Download - Review RDTR Kota Simpang Ampek

Transcript

UNDIP DIPONEGORO

UNIVERSITAS

Becomes an excellent research university

Tugas Besar Mata Kuliah “Teori dan Praktek Penataan Ruang” Dosen: Prof. Dr. rer. nat. Imam Buchori

Oleh: Henny Ferniza (21040114420088) dan

Bramantyo (21040114420089)

Magister Pembangunan Wilayah dan Kota, Karyasiswa PU 2015

REVIEW RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN KOTA SIMPANG AMPEK DI KABUPATEN PASAMAN BARAT

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

1.1 Latar Belakang 1-1

1.2 Tujuan 1-2

1.3 Sistematika Penulisan 1-2

BAB 2 TINJAUAN PERATURAN MENGENAI RDTR 2-1

2.1 Dasar Hukum RDTR 2-1

2.2 Defenisi RDTR 2-1

2.3 Kedudukan RDTR 2-2

2.4 Fungsi dan Manfaat RDTR 2-4

2.5 Kriteria dan lingkup wilayah perencanaan 2-5

2.6 Masa Berlaku RDTR 2-5

2.7 Muatan RDTR 2-6

2.8 Proses Penyusunan RDTR 2-7

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3-1

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Pasaman Barat 3-1

3.2 Gambaran Umum Kawasan Kota Simpang Ampek 3-6

BAB 4 GAMBARAN RDTR KOTA SIMPANG AMPEK 4-1

4.1. Ringkasan Substansi RDTR 4-1

4.1.1. Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perencanaan 4-1

4.1.2. Rencana Pola Ruang 4-2

4.1.3. Rencana Jaringan Prasarana 4-4

4.1.4. Penetapan Sub Bagian Wilayah yang Diprioritaskan 4-4

4.1.5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang 4-5

4.1.6. Peraturan Zonasi 4-6

4.2. Proses Penyusunan dan Penetapan RDTR 4-7

4.2.1. Proses Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek 4-7

4.2.2. Proses Penetapan RDTR Kota Simpang Ampek 4-12

BAB 5 REVIEW TERHADAP RDTR KOTA SIMPANG AMPEK 5-1

5.1 Review terhadap Proses Penyusunan dan Penetapan RDTR 5-1

5.1.1 Review terhadap Proses Penyusunan RDTR 5-1

5.1.2 Review terhadap Proses Penetapan RDTR 5-7

5.2 Review terhadap Muatan/Substansi RDTR 5-8

5.2.1 Analisis Kesesuaian Muatan RDTR dengan Pedoman Penyusunan 5-8

5.2.2 Analisis Kesesuaian RDTR dengan RTRW 5-13

5.3 Review terhadap Implementasi Rencana 5-15

5.3.1 Operasional/Implementasi RDTR Kota Simpang Ampek 5-15

5.3.2 Relevansi RDTR terhadap Perkembangan Kota Simpang Ampek 5-16

5.3.3 Perspektif RDTR Kota Simpang Ampek 5-17

BAB 6 PENUTUP 6-1

6.1 Kesimpulan 6-2

6.2 Rekomendasi 6-3

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 -- 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 1 - 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, produk atau hasil

perencanaan tata ruang terdiri dari rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata

ruang, di mana rencana rinci tata ruang disusun sebagai perangkat operasional rencana

umum tata ruang. Pada tataran perencanaan tata ruang di tingkat kabupaten/kota, bila

rencana umum-nya adalah rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota, maka

rencana rinci-nya terdiri atas rencana detail tata ruang (RDTR) kabupaten/kota dan

rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota. Bahkan menurut undang-undang

tersebut, setiap RTRW harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang

perlu disusun rencana detail tata ruangnya. Khusus untuk wilayah kabupaten, RDTR

diarahkan disusun pada kawasan perkotaan yang dinilai strategis pada wilayah

tersebut, yang membutuhkan pendetailan rencana pemanfaatan ruang dari pengaturan

pola ruang yang ada pada dokumen RTRW-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa RDTR

di tingkat wilayah kabupaten sangat penting untuk disusun dan ditetapkan, karena akan

menjadi instrumen pemanfaatan dan pengendalian tata ruang secara lebih detail dan

spesifik dalam pembangunan wilayah kabupaten, khususnya di kawasan perkotaan.

Pada realitanya, pemerintah daerah (pemda) khususnya di tingkat kabupaten/kota

masih beranggapan bahwa dokumen perencanaan yang wajib disusun dan ditetapkan

adalah RTRW saja. Sementara untuk RDTR, belum banyak wilayah yang memilikinya,

karena beragam permasalahan, di antaranya RDTR belum dianggap sebagai instrumen

tata ruang yang penting dan mendesak untuk disusun. Pada wilayah-wilayah kabupaten

yang sudah memiliki dokumen RDTR pun masih menghadapi permasalahan, apakah

RDTR tersebut sudah sesuai dan efektif dalam menjabarkan substansi rencana pada

RTRW, mengingat biasanya kabupaten secara administratif memiliki luas wilayah yang

besar bila dibandingkan luas wilayah kota, sehingga memerlukan pendetailan rencana

khususnya pada kawasan perkotaan/strategis kabupaten.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 -- 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 1 - 2

Dalam rangka memenuhi tugas besar mata kuliah Teori dan Praktek Penataan Ruang,

maka tulisan ini berusaha untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai proses

penyusunan, muatan/substansi, dan operasionalisasi/implementasi dari suatu dokumen

RDTR dalam konteks praktis dan empiris. Studi kasus yang dipilih adalah dokumen

RDTR kawasan kota Simpang Ampek di Kabupaten Pasaman Barat – Provinsi

Sumatera Barat, yang sejak tahun 2012 sudah menyusun dokumen RDTR tersebut.

Sebagai salah satu salah satu kabupaten yang sudah memiliki dokumen RDTR,

menarik untuk dikaji bagaimana sebenarnya kualitas substansi dari dokumen RDTR

yang sudah dimiliki oleh kabupaten tersebut, apakah dapat menjalankan amanat

undang-undang penataan ruang, dan mampu menjabarkan RTRW kabupaten-nya.

Diharapkan dari kajian ini didapatkan pembelajaran baik dari sisi negatif maupun positif

mengenai dokumen RDTR yang ada di lapangan, yang menjadi salah satu produk

perencanaan tata ruang dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten.

1.2 TUJUAN

Tujuan dari kajian ini adalah :

1. Mendeskripsikan bagaimana proses penyusunan dokumen RDTR berikut kendala

dan tantangan yang dihadapi.

2. Menganalisis apakah muatan/substansi dokumen RDTR secara administratif telah

sesuai dengan regulasi/pedoman penyusunannya, serta secara substantif telah

mampu menjadi penjabaran dari RTRW secara lebih efektif dan berkualitas.

3. Mengidentifikasi bagaimana operasionalisasi/implementasi dari dokumen RDTR

tersebut berikut kendala dan tantangan yang dihadapi, serta prospeknya dapat

mendukung kegiatan pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang.

1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

Kerangka pelaporan dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Sistematika Penulisan

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 -- 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 1 - 3

BAB 2 TINJAUAN PERATURAN MENGENAI RDTR

2.1 Dasar Hukum RDTR

2.2 Defenisi RDTR

2.3 Kedudukan RDTR

2.4 Fungsi dan Manfaat RDTR

2.5 Masa Berlaku RDTR

2.6 Kriteria dan lingkup wilayah perencanaan

2.7 Muatan RDTR

2.8 Proses Penyusunan RDTR

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Pasaman Barat

3.2 Gambaran Umum Kawasan Kota Simpang Ampek

BAB 4 GAMBARAN RDTR KOTA SIMPANG AMPEK

4.1. Ringkasan Substansi RDTR

4.2. Proses Penyusunan dan Penetapan RDTR

BAB 5 REVIEW TERHADAP RDTR KOTA SIMPANG AMPEK

5.1 Review terhadap Proses Penyusunan dan Penetapan RDTR

5.2 Review terhadap Muatan/Substansi RDTR

5.3 Review terhadap Implementasi Rencana

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Rekomendasi

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 1

BAB 2 TINJAUAN PERATURAN

MENGENAI RDTR

2.1 DASAR HUKUM RDTR

Dasar hukum yang digunakan dalam kajian ini terkait review Rencana Detail Tata

Ruang (RDTR) ini antara lain:

(1) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang;

(3) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan;

(4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/ 2011 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;

2.2 DEFENISI RDTR

Definisi rencana detail tata ruang pertama kali muncul pada Permendagri No. 2 Tahun

1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota, yaitu rencana pemanfaatan ruang

kota secara terinci yang disusun untuk penyiapkan perwujudan ruang dalam rangka

pelaksanaan program-program pembangunan kota (Pasal 1 huruf h). Rencana Detail

Tata Ruang Kota (RDTRK) merupakan bagian dari Rencana Kota yang kedudukannya

berada di antara Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dan Rencana Teknis

Ruang Kota (RTRK) (Pasal 5). Namun dikatakan bahwa RUTRK mempunyai wilayah

perencanaan yang terkait dengan batas wilayah administrasi kota, sehingga RDTRK

ditujukan untuk wilayah yang secara administrasi berada di dalam kota.

Dalam perkembangannya, pada Permendagri No. 1 Tahun 2008 tentang Pedoman

Perencanaan Kawasan Perkotaan, yang merupakan pengganti dari Permendagri No. 2

Tahun 1987, disebutkan bahwa RDTR merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan Otonom atau Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 2

berada di kabupaten. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan rencana detail tata

ruang semakin meluas tidak hanya untuk wilayah yang secara administrasi merupakan

kota namun juga wilayah perkotaan yang ada di kabupaten.

Berdasarkan Permen. PU No 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, definisi RDTR

adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang

dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Wilayah perencanaan dari RDTR

adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang

akan/perlu disusun rencana rincinya sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam

RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan (Pasal 1).

2.3 KEDUDUKAN RDTR

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Detail Tata

Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota merupakan salah satu bentuk rencana rinci tata ruang

yang disusun sebagai perangkat operasional rencana umum tata ruang, dan dijadikan

dasar bagi penyusunan peraturan zonasi (Pasal 14 ayat 1 huruf b, ayat 3 huruf c, ayat

4, ayat 6). Penjabaran mengenai RDTR pada UU No 26 Tahun 2007 dan PP No 15

Tahun 2010 secara lebih teknis dan mendalam tertuang dalam Permen. PU No 20

Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan

Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota. Berdasarkan Permen. PU No 20 Tahun 2011

tersebut, RDTR disusun untuk bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan

kawasan perkotaan dan/atau kawasan strategis kabupaten atau kawasan strategis kota

(Pasal 3 ayat 1).

Pada Permen. PU No 20 tahun 2011 (Pedoman RDTR) tersebut, sesuai dengan

amanat UU No 26 Tahun 2007 dan Pasal 59 PP No 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang, bahwa setiap RTRW kabupaten/kota harus

menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya. Bagian

dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan atau

kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis kabupaten/kota dapat disusun

RDTR apabila merupakan:

a) Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan

perkotaan; dan

b) Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam

pedoman.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 3

Adapun kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem

perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar berikut:

RENCANA PEMBANGUNAN RENCANA UMUM TATA RUANG

RENCANA RINCI TATA RUANG

Gambar 2-1. Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Sumber: Lampiran Permen. PU No 20 tahun 2011

RDTR disusun apabila sesuai kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi

dengan acuan lebih detil pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam hal

RTRW kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan

materinya lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam

pengendalian pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi

zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya

diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak memerlukan RDTR, peraturan

zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang

direncanakan pada wilayah kabupaten/kota. RDTR merupakan rencana yang

menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam

wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional

agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang

dalam kawasan fungsional tersebut.

RPJP Nasional

RPJM Nasional

RPJM Kabupaten/Kota

RPJP Kabupaten/Kota

RPJM Provinsi

RPJP Provinsi

RTRW Nasional

RTRW Provinsi

RTRW Kabupaten

RTRW Kota

RTR Pulau/Kepulauan

RTR Kawasan Strategis Kota

RDTR Kota

RTR Kawasan Strategis Kabupaten

RDTR Kabupaten

RTR Kawasan Strategis Provinsi

RTR Kawasan Strategis Nasional

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 4

Gambar 2-2. Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah

Perencanaannya

Sumber: Lampiran Permen. PU No 20 tahun 2011

2.4 FUNGSI DAN MANFAAT RDTR

Berdasarkan Permen. PU No 20 tahun 2011 Pedoman Penyusunan Rencana Detail

Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota; RDTR dan peraturan zonasi

berfungsi sebagai:

a. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan RTRW;

b. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan

pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;

c. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;

d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan

e. Acuan dalam penyusunan RTBL.

