Download - refrat rapih

Transcript
Page 1: refrat rapih

Retinopati Diabetik

BAB I

PENDAHULUAN

Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita

diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena,

perdarahan dan eksudat lemak. 1,2,3

Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di

seluruh dunia. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta

permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan. Diabetes melitus atau kencing manis

merupakan penyakit metabolic akibat gangguan dari metabolisme karbohidrat, dimana tepung

dan gula tidak disimpan atau dipakai dengan semestinya. Penyakit ini ditandai dengan kadar gula

darah yang tinggi (hiperglikemia) akibat kurangnya kadar hormon insulin dalam tubuh. Kadar

gula darah yang tinggi secara terus-menerus selama bertahun-tahun dapat menimbulkan

komplikasi, terutama pada mata, jantung, dan ginjal. Komplikasi diabetes pada mata dapat

berupa abnormalitas kornea, glaukoma, neovaskularisasi iris, katarak dan neuropati. Gangguan

yang paling sering dan paling bisa mengakibatkan kebutaan adalah retinopati diabetik. pada mata

dapat menimbulkan kebutaan, yang sebenarnya dapat dihindari (avoidable blindness)

memperkecil terhadap timbulnya retinopati dengan manajemen diabetes yang baik, meliputi diet

ketat, olahraga, obat-obatan, mengontrol penyakit penyerta seperti hipertensi dan kadar

kolesterol tinggi, serta menghentikan kebiasaan merokok. 1,2,3

Retinopati diabetik merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang paling

ditakuti. Karena insidensnya yang cukup tinggi dan prognosanya yang kurang baik bagi

penglihatan. Retinopati diabetes biasanya timbul setelah menderita diabetes mellitus selama 5-15

tahun. Dimana yang terkena lebih banyak umumnya wanita dari pada pria dan usia yang

terbanyak pada usia 50-55 tahun. Meskipun dapat dihindari dengan mengontrol kadar gula darah

dan melakukan deteksi dini jika ada kelainan pada mata. 1,2,3,4

KEPANITERAAN KLINIK 1

Page 2: refrat rapih

Retinopati Diabetik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Retinopati diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita

diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena,

perdarahan dan eksudat lemak. 1,2,3

Klasifikasi retinopati diabetes menurut Daniel Vaughan dkk: 1

Stadium I :

- mikroaneurismata; yang merupakan tanda khas, tampak sebagai perdarahan bulat kecil di

daerah papil dan macula.

Stadium II :

- Vena melebar

- Eksudat kecil-kecil, tampak keras seperti lilin, tersebar atau terkumpul seperti bunga

(circinata) yang histologis terletak didaerah lapisan plexiform luar.

Stadium III

- Stadium II + cotton wool patches sebagai akibat ischemia pada arteriola terminal. Diduga

bahwa cotton wool patches terdapat bila disertai retinopati hipertensi atau arterio sklerose.

Stadium IV

- Vena-vena melebar, cyanosis, tampak sebagai sosis, disertai sheating pembuluh darah.

Perdarahan nyata besar dan kecil terdapat pada semua lapisan retina, dapat juga preretina.

Stadium V

- Perdarahan besar diretina dan preretina dan juga di dalam badan kaca, yang kemudian disusul

dengan terjadinya retinitis proliferans akibat timbulnya jaringan fibrotik yang disertai dengan

neovaskularisasi. Retinitis proliferans ini melekat pada retina yang mengkerut dapat

menimbulkan ablasio retina, dan dapat menyebabkan kebutaan total.

KEPANITERAAN KLINIK 2

Page 3: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Klasifikasi retinopati menurut FKUI/RSCM: 1

Derajat I : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.

Derajat II: terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat

lemak pada fundus okuli

Derajat III: terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, terdapat neovaskularisasi

dan proliferasi pada fundus okuli

Berdasarkan klinisnya atau gambaran optalmoskop retinopati diabetik di klasifikasikan

menjadi 2 bentuk, yaitu : 1,2,5

1. Non proliferative diabetic retinopathy (NPDR) Merupakan stadium awal dari proses

penyakit ini. Selama menderita diabetes, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh

darah kecil pada mata melemah. Timbul tonjolan kecil pada pembuluh darah tersebut

(mikroaneurisma) yang dapat pecah sehingga membocorkan cairan dan protein ke dalam

retina. Menurunnya aliran darah ke retina menyebabkan pembentukan bercak berbentuk

“cotton wool” berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berwarna putih

kuning (eksudat yang keras) juga terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak

mempengaruhi penglihatan kecuali cairan dan protein dari pembuluh darah yang rusak

menyebabkan pembengkakan pada pusat retina (makula). Keadaan ini yang disebut

makula edema, yang dapat memperparah pusat penglihatan seseorang. 1,2,5

Makula edema adalah penyebab tersering gangguan penglihatan pada pasien retinopati

diabetic nonproliferatif. Edema dapat bersifat lokal atau difus dan secara klinis tampak

sebagai retina yang menebal dan keruh disertai mikroaneurisme dan eksudat intra retina.

Dapat berbentuk zona-zona eksudat dan kuning kaya-lemak berbentuk bundar disertai

kumpulan mikroaneurisme dan paling sering berpusat di bagian temporal macula.

Walaupun prevalensi macula adalah 10% pada populasi diabetes sebagai suatu

keseluruhan, terdapat peningkatan mencolok prevalensi tersebut pada mata yang

mengalami retinopati berat. 1,2,5

Pada sumbatan mikrovaskuler progresif dapat timbul tanda-tanda peningkatan iskemia

pada gambaran retinopati yang menjadi latar belakangnya dan menghasilkan gambaran

klinis retinopati diabetes praproliferatif. Temuan yang paling khas adalah bercak-bercak

