IDENTITAS FILM
Judul film :
MERAH PUTIH
Jenis Film :
Drama
Sutradara :
Yadi Sugandi
Produser :
Hashim Djojohadikusumo
Rob Allyn
Jeremy Stewart
Produksi :
PT Media Desa Indonesia, Margate House
Pemain :
Lukman Sardi sebagai Amir
Donny Alamsyah sebagai Thomas
Darius Sinatrya sebagai Marhiyus
Zumi Zola sebagai Soerono
Teuku Rifnu wikana sebagai dayan
Rahayu Saraswati sebagai Senja
Astri Nurdin sebagai Melati
Karakter pemain :
Amir ialah seorang guru yang bertekad untuk memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia seutuhnya. Ia mempunyai jiwa kepemimpinan yang tinggi serta senang
membantu rekan-rekannya, sehingga ia diangkat menjadi seorang Letnan.
Thomas ialah seorang peternak beragama Kristen dari Sulawesi, tepatnya Manado.
Ia mempunyai keinginan yang kuat untuk melawan kesewenangan Belanda setelah
seluruh anggota keluarganya ditembak mati oleh Belanda. Ia mempunyai jiwa
yang keras dan mudah terbakar emosi.
Marhiyus ialah seorang anak kota yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang baik, karena ia sudah merasakan bangku Universitas. Ia merupakan pribadi
yang sangat arogan. Sifat arogansinya tersebutlah yang menjadikan ia selalu
beranggapan bahwa anak kota jauh lebih pantas menjadi seorang perwira
dibandingkan dengan anak desa.
Soerono merupakan sahabat dekat dari Marhiyus. Ia seorang anak kota yang baik
hati dan ramah terhadap siapapun. Ia tidak pernah membeda-bedakan setiap orang,
walaupun ia mempunyai latar belakang kehidupan yang baik. Sama halnya dengan
Marhiyus, ia juga sudah merasakan bangku Universitas. Ibu dan ayahnya sudah
meninggal. Walaupun dalam tubuhnya mengalir darah Belanda, tetapi ia tetap
mencintai Indonesia dan terus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Dayan ialah pemuda Bali yang sangat santun. Ia sangat sabar dan bisa
mengendalikan diri dengan baik. Ia juga seorang yang sangat taat dalam
menjalankan ibadahnya.
Senja ialah kakak dari Soerono. Ia sangat menyayangi adiknya, terutama setelah
kedua orang tuanya meninggal. Ia adalah seorang wanita yang cantik dan
keturunan Belanda.
Melati merupakan istri dari Amir. Ia seorang istri yang sabar dan sangat taat
terhadap suaminya.
PENDAHULUAN
Film Merah Putih merupakan sebuah film perjuangan, sebagai bentuk
penyambutan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2009. Sungguh film
ini merupakan sebuah film yang benar – benar tidak memakan biaya sedikit, karena
melibatkan Crew perfilman internasional yang sudah berpengalaman. Film Merah Putih
yang mulai dirilis pada 13 Agustus 2009 ini sangat diminati penonton Indonesia. Berawal
dari keprihatinan tidak adanya film-film lokal yang mampu membangkitkan nasionalisme
generasi muda, maka hadirlah film Merah Putih yang hasil kerja sama PT Media Desa
Indonesia dengan Margate House Ltd.
Berawal dari keprihatinan tidak adanya film-film lokal yang mampu
membangkitkan nasionalisme generasi muda, maka hadirlah film MERAH PUTIH yang
hasil kerja sama PT Media Desa Indonesia dengan Margate House Ltd.Merah Putih
menjadi pilihan tontonan keluarga pada minggu perayaan Kemerdekaan Indonesia dan
pada Sabtu hingga Senin, 17 Agustus lalu tiket terjual habis di beberapa bioskop di
berbagai kota di Indonesia. Dengan antusiasme penonton yang besar seperti itu, Merah
Putih masuk menjadi film Indonesia terlaris ketiga tahun ini pada minggu pembukaannya,
setelah film Ketika Cinta Bertasbih dan Garuda di Dadaku.