Sedangkan RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:

a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan

lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;

b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan

pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah,

pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat;

c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai

dengan fungsinya di dalam struktur ruang kab/kota secara keseluruhan; dan

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 5

d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program

pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat

BWP atau Sub BWP.

2.5 KRITERIA DAN LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN RDTR

Kriteria penyusunan RDTR Berdasarkan Permen. PU No 20 tahun 2011 Pedoman

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota,

dinyatakan bahwa RDTR disusun apabila:

a. RTRW kabupaten/kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam pelaksanaan

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat

ketelitian petanya belum mencapai 1:5.000; dan/atau

b. RTRW kabupaten/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayahnya yang perlu

disusun RDTR-nya.

Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tidak terpenuhi, maka

dapat disusun peraturan zonasi, tanpa disertai dengan penyusunan RDTR yang

lengkap. Sementara itu, wilayah perencanaan RDTR mencakup :

a. Wilayah administrasi;

b. Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota;

c. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan;

d. Kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan;

dan/atau

e. Bagian dari wilayah kabupaten /kota yang berupa kawasan pedesaan dan

direncanakan menjadi kawasan perkotaan.

2.6 MASA BERLAKU RDTR

Berdasarkan Permen. PU No 20 tahun 2011 Pedoman Penyusunan Rencana Detail

Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, RDTR berlaku dalam jangka waktu

20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali

RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:

a) terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP RDTR; atau

b) terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang

secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar,

perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 6

2.7 MUATAN RDTR

Berdasarkan Permen. PU No 20 tahun 2011 Pedoman Penyusunan Rencana Detail

Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota , muatan RDTR terdiri atas:

a) Tujuan penataan BWP;

b) Rencana pola ruang;

c) Rencana jaringan prasarana;

d) Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;

e) Ketentuan pemanfaatan ruang; dan

f) Peraturan zonasi.

Tabel 2-1. Muatan Rencana Detail Tata Ruang

NO MUATAN RINCIAN a) Tujuan

penataan BWP � Konsep dan strategi penataan ruang kawasan (arahan pencapaian dari RTRW,

isu strategis, potensi masalah) � Tujuan penataan BWP (menunjukkan tema kawasan yang direncanakan)

b) Rencana pola ruang

� Klasifikasi Zona � Pembagian Sub BWP dan Blok � Rencana Pola Ruang

A. Zona Lindung 1. Zona Hutan Lindung 2. Zona Perlindungan thd Kawasan Bawahannya 3. Zona Perlindungan Setempat 4. Zona Ruang Terbuka Hijau 5. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya 6. Zona Rawan Bencana 7. Zona Lindung Lainnya

B. Zona Budidaya 1. Zona Perumahan 2. Zona Perdagangan dan Jasa 3. Zona Perkantoran 4. Zona Sarana Pelayanan Umum 5. Zona Industri 6. Zona Peruntukan Khusus 7. Zona Peruntukan Lainnya 8. Zona Campuran

c) Rencana jaringan prasarana

� Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan � Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan � Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi � Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum � Rencana Pengembangan Jaringan Drainase � Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah � Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya

d) Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya

� Dasar dan Kriteria Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya � Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya � Tema Penanganan Sub BWP Prioritas � Penanganan Sub BWP Prioritas

e) Ketentuan pemanfaatan ruang

� Program Pemanfaatan Ruang Prioritas � Lokasi � Besaran � Sumber Pendanaan � Instansi Pelaksana � Waktu dan Tahapan Pelaksanaan

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 7

f) Peraturan zonasi

� Materi Wajib/Teks Zonasi (Zoning Text) 1. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan 2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang 3. Ketentuan Tata Bangunan 4. Ketentuan Sarana dan Prasarana Minimal 5. Ketentuan Pelaksanaan

� Materi Pilihan

1. Ketentuan Tambahan 2. Ketentuan Khusus

(1) zona keselamatan operasi penerbangan (KKOP); (2) zona cagar budaya atau adat; (3) zona rawan bencana; (4) zona pertahanan keamanan (hankam); (5) zona pusat penelitian; (6) zona pengembangan nuklir; (7) zona pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan pembangkit listrik

tenaga uap (PLTU); (8) zona gardu induk listrik; (9) zona sumber air baku; dan (10) zona BTS.

3. Ketentuan Standar Teknis 4. Ketentuan Pengaturan Zonasi

Sumber: Lampiran Permen. PU No 20 tahun 2011

2.8 PROSES PENYUSUNAN RDTR

Proses penyusunan RDTR mencakup kegiatan pra persiapan penyusunan, persiapan

penyusunan, pengumpulan data, pengolahan data, dan perumusan konsepsi RDTR

sebagai mana tertuang dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2-2. Proses Penyusunan RDTR dan Perkiraan Waktu yang dibutuhkan

NO URAIAN KEGIATAN KELUARAN WAKTU 1 Pra persiapan penyusunan RDTR

1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;

2) Penentuan metodologi yang digunakan; dan

3) Penganggaran kegiatan penyusunan RDTR.

KAK Metodologi APBD

1 Bulan 2 Persiapan penyusunan RDTR 1) Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman

terhadap KAK/TOR penyiapan anggaran biaya;

2) Kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR sebelumnya dan kajian awal RTRW kabupaten/kota dan kebijakan lainnya; Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi/metode dan teknik analisis rinci, serta penyiapan rencana survei

Pemahaman terhadap Review RDTR sebelumnya, Review RTRW

3 Pengumpulan Data 1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang

dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang perorang, dan lain sebagainya; dan/atau

2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara langsung melalui kunjungan ke semua bagian dari wilayah kabupaten/kota.

1) Data wilayah administrasi; 2) Data fisiografis; 3) Data kependudukan; 4) Data ekonomi dan keuangan; 5) Data ketersediaan prasarana dan

sarana ; 6) Data peruntukan ruang; 7) Data penguasaan, penggunaan

dan pemanfaatan lahan;

2-3 Bulan

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 2 - 8

8) Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata bangunan); dan

9) Peta dasar rupa bumi dan peta tematik yang dibutuhkan, penguasaan lahan, penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, pada skala atau tingkat ketelitian minimalpeta 1:5.000.

4 Pengolahan dan Analisis Data 1) Analisis karakteristik wilayah, meliputi:

- Kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten/kota dalam wilayah yang

- Lebih luas (kabupaten/kota); - Keterkaitan antar wilayah kabupaten/kota

dan antara bagian dari wilayah Kabupaten/kota;

- Keterkaitan antarkomponen ruang di bwp; - Karakteristik fisik bagian dari wilayah

kabupaten/kota; - Kerentanan terhadap potensi bencana,

termasuk perubahan iklim; - Karakteristik sosial kependudukan; - Karakteristik perekonomian; dan - Kemampuan keuangan daerah.

2) Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP, meliputi: - Analisis kebutuhan ruang; dan - Analisis perubahan pemanfaatan ruang.

3) Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan

1) Potensi dan masalah pengembangan di bwp;

2) Peluang dan tantangan pengembangan;

3) Kecenderungan perkembangan; 4) Perkiraan kebutuhan

pengembangan di bwp; 5) Intensitas pemanfaatan ruang

sesuai dengan daya dukung dan daya tampung

6) (termasuk prasarana/infrastruktur dan utilitas); dan

7) Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan lingkungan.

2-3 Bulan

5 Perumusan Konsep RDTR 1) Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan

strategi pengembangan wilayah Kabupaten/kota; dan

2) Konsep pengembangan wilayah kabupaten/kota.

1) Tujuan penataan BWP; 2) Rencana pola ruang; 3) Rencana jaringan prasarana 4) penetapan dari bagian wilayah

RDTR yang diprioritaskan penanganannya

5) Ketentuan pemanfaatan ruang 6) Peraturan zonasi.

2-3 Bulan

6 Penyusunan Naskah Akademik Draft RDTR 2 Bulan

7 Pembahasan Rancangan Perda RDTR/Peraturan Zonasi

Naskah Ranperda RDTR/ Peraturan Zonasi

1 Bulan

Sumber: Lampiran Permen. PU No 20 tahun 2011

Tabel 2-3. Jangka Waktu Penyusunan RDTR

Proses Penyusunan RDTR

Uraian Kegiatan

Persiapan penyusunan

RDTR

Pengumpul-an data

Pengolahan dan analisis

data

Naskah

Akademik Naskah

Ranperda Konsep

Pengembang -an

Naskah Teknis

Perkiraan

waktu yang dibutuhkan

1 bulan

2-3 bulan

2-3 bulan

2-3 bulan

2 bulan

1 bulan

10-13 bulan

Sumber: Lampiran Permen. PU No 20 tahun 2011

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 1

BAB 3 GAMBARAN UMUM

WILAYAH STUDI

3.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PASAMAN BARAT

Kabupaten Pasaman Barat termasuk pada wilayah Provinsi Sumatera Barat, terletak

pada 0°33' LU sampai 0°11' LS dan 99°10 BT sampai dengan 100°04 BT, yang terdiri

dari 11 Kecamatan, 19 Nagari dan 206 jorong. Adapun batas wilayah administrasi

Kabupaten Pasaman Barat dapat dilihat pada gambar 3-1.

Gambar 3-1. Peta Administratif Kabupaten Pasaman Barat

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 2

Tabel 3-1. Distribusi Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031

Topografi wilayah Kabupaten Pasaman Barat bervariasi antara datar, bergelombang

dan bukit bergunung. Kabupaten Pasaman Barat berada pada ketinggian 0 – 2.912

meter di atas permukaan laut. (dpl). Wilayah topografi Kabupaten Pasaman Barat yang

mempunyai bentang relatif datar adalah Kecamatan Sungai Baremas. Sedangkan

wilayah perbukitan terdapat di sebagian besar wilayah Kecamatan Pasaman,

Kecamatan Lembah Melintang, Kecamatan Kinali dan Kecamatan Talamau. Secara

umum, kawasan dengan tingkat kemiringan <8% dimanfaatkan oleh penduduk untuk

kegiatan permukiman, pertanian (sawah), dan kegiatan sosial budaya lainnya.

Sedangkan kegiatan perkebunan (terutama sawit dan karet) banyak memanfaatkan

lahan dengan tingkat kemiringan >8%.

Tabel 3-2. Tingkat Kemiringan Lahan di Kabupaten Pasaman Barat

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 3

Penduduk Kabupaten Pasaman Barat menurut hasil Proyeksi Penduduk Tahun 2012

berjumlah sebanyak 376.548 jiwa dengan komposisi 189.750 jiwa laki-laki dan 186.798

jiwa perempuan. Pada tahun 2012 jumlah rumahtangga di Kabupaten Pasaman Barat

sebanyak 88.381 rumahtangga. jumlah penduduk terbesar berdomisili di Kecamatan

Pasaman yakni 65.056 jiwa. Sedangkan Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dengan

jumlah penduduk 13.611 jiwa merupakan kecamatan terkecil jumlah penduduknya.

Namun jika dibandingkan dengan luas wilayah, penduduk terpadat berada di

Kecamatan Luhak Nan Duo dengan kepadatan penduduk 221 jiwa/Km2.

Tabel 3-3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012

Sumber: Kabupaten Pasaman Barat Dalam Angka Tahun 2013

Penggunaan lahan di Kabupaten Pasaman Barat terdiri dari lahan sawah dan lahan

bukan sawah (lahan kering dan lahan lainya). Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari

sudut penggunaan lahan yang cukup besar (diluar areal hutan) adalah perkebunan

rakyat yaitu sebesar 71.338 Ha (18,65%) dan kegiatan perkebunan besar seluas 69.541

ha (18,18%), sedangkan penggunaan lahan terendah adalah untuk kawasan industri

seluas 1.120 Ha (0,29%). lebih jelasnya penggunaan lahan Kabupaten Pasaman Barat

dapat dilihat pada tabel berikut.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 4

Tabel 3-4. Penggunaan Lahan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2008

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031

Karakteristik penggunaan lahan Kabupaten Pasaman Barat dapat digambarkan dalam

beberapa uraian berikut ini :

a. Secara umum, wilayah Kabupaten Pasaman Barat dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

karakteristik penggunaan lahan, yaitu :

1) Kawasan Hutan yang sebagian besar adalah Hutan Lindung.

2) Kawasan Transisi yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan sebagian

masih berupa semak/alang-alang.

