ANATOMI FISIOLOGI PEMFIS DAN ANATOMI FISIOLOGI PEMFIS DAN PENYAIT TERBANYAK PADA KEPALA PENYAIT TERBANYAK PADA KEPALA DAN LEHERDAN LEHER
Anisah Noviariyanti2011730008
PembimbingDr.H Denny P Machmud
Sp.THT
Leher dibagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi
trigonum anterior atau medial dan trigonum posterior atau lateral.
1. Trigonum anterior , terdiri dari :
Trigonum muscularTrigonum caroticumTrigonum submentaleTrigonum submandibulare
2. Trigonum posterior : terdiri dari :
Trigonum supraclavicular
Trigonum occipitalis
EMBRIOLOGI KEPALA EMBRIOLOGI KEPALA DAN LEHERDAN LEHER
ANAMNESA DAN PEMERIKASAAN FISIK
Gejala paling umum yang berkaitan dengan leher meliputi adalah massa leher.
Langkah- langkah dalam pemeriksaan kelenjar getah bening leher:•Memperkenalkan diri dan inform consent terlebih dahulu kepada pasien•Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir•Tanyakan kepada pasien bagian mana yang dianggap sakit oleh pasien dan informasikan bahwa apabila pada pemeriksaan nanti ada rasa sakit yang dirasakan pasien, maka pasien harus memberi tahu. Posisikan pasien. Idealnya, pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan berdiri di belakang pasien. Dan pasien diperiksa dalam posisi duduk.•InspeksiHal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi: Pembesaran kelenjar getah bening, Skar bekas operasi (cancer exision), Massa yang jelas•Palpasi
DefinisiDefinisi
Tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di Fossa Rossenmuller.
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring Penyebab timbulnya karsinoma nasofaring masih belum jelas, namunmasih belum jelas, namun ada ada beberapa beberapa faktor yang berpengaruh,yaitu:faktor yang berpengaruh,yaitu:1.1.Faktor genetik (ras mongolFaktor genetik (ras mongolooid)id)2.2.Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)Faktor virus (virus EIPSTEIN BARR)3.3.Faktor lingkungan Faktor lingkungan 4.4.Kebiasaan makan makanan panas / Kebiasaan makan makanan panas / berpengawetberpengawet
Gejala nasofaring Gejala nasofaring
Gejala telinga Gejala telinga
Gejala mata dan Gejala mata dan saraf saraf
Gejala metastasis Gejala metastasis dan leherdan leher
1.1. Epistaksis ringanEpistaksis ringan2.2. Sumbatan hidungSumbatan hidung1.1. Tinitus Tinitus 2.2. Gangguan Gangguan
pendengaranpendengaran3.3. Rasa tidak nyaman di Rasa tidak nyaman di
telinga sampai rasa telinga sampai rasa nyeri di telinga nyeri di telinga (otalgia). (otalgia).
DiplopiaDiplopiaNeuralgia trigeminalNeuralgia trigeminal
1.1. Destruksi tulang Destruksi tulang tengkoraktengkorak
2.2. Benjolan di leherBenjolan di leher
Anamnesa: gejala hidung, telinga, mata, saraf Pemeriksaan fisik:
a. Rinoskopi anterior b. Rinoskopi posterior c. pemeriksaan kelenjar getah bening leher
Pemeriksaan penunjang :a. Nasofaringoskopi b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsi
nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu yaitu dari hidung dan mulut. Dilakukan dengan anastesi topical dengan xylocain 10%
c. Radiologi : Foto tengkorak, CT-scan, bone scintigraphy (bila dicurigai metastase tulang)
d. Pemeriksaan serologi untuk mengetahui adanya infeksi virus Epstein Barr
DIAGNOSISDIAGNOSIS
STADIUMUICC ( Union International Centre Cancer)
Tumor primer – TTumor primer – T
T T = Tumor primer= Tumor primerTT00 : Tidak tampak tumor. : Tidak tampak tumor.T1 : Tumor terbatas T1 : Tumor terbatas didi nasofaring nasofaringT2 : Tumor meluas ke T2 : Tumor meluas ke jaringan lunakjaringan lunakT2a : T2a : Perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung Perluasan tumor ke orofaring dan/atau rongga hidung ttanpa perluasan ke parafaringanpa perluasan ke parafaringT2b : DT2b : Disertaiisertai perluasan ke parafaring perluasan ke parafaringT3 : T3 : Tumor mengiTumor menginvasi struktur tulang dannvasi struktur tulang dan// sinus paranasal sinus paranasalT4 :Tumor T4 :Tumor dengan perdengan perluasluasan an intrakranial danintrakranial dan//atau atau terdapat terdapat keterlibatan saraf kranial, keterlibatan saraf kranial, fossa infratemporal, hipofaringfossa infratemporal, hipofaring, , orbitaorbita atau ruang mastikator. atau ruang mastikator.