Film Merah Putih ini memiliki nuansa yang berbeda dengan yang film lain dan
yang terpenting menunjukkan semangat perjuangan Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, film ini juga merupakan sebuah film yang mencoba
membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang kelihatannya sudah mulai
pupus. Di sutradarai oleh Yadi Sugandi, tokoh film yang lebih dikenal sebagai penata
gambar terbaik di Indonesia. Persiapan film dimulai selama lebih dari 2 (dua) tahun
dengan riset sulit dan mendalam. Skenarionya kemudian ditulis oleh time anak-ayah yaitu
Conor Allyn yang telah membaca memoar Jenderal Nasution yang ditulis oleh tentara
revolusioner bertahun lalu ketika kuliah, dari koleksi Southeast Asian studies di
Georgetown Univerity, Washington, D.C., dan ayahnya Rob, Allyn, penulis New York
Times bestselling sejarah non-fiksi dan intrik politik (REVOLUTION OF HOPE, Viking
Press, 2007; FRONT RUNNER, Crown/Random House, 1990). Produser eksekutif
Jeremy Stewart mewawancarai veteran revolusioner yang masih hidup, sementara Conor
dan tim produksi lainnya mengunjungi musium militer, arsip nasional dan bahkan tempat-
tempat pertempuran dahulu untuk menggali ide visual. Rob dan Jeremy membuat karakter
dan premis dasar untuk filmnya; Conor melakukan riset sejarah yang didokumentasikan,
membuat ceritanya dan menulis draft pertama skenarionya; dan Rob fokus pada dialog,
humor, dan konflik dramatis antara karakter-karakter untuk menggambarkan tema-tema
berkaitan dengan keberanian, kepemimpinan, dan persaudaraan diantara para tentara yang
bersatu dan berjuang melawan hal yang sama. Skenario kemudian harus melalui berbagai
hal mulai dari dibaca oleh orang-orang Indonesia, senior dalam bidang perfilman,
penerjemah, dan pengecekan kebenaran fakta sejarah, yang berkulminasi pada kontribusi
dari para aktor yang membantu memperbaiki Bahasa Indonesia terjemahan yang formal ke
dalam bahasa percakapan yang cocok bagi pejuang-pejuang muda. Conor Allyn yang
merupakan produser sekaligus penulis berkata, “Sudah merupakan proses sehari-hari di
lokasi shooting antara saya, Pak Yadi, dan script supervisor (Dewi Beck dari Margate
House) dan para aktor untuk menerjemahkan makna dialog ke dalam bahasa yang tidak
sepenuhnya benar-benar digunakan pada tahun 1947, tapi maknanya dipahami dalam
konteks penonton Indonesia masa kini – dan beberapa kontribusi terbaiknya diberikan
oleh orang-orang seperti Lukman , Rifnu, Sara, Yadi dan para pemain lainnya, yang tidak
takut untuk berpendapat dan mengusulkan kata-kata bahkan kalimat, lelucon dan gesture
berbeda bila memang itu diperlukan supaya karakter mereka lebih masuk dalam konteks
Indonesia. Tanpa bermaksud menceritakan keseluruhan film, saya hanya akan mengatakan
bahwa kita terkadang menulis ulang lagi di lokasi, tergantung pada arahan baru yang kita
dapatkan pada malam sebelumnya dan juga pada perubahan radikal yang diusulkan
pemain. Kami memberikan skenario yang ditulis ulang lagi itu, lalu Lukman, Donny, dan
seluruh aktor menyatukan pemikiran mereka dan mengatakan pada Yadi dan kami,’kita
bahkan akan membawa ini lebih jauh,” maka kami bersama-sama melakukan itu dan
terbyata hasilnya sangatlah luar biasa!”
Setelah menyelesaikan skenarionya setahun lalu pada Agustus 2008, para pembuat film di
Margate House kemudian mengumpulkan para veteran industri perfilman Indonesia
terkemuka. Melalui saran-saran kawan lama yang juga produser film/televisi, Gary Hayes,
Rob dan Jeremy memilih Yadi Sugandi, penata sinematografi berpengalaman yang telah
bekerja dengan brilian mengerjakan berbagai proyek bersama Margate House, untuk
menjadi sutradara film ini. “Yadi adalah seorang yang jenius dalam hal ekspresi visual,
kami tahu bahwa dia akan bisa membawa sensibilitas orang Indonesia yang sesungguhnya
sekaligus gambar-gambar indah untuk menceritakan kisah yang telah kami buat yang
menggugah secara visual sekaligus tepat bagi Indonesia, sehingga filmnya akan langsung
masuk ke jantung hati para penonton baik di Indonsia, maupun juga menunjukkan yang
terbaik dari Indonesia kepada dunia.”
