Download - Revisi Lp & Askep Eklamsia

Transcript
Page 1: Revisi Lp & Askep Eklamsia

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN

ASUHAN KEPERAWATAN

EKLAMSI

Disusun oleh :

S1 tingkat 3B

Dwi Firnanda NIM (2008.02.061)

Dwi Prasetyo NIM (2008.02.062)

Elok Faiqotus Hima NIM (2008.02.063)

Eni Pujiati NIM (2008.02.064)

Etik Sukmawati NIM (2008.02.065)

Fitri Aprilina NIM (2008.02.066)

Hadi Susanto NIM (2008.02.067)

Hadiyatulloh NIM (2008.02.068)

Heni Sulfiana NIM (2008.02.069)

Ike Nurjanah NIM (2008.02.071)

Indah Farida NIM (2008.02.071)

Indri Tri Astuti NIM (2008.02.072)

S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BANYUWANGI

2010

Page 2: Revisi Lp & Askep Eklamsia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Keperawatan

Maternitas” dengan baik.

Adapun tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk melengkapi tugas

pertama dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas.

Dalam penyusunan karya tulis ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan tugas ini, terutama yang

terhormat kepada:

1. Bapak Drs. H. Soekardjo MBA.MM . selaku Direktur STIKES Banyuwangi.

2. Ibu Ukhtul Izzah, S. Kep. Ners selaku Dosen mata kuliah Keperawatan

Meternitas

3. Teman-teman kami dan semua pihak yang mendukung terselesaikannya karya

tulis ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah

ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada

umumnya.

Banyuwangi, September 2010

Penulis

Page 3: Revisi Lp & Askep Eklamsia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang 1

1.2. Tujuan Penelitian 1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

2.2. Etiologi

2.3. Patofisiologi

2.4. Manifestasi Klinis

2.5. Komplikasi

2.6. Pemeriksaan peunjang

2.7. Penatalaksanaan

2.8. Diagnosa Keperawatan

2.9. Intervensi Keperawatan

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

BAB IV TINJAUAN KASUS

Page 4: Revisi Lp & Askep Eklamsia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya

senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian eklampsia dapat mengancam

hidp eklampsi yang tidak terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar

terhadap tingginya angka kematian.

Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus

eklampsia ( Manuaba, 1998 ). Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua

persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya angka kejadian ini

dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan

tingkat kesehatan masyarakat secara umum.

Dengan besarnya pengaruh eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian

bulin, maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan

menanganikasus-kasus eklampsia. Perawatan pada bulin dengan eklamsia

merupakan salah satu usaha nyata yamg dapat dilakukan untuk mencegah

timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari eklampsia tersebut.

1.2 Batasan Masalah

Batasan makalah yang kami pakai dalam makalah ini adalah tentang

” Eklamsia ”

1.3 Tujuan

Tujuan Instruksional Umum

Untuk memberikan Asuhan Keperawatan kepada ibu bersalin dengan

eklampsia

Tujuan Instruksional Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan eklampsia

b. Dapat menentukan masalah keperawatan pada ibu bersalin dengan eklampsia

c. Dapat menetapkan perencanaan pada ibu bersalin dengan eklampsia

d. Dapat menerapkan rencana perawatan pada ibu bersalin dengan eklampsia

e. Dapat melakukan evaluasi pada ibu bersalin dengan eklampsia

Page 5: Revisi Lp & Askep Eklamsia

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Eklamsia adalah preeklamsia berat yang dilanjutkan dengan keadaan kejang

dan/atau sampai koma.

1. Eklamsia gravidarum (50 %)

Eklamsi (kejanag) yang terjadi pada usia kehamilan 28 minggu.

2. Eklamsia parturien (40 %)

Eklamsi (kejang) yang terjadi ketika proses persalinan. Dan terjadi saat inpartu

dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat

inpartu.

3. Eklamsia puerperium (10 %)

Eklamsi (kejang) yang terjadi pada masa nifas 40 hari setelah melahirkan.

Insiden eklamsia di negara berkembang berkisar antara 0,3 % - 0,7 %. Sebelum

kejang, kondisi ini didahului dengan gejala subjektif, yaitu nyeri kepala di daerah

frontal, nyeri episgastrium, penglihatan semakin kabur, dan terdapat mual muntah

dan hasil pemeriksaan menunjukkan hiper-refleksia atau mudah terangsang.

Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil

dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (Obtetri Patologi,R.

Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

Eklamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara

(Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

2.2 Etiologi

Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui.

Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre

eklampsi yaitu :

a. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,

hidramnion, dan mola hidatidosa.

b. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan

c. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin

dalam uterus

Page 6: Revisi Lp & Askep Eklamsia

d. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya

e. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

2.3 Patofisiologi

Hipertensi

Pe perfusi placenta

Protein uria

Spasme

ginjal Otak Paru Hati uri/placenta rahim

aliran darah aliran darah aliran pembuluh fungsi jar. Hati PD pe reflek ke otak darah

filtrasi odema pe aliran darah penyempitanglomelurus odema cerebri decom cordis

nyeri uluh hati perfusi bayi prematur

protein urin tekanan intrakranial O2 me jaringan (BBLR)

(G3 placenta) sesak

hipoxia G3 pada janin ( pertumbuhan )

Gawat janin kematian

janin

- BBLR Hipoksia

- Prematur

Hipotermi Asphiksia (asma)

2.4 Manifestasi Klinis

1. Koma lama

2. Nadi diatas 120

3. Suhu diatas 39c

Kejang (eklamsi)

hipoxia b/d menurunnya O2 ke otak

G3 nyaman nyeri b/d kerusakan kortekx

otak

Page 7: Revisi Lp & Askep Eklamsia

4. Tensi diatas 160 mmHg

5. Lebih dari 10 serangan

6. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih

7. Tidak adanya edema

(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)

Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya

mendahului kematian.

Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam

maka prognosa agak membaik.

Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.

Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih

buruk

2.5 Komplikasi

1. Komplikasi ibu

Sianosis

Aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi paru

Perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak

Lidah tergigit

Jatuh dan terjadi perlukaan dan fraktur

Gangguan fungsi ginjal

Perdarahan atau abrasio retina

Gangguan fungsi hati dan menimbulkan ikterus

2. Komplikasi janin dalam janin

Asfiksia mendadak

Solusio placenta

Persalinan prematur

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan

atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan

seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya:

a. Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh

karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih

Page 8: Revisi Lp & Askep Eklamsia

panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa

hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran

jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal

yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.

b. Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah

anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah

karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi

uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan

terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot

kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih

kecil.

c. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi

pada jaringan otot uterus.

2. Perubahan pada cervix dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2

jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena

hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi

sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun

mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai

nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after pains ( meriang atau mules-

mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca

persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila

terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

3. Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam

masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah

menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia

rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,

rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama

sampai hari ketiga. Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah ,

mulai hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia serosa berwarna kekuningan

dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia alba berwarna putih

setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)

Page 9: Revisi Lp & Askep Eklamsia

4. Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,

biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis

yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur

mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi

retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan

kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998:

130)

5. Sistim Kardiovasculer

Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi

penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah

uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan

volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi

pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien

mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi

retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama

kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230)

6. Ginjal

Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume

darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini

terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)

7. Urin: protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin

8. USG

9. Darah: trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin

2.7. Diagnosa Banding

1. Febrile convulsion   ( panas +)

2. Epilepsi                    ( anamnesa epilepsi + )

3. Tetanus                    ( kejang tonik atau kaku kuduk)

4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)

Page 10: Revisi Lp & Askep Eklamsia

2.8 Prognosis

Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa kurang baik

untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia dan keadaan saat

masuk rumah sakit.

2.9 Diagnosa Keperawatan

1. Kejang b/d peningkatan tekanan darah

2. G3 hipoxia b/d penurunan O2 ke otak

3. Nyeri uluh hati b/d penurunan jaringan hati

2.10 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan kejang b/d perubahan perfusi jaringan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak kejang lagi

Kriteria hasil :

a. TTV dalam batas normal

b. Keluarga klien mengatakan klien sdah tidak

kejang lagi

Intervensi :

a. Membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat

R: Mempermudah tindakan keperawatan

b. Jelaskan keadaan klien pada keluarga

R: Keluarga tahu mengenai keadaan klien

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian MGSO4 (obat anti

kejang)

R: Kejang dapat berkurang atau berhenti

d. Observasi TTV

R: Memantau keadaan kondisi klien

Page 11: Revisi Lp & Askep Eklamsia

2. Hipoksia b/d penurunan oksigen ke otak atau odem paru

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan oksigen klien

dapat dipenuhi

Kriteria hasil :

a. Keluarga mengatakan klien sudah mulai sadar

b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Atur posisi klien

R : Mempermudah proses pernafasan dan aliran oksigen ke otak

b. Pemberian oksigen

R : Memenuhi kebutuhan oksigen

c. Pemberian saction

R : Membersihkan jalan nafas dari secret sisa- sisa kejang

3. Nyeri uluh hati b/d penurunan jaringan hati

Tujuan :

Setelah tindakan keperawatan dilakukan nyeri dapat berkurang

Kriteria hasil :

a. Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Terangka nyeri yang diderita klien dengan penyebabnya

R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi

nyeri

b. Observasi TTV

Page 12: Revisi Lp & Askep Eklamsia

R : Memantau keadaan atau kondisi kalien

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

R : Dengan pemberian analgetika oral atau sistemik nyeri akan

semakin cepat teratasi

d. Melakukan pendidikan distraksi dan relaksasi kepada klien.

R : klien dapat sedikit melupakan akan nyeri yang diderita

Page 13: Revisi Lp & Askep Eklamsia

ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

Identitas Pasien

a. Nama : Ny. A

b. Umur : 27 th

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Suku bangsa : Jawa Indonesia

f. Alamat : Perum Gentengan Asri, blok E8

g. Pekerjaan : IRT ( ibu rumah tangga )

h. Nomor register : 10101011

i. Tanggal MRS : 10 Oktober 2010

j. Pukul : 10:10 WIB

k. Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2010

l. Diagnosa medis : Eklamsia

Identitas Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. B

b. Umur : 30 tahun

c. Agama : Islam

d. Pekerjaan : Wiraswasta

e. Pendidikan : SLTA

f. Status perkawinan : Kawin

g. Suku bangsa : Jawa Indonesia

h. Alamat : Perum Gentengan Asri, blok E8

i. Hubungan dengan pasien : Suami Pasien

B. Keluhan utama

1) Keluhan saat MRS

Page 14: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Keluarga Klien datang ke klinik karena klien mengalami nyeri hebat bagian

epigastrium terasa seperti ditusuk- tusuk dan kejang.

2) Keluhan saat pengkajian

Keluarga Klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan atas/ epigastrium

C. Riwayat kebidanan Sekarang

a. Riwayat menstruasi

Menarce : 13 tahun

Siklus : teratur 28 hari

Lamanya : 7 hari

Banyaknya : hari 1-2 ganti 3x pembalut, hari 3-7 ganti 2x pembalut

Warnanya : coklat tua

Baunya : anyir

Disminore : tidak

Flour albus : tidak

HPHT : 14 maret 2010

b. Status perkawinan

Kawin ke : 1

Lama kawin : 1 bulan

Umur kawin : 24 tahun

c. Riwayat kehamilan sekarang

Hamil ke : 1

Usia Kehamilan : 30 minggu

ANC TM1 + keluhan : 1-2x mual+muntah dalam 1 hari

TM II+ keluhan : -

TM III+ keluhan : 1-2x mual+muntah dalam 1 hari

Obat-obatan yang pernah didapat : Fe&suplemen

Gerakan pertama kali dirasakan : -

Imunisasi TT : 2x(sebelum menikah dan saat hamil)

Penyuluhan yang pernah didapat :perawatan/cara menjaga kehamilan

serta gizi pada bayi dan ibu hamil

d. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu

Pasien mengatakan ini kehamilan pertama

e. Riwayat KB

Page 15: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan KB apapun

D. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Keluarga Klien mengatakan nyeri pada perut bagian atas epigasrtrium

mulai tanggal 10 Oktober 2010 jam 10:10, nyeri akan terasa lebih sakit saat

dibuat berjalan dan beraktivitas lainnya. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk

dan diremas-remas pada perut bagian bawah, nyeri terasa lebih bekurang

apabila dibuat istirahat. Klien mengalami nyeri hebat dan kejang, kemudian

klien diantar suaminya untuk memeriksakan kondisinya ke Rumah Sakit

Umum Blambangan pada tanggal 10 Oktober 2010 pukul 10.10. sampai

diUGD pasien mengalami nyeri dengan skala hebat, kemudian ibu diberi

terapi kompres air dingin, infus RL 12 tpm, Mg SO4 ( untuk mencegah dan

mengatasi kejang ), analgesik 3x1 hari.

2) Riwayat Kesehatan

Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing

manis, gondok, dan mempunyai riwayat hipertensi.

E. Pola kebiasaan sehari- hari

1. Pola Nutrisi

Sebelum sakit

Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk pauk dan sayuran; klien tidak

mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.

Saat sakit

Klien makan 1-2 kali sehari dengn nafsu makan menurun, dengan cukup lauk

pauk dan sayuran; klien tidak mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak

berpantang makan.

2. Pola eliminasi

BAB

Sebelum sakit

Klien mengatakan BAB 1kali dalam sehari, konsistensi lunak berwarna

kunung, berbau khas feses.

Saat sakit

Page 16: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Klien mengatakan BAB 2 hari 1 kali, konsistensi lunak berwarna kunung,

berbau khas feses.

BAK

Sebelum sakit

Klien mengatakan BAK 3- 4 kali dalam sehari, dengan warna kuning dan

khas bau urine.

Saat sakit.

Klien mengatakan BAK 1- 2 kali dalam sehari, dengan bercampur darah

dan khas bau urine dan darah segar.

3. Pola kebersihan diri

Sebelum sakit

Klien mengatakan mandi 3 kali dalam sehari, keramas jika rambutnya kotor,

gosok gigi 2 kali dalam sehari, potong kuku jika kukunya panjang, ganti baju

2 kali dalam sehari.

Saat sakit

Klien mengatakan hanya diseka 2 kali dalam sehari, gosok gigi 2 kali dalam

sehari, ganti baju 2 kali dalam sehari.

4. Pola Aktivitas

Sebelum sakit

Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan aktivitas seperti biasanya. Saat

ini klien merasa nyeri pada perut bagian bawah walaupun tidak terlalu

mengganggu kegiatan sehari-hari. Nyeri yang timbul terasa lebih berat saat

merubah posisi tubuh dengan cepat dan tiba- tiba.

Saat sakit

Klien hanya berbaring di tempat tidur (bedrest total).

5. Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit

Klien mengatakan tidur 7- 8 jam pada pukul 21:00 dan bangun pada pukul

05:00.

Saat sakit

Klien mengatakan sulit tidur karena cemas dengan keadaanya saat sekarang,

±2- 3jam/ hari

Page 17: Revisi Lp & Askep Eklamsia

F. Pemeriksaaan Fisik

K/u : Lemah

Kesadaraan Umum : Composmentis

Tekanan Darah : 210/150 mmHg

S : 40˚c

Nadi : 140 X/menit

RR : 14X/ menit

Konjungtiva : normal

Sclera : Putih

Warna kulit : agak pucat

G. Pemeriksaan cepalo caudal

1. kepala dan Rambut

Bentuk kepala oval, tidak ada lesi, tidak ada tonjolan dan tidak ada nyeri tekan

dan rambut tidak rontok, kotor, penyebaran rata dan warna hitam, bentuk

rambut bergelombang.

2. Mata

Bentuk simetris,penglihatan baik,tidak ada nyeri tekan, warna skera putih,

bulu mata tidak rontok.

3. Telinga

Bentuk telinga simetris, ukuran sedang, tidak ada benda asing, tidak ada nyeri

tekan, warna sama dengan kulit sekitar, pendengaran baik.

4. Hidung

Bentuk hidung simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada peradangan, tidak

adanya cuping hidung.

5. Mulut dan Gigi

Mukosa bibir lembab, tidak adanya perdarahan, tidak ada stomatitis, warna

gigi kekuning- kuningan.

6. Leher dan tenggorokan

Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid ataupun vena jugularis, tidak

ada lesi, dan tidak ada nyeri tekan.

7. Dada dan Torak

Page 18: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Inspeksi : mamae membesar dan puting susu menonjol, arel mamae

menghitam, bentuk dada simetris.

Palpasi : vocalfremitus ka/ki sama, tidak ada suara tambahan.

Auskultasi : tidak terdapat suara tambahan

8. Abdomen

a. Inspeksi : Pembesaran relatif abdomen, Linea alba tidak ada, Striae pada

perut sedikit

b. Palpasi

Leopold I : tinggi Fundus Uteri : 3 Cm diatas simpisis pubis

Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :

- Vaginal Toucher : tidak ditemukan fluks

- Portio : Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1

Cm

- Cavum Uteri : TFU l.k 8 – 10 Cm

- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan (-) Massa (-)

- Cavum Douglas : tidak menonjol

- Inspekulo : Fleks (+)

c. Auskultasi: Doppler tidak dilakukan

9. Ekstermitas, kuku dan kekuatan otot

Ekstermitas atas masih bisa di gerakkan dengan baik,

Ektermitas bawah bengkak

Kuku pendek dan bersih

Kekuatan otot: 3 3

3 3

H. Pemeriksaan Penunjang

Hemoglobin : 10 mg%

Albuminnuria : ++

Protein urine : +++

Page 19: Revisi Lp & Askep Eklamsia

ANALISA DATA

Data EtiologiMasalah

Keperawatan1.DS: Keluarga mengatakan klien

kejangDO : k/u: lemah

TTV: T : 190/120 mmHg N : 140X/mnt RR : 30X/mnt S : 38˚c- Hb. 10 mg%- Kejang (+)- Kesadaran : apatis- Inpartu G1P 00

2. DS: Keluarga mengatakan klien

masih belum sadarDO: - k/u:lemah - Wajah pucat

- TTV:T : 190/120 mmHg

N : 140 X/mnt RR : 30 X/mnt S : 38˚c- cyanosis- Kesadaran : apatis- pemeriksaan dada/thoraks- perkusi- auskultasi

3.DS: Klien mengatakan nyeri uluh

hatiDO : - k/u: lemah

- TTV:T : 190/120 mmHg

N : 100X/mnt RR : 30X/mnt S : 38˚c- Nyeri tekan pada uluh hati- Skala nyeri 8

Spasme PD di otak

aliran darah me

odema selebri

tekanan intrakranial

kejang

spasme PD di paru

aliran pembuluh darah

dekom cordis

odema paru

O2

sesak

hipoksia

spasme PD di hati

fungsi jaringan di hati

odema hati

perdarahansubkapular

nyeri epigastriuterus

(nyeri uluh hati)

Kejang b/d peningkatan tekanan darah

G3 hipoxia b/d penurunan O2 ke otak

Nyeri uluh hati b/d penurunan jaringan hati

Page 20: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Diagnosa Keperawatan :

1. Kejang b/d peningkatan tekanan darah

2. G3 hipoxia b/d penurunan O2 ke otak

3. G3 rasa nyaman nyeri (uluh hati) b/d penurunan perfusi jaringan hati

Page 21: Revisi Lp & Askep Eklamsia

RENCANA KEPERAWATAN

2.9 Intervensi keperawatan

1. Gangguan kejang b/d perubahan perfusi jaringan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak kejang lagi

Kriteria hasil :

a. TTV dalam batas normal

b. Keluarga klien mengatakan klien sdah tidak kejang lagi

Intervensi :

a. Membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat

R: Mempermudah tindakan keperawatan

b. Jelaskan keadaan klien pada keluarga

R: Keluarga tahu mengenai keadaan klien

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian MGSO4 (obat anti

kejang)

R: Kejang dapat berkurang atau berhenti

d. Observasi TTV

R: Memantau keadaan kondisi klien

2. Hipoksia b/d penurunan oksigen ke otak atau odem paru

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan oksigen klien dapat

dipenuhi

Kriteria hasil :

a. Keluarga mengatakan klien sudah mulai sadar

b. TTV dalam batas normal

Page 22: Revisi Lp & Askep Eklamsia

Intervensi :

a. Atur posisi klien

R : Mempermudah proses pernafasan dan aliran oksigen ke otak

b. Pemberian oksigen

R : Memenuhi kebutuhan oksigen

3. G3 rasa nyaman nyeri (uluh hati) b/d penurunan perfusi jaringan hati

Tujuan :

Setelah tindakan keperawatan dilakukan nyeri dapat berkurang

Kriteria hasil :

a. Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

b. TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Terangka nyeri yang diderita klien dengan penyebabnya

R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi

nyeri

b. Observasi TTV

R : Memantau keadaan atau kondisi kalien

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgetik

R : Dengan pemberian analgetika oral atau sistemik nyeri akan semakin

cepat teratasi

d. Melakukan pendidikan distraksi dan relaksasi kepada klien.

R : klien dapat sedikit melupakan akan nyeri yang diderita

e. Kaji tingkat nyeri klien

R : mempermudah dalam mengetahui skala nyeri yang dirasakan klien

Page 23: Revisi Lp & Askep Eklamsia

IMPLEMENTASI

Nama : Ny. YNo. reg : 10101011Tgl Jam No. dx Tindakan kep. TTD10/10 10:45 1 1. BHSP

2. Mengukur TTV3. Berkolaborasi dengan tim medis untuk

pemberian MGOS4 (obat anti kejang)

10/10 11:00 2 1. Memposisikan klien semi fowler/ fowler2. Memberikan oksigen 3. Observasi TTV4. Pemberian suction

10/10 11:20 3 1. Terangka nyeri yang diderita klien

dengan penyebabnya

2. Observasi TTV

3. Melekukan pendidikan distraksi dan

relaksasi kepada klien.

4. Lakukan kolaborasi pemberian analgetik

Page 24: Revisi Lp & Askep Eklamsia

EVALUASI

Nama : Ny.Y

No. reg : 10101011

No Tgl 10/10/10 Tgl 30/10/10

1 Ds: Keluarga mengatakan klien kejang

DO : k/u: lemahTTV: T : 190/120 mmHg N : 140X/mnt RR : 30X/mnt S : 38˚c- Hb. 10 mg%- Kejang (+)- Kesadaran : apatis

Inpartu G1P 00

A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi

Ds: Keluarga mengatakan klien sudah

tidak kejang

Do: k/u: cukupTTV: T : 150/110 mmHg N : 98X/mnt RR : 16X/mnt S : 37˚c- Hb. 12 mg%

A: Masalah teratasi P: Lanjutkan intervensi

2 Ds: Keluarga mengatakan klien masih belum sadar

DO: - k/u:lemah - Wajah pucat

- TTV:T : 190/120 mmHg

N : 140 X/mnt RR : 30 X/mnt S : 38˚c- cyanosis- Kesadaran : apatis- pemeriksaan dada/thoraks- perkusi- auskultasi

A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi

Ds: Keluarga mengatakan klien sudah mulai sadar

Do: k/u: lemah - Wajah agak pucat

- TTV:T : 150/110 mmHg

N : 98X/mnt RR : 16X/mnt S : 37˚c

A: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensi

3 Ds: Klien mengatakan nyeri bagian kepala

DO : - k/u: lemah- TTV:

T : 190/120 mmHg N : 100X/mnt RR : 30X/mnt S : 38˚c- Nyeri tekan pada uluh hati- Skala nyeri 8

A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi

Ds: Klien mengatakan sudah tidak nyeri

DO : - k/u: baik- TTV:

T : 150/110 mmHg N : 98X/mnt RR : 16X/mnt S : 37˚c

A: Masalah teratasi P: Hentikan intervensi