BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan yang sangat penting di dunia terutama di
Indonesia. Hal ini disebabkan padi merupakan sumber karbohidrat utama. Padi
yang sudah dimasak ketika dimakan didalam tubuh, karbohidrat yang terkandung
di dalam beras tersebut akan diubah menjadi glukosa. Glukosa dalam tubuh
tersebut digunakan sebagai sumber energi. Jika energi dari glukosa yang
dibutuhkan oleh tubuh sudah terpenuhi, maka dapat disimpan dalam bentuk
glikogen dengan bantuan hormon insulin. Insulin adalah hormon yang mengubah
glukosa menjadi glikogen, dan berfungsi mengatur kadar gula darah. Namun, jika
kadar glukosa melebihi ambang batas maka kadar gula di dalam darah akan
meningkat dan meyebabkan penyakit Diabetes milletus.
Padi/beras memiliki sifat hiperglikemik yaitu dapat menaikan kadar
glukosa darah secara cepat dan tinggi. Sehingga hal ini membuat para
penderita Diabetes milletus pada umumnya melakukan diet ketat dengan cara
mengurangi konsumsi nasi bahkan ada yang tidak mengkonsumsi nasi sama sekali
dan menggantinya dengan umbi-umbian. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar gula dalam darah. Namun, dengan berkembangnya teknologi membuat para
ilmuan mencari berbagai cara untuk mengatasi permasalahan pada penderita
Diabetes milletus namun tetap mengkonsumsi nasi. Penelitian sebelumnya telah
ada untuk menanggulangi permasalahan ini banyak orang yang menggunakan
pankreas babi maupun sapi untuk menghasilkan insulin. Namun, jika dilihat dari
sisi agama tentu saja ini sangat dilarang karena menggunakan binatang yang
haram yaitu babi. Sehingga muncul alternatif lain yaitu melalui rekayasa genetika
yang merekombinasi gen Escherichia coli dengan gen tanaman padi sehingga
dihasilkan varietas baru berupa beras berinsulin.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian rekayasa genetika?
2. Apakah bakteri Agrobacterium tumefaciens?
3. Bagaimana teknik rekayasa genetika dalam pembuatan padi insulin?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai pada makalah ini adalah :
1. Mengetahui rekayasa genetika.
2. Mengetahui bakteri Agrobacterium tumefaciens.
3. Mengetahui teknik rekayasa genetika dalam pembuatan padi insulin.
2
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat alat isolasi dan
PCR DNA, elektroporasi, dan cetakan DNA.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bakteri E. coli (pembawa gen insulin, Bakteri Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor), DNA ligase, DNA sel pankreas, enzim restriksi endonuklease, DNA rekombinan, tanaman padi, sekuens DNA,
B. Prosedur Kerja
1. Mengisolasi, Memotong, dan Menyambung DNA dalam Pembuatan Insulin
pada E.Coli
3
Bakteri E. coli DNA sel pankreas
- diisolasi plasmid bakteri- dipotong dengan menggunakan
enzim restriksi endonuklease
- diisolasi- dipotong dengan menggunakan
enzim restriksi endonuklease untuk mengambil segmen pengkode insulin
DNA kode insulinPlasmid bakteri
DNA rekombinan
- DNA kode insulin disambungkan pada plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase
2. Proses Penyisipan Gen Bakteri E.coli (pembawa gen insulin) ke Bakteri
Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor).
4
Bakteri Agrobacterium tumefaciens gen DNA Insulin yang ada pada bakteri E.coli
- dikeluarkan plasmid bakteri- dipotong dengan menggunakan
enzim restriksi endonuklease
- diisolasi
Bakteri Agrobacterium tumefaciens mengandung insulin
- Gen DNA kode insulin dari bakteri E.coli disambungkan pada plasmid Ti pada bakteri Agrobacterium tumefaciens menggunakan bantuan enzim DNA ligase.
DNA rekombinan
- disisipkan kembali ke sel bakteri Agrobacterium tumefaciens
3. Penyisipan Gen Agrobacterium tumefaciens Berinsulin ke dalam Gen Padi
5
DNA tanaman padi Gen Agrobacterium tumefaciens yang mengandung insulin
- diurutkan DNA nya (sekuensing DNA)
- dipotong dengan menggunakan enzim restriksi
- di PCR untuk memperkuat DNA
Tanaman padi yang mengandung insulin
- dilakukan metode elektroporasi agar insulin dapat masuk ke dalam tanaman melalui proses difusi
BAB III
PEMBAHASAN
A. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika adalah manipulasi atau perubahan susunan genetik dari
suatu organisme. Rekayasa genetika merupakan proses buatan/sintetis dengan
menggunakan Teknologi DNA rekombinan. Hasil dari rekayasa genetika adalah
sebuah organisme yang memiliki sifat yang diinginkan atau organisme dengan
sifat unggul, organisme tersebut sering disebut sebagai organisme transgenik.
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai
dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-
tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang
yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran
hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan
juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.
Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau
melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan
gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Misalnya, gen dari
bakteri bisa diselipkan di kromosom tanaman. Teknologi yang dikenal sebagai
teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah yang lebih populer rekayasa
genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang
bukan sel alaminya.
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan
melalui teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu.
Tahapan-tahapan tersebut adalah isolasi DNA kromosom yang akan diklon,
pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran,
6
isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk
menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan
molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang,
dan analisis DNA rekombinan.
B. Bakteri Agrobacterium tumefaciens
Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri patogen pada tanaman yang
banyak digunakan untuk memasukkan gen asing ke dalam sel tanaman untuk
menghasilkan suatu tanaman transgenik. Bakteri ini dipopulerkan oleh Mary-Dell
Chilton sejak tahun 1977 melalui penelitiannya. Secara alami bakteri dapat
menginfeksi tanaman dikotiledon melalui bagian tanaman yang terluka sehingga
menyebabkan tumor mahkota empedu (crown gall tumor). Bakteri yang tergolong
ke dalam gram negatif ini memiliki sebuah plasmid besar yang disebut plasmid-Ti
yang berisi gen penyandi faktor virulensi penyebab infeksi bakteri ini pada
tanaman. Untuk memulai pembentukan tumor, A. tumefaciens harus menempel
terlebih dahulu pada permukaan sel inang dengan memanfaatkan polisakarida
asam yang akan digunakan untuk mengkoloniasi/menguasai sel tanaman. Selain
tanaman dikotiledon, tanaman monokotiledon seperti jagung, gandum, dan tebu
telah digunakan untuk memasukkan sel asing ke dalam genom tanaman.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat digunakan dalam teknik DNA
rekombinaan pada padi. Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi
tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA)
untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang
menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu. Gen
asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam
plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen
pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing
menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat
diekspresikan tumbuhan.
7
C. Teknik Rekayasa Genetika dalam Pembuatan Padi Insulin.
Hormon insulin merupakan hormon yang mengatur kadar gula dengan cara
mengubahnya dalam bentuk glikogen. Hormon dihasilkan oleh sel-sel beta
kelenjar langerhaens pankreas. Kecacatan pada pankreas menyebabkan
kekurangan produksi insulin. Kekurangan produksi insulin membuat orang
dengan mudah terjangkit Diabetes Mellitus. Diabetes milletus merupakan
penyakit yang penderitanya setiap tahun meningkat, menurut survei yang
dilakukan oleh WHO tahun 1995, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan
jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika
Serikat.
Padi/beras memiliki sifat hiperglikemik yaitu dapat menaikan kadar
glukosa darah secara cepat dan tinggi. Sehingga hal ini membuat para
penderita Diabetes milletus pada umumnya melakukan diet ketat dengan cara
mengurangi konsumsi nasi bahkan ada yang tidak mengkonsumsi nasi sama sekali
dan menggantinya dengan umbi-umbian. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
kadar gula dalam darah. Untuk memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini
maka digunakan gen bakteri yang biasanya berkembang di dalam usus besar
yaitu Eschercia coli untuk menghasilkan insulin. Gen dari bakteri Eschercia
coli direkombinasikan dengan gen padi sehingga menghasilkan padi berinsulin,
untuk mengatasi permasalahan pada penderita Diabetes milletus sehingga tetap
mengkonsumsi nasi. Digunakannya bakteri Eschercia coli karena sangat cepat dan
mudah dalam penganannya. Namun, selain bakteri Eschercia coli juga dibutuhkan
bakteri lain yaitu Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor).
Jadi dalam pembentukan padi insulin ini, membutuhkan suatu proses yang
panjang dan harus mutar-mutar dalam menyisipkan gen insulin ke bakteri yang
digunakan sebagai vektor yaitu Agrobacterium tumefaciens. Alasannya yaitu :
bakteri E.coli hanya digunakan sebagai penghasil gen insulin, yang mana, bisa
digandakan gen insulin tadi menjadi Banyak jadi tidak lagi mengambil Gen
insulin tadi ke Pankreas (cukup sekali) karena E.coli sudah dapat dipakai untuk
menggandakannya. Jadi peran E.coli sebagai suplier gen insulin yang ada dalam
8
pankreas manusia. Bakteri Agrobacterium tumefaciens kurang efektif dalam
menghasilkan Insulin termasuk dalam penggandaannya, sehingga E.coli sangat
berperan, bakteri Agrobacterium tumefaciens hanya sebagai vektor untuk dapat
menyisipkan gen insulin ke dalam tumbuhan karena terdapat plasmid Ti yang
memungkinkan Agrobacterium tumefaciens bisa dengan baik kerjanya untuk
menghasilkan suatu produk yaitu beras insulin. Dalam memproduksi padi
berinsulin terdapat 3 proses yaitu sebagai berikut :
1. Pembuatan Insulin pada E.Coli dengan Menggunakan Teknologi DNA
Rekombinan
Pada proses pertama, pembuatan insulin ini, langkah pertama adalah
mengisolasi plasmid dari E. coli. Plasmid adalah salah satu bahan genetik bakteri
yang berupa untaian DNA berbentuk lingkaran kecil. Selain plasmid, bakteri juga
memiliki kromosom. Langkah kedua, ini plasmid yang telah diisolasi dipotong
pada segmen tertentu menggunakan enzim restriksi endonuklease. Sementara itu
DNA yang di isolasi dari sel pankreas dipotong pada suatu segmen untuk
mengambil segmen pengkode insulin. Pemotongan dilakukan dengan enzim yang
sama yaitu enzim retriksi. Langkah ketiga, DNA kode insulin dari pankreas
tersebut disambungkan pada plasmid menggunakan bantuan enzim DNA ligase.
Hasilnya adalah kombinasi DNA kode insulin dengan plasmid bakteri yang
disebut DNA rekombinan. Langkah keempat, Plasmid yang sudah mengandung
DNA insulin disisipkan kembali ke sel bakteri.
2. Proses Penyisipan Gen Bakteri E.coli (pembawa gen insulin) ke Bakteri
Agrobacterium tumefaciens (sebagai vektor).
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : Langkah Pertama,
mengeluarkan plasmid bakteri Agrobacterium tumefaciens. Langkah kedua,
mengisolasi gen DNA insulin yang ada pada bakteri E.coli. Langkah ketiga,
Memotong plasmid pada segmen tertentu menggunakan enzim restriksi
endonuklease. Langkah keempat, gen DNA kode insulin dari bakteri E.coli
tersebut disambungkan pada plasmid Ti pada bakteri Agrobacterium tumefaciens
menggunakan bantuan enzim DNA ligase. Hasilnya adalah kombinasi DNA kode
9
insulin dengan plasmid bakteri yang disebut DNA rekombinan. Langkah Kelima,
DNA rekombinan yang terbentuk disisipkan kembali ke sel bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Selanjutnya dihasilkan bakteri Agrobacterium
tumefaciens mengandung insulin.
3. Penyisipan Gen Agrobacterium tumefaciens Berinsulin ke dalam Gen Padi
Proses yang langkah pertama, melakukan sekuensing pada DNA tanaman
untuk gen yang akan diubah diidentifikasinya. Langkah kedua, gen yang
diinginkan dikeluarkan dari bakteri Agrobacterium tumefaciens melalui
penggunaan enzim spesifik yaitu enzim restriksi. Langkah ketiga, gen yang
diinginkan kemudian di polimer melalui polymerase chain reaction, yaitu metode
untuk memperkuat DNA dan menghasilkan sejumlah gen yang bisa diterapkan ke
tanaman. Langkah keempat. Melakukan metode elektroporasi yaitu dikejutkan
dengan listrik tegangan tinggi melalui larutan yang mengandung protoplas.
Kejutan listrik ini menyebabkan sel membran plasma (semipermiabel) untuk
sementara tidak stabil dengan membentuk pori-pori kecil, melalui pori-pori ini,
DNA bakteri Agrobacterium tumefaciens yang mengandung insulin dapat masuk
melalui proses difusi. DNA akan masuk ke nukleus yang akan diinjeksikan dalam
bentuk transfer plasmid-Ti yang dipindah ke kromosom dan menjadi satu dalam
DNA tanaman padi. Pemberian kejutan listrik dan injeksi, sel membran plasma
terbentuk kembali. Dinding sel juga terbentuk kembali melalui proses
pembalikan. Sel-sel yang baru saja diubah tersebut kemudian menghasilkan jenis
sel yang unik yang membentuk padi dengan terdapat gen insulin didalamnya. Sel
baru yang menjadi tanaman padi berinsulin, dapat terbentuk ketika sel tanaman
padi sudah terinfeksi oleh bakteri yang telah membawa DNA rekombinan baru
yang mengandung gen insulin, sehingga DNA yang mengandung gen insulin,
berintroduksi ke sel tumbuhan dengan membawa gen baru pada kromosom
tumbuhan, Kemudian akan terjadi proses regenerasi tanaman dengan sifat baru
yang menghasilkan padi yang mengandung insulin.
10
Padi berinsulin ini tentu saja sangat penting bagi penderita diabetes
milletus karena dapat dimanfaatkan menjadi bahan alternatif untuk mengkonsumsi
nasi setiap hari, sehingga tidak perlu khawatir akan meningkatkan kadar glukosa
dalam darah.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam menghasilkan beras insulin memerlukan suatu cara yaitu rekayasa
genetika yang perlu dibantu dengan adanya bakteri yaitu E.coli. Bakteri E. coli
dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.
Melalui bakteri tersebut insulin dapat dihasilkan sehingga dapat bermanfaat
bagi penderita diabetes mellitus. hasil produk bioteknologi berupa beras yang
mengandung insulin, dapat dimanfaatkan bagi konsumen untuk dapat
memakan dari beras berinsulin. Penderita Diabetes mellitus dapat
mengkonsumsi beras yang telah mengandung insulin tersebut sehingga aman
bagi penderita untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang ditentukan.
2. Langkah-langkah menghasikan padi insulin, sebagai berikut yaitu :
Mengisolasi plasmid dari bakteri E.coli lalu memotong plasmid yang telah
diisolasi dengan enzim restriksi, DNA yang dari sel pankreas dipotong pada
suatu segmen pengkodean insulin, DNA rekombinan yang terbentuk lalu
disisipkan ke bakteri E.coli. Setelah proses ini selesai lalu menyisipkan gen
DNA insulin dari bakteri E.coli ke bakteri Agrobacterium tumefaciens
sehingga bakteri Agrobacterium tumefaciens mempunyai gen insulin dan
selanjutnya menginfeksikan bakteri dengan gen berinsulin ini kedalam sel
tanaman sehingga akan menghasilkan varietas tanaman baru.
11
12