KEPANITERAAN KLINIK 3

Page 4: refrat rapih

Retinopati Diabetik

cotton-wool, timbulnya gambaran manik-manik pada vena retina dan pelebaran

segmental ireguler jaring kapiler retina(kelainan mikrovaskuler intraretinal). Penutupan

kapiler-kapiler retina yang mengelilingi zona fovea yang avaskuler dapat menyebabkan

iskemia bermakna yang secara klinis bermanifestasi sebagai perdarahan macula halus

mirip benang. 2,5

Lesi pada retina pada stadium ini adalah dalam lingkungan retina dan termasuk mikro-

aneurisme, perdarahan kecil ’dot dan blot’, perdarahan ‘splinter’ abnormalitas intraretinal

mikrovaskuler (IRMA) dan bercak ‘cotton wool’. Pembagian NPDR berdasarkan laporan

dari penelitian terhadap penatalaksanaan retinopati diabetic dini (Early Treatment

diabetic Retinopathy Study Report) adalah sebagai berikut: 2

a. NPDR ringan : hanya jika dijumpai sedikitnya satu mikroaneurisme

b. NPDR sedang : jika terjadi perdarahan dan atau mikroaneurisme diertai soft

exudates, pelebaran vena dan abnormalitas mirovaskular intraretinal.

c. NPDR berat; jika perdarahan atau mikroaneurisma terjadi pada seluruh 4 kuadran

retina, pelebaran vena dua atau lebih kuadran serta abnormalitas mikrovaskular

intraretinal pada sedikitnya satu kuadrant.

d. NPDR sangat berat, jika ditemukan dua atau lebih dari point di atas.

Dikutip dari : http://www.kdweye.com/for-patients/disease-information/diabetic-retinothapy

KEPANITERAAN KLINIK 4

Page 5: refrat rapih

Retinopati Diabetik

2. Proliferative diabetic retinopathy (PDR), Retinopati nonproliferatif dapat berkembang

menjadi retinopati proliferatif yaitu stadium yang lebih berat pada penyakit retinopati

diabetik. PDR ditandai oleh adanya neovaskularisasi, perdarahan vitreus, proliferasi

fibrovaskuler dan dapat juga terjadi komplikasi ablasio retina. Retinopati diabetes

proliferative merupakan penyulit yang paling parah. Bentuk utama dari retinopati

proliferatif adalah pertumbuhan (proliferasi) dari pembuluh darah yang rapuh pada

permukaan retina. Iskemia retina yang progresif akhirnya merangsang pembentukan

pembuluh-pembuluh halus baru yang menyebabkan kebocoran protein-protein serum

dalam jumlah besar yang disebut dengan Neovaskularisasi. Neovaskularisasi sering

terletak di permukaan diskus dan di tepi posterior zona perifer “non perfusi”. Pembuluh

darah yang abnormal ini mudah pecah, terjadi perdarahan pada pertengahan bola mata

sehingga menghalangi penglihatan. Juga akan terbentuk jaringan parut yang dapat

menarik retina sehingga retina terlepas dari tempatnya. Jika tidak diobati, retinopati

proliferatif dapat merusak retina secara permanen serta bagian-bagian lain dari mata

sehingga mengakibatkan kehilangan penglihatan yang berat atau kebutaan. 2,5

Pembagian Proliferative diabetic retinopathy (PDR) berdasarkan laporan dari penelitian

terhadap penatalaksanaan diabetik dini (Early Treatment Diabetic Retinopathy Study

Report, EDTR) adalah sebagai berikut: 2

a. PDR dini; jika hanya ditemukan neovaskularisasi

b. PDR resiko tinggi (high risk PDR) ; jika ditemukan neovaskularisasi pada lebih 1/3 –

1/2 diskus, atau neovaskularisasi pada diskus dan perdarahan vitreus atau preretina,

atau neovaskularisasi diluar disc yang disertai perdarahan vitreus atau preretina.

Pada tipe proliferatif terjadi neovaskularisasi terutama di daerah dekat lempeng optik

(neovascularisation of the disc [NVD]) atau pada pembuluh retina utama selebar tiga

lempeng optik (neovascularisation elsewhere [NVE]), rubosis iridis juga dapat terjadi.

Selain itu terdapat perdarahan preretina atau vitreous, perdarahan preretina umumnya

terjadi di antara retina dengan permukaan hyaloid posterior. Ketika darah berkumpul di

daerah ini, kenampakannya menyerupai perahu boat. Sedangkkan perdarahan vitreous

dapat muncul sebagai kabut difus atau berupa gumpalan darah dalam gel. 2,5

KEPANITERAAN KLINIK 5

Page 6: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Gambar dikutip dari : pada kepustakaan 15 (diakses tanggal 24 oktober 2010)

Perbedaan antara NPDR dan PDR 2

NPDR

•Mikroanerisme

•Perdarahan intraretinal

•Deposit lemak pada retina (hard eksudate)

•Udem retina

•Perdarahan vereous

•Cotton wool spots (infark verous dengan

soft eksudatea)

•Anomali mikrovaskuler intraretinal

PDR

•Neovaskularisasi preretinal

•Perdarahan vitreous

•Pelepasan retina secara traksi (akibat traksi

vitreous scarring)

•Rubeosis iridis (neovaskularisasi pada iris

yang bisa memperkecil sudut BMD, ini

mengakibatkan resiko terjadinya glaucoma

sekunder akut sudut tertutup

KEPANITERAAN KLINIK 6

Page 7: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Gambar dikutip dari : kepustakaan no 15 (diakses tanggal 24 oktober 2010)

2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI RETINA

Anatomi

Gambar dikutip dari :

http://images.google.co.id/imglanding?q=RETINA&imgurl=http://notexactlyrocketscience.files.

wordpress.com/2007/05/section-retina.jpg&imgrefurl= (diakses tanggal 24 oktober 2010)

KEPANITERAAN KLINIK 7

Page 8: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Retina adalah suatu lapisan yang tipis dan bening tersusun dari jaringan saraf yang

terletak antara badan kaca dan koroid yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola

mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di

tepi ora serata. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina

sehingga juga bertumbuk dengan membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat

retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah sehingga membentuk suatu ruang subretina,

seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina dan

epitelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga membatasi perluasan cairan subretina

pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang subkoroid yang dapat terbentuk antara

koroid dan sklera, yang meluas ke taji sklera. Dengan demikian ablasi koroid meluas melewati

ora serata, di bawah pars plana dan pars plikata. 4,5

Retina menerima darah dari dua sumber: khoriokapilaria yang berada tepat diluar

membrana bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar dan

lapisan inti luar, foto reseptor, dan lapisan epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteri

senralis retina yang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh

koriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami

ablasi. 5

Gambar dikutip dari :

http://images.google.co.id/imglanding?q=RETINA&imgurl=http://notexactlyrocketscience.files.

