BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Kendal merupakan salah satu wilayah region Kawasan
Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran (Baca Kabupaten Semarang),
Salatiga, Semarang dan Purwodadi). Kabupaten Kendal yang merupakan
wilayah hinterland dari Kota Semarang mempunyai akses ekonomi yang
cukup menarik. Hal ini ditambah lagi dengan letak Kabupaten Kendal yang
berada di jalur pantura merupakan peluang investasi yang cukup baik bagi
perekonomian Kendal. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung
di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Mengingat letaknya yang
strategis di jalur pantura maka daerah ini menjadi daerah tujuan investasi
yang menarik bagi para investor.
Setiap daerah mempunyai sektor andalan dalam kegiatan
ekonominya. Begitu juga dengan Kabupaten Kendal, karena letaknya yang
strategis di jalur pantura, bukan berarti sektor perdgangan dan jasa yang
menjadi sektor andalan atau sektor basis, mungkin sektor-sektor lain yang
menjadi andalan atau sektor basis Kabupaten Kendal. Di Kabupaten Kendal
terdapat industri-indusrti pengolahan yang cukup berkembang disana
diantaranya yaitu industri krupuk, furniture, industri konveksi, industri
gerabah, dll. Selain sektor industri, di Kab. Kendal juga berkembang sektor
pertanian. Komoditas sektor pertanian yang cukup berkembang adalah
tanaman pisang, sawo dan jagung.
Kabupaten Kendal yang merupakan hinterland dari Kab. Semarang
merupakan salah satu hinterland yang cukup pesat perkembangannya.
Perkembangan di Kota Kendal yang cukup menyita perhatian adalah
Kecamatan Weleri. Di kecamatan ini berkembang sektor perdagangan. Selain
itu Kec. Weleri menjadi pusat persinggahan para pedagang dari Solo –
Semarang dan daerah lain dari Indonesia. Oleh karena banyaknya sektor yang
1
menjadikan Kab. Kendal menjadi maju, maka dengan makalah ini kami ingin
mengetahui sektor manakah yang menjadi sektor basis di Kab. Kendal.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat
dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai
macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
perubahan ekonomi. Menurut Sukirno (1994:10), pertumbuhan ekonomi
berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Biasanya yang menjadi tongkat penyangga perekonomian suatu
daerah adalah sektor basis di daerah tersebut. Sedangkan laju pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam PDRB tanpa memandang apakah
kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk
dan apakah ada perubahan atau tidak dalam struktur ekonomi. Salah satu
indikator untuk menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data
mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang
berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Namun untuk menunjukkan tingkat
pergeseran sektor dilihat melalui PDRB berdasarkan tingkat harga berlaku.
Suatu masyarakat dipandang mengalami suatu pertumbuhan dalam
kemakmuran masyarakat apabila pendapatan perkapita menurut harga atau
pendapatan terus menerus bertambah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dilihat apakah sektor yang
cukup berkembang di Kab. Kendal menjadi sektor basis atau bukan. Selain itu
dalam makalah ini akan diuraikan mengenai sektor-sektor yang merupakan
sektor basis dan sektor non basis yang mendukung pertumbuhan Kabupaten
Kendal. Adanya perkembangan pada setiap sektor bisa menyebabkan
bergesernya suatu sektor dari sektor non basis (sektor pendukung) menjadi
sektor basis dan begitu juga sebaliknya. Dalam analisa ini digunakan alat
Metode Location Quotient untuk membandingkan porsi lapangan kerja/nilai
tambahan untuk sektor-sektor tertentu di wilayah tersebut dibandingkan
dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama secara
nasional (nasional disini maksudnya adalah wilayah yang lebih tinggi
jenjangnya).
2
1.2. Rumusan Masalah
a) Berdasarkan data dari PDRB, sektor manakah yang menjadi sektor basis
dan non basis di kabupaten Kendal untuk menunjang perekonomian?
b) Apakah dalam kurun lima waktu terakhir apakah terjadi pergeseran
sektor basis?
c) Bagaimana dampak dari sektor basis terhadap kehidupan perekonomian
masyarakat disana, ditinjau dari banyaknya tenaga kerja yang terserap?
d) Bagimana pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal selama lima tahun
terakhir?
1.3. Tujuan Penelitian
a) Untuk mengetahui sektor manakah yang menjadi sektor basis dan non
basis dalam Kabupaten Kendal.
b) Mengetahui besarnya sumbangan sektor tersebut dalam PDRB
Kabupaten Kendal.
c) Untuk mengetahui apakah ada pergeseran sektor atau tidak (basis dan
non basis di Kabupaten Kendal).
d) Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan perekonomian di
Kabupaten Kendal dalam kurun lima tahun terakhir.
1.4. Manfaat Penelitian
a) Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
b) Sebagai sumber informasi struktur perekonomian Kabupaten Kendal
c) Untuk menambah pengetahuan mengenai Kabupaten Kendal itu
sendiri
d) Untuk mengetahui apakah sektor yang berproduksi secara efisien
merupakan sektor basis di daerah tersebut atau tidak.
e) Bahan masukan bagi peneliti lebih lanjut yang ingin lebih mengkaji
masalah ini.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) adalah
jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam
suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Untuk menghitung
PDRB yang ditimbulkan dari satu daerah ada empat pendekatan yang
digunakan (BPS 2002:5-6) yaitu :
1. Pendekatan Produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai
tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian
selama satu tahun.
2. Pendekatan Pendapatan, adalah pendekatan yang dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor
produksi, meliputi :
a. Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja)
b. Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah)
c. Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal)
d. Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
3. Pendekatan Pengeluaran, adalah model pendekatan dengan cara
menjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa,
yaitu:
a. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga
swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah.
b. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap
bruto.
c. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.