Rob dan Jeremy kemudian menonton film “GIE” dan menggandeng editor, Sastha Sunu,
dan komposer, Thoersi Argeswara, yang baru saja kembali dari perjalanannya di Cina
dimana Beijing Philharmonic Orchestra AISA bermain untuk scoring musik Merah Putih.
“Saya khawatir, kami tanpa rasa malu telah menjarah bakat-bakat terbaik perfilman
Indonesia yang telah dipupuk oleh pembuat film luar biasa seperti Riri Riza, Mira
Lesmana, Garin Nugroho dan pembuat film hebat lainnya yang ada dalam perindustrian
perfilman Indonesia yang sedang naik daun, Lokasi pembuatannya mengambil tempat di
beberapa lokasi di jawa tengah, misalnya di Bandungan, Gedung Lawang Sewu di
Semarang dan di beberapa lokasi di sekitarnya. Yang menarik dari film ini, artis yang
terlibat dalam pembuatan film ini diwajibkan untuk mengikuti latihan kemiliteran selama
10 hari. Mereka juga di haruskan untuk mempelajari sejarah bangsa Indonesia.
Film ini melibatkan para Crew Film Internasional yang sudah mempunyai nama
besar di dunia perfilman internasional Hollywood. Seperti Inggris Adam Howarth ( Film
Saving Private Ryan, Film Blackhawk Down ) yang menangani bagian Special Effects.
Lalu Rocky McDonald menangani bagian Pemain pengganti ( Film Mission Impossible II,
Film The Quiet American ). Ada pula Rob Trenton ( Film Batman : The Dark Knight )
menangani di bagian Make up dan aq. Untuk bagian Senjata, di percayakan John Bowring
( Film Crocodile Dundee II, Film The Matrix, Film The Thin Red Line, Film Australia,
Film X-Men Origins:Wolverine ) dan yang info terakhir yang saya kutip dari 21cineplex
adalah Asisten Sutradara oleh Mark Knight ( Film December Boys, Film Beautiful ).
Tak tanggung-tanggung, biaya produksi dan promosi untuk film yang
mengisahkan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah ini dikabarkan hingga
mencapai angka Rp.60 miliar. Tentunya nominal tersebut bukan merupakan nominal yang
kecil. Bahkan, Kepala Departemen Artistik, Iri Supit, mengatakan setiap departemen harus
menjalani persiapan dan eksekusi yang menyeluruh dan detik, karena para produser
menghendaki bahwa Merah Putih harus memiliki otentisitas absolut dalam hal sejarah,
aksi, dan kultur Indonesia.
Dana tersebut mencakup pembuatan tiga seri film Merah Putih karena memang
dijadikan sebagai film trilogi. Untuk pembuatan film-film di Indonesia, dana sebesar itu
memang terbilang tinggi, sehingga memang sengaja disiasati dengan membuat film
menjadi tiga bagian (trilogi). Proses pembuatan film tersebut tidak mudah, sebab
pemainnya harus melalui beberapa proses casting secara bertahap dan para pemain juga
harus mengikuti pelatihan militer untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Proses
pembuatan film Merah Putih banyak menampilkan adegan di luar ruangan sehingga para
pemain dan seluruh crew membutuhkan daya tahan yang prima, terutama pada saat
shooting di daerah Bandungan yang mempunyai hawa yang sangat dingin.
Rasa nasionalisme dan rasa memiliki tanah air sangat kental terasa sejak awal
pembuatan film ini hingga seluruh pemain dan kru yang terlibat merasakan kebersamaan
dan kekompakan selama proses produksi berlangsung. Hal tersebut diungkapkan oleh
Yadi, sang sutradara. Demi kepentingan syuting film ini kabarnya objek bersejarah sekelas
Lawangsewu pun kabarnya ikutan diledakkan, ahli efek khusus asal Inggris Adam Howarth ikut
terlibat dalam insiden ini. Tapi yang jelas itu semua hanya demi kepentingan pembuatan film ini
semata bukannya sungguh2an. Mengingat Lawangsewu bangunan bersejarah, Howarth harus
bekerja ekstra-hati-hati. Bagaimana efek ledakan yang dahsyat itu tidak merusak secuil pun bagian
bangunan itu. Film ini di produksi dengan skala besar dan tidak setengah-setengah dan film ini
rencananya juga akan di bawa ke Festival Film kelas dunia baik di Asia, Eropa maupun Amerika.
Dari film ini diharapkan bisa memotifasi dan menumbuhkan jiwa nasionalisme masyarakat
indonesia.
Film Merah Putih merupakan film drama perang yang ambisius dan produksi film
terbesar yang pernah dikerjakan di Indonesia. Selain itu, film ini juga memiliki nilai
produksi yang besar, tidak dibuat dengan terburu-buru, dan membuat sebuah drama
perang merupakan pekerjaan yang besar. Dalam pembuatan film ini, ternyata mengalami
beberapa kendala, yaitu dalam satu adegan memakan waktu enam hari, pengambilan
gambar dengan ratusan shot karena adegannya melibatkan pertempuran senjata dan
peledakan.
Film Merah putih menjadi film yang menarik, karena memiliki tema yang berbeda
dengan kebanyakan film Indonesia lainnya, yang biasanya hanya bertema horor, sex,
percintaan dan tema tema murahan lainnya. Film ini bisa meneruskan Film Naga Bonar
Jadi Dua karya Deddy Mizwar yang memiliki tema yang kurang lebih sama, yaitu sebuah
film bertema nasionalisme. Diharapkan film ini bisa mengurangi kejenuhan dengan
berbagai tema yang saat ini marak di dunia perfilman Indonesia. Kita perlu belajar kepada
Amerika Serikat, dimana hampir setiap filmnya selalu menyelipkan tema Nasionalisme.
SUBSTANSI FILM
Film Merah Putih merupakan film yang bertema drama serta terkandung juga sisi
pendidikan di dalamnya. Bagaimana tidak, film ini merupakan sebuah film yang syarat
dengan makna nasionalisme demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hal itu
terlihat dari lima orang pemuda yang berasal dari suku, agama, karakter dan latar belakang
kehidupan yang berbeda, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Mereka rela melepaskan semua pekerjaan dan kehidupan pribadi
mereka demi berjuang melawan colonial Belanda. Mereka adalah Amir, Thomas,
Marhiyus, Soerono dan Dayan.
Berlatar sejarah otentik perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan pada tahun 1947
ketika terjadi Agresi Militer Belanda pimpinan Van Mook yang menyerang jantung kaum
republik di Jawa Tengah. Film ini bercerita tentang sekelompok pejuang kemerdekaan yang
harus bersatu untuk bertahan dari pembunuhan, berjuang sebagai pejuang gerilya, untuk menjadi
anak-anak bangsa sesungguhnya, terlepas dari konflik pribadi yang tajam dan perbedaan yang
besar dalam kelas sosial, suku, daerah asal, agama, dan kepribadian. Kehidupan di pemusatan
latihan tentara yang keras, membuat mereka harus belajar banyak soal dunia militer. Salah
satunya tidak membuat keonaran dan kesalahan yang bodoh, kalau tidak, mereka akan
dihukum. Awalnya perbedaan latar belakang suku, agama dan ras membuat beberapa hal
tidak berjalan mulus, terutama antara Thomas dan Marhiyus. Tomas berasal dari keluarga
peternak ayam yang bersuku Manado dan beragama Kristen. Sedangkan Marius adalah
kaum atas asal Batavia. Alasan mereka pun berbeda untuk menjadi tentara, Thomas lebih
berniat karena dia ingin membalas dendam atas kematian seluruh anggota keluarganya
yaitu ayah, adik dan ibunya yang mati dibunuh oleh tentara colonial Belanda.sejak saat
itulah Thomas benar-benar ingin melawan pemerintahan colonial Belanda dan berjuang
untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sementara, Marhiyus ingin menjadi
seorang perwira dengan harapan agar mendapatkan gelar kehormatan. Pada saat mereka
semua menempuh pendidikan di sekolah tentara rakyat, Marhiyus lah yang paing kurang.
