OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata (OMP) atau dalam
sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.1
Perjalanan Penyakit
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat diberikan,
terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau
hygiene buruk.1
Etiologi dari otitis media diantaranya adalah:
Perforasi membran timpani menetap yang disebabkan oleh: 2
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga
purulen berlanjut.
Obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
Riwayat infeksi telinga tengah
Sebagian besar OMSK adalah kelanjutan dari OMA yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor yang penyebab adalah terapi yang kurang adekuat, terapi yang terlambat, virulensi kuman
yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah atau kebiasaan buruk. Sebagian kecil perforasi membran
timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya Gram positif aerob, sedangkan
pada infeksi yang telah berlangsung lama sering juga terdapat kuman Gram negatif dan anaerob.2
Patogenesis
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronis apabila
prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif
subakut.1
Ada beberapa mekanisme untuk terjadinya OMSK. Dalam kebanyakan kasus, OMSK terjadi
sebagai konsekuensi dari OMA dengan perforasi, yang berlanjut dengan kegagalan pada stadium resolusi.
Ada juga hubungan antara OME dan perforasi kronis. OME yang berlanjut akan menyebabkan degenerasi
lapisan fibrosa membran timpani. Kelemahan membran timpani ini akan menjadi predisposisi baik untuk
perforasi dan berkurangnya kemungkinan penyembuhan spontan. Meskipun membran timpani kebanyakan
1 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
sembuh secara spontan setelah ekstrusi tabung ventilasi, sebagian kecil tidak. Perforasi akibat trauma,
terutama jika besar, mungkin gagal untuk sembuh.3
Ada dua mekanisme perforasi kronis yang terus menerus atau berulang: (1) Bakteri dapat
mencemari celah telinga tengah langsung dari telinga eksternal karena hambatan fisik sebagai pelindung
dari membran timpani hilang. (2) Membran timpani yang utuh biasanya menghasilkan sebuah "bantal gas",
sehingga telinga tengah membantu untuk mencegah refluks sekresi dari nasofaring ke telinga tengah
melalui tabung eustachius. Hilangnya mekanisme perlindungan ini mengakibatkan meningkatnya paparan
dari bakteri patogen telinga tengah dari nasofaring.3
Bakteri yang paling sering ditemukan jika diisolasi pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureus, dan spesies Proteus.3
Tabel I. Bakteri Penyebab Otitis Media Supuratif Kronis 4
Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis OMSK. Perforasi
membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi
sentral, marginal atau atik.1
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih
ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan
annulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars flaksida.1
2 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Gambar I. Perforasi Membran Timpani
Jenis Otitis Media Supuratif Kronis
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan (2)
OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).1
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK
dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan
kavum timpaninya terlihat basah atau kering.1
Proses peradangan pada OMSK tipe benigna terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna tidak terdapat koleasteatoma.1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
maligna letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan
perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1
Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama pemeriksaan
otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui adanya jenis dan derajat ganggan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometric nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA
3 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
(brainstem evoked response audiometry) bagi pasien / anak yang tidak koopertif dengan pemeriksaan
audiometri nada murni.1
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari
sekret telinga.1
Manifestasi Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga
tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK
stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur
darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya
kolesteatom yang mendasarinya.2
Gambar II. Telinga Bernanah
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.2
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya
ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis,
4 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti
Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.2
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak
atau pada panderita yang sensitive, keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi
ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. 2
Tanda Klinik Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Aman
Gejalanya berupa pengeluaran pus mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya
cepat menghilang, pengeluaran mukoid dapat konstan atau intermitten.5
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung
beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal
penyakit.5
Perforasi membran timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa
pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membran
mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membran mukosa dapat tipis dan pucat
atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada
meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat.
Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu
atau dua kali pengobatan lokal bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari
perforasi besar tipe sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani
merupakan diagnosa khas pada OMSK tipe benigna.5
Tanda Klinik Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Bahaya
Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu
ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun
beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada
marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan
5 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga), polip atau
jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada
telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum), sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma
kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen mastoid.1
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga
karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat
pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal
semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.5
Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar.1
Gambar III. Kolesteatoma
Istilah kolesteatoma mulai diperkenalkan oleh Johanes Muller pada tahun 1838 karena disangka
kolesteatoma merupakan suatu tumor, yang ternyata bukan. Beberapa istilah lain yang diperkenalkan oleh
para ahli antara lain yang diperkenalkan oleh para ahli antara adalah : keratoma (Schucknecht), squamous
epiteliosis (Birrel, 1958), kolesteatosis (Birrel, 1958), epidermoid kolesteatoma (Friedman, 1959), kista
epidermoid (Ferlito, 1970), epidermosis (Sumarkin, 1988).1
Patogenesis Kolesteatoma
Banyak teori dikemukakan oleh para ahli tentang patogenesis kolesteatoma, antara lain adalah :
teori invaginasi, teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Teori tersebut akan lebih mudah
dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma menurut Gray (1964) yang mengatakan : kolesteatoma
adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah, atau menurut pemahaman penulis, kolesteatoma
dapat terjadi oleh karena adanya epitel kulit yang terperangkap.1
6 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing strafilied squamous epithelium)
pada tubuh kita berada pada lokasi yang terbuka / terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga
merupakan suatu daerah Cul-de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat diliang telinga dalam waktu
yang lama maka dari epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap sehingga
membentuk kolesteatoma.1
Klasifikasi
Kolesteatom dapat dibagi atas dua jenis :
1. Kolesteatom kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga dengan
membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatom biasanya di kavum timpani,
daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle. Kolesteatom di cerebellopontin angle sering
ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.1
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi atas dua :
a. Kolesteatom akuisital primer
Kolesteatom yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flasida karena adanya tekanan
negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori Invaginasi).1
b. Kolesteatom akuisital sekunder
Kolesteatom terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk
sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran
timpani ke telinga tengah (Teori Immigrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani
karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (Teori Metaplasi).1
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatom terjadi akibat adanya implantasi epitel kulit
secara iatrogenik ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan pipa ventilasi
atau setelah miringotomi.1
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya kuman (infeksi), yang paling
sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respons imun lokal yang
mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi
terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin-1 (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-α
(TNF-α), dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks
kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis.1
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya serta menimbulkan
nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh karena adanya
7 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya
komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.1
Tabel II. Perbedaan OMSK Benigna dan Maligna 5
Terapi Otitis Media Supuratif Kronis
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang
keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh : 1
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan
dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang
8 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang
keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung
antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat
ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes
telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah
tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka
idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi
secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau
kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang,
maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan,
misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.1
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat
OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.1
Komplikasi
Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis, labirintitis supuratif, petrositis, tromboflebitis
sinus lateral, abses subdural, meningitis, abses otak dan hidrosephalus otitis. Otitis media kronis
mengakibatkan defisit pendengaran konduktif yang disebabkan oleh gangguan kompleks timpani okular.
Infeksi berulang dengan perforasi menetap juga dikaitkan dengan kehilangan pendengaran sensorineural
progresif.5
Tabel III. Gejala Sisa & Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis 3
9 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Infeksi telinga tengah dan mastoid
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh
karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di
rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan
mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.1
10 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Gambar IV. Mastoiditis
Jenis Pembedahan pada Otitis Media Supuratif Kronis
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan
mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain (1) mastoidektomi sederhana (simple
mastoidectomy), (2) mastoidektomi radikal, (3) mastoidektomi radikal dengan modifikasi, (4)
miringoplsti, (5) timpanoplasti, (6) pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).1
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau koleasteatom, sarana
yang tersedia serta pengalaman operator.1
Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang
dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya.1
Mastoidektomi sederhana
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh.
Dengan tindakan operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya
ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.1
Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.1
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik.
Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan.1
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.1
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus
datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali,
sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.1
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat
meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu
meatus luar liang telinga menjadi lebar.1
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum
timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.1
11 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.1
Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.1
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna
dengan perforasi yang menetap.1
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang
hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.1
Gambar VI. Miringotomi
Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK
tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.1
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi
tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal
istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.1
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau
tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa
dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.1
Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe
maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.1
12 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan
teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).1
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan
(combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi
posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering
terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah : Otitis media supuratif kronis. Dalam : Efiaty
Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Restuti, editor. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi VI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2007.
H. 69 – 74.
2. Otitis media supuratif kronik. Edisi 20 Juli 2012. Diunduh dari www.bahan
kedokteran.wordpress.com/2012/07/20/otitis-media-supuratif-kronik-omsk/, 25 November 2012.
3. Lalwani, Anil.K. Head and neck surgery. In : Current diagnosis and treatment otolaryngology. 2nd
Edition.
4. Shrestha BL, Amatya RCM, Shrestha I, Ghosh I. Microbiological profile of chronic suppurative otitis
media. Volume 2. No 2. Issue 2 July – December 2011. Nepalese Journal of ENT Head and Neck
Surgery. P. 7.
5. Otitis media supuratif kronis. Edisi 2010. Diunduh dari
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312042/bab2.pdf, 23 november 2012.
13 |OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS