1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa zaman sekarang, teknologi berkembang sangat pesat bahkan
teknologi ini dapat berubah dengan sangat cepat. Sebuah perusahaan dalam
memajukan perusahaannya mau tidak mau harus ikut menggunakan teknologi ini
baik itu untuk kebutuhan kompetitif ataupun memperbaiki pelayanan. Komunikasi
adalah kebutuhan mendasar manusia dalam pemenuhan berinteraksi sosial sesama
manusia, seiring berkembangannya teknologi tersebut maka komunikasi pada
manusia menjadi lebih mudah. Komunikasi sering diartikan sebagai pertukaran
pesan antar individu untuk mencapai kesesuaian. Dengan adanya teknologi maka
pertukaran pesan dapat menggunakan media fisik.
Saat ini media teknologi informasi menjadi sangat penting untuk
mempermudah komunikasi antar karyawan pada perusahaan. Adanya teknologi
informasi maka perusahaan lebih menghemat waktu untuk membagikan informasi
kepada seluruh karyawan. Komunikasi melalui teknologi informasi pada
perusahaan akan berpengaruh pada kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Tentunya
dalam suatu perusahaan, kebutuhan relasi karyawan melalui komunikasi sangat
besar. Kemampuan karyawan dan semua unsure di organisasi dalam hal
berkomunikasi diperlukan untuk menciptakan hubungan baik antar sesame
karyawan, kantor, pelanggan dan lingkungan sekitar.
PT PLN (Persero) adalah perusahaan pelayanan publik milik Negara yang
bekerja dibidang penyediaan listrik bagi masyarakat Indonesia sejak ditetapkannya
1
pada tahun 1972 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17. Hingga kini PLN terus
menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam
jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan
penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang
pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Perkembangan Teknologi Informasi telah mendorong pertumbuhan
pelayanan PLN kepada masyarakat yang menginginkan kemudahan dalam
mengakses informasi perusahaan. Saat ini layanan Teknologi informasi telah
menjangkau kota-kota besar di Indonesia. Adanya perkembangan teknologi
informasi ini juga menunjang administrasi kantor PLN di seluruh Indonesia.
Komunikasi menggunakan media informasi yang digunakan karyawan dalam
menjalan fungsi dan tanggung jawab mereka. Hal ini diharapkan dapat
mempermudah komunikasi karyawan sehingga dapat menyelesaikan tugas
administrates secara efektif dan efisien, karena pegawai dapat terhubung dengan
siapapun, kapanpun dan dimanapun.
Komunikasi yang efektif dan efisien dapat mempermudah kinerja bagi
karyawan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Sebagai faasilitas,
teknologi informasi banyak memberikan kemudahan bagi karyawan dalam
berkomunikasi sehingga dapat memenuhi kepuasan kerja karyawan dalam bekerja.
Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh sikap karyawan terhadap kinerja karyawan melalui perspektif
komunikasi karyawan dan teknologi informasi.”. Terkadang suatu fasilitas hanya
digunakan semata tanpa memikirkan timbale balik atau efek terhadap karyawan
seperti apa. Maka dari itu penelitian ini hanya berfokus apakah ada pengaruh
2
kebutuhan komunikasi melalui media teknologi informasi terhadap kinerja dan
kepuasan kerja pada karyawan PLN sleman Yogyakarta.
1.2 RumusanMasalah
1. Bagaimana pengaruh Sikap Karyawan terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Kasus PLN Cabang Sleman)
2. Bagaimana Pengaruh Sikap Karyawan terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Perspektif Komunikasi
3. Bagaimana Penaruh Sikap Individu Terhadap Karyawan Melalui Perspektif
Sistem Informasi
1.3 Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Sikap Karyawan terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Kasus PLN Cabang Sleman)
2. Untuk mengetahui Bagaimana Pengaruh Sikap Karyawan terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Perspektif Komunikasi.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Penaruh Sikap Individu Terhadap Karyawan
Melalui Perspektif Sistem Informasi
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Review Penelitian Terdahulu
JURNAL INDONESIA
Sony Bagus Purwanto
PENGARUH KOMUNIKASI, MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN (STUDI PADA PROYEK PONDASI TOWER DI TIMOR
LESTE PT CAHAYA INSPIRASI INDONESIA)
2013
1. Tujuan
Adapun penelitian ini mempunyai tujuan: untuk men- jelaskan apakah benar
komunikasi berpengaruh langsung terhadap kinerja, apakah benar komunikasi
berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi, apakah benar
komunikasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui kepuasan
kerjaPenelitian Terdahulu
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang membahas pengaruh komunikasi terhadap kinerja
karyawan dilakukan oleh Triyana (2012); sedangkan Dave Gelder, Jan Pieter
Verckene, Mirjan Geletzk, Erwin Seydel (2007) dilakukan pada perusahaan kereta
api di Beligia; menurut Azadeh Taurani (2002) juga melakukan penelitian yang
sama namun ditambah variabel partisipasi. Adapun penelitian mengenai pengaruh
motivasi terhadap karyawan pernah dilakukan oleh Bangcheng Liu (2008) di
4
negara Cina. Begitu juga Jacqueline Mayfield dan Milton Mayfield (2012)
melakukan penelitian yang sama. Sedangkan Rizwan Saleem melakukan penelitian
di Pakistan. Sedangkan penelitian pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan dilakukan oleh Jose (2007). Jacob K. Eskildsen, Kai Kristensen, Anders
H. Westlund (2004) meneliti pengaruh komunikasi terhadap motivasi dan kepuasan
kerja. Menurut Jules Carriere dan Chrispother Bourque (2009) menunjukkan bahwa
komunikasi berpengaruh terhadap komitmen organisasi yang di mediasi oleh
kepuasan kerja.
3. Landasan Teori
Komunikasi yang baik tidak hanya berbicara ataupun surat-menyurat saja.
Menurut Muhammad (2002:4) komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun
non verbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Disamping komunikasi pimpinan juga perlu meningkatkan aspek motivasi.
Motivasi adalah kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk
memuaskan dan memenuhi kebutuhannya, sementara Hasibuan (2007), mengarti-
kan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Namun kini mulai disadari
bahawa selain komuni- kasi kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting
yang sangat berperan untuk meningkatkan kinerja karyawan. Secara umum
menurut Luthans (2005) terdapat tiga dimensi dalam kepuasan kerja yaitu:
merupakan respon emosional terhadap situasi kerja, merupakan penilaian hasil
kerja dan mewakili sikap yang saling berhubungan. Menurut Gibson (1995:56)
5
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu faktor individu
yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi dan faktor psikologis.
4. Metode Penelitian
Hipotesis yang telah dirumuskan akan di uji untuk mengetahui pengaruh
langsung komunikasi terhadap kinerja dan pengaruh tidak langsung komunikasi
terhadap kinerja melalui motivasi dan kepuasan kerja. Data diperoleh secara
langsung dari sumbernya (responden) karyawan dari Indonesia dan lokal (Timor
Leste) yang berpendidikan setara SD, SMP dan SMA serta dengan masa kerja 1–2
tahun periode tahun 2010 – 2012 dengan berupa kata-kata atau pilihan yang
diperoleh melalui kuesioner. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah
380 karyawan terdiri dari karyawan Indonesia dan lokal masyarakat Timor Leste
pada PT Cahaya Inspirasi Indonesia cabang Timor Leste periode tahun 2010–2012.
Karena populasi penelitian pasti jumlahnya maka untuk menentukan sampel
menggunakan rumus Slovin. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang
dihasilkan dari kuesioner penelitian ini adalah analisis jalur (Path analysis).
Penggunaan analisis jalur dalam menganalisis data disebabkan antara variabel
independen yaitu komunikasi, motivasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan
terjadi korelasi atau hubungan yang saling berkaitan.
5. Hasil Penelitian
Multikolinieritas Pada penelitian ini diperoleh angka variance In flation
Factor ada disekitar angka 1 dan 2 dengan demikian dapat disimpulkan pada model
tersebut tidak ada multikolinieritas karena VIF 5. • Heterokedastisitas Pada
6
penelitian ini diperoleh nilai t < ttabel dengan tingkat signifikansi uji t >
probabilitas 5%,yang berarti tidak Heterokedastisitas. • Normalitas Pada penelitian
ini model layak dipakai untuk memprediksi variabel berdasarkan masukan variabel
independennya.
Pengaruh langsung komunikasi terhadap kinerja
Dalam pengolahan data pada penelitian ini diper- oleh persamaan sebagai
berikut: Kinerja = -0,397 + 0,923 komunikasi R2 = 0,852 berarti 85,2% kontribusi
komunikasi bisa dijelaskan oleh variasi variabel kinerja. Sedangkan sisanya 14,8%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Angka Standard Error of Estimate
adalah 0,120.
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi
Pengaruh komunikasi terhadap motivasi Dalam pengolahan data pada
penelitian ini dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: Motivasi = -0,486 + 0,938
komunikasi. R2 = 0,880 berarti 88% kontribusi motivasi bisa dijelaskan oleh
variasi variabel komunikasi. Sedangkan sisanya 12% dijelaskan oleh variabel lain
di luar model. Angka Standard Error of Estimate adalah 0,108. • Pengaruh motivasi
terhadap kinerja Dalam pengolahan data pada penelitian ini diperoleh persamaan:
Kinerja = 0,112 + 0,977 motivasi R2 = 0,955 berarti 95,5% kontribusi motivasi bisa
dijelaskan oleh variasi variabel kinerja. Sedang- kan sisanya 4,5% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Angka Standard Error of Estimate adalah 0,066. •
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi Pengaruh
tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi = 0,938 x 0,977 =
0,916.
7
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja
Pengaruh komunikasi terhadap kepuasan kerja Dalam pengolahan data pada
penelitian ini maka dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: Kepuasan kerja = -
0,556 + 0,934 komunikasi. R2 = 0,872 berarti 87,2% kontribusi komunikasi bisa
dijelaskan oleh variasi variabel kepuasan kerja. Sedangkan sisanya 12,8%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Angka Standard Er- ror of Estimate
adalah 0,113. • Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Pada pengolahan data
dalam penelitian ini dapat diperoleh persamaan sebagai berikut: Kinerja = 0,164 +
0,983 kepuasan kerja R2 = 0,967 berarti 96,7% kontribusi kepuasan kerja bisa
dijelaskan oleh variasi variabel kinerja. Sedangkan sisanya 3,3% dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Angka Standard Error of Estimate adalah 0,056.
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja
Pengaruh komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja = 0,934 x 0,983 =
0,918
Pengaruh langsung komunikasi terhadap kinerja Komunikasi mempunyai
nilai thitung = 21.015 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disim- pulkan bahwa variabel
komunikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Nilai koefisien beta ter-
standarisasi untuk variabel komunikasi adalah 0,923 dan bentuk hubungannya
searah (positif). Ini berarti hipotesa ke 1, terdapat pengaruh langsung komunikasi
terhadap kinerja, diterima. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang pernah
8
dilakukan oleh Triyana (2012); Azadeh Taurani (2002); Jules Dave Gelder, Jan
Pieter Verckenc, Mirjan Galetzk,,Erwin Seydel (2007).
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi
Pengaruh komunikasi terhadap motivasi. Komunikasi mempunyai nilai
thitung = 23,763 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000)
jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel komu- nikasi
berpengaruh signifikan terhadap motivasi. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk
variabel komunikasi adalah 0,938 dan bentuk hubungan- nya searah (positif). •
Pengaruh motivasi terhadap kinerja. Motivasi mempunyai nilai thitung = 40,248
dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi berpenga- ruh signifikan
terhadap kinerja. Nilai koefisien beta terstandarisasi untuk variabel motivasi adalah
0,977 dan bentuk hubungannya searah (positif). • Pengaruh tidak langsung
komunikasi terhadap kinerja melalui motivasi. Pengaruh komunikasi terhadap
kinerja melalui motivasi = 0,938 x 0,977 = 0,916
Pengaruh Komunikasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan analisa di atas maka dapat disimpul- kan bahwa komunikasi
berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi sebesar 0,916
(positif). Ini berarti hipotesa ke 2, terdapat pengaruh tidak langsung komunikasi
terhadap kinerja melalui motivasi diterima. Penelitian ini mendukung penelitian
yang sudah dilakukan oleh Jacqueline Mayfield and Milton Mayfield (2012);
Bangcheng Liu (2008); Rizwan Salim (2010).
9
Pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja
Pengaruh komunikasi terhadap kepuasan kerja. Komunikasi mempunyai
nilai thitung = 22.940 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena proba- bilitas
(0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
komunikasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi. Nilai koefisien beta
terstandarisasi untuk variabel komunikasi adalah 0,934 dan bentuk hubungan- nya
searah (positif). • Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja Kepuasan kerja
mempunyai nilai thitung = 47,614 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
variabel kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Nilai koefisien
beta terstandarisasi untuk variabel kepuasan kerja adalah 0,983 dan bentuk hu-
bungannya searah (positif). • Pengaruh komunikasi terhadap kinerja melalui
kepuasan kerja = 0,934 x 0,983 = 0,918 Berdasarkan analisa di atas maka dapat
disimpul- kan bahwa komunikasi berpengaruh tidak lang- sung terhadap kinerja
melalui kepuasan kerja sebesar 0,918 (positif). Ini berarti hipotesa ke 3, terdapat
pengaruh tidak langsung komunikasi terhadap kinerja melalui kepuasan kerja,
diterima. Penelitian ini mendukung penelitian yang pernah dilakuan oleh Jules
Carriere dan Christopher Bourque (2009).
6. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat kesimpukan sebagai
berikut:
Item tertinggi dalam Komunikasi adalah penyampaian informasi langsung
atasan kepada bawahan. Komunikasi antara atasan dan bawahan sangatlah penting
10
untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dengan ditingkatkannya transparansi
komunikasi dengan atasan akan bisa memberikan kontribusi pada kinerja
karyawan.
Kebutuhan sosial merupakan salah satu item tertinggi dalam motivasi,
sehingga motivasi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
Berkomunikasi dengan atasan salah satunya yaitu sharing mengenai kesulitan-
kesulitan yang dihadapi karyawan, pemberian kompensasi upah jika bekerja
melebihi jam kantor akan dapat menciptakan kepuasan kerja.
Pekerjaan merupakan salah satu item tertinggi dalam kepuasan, ini berarti
bahwa pegawai bekerja sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki dapat
berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan kesimpulan diatas maka
disarankan pada PT CAHAYA INSPIRASI INDONESIA untuk meningkatkan
komunikasi terhadap karyawan agar tercipta motivasi dan kepuasan kerja sehingga
bisa meningkatkan kinerja karyawan.
11
JURNAL INDONESIA
Widya Parimita, MPA
Pengaruh Perilaku Individu, Lingkungan Kerja, dan Persepsi Kepemimpinan
terhadap Kinerja Fakultas Ekonomi UNJ.
2008
1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku bagaimana
perilaku individu, lingkungan kerja dan kepemimpinan mempengaruhi kinerja
fakultas ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Kuesioner dikirim ke 90 responden
terdiri dari dosen dan staf administrasi fakultas.
2. Landasan Teori
Konsep Kinerja dalam Organisasi
Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kinerja menurut (Anwar Prabu
Mangkunegara,2000) Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Kemudian dipertegas
oleh (Ambar Teguh Sulistiyani,2003 ) “Kinerja seseorang merupakan kombinasi
dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya”.
Pendapat diatas di perkuat oleh (Malayu S.P. Hasibuan,2001) mengemukakan
“kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
12
melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan
kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu organisasi
dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak
positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Menurut (Mink,1993)
mengemukakan pendapatnya bahwa: individu yang memiliki kinerja yang tinggi
memiliki beberapa karakteristik, yaitu diantaranya: (a) berorientasi pada prestasi,
(b) memiliki percaya diri, (c) berperngendalian diri, (d) kompetensi. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut (Robert L. Mathis dan John H.
Jackson,2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja,
yaitu: a. Kemampuan mereka b.Motivasi c. Dukungan yang diterima
d.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan e.Hubungan mereka dengan
organisasi.
Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja
merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun
kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami
atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk
berprestasi.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan faktor
kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
13
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Menurut
(Bernardin dan Russel,1993) “A way of measuring the contribution of individuals
to their organization “. Dalam arti Penilaian kinerja adalah cara mengukur
konstribusi individu (pegawai) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Menurut
(Cascio,1992) “penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang
sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu
kelompok”.
Konsep Perilaku Individu
Ketika berbicara tentang kepemimpinan dan kinerja dari suatu organisasi,
kita tidak dapat mengingkari peran dari individu-individu anggota tim terhadap
kesuksesan organisasi. Perilaku dari individu di dalam organisasi mempengaruhi
bagaimana mereka bersikap dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Untuk
mengetahui kecenderungan perilaku dari masing-masing individu dalam organisasi,
dapat menggunakan Myers-Briggs Type Indikator (MBTI). (MBTI) sudah sering di
gunakan di berbagai penelitian di seluruh dunia sebagai alat untuk mendefinisikan
kepribadian seseorang. (Myers et al, 1998). Pendekatan (MBTI) sangat
komprehensif dan bermanfaat, sehingga sering digunakan sebagai salah satu
metode ketika meneliti tentang kepemimpinan (Gallen,1997) MBTI adalah
pengembangan dari hasil penelitian (Jung,1921) yang dilakukan oleh Briggs dan
Myers tentang sisi psikologis dari individu dalam bekerja. Berdasarkan penelitian
Jung, ada tiga dimensi untuk mengetahui tipe-tipe psikologis dari individu, yaitu
orientasi terhadap energi, proses pembentukan persepsi, dan proses pengambilan
14
keputusan. Myers dan Briggs dalam penelitiannya menambahkan dimensi keempat,
yaitu perilaku individu terhadap dunia luar.
Konsep Kepemimpinan
Memimpin dapat didefinisikan sebagai membimbing atau mengarahkan
seseorang atau sesuatu agar mengikuti keinginannya (Webster’s Ninth Collegiate
Dictionary). Lebih lanjut dalam Webster’s, kepemimpinan didefinisikan sebagai
kapasitas untuk memimpin. Menurut Jeff Madura dalam buku Pengantar
Bisnis(2007), fungsi kepemimpinan ((leading) adalah proses mempengaruhi
kebiasaan-kebiasaan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Proses ini dapat
meliputi komunikasi mengenai pekerjaan yang diberikan kepada pegawai dan
kemungkinan metode-metode yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
penugasan-penugasan tersebut. Kepemimpinan juga dapat meliputi bertindak
selaku tokoh panutan dengan cara yang konsisten dengan rencana strategis
perusahaan
3. Metodologi Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi UNJ. Adapun penelitian ini
berlangsung dalam waktu 1 (satu) bulan, yaitu pada bulan Oktober 2008.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini meliputi seluruh tenaga pengajar dan tenaga administrasi di
Fakultas Ekonomi UNJ, yang berjumlah 90 orang. Teknik pengambilan sampel
15
adalah purposive sampling, dengan 21 kuesioner tidak kembali. Sehingga jumlah
data yang diperoleh adalah sebanyak 69 responden.
Konstelasi Antar Variabel
Konstelasi hubungan antar variabel merupakan suatu bentuk yang memberikan
gambaran atau arah dalam suatu penelitian. Dalam penelitian digunakan bentuk
desain yang umum dipakai dalam studi korelasi sebagai berikut :
Instrumen Penelitian
Penelitian ini meneliti empat variable, yaitu perilaku individu, lingkungan kerja,
dan persepsi kepemimpinan (variabel X) dengan kinerja (variabel Y)
4. Hasil Penelitian
a) Data Perilaku Individu
Data Perilaku Individu (variabel X1) diperoleh melalui pengisian instrumen
penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh 69 responden (pegawai dan tenaga
pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta). Data yang
16
dikumpulkan menghasilkan skor terendah 7 dan skor tertinggi 19, skor rata-rata (Ẋ)
sebesar 200,92. Distribusi frekuensi data perilaku individu dapat dilihat dibawah
ini, rentang skor adalah 12, banyak kelas interval adalah 7 dan panjang kelas adalah
2
Untuk batas nyata satuan, batas bawah sama dengan ujung bawah dikurangi
0,5 dan batas atas sama dengan ujung atas ditambah 0,5. Frekuensi relatif terbesar
berada pada kelas ke 4 (empat) yaitu skor 13 – 14 sebesar 26% dan kelas ke 5
(lima) yaitu skor 15 – 16 sebesar 26%. Sedangkan frekuensi relatif terendah berada
pada kelas ke 7 (tujuh) yaitu skor 19 - 20 sebesar 3%.
b) Data Lingkungan Kerja
Data Lingkungan Kerja (variabel X2) diperoleh melalui pengisian
instrumen penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh 69 responden (pegawai dan
tenaga pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta). Data yang
dikumpulkan menghasilkan skor terendah 12 dan skor tertinggi 26, skor rata-rata
(Ẋ) sebesar 19,73. Distribusi frekuensi data lingkungan kerja dapat dilihat dibawah
ini, rentang skor adalah 14, banyak kelas interval adalah 7 dan panjang kelas adalah
2
Untuk batas nyata satuan, batas bawah sama dengan ujung bawah dikurangi
0,5 dan batas atas sama dengan ujung atas ditambah 0,5. Frekuensi relatif terbesar
berada pada kelas ke 4 (empat) yaitu skor 18 – 19 sebesar 29% dan kelas ke 5
(lima) yaitu skor 20 – 21 sebesar 29%. Sedangkan frekuensi relatif terendah berada
pada kelas ke 2 (dua) yaitu skor 14 - 15 sebesar 1%.
17
c) Data Kepemimpinan
Data kepemimpinan (variabel X3) diperoleh melalui pengisian instrument
penelitian berupa kuesioner yang diisi oleh 69 responden (pegawai dan tenaga
pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta). Data yang
dikumpulkan menghasilkan skor terendah 33 dan skor tertinggi 58, skor rata-rata
(Ẋ) sebesar 47,98. Distribusi frekuensi data kepemimpinan dapat dilihat dibawah
ini, rentang skor adalah 25, banyak kelas interval adalah 7 dan panjang kelas adalah
3
Untuk batas nyata satuan, batas bawah sama dengan ujung bawah dikurangi
0,5 dan batas atas sama dengan ujung atas ditambah 0,5. Frekuensi relatif terbesar
berada pada kelas ke 4 (empat) yaitu skor 45 – 48 sebesar 33%. Sedangkan
frekuensi relatif terendah berada pada kelas ke 1 yaitu skor 33 - 36 sebesar 3% dan
kelas ke 7 yaitu skor 57 – 60 sebesar 3%.
d) Data Kinerja
Data Kinerja (variabel Y) diperoleh melalui pengisian instrumen penelitian
berupa kuesioner yang diisi oleh 69 responden (pegawai dan tenaga pengajar pada
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta). Data yang dikumpulkan
menghasilkan skor terendah 36 dan skor tertinggi 83, skor rata-rata (Ẋ) sebesar
61,04. Distribusi frekuensi data kinerja dapat dilihat dibawah ini, rentang skor
adalah 47, banyak kelas interval adalah 7 dan panjang kelas adalah 7
Untuk batas nyata satuan, batas bawah sama dengan ujung bawah dikurangi
0,5 dan batas atas sama dengan ujung atas ditambah 0,5. Frekuensi relatif terbesar
18
berada pada kelas ke 4 (empat) yaitu skor 57 – 63 sebesar 41% . Sedangkan
frekuensi relatif terendah berada pada kelas ke 7 (tujuh) yaitu skor 78 - 84 sebesar
3%.
e) Model Regresi
Dari perhitungan regresi yang dilakukan dengan menggunakan program
SPSS dengan memasukkan variabel X1, X2, X3 sebagai variabel independen dan
variabel Y sebagai variabel bebas, maka model regresi adalah sebagai berikut: Y =
7.352 + 0.075X1 + 0.266X2 + 0.492X3 Dari model tersebut dapat disimpulkan
bahwa Kinerja Fakultas Ekonomi dipengaruhi oleh Perilaku Individu sebesar 7,5%,
Kepemimpinan 26,6%, dan Lingkungan Kerja sebesar 48,2%. Dari data tersebut
terlihat masih ada faktor lain yang bisa mempengaruhi kinerja Fakultas Ekonomi,
sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor lain yang
mempengaruhi kinerja sebuah organisasi.
A. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan yaitu: Ho = Perilaku Individu,
lingkungan kerja, dan persepsi Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Fakultas Ekonomi UNJ Ha = Perilaku Individu, lingkungan kerja,
persepsi Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Fakultas Ekonomi
UNJ Uji terhadap hipotesis tersebut dilakukan dengan uji F sehingga
diperoleh nilai Fhitung sebesar 19.608 yang lebih besar dari 1.96 (Ftabel).
Karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini Perilaku
Individu, lingkungan kerja, dan persepsi kepemimpinan akan berpengaruh
terhadap Kinerja Fakultas Ekonomi UNJ. Dalam menghitung seberapa
besar pengaruh dari tiga variabel bebas terhadap variabel terikat, maka
19
dicari nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R
square sebesar 0.451 atau sebesar 45,1%. Ini menunjukkan bahwa perilaku
individu, lingkungan kerja, dan persepsi kepemimpinan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja Fakultas Ekonomi UNJ, yaitu sebesar 45,1%.
B. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada penelitian ini
yang menunjukkan bahwa model persamaan regresi Y = 7.352 + 0.075X1 +
0.266X2 + 0.492X3 adalah berarti (signifikan) dan linier. Diketahui pula
bahwa rxy>0, maka terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku
individu, ingkungan kerja, dan persepsi kepemimpinan terhadap kinerja
Fakultas Ekonomi UNJ. Besarnya pengaruh tersebut adalah sebesar 45,1%
yang merupakan nilai dari koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh nilai
adjusted R square. C. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, telah terbukti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara perilaku individu, lingkungan kerja, dan persepsi
kepemimpinan terhadap kinerja Fakultas Ekonomi UNJ.
Dalam penelitian ini, peneliti menyadari ada keterbatasan-
keterbatasan yang dialami dan tidak sepenuhnya hasil penelitian ini
mencapai tingkat kebenaran yang mutlak, adapun keterbatasan-keterbatasan
yang peneliti alami adalah:
1. Keterbatasan variabel penelitian, karena peneliti menyadari bahwa
kinerja FE UNJ tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku individu,
lingkungan kerja, dan persepsi kepemimpinan saja. Ada banyak
20
faktor lain yang bisa mempengaruhi kinerja FE UNJ sebagai
sebuah organisasi.
2. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dirasa masih kurang
karena banyak responden yang tidak mengembalikan kuesioner
karena kesibukan pekerjaan atau lupa, sedangkan untuk menunggu
kuesioner, peneliti butuh waktu yang lebih lama yang tidak bisa
terwujud karena batas waktu pengumpulan yang terbatas.
3. Sampel penelitian yang lokasinya hanya di Fakultas Ekonomi UNJ
menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan
secara mutlak berlaku untuk semua bentuk organisasi.
5. Kesimpulan
Simpulan penelitian ini berhasil menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
perilaku individu, lingkungan dan persepsi kepemimpinan terhadap kinerja FE
UNJ. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional,
dengan uji statistik regresi berganda. Data penelitian ini menggunakan data primer
yang diperoleh dari penyebaran kuesioner terhadap pegawai dan dosen Fakultas
Ekonomi. Besaran masing-masing kontribusi pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah 7,5% untuk perilaku individu, 26,6% untuk
kepemimpinan, dan 49,2% untuk lingkungan kerja. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku individu,
lingkungan kerja dan persepsi kepemimpinan, secara bersama- sama terhadap
kinerja Fakultas Ekonomi sebesar 45,1%.
21
SKRIPSI
FAJAR WICAKSONO
PENGARUH KEAHLIAN INDIVIDU DAN PENGGUNAAN SISTEM
TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
KARYAWAN : DENGAN KEPERCAYAAN SEBAGAI VARIABEL
MODERATING
2011
1. Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh keahlian
individu terhadap peningkatan kinerja karyawan. 2. Untuk menganalisis pengaruh
sistem teknologi informasi terhadap peningkatan kinerja karyawan. 3. Untuk
menganalisis pengaruh kepercayaan terhadap peningkatan kinerja karyawan. 4.
Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan yang bermoderasi dengan keahlian
individu terhadap peningkatan kinerja karyawan. 5. Untuk menganalisis pengaruh
kepercayaan yang bermoderasi dengan sistem teknologi informasi terhadap
peningkatan kinerja karyawan.
2. Landasan Teori
a. Keahlian (EX1)
22
Keahlian merupakan suatu minat atau bakat yang harus dimiliki oleh seseorang,
dengan keahlian yang dimilikinya memungkinkan untuk dapat menjalankan dan
menyelesaikan tugas–tugas secara baik dengan hasil yang maksimal. Keahlian
yang dimiliki seseorang dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non
formal.
b. Sistem Teknologi Informasi (TI2)
b.1 Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi sebagai alat yang digunakan oleh individu untuk membantu
menyelesaikan tugas-tugas mereka. Menurut Goodhue, (1995) dalam Putri
Widyasari, (2007). Dalam penelitian sistem informasi, teknologi merujuk
pada sistem komputer yang terdiri dari perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan data serta data layanan yang disediakan
untuk membantu para pemakai dalam menyelesaikan tugasnya. Sedangkan
Informasi adalah sekumpulan fakta (data) yang diorganisasikan dengan cara
tertentu sehingga mereka mempunyai arti bagi si penerima.
b.2 Sistem Teknologi Informasi
Sistem Teknologi Informasi meliputi segala alat maupun metode yang
terintegrasi untuk digunakan dalam menjaring atau menangkap data
(capture), menyimpan (saving), mengolah (process), mengirim (distribute),
atau menyajikan kebutuhan informasi secara elektronik kedalam berbagai
format, yang bermanfaat bagi pemakai (user). Menurut Sutarman,
(2009:14) dalam Putri Widyasari, (2010). Teknologi ini dapat berupa
kombinasi perangkat keras dan lunak dari komputer, non komputer
23
(manual) maupun prosedur, prosedur operator dan para manajer dalam suatu
sistem yang terpadu satu sama lain.
c. Kinerja Individual (IP)
Kinerja individual (Individual performance) yang didefinisikan dengan hasil
kerja secara kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai/karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. (Mangkunegara, Prabu Anwar. 2000:67).
d. Kepercayaan (T3)
Kepercayaan berasal dari kata percaya yang berarti mengakui atau yakin akan
kebenaran sesuatu. Kepercayaan dapat berupa sistem dengan kualitas yang
handal, efisien, ataupun keahlian/kemampuan yang mampu memberikan
keyakinan bagi para karyawan apabila mereka memanfaatkan sistem tersebut,
maka akan dapat menyelesaikan pekerjaan mereka jauh lebih mudah, cepat dan
akurat.
a.1 Computer anxiety (Cax) Menurut Igbaria (1989) dalam Tresnawati dan
permatasari (2000) didefinisikan sebagai kecenderungan seseorang menjadi
susah, khawatir atau ketakutan mengenai penggunaan computer dimasa
sekarang atau dimasa yang akan datang. Computer anxiety menunjukkan
suatu tipe stress tertentu karena computer anxiety berhubungan dengan
kepercayaan yang negatif mengenai komputer, masalah-masalah dalam
penggunaan komputer atau penolakan terhadap komputer.
a.2 Computer attitude (Catt) Teori attitude menyatakan bahwa perilaku
(behavior) ditentukan oleh perceived usefulness dan social norm. faktor
24
tersebut merupakan faktor yang memberikan kontribusi terhadap
diterimanya suatu teknologi komputer. computer attitude menunjukkan
reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer atau
kesenangan/ketidaksenangan terhadap komputer.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Survey, yaitu penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Penelitian ini dilakukan terhadap Karyawan
Administrasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yang menjadi Populasi dalam
penelitian ini adalah Karyawan Administrasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alasan ini digunakan dalam
menentukan populasi untuk mengetahui secara jelas peningkatan kinerja karyawan
administrasi Universitas Muhammadiyah Surakarta berhubungan dengan keahlian
individu dan penggunaan sistem teknologi informasi bersamaan dengan
kepercayaan sebagai variable moderatingnya. Sampel dalam penelitian ini adalah
karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta bagian Administrasi yang
menggunakan komputer. Alasan dipilihnya Karyawan Administrasi yang
mengunakan komputer adalah karena karyawan administrasi dianggap memenuhi
knowledge worker (Harrison, 1992 dalam Tresnawati dan Permatasari, 2000).
Metode pengambilan sampel dipilih secara conviniance sampling. Sumber data
penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dimana penulis
mengajukan daftar pertanyaan kepada responden, dengan cara meminta kepada
25
responden untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang tercantum didalam kuesioner
(daftar pertanyaan atau angket) yang diberikan kepada responden. Skala yang
digunakan adalah skala Likert lima point.
4. Hasil Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan administrasi di Kantor Pusat
yaitu Biro Administrasi Akademik (BAA), Biro Administrasi Umum (BAU) dan
Biro Administrasi Keuangan (BAK), Kantor Tata Usaha Fakultas, masing – masing
11 Fakultas yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan,
Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Farmasi, Fakultas
Psikologi, Fakultas Geografi, Fakultas Agama Islam, Fakultas Komunikasi dan
Informatika dan Fakultas Ilmu Kesehatan serta Perpustakaan Pusat. Dari Kantor
Pusat masing - masing diberikan 5 kuesioner, Perpustakaan 10 kuesioner dan
masing – masing Fakultas diberikan 5 kuesioner. Hanya 7 Fakultas yang bersedia
menjadi responden yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Fakultas Teknik,
Fakultas Ekonomi, Fakultas Farmasi, Fakultas Geografi, Fakultas Agama Islam,
Fakultas Komunikasi dan Informatika. Sedangkan Fakultas Kedokteran, Fakultas
Hukum, Fakultas Psikologi dan Fakultas
Ilmu Kesehatan tidak bersedia menjadi responden dikarenakan beberapa
alasan yaitu tidak mendapat persetujuan dari dekan Fakultas tersebut dan juga
adanya kesibukan para karyawan – karyawan yang sangat padat sehingga tidak
dapat diganggu.
26
Adapaun interpretasi dari model tersebut adalah sebagai berikut: Nilai
konstanta bernilai positif, menunjukkan bahwa jika keahlian dan penggunaan
sistem teknologi informasi dianggap konstan, maka peningkatan terhadap kinerja
akan meningkat sebesar 5,900. 0,132. EX1 berpengaruh positif terhadap
peningkatan kinerja. Artinya jika EX1 semaking baik maka peningkatan kinerja
akan semakin meningkat. 0,457. TI2 berpengaruh positif terhadap peningkatan
kinerja. Artinya jika TI2 semakin tinggi maka peningkatan kinerja akan semakin
meningkat. -0,396. T3 berpengaruh negatif terhadap peningkatan kinerja. Artinya
jika T3 semaking tinggi maka peningkatan kinerja akan turun. R2 sebesar 0,682.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan memberikan hasil
yang baik (goodness of fit). Nilai koefisien determinisai bernilai positif, yang mana
hal ini menunjukkan bahwa sekitar 68,2% variasi dari peningkatan kinerja
karyawan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel keahlian serta penggunaan
sistem teknologi informasi dan kepercayaan, sedangkan sisanya sekitar 31,8%
dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hasil analisis uji F pada tabel 4.18
diperoleh nilai Fhitung sebesar 57,778 dengan propabilitas sebesar 0,000. Angka
probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05 (p<0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel dependen keahlian (EX1) serta Penggunaan Sistem
Teknologi Informasi (TI2) dan Kepercayaan (T3) secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Peningkatan Kinerja (IP).
Hasil analisis uji F pada tabel 4.18 diperoleh nilai Fhitung sebesar 57,778 dengan
propabilitas sebesar 0,000. Angka probabilitas tersebut lebih kecil dari nilai 0,05
(p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen keahlian
(EX1) serta Penggunaan Sistem Teknologi Informasi (TI2) dan Kepercayaan (T3)
27
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
Peningkatan Kinerja (IP).
5. Kesimpulan
1. Keahlian berpengaruh positif signifikan sebesar 2,108 dengan probabilitas
sebesar 0,040 (p<0,05) terhadap peningkatan kinerja karyawan. Artinya semakin
meningkat keahlian seseorang individu, maka semakin mempermudah menguasai
suatu bidang pekerjaan yang akan diselesaikannya sehingga dapat meningkatkan
kinerja karyawan.
2. Penggunaan sistem teknologi informasi berpengaruh positif signifikan sebesar
9,603 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) terhadap peningkatan kinerja
karyawan. Artinya semakin tinggi intensitas penggunaan sistem teknologi
informasi, maka semakin tinggi kinerja karyawan.
3. Kepercayaan berpengaruh negatif signifikan sebesar -7,801 dengan probabilitas
sebesar 0,000 (p<0,05) terhadap peningkatan kinerja karyawan. Artinya semakin
meningkat negatif intensitas kepercayaan, maka semakin rendah kinerja karyawan.
4. Kercayaan yang secara bersama – sama bermoderasi terhadap keahlian dan
penggunaan sistem teknologi informasi berpengaruh positif signifikan sebesar
2,241 dan 9,655 dengan probabilitas 0,029 (p<0,05) dan 0,00 (p<0,05) terhadap
peningkatan kinerja karyawan. Artinya semakin tinggi tingkat kepercayaan yang
bermoderasi terhadap keahlian dan penggunaan sistem teknologi informasi, maka
semakin mudah dalam operasional pekerjaan sehingga dapat meningkatan kinerja
karyawan.
28
SKRIPSI
JOHANNA MUDJIATI
STUDI PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI TERHADAP
KINERJA KARYAWAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
1. Tujuan
Studi kualitatif berjudul ’Studi Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi
Terhadap Kinerja Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang’,
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan sistem informasi
terhadap kinerja karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, untuk
mengetahui sejauh mana kinerja karyawan Fakultas Ekonomi UNDIP sebelum dan
sesudah penggunaan sistem informasi, serta bagaimana pelayanan yang diharapkan
user.
2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dianggap relevan dan dijadikan rujukan dari
penelitian ini adalah: Penelitian Sunarti Setianingsih (1998) yang berjudul
“Keberhasilan Pengembangan Sistem Informasi dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Hasilnya bahwa kualitas pemakai merupakan salah satu faktor
yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan sistem informasi.
29
3. Landasan Teori
A.1. Kinerja Karyawan
Istilah kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau
prestasi merupakan pengalih bahasaan dari kata Inggris ‘performance’. Kinerja atau
performance merupakan perilaku organisasi yang secara langsung berhubungan
dengan aktifitas hasil kerja, pencapaian tugas dimana istilah tugas berasal dari
pemikiran aktifitas yang dibutuhkan oleh pekerja (Nelson,1997). Gibson (1997)
mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan
organisasi seperti kualitas, efisien dan kriteria efektifitas kerja lainnya. Menurut
Minner (1988) kinerja didefinisikan sebagai tingkat kebutuhan seorang individu
sebagai pengharapan atas pekerjaan yang dilakukannya. Setiap harapan dari tiap
individu dinilai berdasarkan peran. Jika peran yang dimainkan seseorang individu
tidak diketahui dengan jelas atau nampak samar, maka setiap individu tidak akan
mengetahui secara persis apa yang diharapkannya. Kinerja juga merupakan hasil
yang telah dicapai seseorang, yang berhubungan dengan tugas dan peran yang
dilakukannya. Menurut Fiske (McCoy dan Cudeck, 1994) kinerja merupakan
perilaku atau tindakan yang relevan dengan tujuan organisasi. Spesifikasi tujuan ini
mewakili keputusan penilaian yang dilakukan oleh ahlinya. A.A Anwar Prabu
Mangkunegoro (2000) mendifinisikan Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pengertian kinerja lainnya
adalah yang dikemukakan oleh Casio (1992) yang lebih menekankan bahwa yang
dinilai adalah job relevant strengths and weaknesses, yaitu kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang relevan dengan pekerjaannya. Berdasarkan pendapat
30
para ahli tersebut, definisi kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu
yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu organisasi
pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau
standar tertentu dari organisasi dimana individu tersebut bekerja. Mengacu pada
beberapa pengertian dari kinerja di atas, Achmad (2001) mencoba menilai kinerja
dengan pendekatan “input-proses-output”. Indikator-indikator yang digunakan
dalam penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan ini meliputi kerja sama,
prestasi kerja, dan tanggung jawab. Organisasi pemerintah adalah sebuah organisasi
yang mempunyai tujuan untuk melayani masyarakat (public service), mulai dari
lapisan masyarakat yang paling bawah sampai dengan lapisan yang paling atas.
Adanya perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi di era globalisasi dan
lebih spesifik lagi pada era otonomi pendidikan tinggi menuntut organisasi untuk
mengambil langkah-langkah antisipatif baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Penentuan berbagai langkah antisipatif apa yang akan dilakukan oleh
organisasi tidak lepas dari sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi.
Lebih lanjut oleh Simamora (1995) dikatakan bahwa salah satu sumber daya yang
menempati kedudukan strategis dalam organisasi adalah sumber daya manusia.
Kedudukan strategis sumber daya manusia dilihat dari kemampuannya dalam
pengelolaannya (management) dan pengalokasian sumber daya lainnya yang
dimiliki oleh organisasi. Simamora (1995) mengemukakan bahwa kehancuran dan
keberhasilan perusahaan-perusahaan (organisasi) terkemuka di dunia tidak lepas
dari peran sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Tidak diketahuinya
peran penting sumber daya manusia merupakan faktor penghambat organisasi
untuk memiliki kinerja yang tinggi. Oleh karenanya, pemahaman akan arti
31
pentingnya sumber daya manusia perlu bagi individu-individu pengelola sumber
daya manusia dalam organisasi, baik organisasi swasta maupun pemerintah.
Kinerja berkaitan erat dengan tujuan, sebagai suatu hasil perilaku kerja seseorang
(Davis, 1985; Wayan 2000). Perilaku kinerja dapat ditelusuri hingga ke faktor-
faktor spesifik seperti kemampuan, upaya dan kesulitan tugas (Timpl, 1988).
Kinerja sebagai hasil pola tindakan untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar
prestasi, kualitatif maupun kuantitatif, yang telah ditetapkan oleh individu secara
pribadi maupun oleh perusahaan tempat individu bekerja. Kinerja juga sering kali
identik dengan kemampuan seorang auditor bahkan berhubungan dengan komitmen
terhadap suatu profesi (Larkin dan Seweikart, 1992).
Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu
sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan tersebut berupa
suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan
mampu memuaskan kebutuhannya. Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-
faktor individu, yakni :
(a) kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan,
kemampuan menghadapi tekanan;
(b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis di dalam perusahaan lebih mudah
individu tersebut untuk puas;
(c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi
kepuasan kerjanya;
(d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan
yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan
32
kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi (Veithzal Rivai & A
Fawzi M Basri, 2005:17).
Flipo (1984:14) menyatakan bahwa “seseorang agar mencapai kinerja yang
tinggi tergantung pada kerjasama, kepribadian, kepandaian yang beraneka ragam,
kepemimpinan, keselamatan, pengetahuan pekerjaan, kehaditan kesetiaan,
ketangguhan dan inisiatif”. Kerjasama antar pegawai yang ada di organisasi
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas dan pekerjaannya, baik kerjasama antara
atasan dan bawahan maupun kerjasama antar bawahan. Kepribadian para pegawai
menentukan baik buruknya hasil kerja. Pegawai yang mempunyai kepribadian yang
baik tentunya mempunyai kinerja yang optimal. Kepandaian akan menjadikan
seorang pegawai cepat dan tepat di dalam menangani tugas dan pekerjaan, dan
kepandaian tersebut diperoleh dari pendidikan formal maupun pengalaman kerja.
Demikian pula kepemimpinan, pemimpin yang mampu mengakomodir potensi
bawahannya akan lebih kondusif dalam pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi.
Inisiatif pegawai dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, sangat
mempengaruhi hasil kerja, semakin tinggi daya inisiatif dalam menyelesaikan tugas
dan pekerjaannya, maka hasil kerja juga optimal.
Kinerja pegawai dipengaruhi oleh kerjasama, kepribadian yang beraneka
ragam, kepemimpinan, keselamatan, pengetahuan pekerjaan, kehadiran, kesetiaan,
ketangguhan dan inisiatif produktifitas sangat perlu mendapatkan perhatian dari
pihak manajemen organisasi. Flipo (1984). Menjelaskan ada 5 faktor penilaian
kinerja yan berkaitan dengan pelayanan publik yaitu kualitas pekerjaan, supervisi,
kualitas pekerjaan dan kehadiran (Dessler,1992)
33
Menurut Ghiselli dan Brown (1055) kinerja sebagai tingkat keberhasilan
individu dalam melaksanakan pekerjaan, dimana ukuran kesuksesan yang
dicapainya tidak dapat disamakan individu lain. Kinerja adalah suatu hasil atau
taraf kesuksesan yang dicapai seorang pekerja dalam bidang pekerjaannya menurut
kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang orang tertentu (Flippo,1984 : 14).
Menurut Robins (2001), kinerja merupakan suatu hasil yang harus dicapai
oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu
pekerjaan tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa kinerja organisasi mensyaratkan
strategi, lingkungan, teknologi, dan budaya organisasi bersatu. Kinerja karyawan
adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Dalam studi
manajemen kinerja karyawan adalah hal yang memerlukan pertimbangan yang
penting sebab kinerja individual seorang karyawan dalam organisasi merupakan
bagian dari kinerja organisasi, dan dapat menentukan kinerja dari organisasi
tersebut. Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai organisasi tersebut akan
dipengaruhi oleh tingkat kinerja dari karyawan secara individual maupun
kelompok. Kinerja merefleksikan seberapa baik dan seberapa tepat seorang
memenuhi permintaan pekerjaan. Menurut Malthis (2002), kinerja pada dasarnya
apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan akan
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi
antara lain termasuk:
• Kuantitas output
• Kualitas output
• Jangka waktu output
34
• Sikap kooperatif
Kinerja diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam studi yang
tergantung dengan ukuran kinerja secara umum, kemudian diterjemahkan ke dalam
penilaian perilaku secara mendasar yang dapat meliputi berbagai hal: kuantitas
pekerjaan, kualitas pekerjaan, pendapat atau pernyataan yang disampaikan,
keputusan yang diambil dalam melakukan pekerjaan dan deskripsi pekerjaan.
Adapun beberapa faktor penentu kinerja menurut Becker dan Klimoski (1989)
dalam Sulistiyani (2003) yang menjadi indikator dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge), konsep pengetahuan individu berorientasi pada
intelenjensi, daya pikir dan penguasaan ilmu yang memberikan kontribusi pada
seseorang di dalam memecahkan masalah, daya cipta atau menyelesaikan
pekerjaan. Dengan pengetahuan yang dimiliki seorang karyawan diharapkan
mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.
2. Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan dan penguasaan teknis operasional
mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Dengan ketrampilan yang
dimiliki seorang karyawan diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan.
3. kemampuan (abilities), faktor ini terbentuk dari sejumlah kompetensi yang
dimiliki oleh seorang karyawan yang meliputi kemampuan dan ketrampilan.
Dengan demikian apabila seseorang memiliki ketrampilan dan pengetahuan
yang tinggi diharapkan memiliki kemampuan yang tinggi pula.
4. kebiasaan (attitude) dan perilaku (behaviour), apabila kebiasaan-kebiasaan
karyawan adalah baik, maka hal tersebut dapat menjamin perilaku kerja yang
baik atau efektif. Misalnya, karyawan yang mempunyai kebiasaan tepat waktu,
35
disiplin, simple, maka perilaku kerja juga baik, apabila diberi tanggung jawab
akan menepati aturan dan kesepakatan.
Robbins (1996) mendifinisikan kinerja karyawan sebagai fungsi dari
interaksi antar kemampuan dan motivasi, jika ada yang tidak memadai kinerja itu
akan dipengaruhi secara negatip, kecerdasan dan ketrampilan (yang digolongkan
dalam tabel kemampuan) harus dipertimbangkan selain motivasi. Selengkapnya
adalah kesempatan berkinerja, yang diartikan sebagai tingkat-tingkat kinerja yang
tinggi sebagian merupakan fungsi dari tidak adanya kendala-kendala seorang
karyawan, adapun rintangan yang menjadi kendala bagi peningkatan kinerja berupa
lingkungan kerja yang kurang mendukung, peralatan, bahan suplai kurang
memadai, rekan kerja, prosedur yang kurang mendukung. Jadi menurut Robins
kinerja pegawai itu dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi dan kesempatan, baik
kemampuan atas dasar kecerdasan atau ketrampilan, namun tidak membahas
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja. Dengan demikian beberapa
pendapat di atas dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja individu
(pegawai) yang terkait dengan tujuan organisasi meliputi kualitas, kuantitas,
loyalitas, kehadiran, kerjasama, koordinasi, komunikasi, kreatif, inovatif, supervisi
dan evaluasi. Dalam definisi tersebut dengan jelas bahwa mereka menekankan
prestasi sebagai hasil atau hal keluar dari sebuah pekerjaan dan kontribusi pada
organisasi. Dijelaskan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/proses/kebijaksanaan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi.
36
A.2. Sistem Informasi
Sistem dalam lingkup informasi didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan atau sasaran
(Wilkinson & Cerullo, 1997). Komponen-komponen yang saling berhubungan
untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan informasi untuk tujuan
membantu perencanaan, pengendalian, koordinasi dan pengambilan keputusan
organisasi. Menurut Wilkinson (1997) sistem informasi merupakan suatu kerangka
kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk
mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran-
sasaran perusahaan. Fungsi sistem yang utama adalah menerima masukan,
mengolah masukan, dan menghasilkan keluaran. Agar dapat menjalankan fungsi ini
, sistem akan memiliki komponen-komponen input, proses, keluaran dan kontrol
untuk menjamin bahwa semua fungsi dapat berjalan dengan baik. Informasi adalah
data yang sudah diolah sehingga dapat untuk pembuatan keputusan. Data adalah
representasi suatu obyek. Misalnya: mahasiswa diwakili oleh Nomor Induk
Mahasiswa (NIM), maka nomor induk mahasiswa adalah data. Data yang belum
diolah belum dapat dipergunakan untuk pengambilan suatu keputusan. Apabila
masing-masing pengertian di atas digabung, akan diperoleh pengertian sistem
informasi adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama, yang digunakan
untuk mencatat data, mengolah data dan menyajikan informasi untuk para pembuat
keputusan agar dapat diperoleh suatu keputusan yang terbaik.
Menurut O’Brien (1996) dalam Wijayanto (2003) di dalam sistem informasi
terdapat 4 (empat) komponen utama. Keempat komponen utama tersebut adalah:
37
DATA PENGOLAHAN DATA INFORMASI
1. Sumber daya manusia
Yang termasuk dalam sumber daya manusia dalam sistem informasi adalah
end user dan IT specialist. End user adalah orang-orang yang menggunakan sistem
informasi, sedangkan IT specialist adalah orang-orang yang mengembangkan dan
mengoperasikan. Yang termasuk dalam kalangan ini adalah system analyst,
programer, operator komputer dan staf sistem informasi yang lainnya. Secara
singkat, system analyst merancang sistem informasi berdasar permintaan informasi
dari end user. Programer menyiapkan program komputer berdasarkan spesifikasi
dari system analyst, sedangkan operator komputer mengoperasikan sistem
informasi.
2. Sumber daya perangkat keras
Perangkat keras meliputi semua perangkat fisik dan material yang
digunakan dalam pemrosesan informasi. Secara khusus, perangkat keras tidak
hanya meliputi mesin-mesin seperti komputer, tetapi juga semua media
penyimpanan data. Contoh dari perangkat keras dalam sebuah sistem informasi
yang berbasis komputer adalah:
a. Sistem komputer
Misalnya komputer personal, mainframe dan server.
b. Periperal komputer
38
Misalnya alat input seperti mouse dan keyboard serta perangkat output seperti
monitor, printer dan media penyimpanan data seperti disket dan harddisk.
c. Jaringan telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi meliputi komputer, kartu jaringan dan perangkat lain yang
saling terhubung oleh berbagai media telekomunikasi dalam sebuah organisasi.
3. Sumber daya perangkat lunak
Sumber daya perangkat lunak meliputi semua kumpulan perintah-perintah
pemrosesan informasi. Konsep ini tidak hanya meliputi suatu kumpulan perintah
bernama program yang mengatur dan mengontrol perangkat keras komputer, tetapi
juga kumpulan perintah pemrosesan informasi untuk sumber daya manusianya. Hal
tersebut disebut dengan prosedur. Contoh dari perangkat lunak antara lain:
a. Perangkat lunak sistem
Berfungsi untuk mengontrol dan mendukung operasi dari sebuah sistem komputer.
Misalnya sistem operasi (Linux, Windows dan lain-lain).
b. Perangkat lunak aplikasi
Hal ini meliputi program-program yang secara langsung mengatur penggunaan
komputer untuk keperluan tertentu oleh end users. Contohnya antara lain software
pengolah data, ,spreadsheet, dan pengolah gambar.
c. Prosedur
Adalah instruksi-instruksi kepada pengguna sistem informasi. Contohnya petunjuk
penggunaan sebuah perangkat lunak.