3) Kawasan Perkotaan yang didominasi oleh permukiman, sarana sosial-ekonomi-

budaya dan prasarana perkotaan.

b. Penggunaan lahan di kawasan Pusat Kota Kabupaten tidak mengalami perubahan

yang berarti, namun terlihat semakin tinggi intensitasnya.

c. Kecenderungan perkembangan fisik yang mengikuti pola jaringan jalan-jalan

utama (ribbon-type development) berkembang menjadi semakin menebal dan

padat sehingga membentuk koridor pembangunan.

d. Perkembangan fisik di sepanjang pantai akan dapat dikendalikan dengan

pembangunan jalan sepanjang pantai.

e. Keberadaan Pelabuhan Teluk Tapang mendorong perkembangan fisik di kawasan

tersebut, terutama di sepanjang jalan-jalan utama.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 5

Gambar 3-2. Peta Pola Penggunaan Lahan Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2008

Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 6

3.2 GAMBARAN UMUM KAWASAN KOTA SIMPANG AMPEK

Berdasarkan RTRWN maupun RTRW provinsi tidak terdapat kebijakan kawasan

strategis nasional atau provinsi di Kabupaten Pasaman Barat. Namun secara internal

terdapat beberapa kawasan potensial untuk ditetapkan sebagai kawasan strategis

kabupaten. Salah satunya adalah Kawasan Kota Simpang Empat yang merupakan

ibukota kabupaten yang mempunyai kecenderungan pertumbuhan lebih tinggi

dibanding pusat perkotaan lainnya. Sebagai ibukota kabupaten, Simpang Empat

mempunyai fungsi dan peran penting dalam konteks pelayanan pada segala bidang.

Dengan melihat perkembangan kawasan kota Simpang Ampek kabupaten Pasaman

Barat saat ini yang sudah mulai berkembang dengan pesat sesuai dengan fungsi yang

diemban sebagai ibukota Kabupaten, pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa

dengan pembangunan fisik yang mulai tidak terkendali, maka perlu disusun kembali

rencana detail tata ruang kawasan kota tersebut dengan Penyusunan Rencana Rinci

Kawasan Simpang Ampek sampai dengan kedalam peraturan zonasi kawasan.

Sesuai dengan rencana struktur ruang pada RTRW Kabupaten Pasaman Barat tahun

2011-2031, Kawasan Simpang Ampek di Kecamatan Pasaman ditetapkan sebagai

Pusat Kegiatan Wilayah yang Dipromosikan Propinsi (PKWp), yang berfungsi sebagai:

a. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul kegiatan ekspor-impor;

b. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa

yang melayani skala provinsi atau beberapa kab/ kota; dan

c. Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani

skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota;

Kriteria utama dalam penetapan wilayah perencanaan dalam RDTR Kawasan Kota

Simpang Ampek adalah :

a. Kawasan Kota Simpang Ampek merupakan salah-satu kawasan yang ditetapkan

sebagai Kawasan Strategis dan promosi Kabupaten Pasaman Barat dalam RTRW

Kabupaten Pasaman Barat 2011-2031;

b. Kawasan Kota Simpang Ampek merupakan kawasan yang memiliki daya dukung

lingkungan yang paling memadai untuk pengembangan kegiatan perkotaan di

wilayah Kabupaten Pasaman Barat;

c. Kawasan Kota Simpang Ampek merupakan kawasan yang relatif rendah tingkat

kerentanannya terhadap bencana gempabumi dan tsunami;

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 3 - 7

Gambar 3-3. Peta Delineasi Kawasan Kota Simpang Ampek

Sumber : Dokumen RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek 2012-2032

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 1

BAB 4 GAMBARAN RDTR

KOTA SIMPANG AMPEK

4.1 RINGKASAN SUBSTANSI RDTR

Secara umum substansi pada dokumen RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek 2012-

2032 adalah sebagai berikut.

4.1.1. Tujuan Penataan Ruang Bagian Wilayah Perencanaan

Tujuan penataan ruang Kota Simpang Ampek adalah:

“Mewujudkan Kota Simpang Ampek sebagai pusat kegiatan wilayah promosi

(PKWp) di Sumatera Barat bagian utara sebagai ibu kota Kabupaten Pasaman

Barat dengan potensi agro, kelautan dan industri penunjangnya”

Untuk mencapai tujuan tersebut maka sasaran yang harus dicapai yaitu:

a. Terwujudnya Kawasan Perkantoran Pemerintah/Swasta

b. Tersedianyan infrastruktur yang memadai dan berskala lokal /regional

c. Terwujudnya Kawasan Perdagangan, jasa, dan industri yang didasarkan pada

potensi agro dan perikanan berskala lokal dan regional

d. Tersedianya Kawasan Permukiman yang aman nyaman, dan layak

e. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan fungsi-fungsi ekologis yang cukup

Kota Simpang Ampek dikembangkan dengan menggunakan konsep Multiple Nuclei,

dengan kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa, permukiman, dan industri yang

tersebar pada beberapa titik atau lokasi. Adapun strategi pengembangannya terdiri dari:

1. Strategi pengembangan pusat-pusat kegiatan

2. Strategi pemanfaatan ruang

3. Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana Perkotaan

4. Strategi Intensitas Pemanfaatan Ruang Kota

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 2

4.1.2. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona peruntukan ke dalam blok-blok.

Rencana pola ruang terdiri dari:

a. Rencana Zona Peruntukan

Pembagian zona/peruntukan terdiri dari zona lindung dan zona budidaya. Adapun

pengaturannya sebagai berikut:

• Zona lindung: mencakup hutan lindung, zona perlindungan setempat, zona

RTH kota, zona suaka alam dan cagar budaya, zona rawan bencana alam; dan

zona lindung lainnya. Dibatasi peruntukkannya untuk kegiatan-kegiatan yang

sangat sedikit okupasi lahan dan minimal rasio tutupan bangunan.

• Zona budidaya: diarahkan peruntukkannya untuk kegiatan-kegiatan perkotaan

sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan, serta diarahkan untuk

pengembangan secara vertikal terbatas. Kegiatan yang dikembangkan meliputi

permukiman, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, fasilitas pelayanan

umum, Pemerintahan, sarana dan prasarana perkotaan, dan sebagainya.

Gambar 4-1. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Kota Simpang Ampek

Sumber : Dokumen RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek 2012-2032

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 3

b. Penentuan BWP, Sub BWP dan Blok

Muatan ini ditujukan untuk menentukan rencana pola ruang, penetapan Sub BWP

yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang,

penyusunan peraturan zonasi, serta menjaga konsistensi dan keserasian

pengembangan kawasan perkotaan dengan RTRW. BWP kawasan perkotaan

Simpang Ampek tersebut dibagi dalam 5 (lima) Sub BWP, yaitu sebagai berikut :

1. Sub BWP I, dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan adalah

pertanian lahan kering, pusat pemerintahan dan permukiman.

2. Sub BWP II dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan adalah

pertanian lahan kering, permukiman dan perdagangan.

3. Sub BWP III dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan adalah

perkebunan dan permukiman.

4. Sub BWP IV dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan adalah

perkebunan dan permukiman.

5. Sub BWP V dengan kegiatan kawasan peruntukan yang dominan adalah

perkebunan, perdagangan, permukiman dan bandara.

Gambar 4-2. Peta Pembagian Wilayah Pengembangan (BWP) Kawasan Kota Simpang Ampek

Sumber : Dokumen RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek 2012-2032

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 4

4.1.3. Rencana Jaringan Prasarana

Rencana jaringan prasarana terdiri dari :

a. Rencana jaringan transportasi

• Rencana jaringan jalan (arteri primer-sekunder, kolektor primer-sekunder, dan

jalan lokal).

• Rencana sarana pendukung jaringan transportasi (yang meliputi terminal,

parkir, halte, dan pedestrian).

b. Rencana rute angkutan umum (mengenai trayek, rute, dan moda angkutan umum

yang menghubungkan permukiman dengan pusat kegiatan sosial-ekonomi).

c. Rencana jaringan energi/listrik (standar pembangunan gardu listrik, yang meliputi

ukuran-kapasitas gardu dan kebutuhan listrik penduduk).

d. Rencana jaringan telekomunikasi (pengembangan jaringan kabel dan nirkabel,

khususnya terkait pembangunan tower telekomunikasi).

e. Rencana jaringan air bersih dan air minum (terkait sumber air baku, jaringan dan

distribusi, dan pengaturan area resapan air).

f. Rencana pengelolaan air limbah (untuk air limbah rumah tangga dan kotoran

manusia, melalui septictank, bidang resapan, dan jaringan air limbah/IPAL).

g. Rencana pengelolaan persampahan (meliputi sistem perwadahan, sistem

pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir).

h. Rencana jaringan drainase (meliputi badan penerima air dan bangunan

pelengkap, baik saluran tertutup maupun terbuka).

4.1.4. Penetapan Sub Bagian Wilayah yang Diprioritaskan Penanganannya

Muatan pada bagian ini meliputi :

a. Kriteria penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya (terkait tujuan

penataan, nilai penting kawasan, kondisi ekonomi-sos-bud-lingkungan, daya

dukung dan daya tampung, dan ketentuan peraturan-perundangan.

b. Penetapan sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya, yang terdiri dari Sub

BWP 1 (kawasan pusat pemerintahan), Sub BWP 2 (kawasan hibrida, terminal

type-B dan kawasan perdagangan dan jasa skala regional), Sub BWP 3 (kawasan

perdagangan skala kota dan kawasan bandara).

c. Tema penanganan kawasan prioritas (berisi program utama untuk setiap lokasi

Sub BWP, meliputi perbaikan, pengembangan, pembangunan, dan pelestarian).

d. Penanganan kawasan prioritas (kawasan pusat pemerintahan dan perkantoran,

kawasan hibrida, kawasan pusat perdagangan skala kota, kawasan bandara).

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 5

Gambar 4-3. Peta Kawasan Prioritas Kawasan Kota Simpang Ampek

Sumber : Dokumen RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek 2012-2032

4.1.5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang

Rencana pemanfaatan ruang Kawasan Kota Simpang Ampek merupakan perwujudan

rencana detail tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama kawasan

dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan. Ketentuan pemanfaatan mencakup:

a. perwujudan rencana struktur ruang (rencana pusat-pusat pelayanan dan rencana

jaringan prasarana kawasan).

b. perwujudan blok peruntukan (blok alamiah/lindung dan blok fungsional/budidaya).

Tahapan pelaksanaan pembangunan terdiri dari 4 tahapan, yaitu:

1. Tahap pertama, yaitu tahun 2012 – 2016, diprioritaskan pada pengembangan

unsur-unsur penting dalam pengembangan Kawasan Kota Simpang Ampek,

khususnya kawasan Pusat Kota;

2. Tahap kedua, yaitu tahun 2017 – 2021, diprioritaskan pada pengembangan

Kawasan Kota Simpang Ampek untuk mendukung fungsi pelayanan Pusat Kota

dan sarana pendukung-nya;

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 6

3. Tahap ketiga, yaitu tahun 2022 – 2027, diprioritaskan pada pemantapan Kawasan

Kota Simpang Ampek sebagai kawasan utama di Kabupaten Pasaman Barat

yang mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam skala kabupaten.

4. Tahap keempat, yaitu tahun 2028 – 2032, diprioritaskan pada pemantapan

Kawasan Kota Simpang Ampek sebagai kawasan utama di Kabupaten Pasaman

Barat yang mampu memberikan pelayanan yang optimal dalam skala kabupaten

maupun regional.

Sementara indikasi program dalam arahan pemanfaatan ruang Kawasan Kota Simpang

Ampek meliputi : indikasi program utama, lokasi, sumber pendanaan, instansi

pelaksana, serta waktu dan tahapan pelaksanaan.

4.1.6. Peraturan Zonasi

Muatan pada peraturan zonasi Kawasan Kota Simpang Ampek terdiri dari:

a. Teks Zonasi

• Ketentuan kegiatan dan penggunaan ruang (zona lindung-budidaya, aturan

penggunaan lahan (diizinkan, izin terbatas, izin bersyarat, tidak diizinkan)).

• Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang (klasifikasi intensitas pemanfaatan

lahan (sangat tinggi sd sangat rendah), ketentuan KDB, KLB, dan KDH).

• Ketentuan tata massa bangunan (ketentuan GSB, ketinggian bangunan, jarak

bebas bangunan, dan tampilan bangunan)

• Ketentuan prasarana dan sarana minimum (ketentuan pada setiap zonasi,

dan secara umum)

b. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Zonasi

• Insentif & Disinsentif (melalui mekanisme regulasi/kebijakan seperti perizinan,

ekonomi/keuangan seperti pajak dan retribusi, serta pengadaan langsung

oleh pemerintah).