Baik dalam hal menembak maupun strategi berperang. Padahal ia adalah seorang dengan
latar pendidikan yang baik.Saat itu memang Jepang sudah menyerah, namun Belanda
berniat ingin mencaplok Indonesia lagi lewat agresi militernya. Mereka pun bersama
tentara lainnya ditugaskan untuk memaksa Belanda mundur lewat pertempuran ‘hidup
atau mati’.Sungguh ironic memang, kelompok pejuang Indonesia masih terlibat konflik
pribadi. Dan moment tersebut di manfaatkan oleh Belanda sebagai misi pemecahan
kekuatan para pejuang Indonesia.
Ada sebuah kejadian yang membuat Thomas benar-benar merasa jengkel dengan
Mariyhus, yaitu pada saat Thomas sedang mandi, kalung salib miliknya disembunyikan
oleh Marhiyus. Namun, pada suatu hari ketika seluruh calon perwira dikeluarkan karena
ada sebuar botol arak Thomas menyatakan bahwa botol itu adalah miliknya. Padahal,
botol arak itu adalah milik Marhiyus. Hampir saja pada saat itu Thomas akan dikeluarkan
dari sekolah, namun Marhiyus pun berusaha mencegahnya. Dan Thomas pun tidak jadi
dikeluarkan dari sekolah tersebut. Sejak saat itulah hubungan keduanya menjadi lebih
baik.
Tidak lama dari kejadian tersebut, Amir dan Soerono diangkat menjadi seorang
Letnan. Mereka diangkat berdasarkan penilaian keseharian mereka selama menempuh
pendidikan di sekolah tersebut. Betapa bahagianya mereka. Kemudian, diadakanlah
sebuah pesta dan pada saat itulah para calon perwira boleh bertemu dengan pasangannya.
Istri dari Amir pun datang, dan mereka berdua berdansa. Namun sayang, Thomas hanya
terdiam melihat seluruh teman-temannya berdansa dengan pasangan masing-masing. Hal
tersebut dikarenakan ia memang tdak mempunyai pasangan karena ia memang seorang
perantau. Saat pesta itulah ia bertemu sekaligus berkenalan dengan Senja, yaitu kakak dari
dari Soerono. Ia ternyata menyukai sosok kakak dari Soerono tersebut. Kemudian ia
berkenalan dengannya, dan berdansa walaupun hanya sebentar, karena pada saat ia sedang
berdansa, Senja ditarik oleh Marhiyus untuk berdansa dengannya.
Pada saat pesta itu sedang berjalan, kemudian datanglah Belanda dengan
pasukannya untuk menghancurkan pesta tersebut. Pada saat itu juga banyak para calon
perwira, yaitu teman seperjuangan dari Amir, Thomas, Marhiyus, Soerono dan Dayan
yang tertembak mati oleh colonial Belanda. Namun, mereka semua berhasil selamat dari
pembunuhan missal tersebut. Tetapi, diantara mereka berlima, Soerono berhasil ditembak
mati oleh Belanda pada saat ia sedang mencari kakaknya Senja. Senja pun sangat sedih,
karena satu-satunya anggota keluarga yang tersisa, harus mati dengan cara yang sangat
mengenaskan. Kemudian, mereka berempat yaitu Amir, Thomas, Marhiyus dan Dayan
pergi ke desa untuk memerintahkan seluruh warga desa pergi meninggakan desa karena
Belanda akan segera dating dan menghabisi mereka semua. Namun, para warga terutama
sang Lurah tidak mau menuruti perkataan mereka. Warga desa tetap dengan pendiriannya
untuk tetap tinggal di desa mereka. Mereka menganggap bahwa mereka merasa ama dan
baik-baik saja. Mereka tidak percaya dengan perkataan Amir dkk. Tidak lama kemudian,
Beanda pun datang dan membunuh seluruh warga desa, tidak terkecuali sang Lurah yang
ditembak mati dengan peluru yang bersarang di kepalanya. Desa pun dibakar dan
diluluhlantakan oleh Belanda. Betapa kejamnya Belanda pada saat itu. Sejak kejadian
itulah, mereka berempat mempunyai tekad yang sangat keras untuk melawan colonial
Belanda. Dibantu oleh penduduk desa yang masih hidup beserta anak-anak dari penduduk
desa, mereka berempat mengatur strategi untuk melawan Belanda. Secara kilat, mereka
mengajarkan strategi berperang dan menembak kepada warga desa, alhasil Van Mook bisa
disandera oleh mereka.