39
4. Data
Data lebih dari sekedar bahan mentah dari sebuah sistem informasi. Konsep
dari data telah menjadi luas bagi manajer dan profesional sistem informasi. Mereka
menyadari bahwa sumber daya berharga bagi organisasinya. Sumber daya data dari
sebuah sistem informasi biasanya dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Database
Memproses dan mengorganisasi data
b. Knowledge bases
Terdiri dari berbagai macam bentuk seperti fakta dan aturan tentang sebuah
subyek tertentu. Komponen sistem informasi sangat tergantung kepada proses di
masing-masing perusahaan. Komponen yang paling utama adalah teknologi
komunikasi, teknologi komputasi dan teknologi informasi. Teknologi komunikasi
digunakan untuk mengirim data dari satu tempat ke tempat yang lain atau alat ke
alat yang lain. Teknologi komputasi adalah berbagai perangkat yang digunakan
untuk mengolah data-data. Teknologi informasi adalah berbagai metode untuk
menyajikan berbagai bentuk informasi ke berbagai pihak yang memerlukan.
Menurut M. Fakhri Husein dan Amin Wibowo (1999:8) sistem informasi
adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan yang fungsinya
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk
mendukung pembuatan keputusan dan pengawasan dalam organisasi. Selain
mendukung pembuatan keputusan, koordinasi dan pengawasan, sistem informasi
40
dapat membantu manajer dalam menganalisa masalah, membuat masalah-masalah
kompleks dan menciptakan produk-produk baru.
Tujuan utama sistem informasi adalah untuk menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh semua penggunanya, baik internal maupun eksternal. Wilkinson
(1992) mengemukakan ada tiga sasaran utama yang ingin dicapai organisasi dalam
pengembangan sistem informasi. Ketiga sasaran tersebut adalah:
1. menyediakan informasi untuk mendukung operasional harian,
2. menyediakan informasi yang menunjang pengambilan keputusan pihak
internal,
3. menyediakan informasi untuk memenuhi kewajiban yang berhubungan
dengan kekayaan organisasi.
Menurut Wilkinson (1997) sistem informasi merupakan suatu kerangka
kerja di mana sumber daya manusia (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk
mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran-
sasaran perusahaan. Banyak definisi sistem informasi lain yang dikemukakan
sebelum Wilkinson, beberapa diantaranya adalah yang dikemukakan oleh John F.
Nasbit dan Martin B. Robert dalam Leidner (1994), mendefinisikan sistem
informasi sebagai kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media,
prosedur, dan pengendalian yang dimaksudkan untuk menata jaringan komunikasi
yang penting. Selain itu pengolahan atas transaksi-transaksi tertentu rutin akan
membantu manajemen, pemakai intern dan ekstern serta menyediakan dasar
pengambilan keputusan yang tepat (intelligent). Sedangkan menurut Davis dan
41
Olson dalam Leidner (1994) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu sistem
yang tersusun atas elemen mesin-orang yang terintegrasi untuk menghasilkan
informasi yang dapat mendukung fungsi-fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem Informasi dapat
digolongkan berdasarkan beberapa cara, misalnya berdasarkan tingkatannya,
berdasarkan kegunaannya, berdasarkan prosesnya dan sebagainya (Wahyu,
Winarno Wing, 2004:2.2).
4. Metode Penelitian
Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif. Nawawi (1993 : 63) mengatakan bahwa metode
deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian, dalam hal ini sistem informasi,
kinerja karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagaimana adanya. Dengan metode ini peneliti tidak melakukan
pengujian hipotesis melainkan mengembangkan konsep dan mengumpulkan fakta yang
ada.
5. Hasil Penelitian
Dengan melihat ungkapan-ungkapan yang telah disampaikan beberapa
responden mengenai keuntungan, kemudahan dan segi positif yang dimiliki Simaweb,
jelas bahwa apa yang disampaikan oleh Davis dan Olson dalam Leidner (1994), sistem
informasi sebagai suatu sistem yang tersusun atas elemen mesin-orang yang
terintegrasi untuk menghasilkan informasi yang dapat mendukung fungsi-fungsi
operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam suatu organiasasi, telah terbukti
42
karena semua itu harus ada kesadaran, komitmen dan kebersamaan antara baik itu
pimpinan, karyawan maupun dosen maupun mahasiswa yang bersama-sama menyadari
pentingnya sistem. Hal itu merupakan konsekuensi, komitmen bersepakat bersama,
sehingga dengan satu komitmen tersebut maka persoalan-persoalan yang muncul akan
dapat diselesaikan bersama dengan musyawarah dan mufakat untuk kesulitan-kesulitan
itu dipikul bersama. Selanjutnya Simaweb di Fakultas Ekonomi yang
pengoperasiannya dilakukan oleh karyawan administrasi maka secara tidak langsung
karyawan mempunyai andil yang cukup besar karena tanpa mereka Simaweb tidak bisa
berjalan dengan baik. Kinerja karyawan setelah adanya Simaweb jauh lebih baik
karena dengan sistem informasi mau tidak mau semua karyawan harus berhadapan
dengan komputer yang berbasis internet sehingga secara baik langsung maupun tidak
langsung.soft skill karyawan meningkat, tanggung jawab masing-masing tugas setiap
karyawan semakin jelas karena bila ada aplikasi yang kosong hal tersebut berarti
karyawan tersebut tidak melakukan aktivitas pekerjaan. Kemudian yang lebih penting
monitoring pimpinan kepada karyawan lebih jelas dan setiap karyawan dapat melayani
dosen dan mahasiswa dengan lebih baik dengan sumber data dalam Simaweb.
Peningkatan lainnya yang dapat dirasakan adalah bidang perpustakaan karena dengan
adanya Simaweb sistem administrasi baik inventaris bahan pustaka yang meliputi judul
eksemplar, jenis koleksi bahan dapat diketahui sangat cepat. Selain itu dengan adanya
Simaweb sangat membantu seperti untuk administrasi keterlambatan peminjaman atau
denda yang dulu ketika masih manual masih bisa tawar menawar tetapi sekarang sudah
online dapat mengetahui atau mengcover secara otomatis siapa saja yang meminjam
buku dan jumlahnya berapa pada hari itu. Meskipun Simaweb yang telah dibangun
selama hampir lima tahun banyak keuntungan, kemudahan dan segi positifnya namun
43
masih ada kendalanya yang dirasakan oleh pemakai, baik mahasiswa, dosen dan
karyawan.
Kinerja yang semakin tinggi melibatkan kombinasi dari peningkatan efisiensi,
peningkatan efektivitas, serta peningkatan produktivitas dan/atau peningkatan kualitas
kerja. Kinerja yang lebih baik akan tercapai jika karyawan dapat memenuhi kebutuhan
individual dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas. Agar suatu sistem informasi
dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja karyawan, maka teknologi
tersebut harus dimanfaatkan dengan tepat dan harus mempunyai kecocokan dengan
tugas yang didukungnya. Bergantinya sistem administrasi berbasis manual menjadi
berbasis komputer menyebabkan berubah pula pengendalian intern, metode pencatatan,
metode penyimpanan, metode penelusuran dan fungsi-fungsi lainnya. Perubahan
tersebut perlu diikuti berubahnya kompetensi dan kualifikasi karyawan agar mampu
menjalankan tugasnya dengan baik dan dapat beradaptasi dengan perubahan sistem
informasi untuk menunjang pekerjaannya. Goodhue dan Thompson (1995) dalam
penelitiannya yang berjudul ”Task-Technology Fit and Individual Performance”
menjelaskan bahwa hubungan antara faktor kesesuaian tugas-teknologi terhadap
kinerja individual didasarkan pada penelitian-penelitian yang berfokus pada kesesuaian
tugas-teknologi. Dalam penelitian tersebut, pemanfaatan teknologi informasi
merupakan sesuatu yang sudah diasumsikan. Aliran yang berfokus pada kesesuaian
tugas-tekonologi ini berargumentasi bahwa dampak kinerja akan dihasilkan dari
kesesuaian tugas-teknologi, yaitu pada saat teknologi menyediakan sarana dan
dukungan yang sesuai atau cocok dengan yang diperlukan oleh tugas yang
didukungnya. Artinya jika teknologi yang diterapkan dalam suatu perusahaan dapat
44
memberikan banyak kemudahan dalam penyelesaian tugas/pekerjaan, maka kinerja
individu karyawan pada perusahaan tersebut meningkat.
Dengan adanya sistem informasi di Fakultas Ekonomi jelas sangat
mempengaruhi kinerja karyawan, hal tersebut karena Simaweb setiap hari yang
pengoperasiannya oleh karyawan administrasi secara tidak langsung maka karyawan
mempunyai andil yang sangat besar karena tanpa mereka Simaweb tidak akan berjalan
dengan baik. Kinerja karyawan setelah adanya Simaweb jelas lebih baik, karena
dengan adanya Simaweb mau tidak mau semua karyawan harus berhadapan dengan
komputer yang berbasis internet, sehingga secara langsung maupun tidak langsung soft
skill karyawan meningkat. Kemudian tanggung jawab masing-masing tugas setiap
karyawan semakin jelas karena bila ada aplikasi yang kosong berarti karyawan tersebut
tidak melakukan aktivitas pekerjaan, dan sangat penting bahwa monitoring pimpinan
kepada karyawan lebih jelas dan karyawan bisa melayani mahasiswa dengan lebih baik
dengan sumber data dalam Simaweb.
6. Kesimpulan
Kehadiran teknologi komputer, meskipun demikian tidak sepenuhnya diterima
secara positif oleh setiap individual. Keberadaan komputer belum tentu dapat
dirasakan manfaatnya oleh setiap pemakainya (Thompson et.al, 1991). Teknologi
tersebut dinilai tidak secara otomatis dapat memenuhi kebutuhan pemakai, karena
penggunaannya untuk pengolahan data kemungkinan tidak selalu mendatangkan
kemudahan bagi pemakainya. Bahkan sebaliknya, keberadaan teknologi komputer
dapat mendatangkan kesulitan bagi pemakai. Teknologi dipandang sebagai alat yang
digunakan oleh individu dalam menjalankan tugasnya. Dalam konteks penelitian sistem
45
informasi, teknologi menunjukkan sistem komputer (perangkat lunak, perangkat keras,
data) dan layanan pendukung bagi pemakai yang tersedia untuk membantu pemakai
menjalankan tugasnya. Goodhue dan Thompson (1995) mendefinisikan kesesuaian
tugas-teknologi sebagai suatu derajad seberapa tinggi teknologi membantu individu
dalam menjalankan serangkaian tugas-tugasnya.
Dengan berjalannya sistem informasi di Fakultas Ekonomi yang dikenal dengan
Simaweb banyak membantu proses belajar mengajar, tidak hanya bagi karyawan yang
menjalankan administrasi akademiknya tapi juga bermanfaat baik bagi dosen maupun
mahasiswa. Dengan adanya Simaweb yang pada awalnya menerapkankan sistem,
dengan proses yang panjang dan banyak menimbulkan pro dan kontra baik dari
karyawan, dosen maupun mahasiswa namun akhirnya saat ini sistem informasi tersebut
dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak di lingkungan Fakultas Ekonomi.
Dibentuknya Simaweb tujuannya adalah untuk meningkatkan informasi
akademik tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga sangat penting untuk dosen, dengan
adanya Simaweb dosen bisa tahu persis terutama mengenai jadwal mengajar dan juga
mengetahui lebih jauh mengenai mahasiswa, yaitu dengan komunikasi secara langsung
dengan mengeluarkan Hot Massages untuk memberikan pengumuman kepada
mahasiswa. Selain itu dengan adanya Simaweb bisa mengcover mengenai presensi
dosen dan apabila dosen mempunyai kinerja buruk maka akan muncul dalam Hot
massages tentang keluhan mahasiswa terhadap kinerja dosen yang tidak pernah
mengajar. Kemudian dengan adanya Simaweb membantu ploting mata kuliah, dengan
jadwal tersebut untuk hari dan jamnya menjadi lebih pasti dan pengambilan mata
kuliah oleh mahasiswa yang bisa langsung diakses, dapat memberikan kesempatan
kepada mahasiswa langsung memilih kelas A atau kelas yang lainnya. Keuntungan
46
dengan adanya Simaweb banyak yang dirasakan antara lain untuk melihat data yang
diminta khususnya data akademik cepat sekali, untuk mahasiswa sendiri menjadi lebih
cepat karena dihubungkan dengan internet, efisien karena tidak perlu datang ke kampus
tetapi cukup dilakukan dirumah ataupun melalui internet dimanapun mereka berada
kecuali mereka mempunyai masalah yang harus diselesaikan dikampus. Keuntungan
yang lain bahwa nilai langsung bisa di online, artinya mahasiswa dapat secara online
melalui komputer nilai yang dimilikinya, kemudian mahasiswa setiap saat bisa melihat
perkembangan IP dan IPK nya dan mahasiswa juga dapat melihat mata kuliah apa yang
dapat diambil selanjutnya, salah satunya jatah KRS semester depan sudah tahu tanpa
harus konsultasi terlebih dahulu ke dosen wali.
Dengan adanya Simaweb tidak hanya bermanfaat bagi dosen, mahasiswa dan
karyawan tetapi bagi organisasi atau Fakultas Ekonomi sangat banyak manfaatnya,
antara lain bahwa sistem perencanaan KRSnya, nilai, ketepatan waktu ujian dan
ketepatan pengumpulan soal ujian semakin baik. Dengan dibangunnya sistem informasi
tersebut yang mulanya untuk memperbaiki sistem yang sangat rawan antara lain
adanya kebocoran, perubahan dan sebagainya. Sekarang ini setelah adanya sistem,
benar-benar dapat memonitor securitas nilai termasuk didalamnya mengenai kriteria
pengambilan mata kuliah oleh masing-masing mahasiswa. Selain itu dengan sistem
yang sekarang berjalan tersebut EWMP yang merupakan form yang harus diisi setiap
dosen pada setiap awal semester, sudah dapat langsung diketahui bahwa dosen
mempunyai beban kredit/tugas itu sudah memenuhi syarat atau kelebihan dan
sebagainya.