4. Metode Alokasi, model pendekatan ini digunakan karena kadang-
kadang dengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk
mengadakan penghitungan pendapatan regional dengan
4
menggunakan metode langsung seperti tiga cara di atas, sehingga
dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sebagai
contoh, bila suatu unit produksi mempunyai kantor pusat dan
kantor cabang. Kantor pusat berada di wilayah lain sedangkan
kantor cabang tidak mengetahui nilai tambah yang diperoleh karena
perhitungan rugi-laba dilakukan di kantor pusat. Untuk mengatasi
hal itu penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan
metode alokasi, yaitu dengan mengalokasikan angka-angka oleh
kantor pusat dengan menggunakan indikator-indikator yang dapat
menunjukkan seberapa besarnya peranan suatu kantor cabang
terhadap kantor pusat.
Sedangkan cara penyajian PDRB dilakukan sebagai berikut:
a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan
dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing
tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun
pada penilaian komponen nilai PDRB.
b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan
dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat
pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan
produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. Dalam
penelitian ini, PDRB yang digunakan untuk penelitian
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal adalah PDRB Atas Dasar
Harga Konstan.
1.2. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson
(1973) yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan
akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999:116). Dalam penjelasan
selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-industri yang
menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku
untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan
5
peluang kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa
suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat
memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain
sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyatno 2000:146). Ada serangkaian
teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan perubahan-
perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor yang
terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan
populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory).
Menurut Glasson (1990:63-64), konsep dasar basis ekonomi
membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
a) Sektor-sektor Basis, adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-
barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat
yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada
masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian
masyarakat yang bersangkutan.
b) Sektor-sektor Bukan Basis, adalah sektor-sektor yang menjadikan
barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal
di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-
sektor bukan basis ini tidak mengekspor barang-barang. Ruang
lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.
Secara implisit pembagian perekonomian regional yang dibagi
menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana
keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis ekonomi.
Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus
pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah
permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan
menambah volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya
kegiatan basis akan menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan
bukan basis yang berarti berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah
yang bersangkutan. Dengan demikian kegiatan basis mempunyai peran
sebagai penggerak utama.
6
1.1 Pengembangan Sektor Potensial
Berdasarkan potensi sumber daya alam yang kita miliki, maka
adanya sektor potensial di suatu daerah harus dikembangkan dengan
seoptimal mungkin. Lincolin Arsyad (1999:165) mengatakan bahwa sampai
dengan akhir dekade 1980-an, di Indonesia terdapat tiga kelompok
pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-langkah yang perlu diambil
untuk memantapkan keberadaan sektor industri. Ketiga kelompok pemikiran
tersebut adalah:
1. Pengembangan sektor industri hendaknya diarahkan kepada sektor
yang memiliki keunggulan komparatif (comparative adventage).
Pemikiran seperti ini boleh dikatakan diwakili oleh kalangan
ekonom-akademis.
2. Konsep Delapan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri
yang di kemukakan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Habibie),
yang pada dasarnya memprioritaskan pembangunan industi-industri
hulu secara serentak (simultan).
3. Konsep keterkaitan antar industri, khususnya keterkaitan hulu-hilir.
Konsep ini merupakan konsep menteri perindustrian (Tungki
Ariwibowo). Sebagai indikator analisis evaluasi, metode klarifikasi
dan validasi dari perencanaan yang telah disusun sesuai dengan
tuntutan kerangka acuan kerja digunakan analisis SWOT. Analisis
ini merupakan suatu metode untuk menggali aspek-aspek kondisi
sektoral yang terdapat di suatu kawasan yang direncanakan untuk
menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi
dalam pengembangan sektoral tersebut.
1.2 Model Analisis dengan Metode Location Quotient
Metode Location Quotient adalah metode dengan membandingkan
porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah
dibandingkan dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang
sama secara nasional (nasional yang dimaksud adalah wilayah yang lebih
tinggi jenjangnya). Dalam bentuk rumus diperlihatkan dibawah ini :
7
Keterangan :
li = banyaknya lapangan kerja sektor i di wilayah analisis
e = banyaknya lapangan kerja di wilayah analisis
Li = banyaknya lapangan kerja sektor i secara nasional
E = banyak lapangan kerja secara nasional
Dari persamaan diatas diketahui bahwa apabila LQ > 1 berarti
porsi lapangan kerja sektor i di wilayah analisis terhadap total lapangan
kerja wilayah adalah lebih besar dibandingkan dengan porsi lapangan kerja
untuk sektor yang sama secara nasional. Maksud dari pernyataan ini adalah
sektor i di wilayah tersebut secara proporsional dapat menyediakan
lapangan kerja melebihi porsi sektor i secara nasional. LQ > 1 memberikan
indikasi bahwa sektor tersebut adalah basis, sedangkan apabila LQ < 1
berarti sektor ini adalah nonbasis.
Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu
daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan
nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor
industri di suatu daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam
industri nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada
setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah
suatu perekonomian tertutup. Digunakan analisis LQ karena analisis ini
memiliki kelebihan-kelebihan, yakni merupakan alat analisis sederhana
yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industri
substitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan
untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk
dianalisis lebih lanjut. Sedangkan kelemahannya antara lain merupakan
indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak
memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil
produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda,
juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap
daerah.
BAB III8
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Pendekatan Penelitian
Dalam laporan ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan secara
kuantitatif yaitu penghitungan secara formulasi dengan menggunakan
metode LQ (Location Quotient), sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan
melalui studi literatur dan alat analisis terhadap fenomena yang terjadi
khususnya yang berkaitan dengan permasalahan pada laporan ini.