Karena terdesak oleh gempuran yang bertubi – tubi, akhirnya para pejuang
kemerdekaan bersatu untuk melawan dan berjuang hingga titik darah penghabisan. Teknik
lama dengan bergerilya kembali di galakkan. Mereka berempat berikrar untuk
menunjukkan sebagai anak Bangsa Indonesia yang sesungguhnya dengan melepaskan rasa
egoisme mengenai perbedaan. Seperti yang kita ketahui, negara indonesia tercinta terdiri
berbagai kelas sosial, perbedaan suku, daerah, agama dan karakteristik. Akhirnya mereka
bersatu karena perbedaan itu dan akhirnya menghasilkan sesuatu apa yang menjadi
harapan, yakni mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
KELEBIHAN FILM
1. Secara kualitas, film ini memang berbeda dengan film-film Indonesia pada
umumnya. Bagaimana tidak, budget dengan angka Rp. 60 Milyar menjadikan film
ini sebagai film terbaik yang pernah ada di Indonesia. Baik dari segi teknis,
sinematografi dan tata suara.
2. Film yang beregenre drama, namun sarat dengan makna perjuangan seperti ini
sudah sangat jarang ditemui di bioskop-bioskop Indonesia. Padahal film seperti
inilah yang sangat diperlukan bagi masyarakat Indonesia guna meningkatkan rasa
bangga dan cinta terhadap tanah air.
3. Masyarakat Indonesia masih haus akan film-film berkualitas yang jauh dari unsur
pornografi dan pornoaksi yang biasa mengisi layar-layar bioskop di Indonesia.
Film sejenis ini tentunya bisa menjadi film alternative yang jauh dari unsur
pornografi dan pornoaksi serta bisa merusak moral bangsa, namun juga dapat
memberikan suatu hiburan bagi penontonnya.
4. Mempertahankan kemerdekaan tidaklah hanya dilakukan pada jaman dahulu saja.
Mempertahankan kemerdekaan ini adalah tugas bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Khususnya untuk generasi muda, film ini bisa membangkitkan
semangat nasionalisme bagi para pemuda-pemudi Indonesia dalam rangka
mempertahankan kemerdekaan di era modern seperti saat ini.
5. Film ini bisa memperluas wawasan bagi masyarakat Indonesia, khususnya
mengenai sejarah bagaimana perjuangan para pejuang dalam mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
6. Film ini mengajarkan rasa toleransi bagi setiap masyarakat Indonesia, tanpa
melihat suku, agama, ras maupun latar belakang kehidupan setiap orang. Karena
sesuai dengan semboyan negara kita “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi satu jua. Dari film ini, masyarakat Indonesia bisa mengambil
pelajaran bahwa dengan rasa toleransi, kita bisa bersatu dan mengalahkan musuh,
walaupun musuh tersebut mempunyai kekuatan sebesar apapun.
7. Film ini mampu mengingatkan Indonesia tentang persatuan, pengorbanan dan
nasionalisme para pejuang. Hal tersebut mampu mendidik para generasi muda,
memperbaharui semangat Nasional dan Meningkatkan citra Indonesia di mata
dunia.
KEKURANGAN FILM
1. Dari film ini, semua property yang digunakan baik seperti spanduk, pakaian dll
terlihat seperti masih baru. Hal tersebut menjadi sedikit kekurangan yang
menyebabkan film ini kurang terlihat jaman dulu.
2. Pada saat Senja (kakak Soerono) memeluk Soerono yang gugur di hutan, di tengah
kesedihannya tersebut turunlah hujan. Efek yang cukupfantastis namun ada sedikit
bagian yang janggal, yaitu efek dari hujan tersebut. Tidakterlihat lengan Senja
basah atau ada bulir2 air akibat terkena hujan. Bahkan rambut dan baju yang
dikenakannya pun tak terlihat basah. Hal tersebut mebuat fil ini kurang terlihat
nyata.