• Penggunaan lahan yang tidak sesuai (Ketentuan ini berlaku untuk

pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum penetapan

RDTR/peraturan zonasi, dan dapat dibuktikan bahwa izin tersebut diperoleh

sesuai dengan prosedur yang benar).

c. Materi Opsional

• Ketentuan khusus

• Ketentuan tambahan

• Ketentuan standar teknis

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 7

4.2 PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RDTR

4.2.1. Proses Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

Sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU No 26 Tahun 2007 dan Pasal 59 PP No 15

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, bahwa setiap RTRW

kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu

disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan

kawasan perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. Dengan selesainya

penyusunan RTRW Kab. Pasaman Barat 2011-2031 di tahun 2011, maka dari itu

pemerintah daerah menganggarkan untuk kegiatan penyusunan RDTR untuk Kawasan

perkotaan yaitu Kota Simpang Ampek melalui APBD Kab. Pasaman Barat Tahun 2012.

Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini direncanakan seiring dengan proses

penetapan RTRW Kab. Pasaman Barat sebagai Peraturan Daerah di tahun 2012. Dan

hasilnya, di tahun 2012 rencana tersebut terealisasi 100 %, Ranperda RTRW Kab.

Pasaman Barat disetujui dan ditetapkan menjadi Perda di pertengahan Desember 2012

dengan Nomor. 18 Tahun 2012 dan penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek juga

selesai dilaksanakan. Proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini dibagi dalam

6 tahap yaitu:

1. Tahap Pra Persiapan

2. Tahap Persiapan

3. Tahap Identifikasi, Analisis dan Perumusan Konsep

4. Tahap Penyusunan RDTR dan Programing

5. Tahap Penyempurnaan Hasil

6. Tahap Penyusunan Draft Ranperda

Untuk Tahap Pra Persiapan yang dilakukan di akhir tahun 2011, dilakukan oleh Pemda

yang dalam hal ini adalah Bappeda Kab. Pasaman Barat yang meliputi :

1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;

2) Penentuan metodologi yang digunakan;

3) Penganggaran kegiatan penyusunan RDTR, dengan pagu anggaran Rp.

400.000.0000.

Sementara untuk tahap selanjutnya, tahap persiapan penyusunan RDTR hingga tahap

penyusunan draf ranperda RDTR dilakukan oleh pihak ketiga dengan mekanisme

pelelangan berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa

Pemerintah. Pihak ketiga yang memenangkan lelang adalah konsultan perencana, CV.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 8

Poly Arsitektur sehingga perjanjian kerjapun dilaksanakan antara Pengguna Jasa

(Bappeda) dengan Penyedia Jasa (CV. Poly Arsitektur) dengan waktu pelaksanaan

selama 4 bulan. Pada tabel berikut akan disajikan proses dan waktu yang digunakan

untuk Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek.

Tabel 4-1. Jangka Waktu Penyusunan RDTR

Tahap

Kegiatan

Persiapan

penyusunan RDTR

Identifikasi,

Analisis dan

Perumusan Konsep

Penyusunan RDTR dan Programing

Penyempurnaan

Hasil

Tahap

Penyusunan Draft

Ranperda

Waktu pelaksanaan

3 minggu

8 minggu

4 minggu

1 minggu

1 minggu

Total waktu 17 minggu (4 bulan)

Dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini, juga dilakukan diskusi dan

koordinasi antara pihak ketiga dengan Tim Teknis penyusunan RDTR Kota Simpang

Ampek dan BKPRD Kab. Pasaman Barat.

Gambar 4-4. Organisasi Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

PEJABAT PELAKSANA

TEKNIS KEGIATAN TIM TEKNIS KEGIATAN

DIREKTUR PERUSAHAAN

(CV. POLY ARSITEKTUR)

Pemerintah Kab. Pasaman Barat

TEAM KERJA (Konsultan)

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 9

Tabel 4-2. Jadwal Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

NO KEGIATAN

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER 21-27 28-4 5-11 12-18 19-25 26-1 2-8 9-15 16-22 23-29 30-5 6-12 13-19 20-26 27-3 4-10 11-17 18-24

I TAHAP PERSIAPAN A Penyusunan Rencana Rinci 1 Persiapan x 2 Penajaman Metoda dan Rencana Kerja x 3 Review Kebijakan/Dokumen Terkait x 4 Perumusan Hipotesa x 5 Pengadaan peta dasar Kecamatan x 6 Penyusunan Design Survey x 7 Penyusunan Laporan Pendahuluan x x B Diskusi dan Koordinasi 1 Pembahasan Laporan Pendahuluan 23 2 Penyerahan Laporan Pendahuluan 25 II TAHAP IDENTIFIKASI, ANALISIS DAN PERUMUSAN KONSEPSI A Identifikasi Penyusunan Rencana Rinci 1 Penyiapan Peta Dasar x 2 Preliminary Survey x 3 Penetapan dan Deliniasi Kawasan Perencanaan x 4 Kompilasi dan Tabulasi Data x x x a Survey Lapangan x x * Kondisi fisik dasar kawasan x x * Kondisi struktur ruang kawasan x x * Kondisi sarana dan prasarana kawasan x x * Kondisi kecendrungan dan pengendalian x x pemanfaatan ruang kawasan b Survey Sekunder x x * Review kebijakan pengembangan kawasan Kota Simpang Ampek

* Data kependudukan, sosial budaya, ekonomi, permukiman dan transportasi serta sarana dan prasarana Kawasan Perkotaan Simpang Ampek (Kec. Pasaman dan Luhak Nan Duo)

B Analisis Kawasan Rinci 1 Analisis Makro Kawasan Rinci x x x

* Analisis pengaruh pengembangan kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasaman Barat.

x x

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 10

NO KEGIATAN

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER 21-27 28-4 5-11 12-18 19-25 26-1 2-8 9-15 16-22 23-29 30-5 6-12 13-19 20-26 27-3 4-10 11-17 18-24

* Analisis prospek kawasan andalan Kota Simpang Ampek dan kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana kawasan Kota Simpang Ampek. x x

* Analisis pengaruh kebijaksanaan pembangunan Kabupaten Pasman Barat terhadap pengembangan Kawasan Kota Simpang Ampek. x x

* Analisis kebijaksanaan tata ruang wilayah Kabupaten Pasaman Barat dan pengaruhnya terhadap pengembangan kawasan Kota Simpang Ampek x x

* Analisis kebijaksanaan pengembangan sektor dan subsektor yang terkait dengan fungsi kawasan Kota Simpang Ampek. x x

* Analisis kebutuhan pengembangan sektor dan sub sektor fungsional kawasan Kota Simpang Ampek. x x

2 Analisis Mikro Kawasan Rinci x x x x x

* Analisis fisik dan daya dukung kawasan. x x x x x

* Analsiis tata guna lahan/tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya. x x x x x

* Analisis fungsi lindung kawasan. x x x x x

* Analisis struktur tata ruang. x x x x x

* Analisis sosial ekonomi. x x x x x

* Analisis sosial budaya. x x x x x

* Analisis karakteristik dan kebutuhan pengembangan fungsi kawasan x x x x x

* Analisis kebutuhan pengembangan kegiatan dominan dan non dominan. x x x x x

* Analisis kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana. x x x x x

* Analisis dampak pengembangan kawasan Kota Simpang Ampek. x x x x x

* Analisis daya dukung lingkungan. x x x x x

* Analisis kelembagaan dan pembiayaan pembangunan x x x x x

* Ketentuan Pengendalian pemanfaatan ruang. x x x x x

3 Skenario Awal Penanganan x x x x x 4 Perumusan Konsepsi x x x x x 5 Penyusunan Laporan Antara x x x x x x x x C Diskusi dan Koordinasi 1 Diskusi Koordinasi Tim teknis (2) 20 2 Pembahasan Laporan Antara 26 2 Penyerahan Laporan Antara 1 III TAHAP PENYUSUNAN RENCANA RINCI & PROGRAMING A Penyusunan Rencana Rinci 1 Penetapan Fungsi Kawasan x 2 Perumusan Konsep dan Strategi x x 3 Perumusan Draft Rencana Rinci Kawasan x x x x 4 Penyusunan Program dan Tahapan Pembangunan x x 5 Penyusunan Laporan Draft Akhir x x x x x

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 11

NO KEGIATAN

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER 21-27 28-4 5-11 12-18 19-25 26-1 2-8 9-15 16-22 23-29 30-5 6-12 13-19 20-26 27-3 4-10 11-17 18-24

B Diskusi dan Koordinasi 1 Diskusi Koordinasi Tim Teknis (3) 11 2 Pembahasan Draft Laporan Akhir 15 IV PENYEMPURNAAN HASIL A Penyusunan Rencana Rinci 1 Penyempurnaan Hasil x x 2 Penyerahan Laporan Akhir 21 V PENYUSUNAN DRAFT RANPERDA KAWASAN RINCI A Penyusunan Draft Ranperda Rencana Rinci Kawasan Simpang Ampek 1 Penyusunan Draft Ranperda x x 2 Penyerahan Draft Ranperda 21

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 12

4.2.2. Proses Penetapan RDTR Kota Simpang Ampek

Dengan telah selesainya penyusunan materi teknis RDTR Kota Simpang Ampek,

langkah selanjutnya adalah penetapan Ranperda RDTR menjadi RDTR. Namun

kondisinya dari tahun 2012 hingga saat ini, RDTR Kota Simpang Ampek belum

ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan

Ruang, Permen PU No. 20/ PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan

Peraturan Zonasi maka dari itu, awal tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Pasaman

Barat dalam hal ini Bupati mengajukan Permohonan untuk mendapatkan Rekomendasi

Gurbernur sebagai persyarat dalam rangka permintaan persetujuan subtansi dari

Menteri Pekerjaan Umum. Bersamaan dengan itu, keluar Permen PU no.

01/PRT/M/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi

Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Rinci Tata Ruang

Kabupaten/Kota dan Proses Penetapan RDTR Tahun 2013. Untuk sementara waktu,

proses penetapan RDTR Kota Simpang Ampek terhenti sampai diterbitkannya

Peraturan Gubernur Sumatera Barat tentang Mekanisme Pemberian Persetujuan

Substansi Rancangan Perda Kabupaten/ Kota tentang RDTR Wilayah Perkotaan dan

Perda ini baru ditetapkan awal tahun 2014.

Dengan telah ditetapkannya Perda Gubernur Sumatera Barat tersebut di atas, Dinas

Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Sumatera Barat melakukan

bantuan teknis terhadap kabupaten/ kota dalam rangka pendampingan dalam proses

penetapan perda RDTR Kota Simpang Ampek dengan menugaskan seorang konsultan

individu yang bertugas membantu dan memfasilitasi proses mendapatkan persetujuan

substansi dari Gubernur. Proses penetapan diawali dengan penyampaian surat

permohonan persetujuan substansi beserta kelengkapannya oleh Bupati kepada

Gubernur Sumatera Barat dan Gubernur menugaskan BKPRD untuk malakukan

penilaian kelengkapan dokumen dan evaluasi substansi dan tetap berkoordinasi

dengan BIG mengejai Peta. Hasil evaluasi dijadikan bahan untuk penyesuaian materi

teknis oleh Tim Teknis Kabupaten namun sampai pada akhir tahun 2014, penyesuain

belum dapat memenuhi standar kelayakan karena itu, BKPRD belum dapat

merekomendasikan kepada Gubernur untuk dikeluarkannya persetujuan substansi dan

akan dilanjutkan kembali di tahun 2015.