1.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan batasan dan menjelaskan beberapa
variabel yang terdapat pada hipotesis, sehingga penyusunan laporan ini
dapat terarah pada pokok permasalahannya. Definisi operasional tersebut
meliputi :
1. Pertumbuhan sektor ekonomi:
Definisi pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang
dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB
atas dasar harga konstan tahun 2000.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB):
Pengertian PDRB disini mengacu pada pengertian PDRB menurut
Badan Pusat Statistik (BPS). Bila dipandang dari sudut produksi, PDRB
merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama
jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut
dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok
lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB dihitung
berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada harga-harga barang
yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni dengan tahun 2000
sebagai tahun dasar. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini
dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi. Sedangkan untuk
9
mengetahi ada atau tidaknya pergeseran sektor dilihat berdasarkan
PDRB atas harga berlaku.
3. Penduduk
BPS mendefinisikan bahwa yang dimaksud penduduk adalah semua
orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama
6 (enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari
6 (enam) bulan tetapi bertujuan untuk menetap (dalam satuan jiwa).
4. Sektor-sektor ekonomi
Sektor-sektor ekonomi yaitu sektor pembentuk angka PDRB yang
berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini
BPS membagi sektor-sektor ekonomi tersebut menjadi sembilan sektor
seperti sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri, sektor
listrik, gas dan air, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor
komunikasi, sektor keuangan dan sektor jasa dan lainnya.
5. Pengembangan sektor ekonomi potensial
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002:4),
Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-
putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan
pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor
potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan
keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada
sektor-sektor ekonomi potensial (unggul, mampu, strategis), guna
meningkatkan PDRB Kabupaten Kendal.
1.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang kami peroleh dari
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data PDRB
Kabupaten Kendal tahun 2002 – 2007.
10
1.4 Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah melalui studi kepustakaan (Library Study), yaitu dengan mempelajari
literatur-litaratur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti
kemudian dihubungkan satu sama lainnya sehingga dapat diperoleh hasil
yang betul-betul akan membantu dalam menjawab permasalahan yang ada.
Literatur-litertur yang digunakan adalah jurnal-jurnal yang berhubungan
dengan permasalah tersebut dan buku ekonomi regional yang ada di
perpustakaan.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian
1.1.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Kendal tahun 2003
berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2003 adalah sebesar
891.166 jiwa. Penduduk yang bekerja pada tahun 2003 sebesar
417.627 jiwa, hal ini menggambarkan bahwa hampir separuh
penduduk Kab. Kendal bekerja di sektor basis. Pada tahun 2004
jumlah penduduk Kendal sebanyak 899.211 jiwa dan yang bekerja
sebanyak 403.044 jiwa. Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kab.
Kendal 905.541 jiwa dan yang bekerja sebesar 445.515 jiwa. Pada
tahun 2006 jumlah penduduk Kab. Kendal sebesar 918.945 jiwa dan
yang bekerja sebesar 465.682 jiwa. Dari uraian data kependudukan dan
tenaga kerja dapat dilihat bahwa setiap tahun rata-rata terjadi kenaikan
jumlah penduduk dan tenaga kerja di Kab. Kendal.
Grafik: Alokasi tenaga kerja persektor di Kab. Kendal
Sumber: BPS Jateng, Susenas
Berdasarkan grafik di atas, bila dilihat bahwa tenaga kerja
banyak terserap pada sektor pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa
sebagian besar penduduk di Kab. Kendal bekerja di sektor pertanian.
Setelah itu disusul oleh sektor perdagangan. Hal ini ditunjang letak 12
Kab. Kendal yang berada di jalur pantura sehingga cocok untuk
perdagangan. Perdagangan di Kab. Kendal cukup berekembang
terutama di Kecamatan Weleri. Setelah sektor perdagangan disusul
oleh sektor industri. Di Kendal, sektor industri yang berkembang
adalah sektor industri non migas yaitu sektor industri pengolahan
seperti industri furniture, kerupuk , petis, bordir, pengolahan hasil laut,
dan lain-lain. Setelah sektor industri, kemudian disusul sektor
kontruksi, komunikasi, pertambangan, listrik dan gas, keuangan dan
lainnya.
Berikut tabel alokasi tenaga kerja persektor di Kab.Kendal
Sektor 2002 2003 2004 2005 2006Pertanian 204.157 217.987 181.707 215.550 218.090
Prtmbngn 497 1.668 648 2.665 1.448
Industri 52.496 47.169 48.540 45.160 62.336Listrik, gas & air
994 292 0 0 362
Konstruksi 15.966 20.397 18.348 21.890 14.782
Prdgangan 72.078 72.619 86.703 92.850 85.082
Komnksi 13.924 18.676 19.581 20.380 24.028
Keuangan 4.928 1.565 4.059 5.330 3.926
Jasa 42.065 36.032 42.810 40.395 54.626
Lainnya 497 1.222 648 1.295 1.002
Jumlah 407.602 417.627 403.044 445.515 465.682Sumber: BPS Jateng, Susenas
1.1.1 Perekonomian Daerah
Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau
sumbangan dari masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB
yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu
perekonomian mangalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai
sektor. Nilai PDRB Kabupaten Kendal selalu mengalami peningkatan
yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 4 tahun (2004 – 2007) tahun
terakhir, sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang
menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. hal ini ditandai
dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu
13
berkisar di atas 34 persen, paling tinggi dibanding dengan sektor lain.
Selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor
Industri Pengolahan adalah sektor Pertanian dan sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran. Secara keseluruhan, dalam 4 tahun terakhir. tidak
terjadi pergeseran struktur ekonomi yang berarti, masing-masing
sektor masih dalam posisi yang sama.
1.1 Analisis Potensi Sektor Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan
Pengembangan Sektor Potensial
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
ekonomi Kabupaten Kendal sehingga sektor-sektor strategis yang potensial
tesebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan PDRB kemudian sektor-
sektor potensial yang teridentifikasi tersebut dianalisis lebih lanjut
bagaimana kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman/tantangan
pengembanganya sehingga dapat dirumuskan strategi apa yang bisa
diterapkan dalam rangka pengembangan sektor potensial tesebut. Selain itu,
juga dicari seberapa jauh keterkaitan Kabupaten Kendal dengan daerah
sekitarnya dalam satu kawasan.