Dengan adanya Simaweb sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dan
dosen, pada awalnya menerapkan sistem memang banyak yang berpikiran menentang,
47
dengan adanya sistem nanti akan mengurangi banyak tenaga administrasi sehingga
fakultas akan menerapkan sulit sekali dan banyak yang menetang. Tetapi setelah sistem
tersebut dijalankan sampai sekarang, integrasi itu jelas dan bisa terarah, karyawan lebih
enjoy dan pimpinan dapat memonitor masing-masing pegawai. Karena sifat dari
Simaweb itu memudahkan, banyak keuntungannya dan manfaatnya maka sangat
menunjang tugas-tugas karyawan dalam melayani dosen, mahasiswa pihak luar yang
membutuhkan. Dalam menyediakan informasi yang segera diminta ataupun
dibutuhkan, bisa dengan cepat tanpa harus menunggu lama seperti sebelum
menggunakan Simaweb.
48
JURNAL BAHASA INGGRIS
Efe Francis Ejedafiru
Attitude of Professional Librarians towards the Use of Information and
Communication Technology (ICT) In Delta State University Library
2013
1. Tujuan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi sikap pustakawan
profesional terhadap penggunaan ICT di perpustakaan Delta State University.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
i) Untuk mengetahui berbagai perangkat ICT yang banyak digunakan oleh
pustakawan profesional.
ii) Untuk mengetahui kemampuan ICT dari pustakawan professional
iii) Untuk menilai status keadaan seni di fasilitas ICT di perpustakaan Delta
State University.
iv) Untuk memastikan faktor tertentu yang cenderung mempromosikan
sikap positif dari pustakawan profesional terhadap penggunaan TIK dan
sikap mereka terhadap mengadopsi teknologi.
v) Untuk memastikan hambatan untuk penggunaan ICT oleh pustakawan
profesional.
49
2. Penelitian Terdahulu
Menguatkan ini Dilek-kayaoglu (2008) dalam penelitian tentang
penggunaan jurnal elektronik oleh anggota fakultas di Universitas Istanbul,
mengungkapkan bahwa mayoritas responden mendukung transisi dari cetak ke
sumber daya elektronik. Yang benar adalah bahwa literatur telah menunjukkan
bahwa kedua saling melengkapi.
Adekunle, osoba dan Tella (2007) melaporkan karya penelitian Klausmeier
dan Godwin yang menyatakan sikap bahwa adalah belajar disposisi emosional
kencang untuk bereaksi dengan cara yang konsisten menguntungkan atau tidak
menguntungkan terhadap orang, obyek atau ide. Sikap mempengaruhi perilaku dan
harus dipertimbangkan dalam mengelola staf, terutama selama perubahan dan
inovasi (Spacey, penyepuhan dan Murray, 2004). Misalnya, Janes (2002)
menetapkan bahwa pustakawan referensi dengan pengalaman referensi digital
memiliki sikap yang lebih positif daripada mereka yang tidak memiliki
pengalaman.
3. Landasan Teori
Tidak bisa dihindari bahwa pengenalan informasi dan Teknologi
komunikasi (TIK) yang menyebabkan serangkaian gangguan antara pustakawan
profesional dan perpustakaan pada umumnya sebagai teknologi yang lebih tua dan
sistem mengungsi dengan yang baru. Layanan universitas terutama memerlukan
50
penggunaan ICT untuk memberikan layanan yang efektif dan baik. Dalam ekonomi
informasi, pendorong pertumbuhan ekonomi akan menjadi infrastruktur ICT. Oleh
karena itu, perpustakaan universitas di Nigeria terjebak dalam siklus-kurangnya
infrastruktur ICT yang secara otomatis mengurangi permintaan untuk layanan
komunikasi, yang selanjutnya kendala dalam investasi di infrastruktur. Meskipun
sumber lain dari ancaman adalah ICT yang menyediakan kesempatan bagi
perpustakaan teknologi didorong untuk memotong perpustakaan cetak tradisional.
Penerimaan dari TIK oleh pustakawan profesional merupakan faktor yang
sangat penting untuk realisasi misi perpustakaan universitas. Pemanfaatan sukses
teknologi di perpustakaan universitas terutama tergantung pada pustakawan sikap
terhadap alat-alat ini. Sebuah tinjauan literatur psikologi mengungkapkan beragam
definisi sikap. Yusuf (2005) didefinisikan sebagai sikap persepsi individu dan
reaksi terhadap tugas yang diharapkan akan dilakukan atau dieksekusi dalam
kelompok, lembaga, lingkungan sekolah atau organisasi. Sikap dapat dikatakan
positif atau tinggi ketika respon individu untuk tugas atau program menguntungkan
dan ketika mereka menunjukkan komitmen untuk tugas-tugas mereka. Sikap
didefinisikan sebagai implisit, drive-memproduksi respon pertimbangkan sosial
yang signifikan di masyarakat individu. Definisi negara ini, pada dasarnya, bahwa
dari sudut pandang psikologis, sikap adalah respon implisit dengan kekuatan drive
yang terjadi dalam diri individu sebagai reaksi terhadap stimulus pola dan yang
mempengaruhi tanggapan terbuka berikutnya. Sikap telah digunakan untuk
mewakili persepsi pustakawan pada nilai yang melekat pada ICT dalam layanan
perpustakaan.
51
4. Metodologi Penelitian
Sebuah kuesioner terstruktur dikembangkan untuk tujuan pengumpulan data
dan kuesioner yang dibagikan secara pribadi di antara pustakawan profesional
perpustakaan universitas Delta Negara. Sementara merancang kuesioner perawatan
karena diberikan untuk membuatnya komprehensif oleh semua termasuk komponen
penting tanpa mengorbankan objektivitas penelitian. Frekuensi jumlah dan
persentase yang digunakan untuk menganalisis data yang dihasilkan. Sebanyak 20
eksemplar kuesioner yang dibagikan kepada 20 pustakawan profesional
perpustakaan universitas Delta Negara. Namun, staf profesional para-profesional
dan non perpustakaan dikeluarkan dari survei.
5. Hasil Penelitian
Tabel di atas menunjukkan bahwa 11 responden yang mewakili 55% adalah
perempuan sedangkan sisanya 9 mewakili 45% adalah laki-laki. Ini berarti bahwa
perempuan adalah responden tertinggi digunakan. Dalam beberapa tahun terakhir
kualifikasi yang lebih tinggi telah menuntut pustakawan profesional di tempat
kerja, pentingnya pendidikan profesional meningkat di seluruh dunia. Di Nigeria
mode pelatihan untuk pustakawan profesional pada dasarnya disediakan dalam
program yang berbeda mulai dari tingkat pertama dan setara, M Sc dan PhD.
Mereka dengan M Sc. Peringkat tertinggi, diikuti oleh responden dengan PhD
sebagai kualifikasi maksimal. Hal itu juga mengamati bahwa lebih dari 90% dari
mereka dengan sertifikat Msc menjalani program PhD di universitas yang berbeda
di dalam dan luar negeri. Dengan skenario perubahan ini, kepustakawanan modern
telah menjadi profesi, dengan keragaman peluang dan tantangan bagi pustakawan
52
profesional. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi para profesional untuk
memperoleh keterampilan baru melalui akuisisi kualifikasi yang lebih tinggi di lain
bagi mereka untuk menjadi relevan dalam abad ke-21 ini.
Tanggapan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa e-mail (80%), laptop (75%)
dan komputer (70%) yang banyak digunakan oleh pustakawan profesional di
perpustakaan Delta State University. Tabel ini juga menunjukkan bahwa mesin
fotokopi dan printer masing-masing berikutnya di peringkat perangkat ICT banyak
digunakan. Hal ini penting untuk mengamati di sini bahwa pustakawan profesional
ditemukan teknologi ini berguna karena mereka menyediakan nyaman, tepat waktu,
mekanisme non mengganggu dan murah untuk komunikasi dengan rekan-rekan
mereka di seluruh dunia.
Dari tingkat kompetensi ICT tabel responden tidak ragu-ragu, maka 85%
responden menyatakan bahwa mereka dapat mengoperasikan komputer secara
efektif, sementara 80% dan 75% mengatakan mereka menggunakan informasi
online untuk penelitian dan mampu menggunakan mesin pencari www masing-
masing. Tingkat kompetensi positif ini bisa menjadi jejak untuk fakta bahwa
layanan perpustakaan universitas kontemporer penyediaan sangat dipengaruhi dan
didominasi oleh dinamika perangkat ICT yang sangat besar. Oleh karena itu,
Obiora, Okeke & Jada Api (2013) berpendapat bahwa layanan informasi jaringan
secara bertahap menjadi penggunaan layanan yang paling mungkin di perpustakaan
universitas. Dari tabel 60% dari responden memilih untuk publikasi online untuk
output penelitian mereka. Teknologi telah mereda pengolah kata dan memfasilitasi
cepat produksi teks-teks tersebut. Pustakawan maka profesional di Delta
perpustakaan universitas negeri cenderung mengembangkan sikap positif terhadap
53
publikasi ilmiah online. Banyak e-jurnal belum tunduk kerasnya peer review dan
menyeluruh copy-editing. Padahal, salah satu menyadari bahwa peer review tidak
selalu menjamin keadilan atau kualitas.
Dari tabel, 100% responden melihat pendanaan yang tidak memadai sebagai
penghalang utama untuk menggunakan TIK di perpustakaan universitas mereka.
Dalam studi mereka Obiora, Okeke, Ejedafiru (2013) berpendapat bahwa
perpustakaan universitas di Nigeria telah terendam tantangan keuangan sumber
daya elektronik. Pendanaan miskin memiliki efek serius pada sikap pustakawan
profesional pada penggunaan ICT. Sementara akses terbatas ke terminal komputer
(80%) dan fasilitas TIK yang tidak memadai (65%) berada di sebelah masing-
masing. Ini tidak memadai pendanaan dan akses yang terbatas ke alat ICT tertentu
menunjukkan bahwa beberapa kegunaan mungkin baik menjadi miskin atau
memperlambat yang dapat secara otomatis mengarah ke sikap negatif pada bagian
dari para pustakawan profesional jika perawatan yang tepat tidak diambil untuk
mengatasi anomali. Tingkat mana perangkat TIK dimanfaatkan oleh pustakawan
profesional di Delta perpustakaan universitas negeri sebagian besar tergantung pada
pustakawan keahlian, persepsi, ketersediaan, akses dan keterampilan. Bekerja sama
dengan penelitian ini, beberapa peneliti sebelumnya mengidentifikasi berbagai
tantangan untuk penggunaan yang efektif dari ICT dalam operasi perpustakaan di
Nigeria. Nwalo, (2000), Elisa, (2006), Ahiazu, (2006), Behera dan Singh (2011),
mengidentifikasi berbagai tantangan ilitating terhadap penggunaan yang efektif
TIK di perpustakaan akademik. Ini termasuk kurangnya keterampilan ICT, kendala
keuangan, masalah mengatasi peningkatan gencarnya, dll Hal ini jelas dari
penelitian ini bahwa, meskipun pustakawan profesional menghargai pentingnya
54
ICT sebagai alat untuk mengubah perpustakaan di semua konsekuensi; sumber
daya menurun keuangan, fasilitas ICT yang tidak memadai ditambah dengan
inovasi terus-menerus dalam ICT merupakan batu sandungan bagi sikap positif
terhadap penggunaan ICT. Dalam studi mereka, Sax, Astin, Korn, & Gilmartin
(1999) mengamati bahwa "dua pertiga dari Amerika Serikat 'anggota fakultas
perguruan tinggi melaporkan bahwa menjaga dengan teknologi informasi (TI)
adalah stres bagi mereka. Oleh karena itu, posisi pustakawan profesional di
perpustakaan Delta State University tidak bisa menjadi pengecualian.
6. Kesimpulan
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pustakawan profesional di perpustakaan
universitas Delta State dibayar sambutan hangat untuk ICT dan teknologi yang terkait.
Sikap mereka positif terhadap TIK untuk layanan perpustakaan dan pengembangan
pribadi. Ditemukan bahwa gender dan kualifikasi responden tidak berpengaruh pada
kekuatan sikap mereka terhadap ICT. Namun, frekuensi penggunaan, tingkat
keterampilan yang dirasakan dan pelatihan dalam penggunaan TIK memiliki dampak
yang kuat pada sejauh mana sikap peserta. Para peserta penelitian ini hanya
pustakawan profesional yang karena pengalaman dan pelatihan mereka di bidang
kepustakawanan akademik lebih kepatuhan ICT. Pustakawan Sisanya para-profesional
dan non-profesional yang tidak belajar. Mengingat bahwa temuan penelitian ini,
langkah-langkah harus diambil untuk menyediakan fasilitas ICT untuk semua
pustakawan terlepas dari status atau jenis perpustakaan mereka menemukan diri
mereka. Ada konsensus umum bahwa sikap positif terhadap penggunaan TIK pasti
akan meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan mereka membuat dan juga
meningkatkan pengembangan pribadi mereka.