wordpress.com/2007/05/section-retina.jpg&imgrefurl= (Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

KEPANITERAAN KLINIK 8

Page 9: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Retina terdiri atas sepuluh lapisan, mulai dari dalam hingga ke luar, adalah sebagai berikut: 1,4,5

1. Membrana limitans interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca

2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju ke

nervus optikus. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina

3. Lapisan sel ganglion

4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion

dengan sel amakrin dan sel bipolar

5. Lapisan inti dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller. Lapis ini

mendapat metabolism dari arteri retina sentral

6. Lapisan pleksiformis luar, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps sel bipolar,

sel amakrin dengan sel ganglion

7. Lapisan inti luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis di

atas avaskular dan mendapat metabolism dari kapiler koroid

8. Membrana limitans eksterna

9. Lapisan fotoreseptor merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut

10. Epitelium pigmen retina.

Gambar dikutip dari:

http://images.google.co.id/imglanding?q=RETINA&imgurl=http://hamwaves.com/antennas/diel-

rod/retina_anatomy.gif&imgrefurl (Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

KEPANITERAAN KLINIK 9

Page 10: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Macula Lutea

Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat cekungan fovea,

lembah fovea, parafoveal dan perifoveal yang berwarna kuning yang disebut sebagai macula

lutea kira-kira berdiameter 1-2 mm yang berperan penting dalam penglihatan. Pigmen ini

merupakan reflek pigmen karotinoid xanthofil, zeaxantin dan lutein yang terdapat pada akson

kerucut lapis serabut henle. Makula terdiri dari fotoreseptor sel kerucut dan sel batang, bagian

tengah makula terdapat fovea (pit) dimana terdapat dominansi sel kerucut. 1,2,3,4,6

Foveola hanya terdapat fotoreseptor sel kerucut dan bagian tengah retina digantikan

sehingga tidak mencampuri transmisi cahaya. Bagian luar fovea, terdapat dominansi sel batang

dan sel saraf urutan kedua dan tiga (bipolar, amacrine dan sel ganglion). Fovea yang mempunyai

peranan penting pada retina untuk dapat melihat perlu mendapat perlindungan untuk mencegah

sinar cerah merusak seperti gelombang ultraviolet. 1,2,3,4,6

Struktur makula lutea : 1,4

1. Tidak ada serat saraf

2. Sel ganglion sangat banyak di pinggir tetapi di makula tidak ada

3. Lebih banyak sel kerucut daripada sel batang & lebih tipis. Pada fovea sentralis hanya

terdapat kerucut.

Papil saraf optic

Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih

kemerah-merahan yang disebut dengan papil saraf optik, yang ditengahnya agak melekuk

dinamakan ekskafasi faali. Papil hanya terdiri dari serabut saraf tidak ada sel kerucut atau batang

sehingga tidak dapat melihat sama sekali (blind spot). 4

Karakteristik papil saraf optik 4

- Tidak mempunyai fotoreseptor

- Merupakann titik buta pada lapang pandangan

- Diameter 1,62 mm

- Batas luar retina, sedangkan batas dalam epitel pigmen retina

KEPANITERAAN KLINIK 10

Page 11: refrat rapih

Retinopati Diabetik

- Mangkok papil terletak di sentral yang berukuran tidak lebih dari 0,1-0,9 diameter papil.

Bentuk papil bulat/lonjong, batas tegas, pinggir agak lebih tinggi, bagian tengah ada

lekukan agak pucat besar sekitar 1/3 diameter papil tmp keluarnya A & V retina sentral. Arteri

diameternya lebih kecil dengan perbandingan A:V = 2:3, warna lebih merah, bentuk lebih lurus,

di tengahnya terdapat refleks cahaya. Vena lebih besar, warnanya lebih gelap, dan lebih

berkelok-kelok. 4

A. retina sentral memberi nutrisi untuk lapisan retina sampai membran limitans eksterna.

Di daerah makula lutea tidak terdapat cabang A retina sentral & mendapat nutrisi dari kapiler

koroid. 1,4

Fisiologi

Untuk melihat, mata harus berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor

kompleks, dan sebagai suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan

fotoreseptor mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan

oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula

bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan warna, dan

sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea sentralis, terdapat hubungan hampir 1:1 antara

fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin

penglihatan paling tajam. Jumlah kerucut 125 juta untuk menentukan tajam penglihatan.

Kerusakan daerah macula akan memberikan kesukaran melihat lurus ke depan. Pengllihatan

warna ditentukan oleh sel kerucut. Di retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel

ganglion yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Penglihatan batang

kurang akan tetapi masih dapat mengamati pergerakan Akibat dari susunan seperti itulah makula

terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fotopik) sedangkan bagian

retina lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk

penglihatan perifer dan malam (skotopik). 4,5

Fungsi penglihatan normal tergantung pada komunikasi utuh antara persarafan, glial,

mikroglial, vaskular dan epitel berpigmen dari retina. Fungsi dasar retina adalah menangkap

foton, mengubah energi fotokimia menjadi energi listrik, menggabungkan potensial aksi dan

mengirimnya ke lobus oksipital otak dimana potensial aksi tersebut akan dibaca dan

KEPANITERAAN KLINIK 11

Page 12: refrat rapih

Retinopati Diabetik

diterjemahkan menjadi gambar yang dimengerti. Retina disekat dari sistem sirkulasi oleh sistem

perdarahan retina dan barier cairan retina dan mendapat supply nutrisi dari sirkulasi retina dan

khoroid dan juga dari ciliary body dengan cara difusi melalui vitreous gel. Fungsi ini merupakan

keunikan dari retina secara anatomi dan fisiologi yang menyebabkannya secara efisien

menyangga keadaan stres metabolik. 6

Retina mencakup 5 tipe sel utama yang berfungsi sebagai sensori, regulatori, nutrisi dan

imunomodulatori. Neuron-neuron (fotoreseptor, bipolar, horizontal, amacrine dan sel ganglion)

berfungsi sebagai sensori dan membedakan persepsi warna, resolusi ruang dan perbedaan

kontras. 6

Sel Muller dan astrocyte, 2 tipe sel glial menyediakan nutrisi dan menyokong pengaturan