Untuk mengetahui potensi sektor-sektor ekonomi yang mendukung
PDRB Kabupaten Kendal maka digunakan alat analisis LQ yaitu untuk
mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut termasuk sektor basis atau non
basis.
1.2 Analisis Potensi Sektor Ekonomi dengan Model Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui
sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk kedalam sektor basis (basic
sector) atau berpotensi ekspor dan manakah yang bukan merupakan sektor
basis (non basic sector). Apabila hasil perhitungannya menunjukkan angka
lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis.
Sebaliknya apabila hasilnya menunjukkan angka kurang dari satu (LQ < 1)
berarti sektor tersebut bukan sektor basis. Hasil perhitungan Location
14
Quotient (LQ) Kabupaten Kendal selama 5 tahun terakhir (dari tahun 1999 –
2003) selengkapnya dapat dilihat pada table berikut :
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) berdasarkan atas harga berlaku di Kabupaten Kendal 2003 – 2007
SektorTahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Petanian 1,168 1,195 1,23 1,245 1,25Petambangan & galian
1,11 0,7 1,07 1,1 1,11
Industri pengolahan 1,166 1,136 1,11 1,079 1,18Listrik, gas, air bersih
1,31 1,167 1,25 1,45 1,55
Bangunan 0,78 0,679 0,64 0,69 0,62
Perdang, hotel, restoran
0,855 0,585 0,89 0,86 0,85
Pengankutan & komunikasi
0,48 0,45 0,48 0,55 0,56
Keu.persewaan & jasa persuasi
0,67 0,73 0,77 0,93 0,8
Jasa-jasa 0,86 0,9 0,96 0,97 0,93
Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) berdasarkan atas harga konstan berlaku di Kabupaten Kendal 2003 – 2007
SektorTahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Pertanian 1,14 1,17 1,14 1,16 1,18Pertambangan & galian
0,899 0,91 0,9 0,96 0,96
Industri pengolahan
1,24 1,2 1,25 1,24 1,25
Listrik, gas, air bersih
1,63 1,64 1,3 1,38 1,43
Bangunan 0,64 0,5 0,48 0,5 0,49Perdag, hotel, restoran
0,85 0,87 0,88 0,9 0,92
Pengankutan & komunikasi
0,498 2 0,49 0,49 0,49
Keu.persewaan & jasa perushn
0,64 0,68 0,7 0,69 0,71
Jasa-jasa 0,79 0,8 0,79 0,79 0,79
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode LQ di
atas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir belum ada
pergeseran sektor. Dimana yang dimaksud pergeseran sektor disini yaitu
pergeseran dari sektor basis ke sektor non basis dan begitu pula sebaliknya.
15
Selain itu, dalam perhitungan ini dapat diketahui bahwa yang menjadi sektor
basis adalah sektor pertanian; industri pengolahan; listrk, gas, dan air bersih.
Sektor non basis adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; bangunan;
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Adanya urutan sektor non basis
seperti hal tersebut sangatlah tepat dengan keadaan perekonomian di Kab.
Kendal. Dimana seperti yang kita tahu bahwa sektor-sektor non basis
tersebut sangat mendorong terus berkembanya sektor basis di Kab. Kendal.
Berkembangnya sektor basis seperti hal tersebut sangat cocok
dengan wilayah Kab. Kendal dimana pada wilayah dataran tinggi seperti di
Kendal Selatan sangat cocok untuk kegiatan pertanian. Sektor pertanian
yang juga merupakan sektor basis banyak berkembang di wilayah Kec.
Boja, Kec. Patean dimana pada wilayah ini berkembang sektor perkebunan
yang merupakan subsektor dari sektor pertanian. Sedangkan di wilayah
dataran rendah berkembang sektor indusrti. Sektor industri yang banyak
berkembang di sini adalah sektor industri pengolahan pengolahan furniture
yang berorientasi ekspor ke Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya.
Selain itu juga berkembang sektor pengolahan hasil laut, industri kecil
konveksi dan dll. Berkembangnya sektor ini di wilayah dataran rendah Kab.
Kendal karena adanya kemudahan dalam memperoleh bahan baku untuk
memproduksi hal tersebut.
Meskipun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk
dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kendal, akan tetapi kita tidak boleh melupakan sektor non basis. Karena
dengan adanya sektor basis tersebut maka sektor non basis dapat dibantu
untuk dikembangkan menjadi sektor basis baru. Tidak hanya itu saja,
tanpa adanya sektor non basis yang diperhatikan maka
kegiatan perekonomian di sektor yang lain tidak akan bisa
berkembang.
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa
selama lima tahun terakhir tidak terjadi pergeseran sektor
basis di Kab. Kendal. jadi disini bisa dilihat bahwa setiap sektor
selama kurun waktu lima tahun terakhir posis setiap sektor
sama.16
1.3 Pengembangan Sektor Basis di Kabupaten Kendal berdasarkan atas
dasar harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2003 – 2007
Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis LQ, maka
dapat diketahui masing-masing sektor basis dan non basis ekonomi
Kabupaten Kendal. Setelah diketahui potensi tiap sektor, selanjutnya
diharapkan adanya pengelolaan yang lebih terfokus pada sektor yang lebih
mampu mendorong perkembangan ekonomi Kabupaten Kendal. Dengan
menitik beratkan pada sektor-sektor yang mempunyai pengaruh yang besar
pada perekonomian sehingga diharapkan hasilnya dapat optimal.
Dalam penelitian ini analisis pengembangan sektor basis di
Kabupaten Kendal berdasarkan PDRB atas harga berlaku yaitu sektor
industri pengolahan terutama industri non migas, sektor pertanian dan sektor
listrik, gas, dan air bersih. Berikut akan di bahas sektor yang menjadi sektor
basis di Kab. Kendal.