Proses yang dilalui hingga akhir tahun 2014 dapat dilihat pada bagan alir sebagai

berikut:

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 4 - 13

Pengajuan Permohonan Persetujuan Substansi Raperda oleh Bupati kepada Gubernur dengan melampirkan dokumen kelengkapan

Pemeriksaan Kelengkapan Substansi oleh BKPRD Propinsi

Pemaparan Substansi Raperda oleh Tim Teknis Kabupaten Evaluasi Substansi Teknis Raperda oleh BKPRD Propinsi

Penyesuaian Substansi Teknis Raperda oleh Tim Teknis Kabupaten

Pemeriksaan Hasil Penyesuaian oleh Tim Teknis dengan Evaluasi Substansi Teknis Raperda oleh BKPRD Propinsi

Pemaparan Hasil Penyesuaian Substansi Raperda oleh Tim Teknis Kabupaten

Hasil Evaluasi Substansi Teknis Raperda oleh BKPRD Propinsi = Belum memenuhi kelayakan substansi dan agar diperbaiki sesuai hasil evaluasi

BUPATI/ TIM TEKNIS PENYUSUNAN GUBERNUR/ BKPRD PROPINSI

Gambar 4-5. Bagan Alir Proses Penetapan Raperda RDTR Kota Simpang Ampek

Juni 2014

Juli 2014

Juli 2014

Agustus 2014

November 2014

Desember 2014

September s/d Oktober 2014

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 1

BAB 5 REVIEW RDTR

KOTA SIMPANG AMPEK

5.1 REVIEW TERHADAP PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RDTR

5.1.1. Review Terhadap Proses Penyusunan RDTR

Dalam mengevaluasi proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini, acuan yang

digunakan adalah Permen PU No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan

RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/ Kota. Dalam lingkup pembahasan ini,

komponen yang akan dievaluasi adalah tahap penyusunan, jangka waktu penyusunan,

sumber daya penyusunan, peran BKPRD, Peran Stakeholder dan Tim Teknis, dan

Pelibatan Peran serta masyarakat dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek.

a. Tahapan Penyusunan

Proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek telah mencakup seluruh tahap

kegiatan berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun 2011. Hanya saja pada sub bagian

tahap pengumpulan data, ada satu tahap yang tidak dilalui yaitu tahap penjaringan

aspirasi masyarakat. Hal ini tentu sangat berpengaruh sekali terhadap kualitas data

yang dikumpulkan oleh penyedia jasa dengan arti kata, masyarakat tidak dilibatkan

dalam proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini.

Pada tahapan tertentu, dilakukan pemaparan oleh pihak penyedia jasa yaitu CV. Poly

Arsitektur kepada Stakeholder yang dalam hal ini dilakukan presentasi sebanyak 3 kali

yaitu pada pendahuluan, antara dan akhir. Presentasi tersebut dilakukan dengan

mengundang seluruh stakeholder terkait, SKPD, BKPRD dan DPRD. Namun

sayangnya, sebagian besar yang hadir bukan yang berkompeten apalagi yang

mempunyai kapasitas dan kapabilitas dalam memberikan koreksi, masukan dan kritikan

terhadap RDTR yang disusun. Masyarakat pun tidak dilibatkan dalam acara presentasi

tersebut sehingga, kualitas RDTR yang disusun tersebut hanya mengandalkan kualitas

sumber daya tenaga ahli dari CV. Poly Arsitektur.

Dalam mengevaluasi proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek, tentu harus

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 2

punya acuan / aturan yang dalam hal ini adalah berdasarkan Permen PU No. 20 Tahun

2011. Hasil evaluasi menunjukkan dari 11 poin kategori, 10 dilaksanakan dan hanya 1

yang tidak. Jika dipersentasekan maka penilaiannya adalah 90,9 % telah sesuai.

Tabel 5-1. Evaluasi Tahapan Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

No

Tahapan Penyusunan RDTR Berdasarkan

Permen PU No. 20 Tahun 2011

Kesesuai Tahapan Pelaksanaan dalam

Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

Ya/ Tidak Penjelasan

1 Pra persiapan penyusunan RDTR

1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;

2) Penentuan metodologi yang digunakan; dan

3) Penganggaran kegiatan penyusunan RDTR.

Ya

Ya

Ya

Dilakukan di tahun 2011 pada saat

penyusunan APBD Kab. Pasaman Barat

Tahun 2012

2 Persiapan penyusunan RDTR

1) Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman

terhadap KAK/TOR penyiapan anggaran biaya;

2) Kajian awal data sekunder, kajian awal RTRW

kabupaten/kota dan kebijakan lainnya;

penyusunan metodologi/metode dan teknik

analisis rinci, serta penyiapan rencana survei

Ya

Ya

Dilakukan oleh CV. Poly Arsitektur

dengan tenaga ahli dan pendukung yang

dimilikinya

KOORDINASI DAN PEMAPARAN LAPORAN PENDAHULUAN OLEH CV. POLY ARSITEKTUR KEPADA STAKEHOLDER

3 Pengumpulan Data

1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat

dilaksanakan melalui penyebaran angket,

temu wicara, wawancara orang perorang, dan

lain sebagainya; dan/atau

2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi

BWP secara langsung melalui kunjungan ke

semua bagian dari wilayah kabupaten/kota.

Tidak

Ya

- CV. Poly Arsitektur tidak melakukan

penjaringan aspirasi masyarakat.

- Data yang dikumpulkan hanya data

primer saja

- Pengenalan kondisi fisik dan sosial

ekonomi BWP hanya dilakukan 1 hari

saja dengan mengunjungi Kota

Simpang Ampek saja

4 Pengolahan dan Analisis Data

1) Analisis karakteristik wilayah

2) Analisis potensi dan masalah pengembangan

BWP

3) Analisis kualitas kinerja kawasan dan

lingkungan

Ya Analisis dilakukan oleh tenaga ahli

transportasi, ahli ekonomi perkotaan,

ahli geodesi / pemetaan, ahli teknik

lingkungan, ahli teknik arsitektur dan ahli

sosial budaya dan ahli teknik

perencanaan wilayah dan kota

5 Perumusan Konsep RDTR

1) Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan

strategi pengembangan wilayah Kabupaten /

kota; dan

2) Konsep pengembangan wilayah kabupaten /

kota.

Ya

Ya

Perumusan konsep dilakukan oleh tenaga

ahli transportasi, ahli ekonomi

perkotaan, ahli geodesi / pemetaan, ahli

teknik lingkungan, ahli teknik arsitektur

dan ahli sosial budaya dan ahli teknik

perencanaan wilayah dan kota

KOORDINASI DAN PEMAPARAN LAPORAN ANTARA OLEH CV. POLY ARSITEKTUR KEPADA STAKEHOLDER

6 Penyusunan Naskah Akademik/ Muatan RDTR

Ya dilakukan oleh tenaga ahli transportasi,

ahli ekonomi perkotaan, ahli geodesi/

pemetaan, ahli teknik lingkungan, ahli

teknik arsitektur dan ahli sosial budaya

dan ahli teknik perencanaan wilayah kota

KOORDINAS DAN PEMAPARAN LAPORAN AKHIR OLEH CV. POLY ARSITEKTUR KEPADA STAKEHOLDER

7 Penyusunan Naskah Ranperda

Ya Dilakukan oleh CV. Poly Arsitektur

PENYERAHAN DRAFT RAPERDA OLEH CV. POLY ARSITEKTUR KEPADA PPTK

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 3

b. Jangka Waktu Penyusunan

Perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan RDTR mengacu pada Lampiran

Permen PU No. 20 Tahun 2011 adalah 10 s.d.13 bulan. Namun dalam pelaksanaannya,

Penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek hanya dilakukan dalam waktu 4 bulan. Pada

tabel berikut akan disandingkan jangka waktu penyusunan RDTR antara Permen PU

No. 20 Tahun 2011 dengan realita pelaksanaan di Kab. Pasaman Barat.

Tabel. 5-2. Evaluasi Jangka Waktu Penysunan RDTR Kota Simpang Empat

No

Tahapan Proses Penyusunan RDTR

Waktu Penyusunan

Dilaksa-

nakan/

tidak

Berdasarkan

Permen PU

No. 20 /2011

Realisasi

1 Pra persiapan penyusunan RDTR

1) Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)/TOR;

2) Penentuan metodologi yang digunakan; dan

3) Penganggaran kegiatan penyusunan RDTR.

Ya

Ya

Ya

Tidak dijelaskan

Tidak jelas

2 Persiapan penyusunan RDTR

1) Persiapan awal, yaitu upaya pemahaman terhadap

KAK/TOR penyiapan anggaran biaya;

2) Kajian awal data sekunder, yaitu review RDTR

sebelumnya dan kajian awal RTRW

kabupaten/kota dan kebijakan lainnya; Persiapan

teknis pelaksanaan meliputi penyusunan

metodologi/metode dan teknik analisis rinci, serta

penyiapan rencana survei

Ya

Ya

1 Bulan

½ Bulan

3 Pengumpulan Data

1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat

dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu

wicara, wawancara orang perorang, dan lain

sebagainya; dan/atau

2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP

secara langsung melalui kunjungan ke bagian

wilayah kota.

Tidak

Ya

2-3 Bulan

1 Bulan

4 Pengolahan dan Analisis Data

1) Analisis karakteristik wilayah

2) Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP

3) Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan

Ya

Ya

Ya

2-3 Bulan

1 Bulan

5 Perumusan Konsep RDTR

1) Rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi

pengembangan wilayah Kabupaten/kota; dan

2) Konsep pengembangan wilayah kabupaten/kota.

Ya

Ya

Ya

Ya

2-3 Bulan

1 Bulan

6 Penyusunan Naskah Akademik Ya 2 Bulan ½ Bulan

7 Penyusunan Naskah Ranperda Ya 1 Bulan

Total Waktu 10-13 Bulan 4 Bulan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa waktu penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

disusun dalam jangka waktu 4 bulan, kurang dari 50 % dari alokasi waktu penyusunan

pada Permen PU No. 20 Tahun 2011. Hal ini memberikan gambaran bahwa proses

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 4

penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek dilakukan dengan sangat tergesa-gesa

sehingga sangat wajar apabila output yang dihasilkan jauh dari sempurna. Beberapa

tahapan yang mestinya dilaksanakan, itu tidak dapat dilaksanakan dan melompat

kepada tahapan selanjutnya. Contohnya dapat dilihat pada tahap pengumpulan data,

pengolahan dan analisis data sampai perumusan konsep, semuanya membutuhkan

waktu 6-8 bulan namun yang terjadi pada penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek

hanya memakan waktu selama 3 bulan.

c. Sumber Daya Penyusunan RDTR

Unsur yang tak kalah pentingnya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang adalah

sumber daya penyusun terkait kualitas dan kapabilitasnya. Sebagaimana yang sudah

disampaikan bahwa untuk penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek dilaksanakan oleh

Pihak Ketiga yaitu CV. Poly Arsitektur dengan komposisi tenaga ahli sebagai berikut:

Tabel 5-3. Perbandingan Komposisi Tenaga Ahli Konsultan dengan yang dipersyaratkan

CV. Poly Arsitektur Lampiran Permen PU No. 20 Tahun 2011

1. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota

2. Ahli Transportasi

3. Ahli Ekonomi Perkotaan

4. Ahli Geodesi/Pemetaan

5. Ahli Teknik Arsitektur

6. Ahli Teknik Lingkungan

7. Ahli Sosial Budaya

1. Team leader/ Ahli perencanaan kota dan ahli

ekonomi wilayah

2. Arsitek

3. Perancang kota

4. Ahli ekonomi wilayah

5. Ahli kependudukan

6. Ahli prasarana

7. Ahli kelembagaan

Sumber : Laporan Pendahuluan CV. Poly Arsitektur

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada dasarnya tenaga ahli yang terlibat

dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek cukup untuk melakukan kegiatan

penyusunan RDTR. Yang kurang hanya tenaga ahli perancang kota. Namun jumlah ahli

yang terlibat tidak menjamin hasil penyusunan RDTR bernilai baik, karena yang

terpenting adalah kualitas dan kapabalitas dari ahli-ahli tersebut. Jangan sampai tenaga

ahlinya hanya pinjam pakai nama orang saja namun dikerjakan oleh orang-orang yang

tidak bertanggung jawab, seperti yang marak terjadi dalam penyusunan rencana tata

ruang di Indonesia. Sering terjadi dalam penyusunan rencana tata ruang, dilakukan oleh

orang-orang yang kurang berpengalaman, sehingga kualitas hasil rencana yang

dihasilkan rendah.

Yang terjadi dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek, berdasarkan informasi

yang diperoleh dari PPTK kegiatan Penyusunan RDTR ini, dari 7 orang ahli yang

terlibat, pada saat koordinasi dan penyampaian laporan hanya 3 orang ahli yang

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 5

datang, yaitu ahli perencanaan wilayah dan kota (sebagai team leader), ahli teknik

arsitektur dan ahli teknik lingkungan, sedangkan sisanya tidak pernah menampakkan

diri sehingga diragukan akan keberadaannya, diduga hanya pinjam pakai nama saja.

Belum lagi ditinjau tentang kepemilikan sertifikat sebagai ahli perencana yang juga bisa

menunjukkan kompetensi dan kualitas dari tenaga ahli. Secara umum dapat

disimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam penyusunan

RDTR Kota Simpang Ampek adalah sangat rendah.

d. Peran SKPD dan Kelembagaan dalam Penyusunan RDTR

Stakeholder yang terlibat dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek ini adalah :

1. SKPD terkait

Keseriusan SKPD dalam proses penyusunan RDTR ini dinilai sangat rendah. Hal

ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman para

Kepala SKPD terkait tentang arti dan pentingnya penyusunan RDTR ini untuk

menyukseskan program kerja SKPD terkait. Ketidakseriusan SKPD terkait ini dapat

terlihat dari penunjukan staf SKPD terkait yang ditugaskan untuk menghadiri rapat

koordinasi mengenai penyusunan RDTR ini adalah pegawai yang tidak mengerti

sama sekali dengan ilmu perencanaan apalagi yang berkaitan dengan ilmu peta.