Kelenjar limf regional-NKelenjar limf regional-NNNx : Pembsaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilaix : Pembsaran kelenjar getah bening tidak dapat dinilaiN0 : Tidak ada pembesaran kelenjarN0 : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening getah beningN1 : N1 : Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran Metastase kelenjar getah bening unilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.di atas fossa supraklavikula.N2 : N2 : Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran terbesar kurang atau sama dengan 6 cm,terbesar kurang atau sama dengan 6 cm, di atas fossa supraklavikula.di atas fossa supraklavikula.N3 : N3 : Metastase kelenjar getah bening bilateral,Metastase kelenjar getah bening bilateral, dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di dalam fossa supraklavikulaatau terletak di dalam fossa supraklavikulaN3a : Ukuran lebih dari 6 cmN3a : Ukuran lebih dari 6 cmN3b : di dalam fossa supraklavikulaN3b : di dalam fossa supraklavikula
Metastasis jauh –MMetastasis jauh –M
Mx : Metastase jauh tidak dapat dinilaiMx : Metastase jauh tidak dapat dinilaiM0 : Tidak ada metastase jauhM0 : Tidak ada metastase jauhM1 : Terdapat metastase jauhM1 : Terdapat metastase jauh
Stadium 0 T1s No Mo
Stadium I T1No Mo
Stadium IIa T2aNo Mo
Stadium IIb T1 N1Mo
T2a N1Mo
T2b No, N1Mo
Stadium III T1 N2Mo
T2a,T2b N2Mo
T3 N2Mo
Stadium Iva T4 No, N1, N2Mo
Semua T N3Mo
Semua T Semua N M1
Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :ditentukan :
PENATALAKSANAAN
Stadium IStadium I
RadioterapiRadioterapi Stadium II & III Stadium II & III
KemoradiasiKemoradiasi Stadium IV dengan N < 6 cm Stadium IV dengan N < 6 cm
kemoradiasikemoradiasi Stadium IV dangan N > 6 cm Stadium IV dangan N > 6 cm
kemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasikemoterapi dosis penuh dilanjutkan kemoradiasi
PENCEGAHAN
o Pemberian vaksinasio Penerangan akan kebiasaan hidup yang
salaho Melakukan test serologik IgA-Anti VCA
dan IgA anti EA untuk mendeteksi secara dini
PROGNOSIS
Stadium I : 76,9% Stadium II : 56,0% Stadium III : 38,4% Stadium IV : 16,4%
Keganasan laring bukanlah hal yang jarang
ditemukan. Sebagai gambaran perbandingan,
diluar negeri karsinoma laring menempati tempat
pertama dalam urutan kegansan di bidang THT
sedangkan di RS Cipto Mangunkusomo Jakarta,
karsinoma laring menduduki urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan
sinus paranasalEtiologi dan faktor
resiko
•Rokok
•Alkohol
•Terpajan sinar
radioaktif
Serak
Dispnea dan stridor
Nyeri tenggorok
Disfagia
Batuk dan hemoptisis
Pembsaran kelenjar getah bening
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laring
biopsibiopsi
Ct-scan Foto ToraksCt-scan Foto Toraks
Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Laboratorium
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim Ada 3 cara penanggulangan yang lazim dilakukan,, yakni pembedahan, radiasi, obat dilakukan,, yakni pembedahan, radiasi, obat sitostatiska atau pun kombinasi dari sitostatiska atau pun kombinasi dari padanyapadanya
TERIMA KASIH