1.1.1 Sektor Industri dan Pengolahan
a. Sentra Industri Kecil Mebel dari Kayu/Furniture
Di Kabupaten Kendal banyak terdapat kegiatan industri
mebel kayu/furniture yang lokasinya tersebar di pelosok daerah,
baik yang mengelompok dalam satu pedesaan/sentra maupun yang
terpencar antara 1 hingga 4 perusahaan dari yang berskala kecil
maupun besar.
Bahan yang digunakan berupa kayu jati yang berasal dari
Perum Perhutani maupun jati tanaman rakyat, juga kayu non jati
(sengon, mahoni, kalimantan, dan lain-lain) yang persediaannya
cukup banyak di pasaran. Walaupun perkembangan furniture
kurang begitu cepat, namun usaha ini berjalan cukup lancar dalam
melayani kebutuhan mebelair dan bahan bangunan serta produksi
lain yang dibutuhkan masyarakat, perkantoran, keperluan pabrik
tekstil, dan lain-lain. Seperti disebutkan di atas bahwa di
Kabupaten Kendal terdapat industri furniture dan pengolah kayu
17
menengah dan besar namun dengan produk berorientasi pasar
ekspor ke negara-negara Eropa, Amerika dan negara lainya dengan
jenis produk antara lain kayu olahan dan mebelair seperti Hartco di
Kecamatan Patean, dan sebagainya.
b. Sentra Industri Kecil Emping Melinjo
Tanaman melinjo banyak tumbuh di Kecamatan
Pageruyung, Plantungan dan Kecamatan Patebon sehingga
beberapa desa di kecamatan tersebut merupakan daerah sentra
industri kecil pembuatan emping melinjo. Sentra emping melinjo
berada di Kecamatan Plantungan, Kecamatan Pageruyung dan
Patebon yang merupakan usaha turun temurun dari nenek moyang
mereka dan masih dikerjakan dengan peralatan yang sederhana.
Jumlah industri kecil emping melinjo pada tahun 2007
mencapai 152 unit usaha dan mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 169 orang. Salah satu kendala yang dihadapi oleh
pengrajin industri kecil pembuatan emping melinjo di sentra adalah
penyimpanan pasca panen buah melinjo sebagai bahan bakunya,
sementara ini buah melinjo yang dipanen apabila permintaan
emping melinjo berkurang maka buah melinjo tadi dijual ke
tengkulak. Emping melinjo di sentra industri pembuatan emping
melinjo di Kecamatan Plantungan sudah banyak dikenal oleh
masyarakat Kabupaten Kendal bahkan di luar Kabupaten, misalnya
Semarang, Magelang, Pekalongan, dan Batang. Untuk produksi
emping melinjo Kabupaten Kendal bentuknya agak pulen dan tidak
retak apabila ditumbuk.
c. Sentra Industri Kecil Konveksi
Industri kecil pembuatan pakaian jadi/konveksi di
Kabupaten Kendal mempunyai perkembangan yang cukup baik.
Keberadaan industri kecil ini menyebar merata di daerah,
sedangkan untuk sentra industri kecil pembuatan pakaian jadi
18
diantaranya adalah di Desa Kutoharjo, Krajan Kulon, dan Desa
Protomulyo Kecamatan Kaliwungu serta di Desa Cepiring dan
Pandes Kecamatan Cepiring. Jumlah industri kecil pembuatan
pakaian jadi/konveksi pada tahun 2007 mencapai 70 unit usaha dan
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 230 orang.
Industri kecil pembuatan pakaian jadi ini sebagian besar
dikerjakan dengan peralatan sederhana, mesin jahit dikerjakan
dengan tenaga manusia atau manual dan belum menggunakan
tenaga mekanis/tenaga listrik. Adapun jenis produk yang dihasilkan
antara lain kemeja pria, celana panjang, pakaian anak-anak dan
pakaian wanita.
d. Sentra Industri Kecil Gerabah
Pada tahun 1970-an jumlah pengrajin industri kecil gerabah
di Kabupaten Kendal lebih dari 200 unit usaha yang terdapat di
Kecamatan Kota Kendal dan Kecamatan Weleri. Namun dengan
kemajuan peradaban manusia sekarang ini banyak diproduksi
barang substitusi sehingga jumlah industri gerabah mengalami
penurunan drastis menjadi 40 unit usaha pada tahun 2007. Dari
sejumlah 40 unit usaha tersebut dikerjakan oleh orang-orang yang
sudah tua, sedangkan generasi muda sudah tidak tertarik pada
kegiatan kerajinan gerabah. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh
industri kecil gerabah sebanyak 52 orang.Barang-barang yang
dibuat antara lain periuk, cobek, tungku, wajan dan barang-barang
bersifat seni seperti aneka pot/vas bunga, barang hiasan ruang
tamu, hiasan taman, dan lain-lain yang dipesan oleh penggemar
barang seni.
e. Sentra Industri Kecil Bata Merah
Guna memenuhi kebutuhan bahan bangunan daerah lokal
dan daerah sekitarnya, masyarakat Kabupaten Kendal
memanfaatkan potensi tanah dari lokasi yang kurang subur (tanah
19
tadah hujan, berem sungai, tanah kebun, tanah urugan) untuk
pembuatan bata merah.
Sentra industri bata merah di Kabupaten Kendal sebanyak
185 unit usaha yang tersebar di berbagai kecamatan, yaitu Desa
Kebonadem, Desa Rejosari Kecamatan Brangsong; Kelurahan
Tunggulrejo Kecamatan Kota Kendal; Desa Banjarejo dan
Kaligading Kecamatan Boja; Desa Merbuh Kecamatan Singorojo;
Desa Karangsuno, Mulyosari, Botomulyo, Gondang, dan Pandes
Kecamatan Cepiring; Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari; serta
Desa Karanganom dan Payung Kecamatan Weleri. Jumlah tenaga
kerja yang terserap sebanyak 634 orang.
f. Sentra Industri Kecil Genteng
Sentra industri kecil genteng letaknya tersebar di
Kabupaten Kendal, desa yang potensial penghasil genteng press /
non press adalah Desa TamanGede Kecamatan Gemuh, Desa
Meteseh Kecamatan Boja, Desa Kaliputih - Singorojo dan
Tegorejo - Pegandon. Usaha genteng di daerah sentra merupakan
usaha yang di kelola secara turun temurun dengan peralatan yang
sederhana / tradisional.
Daerah pemasaran produk industri genteng berbeda-beda
antara daerah sentra yang satu dengan daerah sentra yang lain
karena masing-masing sentra mempunyai pangsa pasar tersendiri.
Produk industri genteng Meteseh dan produk industri genteng
Taman Gede pemasarannya sudah merambah ke luar Kabupaten
Kendal dan sudah cukup dikenal oleh masyarakat luas. Sedangkan
produk industri genteng non press yang dihasilkan oleh sentra
genteng dari Desa Tegorejo sasaran pemasarannya adalah untuk
kelas menengah ke bawah.
g. Sentra Industri Kecil Gula Aren
20
Salah satu industri yang berkembang di Kecamatan
Limbangan adalah industri pembuatan gula aren. Pembuatan gula
aren ini dikelola oleh hampir setiap warga di tiap-tiap desa di
Kecamatan Limbangan. Tanaman aren yang ber kembang ini tidak
lepas dari daya dukung sumber daya alam, tanaman aren sebagai
bahan baku pembuatan gula aren tumbuh tersebar di daerah /
wilayah Kecamatan Limbangan.
Pada umumnya desa yang menjadi sentra gula aren di
Kecamatan Limbangan sifatnya home industri walaupun sebagian
ada juga yang sudah diusahakan skala sedang maupun
penampungan dari pengrajin-pengrajin setempat.
Pemasaran hasil produksi selama ini dilakukan oleh para
pedagang yang langsung membeli ke pengrajin dengan cara
memesan atau meminjami dulu uang untuk modal tambahan.
Daerah pemasar an gula aren di sentra Kecamatan Limbangan
meliputi Kabupaten Kendal serta Semarang dan sekitarnya.
h. Sentra Industri Kecil Bordir
Bordir di Kabupaten Kendal yang potensial dan
berkembang adalah daerah Kecamatan Kaliwungu. Produk industri
kecil bordir di daerah ini sudah cukup dikenal oleh masyarakat
luas. Kecamatan Kaliwungu sendiri tidak terlepas dari sebutan
“Kota Santri” dimana banyak terdapat pesantren dan sarana
pendidikan keagaman Islami yang mana santri-santrinya berasal
dari seluruh nusantara.
Pembuatan bordir di Kecamatan Kaliwungu cukup baik
perkembangannya. Hal ini dilihat dari perkembangan selama ini
yaitu dengan adanya Koperasi Bordir “Mekar Sari”. Koperasi ini
menampung bordir yang diusahakan secara home industri. Produk
yang paling banyak diproduksi adalah busana muslim, hal ini
disebabkan banyaknya pesanan baik yang datang dari lokal maupun
dari luar daerah misal Jakarta, Surabaya, Bali, bahkan Australia.
21
Tempat sentra Bordir terdapat di dekat area masjid Kaliwungu
yaitu Desa Krajankulon, Sarirejo, Protomulyo dan Kutoharjo.
i. Sentra Industri Kecil Pengolahan Hasil Laut
Terinasi merupakan salah satu komoditi ekspor di
Kabupaten Kendal yang mempunyai prospek yang cukup baik.
Sentra industri terinasi di Kec. Cepiring pengelolaannya ditangani
dengan mana- jemen yang baik, karena usaha ini sudah merupa kan
perusahaan sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak. Terinasi hasil olahan memang mempunyai spesifikasi
khusus, karena memang sebagian besar untuk konsumsi ekspor
sehingga kualitas produk sangat diperhatikan. Pada umumnya
spesifikasi itu adalah warnanya bersih, tidak menggumpal, dan
besarnya hampir seragam. Hasil produk pengolahan teri nasi
diekspor ke Jepang, Taiwan, dan sedang dijajaki ke negara-negara
di Asia dan Eropa.
j. Sentra Industri Kecil Terasi
Terasi adalah produk makanan yang terbuat dari nener.
Terasi digunakan untuk penyedap bumbu makanan di Indonesia. Di
Kabupaten Kendal sentra industri skala rumah tangga pembuatan
terasi yang potensial adalah di Desa Korowelang Anyar Kecamatan
Cepiring, Gempolsewu - Rowosari, Karangsari - Kendal, Desa
Wonorejo - Kaliwungu, Desa Pidodo Wetan dan Pidodo Kulon
Kecamatan Patebon, serta Kec. Kangkung. Nener merupakan bahan
baku utama pembuatan terasi yang hidup baik di perairan laut
maupun perairan darat (tambak), yang pada musim tertentu nener
banyak berkembang sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap
produksi terasi.
Dalam proses pembuatan terasi sebagian industri-industri
kecil belum menggunakan peralatan teknologi tepat guna
melainkan masih menggunakan peralatan yang sederhana yaitu alat
22
penumbuk. Pemasaran terasi dari sentra-sentra ini sebagian besar
masih di sekitar Kabupaten Kendal..
k. Sentra Industri Kecil Kerupuk
Industri kerupuk merupakan bagian dari industri kecil yang
ada di Kabupaten Kendal. Ketika terjadi krisis ekonomi, industri
kecil kerupuk di Kabupaten Kendal mampu bertahan bahkan
berkembang cukup baik dan menggembirakan. Hal ini terlihat
dengan adanya pertumbuhan unit usaha dan penyerapan tenaga
kerja. Melihat kondisi sekarang ini industri kecil kerupuk yang
potensial untuk berkembang adalah industri kecil kerupuk di Desa
Sarirejo, Protomulyo, Krajan kulon Kec. Kaliwungu, Kelurahan
Kebondalem, Langenharjo, Tunggulsari dan Sijeruk Keca-matan
Kota Kendal, Desa Gemuh Blanten Kecamatan Gemuh, Desa Boja
Kecamatan Boja, Desa Kertosari Kecamatan Singorojo, Desa Lanji,
Sukolilan dan Kebonharjo Patebon, Desa Karangsuno - Cepiring,
dan Desa Parakan Sebaran Kecamatan Pageruyung.