3. Ketika para pejuang mendatangi desa yang sudah habis dibakar oleh Belanda,
namun rumah-rumah yang habis terbakar tidak memperlihartkan balok-balok yang
sudah terbakar, bahkan nyaris hanya terlihat baluran arang-arang yang
dimaksudkan hanya untuk memperkuat kesan rumah-rumah tersebut sudah
terbakar. Padahal, rumah-rumah tersebut terbuat dari bilik, sehingga seharusnya
rumah-rumah tersebut sudah hangus dan berwarna hitam.
4. Di desa yang sudah luluh lantak tersebut, masih banyak mayat-mayat yang terlihat
masih bernafas.
5. Ada beberapa pasukan Belanda yang tertembak mati, namun tidak terlihat adanya
muncratan darah.
6. Karakter Soerono dan Amir terlalu cepat untuk diangkat menjadi seorang Letnan,
padahal mereka belum memberikan kontribusi apa-apa untuk sekolah tentara
tersebut.
7. Di Sekolah Tentara seperti itu tidak terlihat adanya senior, sehingga mengurangi
kekuatan dari kesan nyata, karena biasanya terdapat banyak senior di Sekolah
Tentara seperti itu.
KONTRIBUSI FILM MERAH PUTIH TERHADAP STUDI PENDIDIKAN
PANCASILA
Film merah putih ini merupakan sebuah film yang benrgenre drama dengan, namun
dibalut dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan
kemerdekaannya. Dari alur ceritanya pun tentu saja kita semua sudah bisa membayangkan
bagaimana film ini mempunyai kaitan yang sangat erat terhadap mata kuliah Pendidikan
Pancasila. Sehingga tentunnya banyak sekali kontribusi positif yang sudah diberikan film
ini terhadap mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Diadakannya Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi di Indonesia ini tentunya
mempunyai visi dan misi tersendiri. Adapun visi diadakannya mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi yaitu, supaya mahasiswa bisa mengetahui bahwa
Pendidikan Pancasila ini merupakan sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dalam
mengantarkan mahasiswa mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang
pancasilais. Sedangkan misinya adalah menjadika Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi dapat membantu mahasiswa agar mampu mewujudkan nila-nilai dara pancasila
serta kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam menerapkan ilmunya serta
bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. Dalam visi dan misi tersebut, kita semua
mengetahui bahwa makna dari setiap masing-masing sila dalam Pancasila merupakan
suatu cita-cita dan harapan seluruh bangsa Indonesia. Jika cita-cita dan harapan tersebut
bisa terwujud, maka akan terciptalah suatu bentuk kenyamanan dalam kehidupan di
Negara Kesatuan republic Indonesia ini.
Adapun bentuk korelasi antara visi dan misi Pendidikan Pancasila terhadap film ini
yaitu film ini bisa membantu mewujudkan visi dan misi tersebut. Hal tersebut dikarenakan
film ini mempunyai alur cerita yang sangat erat kaitannya dalam membangun semangat
para mahasiswa untuk mempunyai sifat nasionalisme yang tinggi, sehingga di
kehidupannya kelak mereka bisa menjadi individu yang pancasilais, yaitu mampu
mengamalkan nilai-nilai dan makna dari masing-masing sila. Hal tersebut tentunya akan
mendukung Indonesia guna menjadi Negara yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Selain itu, tentunya pembuat program diadakannya mata kuliah Pendidikan
Pancasila di Perguruan Tinggi ini juga mempunyai suatu tujuan dan kompetensi mendasar
yang besar harapan mampu diraih oleh para mahasiswa. Adapun bentuk kompetensi yang
diharapkan bisa tercapai tersebut yaitu mahasiswa bisa mempunyai sikap dan perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai dari masing-masing sila. Adapun bentuk dari sikap dan
perilaku tersebut adalah sebagai berikut :
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berkeprimanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerekatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan individu dan golongan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadlan social daam kehidupan
bermasyarakat
Bentuk sikap dan perilaku tersebut sangatlah jelas di tayangkan dalam film Merah
Putih ini. Sehingga, besar sekali bentuk kontribusi film Merah Putih ini dalam membantu
terwujudnya tujuan dan kompetensi dari Pendidikan Pancasila ini.
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila
Disusun oleh :
Anas Nurdianto
Farmasi-C 2010
NIM : 3311101124
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2011
Top Related