8Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menyatakan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai Museum Khusus
adalah uji pelaksanaan teknis di bidang kebudayaan di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di bawah Drektorat Jendral Kebudayaan
23 November 1992. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. 9 Ibid.
10 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Benteng Vredeburg juga ditetapkan sebagi Museum khusus perjuangan
nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta untuk meningkatkan
fungsionalisasi museum, maka pada tanggal 5 September 1997 mendapat limpahan
untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta,
dari Museum Negeri Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Sonobudoyo.11
d. Susunan organisasi Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terdiri atas:
1) Kepala Museum: Kepala Museum bertugas memimpin pelaksanaan tugas dan
fungsi Museum Benteng Yogyakarta.
2) Urusan Tata Usaha: Urusan Tata Usaha bertugas melaksanakan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, perpustakaan,
regestrasi dan dokumentasi koleksi, pelaporan, kearsipan dan keamanan di
lingkungan Museum.
3) Kelompok Tenaga Fungsional: Kelompok tenaga fungsional melaksanakan
tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jumlah dan jenjang jabatan
tenaga fungsional sebagaimana ditentukan sesuai dengan kebutuhan.12
11
Wawancara dengan Rosyid tanggal 17 Desember 2011. 12
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
menyatakan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai Museum Khusus
adalah uji pelaksanaan teknis di bidang kebudayaan di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang berada di bawah Drektorat Jendral Kebudayaan
23 November 1992., op. cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Bagan 1.
Bagan Organisasi Museum Benteng Yogyakarta.
2. Kegiatan kelembagaan
Kegiatan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah mencanangkan
berbagai kegiatan dalam progam kerja yang disusun pada setiap tahun anggaran.
Meskipun bentuk serta materinya berubah-ubah dan selalu mengalami infrofisasi
namun pada hakikatnya kegiatan yang dilakukan di museum meliputi: pameran,
lomba-lomba mewarnai dan melukis dengan tema perjuangan dan sebagainya.13
Pengadaan Koleksi Benteng Vredeburg Yogyakarta
a. Tahun 1993-1994
Pengadaan koleksi:
Rencana kegiatan
13
Wawancara dengan Widada tanggal 24 Desember 2011.
KEPALA
URUSAN
TATA USAHA
KELOMPOK
TENAGA
FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
(1) Dasar kegiatan
Salah satu tujuan museum adalah meningkatkan peran apresiasi masyarakat
terhadap museum, dengan demikian dilaksanakan kegiatan pengadaan koleksi sebagai
upaya untuk melengkapi pameran khusus museum.
Dalam rangka penyempurnaan atau melengkapi tata pameran Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta, perlu adanya koleksi yang mendukung
sejarah/peristiwa yang pernah terjadi di Yogyakarta yaitu:
a) Reproduksi foto dokumenter Benteng Vredeburg dan peristiwa yang terjadi di
Yogyakarta serta transfer film dokumenter ke dalam satu kaset video
mengenai peristiwa di Yogyakarta, terdiri tujuh judul:
(1) Unci on Duty In Indonesia.
(2) Second Military Acttion.
(3) Journalist Visit Eyited Republic leader.
(4) Republic Leaders return to Yogya.
(5) Return of General Soedirman.
(6) End of Fasting Month.
(7) Inter Indonesia Conference.
b) Pengadaan peralatan dapur padaa masa Agresi Militer Belanda II di dusun
Jetis, Gilangharja, Pandak, Bantul merupakan markas kompi Mayor Widodo
berupa Dandang dan Nampan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
c) Peralatan yang digunakan Kolonel TB. Simatupang beserta anak buahnya
suatu bermarkas di dusun Banaran, Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo yaitu:
Mesin jahit engkel tangan, cangkir, cawan/lepek dan gamelan.14
(2) Tujuan
Sesuai dengan Petunjuk Operasional Rutin Museum benteng Vredeburg
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
a) Reproduksi foto dokumenter tentang Benteng Vredeburg dan peristiwa di
Yogyakarta serta transfer film dokumenter ke dalam satu kaset video terdiri
tujuh judul:
(1) Unci on Duty In Indonesia.
(2) Second Military Acttion.
(3) Journalist Visit Eyited Republic leader.
(4) Republic Leaders return to Yogya.
(5) Return of General Soedirman.
(6) End of Fasting Month.
(7) Inter Indonesia Conference.
b) Dandang dan Nampan digunakan pada masa Agresi Militer Belanda II oleh
Kompi Mayor Widodo di dusun Gilangharjo Pandak Bantul.
14
Amin Sukrilah., Laporan pengadaan/pembelian Benda-benda Koleksi
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Tahun Anggaran 1993/1994, (Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993/1994).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c) Mesin jahit engkel tangan, Cangkir, Cawan atau lepek dan gamelan di
gunakan pada perang gerilya di dusun Banaran Banjarsari Samkigaluh Kulon
Progo oleh Kolonel TB Simatupang.
(3) Ketenagaan
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Museum Benteng Yogyakarta Nomor:
689/F44.113/C4/93 tanggal 11 Nopember 1993 tentang petugas tim pengadaan
koleksi tahun anggaran 1993/1994. Susunan ketenagaanya adalah sebagai berikut:
(1) Dra. Amien sukrinah Ketua/Anggota
(2) Drs. Dadang Darmayana Anggota
(3) Widodo Anggota
(4) Persiapan Pelaksanan
Pelaksana Tim pengadaan Koleksi, melalui beberapa tahap kegiatan yaitu
sebagai berikut:
(1) Sebelum melakukan kegiatan. Tim pengadaan koleksi perlu mengetahui
kesiapan dana.