Industri kecil pembuatan kerupuk sebagian besar dikelola
secara tradisional oleh ibu-ibu rumah tangga/home industri.
Kualitas produk kerupuk di sentra-sentra ini masih perlu
ditingkatkan lagi agar mampu bersaing dengan produk sejenis dari
daerah lain. Adapun jenis produksi kerupuk yang dihasilkan antara
lain kerupuk udang, kerupuk coklat (kerupuk rembulung), kerupuk
petis, dan kerupuk goreng pasir.
1.1.1. Sektor Pertanian
Sesuai kondisi wilayah dan iklimnya, maka sektor yang paling
berkembang di kabupaten ini adalah sektor pertanian yang meliputi
subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor
peternakan, serta subsektor kelautan dan perikanan dan sektor pertambangan
dan energi.
23
a) Pertanian Tanaman Pangan
Mengingat kondisi wilayahnya sangat dipengaruhi oleh
iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi, maka pertanian
tanaman pangan menjadi salah satu sektor unggulan di kabupaten
ini. Komoditinya sebagian besar adalah buah-buahan segar di
samping bawang merah, cabe, jahe, kunyit, kacang-kacangan dan
ubi jalar.Secara rinci luas lahan dan jumlah produksi masing-
masing komoditi dapat dilihat pada tabel berikut.
No Komoditi Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)1 Durian 925 14.047 2 Mangga 2.311 10.933 3 Rambutan 893 5.283 4 Pisang 19.500 17.514 5 Sawo 12.941 1.528 6 Bengkoang 10,5 4.345 7 Kacang pajang 987 3.787 8 Bawang merah 683 6.026 9 Jahe 10,5 1,4 10 Jangung 11.545 58.926 11 Ubi jalar 325 6.066 12 Kacang tanah 4.190 4.710 13 Kacang hijau 1.039 1.070 14 Kunyit 10,4 - Sumber: BPS Jateng, Kendal dalam Angka
b) Perkebunan
Pada subsektor perkebunan prospeknya cukup bagus.
Berbagai jenis komoditi perkebunan tersebar secara merata di
seluruh kecamatan, meliputi cengkeh, kapuk, jambu mete, tebu,
karet, aren, kapulogo, kemukus, vanili, lada, kemiri, teh, kelapa
dalam, kelapa hibrida, kopi robusta, kopi arabika dan tembakau.
Komoditi cengkeh, aren dan teh potensinya banyak terdapat
di Kecamatan Plantungan, Sukorejo, Patean serta Limbangan.
Sementara untuk jenis komoditi kapuk, kemukus, kopi arabika,
24
kopi robusta, lada, kemiri dan kelapa hibrida potensi terbesarnya
terdapat di Kecamatan Patean dan Singorojo. Komoditi kapulogo,
lada, vanili, kopi arabika dan kelapa juga banyak ditemui di
Kecamatan Boja. Khusus produksi karet terkonsentrasi di
Kecamatan Limbangan, yang juga memiliki potensi untuk jenis
komoditi seperti : aren, kapulogo, kemukus, kemiri, lada, vanili,
kopi arabika dan robusta.
c) Peternakan
Potensi pada subsektor ini meliputi ternak sapi, kerbau,
kambing, domba dan ayam. Setiap tahunnya kabupaten ini mampu
menghasilkan produksi daging sapi sebesar 447,515 ton, kerbau 1,8
ton, kambing 160,897 ton, domba 57,758 ton serta ayam sebesar
2.077,717 ton. Di sisi lain produksi telur tiap tahunnya juga cukup
besar yaitu mencapai 17.546,707 ton.
d) Perikanan
Potensi pada subsektor terdapat di Kecamatan Rowosari
dan Kecamatan Kota Kendal, meliputi perikanan laut dan
perikanan air tawar. Kedua wilayah ini sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai sentra perikanan yang didukung oleh
produktifitas yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil produksi perikanan air tawar antara lain: ikan lele, bandeng
dan udang, sementara dari perikanan laut produksi unggulannya
berupa teri nasi. Untuk melengkapi tingginya produktifitas
perikanan, saat ini telah terdapat empat Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) yaitu TPI Tawang, TPI Bandengan, TPI Tanggul Malang,
TPI Sendang Sekucing.
e) Listrik, gas, dan air bersih
Listrik, gas, dan air bersih merupakan salah satu sektor
basis di Kab. Kendal. Hal ini bisa terjadi karena pada Kab. Kendal
25
salah satu sektor basis adalah industri pengolahan dimana pada
sektor ini listrik, gas, dan air bersih merupakan subsektor yang
mendukung kelangsungan sektor ini. Sehingga secara tidak
langsung keberadaan sektor industri ini mempengaruhi jumlah
penerimaan pada PDRB. Salah satu sub sektor yang paling
berkembang dalam hal ini adalah sub sektor listrik, dimana pada
tahun 2003 sebesar 78.121,13; pada tahun 2004 sebesar
72.7674,30; pada tahun 2005 sebesar 86.329,04; pada tahun 2006
sebesar 102.551,94; pada tahun 2007 sebesar 126.592,09.
1.2. Pengaruh Sektor Basis terhadap Kehidupan Perekonomian Masyakat
Pengaruh sektor
basis (pertanian)
terhadap
perekononomian di
Kab. Kendal cukup
besar, hal ini bisa
dilihat dari
banyaknya tenaga
kerja yang terserap ke
sektor tersebut cukup banyak dan mengalami peningkatan setiap tahunnya
walaupun pada tahun 2004 sempat mengalami penurunan yang sangat tajam.