Pada saat-saat yang membutuhkan kehadiran Kepala SKPD untuk memutuskan

sesuatu yang menurut sifat dan levelnya harus diputuskan oleh top management,

mereka juga tidak ikut menghadirinya. Lalu ketika terjadi persoalan tata ruang yang

yang berhubungan dengan SKPD, mereka cenderung lepas tangan dan tidak mau

bekerja sama untuk menyelesaikannya.

2. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)

Sesuai dengan Permendagri No. 590 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penataan

Ruang, mengatakan bahwa BKPRD merupakan wadah koordinasi penataan ruang

(perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian) yang ditingkat kabupaten kota

dibentuk berdasarkan SK Kepala Daerah. Pada Kabupaten Pasaman Barat,

BKPRD telah terbentuk namun dalam penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek,

BKPRD tidak menjalankan peran dan tugasnya selaku lembaga penataan ruang di

daerah, khususnya dalam menjalankan peran dan tugas tersebut pada tingkat

perencanaan tata ruang dengan skala perencanaan RDTR melalui mekanisme

koordinasi. terhadap seluruh pemangku kepentingan agar tercipta sinergitas dalam

mewujudkan tujuan penataan ruang.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 6

e. Pelibatan Peran Masyarakat dalam Penyusunan RDTR

Sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU No. 26 Tahun 2007 Pada pasal 65,

Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran

masyarakat. Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud,

dilakukan antara lain melalui partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang. Hal ini

lebih lanjut telah diatur dalam PP N0. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

Peran masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang karena

pada akhirnya hasil penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan

masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terwujudnya ruang

wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Peran masyarakat dapat dilakukan oleh orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah

lain dalam penataan ruang. Pemangku kepentingan non pemerintah lain dapat mewakili

kepentingan individu, kelompok orang, sektor, dan/atau profesi. Masyarakat yang

dimaksud dalam hal ini adalah yang terkena dampak langsung dari kegiatan penataan

ruang, yang memiliki keahlian di bidang penataan ruang, dan/atau yang kegiatan

pokoknya di bidang penataan ruang. Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata

ruang berupa masukan mengenai :

1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;

4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

5. penetapan rencana tata ruang.

Dalam pelibatan masyarakat ini bisa juga dengan cara penjaringan aspirasi masyarakat

yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket, temu wicara, wawancara orang

perorang yang dilakukan pada tahap pengumpulan data. Namun dalam penyusunan

RDTR Kota Simpang Empat, dari awal persiapan sampai tahap proses penetapan

raperda, tidak pernah dan tidak ada melibatkan peran serta masyarakat sebagaimana

yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007. Dengan demikian,

masyarakat tidak mengetahui adanya proses penyusunan RDTR, meskipun RDTR Kota

Simpang Ampek yang telah disusun tersebut belum ditetapkan menjadi Peraturan

Daerah. Ini adalah salah satu kelemahan Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat dalam

hal penataan ruang.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 7

5.1.2. Review terhadap Proses Penetapan RDTR

Proses penetapan RDTR Kota Simpang Ampek menjadi Peraturan Daerah yang telah

dilaksanakan oleh Pemda Kabupaten Pasaman Barat selama 6 Bulan, sampai saat ini

belum membuahkan hasil dengan mendapatkan persetujuan substansi dari Gubernur

Propinsi Sumatera Barat. Terhadap keadaan ini dapat dilakukan evaluasi terhadapnya

sebagai berikut.

Dengan telah diberikannya kewenangan kepada Gubernur untuk memberikan

persetujuan substansi terhadap RDTR Kabupaten/kota, semestinya dapat menjadi

solusi bagi permasalahan yang selama ini terjadi khususnya masalah waktu dan jarak

untuk berkonsultasi ke Kementerian PU dalam rangka mendapatkan Persetujuan

Substansi, sehingga diharapkan dapat terjadi percepatan dalam penetapan RDTR

Kabupaten/kota. Namun yang terjadi pada RDTR Simpang Empat justru sebaliknya,

sejak selesainya penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek Tahun 2012 hingga

sekarang belum ditetapkan menjadi Perda. Dengan keterbatasan data dan informasi

berikut beberapa evaluasi singkat terhadap kondisi tersebut dengan hasil:

a. Kualitas dan Kapabilitas dari Tim Teknis

Yang berperan penting dalam penetapan RDTR Kota Simpang Ampek ini adalah Tim

Teknis yang di-SK-kan oleh Bupati Pasaman Barat yang terdiri dari unsur SKPD

Bappeda, Dinas PU dan Badan Lingkungan Hidup. Personil yang menjadi tim teknis

sebagian besar adalah staf yang tidak mempunyai kapasitas dan kapabalitas dalam hal

penyusunan RDTR, sehingga setiap rapat dan pertemuan yang diadakan untuk

pembahasan RDTR tersebut, Anggota Tim Teknis lebih banyak hanya sekedar

menghadiri dan menandatangani absensi kehadiran, tanpa mampu untuk memberikan

masukan dan kritik terhadap perencanaan yang sedang dibahas dan dipaparkan. Latar

belakang keilmuan dan riwayat pekerjaan yang tidak berhubungan dengan ilmu

perencanaan atau ilmu teknis terkait lainnya, menyebabkan personil tim teknis tidak

mengerti dan paham tentang Peta. Hal ini tergambar dari hasil evaluasi yang dilakukan

oleh BKPRD Propinsi terhadap materi teknis, banyak mengenai kesalahan yang

berhubungan dengan peta.

b. Kualitas SDM tenaga pendamping bantuan teknis penetapan Ranperda RDTR

Kualitas SDM tenaga pendamping bantuan teknis penetapan Ranperda RDTR yang

disediakan oleh Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman Propinsi

Sumatera Barat ini belum bisa bekerja maksimal dan mencapai target yang telah

ditetapkan untuk menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dibuktikan dengan

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 8

gagalnya Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2014 dalam mendapatkan persetujuan

Gubernur Sumatera Barat sebagai salah satu syarat untuk penetapan Ranperda RDTR

ini. Proses rekruitmen dan penyiapan SDM yang akan ditunjuk menjadi pendamping ini

tentu perlu untuk dikaji ulang agar tidak terjadi lagi kegagalan-kegagalan dimasa yang

akan datang. Dengan pembiayaan yang telah disediakan belum mampu memenuhi

target yang diinginkan. Sehingga di tahun 2015 kembali dianggarkan dan ini termasuk

dalam salah satu pemborosan uang negara.

c. Keterlibatan BKPRD

Dalam proses penetapan RDTR ini tidak terlihat peran dan keterlibatan aktif BKPRD

Kabupaten Pasaman Barat. Padahal mestinya dalam pelaksanaan penataan ruang

yang merupakan suatu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang, penyusunan RDTR ini akan sangat menentukan

sekali dalam memberikan pedoman dalam langkah-langkah operasional untuk

pelaksanaan tugas bagi BKPRD. Terutama sekali dengan hal-hal yang terkait dengan

masalah perizinan pemanfaatan ruang yang akan diberikan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

5.2 REVIEW MUATAN SUBSTANSI RDTR

5.2.1. Analisis Kesesuaian Muatan RDTR Kota Simpang Ampek dengan Pedoman

Penyusunan RDTR

Dalam melakukan analisis kesesuaian muatan RDTR Kota Simpang Ampek ini,

digunakan metode pembobotan. Metode ini dimaksudkan untuk mengukur berapa

presentase kesesuaian muatan RTDR Kota Simpang Ampek terhadap Permen PU No

20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang. Hasil

pembobotan dapat dilihat pada tabel berikut.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 9

Tabel 5-4. Hasil Analisis Kesesuaian Muatan RDTR Kota Simpang Ampek Berdasarkan Pedoman Penyusunan

CAKUPAN MINIMAL DAN RINCIAN ISI MATERI TEKNIS RDTR BERDASARKAN PERMEN PU NO 20/PRT/M/2011

Nilai

Faktor Kepentingan ADA Belum

Ada Evaluasi

Bobot skor (%) Sesuai Perlu

Penyesuaian

BAB I PENDAHULUAN 4 8

1.1 Dasar Hukum Penyusunan RDTR 1 1 0 0

1.2 Tinjauan terhadap RTRW Kab / Kota 1 1 0 0

1.3 Tinjauan terhadap Kebijakan dan Strategi RTRW Kab / Kota

1 1 0 0

1.4 Tujuan RDTR 1 1 0 0

BAB II KETENTUAN UMUM 5 9

2.1 Istilah dan Definisi 1 1 0 0

2.2 Kedudukan RDTR dan PZ 1 1 0 0

2.3 Fungsi dan Manfaat RDTR dan PZ 1 1 0 0

2.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR dan PZ

1 0 1 0 belum tergambarnya gambaran BWP secara umum dan batasan BWP secara administrasi

2.5 Masa Berlaku RDTR 1 1 0 0

BAB III TUJUAN PENATAAN BWP 2 4

3.1 Konsep dan strategi penataan ruang kawasan 1 0 1 0 isu strategis, potensi dan masalah penataan ruang belum sesuai dengan RTRW

3.2 Tujuan penataan BWP (menunjukkan tema kawasan yang direncanakan)

1 1 0 0

BAB IV RENCANA POLA RUANG 14 26

4.1 Klasifikasi Zona 1 1 0 0

4.2 Pembagian Sub BWP dan Blok 1 1 0 0

4.3 Rencana Pola Ruang

4.3.1. Zona Lindung

1. Zona Hutan Lindung (HL) 0 0 0 0 dalam RTRW Kabupaten Pasaman Barat disebutkan Kecamatan Pasaman dan Luhak Nan Duo memiliki HL. Pada hal kenyataan dilapangan tidak ada HL

2. Zona Perlindungan thd Kawasan Bawahannya (PB)

1 0 0 1 dalam RTRW Kabupaten Pasaman Barat disebutkan Kecamatan Pasaman dan Luhak Nan Duo terdapat lahan gambut dan resapan air dan belum diakomodir dalam RDTR

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 10

CAKUPAN MINIMAL DAN RINCIAN ISI MATERI TEKNIS RDTR BERDASARKAN PERMEN PU NO 20/PRT/M/2011

Nilai

Faktor Kepentingan ADA Belum

Ada Evaluasi

Bobot skor (%) Sesuai Perlu

Penyesuaian

3 .Zona Perlindungan Setempat (PS) 1 0 1 0 perlu didetailkan PS yang dimaksud, PS2 atau PS4, belum adanya nama sungai dan lebar/panjangnya sesuai ketentuan/peraturan.

4. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH) 1 0 1 0 RTH perlu didetailkan berdasarkan pusat-pusat pelayanan sesuai hierarki taman, sertakan pula luas dan lokasinya secara administratif

5. Zona Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC) 0 0 0 0

6. Zona Rawan Bencana (RB) 1 0 0 1 dalam RTRW Kabupaten Pasaman Barat Kecamatan Pasaman dan Luhak Nan Duo termasuk kawasan rawan/potensial mengalami longsor dengan kategori tanah : erosi tingkat tinggi, dan teridentifikasi sebagai kawasan rawan banjir serta termasuk zona rentan gerakan tanah. Kecamatan Luhak Nan Duo juga termasuk kawasan rawan tsunami tingkat tinggi

7. Zona Lindung Lainnya 0 0 0 0

4.3.2. Pengembangan Zona Budidaya

1. Zona Perumahan (R) 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

2. Zona Perdagangan dan Jasa (K) 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

3. Zona Perkantoran (KT) 1 0 0 1 Zona perkantoran swasta belum diakomodasi dalam Peraturan Zonasi

4. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) 1 0 1 0 - jenis SPU belum didetailkan, demikian pula luasan dan lokasinya. - Sarana sosial-budaya belum diakomodir dalam RDTR

5. Zona Industri (I) 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

6. Zona Peruntukan Khusus (KH) 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

7. Zona Peruntukan Lainnya (PL) 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

8. Zona Campuran 1 0 1 0 lokasi belum ditampilkan secara administratif

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 11

CAKUPAN MINIMAL DAN RINCIAN ISI MATERI TEKNIS RDTR BERDASARKAN PERMEN PU NO 20/PRT/M/2011

Nilai

Faktor Kepentingan ADA Belum

Ada Evaluasi

Bobot skor (%) Sesuai Perlu

Penyesuaian

BAB V RENCANA JARINGAN PRASARANA 8 15

5.1 Pengembangan Jaringan Pergerakan 1 0 1 0 jaringan jalan masuk dan keluar terminal belum terakomodir dan juga informasi jalur penerbangan

5.2 Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan 1 0 1 0 jaringan distribusi primer belum terakomodir (SUTUT, SUTET dan SUTT).