(2) Anggota Tim mengadakan rapat dengan Kepala Museum Benteng
Yogyakarta mengenai pengadaan koleksi dan penyusunan rencana kerja
(3) Menyiapkan blangko yang diperlukan untuk keperluan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(5) Pelaksanaan Kegiatan
a) Adanya surat keputusan Kepala Museum Benteng Yogyakarta Nomor:
689/F4.113/C1/93 Tanggal 11 Nopember 1993 mengenai Tim Pengadaan
Koleksi, maka dikeluarkan:
(1) SPPD Nomor: 091/F4.113/C4/93, Tanggal 14 Oktober 1993
(2) SPPD Nomor: 092/F4.113/C4/93, Tanggal 14 Oktober 1993
(3) SPPD Nomor: 130A/F4.113/C4/93, Tanggal 9 Nopember 1993
(4) SPPD Nomor: 130B/F4.113/C4?93, Tanggal 9 Nopember 1993
b) Pelaksanaan Tim Pengadaan Koleksi adalah sebagai berikut:
(1) Tim Pengedaan Koleksi mengadakan rapat untuk membahas RKS.
(2) Pemberitahuan dari kantor kerekanan
(3) Surat penawaran dari rekanan
(4) Penerbitan SPK
(5) Berita Acara Serah Terima SPK hasil pekerjaan
(6) Penilaian terhadap hasil yang didapat
a) Reproduksi enam foto dokumenter dan transfer film dokumenter ke dalam
satu kaset video terdiri tujuh judul yaitu:
(1) Pelaksanaan kegiatan pengadaan koleksi ini dilakukan sejak SPK
dikeluarkan
(2) Transaksi dianggap selesai apabila pihak pelaksana dan Kepala Museum
Benteng Yogyakarta telah menandatangani Berita Acara Serah Terima
Koleksi, serta pengirimannya ke tempat tujuan yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
b) Koleksi realita
Setelah selesai mengadakan survey ke Bantul dan Kulon progo Tim
Pengadaan menilai terhadap hasil yang didapat yaitu Dandang, Nampan,
Mesin Jahit Engkel Tangan, Cangkir, Cawa/Lepek dan Gamelan yaitu
berdasarkan:
(1) Keaslian
Benda-benda yang didapat merupakan benda bersejarah yang masih asli.
(2) Nilai Historis/Fungsi dan Peranannya
Benda-benda yang didapat ini memiliki nilai historis dan fungsi serta
peranan sangat penting dan besar sebagai sarana pada masa perjuangan
dalam merebut dan mempertahankan serta mengisi Kemerdekaan RI.
(3) Kualitas, Kondisi Benda
Benda-benda yang didapat berkualitas dan kondisinya baik.15
b. Tahun 1996-1997
Pengadaan/pembelian benda-benda koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta:
(1) Proses pengadaan koleksi selalu dikonsultasikan tim pengadaan dengan Kepala
Museum Benteng Yogyakarta
(2) Teknis Pengadaan
a. Imbalan jasa langsung pemilik
b. Pesan kepada pengrajin
15
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
(3) Tata laksana administrasi dan keuangan dilaksanakan oleh bendaharawan
Museum Benteng Yogyakarta dan tidak meninggalkan fungsi dan peranan tim
pengadaan
(4) Hasil pengadaan koleksi Museum Benteng Yogyakarta :
a. Foto-foto Perjuangan : 65 Buah
b. Pakaian Prajurit Panji Prawirotomo : 1 Stel
c. Duaja Dara ( Kraton Mataram) : 21 Buah
d. Pedang Prajurit Panji : 3 Buah
e. Pakaian Pejuang Tahun 1945-1949 : 24 Buah
f. Foto Pahlawan Revolusi : 9 Buah
g. Senjata Tradisional Rakyat : 17 Buah
h. Meja Kerja : 1 Set
i. Jam Dinding : 1 Buah
Jumlah koleksi seluruhnya sebanyak 132 Buah.
Tahap akhir dari pengadaan koleksi yaitu ditandai dengan serah terima barang
yang diikuti pembayaran oleh bendaharawan Museum Benteng Yogyakarta.
Mengenai daftar berita acara serah terima koleksi dalam rangka pengadaan
koleksi ini terlampir.16
16
Amin Sukrilah., Laporan pengadaan/pembelian Benda-benda Koleksi
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Tahun Anggaran 1996/1997, (Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996/1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
c. Tahun 1998
Pengadaan/pembelian benda-benda koleksi Benteng Vredeburg Yogyakarta
(1) Pengadaan koleksi Museum antara lain:
a. Lukisan Jendral Soederman : 1 buah.
b. Lukisan Ki Hadjar Dewanta : 1 buah.
c. Foto : 57 buah.
d. Lampu Gantung : 1 buah.
e. Lumpang : 1 set.
f. Pedang : 1 buah.
g. Ransel : 1 buah.
h. Meja Kursi Tamu, peralatan minum : 1 set.
i. Patung : 15 buah.
j. Lampu : 1 buah.
k. Piring Nampan : 10 buah.
l. Kenop dan Pedang : 1 buah.
m. Wayang : 22 buah.
n. Gong Beri : 1 buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
o. Peta : 1 buah.17
Jumlah koleksi seluruhnya sebanyak 211 Buah.
C. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 2004 – 2008
1. Kepemimpinan Wahyu Indrasana
Pada periode Wahyu Indrasana yang telah menggantikan Kepala Benteng
Vredeburg Yogyakarta sebelumnya Budiharja, melanjutkan rencana program-
program yang telah dicanangkan oleh Budiharja termasuk kedudukan, tugas dan
fungsi tetap berjalan didalam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Disamping
itu beliau juga mempunyai gagasan untuk meneruskan progam-progam yang belum
terlaksana lebih meningkat baik.
Visi dan Misi Museum
a. Visi Museum
Visi Museum Benteng Vredeburg adalah terwujudnya pelestarian,
pengembangan, dan pemanfaatan museum yang mampu mencerdaskan kehidupan
bangsa, memperkokoh jati diri, ketahanan budaya dan integrasi nasional.