sel saraf. Sel Muller menjangkau retina dari epithel berpigmen sampai membran batas dalam,

dasar membran terbentuk end-feet sel Muller yang berhadapan dengan vitreous gel. Sel Muller

menghubungkan neuron dan pembuluh darah pada plexiform dan lapisan serat saraf dan

astrocyte menyelubungi pembuluh darah pada serat saraf dan lapisan sel ganglion dan

menghubungkan sel ganglion dengan sel amacrine. Sel Muller dan astrocyte membawa substrat

meliputi laktat dan asam amino dari sirkulasi ke neuron dan mengatur barier darah di retina dan

fungsi sinaps. Sel Muller juga menyimpan glikogen untuk pengubahan menjadi laktat, sintesis

asam retinoid dari retinol, mengatur ion extracellular untuk memodulasi polarisasi/ depolarisasi

membran plasma, bersama dengan neuron pada siklus glutamat/ glutamin untuk mengontrol

neurotransmisi dan melindungi neuron dari excitotoxicity glutamat. Sel glial berhadapan antara

neuron dan vasculature dan merupakan kunci pengaturan nutrisi neuron dan metabolisme. 6

Lapisan sel epitel berpigmen juga merupakan saluran yang menyalurkan substrat dari

barier darah retina luar dan melakukan difusi oksigen dari koroid ke luar retina. Keadaan ini

menyebabkan pengeluaran asam laktat retinal dan fagositosis melepaskan fotoreseptor sebelah

luar segmen, meliputi barier darah retina luar, menyerap cahaya, mengeluarkan faktor trophic,

dengan fotoreseptor bekerja sama dalam siklus vitamin A isoform retinol dan retinal. Lapisan

epithel ini memainkan peran penting dalam penglihatan, meski peran ini dalam retinopati

diabetes belum jelas. 6

Fungsi imunomodulatori dilakukan sel kelas 4 yaitu mikroglia. Sel ini bentuk dari

makrofag lokal yang memonitor lingkungan lokal dengan berinteraksi dengan neuron, glia, dan

KEPANITERAAN KLINIK 12

Page 13: refrat rapih

Retinopati Diabetik

endothelium dan yang bereaksi pada stres, meliputi jika adanya infeksi, trauma, pelepasan

proinflammatori sitokin dan pembersihan sel nekrotik dan apoptosis melalui fagositosis. Sel

mikroglia menjadi aktif dan membantu mengatasi luka, tetapi stres yang berlebihan

menyebabkan respon inflamasi menetap. 6

Sel kelas 5 meliputi sel endothelial dan pericyte. Sel-sel ini menyediakan nutrisi dan

membuang produk-produk yang tidak terpakai dari dalam retina dan sel-sel ini menjadi fokus

penelitian dalam penyakit retinopati diabetes. Sepertinya fungsi sel-sel ini tergantung dari sinyal

yang dikeluarkan dari neural retina. Pembuluh darah adalah satu-satunya struktur retina yang

bisa dilihat dengan pemeriksaan karena pembuluh darah membawa eritrosit yang mengandung

pigmen hemoglobin yang terlihat. Walaupun penampakan ini terlihat dengan pemeriksaan klinik,

sistem pembuluh darah ini kurang dari 5% bagian retina, sehingga retina lebih banyak jaringan

saraf. 6

Fisiologi Retina yang Menyebabkannya Mudah Menjadi Komplikasi Diabetes

Struktur retina yang unik memberi fungsi fisiologi yang unik jika dibandingkan dengan

sistem saraf yang lain karena kebutuhan akan “transparency“ dan kebutuhan ini ada

hubungannya dengan diabetes. Sebagai contoh, axon retina tidak dilapisi myelin, karena myelin

adalah opak dan menghalangi transmisi cahaya. Saraf yang tidak bermyelin membutuhkan energi

lebih banyak untuk menjaga potensial membran. Kedua, kepadatan pembuluh darah dalam

menyerap cahaya rendah, sehingga tekanan oksigen dalam retina relatif hipoksia dengan pO2

hanya 25 mm. pO2 retina menurun dari luar retina ke dalam. Ketiga, bagian dalam retina

mempunyai mitokondria lebih sedikit yang mengandung penyerap cahaya heme-based protein

sitokrom dari rantai transport elektron. Sel Muller relatif kaya mitokondria dan ditemukan di

daerah pO2 yang lebih tinggi di lapisan plexiform dan sel ganglion tetapi tidak banyak di lapisan

nuclear. Bagian dalam retina menggunakan glikolisis, cara yang kurang efisien menghasilkan

ATP dibandingkan fosforilasi oksidatif yang dominan di bagian luar retina dimana pO2 adalah 80

mmHg. Walaupun vaskularisasi jarang dan pO2 rendah, retina memiliki permintaan metabolic

yang tinggi. ATP dibutuhkan untuk fototransduksi dalam menjaga gradien ion melintasi sel

membran, untuk neurotransmisi sinap, untuk mengisi fotoreseptor bagian luar segmen membran

dan untuk transport protein dan neurotransmiter anterograde dan retrograde melalui axon ke saraf

optik dan badan lateral genikulat thalamus. Kombinasi permintaan metabolik yang tinggi dan

KEPANITERAAN KLINIK 13

Page 14: refrat rapih

Retinopati Diabetik

minimalnya vaskularisasi menyebabkan terbatasnya kemampuan bagian dalam retina dalam

adaptasi terhadap stres metabolik diabetes. Bagian luar retina menerima oksigen dan nutrien

dengan cara difusi dari koroid melalui epithel berpigmen dan secara relatif jarang terkena pada

awal diabetes. 6

Fungsi metabolik hampir sama dengan otak yang terbagi glia dan neuron. Di glia bagian

dalam retina, metabolisme glukosa terjadi melalui glikolisis dimana sel-sel di luar retina secara

penuh melalui fosforilasi oksidative. Di bagian dalam retina, substrat metabolik seperti glukosa

mengalir dari endothelium pembuluh ke astrocyte melalui neuron. Di bagian luar retina substrat

menjangkau sel Muller dan fotoreseptor dari koroid melalui epithel berpigmen. Sel glial penting

dalam fungsi neuronal karena sel ini mengubah glukosa yang tersirkulasi ke retina untuk

produksi ATP dan menyediakan senyawa-senyawa perantara seperti laktat. 6

Gambar dikutip dari : kepustakaan 6 (Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

Gambar. fungsi anatomi retina. Interaksi metabolik di retina antara pembuluh darah (merah),

astrocyte (kuning), sel Muller (ungu) dan sel saraf glutamatergic (biru). Glukosa (hijau) dapat

melewati secara langsung dari pembuluh darah ke neuron. Bagaimanapun juga glukosa tidak

dioksidasi di astrocyte dan sel Muller tetapi diubah menjadi laktat yang ditransport keluar glia ke

neuron untuk oksidasi. Glutamat dan glutamin diubah di glia dan neuron. 6

KEPANITERAAN KLINIK 14

Page 15: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Pemeriksaan

Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti : tajam

penglihatan, penglihatan warna dan lapang pandang. Pemeriksaan objektif adalah

elektroretinografi (ERG), elektrookulografi (EOG) dan Visual Evoked Respons (VER). 1

Retina dapat diperiksa dengan oftalmoskop langsung atau tidak langsung atau dengan

slitlamp (biomikroskop) dan lensa bikonveks kontak atau genggam. Dengan alat-alat ini, secara

klinis pengamat yang berpengalaman mampu memisahkan lapisan-lapisan retina untuk

menentukan jenis, tingkat, dan luas suatu penyakit retina. Fotografi fundus dan angiografi

fluoresens merupakan alat bantu dalam pemeriksaan klinis: fotografi memungkinkan

dokumentasi untuk perbandingan kemudian, dan angiografi menghasilkan detil vaskular yang

penting untuk terapi penyakit retina dengan laser. 5

2.3.EPIDEMOLOGI

Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di

seluruh dunia. Bila kerusakan retina sangat berat, seorang penderita diabetes dapat menjadi buta

permanen sekalipun dilakukan usaha pengobatan. Retinopati diabetik biasanya mengenai

penderita berusia 20-74 tahun sedangkan di Negara berkembang setidaknya 12% kasus kebutaan

disebabkan oleh karena diabetes. Komplikasi lanjut ini timbul setelah 5-15 tahun menderita

diabetes, dengan angka kejadian 50 % dan akan meningkat menjadi 90% setelah menderita

diabetes selama 17-25 tahun. Di Inggris, retinopati diabetik juga menjadi penyebab kebutaan

nomor 4 dari seluruh penyebab kebutaan. 1,2,4,6

Pandangan bahwa hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus merupakan penyebab

utama timbulnya retinopati diabetik didukung oleh hasil pengamatan bahwa tidak terjadi

retinopati pada orang muda dengan diabetes tipe I (dependen insulin) paling sedikit 3-5 tahun

setelah perjalanan penyakit sistemik ini. Hasil-hasil serupa diabetes tipe II (nonindependen

insulin), tetapi pada para pasien ini onset dan lama penyakit telah ditentukan secara tepat.

Dianjurkan pasien diabetes mellitus tipe I dirujuk untuk pemeriksaan oftalmologi dalam tiga

KEPANITERAAN KLINIK 15

Page 16: refrat rapih

Retinopati Diabetik

tahun setelah diagnosis dan diperiksa ulang paling sedikit sekali setahun. 6

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004 melaporkan, 4,8 persen penduduk di

seluruh dunia menjadi buta akibat retinopati diabetik. Dalam urutan penyebab kebutaan secara

global, retinopati diabetik menempati urutan ke-4 setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi

makula (AMD= age-related macular degeneration). 3

Data resmi jumlah penderita retinopati diabetik di Indonesia belum ada. Dalam Survei

Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI tahun 1995, kelainan ini belum

didefinisikan dan masih dimasukkan ke dalam ”kebutaan lain-lain” sebanyak 28 persen. 3

Data Poliklinik Mata RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang tidak dipublikasikan

menunjukkan bahwa retinopati diabetik merupakan kasus terbanyak yang dilayani di Klinik

Vitreo-Retina. Dari seluruh kunjungan pasien Poliklinik Mata, jumlah kunjungan pasien dengan

retinopati diabetik meningkat dari 2,4 persen tahun 2005 menjadi 3,9 persen tahun 2006. 3

Angka kejadian retinopati diabetik dipengaruhi tipe diabetes melitus (DM) dan durasi

penyakit. Pada DM tipe I (insuln dependent atau juvenile DM ), yang disebabkan oleh kerusakan

sel beta pada pankreas, umumnya pasien berusia muda (kurang dari 30 tahun), retinopati diabetik

ditemukan pada 13 persen kasus yang sudah menderita DM selama kurang dari 5 tahun, yang

meningkat hingga 50 persen setelah DM diderita selama 15 tahun. 3,5

Pada DM tipe 2 (non-insulin dependent DM), yang disebabkan oleh resistennya berbagai

organ tubuh terhadap insulin (biasanya menimpa usia 30 tahun atau lebih), retinopati diabetik

ditemukan pada 24-40 persen pasien penderita DM kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga

53-84 persen setelah menderita DM selama 15-20 tahun. 2,4,6

2.4.ETIOLOGI

Penyulit lanjut (late complication) diabetes mellitus ialah retinopatik diabetik. Adanya

retinopati serta berat ringannya retinopati berkaitan dengan lamanya diabetes diderita. 4

Pandangan bahwa hiperglikemia kronik pada diabetes mellitus merupakan penyebab

utama timbulnya retinopati diabetik. Diabetik juvenil memberikan manifestasi retinopati berat

dalam waktu 15 tahun pada 60-75% penderita. Bila pada tahun-tahun permulaan diabetesnya

KEPANITERAAN KLINIK 16

Page 17: refrat rapih

Retinopati Diabetik

buruk maka retinopati akan buruk perjalanannya. Hal ini berlaku baik pada juvenil onset maupun

pada maturity onset. 4

Proses penyakit retinopati diabetik terjadi akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada

pembuluh darah retina. 1,2,3,4,5,6

2.5.PATOFISIOLOGI

Jaringan sasaran retinopati diabetik adalah kapiler retina. Beberapa penulis

mengemukakan model hemodinamik: hiperperfusi retina dianggap bertanggung jawab atas

timbulnya kerusakan, iskemi, dan retinopati kapiler. 6

Sebelumnya melibatkan jalur yang menghubungkan kelebihan glukosa meliputi stres

oksidative, aktivasi protein kinase C(PKC) dan aktivasi glycasi lebih lanjut dari produk akhir dan

reseptor. Mekanisme kerusakan vaskuler meliputi peningkatan permeabilitas vaskuler. 6

Konsep Umpan Balik Retinopati Diabetes Melalui Sistem Saraf dan Vaskuler 6

Secara umum, penghancuran diri akut sel seperti infeksi bakteri akut dan infeksi virus

membawa pada keadaan respon inflamasi adaptasi fisiologi yang memungkinkan penyembuhan.

Sebaliknya penyakit kronis seperti hepatitis atau tuberkulosis, artritis reumatoid, atau diabetes

menyebabkan respon inflamasi yang tidak bisa diadaptasi. 6

Jika diabetes mengakibatkan kerusakan sel vaskuler dan meningkatkan permeabilitas atau

oklusi vaskular, neuronal dan integriti sel glia akan terlihat dengan ditemukannya makrofag,

antibodi, sitokin inflamasi/ chemokin, pengeluaran asam amino atau asam lemak di retina.

Dengan kata lain, jika diabetes terutama mempengaruhi saraf retina, bisa mempengaruhi

keutuhan vaskuler dengan hilangnya barier yang normal dan menyebabkan hilangnya fungsi sel

glia atau peningkatan induksi sitokin proinflamasi atau oksigen reaktif yang akan menyebabkan

kebocoran vaskuler. Belum diketahui mana yang lebih dahulu terjadi dari kerusakan neuronal

atau vaskuler, diperkirakan ini saling berkaitan. Diajukan konsep yang menjelaskan adanya

umpan balik disfungsi vaskuler-neural yang mulai cepat setelah awal diabetes dan meningkat

sejalan waktu menyebabkan kerusakan retina lebih lanjut. Kerusakan yang terakumulasi akan

menyebabkan kegagalan perbaikan sel dan berlanjut menjadi retinopati diabetes. 6

KEPANITERAAN KLINIK 17

Page 18: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Gangguan aksi insulin, sebagai defek utama pada diabetes secara langsung

mempengaruhi retina dan mengakibatkan terjadinya disfungsi retina. Potensial faktor yang

mempengaruhi keseimbangan retinal adalah meliputi keseimbangan glukosa, lipid, hipertensi,

hormon lain seperti glukokortikoid, glukagon, adipokin, dan juga inflamasi yang mempengaruhi

resistensi insulin. 6

Inflamasi pada Retinopati Diabetes

Inflamasi adalah yang mencolok terlihat pada suatu penyakit, meliputi degenerasi primer

retina, resistensi insulin dan diabetes. Retinopati diabetes diistilahkan dengan retinitis diabetes

sebelumnya meski sudah tidak lagi sejak tahun 1970 an. Inflamasi kronis muncul dengan adanya

peningkatan permeabilitas vaskuler, edema, infiltrasi sel inflamasi, sitokin dan pengeluaran

chemokine, perusakan jaringan, neovaskularisasi dan usaha perbaikan. Retinopati diabetes

memunculkan keadaan ini. Mikroglia berhubungan dekat dengan neuron yang mengendalikan

molekul-molekul seperti CXCL1 (fractalkine) dan CD200 yang secara negatif mengatur aktivasi

mikrogli melalui reseptor-reseptornya. Kekacauan pengaturan reseptor selama stres mengaktivasi

mikroglia untuk memproduksi sitokin. 6

proinflamasi untuk mendapatkan bentuk yang teraktivasi. Mikroglia yang teraktivasi akan

memproduksi chemokin seperti monocyte chemoattractant protein 1 menyebabkan adhesi

molekul yang membawa terjadinya leukostasis neutrophil pada endothelium, dan secara

potensial menyebabkan extravasasi makrofag inflamasi. 6

TABEL 1 Inflamasi Pada Retinopati Diabetes 6

KEPANITERAAN KLINIK 18

Page 19: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Meningkatnya aliran darah dan permeabilitas vaskuler

Makular edema

Percepatan kematian sel

Infiltasi makrofag, aktivasi sel mikroglial

Peningkatan adhesi lukosit

Peningkatan expresi sitokin (VEGF, IGF-1, IL-1ß)

Aktivasi komplemen, upregulasi ikatan FAS

Respon akut expresi protein

Neovaskularisasi

Proliferasi sel glial

Proses perbaikan fisiologis yang membantu sel retina bertahan terhadap stress meliputi

peningkatan expresi banyak growth factor dan sitokin, meliputi VEGF (Vascular Endothelial

Growth Factor), IGF-1, interleukin -1B dan factor nekrosis tumor (TNF). Protein-protein yang

terlibat dalam retinopati ini juga menyediakan fungsi neurotropic untuk membantu sel retina

bertahan. Peningkatan sitokin/ expresi chemokine menyebabkan fungsi adaptasi untuk menjaga

fungsi neuronal tetapi kemudian akan menjadi tidak bisa adaptasi dengan adanya kerusakan

vaskuler yang progresif, akhirnya akan terjadi macular edema dan neovaskularisasi. Proses

umpan balik mengekalkan kerusakan baik vaskuler dan neuronal dan puncaknya adalah

retinopati diabetes. 6

2.6.GEJALA KLINIS

Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana ditemukan pada

retina: 1

1. Mikroaneurismata merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan

bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus

KEPANITERAAN KLINIK 19

Page 20: refrat rapih

Retinopati Diabetik

posterior. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat,

sedang dengan bantuan angiografi fluoresein lebih mudah dipertunjukkan adanya

mikroaneurismata ini. Mikroaneirismata merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada

mata.

2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat

mikroaneurismata di polus posterior. Bentuk perdarahan ini merupakan prognosis

penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis lebih buruk dibanding

kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada mikroanurismata atau

karena pecahnya kapiler.

3. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya ireguler dan berkelok-kelok, bentuk ini

seakan-akan dapat memberikan perdarahan tapi hal ini tidaklah demikian. Hal ini terjadi

akibat kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi

plasma.

4. Hard eksudat merupakan infiltrasi lipid kedalam retina. Gambarannya khusus yaitu

ireguler, kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat pungtata membesar dan

bergabung. Eksudat ini dapat muncul dalam beberapa minggu. Pada mulanya tampak

pada gambaran angiografi fluoresein sebagai kebocoran fluoresein di luar pembuluh

darah. Kelainan ini terutama banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.

5. Soft exudates yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada

pemeriksaan optalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan

berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan

dengan iskemia retina.

6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.

Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Tampak sebagai

pembuluh yang berkelok-kelok, dalam kelompok-kelompok, dan bentuknya irregular.

Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes, mula-mula terletak

di dalam jaringan retina , kemudian berkembang kedaerah preretinal, kebagian kaca.

Pecahnya neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan retina,

perdarahan subhialoid (preretinal), maupun perdarahan badan kaca.

KEPANITERAAN KLINIK 20

Page 21: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Proliferasi preretinal dari suatu neovaskularisasi biasanya diikuti proliferasi jaringan

ganglia dan perdarahan.

7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula sehingga

sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.

8. Hiperlipedimia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera hilang bila

diberikan pengobatan.

2.7. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN

Retinopati diabetik didiagnosis berdasarkan : 8

1. Anamnesis

Adanya riwayat diabetes mellitus, penurunan ketajaman penglihatan yang terjadi secara

perlahan-lahan tergantung dari lokasi, luas dan beratnya kelainan.

2. Pemeriksaan Fisis

Tes ketajaman penglihatan

Pemeriksaan mata standar dengan bagan mata (Snellen) dapat mengungkapkan hilangnya

penglihatan. Dalam kasus lanjut, mungkin tekanan bola mata tinggi. 8

Dilatasi pupil

Pemeriksaan mata adalah pelebaran pupil dan menggunakan sebuah alat yang

memungkinkan dokter untuk melihat retina mata (optalmoskop atau lampu celah).

Pemeriksaan dapat mengungkapkan wilayah kecil diperluas pembuluh darah

(microaneurisma), titik perdarahan, kuning atau putih lemak (lipid) deposito (eksudat

keras) di retina. Pembengkakan dapat dilihat di daerah retina yang menyerap cahaya dan

mengacu pada visi warna (makula). Pada retinopati diabetik proliferatif, neovaskularisasi,

perdarahan, detasemen jaringan parut dan fisik retina dari dinding mata bisa dilihat. 8

3.Pemeriksaan Penunjang 8

Fundus flourescein angiography merupakan pemeriksaan tambahan dalam diagnosis dan

manajemen retinopati diabetes : 8

KEPANITERAAN KLINIK 21

Page 22: refrat rapih

Retinopati Diabetik

a. Microaneurisma akan muncul sebagai hyperfluorescence menentukan bahwa

tidak memperbesar tetapi memudar dalam tahap berikutnya pengujian

c. Blot dan dot perdarahan dari microaneurisma dapat dibedakan karena mereka muncul

sebagai hypofluorescent dari hyperfluorescent.

d. Daerah Nonperfusion muncul sebagai bintik hitam homogen dibatasi oleh pembuluh

darah tersumbat.

Pemotretan dengan memakai film berwarna

Ocular Coherence Tomography (OCT);

Suatu pemeriksaan yang menyerupai ultrasound yang digunakan untuk mengukur

tekanan intraocular. Pemeriksaan lainnya mungkin termasuk tomografi koherensi optik

(Oktober), yang menggunakan cahaya untuk menghasilkan gambar penampang retina. Ini

digunakan untuk menentukan ketebalan retina dan pembengkakan pada retina dan traksi

vitreomacular. Tes ini terutama digunakan untuk diagnosis dan pengelolaan edema

makula diabetes atau edema makula klinis yang signifikan.

Digital retinal screening programs, sebuah program sistematik untuk deteksi dini

penyakit mata termasuk retinopati diabetik.

2.8. DIAGNOSIS BANDING 9

a. Katarak

b. Glaukoma

c. Hypertensive retinopathy

d. Radiation retinopathy

e. Retinal vitreous obstruction

f. Retinitis pigmentosa

g. Senile macular degeneration

KEPANITERAAN KLINIK 22

Page 23: refrat rapih

Retinopati Diabetik

2.9. PENATALAKSANAAN

Pasien dengan makulopati, retinopati preproliferatif atau proliferates, atau yang lebih

buruk harus dirujuk ke spesialis mata. Tiap pasien dengan kehilangan penglihatan yang tidak

dapat dijelaskan juga harus dirujuk . Terapi utama untuk retinopati diabetic yang mengancam

penglihatan adalah laser. Angiogram fluoresein dat dilakukan pada beberapa pasien untuk

menilai derajat iskemia retina dan dapat mendapatkan area lebocoran baik dari mikroaneurisma

maupun dari pembuluh darah baru. 10

Terapi laser pada makulopati dan pembuluh darah baru dapat dilakukan pada klinik rawat

jalan. 10

a. Makulopati diabetic diterapi dengan mengarahkan laser pada titik – titik kebocoran.

Eksudat seringkali didapatkan dengan pola sirsinita dengan focus kebocoran atau

mikroaneurisma dibagian tengah. Jika efektif, edema retina dan eksudat akan terabsorpsi

meski mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan.

b. Lempeng optic dan pembuluh darah baru retina diterapi dengan pembakaran laser yang

tersebar ke seluruh retina sehingga menghasilkan darah yang tidak diterapi laser disekitar

macula dan lempeng optic. Terapi laser menghilngkan retina yang meengalami iskemia

sehingga mencegah pelepasan factor vasoproloferatis. Hal ini menyebabkan regresi

pembuluh darah baru dan mencegah perkembangan retinopati lanjut.

Perkembangan perdarahan vitreous yang tidak hilang setelah beberapa bulan atau traksi

fibrosa pada retina yang menyebabkan terlepasnya retina dan epitel pigmen di bawahnya (ablasio

retina traksional) mungkin membutuhkan terapi bedah. Vitrektomi dilakukan untuk mengangkat

gel vitreous dan darah serta memeperbaiki retina yang mengalami ablasio. 11

FOTO KOAGULASI LASER

Sinar laser bermanfaat untuk mengobati retinopati diabétika baik yang non-proliferatif

maupun yang proliferatif. Sinar laser adalah sinar berkekuatan tinggi yang difokuskan pada

retina yang rusak. Beberapa tembakan halus sinar laser dapat menutup kebocoran pembuluh

darah sekitar makula dan mengurangi edema makula. Pada retinopati diabetika proliferatif

dengan neovaskularisasi, diperlukan tembakan laser secara luas dengan intensitas dan jumlah

KEPANITERAAN KLINIK 23

Page 24: refrat rapih

Retinopati Diabetik

tembakan yang tinggi. Untuk mencapai jumlah tembakan yang cukup (antara 2000-4000

tembakan) kadang-kadang diperlukan terapi laser beberapa kali. 10,11

Efek samping terapi laser dalam jumlah besar antara lain:

1. Rasa sakit dan mual.

2. Silau, penurunan tajam penglihatan.

3. Penyempitan lapangan pandang dan kesulitan melihat pada malam hari.

Umumnya efek samping ini akan berkurang setelah beberapa waktu. Laser tetap

merupakan pengobatan retinopati diabetika yang terbaik, walaupun efek sampingnya kadang-

kadang cukup mengganggu. Retinopati diabetika proliferatif yang tidak ditangani dengan laser

hampir selalu akan berakhir dengan kehilangan tajam penglihatan yang berat. Pada kasus

retinopati diabetika proliferatif dengan perdarahan vitreus, sinar laser mungkin tidak tembus.

Dalam keadaan demikian cryoterapi dilakukan untuk mengatasi neovaskularisasi tersebut. 10,11

Gambar Dikutip dari : http://www.womenfitness.net/beauty/eye/diabetic_retinopathy.htm

(Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

KEPANITERAAN KLINIK 24

Page 25: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Gambar diakses dari : kepustakaan 15 (Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

VITREKTOMI

Pada kasus retinopati diabetika proliferatif lanjut, vitrektomi mungkin akan dianjurkan

oleh dokter mata. Vitrektomi adalah tindakan bedah mikro yang dikerjakan dengan bius umum di

kamar operasi. Dalam hal ini vitreus yang penuh darah akan dikeluarkan dan diganti dengan

cairan jernih. Sekitar 70% penderita yang menjalani operasi vitrektomi akan mengalami

perbaikan penglihatan. Harapan perbaikan penglihatan setelah operasi vitrektomi lebih besar

pada kasus yang pernah menjalani laser dan pada kasus dengan makula masih melekat. 11

Pada kasus dengan makula sudah terlepas, umumnya tajam penglihatan setelah

vitrektomi tidak akan lebih baik dari menghitung jari pada jarak antara 1 dan 3 meter. Pada

sekitar 20% kasus yang belum pernah menjalani terapi laser, tindakan vitrektomi akan

menghasilkan komplikasi yang justru akan memperburuk tajam penglihatan. Suatu fakta bahwa

kalau terapi laser dilakukan cukup awal maka terapi ini akan sangat berguna untuk

menyelamatkan penglihatan penderita retinopati diabetika. 11

KEPANITERAAN KLINIK 25

Page 26: refrat rapih

Retinopati Diabetik

Gambar Dikutip dari :

Gambar dikutip dari : http://www.internationalmedicalcentre.com/ophtha-retina.htm

(Diakses tanggal 24 Okteber 2010)

2.10. PROGNOSIS

Ketika retinopathy diabetes didiagnosa dan penuh perhatian dari tahap awal, prognosis

yang baik. pemeriksaan mata rutin meningkatkan kemungkinan komplikasi mendeteksi dini dan

mengobati segera, sehingga meningkatkan prognosis. Adanya bintik-bintik putih pada retina

(kapas spot) adalah tanda menyenangkan dan biasanya menunjukkan retinopati cepat progresif.

Jika pengobatan tertunda, retinopati diabetik proliferatif dapat menyebabkan kebutaan. 12

Photocoagulation laser Cryoretinopexy mungkin efektif dalam mengurangi risiko

kehilangan penglihatan berat, tergantung pada bagaimana penyakit itu telah berkembang.

Cryoretinopexy memiliki insiden yang lebih tinggi komplikasi seperti radang. 12

Vitrectomy umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus lanjutan dari retinopati diabetik

proliferatif. Hasilnya tergantung pada tingkat kehilangan penglihatan atau kerusakan sebelum

prosedur. Jika kerugian visual praoperasi terutama disebabkan oleh vitreous berawan, prosedur

ini akan lebih berhasil jika ada kerusakan yang signifikan pada retina. Kehilangan penglihatan

yang telah terjadi tidak dapat selalu mengembalikan. 12

2.11. KOMPLIKASI

Retinopati Diabetika melibatkan pertumbuhan abnormal pembuluh darah di retina.

Komplikasi dapat menyebabkan masalah penglihatan yang serius: 13

b. Perdarahan vitreous. pembuluh darah baru dapat berdarah ke dalam substansi yang

jelas, agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Jika jumlah perdarahan kecil, Anda

mungkin hanya melihat bintik gelap atau floaters. Pada kasus yang parah, darah dapat

mengisi rongga vitreous dan benar-benar blok visi Anda. perdarahan dinginkan dengan

sendirinya biasanya tidak menimbulkan kehilangan penglihatan permanen. Darah sering

KEPANITERAAN KLINIK 26

Page 27: refrat rapih

Retinopati Diabetik

dikeluarkan dari mata dalam beberapa minggu atau bulan. Kecuali retina yang rusak,

visi dapat kembali ke kejelasan sebelumnya.

c. Retina detasemen. Pembuluh darah abnormal yang berhubungan dengan retinopati

diabetes merangsang pertumbuhan jaringan parut yang dapat diekstraksi dari retina jauh

dari bagian belakang mata. Hal ini dapat menyebabkan floaters dalam visi Anda, kilatan

kehilangan penglihatan atau cahaya yang serius.

Gambar diakses dari : kepustaan 15 (Diakses tanggal 24 Oktober 2010)

d. Glaukoma. Pembuluh darah baru dapat tumbuh di bagian depan mata dan mengganggu

aliran normal cairan keluar dari mata, menyebabkan tekanan untuk membangun dalam

mata (glaukoma). Tekanan ini dapat merusak saraf yang membawa gambar mata Anda

ke otak Anda (saraf optik)

e. Kebutaan. Akhirnya retinopati diabetes, glaukoma, atau keduanya untuk

menyelesaikan kehilangan penglihatan.

KEPANITERAAN KLINIK 27