5.3 Pengembangan Jaringan Telekomunikasi 1 0 1 0 lokasi dan jenis rencana pengembangan jaringan telekomunikasi belum disebutkan

5.4 Pengembangan Jaringan Air Minum 1 0 1 0 rencana sistem penyediaan air minum, bangunan pengambil air baku, pipa transmisi dan instalasi produksi, pipa unit distribusi, bangunan penunjang dan pelengkap serta bak penampung belum dilengkapi

5.5 Pengembangan Jaringan Drainase 1 1 0 0 rencana sistem jaringan drainase seperti tergambar dalam Peta Rencana Jaringan Drainase perlu dinarasikan

5.6 Pengembangan Jaringan Air Limbah 1 1 0 0 IPLT : instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, BUKAN Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu

5.7 Pengembangan Persampahan 1 0 1 0 - cakupan layanan Tahun 2032 perlu disebutkan - sistem pengelolaan persampahan belum lengkap

5.8 Pengembangan Prasarana lainnya 1 0 0 1 rencana jalur evakuasi SANGAT PENTING, dan belum diakomodir.

BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA

4 8

6.1. Dasar dan Kriteria Penetapan Sub BWP / Blok yang Diprioritaskan Penanganannya

1 1 0 0

6.2. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya

1 1 0 0

6.3. Tema Penanganan Sub BWP Prioritas 1 1 0 0

6.4. Penanganan Sub BWP Prioritas 1 1 0 0

BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG 7 13

7.1. Indikasi Program (Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang)

1 0 1 0 program perwujudan rencana pola ruang terkait zona Rawan Bencana (RB) belum jelas

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 12

CAKUPAN MINIMAL DAN RINCIAN ISI MATERI TEKNIS RDTR BERDASARKAN PERMEN PU NO 20/PRT/M/2011

Nilai

Faktor Kepentingan ADA Belum

Ada Evaluasi

Bobot skor (%) Sesuai Perlu

Penyesuaian

7.2. a. Indikasi Program Sub BWP yang diproritaskan 1 1 0 0

b. Lokasi 1 0 1 0 perlu detail lokasi secara administratif

c. Besaran 1 0 0 1 belum dicantumkan besarannya

d. Sumber Pendanaan 1 1 0 0

e. Instansi Pelaksana 1 1 0 0

f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan 1 1 0 0

BAB VIII PERATURAN ZONASI 9 17

8.1. Materi Wajib/Teks Zonasi (Zoning Text)

8.1.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan (Zoning teks dan matrik ITBX)

1 0 1 0 perlu penyesuaian antara bab 4, zoning teks dan matriks ITBX

8.1.2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang 1 1 0 0

8.1.3 Ketentuan Tata Bangunan 1 1 0 0

8.1.4 Ketentuan Sarana dan Prasarana Minimal 1 1 0 0

8.1.5 Ketentuan Pelaksanaan 1 1 0 0

8.2 Materi Opsional

8.2.1 Ketentuan Tambahan 1 1 0 0

8.2.2 Ketentuan Khusus 1 1 0 0

8.2.3 Ketentuan Standar Teknis 1 1 0 0

8.2.4 Ketentuan Pengaturan Zonasi 1 0 0 1 belum diakomodir dalam rangka fleksibilitas penerapan PZ Dasar serta memberikan alternatif penanganan pada lokasi tertentu

JUMLAH 53 53 100 28 19 6 53

52.83 35.85 11.32 100

88.68 11.32

Sumber: Hasil Analisis, 2015

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 13

Berdasarkan tabel analisis kesesuaian muatan RDTR tersebut dapat dilihat pada hasil

perbandingan menunjukkan bahwa:

1. Dari aspek muatan, 88,68% sudah terakomodir dalam Dokumen RDTR, terdiri

dari 52,83 % telah sesuai dan 335,85% masih perlu penyesuaian, baik terhadap

peraturan perundangan terkait RDTR, cakupan minimal materi teknis maupun

RTRW Kabupaten Pasaman Barat.

2. Sebanyak 11,32% muatan yang belum terakomodir dalam RDTR BWP Simpang

Ampek, antara lain Zona Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya (PB),

Zona Rawan Bencana (RB), Pengembangan Prasarana Lainnya yakni Jalur

Evakuasi, Besaran Perkiraan Jumlah satuan masing-masing Usulan Program

Prioritas dalam Matriks Indikasi Program, serta Ketentuan Pengaturan Zonasi.

5.2.2. Analisis Kesesuaian RDTR Kota Simpang Ampek dengan RTRW Kabupaten

Pasaman Barat

RDTR sebagai rencana rinci yang berfungsi sebagai kendali mutu pemanfaatan ruang

wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW; sebagai acuan bagi kegiatan pemanfaatan

ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW; dan

sebagai acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang. Sehingga perlu adanya

penyesuaian antara muatan dalam RDTR dengan RTRW, karena secara hirarki, RDTR

merupakan rencana rinci dari RTRW. Yang penting dalam hal ini adalah jangan sampai

RDTR yang disusun tidak berpedoman RTRW atau bahkan bertolak belakang dengan

RTRW. Untuk RDTR Kota Simpang Ampek, secara substansi tidak ada yang yang

bertentangan dengan RTRW, hanya saja terdapat kekurang-sesuaian/ketidak-sinkronan

antara pola ruang dan struktur ruang sebagai berikut :

a. Ketidak-sinkronan Dalam Rencana Pola

1. Dalam RTRW dinyatakan bahwa Rencana Kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap kawasan bawahannya ada dua yaitu kawasan hulu sungai

dan lahan gambut yang salah satunya terdapat di kecamatan pasaman dan

Kecamatan Luhak Nan Duo (termasuk BWP Simpang Ampek). Namun dalam

penyusunan Rencana Pola Ruang di Kota Simpang Ampek pada dokumen RDTR

tidak menetapkan wilayah tersebut sebagai Zona Perlindungan terhadap

Kawasan Bawahannya sebagaimana yang telah tertuang dalam RTRW Kab.

Pasaman Barat.

2. Dalam RTRW dinyatakan bahwa Kecamatan Pasaman dan Luhak Nan Duo

termasuk kawasan rawan / potensial mengalami longsor dengan kategori tanah

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 14

erosi tingkat tinggi, dan teridentifikasi sebagai kawasan rawan banjir serta

termasuk zona rentan gerakan tanah. Kecamatan Luhak Nan Duo juga termasuk

kawasan rawan tsunami tingkat tinggi, sementara wilayah kecamatan Luhak Nan

Duo yang dimaksud merupakan BWP Simpang Ampek. Namun dalam

penyusunan Rencana Pola Ruang di Kota Simpang Ampek, dalam RDTR tidak

menetapkan wilayah tersebut sebagai Zona Rawan Bencana.

3. Dalam RTRW telah memuat rencana pola ruang untuk kawasan rawan bencana

dimana salah satunya termasuk BWP Simpang Ampek namun dalam Rencana

pengembangan prasarana lainnya untuk jalur evakuasi tidak ada. Seharusnya

rencana penanganan untuk kawasan rawan bencana yang ada di RTRW

dijabarkan dalam RDTR.

b. Ketidak-sinkronan Dalam Rencana Struktur Ruang .

1. Dalam RTRW telah dimuat rencana jaringan jalan dan rencana pembagnunan

terminal yang berlokasi di BWK Simpang Ampek. Namun dalam Rencana

Jaringan Prasarana sub Pengembangan Jaringan Pergerakan tidak

mengakomodir rencana jaringan jalan untuk keluar masuk terminal sebagaimana

rencana terminal yang telah tertuang di dalam RTRW. Sehingga disini dapat

dilihat bahwa penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek masih ada yang belum

berpedoman pada RTRW yang telah disusun.

2. Dalam rencana pengembangan jaringan energi / kelistrikan yang tertuang dalam

RDTR Kota Simpang Ampek hanya memuat perkiraan kebutuhan listrik di

kawasan perencanaan pada tahun perencanaan untuk kegiatan rumah tangga

dan kegiatan lainnya (kecuali industri/pergudangan) dan memuat standar

pembangunan gardu listrik. Tidak memuat rencana pengembangan jaringan

energi / kelistrikan. Padahal di dalam RTRW Kabupaten dan RTRW Propinsi telah

merencanakan bahwa pengembangan kelistrikan di Pasaman Barat diantaranya

adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di kecamatan Sungai Beremas

dan Pasaman (BWP Simpang Ampek); dan Rencana Jaringan prasarana energi

yang akan di kembangkan di Kabupaten Pasaman Barat, yaitu jaringan transmisi

tenaga listrik yang meliputi Gardu Induk terdapat di Air Bangis dan Simpang

Empat dan Jaringan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi (SUTET) yang

menghubungkan dari kecamatan Kinali, Luhak nan Duo, Pasaman, Gunung

Tuleh, Sungai aur, Lembah Melintang, Koto Balingka, dan Ranah batahan.

3. Sama halnya dengan Rencana Pengembangan jaringan energi / kelistrikan,

Dalam Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi juga hanya

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 15

menampilkan standar saja yaitu standar / kriteria pembangunan menara

telekomunikasi tidak memuat bagaimana rencana pengembangan jaringan

telekomunikasi di BWP Simpang Ampek padahal di dalam RTRW telah memuat

Rencana sistem jaringan telekomunikasi yang akan dikembangkan di Kabupaten

Pasaman Barat meliputi BWK Simpang Ampek.

5.3 REVIEW TERHADAP IMPLEMENTASI RDTR

5.3.1. Operasional/Implementasi RDTR Kota Simpang Ampek

Sehubungan dengan belum ditetapkannya RDTR Kota Simpang Ampek menjadi

Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat, maka secara nyata belum dapat

dioperasionalkan sebagai alat kendali mutu pemanfaatan ruang maupun acuan bagi

penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan acuan dalam penyusunan RTBL. Namun

secara implisit, RDTR Kota Simpang Ampek telah dioperasionalkan dalam bentuk :

1. Dijadikan acuan dalam penyusunan RTBL yang berada di RDTR BWK Simpang

Ampek yaitu RTBL Koridor Jalan Pertanian dan Master Plan Kawasan Pusat

Perdagangan Simpang Ampek. RTBL dan Masterplan disusun tahun 2013

sebelum RDTR di tetapkan bahkan sebelum mendapatkan persetujuan substansi,

hal ini tentu jadi perhatian, apakah RDTR Kota Simpang Ampek telah bisa

dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan rencana dibawahnya meskipun

belum di perdakan atau belum mendapat persetujuan substansi yang mana ada

kemungkinan untuk dilakukannya perubahan terhadap RDTR tersebut jika hasil

evaluasi dalam rangka permintaan persetujuan substandi mengatakan perlu

penyesuaian atau bahkan tidak layak untuk di-perdakan.

2. Pemberitahuan kepada pemohon yang mengurus izin pemanfaatan ruang, secara

lisan, juga kepada seluruh SKPD melalui rapat koordinasi tentang ketentuan

pemanfaatan ruang yang tertuang di dalam RDTR agar para pihak terkait

mengetahui ketentuan pemanfaatan ruang yang telah disusun sehingga tidak

terjadi ketidak sesuaian dalam pelaksanaan pemanfaatan ruangnya.

Berbicara mengenai implementasi rencana tata ruang, dapat diukur salah satunya

dengan menggunakan indikator penyimpangan penggunaan lahan. Penyimpangan

tersebut dapat dilihat dengan adanya bangunan perumahan, rumah tinggal, industri,

aktifitas ekonomi lainnya yang berada pada lokasi yang tidak sesuai dengan tata ruang

yang telah ditetapkan. Untuk mengkaji bagaimana implementasi dari RDTR Kota

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 16

Simpang Ampek hingga saat itu, tentu perlu dilakukan suatu kajian atau penelitian,

namun hal inipun menjadi kendala ketika RDTR itu sendiri belum mempunyai kekuatan

hukum sehingga implementasi yang merupakan penjabaran dari penegakan hukum

melalui peraturan daerah sulit dilaksanakan.