17
Amin Sukrilah., Laporan pengadaan/pembelian Benda-benda Koleksi
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Tahun Anggaran 1997/1998, (Yogyakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997/1998).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
b. Misi Museum
(1) Mewujudkan peran museum sebagai sarana edukasi, pariwisata, pusat
infoormasi dan pengembangan ilmu pengetahuan.
(2) Mewujudkan pelestarian benda-benda peninggalan sejarah dan kebudayaan
untuk memperkokoh jati diri bangsa.
(3) Mewujudkan museum sebagai sarana dan prasarana bagi pengembangan
pembelajaran ilmu sejarah dan kebudayaan.
(4) Mewujudkan nuansa edutaimen dalam penyajian tata pameran benda-benda
peninggalan sejarah dan kebudayaan.
(5) Meningkatkan pemahaman sejarah dan kebudayaan kepada masyarakat untuk
mewujudkan kesadaran nasional dalam rangka memperkokoh jati diri,
ketahanan budaya dan integrasi bangsa.18
Sebagai aktualisasi dari visi misinya, Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta telah mencanangkan berbagai kegiatan dalam progam kerja yang disusun
pada setiap anggaran. Meskipun bentuk serta materinya dapat berubah -ubah dan
selalu mengalami perkembangan namun pada hakekatnya kegiatan yang dilakukan
museum meliputi: pameran, seminar, penelitian dan lomba. Setelah dikemas dengan
tambahan tema-tema tertentu kegiatan-kegiatan tersebut akan mempunyai judul yang
18
Suharja., Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg, (Yogyakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007), hlm. 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
banyak ragamnya. Untuk pengembangan kegiatan tersebut tentunya harus disesuaikan
dengan visi dan misi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.19
2. Kegiatan kelembagaan
a. Peranan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Peranan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam Dunia Pendidikan
Kebutuhan dan minat masyarakat akan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi selain melalui dunia pendidikan formal, juga tak terelakan mendapat
pengaruh dari globalisasi informasi, sedemikian pesatnya informasi tersebut sampai
pada tataran yang membahayakan dari munculnya budaya metamorfosa dari budaya
lokal ke budaya metropolis, konsumtif dan sebagainya yang berdampak kepada
rendahnya aspirasi masyarakat khususnya generasi muda terhadap masa lalu.
Museum sebagai pelestari warisan seni budaya bangsa dan jendela budaya
bangsa, merupakan suatu lembaga tetap, tidak mencari keuntungan dan terbuka untuk
umum yang bertugas mengumpulkan, menyimpan, merawat, meneliti, mengkaji,
menyajikan dan mengkomunikasikan untuk kepentingan studi, pendidikan dan
rekreasi bukti-bukti material manusia dan lingkungannya.
Museum bukan merupakan sesuatu yang mati, bisu, dan tertutup tetapi secara
teoristis fungsional, simbolis filosofis merupakan bangunan yang hidup dan selalu
berbicara dan memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat umum.
Dengan pola pikir tersebut di atas, maka Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
19
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sebagai salah satu Museum Khusus Sejarah Perjuangan Bangsa dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya dalam mengemban misi, visi dan fungsinya selain dengan
menyelenggarakan pameran juga berkewajiban mensosialisasikan museum kepada
masyarakat melalui kegiatan ceramah baik yang diselenggarakan di lingkungan
museum maupun di luar museum.20
Museum dalam rangka menyebarluaskan informasi tersebut senantiasa
dilaksanakan secara berkesinambungan seperti yang telah dilaksanakan. Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi
bekerjasama dengan instansi terkait khususnya Cabang Dinas Pendidikan di setiap
kabupaten, wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.21
Dengan
terselenggaranya kegiatan sosialisasi diharapkan masyarakat khususnya pelajar dapat
memahami peranan museum serta mereka dapat memanfaatkan museum sebagai
media studi dan pendidikan, meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya
pelajar terhadap sejarah dan kebudayaan Indonesia serta dapat bersikap dan berbuat
sesuai dengan kepribadian bangsa dan menumbuh kembangkan wawasan berbangsa
sebagai dasar pengikat persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada masa jabatan beliau , Benteng Vredeburg menyelenggarakan seminar
Pendidikan dengan lunturnya kesadaran sejarah, nasionalisme, tawuran antar pelajar,
kurangnya kedisiplinan, tidak mau tahu bahwa bangsa ini terlahir melalui perjalanan
sejarah yang panjang, berkat kerja keras para pejuang bangsa, pengorbanan tanpa
20
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012. 21
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
batas pendiri bangsa dan tumpahan darah untuk sebuah kemerdekaan. Kesadaran
sejarah dikalangan siswa benar–benar telah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan.22
Salah satu upaya untuk itu maka hasil seminar yang diselenggarakan Benteng
Verdeburg bertujuan Sebagai Pelestari Warisan seni budaya bangsa dan jendela
budaya bangsa dengan menumbuhkan kesadaran sejarah dikalangan masyarakat dan
generasi muda dengan Tema :
a) Peranan Badan–Badan Kelaskaran pada masa Revolusi Fisik Di Yogyakarta 5
Mei 2007
b) Palang Merah Indonesia pada masa Revolusi Fisik di Yogyakarta 7 Mei 2007
c) Peranan Pemimpin Keagamaan pada masa Revolusi fisik di Yogyakarta 19 Juli
2007
d) Kajian Historis Estetis Tata pameran Minirama I 7 Agustus 2007
e) Wawasan Kebangsaan dalam rangka pembentukan Kesadaran Sejarah 27 Agustus
2007.23
b. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Melihat kembali Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :
PM.34/OT.001/MKP-2006 Tanggal 7 September 2006 disebutkan bahwa Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai Museum Khusus merupakan Unit Pelaksana
Teknis di lingkungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, berkedudukan di
22
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012. 23
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Museum. Disebutkan pula
bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil
penelitain dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.24
Mengenai bentuk koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
(1) Bangunan yaitu meliputi bangunan keseluruhan yang terdapat di dalam kompleks
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta lengkap dengan pendukungnya, antara
lain tembok benteng, parit, jembatan, anjungan, tanah lapang di luare benteng,
lapangan di dalam benteng, dan bangunan-bangunan yang ada di dalam benteng.
(2) Benda realita saksi peristiwa bersejarah dalam perjuangan merintis, mencapai,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
(3) Benda replika, yaitu tiruan dari benda asli yang berperan dalam perjuangan dalam
rangka merintis, mencapai, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
(4) Benda visualisasi peristiwa bersejarah dalam rangka merintis, mencapai,
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan yang dapat berupa patung, lukisan,
minirama, maket, miniature dan sebagainya.
(5) Foto dan duratan serta hasil pendokumentasian lainya yang terkait dengan
perjuangan dalam rangka merintis, mencapai, mempertahankan dan mengisi
24
Wawancara dengan Edy Purwanto tanggal 5 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
kemerdekaan. Untuk kelompok ini dapat berupa foto, foto duratran, film,
microfilm, slide dan sebagainya.25
Benda-benda tersebut dalam penyimpananya dipisahkan dalam dua tempat
yaitu dalam ruang pameran dan dalam gudang koleksi. Koleksi yang telah mengalami
proses penelitian, sehingga kredibilitas informasinya telah memenuhi kriteria untuk
disajikan. Sedangkan koleksi yang tersimpan di gudang koleksi adalah koleksi-
koleksi yang belum mengalami proses penelitian. Meskipun demikian, ada juga
koleksi yang telah mengalami proses penelitian namun disimpan di gudang koleksi
karena keterbatasan luas ruang pameran.26
D. Perubahan Pengelolaan Benteng Vredeburg Periode 2008 – 2011
1. Kepemimpinan Sri Ediningsih.
Kepala Museum Benteng Vredeburg saat ini adalah Sri Ediningsih.M.Hum
menyertakan sebuah museum yang bertugas melayani masyarakat dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan.
Beliau mengedepankan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya, Museum Benteng Vredeburg mempunyai visi
terwujudnya pengembangan dan pemanfaatan Museum yang mampu mencerdaskan
25
Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2007. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta 26
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
kehidupan bangsa, memperkokoh identitas dan jati diri, integrasi nasional dan
ketahanan budaya.27
Adapun misi yang diemban adalah mewujudkan peran museum sebagai sarana
edukasi, pariwisata, pusat informasi dan pengembangan ilmu pengetahuan melalui
kegiatan pelestarian, penyajian dan pengembangan sejarah dan budaya dengan nuansa
edutaiment.28
2. Kegiatan Kelembagaan
Museum Benteng Yogyakarta telah memiliki visi dan misi yang jelas. Dalam
rangka meningkatkan pelayanan publik dapat digolongkan dalam perlindungan,
pengembangan, dan pamanfaatan koleksi-koleksi museum. Memang koleksi museum
tidak semuanya termasuk dalam kategori cagar budaya. Namun karena nilai
pentingnya dapat diperlukan mirip dalam cagar budaya.29
Kegiatan-kegiatan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Perlindungan
Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan
pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan
lingkunganya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya
bangsa.
27
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 16 Januari 2012. 28
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 16 Januari 2012. 29
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 16 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Perlindungan adalah upaya pencegahan koleksi museum dari kerusakan dan
kehilangan. Perlindungan termasuk didalamnya adalah melindungi koleksi museum
secara fisik (bendanya) dan secara atministratif (keberadaanya secara atministratif).
Yang termasuk perlindungan antara lain :
(1) Perawatan dan Pemeliharaan koleksi Museum
Koleksi museum merupakan harta paling berharga bagi sebuah museum.
Melalui koleksi-koleksinya sebuah museum ditentukan spesialisasinya. Jadi koleksi
museum adalah menunjukan ciri dan karakteristik sebuah museum. Koleksi museum
juga merupakan jantungnya museum karena sumber informasi yang dimiliki oleh
museum berasal dari koleksi museum. Oleh karena itulah koleksi harus senantiasa di
jaga kelestarianya dengan cara dipelijhara dan dirawat. Memelihara dan merawat
koleksi ada dua yaitu bersifat preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan atau
penanganan bagi koleksi yang telah sakit atau rusak).
(2) Administrasi Koleksi Museum
Administrasi koleksi adalah suatu tata tertip dalam tata lakasana secara
sistematis dalam hubunganya dengan objek museum. Administrasi koleksi juga
merupakan suatu proses pengelolaan koleksi kegiatan dalam pengelolaan koleksi
untuk mencapai tujuan museum sesuai dengan visi dan misi museum. Administrasi
koleksi sering dikaitkan dengan kegiatan tatausaha dalam pengelolaan koleksi, yaitu
kegiatan penyelenggaraan urusan tulis menulis, dokumentasi dan kearsipan dalam
pengelolaan koleksi, termasuk dalam pencatatan ke buku infentaris dan buku
registrasi koleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
b. Pengembangan.
Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi
cagar budaya (koleksi museum) serta pemanfaatanya melalui penelitian, revitalisasi,
dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan tujuan pelestarian. Yang
termasuk kegiatan pengembangan antara lain :
(1) Penelitian Koleksi Museum
Sebuah koleksi museum aklan memiliki manfaat jika koleksi tersebut mampu
memberikan informasi bagi pengunjung. Agar koleksi museum mampu memberikan
informasi kepada pengunjung tentunya harus “dipaksa untuk berbicara” yaitu dengan
diadakan peneliotian terhadap koleksi tersebut. Oleh karena itu penelitian koleksi
museum merupakan cara pengembangan informasi museum.