Dari adanya alokasi tenaga kerja yang cukup banyak ini bisa dilihat bahwa
perekonomian rakyat berkembang dengan baik. Banyaknya tenaga kerja yang
terserap dapat menimbuklan tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja di
daerah tersebut. Akibat dari adanya hal tersebut, produksi barang dan jasa
semakin meningkat sehingga hal ini bisa memberikan income yang memadai
bagi para pekerja khususnya penduduk yang bekerja di masing-masing sektor
baik itu basis maupun non basis. Dengan semakin banyaknya atau
meningkatnya produktivitas di tiap sektor bisa menyababkan semakin
meningkatnya perekonomian daerah tersebut yang kemudian berdampak pada
26
semakin meningkatnya perekonomian masyarakat lewat naiknya pendapatan
perkapita mereka.
1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kab. Kendal dilihat dari PDRB selama tahun
2003 – 2007
Pertumbuhan perekonomian Kab. Kendal selama lima tahun
terakhir, berdasarkan PDRB harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan
yang cukup tajam. Kenaikan ini dapat dilihat dengan meningkatnya PDRB
Kab. Kendal dengan atau tanpa migas pada tahun 2003 sebesar 4.061.726,90;
pada tahun 2004 sebesar 4.167.626,21; pada tahun 2005 sebesar
4.277.354,27; pada tahun 2006 sebesar 4.433.799,54 dan pada tahun 2007
sebesar 4.623.577,98.
Dari pertumbuhan
PDRB di samping
dapat di ketahui bahwa
selama lima tahun
terakhir perekonomian
Kab.Kendal
mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Sedangkan
untuk PDRB perkapita
baik tanpa atau dengan
menggunakan migas
mengalami kenaikan
yang cukup signifikan.
Pada tahun 2003
besarnya PDRB
perkapita sebesar 4.569.133,77; pada tahun 2004 sebesar 4.645.763,55; pada
tahun 2005 sebesar 4.737.587,18; pada tahun 2006 sebesar 4.886.278,72 dan
pada tahun 2007 sebesar 5.072.827,59.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode LQ dapat
diketahui bahwa yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian, industri
pengolahan , dan listrk, gas, dan air bersih. Sektor non basis adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran ;bangunan; keuangan,;persewaan; persewaan
jasa perusahaan. Adanya urutan sektor non basis seperti hal tersebut sangatlah
tepat dengan keadaan perekonomian di Kab. Kendal. dimana seperti yang kita
tahu bahwa sektor-sektor non basis tersebut sangat mendorong terus
berkembanya sektor basis di Kab. Kendal. Selain itu, dapat di lihat bahwa
dalam kurun waktu lima tahun terakhir belum ada pergeseran sektor. Dimana
yang dimaksud pergeseran sektor disini yaitu pergeseran dari sektor basis ke
sektor non basis dan begitu pula sebaliknya.
Pengaruh sektor basis terhadap perekononomian di Kab. Kendal
cukup besar. Dari adanya alokasi tenaga kerja yang cukup banyak ini bisa
dilihat bahwa perekonomian rakyat berkembang dengan baik. Banyaknya
tenaga kerja yang terserap dapat menimbulkan tingginya tingkat produktivitas
tenaga kerja di daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya atau
meningkatnya produktivitas di tiap sektor bisa menyababkan semakin
meningkatnya perekonomian daearh tersebut yang kemudian berdampak pada
semakin meningkatnya perekonomian masyarakat lewat naiknya pendapatan
perkapita mereka.
Selama lima tahun terakhir (2003 – 2007) Kabupaten Kendal
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan jika dilihat dari
PDRB harga konstan tahun 2000. Kenaikan ini dapat dilihat dengan
meningkatnya PDRB Kab. Kendal dengan atau tanpa migas pada tahun 2003
sebesar 4.061.726,90; pada tahun 2004 sebesar 4.167.626,21; pada tahun
2005 sebesar 4.277.354,27; pada tahun 2006 sebesar 4.433.799,54 dan pada
28
tahun 2007 sebesar 4.623.577,98. Sedangkan untuk PDRB perkapita baik
tanpa atau dengan menggunakan migas mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Pada tahun 2003 besarnya PDRB perkapita sebesar 4.569.133,77;
pada tahun 2004 sebesar 4.645.763,55; pada tahun 2005 sebesar
4.737.587,18; pada tahun 2006 sebesar 4.886.278,72 dan pada tahun 2007
sebesar 5.072.827,59.
5.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan dalam meningkatkan perekonomian
di Kabupaten Kendal antara lain:
Kabupaten Kendal pada saat mengembangkan sektor-sektor basis
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya hendaknya
juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non basis.
Karena dengan pengembangan sektor basis diharapkan akan dapat
merangsang pertumbuhan sektor non basis sehingga menjadi sektor
basis yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama
mendukung peningkatan peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Kendal
Pemerintah kabupaten diharapkan mampu mengalokasikan
anggaran untuk belanja pemerintah yang proporsional sehingga
mampu memberikan efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi
regional, suatu alokasi anggaran belanja pemerintah yang tidak
terkesan boros ataupun pelit.
Pemerintah kabupaten/ kota diharapkan mampu menumbuhkan dan
memelihara sikap kompetitif dan kooperatif antar daerah, sehingga
pada saat perekonomian sedang sulit seperti krisis ekonomi maka
dapat saling bahu membahu mengatasinya secara bersama-sama.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan
STIE YKPN.
BPS Jawa Tengah. Kendal dalam Angka 2003 – 2007.
, Susenas 2002 – 2006.
Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul
Sitohang. Jakarta: LPFEUI.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Suyatno, 2000. Analisa Econimic Base terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan
UU No. 25/1999. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2.
Hal. 144-159. Surakarta: UMS.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara.
Jakarta
www.kabupatenkendal.go.id
30
Top Related