5.3.2. Relevansi RDTR terhadap Perkembangan Kota Simpang Ampek 2012-2015

Mengingat rentang waktu hampir 3 tahun sejak penyusunan RDTR Kota Simpang

Ampek yang belum di Perdakan, dan operasional / implementasi yang belum berjalan

sementara kota terus tumbuh dan berkembang seiring waktu, sudah bisa dipastikan

bahwa besar kemungkinan untuk pemanfaatan ruang kota sudah tidak sesuai lagi

dengan yang telah direncanakan dalam RDTR. Untuk itu perlu dikaji relevansinya

sebelum terlanjur ditetapkan menjadi Perda.

Untuk mengetahui relevansi suatu rencana dengan perkembangan kota, hal terpenting

yang dilakukan adalah mengidentifikasi perkembangan kota yang terjadi dalam kurun

waktu tertentu. Untuk Kota Simpang Ampek, perkembangan kota yang terjadi dalam

kurun waktu 2012-2015 adalah sebagai berikut :

1. Telah dibangun dan beroperasinya Bandara Perintis “Bandara Pusako Anak

Nagari” yang mengakibatkan terjadinya perubahan fungsi lahan disekitar lokasi

Bandara.

2. Berkembangnya pembangunan perumahan oleh developer sehingga terjadi

perubahan guna lahan menjadi kawasan permukiman dan berdampak pada

jaringan prasarana.

3. Perubahan wujud fisik lahan yang dulunya kosong menjadi pertokoan / fungsi

perdagangan dan jasa yang tidak mengikuti ketentuan zonasi

4. Telah dibukanya jalan akses antara dua lokasi kawasan perkantoran sepanjang 7

Km yang mengakibatkan terjadinya perubahan guna lahan disepanjang koridor

jalan tersebut.

5. Pengaruh kegiatan berskala regional yang berlokasi di Kota Simpang Ampek

seperti MTQ Tingkat Propinsi Sumatera Barat, Pekan Olah Raga Propinsi, serta

Jambore Tingkat Propinsi, yang berdampak pada pembangunan sarana dan

prasarana penunjang. Hal ini tentu terkait dengan ketentuan Ketentuan Kegiatan

dan Penggunaan Lahan (Zoning teks & matrik ITBX).

Berdasarkan kondisi perkembangan kota Simpang Ampek dalam kurun waktu yang

singkat, 3 tahun namun memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 17

wajah perkotaan, maka timbul pertanyaan, masih relevankah RDTR Kota Simpang

Ampek yang telah disusun pada tahun 2012 yang saat ini masih dalam proses

mendapatkan persetujuan substansi untuk diajukan dan ditetapkan sebagai peraturan

dareah Kabupaten Pasaman Barat. Untuk itu ada dua pilihan yang dapat dilakukan,

pertama adalah dengan melakukan kajian ulang / peninjauan kembali terhadap RDTR

dan melakukan revisi sebelum diajukan untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah dan

yang kedua adalah dengan tetap melanjutkan proses mendapatkan persetujuan

substansi dan penetapan menjadi peraturan daerah dan akan dilakukan Revisi setelah

ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

5.3.3. Perspektif RDTR Kota Simpang Ampek

Berbicara mengenai perspektif rencana tata ruang di Indonesia, tak terkecuali RDTR

Kota Simpang Ampek, tidak lepas dari dinamika perkembangan kota yang pada

umumnya dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu, faktor penduduk; faktor sosial ekonomi dan

faktor sosial budaya. Seiring dengan itu, Kota Simpang Ampek yang merupakan ibukota

kabupaten dalam 3 tahun terakhir mengalami perkembangan yang signifikan seperti

yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dengan dipicu oleh operasional Bandar

Udara dan sejumlah potensi lain yang dimiliki menyebabkan perubahan terhadap fisik

wilayah kota yang ditandai dengan bertambahnya lahan terbangun.

Bagaimana prespektif RDTR Kota Simpang Ampek kedepannya, tidak lepas dari hal-hal

sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas RDTR yang disusun mampu menjamin terwujudnya ruang

hidup berkualitas setidaknya pencapaian 20 th waktu perencanaan? Apakah

produk RDTR dapat digunakan sebagai acuan peningkatan Nilai Ruang pada

jangka panjang yang antisipatif terhadap minat investasi, bukan sebaliknya

dikendalikan oleh minat investasi?

2. Apakah proses yg dilakukan dalam penyusunan RDTR telah menggunakan

standarisasi data dan analisa yang cukup, telah mempertimbangkan kebutuhan

stakeholders sehingga RDTR betul menjadi produk kesepakatan yang siap

diimplementasikan?

3. Bagaimana kualitas pemahaman stakeholders terhadap produk RDTR yang telah

disusun dan disepakati dalam mendorong pengembangan wilayah/kawasan dan

dalam rangka perijinan pemanfaatan ruang?

4. Bagaimana kelembagaan penataan ruang mampu mengerakkan semua potensi

stakeholders, menjadi tempat akses perwujudan pembangunan ruang yang

dinamis, dan menjadi faktor penting dalam memaduserasikan prioritas program

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 5 - 18

pemerintah daerah swasta dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan

pembangunan wilayah/kawasan secara berkelanjutan?

5. Bagaimana upaya yang harus dilakukan agar stakeholders mematuhi RDTR yang

telah disepakati bersama? Bagaimana keakurasian RDTR yang dapat digunakan?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, bercermin kepada RDTR Kota Simpang

Ampek yang telah disusun, secara umum dapat disimpulkan bahwa dokumen RDTR

Kota Simpang Ampek tersebut masih belum dapat memenuhi perkembangan kota di 20

tahun mendatang, karena secara substansi masih memiliki cukup banyak kekurangan

dari segi kualitas, rencana tidak memperlihatkan orientasi pada kebutuhan ruang

kawasan hingga secara jangka panjang, serta absennya peran partisipasi masyarakat

dalam penyusunan rencana dapat menyebabkan rencana menjadi sulit

diimplementasikan pada tataran masyarakat.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 6 - 1

BAB 6 PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan review terhadap RDTR Kawasan Kota Simpang Ampek, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses penyusunan RDTR Kota Simpang Ampek tidak melibatkan seluruh

pemangku kepentingan secara proporsional dan transparan sehingga

menjadikan produk RDTR tidak mengakomodir terhadap aspirasi pemangku

kepentingan, khususnya masyarakat. Proses penyusunan yang relatif terburu-

buru (hanya 4 bulan) ditambah dengan SDM tenaga ahli yang kurang memadai

menyebabkan kualitas produk rencana menjadi kurang baik. Hal ini juga diduga

mengakibatkan proses penetapan Perda RDTR masih terhambat terkait

persetujuan substansi dari Gubernur di tingkat Provinsi.

2. Muatan substansi yang terdapat pada dokumen RDTR Kota Simpang Ampek,

sebagian besar sudah sesuai dengan cakupan muatan minimal berdasarkan

Pedoman Penyusunan RDTR (Permen. PU. No. 20 tahun 2011), meski terdapat

beberapa muatan yang membutuhkan penyesuaian/perbaikan substansi. Selain

itu, terdapat ketidak-sinkronan substansi antara dokumen RDTR yang disusun

dengan dokumen RTRW Kabupaten Pasaman Barat, terkait rencana pola ruang

dan struktur ruang. Secara umum, rencana yang disusun masih bersifat normatif

dan belum memuat konsep pengembangan kawasan yang berbasis keunggulan

daerah (lokalitas).

3. Meski sudah tersusun Raperda dan Materi Teknis RDTR sejak tahun 2012,

namun terhambatnya proses penetapan Perda RDTR menyebabkan RDTR

belum dapat diimplementasikan secara formal di lapangan. Tetapi di sisi lain,

dengan mengacu pada RTRW Kabupaten Pasaman Barat, terdapat rencana

pembangunan di kawasan Kota Simpang Ampek yang sudah terlaksana, yang

secara tidak langsung berkesesuaian dengan rencana pada RDTR.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 6 - 2

6.2 REKOMENDASI

A. KRITIK

1. Kritikan Terhadap Proses Penyusunan dan Penetapan RDTR

a. Proses penyusunan RDTR yang dilaksanakan oleh pihak ketiga dalam waktu 4

bulan dirasa tidak cukup, karena untuk mendapatkan citra satelit saja dan

konsultasi dengan BIG dan LAPAN memakan waktu hampir 2 bulan, belum lagi

proses analisa dan penyusunan konsep.

b. Terjadi dualisme fungsi, tokoh fiktif tenaga ahli, dimana beberapa pekerjaan yang

seharusnya dikerjakan oleh tenaga ahli tapi dikerjakan oleh tenaga pendukung,

yang semestinya dikerjakan oleh beberapa orang, hanya dikerjakan oleh satu

orang sehingga berdampak pada keterlambatan dalam penyelesaian rencana.

c. Minimnya waktu untuk Diskusi dan koordinasi yang dilakukan oleh pihak ketiga

dengan SKPD terkait.

d. Keberadaan tenaga ahli dari pihak ketiga yang berdomisili di luar Kabupaten

Pasaman Barat dan hanya datang ketika pemaparan laporan saja.

e. Proses penyusunan terkesan tidak dilaksanakan oleh sebuah tim melainkan

hanya oleh beberapa personal atau orang di dalam tim.

2. Kritikan Terhadap Produk Rencana/ Kualitas Substansi/ Muatan RDTR

a. Kelengkapan muatan dokumen RDTR sesuai dengan yang telah diatur dalam

Permen PU No. 20 Tahun 2011 begitu juga dengan sistematika pelaporan,

penulisan dan format penyajian petanya.

b. Secara substansi muatan dalam produknya kurang sesuai, terkesan sebuah

perencanaan yang hanya dibuat diatas kertas tanpa melihat kondisi di lapangan.

c. Rencana yang disusun belum mempertimbangkan prediksi perkembangan kota ke

depan secara jangka panjang, hal ini terlihat dari fakta bahwa baru 2 tahun sejak

rencana disusun, perkembangan kota sangat tinggi melebihi perkiraan rencana.

d. Peraturan Zonasi yang dibuat belum mengakomodir seluruh penzoningan

e. Kurangnya sinkronisasi dengan RTRW Kabupaten Pasaman Barat

f. Belum menerapkan secara konkrit strategi meningkatkan kapasitas adaptif

sekaligus menurunkan sensitivitas kota, sebagai upaya menurunkan kerentanan

kota terhadap perubahan iklim; pembangunan kota berkelanjutan seperti

pembangunan RTH sesuai jumlah penduduk yang tinggal di kota, infrastruktur

transportasi hijau, infrastruktur energi hijau, infrastruktur air limbah, infrastruktur

bangunan hijau, infrastruktur air bersih, dan lain-lain.

RREEVVIIEEWW RREENNCCAANNAA DDEETTAAIILL TTAATTAA RRUUAANNGG ((RRDDTTRR)) BBWWPP KKOOTTAA SSIIMMPPAANNGG AAMMPPEEKK TTAAHHUUNN 22001122 –– 22003322

Tugas Besar MKPWK-602__HENNY FERNIZA dan BRAMANTYO 6 - 3

B. SARAN

Saran yang dapat disampaikan dalam rangka perbaikan serta penyempurnaan RDTR

Kota Simpang Ampek menjelang mendapatkan persetujuan substansi dari Gubernur

Sumatera Barat adalah dengan melakukan peninjauan kembali/revisi terhadap RDTR

yang telah disusun, baru dilanjutkan dengan pengajuan persetujuan substansi untuk

ditetapkan menjadi Perda. Secara khusus beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pemerintah Daerah dapat melakukan sosialisasi mengenai dokumen RDTR

kepada masyarakat dan seluruh stakeholder.

2. Perlu dilakukan penguatan kelembagaan penataan ruang, khususnya pada

BKPRD agar dapat mengkoordinasikan kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan

pengendalian penataan ruang di wilayah Kabupaten Pasaman Barat.

3. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas SDM, baik kepada tim teknis, pejabat dan

kepala SKPD yang dalam tugas/kewenangannya memiliki keterkaitan dengan

penataan ruang wilayah.

4. Perlu dikembangkan sistem basis data dan perpetaan wilayah yang lengkap dan

akurat dengan memanfaatkan teknologi terbaru, sehingga dapat mendukung

proses perencanaan wilayah ke depannya secara lebih tepat sasaran.

5. Dalam penyusunan rencana tata ruang ke depannya, produk rencana yang

disusun harus bersifat visioner (berjangka panjang) dan inovatif (tidak normatif),

sehingga muatan tidak hanya sekedar memenuhi cakupan minimal pada

pedoman penyusunan rencana yang ada.