(2) Revitalisasi Museum Termasuk Pelayanannya
Dalam mengembangkan koleksi museum sehingga menjadi koleksi yang
informasi dan komunikatif tentunya harus di dukung oleh SDM (Sumber Daya
Manusia) museum yang memadai dan sarana serta prasarana yang mendukung. Oleh
karena itu perlu dalam pengembangan koleksi museum perlu di dikung dengan
adanya revitalisasi baik bagi SDM museum supaya menjadi SDM yang professional.
(3) Lomba dan Festival
Pengembangan informasi koleksi museum juga dapat ditempuh dengan
kegiatan lomba maupun festival . dengan kegiatan lomba maupun festifal yang
berorientasi pada koleksi museum akan meningkatkan daya apresiasi peserta lomba
tentang museum dan koleksi-koleksi yang dikelolanya. Adanya dampak koknitif dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
afektif dari pemahaman koleksi museum sehingga akan mengerakan peserta menjadi
tindakan psikomotorik dalam operasional lomba maupun festival yang berlangsung
pada tanggal 17 Februari 2011 tingkat TK, SD, SMP dengan tema Perjuangan yang
diadakan di kawasan area Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
(4) Ceramah dan Diskusi
Kegiatan ceramah dan diskusi juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat
memberikan dampak pengembangan pemahaman sejarah. Tergantung tema apa yang
disampaikan dalam kegiatan tersebut. Ceramah dan diskusi yang digelar oleh
museum tentunya tidak akan jauh beranjak dari karakteristik museum yang
menyelenggarakannya. Tema-tema yang diangkat tidak akan jauh dari nilai informasi
dari koleksi-koleksi yang dikelolanya. Ini jelas akan meningkatkan nilai informasi
koleksi museum.
(5) Telah dibuka Cafe.
Pengembangan pada tahun 2011 telah dibuka cafe yang keberadaanya di
dalam area Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang mana bisa dimanfaatkan
untuk umum.30
E. Bangunan dan Perubahan Fungsi Ruang di Benteng Vredeburg
Bangunan Benteng Vredeburg tidak mengalami perubahan bentuk bangunan
meskipun telah dilakukan revitalisasi. Hasil revitalisasi bisa dilihat pada pintu
gerbang utama, begitu masuk ada dua bangunan yang saling berhadapan. Dua
30
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 16 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
bangunan ini disebut sebagai gedung pengapit utara (kiri) dan gedung pengapit
selatan (kanan) telah mengalami perkembangan. Utara berfungsi sebagai kantor
administrasi utama. Sedangkan pengapit selatan (kanan) berfungsi sebagai sel
tahanan khusus yaitu tawanan keraton yang berpangkat tinggi.31
Dilihat dari bentuk
dan performance Gedung Pengapit Utara dulu pernah digunakan sebagai ruang tamu
VIP dan merupakan kantor informasi museum.
Gambar 5
Kantor Benteng Vredeburg
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Dua bangunan ini bergaya Eropa murni dapat dilihat dari bentuk atap yang
lancip.32
31
Wawancara dengan Sunyoto tanggal 5 Januari 2012. 32
Wawancara dengan Sunyoto tanggal 5 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 6.
Bagunan Eropa Atap Lancip
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Bangunan dibelakang gedung pengapit selatan dulu dipakai sebagai rumah
sakit. Semenjak TNI menduduki benteng bangunan dijadikan mushola sekarang
berfungsi sebagai café.33
33
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 7.
Bangunan Bekas Rumah Sakit
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Sebelah selatan dari pintu masuk ada bangunan bekas Perumahan Perwira
Selatan I dapat diketahui dari susunan ruangan yaitu ada teras depan bangunan utama
dan teras belakang mengalami perubahan dari teras depan menjadi ruang depan saat
ini bangunan difungsikan sebagai ruang pameran diorama I.34
34
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar 8.
Ruang Pameran Diorama I
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Tepat di seberang bangunan Perumahan Perwira Selatan I ada Perumahan
Perwira Utara II. Bangunan ini dapat diketahui sebagai rumah untuk para perwira.
Ketika TNI menguasai benteng ini, maka, bangunan ini kembali digunakan sebagai
tempat tinggal bagi prajurit yang sudah berkeluarga. Saat ini bangunan berfungsi
sebagai Ruang Pameran Diorama II.35
35
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 9.
Ruang Pameran Diorama II
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Tepat di belakang bangunan Perumahan Perwira Utara I terdapat bangunan
Barak Prajurit terdiri dari dua lantai. Bangunan ini mengalami beberapa perubahan
tapi tetap memiliki fungsi yang sama. Di dasar lantai ada lobang-lobang yang
membentuk jarak pola tertentu menunjukkan bahwa dibagi menjadi beberapa unit dan
mempunyai besar yang sama dan dibuat partisi. Perlengkapan tersebut menjadi
fasilitas bagi prajurit yang sudah berkeluarga. Saat ini bangunan menjadi Ruang
Pameran Diorama III.36
36
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar 10.
Bangunan Barak Prajurit
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Bagian belakang utara atau timur laut benteng terdapat bangunan yang disebut
dengan Societet Militaire. Bangunan ini berfungsi sebagai ruang pertemuan. Ketika
jaman TNI menduduki benteng, bangunan ini dijadikan sebagai tempat tinggal atas
dan bawah. Pada tahun berikutnya dikembalikan ke fungsi semula sebagai bangunan
fasilitas umum bukan tempat tinggal. Bangunan yang lantai bawah digunakan sebagai
Ruang Pameran Diorama IV. Lantai atas disewakan untuk kegiatan atau pameran.37
37
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Gambar 11.
Diorama IV
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
Gudang senjata berat terletak dibagian kiri selatan benteng berdekatan dengan
gudang senjata ringan dan gudang miseu, disekitarnya masih ada ruangan lain
berfungsi sebagai ruang perawatan senjata dan gudang. Bangunan ini tidak
mengalami perubahan bentuk dan sejak dulu hingga sekarang berfungsi sebagai
gudang miseu.38
38
Wawancara dengan Hari Supono tanggal 10 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Gambar 12.
Gudang Senjata dan Gudang Miseu
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2010
F. Pemanfaatan Benteng Vredebug di Yogyakarta Sebagai Museum
Museum adalah sebuah Lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,
melayani masyarakat dan perkembangannya terbuka untuk umum yang mengumpulkan,
merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
kesenangan, bukti–bukti material manusia dan lingkungannya.39
Museum secara keseluruhan dijabarkan dalam berbagai kegiatan rutin yang
terbagi ke dalam tiga bagian kegiatan sebagai berikut:
a. Pelestarian sejarah dan budaya melalui berbagai kegiatan seperti perawatan dan
pemeliharaan benteng sebagai cagar budaya, konservasi, fumigasi dan restorasi
benda-benda sejarah Perjuangan. Perawatan dan pemeliharaan benteng sebagai
cagar budaya dilakukan secara bersama-sama dengan Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala. Sedangkan kegiatan konservasi, fumigasi dan restorasi
39
Lukman Prurakusumah., Pedoman Pendirian Museum, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2000), hlm. 35.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
terhadap benda-benda koleksi sejarah perjuangan dilakukan secara intern oleh
petugas pemeliharaan dan perawatan museum. Adapun koleksi benda – benda
sejarah perjuangan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terdiri dari benda –
benda realita, replika, foto, lukisan dan koleksi lainnya yang berjumlah kurang
lebih 7000 buah. Seluruh benda koleksi museum disimpan diruang pameran tetap
maupun di Storage dengan perlakuan khusus sesuai dengan standar Internasional
Museum.
b. Penyajian sejarah dan budaya melalui berbagai kegiatan seperti pameran tetap dan
pameran temporer, penyediaan film – film sejarah perjuangan, perpustakaan
sejarah serta penerbitan buku dan bulletin. Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta memiliki 5 ruang pameran tetap yang terdiri dari 4 ruang diorama dan
1 ruang realita. Ruang Pameran tetap berisi koleksi benda sejarah yang
memvisualkan peristiwa sejarah perjuangan bangsa, terutama perjuangan dari
Yogyakarta sejak kedatangan bangsa barat ke Indonesia sampai saat ini. Selain itu
pengunjung juga bisa menikmati sajian film–film sejarah perjuangan di ruang
Bioskop Sejarah Perjuangan. Museum juga dilengkapi dengan perpustakaan yang
berisi buku-buku sejarah dan budaya. Sarana pembelajaran sejarah bagi anak-
anak sekolah juga disediakan melalui CD interaktif.
c. Pengembangan sejarah dan budaya melalui kegiatan penelitian dan pengkajian
sejarah perjuangan, festival, lomba, ceramah, diskusi, loka karya, workshop,
pentas seni, baik diselenggarakan sendiri, kerjasama instansi terkait, maupun
memfasilitasi masyarakat melalui sarana dan prasarana museum. Pengkajian
sejarah difokuskan pada sejarah perjuangan di Yogyakarta baik peristiwa yang
berkaitan dengan koleksi tata pameran tetap maupun yang tidak berkaitan dengan
tata pameran Museum. Festifal, lomba, diskusi, pentas seni bernuansa sejarah
juga rutin dilakuakan seperti festifal busana perjuangan, lomba lagu, teater, lukis
dan mewarnai dengan nuansa perjuangan, cerdas cermat permuseuman,
kesejahteraan dan kepurbakalaan dan kemah budaya. Selain itu museum juga
menyediakan sarana dan prasarana bagi masyarakat untuk mengadakan pameran,
lomba, festival, ceramah, diskusi dan kegiatan lain yang bernuansa budaya.40
1. Fasilitas Museum
Penyajian sejarah dan budaya melalui berbagai kegiatan seperti pameran tetap
dan pameran temporer, penyediaan film-film sejarah perjuangan, perpustakaan,
koleksi museum dan dokumen-dokumen serta taman untuk lebih jelasnya dalam
rangka mewujudkan tugas dan pemanfaatan Benteng Vredeburg sebagai Museum
40
Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi
Benteng Vredeburg Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
diperlukan adanya adanya Fasilitas sebagai sarana meningkatkan kualitas pelayanan
antara lain sebagai berikut:
a. Ruang Pameran
Ruang pameran adalah ruang yang ditata sedemikian rupa sehingga menjadi
tempat untuk menyiapkan koleksi-koleksi museum yang dapat dikunjungi oleh umum
pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Ruang pameran yang terdapat di Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta dibagi menjadi dua kategori, yaitu ruang pameran
tetap dan ruang pameran temporer. Ruang pameran tetap adalah ruang pameran yang
dipergunakan untuk menyajikan koleksi-koleksi museum dalam jangka waktu relative
lama, kurang lebih tiga tahun. Sedangkan ruang pameran temporer adalah ruang
pameran yang dipergunakan untuk menyajikan koleksi dengan tema-tema tertentu
dalam kurun waktu tertentu yang relative singkat.
Ruang pameran tetap Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terdiri dari
ruang pameran minirama I sampai dengan IV, yang masing-masing menempati
gedung M3, M1 dan M2 dan G. pada masa lampau gedung tersebut dipergunakan
masing-masing sebagai barak perwira Selatan I, barak perwira Utara II. Barak
perwira Utara I dan Societeit. Ruang minirama I menceritakan peristiwa sejarah yang
terjadi di Yogyakarta sejak berakhirnya perang diponegoro hingga masa pendudukan
Jepang. Ruang minirama II menceritakan tentang peristiwa sejarah di Yogyakarta
sejak proklamasi kemerdekaan hingga masa Agresi Militer Belanda I. ruang
minirama III menceritakan tentang peristiwa sejak ditandatanganinya perjanjian
Renville hingga pengakuan kedaulatan RIS. Sedangkan untuk ruang minirama IV
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dipakai untuk menyajikan peristiwa-peristiwa sejak pemilu I tahun 1951 sampai
dengan pencanangan P4 oleh Presiden Soeharto di Universitas Gajah Mada pada
tahun 1974. sedangkan untuk tata pameran di luar gedung, yang juga termasuk dalam
tata pameran tetap Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah susunan dan tata
letak bangunan di dalam komplek Museum. Meskipun itu merupakan bangunan
namun karena nilai sejarah yang terkandung di dalamnya serta merupakan saksi
terjadinya peristiwa-peristiwa penting masa colonial Belanda di Yogyakarta, maka
bangunan-bangunan tersebut diberlakukan sebagai koleksi museum. Sedangkan ruang
pameran temporer yang terdapat di Museum Benteng Vredeburg menempati gedung
E lantai 2 gedung D lantai 2.