55
JURNAL BAHASA INGGRIS
Kayode T. Ijadunola
CORRELATES OF PHYSICIANS ATTITUDE TOWARD COMMUNICATION
WITH HIV/AIDS PATIENTS IN ILE-IFE, NIGERIA
2004
1. Tujuan
Tujuan Penelitian ini menilai persepsi psikiater terhadap pasien HIV / AIDS
dan mengidentifikasi faktor-faktor penentu sikap psikiater terhadap komunikasi
dengan pasien HIV / AIDS di Ile-Ife, Nigeria.
2. Landasan Teori
Komunikasi di sini adalah konsep sosial dan mengacu pada 'tindakan
memberi informasi' dan 'sarana bertukar pesan'. Tindakan ini akan mencakup
dokter memberitahukan pasien HIV / AIDS dari diagnosis mereka; berbagi
informasi yang benar dengan pasien tentang keseriusan atau kondisi mereka;
mendiskusikan dengan pasien masalah hidup positif dengan HIV / AIDS,
prognosis, dan untuk yang sakit parah, akhir-hidup perawatan; dan memberikan
pasien kesempatan untuk berdiskusi dengan dokter mereka, mengajukan pertanyaan
dan mencari klarifikasi. Misalnya, internis dan dokter laboratorium sering harus
berkomunikasi diagnosis dan mendiskusikan hidup positif dengan HIV; ahli
onkologi, hematologi dan internis harus berkomunikasi tentang kepatuhan terhadap
obat anti-retroviral dan obat-obatan untuk pengobatan infeksi oportunistik; namun,
56
yang lain seperti dermatologists, ahli bedah, internis dan ahli radiologi intervensi
harus berkomunikasi tentang prognosis dan akhir-hidup perawatan.
3. Metodologi Penelitian
Sebuah kuesioner semi-terstruktur digunakan untuk memperoleh informasi
dari 110 dokter dalam survei cross-sectional, sedangkan wawancara mendalam
dilakukan dengan 10 orang yang hidup dengan HIV / AIDS (ODHA) yang
sebelumnya telah mengaku di bawah perawatan dari dokter. Univariat, bivariat dan
analisis multivariat dilakukan.
4. Hasil Penelitian
Meskipun kebanyakan psikiater sangat paham dengan keadaan ODHA
(Orang Dengan HIV / AIDS) namun 58% dari mereka yang ditampilkan sikap
positif ketidaknya,anan terhadap komunikasi dengan ODHA yang berada di bawah
perawatan mereka, sehingga harapan pasien tentang komunikasi HIV / AIDS tidak
terpenuhi. Hanya 43% dari dokter menyatakan kenyamanannya terlibat ODHA
dalam diskusi panjang atau berkomunikasi tentang diagnosis HIV kepada pasien.
Berkorelasi kuat anatara sikap positif dokter dalam konseling HIV / AIDS, jumlah
penderita HIV / AIDS yang diobati per bulan, jumlah tahun yang dihabiskan dalam
perawatan ODHA, dan jenis kelamin dari dokter (p <0,05) .
Kesimpulannya, Dokter di Ile-Ife, Nigeria tidak cukup dilengkapi dengan
cara pelatihan untuk secara efektif memenuhi harapan pasien mereka mengenai
komunikasi HIV / AIDS. Jumlah besar ODHA di negara itu membuat hal ini
menjadi perhatian mendesak untuk mengatasi aspek penting dari perawatan.
57
5. Kesimpulan
Kebanyakan dokter di Ile-Ife memandang ODHA dengan positif dan
menampilkan sikap positif terhadap komunikasi dengan pasien ini. Namun, mereka
tidak nyaman dengan komunikasi HIV / AIDS mereka juga tidak memenuhi
kebutuhan informasi dari pasien mereka, ini mengungkapkan kekurangan utama
dalam komunikasi dan konseling interpersonal dari dokter. Karena peran dokter,
selain untuk mengobati penyakit, sekarang sebagian besar termasuk membantu
dalam pengelolaan dan penyesuaian terhadap masalah yang ditimbulkan penyakit,
ada kebutuhan mendesak untuk meninjau kurikulum pelatihan dokter di Nigeria di
kedua sarjana dan pasca-kualifikasi. Ulasan kurikulum ini harus lebih baik
menekankan sesuai (misalnya akhir tahun) petunjuk yang relevan dan waktu dalam
Sosiologi Kesehatan dan Komunikasi Kesehatan & Konseling. Selain itu, harus
membangun kompetensi dalam berkomunikasi bagaimana pasien dapat lebih hidup
dengan penyakit menular kronis (misalnya HIV / AIDS) dan penyakit tidak
menular umumnya, karena banyak pasien yang menderita kondisi ini tidak hanya
mengambil banyak tempat tidur rumah sakit, tetapi juga banyak tenaga medis orang
dan jam medis.
58
2.2. Landasan Teori
Teori Variabel Teknologi Informasi
1. Teknologi informasi terus memiliki dampak besar pada organisasi dari
semua ukuran, baik negeri maupun swasta. Dampak ini bisa positif atau
negatif, tetapi hampir selalu ada dampaknya. Bisnis dan organisasi lain
tidak sama dengan pada satu dekade lalu. Sekarang lebih kompleks tetapi
memiliki lapisan lebih sedikit dari manajemen; mereka cenderung untuk
menawarkan produk yang lebih beragam dan layanan; mereka sangat
bergantung keakuratan dan ketepatan waktu informasi. Dan perubahan ini
dalam organisasi selalu cepat, tidak melambat.(Ewainright 1991)
2. Dampak teknologi informasi pada orang-orang. Hal ini dapat digunakan
untuk memantau orang, untuk melihat privasi mereka, dan menurunkan
jabatan. Upaya untuk menerapkan sistem tersebut mungkin menghadapi
perlawanan yang berkepanjangan intens. (E. Wainright 1991 : 590)
3. Salah satu kemajuan teknologi umum yang akan mempengaruhi organisasi
dari semua jenis adalah peningkatan penggunaan sistem kantor dan stasiun
kerja. (E. Wainright 1991 : 625)
4. stasiun kerja terpadu akan digunakan oleh kedua pekerja profesional dan
administrasi. Penciptaan informasi, pengolahan, penyimpanan, dan transfer,
baik dalam suara, data, video, atau bentuk grafis, semua akan berasal dari
bagian yang sama dari peralatan. Sistem ini akan memberikan produktivitas
yang lebih besar di tempat kerja. (E. Wainright 1991 : 625 )
59
5. Sebuah sistem informasi sumber daya manusia adalah sebuah pendekatan
terorganisir untuk memperoleh informasi yang relevan dan tepat waktu
yang menjadi dasar keputusan sumber daya manusia. Sistem yang efektif
sangat penting untuk sumber daya manusia dalam pengambilan keputusan.
(Mondy 1996 : 163 )
Teori Variabel Komunikasi
1. Istilah komunikasi digunakan secara bebas dalam masyarakat modern,
termasuk anggota masyarakat, sarjana perilaku organisasi dan praktisi
manajemen. Kebanyakan definisi komunikasi yang digunakan dibuku
perilaku organisasi menekankan penggunaan symbol untuk mentransfer
makna informasi. (Fred luthans 2005 : 375 )
2. Berhubungan erat dengan media adalah teknologi komunikasi yang
diterapkan melalui sistem informasi manajemen. Sistem informasi
manajemen umumnya melalui tingkat komputerisasi. Penggunaan PC dan
internet membuat hamper semua proses informasi dilakukan dengan
computer. SIM bukan hanya mencakup pembangkitan, pemrosesan, dan
transmisi informasi, tetapi belakangan ini telah memainkan peranan vital
dalam strategi, proses keputusan, dan manajemen pengetahuan, dalam
organisasi. (Fred Luthans 2005 : 375)
3. Mesikipun kebijaksanaan konvensional seperti pendekatan media computer
adalah lebih efektif, tetapi meta-analisis terbaru menemukan terjadinya
penurunan efektivitas kelompok dan meningkatnya waktu yang diperlukan
untuk menyelasikan tugas. Kepuasan anggota yang tidak melakukan
60
komunikasi tatap muka juga menurun. (shawn tully 1993 dalam luthans
2005 : 375)
4. Komunikasi harus dimulai pada peluncuran proses desain. Anggota tim
desain harus menginformasikan konstituen mereka yang revisi terhadap
sistem manajemen kinerja yang direncanakan, dan mengumpulkan masukan
dan umpan balik pada fitur sistem yang diinginkan. Pelaksanaan sistem baru
melibatkan perubahan besar yang berpotensi mengancam karyawan, strategi
perubahan manajemen akan dibutuhkan. (Mohrman,A.M.,Jr dalam Elaine d
pulakos 2004 : 23)
5. True communication is the creation of a mental image in the mind of a
receiver in exactly the same detail as intended by the sender. (Vecchio 2000
: 290)
6. Communication can defined as the “exchange of messages between persons
for the purpose of constructing common meanings” (J.Fulk and B. Boyd
dalam Vecchio 2000 : 290)
Teori Variabel Attitude
1. Istilah sikap sering digunakan orang untuk mendeskripsikan orang dan
menjelaskan perilaku mereka. (Luthans 2005 : 236)
2. Komponen sikap dibagi menjadi tiga yaitu emosi, informasi dan perilaku.
Komponen emosi mencakup perasaan seseorang. Positif, netral atau
negative mengenai objek. Komponen informasi terdiri dari kepercayaan dan
informasi yang dimiliki individu mengenai objek. Tidak ada perbedaan
apakah informasi itu riil atau empiris. Komponen perilaku terdiri dari
61
kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap objek. Dari
ketiga komponen hanya perilaku yang dapat diamati sedangkan dua lainnya
hanya dapat diduga (Luthans 2005 :236)
3. Sikap adalah “keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.
( Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218)
Aspek Sikap
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek antara lain:
1. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal fikiran. Ini
berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-
harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu.
2. Aspek Afektif yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan
tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipasti dan sebagainya
yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.
3. Aspek Konatif yaitru berwujud tendensi/kecenderungan untuk berbuat
sesuatu objek. (Ahmadi 1999: 162)
Teori Variabel Kinerja
1. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa “Kinerja
merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
62
tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman,
kesungguhan serta waktu”
2. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) mengungkapkan bahwa “Kinerja
merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas
dan peran serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau
karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula.
3. Mangkunegara (2009:67), berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah
“hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.”
2.3. Rangkuman
Pengaruh Komunikasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja
Karyawan (Studi pada Proyek Pondasi Tower di Timor Leste PT Cahaya Inspirasi
Indonesia) Variabel yang dipakai disini adalah komunikasi, motivasi, kepuasan
kerja dan kinerja karyawan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Item tertinggi
dalam Komunikasi adalah penyampaian informasi langsung atasan kepada
bawahan. Komunikasi antara atasan dan bawahan sangatlah penting untuk
meningkatkan kinerja karyawan. Dengan ditingkatkannya transparansi komunikasi
dengan atasan akan bisa memberikan kontribusi pada kinerja karyawan.
Persamaan dari penelitian yang akan saya lakukan adalah sama-sama
memiliki variabel komunikasi dan kepuasan kerja yang berdampak kepada kinerja
dan perbedaannya adalah pada lokasi studi yang diadakan. Lokasi dari referensi
63
mengacu pada proses sebuah proyek dari perusahaan bukan pada operasional
perusahaan itu sehari-hari.
Pada jurnal bahasa Indonesia yang berikutnya berjudul Pengaruh Perilaku
Individu, Lingkungan Kerja, dan Persepsi Kepemimpinan terhadap Kinerja
Fakultas Ekonomi UNJ yang dilakukan pada tahun 2008 oleh Widya Parimita,
MPA. Penelitian ini mengambil variabel tentang perilaku individu, lingkungan
kerja, kepemimpinan dan kinerja. Penelitian ini dilakukan kepada 90 koresponden
dosen dan staff yang bekerja di Universitas Negeri Jakarta. Simpulan penelitian ini
berhasil menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku individu,
lingkungan dan persepsi kepemimpinan terhadap kinerja FE UNJ
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah memiliki variabel
Perilaku individu dan pengaruhnya kepada kinerja. Sedangkan perbedaan dari
penelitian ini terhadap penelitian referensi adalah variabelnya juga dimana
penelitian yang akan dilakukan mengambil variabel lain yakni variabel teknologi
informasi dan komunikasi. Lokasi tempat diadakannya penelitian berbeda dimana
dalam referensi kedua ini adalah Lembaga Pendidikan sedangkan yang akan diteliti
adalah BUMN yaitu PLN.
Penelitian berikutnya berbentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Keahlian
Individu Dan Penggunaan Sistem Teknologi Informasi Terhadap Peningkatan
Kinerja Karyawan : Dengan Kepercayaan Sebagai Variabel Moderating yang di
lakukan oleh fajar wicaksono pada tahun 2011. Variabel yang digunakan dalam
skripsi ini adalah keahlian individu, penggunaan sistem teknologi informasi,
64
peningkatan dan kepercayaan. Salah satu kesimpulan skirpsi yang merupakan
variabel yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada
Penggunaan sistem teknologi informasi berpengaruh positif signifikan sebesar
9,603 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) terhadap peningkatan kinerja
karyawan. Artinya semakin tinggi intensitas penggunaan sistem teknologi
informasi, maka semakin tinggi kinerja karyawan.
Dalam referensi ketiga ini memiliki dua macam kesamaan variabel dengan
penelitian yang akan dilakukan yakni sistem teknologi informasi dan kinerja
karyawan. Namun yang menjadi perbedaannya adalah penelitian ini dilakukan pada
staff Universitas Muhammadiyah Surakarta dimana lingkunganya sangat banyak
menggunakan teknologi informasi pada karyawannya.
Referensi berikutnya adalah mengenai skripsi yang dibuat oleh Johana
Mundjiati yang berjudul Studi Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Terhadap
Kinerja Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang dimana
variabel dalam skripsinya hanya ada dua yaitu penggunaan sistem informasi dan
kinerja. Kesimpulan skripsinya adalah sistem informasi di Fakultas Ekonomi yang
dikenal dengan Simaweb banyak membantu proses belajar mengajar, tidak hanya
bagi karyawan yang menjalankan administrasi akademiknya tapi juga bermanfaat
baik bagi dosen maupun mahasiswa. Dengan adanya Simaweb yang pada awalnya
menerapkankan sistem, dengan proses yang panjang dan banyak menimbulkan pro
dan kontra baik dari karyawan, dosen maupun mahasiswa namun akhirnya saat ini
sistem informasi tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh semua pihak di
lingkungan Fakultas Ekonomi.
65
Kesamaan skripsi ini dengan penelitian yang akan dibuat adalah sama-sama
meneliti tentang pengaruh teknologi informasi pada kinerja karyawan. Perbedaan
referensi ini terhadap penelitianyang akan dilakukan adalah pada banyaknya
variabel dan pada lokasi penelitian itu dilakukan. Pada referensi lokasi penelitian
dilakukan di Fakultas Ekonomi Univeristas diPonegoro dan lebih khusus lagi fokus
penelitian pada sistem informasi Simaweb sedangkan penelitian yang akan
dilakukan lebih fokus pada penggunaan karyawan terhadap teknologi informasi.
Referensi ke 5 merupakan jurnal bahasa inggris yang berjudul Attitude of
Professional Librarians towards the Use of Information and Communication
Technology (ICT) In Delta State University Library oleh Efe Francis Ejedafiru di
tahun 2013. Variabel yang diteliti oleh jurnal ini adalah sikap Feedback, teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Kesimpulan dari jurnal tersebut adalah dalam
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pustakawan profesional di perpustakaan
universitas Delta State justru memberikan sambutan hangat untuk ICT (Information
and Communication Technology) dan teknologi yang terkait. Sikap mereka positif
terhadap teknologi untuk layanan perpustakaan dan pengembangan pribadi.
Kesamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan jurnal ini adalah
adanya variabel sikap dan variabel teknologi informasi. Perbedaan penelitian jurnal
dan penelitian yang akan dilakukan adalah pada penggunaan variabelnya yaitu
dalam penelitian ini variabel sikapnya independen dan sistem informasinya
dependen sedangkan penelitianyang akan dilakukan variabel teknologi
informasinya merupakan variabel mediasi..
66
Pada referensi keenam atau referensi terakhir berjudul Correlates Of
Physicians Attitude Toward Communication With Hiv/Aids Patients In Ile-Ife,
Nigeria dilakukan oleh Kayode T. Ijadunola. Jurnal ini memiliki dua variabel saja
yakni sikap individu dan komunikasi. Kesimpulannya, Dokter di Ile-Ife, Nigeria
tidak cukup dilengkapi dengan cara pelatihan untuk secara efektif memenuhi
harapan pasien mereka mengenai komunikasi HIV / AIDS. Jumlah besar ODHA di
negara itu membuat hal ini menjadi perhatian mendesak untuk mengatasi aspek
penting dari perawatan.
Kesamaan dari jurnal dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
penggunaan variabel sikap individu dan komunikasi. Namun beberapa perbedaan
yang ada yakni jurnal tersebut lebih spesifik pada hubungan variabel sikap individu
terhadap variabel komunikasi sedangkan penelitian yang akan diteliti lebih
pengaruh sikap individu terhadap kinerja melalui komunikasi.
Keseluruhan referensi memiliki perbedaan dengan penelitian yang akan
diteliti dimana variabel pada penelitian ini berupa 4 variabel dimana masing-
masing terdiri dari komunikasi, teknologi informasi, kinerja dan sikap individu.
Dari ke enam referensi tidak menggunakan variabel intervensi namun hanya ada
variabel independen dan dependen.
67
BAB III
PENUTUP
2.4. Calon Judul Penelitian
Pengaruh sikap karyawan terhadap kinerja karyawan melalui perspektif
komunikasi karyawan dan teknologi informasi.
2.5. Variabel :
1. Kebutuhan Komunikasi
2. Teknologi Informasi
3. Kinerja Karyawan
4. Sikap Karyawan
2.6. Sumber Teori
Teknologi Informasi
Teknologi informasi terus memiliki dampak besar pada organisasi
dari semua ukuran, baik negeri maupun swasta. Dampak ini bisa positif atau
negatif, tetapi hampir selalu ada dampaknya. Bisnis dan organisasi lain
tidak sama dengan pada satu dekade lalu. Sekarang lebih kompleks tetapi
memiliki lapisan lebih sedikit dari manajemen; mereka cenderung untuk
menawarkan produk yang lebih beragam dan layanan; mereka sangat
bergantung keakuratan dan ketepatan waktu informasi. Dan perubahan ini
dalam organisasi selalu cepat, tidak melambat.(Ewainright 1991).
Karenanya, teknologi informasi dapat membantu perusahaan dalam
mencapai tujuan. Ditambahkan lagi bahwa Dampak teknologi informasi
68
pada orang-orang. Hal ini dapat digunakan untuk memantau orang, untuk
melihat privasi mereka, dan menurunkan jabatan. Upaya untuk menerapkan
sistem tersebut mungkin menghadapi perlawanan yang berkepanjangan
intens. (E. Wainright 1991 : 590).
Secara umum kemajuan teknologi di jelaskan bahwa akan
mempengaruhi organisasi dari semua jenis adalah peningkatan penggunaan
sistem kantor dan stasiun kerja. (E. Wainright 1991 : 625) . stasiun kerja
terpadu akan digunakan oleh kedua pekerja profesional dan administrasi.
Penciptaan informasi, pengolahan, penyimpanan, dan transfer, baik dalam
suara, data, video, atau bentuk grafis, semua akan berasal dari bagian yang
sama dari peralatan. Sistem ini akan memberikan produktivitas yang lebih
besar di tempat kerja. (E. Wainright 1991 : 625 ). Didalam manajemen
SDM sendiri Sebuah sistem informasi sumber daya manusia adalah sebuah
pendekatan terorganisir untuk memperoleh informasi yang relevan dan tepat
waktu yang menjadi dasar keputusan sumber daya manusia. Sistem yang
efektif sangat penting untuk sumber daya manusia dalam pengambilan
keputusan. (Mondy 1996 : 163 )
Komunikasi
Istilah komunikasi digunakan secara bebas dalam masyarakat
modern, termasuk anggota masyarakat, sarjana perilaku organisasi dan
praktisi manajemen. Kebanyakan definisi komunikasi yang digunakan
dibuku perilaku organisasi menekankan penggunaan symbol untuk
mentransfer makna informasi. (Fred luthans 2005 : 375 ) Komunikasi
69
Berhubungan erat dengan media adalah teknologi komunikasi yang
diterapkan melalui sistem informasi manajemen. Sistem informasi
manajemen umumnya melalui tingkat komputerisasi. Penggunaan PC dan
internet membuat hamper semua proses informasi dilakukan dengan
computer. SIM bukan hanya mencakup pembangkitan, pemrosesan, dan
transmisi informasi, tetapi belakangan ini telah memainkan peranan vital
dalam strategi, proses keputusan, dan manajemen pengetahuan, dalam
organisasi. (Fred Luthans 2005 : 375)
Mesikipun kebijaksanaan konvensional seperti pendekatan media
computer dalam komunikasi adalah lebih efektif, tetapi meta-analisis
terbaru menemukan terjadinya penurunan efektivitas kelompok dan
meningkatnya waktu yang diperlukan untuk menyelasikan tugas. Kepuasan
anggota yang tidak melakukan komunikasi tatap muka juga menurun.
(shawn tully 1993 dalam luthans 2005 : 375) ditambahkan pula oleh Elaine
bahwa “Komunikasi harus dimulai pada peluncuran proses desain. Anggota
tim desain harus menginformasikan konstituen mereka yang revisi terhadap
sistem manajemen kinerja yang direncanakan, dan mengumpulkan masukan
dan umpan balik pada fitur sistem yang diinginkan. Pelaksanaan sistem baru
melibatkan perubahan besar yang berpotensi mengancam karyawan, strategi
perubahan manajemen akan dibutuhkan”. (Mohrman,A.M.,Jr dalam Elaine
d pulakos 2004 : 23)
70
Sikap Individu
Istilah sikap sering digunakan orang untuk mendeskripsikan orang
dan menjelaskan perilaku mereka. (Luthans 2005 : 236) Sikap adalah
“keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman
yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu
pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. ( Tri Rusmi
Widayatun, 1999 :218). Komponen sikap dibagi menjadi tiga yaitu emosi,
informasi dan perilaku. Komponen emosi mencakup perasaan seseorang.
Positif, netral atau negative mengenai objek. Komponen informasi terdiri
dari kepercayaan dan informasi yang dimiliki individu mengenai objek.
Tidak ada perbedaan apakah informasi itu riil atau empiris. Komponen
perilaku terdiri dari kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu
terhadap objek. Dari ketiga komponen hanya perilaku yang dapat diamati
sedangkan dua lainnya hanya dapat diduga (Luthans 2005 :236)
Aspek Sikap
Tiap-tiap sikap mempunyai 3 aspek antara lain:
a) Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala
mengenal fikiran. Ini berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan
keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek atau
kelompok objek tertentu.
b) Aspek Afektif yaitu berwujud proses yang menyangkut
perasaan-perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati,
71
antipasti dan sebagainya yang ditujukan kepada objek-objek
tertentu.
c) Aspek Konatif yaitru berwujud tendensi/kecenderungan
untuk berbuat sesuatu objek. (Ahmadi 1999: 162)
Kinerja
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) menjelaskan bahwa
“Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006: 94) mengungkapkan bahwa
“Kinerja merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan
minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan
delegasi tugas dan peran serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja
tiap individu atau karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan
baik pula. Mangkunegara (2009:67), berpendapat bahwa kinerja (prestasi
kerja) adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.”
2.7. Rangkuman Penelitian Terdahulu
Studi komunikasi oleh Sony bagus Purwanto (2013) yang
melaporkan bahwa Item tertinggi dalam Komunikasi adalah penyampaian
72
informasi langsung atasan kepada bawahan Berkomunikasi dengan atasan
salah satunya yaitu sharing mengenai kesulitan- kesulitan yang dihadapi
karyawan, pemberian kompensasi upah jika bekerja melebihi jam kantor
akan dapat menciptakan kepuasan kerja.
Penelitian perilaku dijabarkan oleh Widya Parimita, MPA (2008)
dengan objek pada 90 koresponden yang terdiri dari staf dan dosen pada
Universitas Negeri Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara perilaku individu, lingkungan dan
persepsi kepemimpinan terhadap kinerja FE UNJ.
Pada teknologi informasi penelitian dilakukan oleh Fajar Wicaksono
(2011) dengan objek karyawan Pada sector Lembaga Pendidikan
menemukan bahwa penggunaan teknologi informasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja karyawan. Studi lain dalam sector yang sama Johanna
Mudjiati (2008) mengungkapkan temuannya yakni penggunaan teknologi
informasi akan menimbulkan pro dan kontra pada karyawan namun lama
kelamaan akan bisa diterima manfaatnya.
Penelitian tentang sikap terhadap komunikasi Kayode T. Ijadunola
(2004) yang melibatkan para psikiater di rumah sakit Ile – Ife Nigeria.
Dalam penelitian tersebut ditemukan Kebanyakan dokter di Ile-Ife
memandang ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) dengan positif dan
menampilkan sikap positif terhadap komunikasi dengan pasien ini. Namun,
mereka tidak nyaman dengan komunikasi HIV / AIDS mereka juga tidak
memenuhi kebutuhan informasi dari pasien mereka,. Disisi lain Efe Francis
73
Ejedafiru (2013) meneliti tentang sikap terhadap teknologi informasi
perusahaan dengan membagi kuisoner kepada 20 orang pustakawan
professional pada Universitas Delta Negara. Penelitian ini menemukan
Sikap positif mereka terhadap teknologi informasi untuk layanan
perpustakaan dan pengembangan pribadi
2.8. Kesimpulan
Sikap individu merupakan sesuatu keadaan dimana itu menunjukan
perilaku terhadap keadaan mereka. Kebutuhan komunikasi pada karyawan
adalah kebutuhan mendasar bagi karyawan untuk berbagi pesan kepada
sesame karyawan. Teknologi informasi yang ada akan membantu karyawan
dalam berkomunikasi sehingga akan tercipta suatu komunikasi yang lebih
efisien. Ketika komunikasi tersebut efisien maka akan mengehemat waktu,
tempat dan lain-lain. Bagi karyawan pandangandia terhadap adanya
teknologi baru dan bagaimana dia berkomunikasi itu akan ditunjukan oleh
sikap dia sendiri. Sikap inilah yang akan mempengaruhi kinerja dia dalam
keseharian kerja pada perusahaan.
2.9. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah membuat konsep dan
kerangka berpikir terlebih dahulu jika ingin melakukan penelitian yang
serupa, sehingganya tercipta dengan jelas hubungan antara variabel ini.
Ketika mengetahui hubungan antarvariabel maka dapat diketahui status dari
hubungan variabel yang akan diteliti apakah asimetris atau simetris ataukah
timbale balik.
74