Bangunan-bangunan tersebut berfungsi msing-masing sebagai barak perwira
utara I dan barak prajurit barat. Ruang temporer ini dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat umum untuk keperluan pameran maupun keperluan lain yang identik
seperti gelar seni budaya, workshop dan sebagainya. Selain ruang pameran indoor
atau dalam ruangan ada juga masyarakat yang memanfaatkan ruang-ruang lain selain
yang telah disebutkan diatas untuk menggelar pameran. Antara lain di serambi ruang
minirama III dan halaman tengah.41
41
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Gambar 13.
Ruang pameran tempat untuk menyiapkan koleksi-koleksi museum
yang dapat dikunjungi oleh umum pada waktu-waktu yang telah ditentukan
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
b. Perpustakaan
Bagi museum sebagai Institusi yang bergerak dalam bidang Ilmu
Pengetahuan, keberadaan perpustakaan adalah menjadi sebuah keharusan. Disamping
sebagai sumber informasi pendamping di museum, perpustakaan ini diperuntukan
untuk umum, khususnya bagi masyarakat pelajar. Kekurang lengkapan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
yang tertera di dalam label koleksi, materi pameran dapat dinetralisir dengan
tersedianya berbagai referensi yang tersedia di perpustakaan Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta. Perpustakaan ini menempati gedung (dulu gudang
perlengkapan non militer) sebelumya perpustakaan menempati gedung F lantai I.
gedung ini dulu dipergunakan sebagai fasilitas umum (rumah sakit). Perpindahan
terebut dengan pertimbangan agar pelayanan terhadap pengunjung museum,
khususnya para pengguna perpustakaan lebih meningkat, mengingat letaknya yang
relative dekat dengan pintu masuk sehingga sangat mudah diakses oleh pengunjung.
Disamping itu untuk memisahkan ruang publik dan ruang admidnistrasi agar
perannya optimal.42
Gambar 14
Perpustakaan bagi museum sebagai institusi yang bergerak dalam
bidang ilmu pengetahuan
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
42
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
c. Ruang Studi Koleksi (STORAGE)
Ruang studi koleksi merupakan ruang penyimpanan koleksi-koleksi museum
yang tidak disajikan dalam tata pameran. Sistem penyimpanan koleksi museum
berbeda dengan penyimpanan barang-barang bukan koleksi. Suhu dan kelembapan
harus senantiasa dikontrol dan dikondisikan pada keadaan standar penyimpanan
koleksi museum, baik yang berbahan organk maupun anorganik. Hal ini dilakukan
untuk menjaga koleksi dari kerusakan baik oleh alam maupun oleh manusia. Ruang
studi koleksi Museum Benteng Vredeburg terdiri dari tiga buah yaitu gedung K1
(bekas dapur selatan), K2 (bekas dapur Utara) dan gedung 1 (bekas gedung mesiu).
Ruang studi koleksi gedung K1 tersimpan koleksi-koleksi realia maupun replica,
sedangkan gedung K 2 tersimpan koleksi foto. Untuk gedung 1 terdapat koleksi realia
maupun foto.43
Gambar 15.
Ruang studi koleksi (Ruang Storage)
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
43
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
d. Ruang Konservasi
Ruang Konservasi adalah ruang yang dipergunakan untuk merawat koleksi
baik secara kuratif maupun prefentif. Ruang konservasi menempati gedung N yang
dulu masa colonial Belanda difungsikan sebagai gudang senjata berat dan ringan. Di
dalam ruangan ini terdapat bermacam-macam perlengkapan yang terkait dengan
penanganan koleksi kuratif maupun prefentif antara lain Oven, kotak Fumigasi,
Mikroskop, Obat-obat kimia dan sebagainya.44
Gambar 16.
Ruang Konservasi
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
44
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
e. Ruang Dokumentasi.
Ruang dokumentasi adalah ruangan yang dipergunakan sebagai tempat
pengelolaan dokumentasi museum, baik dokumentasi koleksi secara khusus atau
dokumentasi museum dan berbagai kegiatan museum secara umum. Di ruang
dokumentasi ini juga tersimpan dokumen-dokumen aaudio yaitu suara hasil rekaman
wawancara tokoh maupun pelaku sejarah, audio visual yaitu hasil rekaman dengan
teknik multimedia tentang tokoh peristiwa maupun film berlatar belakang sejarah,
serta dokumentasi visual berupa foto-foto tokoh dan peristiwa sejarah. Kebanyakan
dari dolumen-dokumen tersebut sudah dilakukan proses digitalisasi sehingga sudah
dapat diakses dalam bentuk CD untuk data visual dalam tata bentuk VCD untuk data
Audio Visual.45
Gambar 17.
Ruang dokumentasi
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
45
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
f. Taman.
Taman merupakan fasilitas yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta. Taman ini dibedakan menjadi dua yaitu taman yang berada di luar
benteng, taman yang berada di dalam benteng cukup luas dan dapat dipakai untuk
berbagai kegiatan, pameran pendidikan, pameran pembangunan serta di sisi paling
timur dapat dibuat panggung terbuka. Sedangkan diluar benteng adalah lokasi taman
yang terletak di sisi barat dan selatan Museum Benteng Vredeburg di bagian barat
daya yang terdapat Monomen Serangan Umum 1 Maret 1949 sering dipergunakan
sebagi ajang pentas pertunjukan seperti band, pagelaran wayang dan sebagainya.46
Gambar 18.
Taman merupakan fasilitas yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta.
Sumber : Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun
2010
46
Wawancara dengan Rudi Bambang tanggal 23 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
2. Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah Pendayagunaan pada cagar budaya, dalam hal ini adalah koleksi
museum untuk kepentingan sebesar–besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap
mempertahankan kelestariannya, yang termasuk kegiatan Pemanfaatan antara lain:
a. Pameran Museum
Cara paling efektif bagi museum untuk menyediakan koleksi–koleksinya agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dengan memajangnya dalam pameran baik itu pameran tetap
maupun pameran temporer maupun pameran keliling, melalui pameran museum jelas
memiliki manfaat bagi pengunjung dan meningkatkan pengetahuan tentang informasi yang
terkandung dalam materi pameran sehingga diharapkan masyarakat khususnya generasi muda
dan pelajar dapat mengerti dan memahami berbagai aspek kehidupan yang melatar belakangi
keberadaan koleksi benda-benda yang ditampilkan dalam pameran. Museum Benteng
Vredeburg bersama dengan Museum Khusus Sejarah yang lain secara periodik dan
berkesinambungan mengadakan program pameran bersama.
b. Layanan Pengunjung Minat Khusus
Disamping disajikan dalam pameran koleksi juga dapat dimanfaatkan diruang studi
koleksi yaitu untuk melayani pengunjung dengan minat khusus antara lain peneliti, mereka
berhak mendapatkan pelayanan khusus dengan memperbolehkan melihat gudang koleksi
namun tentunya dalam pengawasan petugas dan tetap dalam koridor batas-batas penelitian.
c. Benteng Vredeburg Yogyakarta Sebagai Ajang Seminar
Ruang seminar yang biasa digunakan dan dimanfaatkan masyarakat umum, pelajar,
mahasiswa menempati gedung lantai atas pada bangunan Diorama empat untuk acara
seminar, diskusi dan sarahsean.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
d. Monumen Serangan Umum
Halaman luas yang letaknya berada di area depan Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk berbagai kegiatan seperti : Pagelaran
Seni, Gelar Budaya dan Kegiatan lainya yang berorientasi pada pengembangan
kebudayaan.47
47
Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 15 Januari 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
BAB V
KESIMPULAN
Benteng Vredeburg di Yogyakarta dibangun tahun 1760 oleh Pemerintah
Belanda. Benteng tersebut dibangun dalam rangka pertahanan Tentara Belanda,
Tentara Inggris dan Tentara Jepang berbentuk segi empat memiliki menara pengawas
di keempat sudutnya. Bangunan bekas benteng tersebut dilihat dari umurnya lebih
dari dua setengah abad, banyak peristiwa sejarah terjadi di Benteng Vredeburg.
Pada tahun 1965 Pengelolaan Benteng Vredeburg diserahkan dari pihak
HANKAM hingga tahun 1976, Benteng Vredeburg difungsikan sebagai: 1. Markas,
Kantor Militer, Asrama Pasukan Tentara, Rumah Sakit untuk melayani korban
pertempuran dan melayani kesehatan pasukan, keluarganya; 2. Menahan para Tokoh
yaitu: Moh. Yamin, Tan Malaka dan RP. Soedarsono. Tahun 1977 pengelolaan
Benteng Vredeburg telah diserahkan dari pihak HANKAM ke Pemerintah Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta hingga ke rencana pelestarian bangunan
benteng vredeburg terlihat jelas, mulai direncanakan pemugaran bangunan sampai
mengalami berkali-kali pergantian pengelola yaitu: 1. Ki Suratman; 2. Drs.Budiharja;
3. Drs.Wahyu Indrasana; 4. Dra Sri Ediningsih.M.Hum.
Berbagai usaha untuk merevitalisasi dilakukan, yaitu melalui berbagai
tahapan: 1. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dilakukan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
bertahap meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas kondisi fisik bangunan; 2.
Revitalisasi Ekonomi, revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak,
memugar bangunan yang ada dalam benteng vredeburg; 3. Revitalisasi Sosial
institusional sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik.
Dengan telah selesainya pembangunan Benteng Vredeburg pada tahun 1987,
maka pemanfaatan Benteng Vredeburg sebagai museum merupakan wahana
komunikasi masa sekarang dan masa lampau, dengan begitu rasa cinta akan sejarah
dapat dipupuk sejak dini. Dengan berkunjung ke Museum masyarakat dapat
mengetahui,mencermati,serta memahami makna yang terkandung dalam sajian
diruang pameran sehingga dapat merangsang aspirasi masyarakat guna mengisi
kemerdekaan dengan tindakan yang positif.
Pengunjung Museum turut berperan serta dalam membantu, memelihara dan
mempublikasikan keberadaan museum kepada masyarakat sehingga fungsi edukatif,
rekreatif dan inspirasinya dapat berjalan dengan baik. Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta adalah sebuah museum didirikan untuk melayani masyarakat. Ditetapkan
sebagai Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya, dibuka untuk umum, pada tahun
1992 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menjadi Unit Pelaksana Tehnis
hingga tahun 2007 setatusnya sebagai Museum Negeri (Pemerintah). Menurut
jenisnya Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah termasuk Museum Khusus
yaitu Museum Khusus Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia diwilayah Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Berdirinya Museum Benteng Vredeburg perlu disambut positif oleh
masyarakat khususnya pengunjung museum peran serta masyarakat yang bersikap
pro aktif dapat memanfaatkan sebagai media Perlawanan ke masa silam melalui
koleksi- koleksinya. Melalui proses Revitalisasi diharapkan terjadi peningkatan baik
kognitif, efektif terhadap perkembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user