REFLEKSI KASUS OKTOBER 2015
“PENATALAKSANAAN MORBILI PADA ANAK”
Nama : NURUL AULIA ABDULLAH
No. Stambuk : N 101 11 032
Pembimbing : dr.Kartin Akune, Sp.A
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2015
PENDAHULUAN
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%)
dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun
(0,77%).1
Pengalaman menunjukan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara
tidak teratur. Didaerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun. Wabah
terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu didaerah dengan
populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah
sehinggah mudah menyebabkan infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit yang paling
sering dijumpai ialah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7.1%), ensefalitis
(6,7%) dan lain-lain(7,9%).1
Campak merupakan penyakit endemis, terutama dinegara berkembang. Di
Indonesia penyakit campak sudah dikenal sejak lama. Dimasa lampau campak
dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami setiap anak, sehingga anak yang
terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit campak
dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar.Ada kepercayaan bahwa penyakit
campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul
didalam organ lain seperti tenggorokan, paru, periut dan usus. Hal ini diyakini akan
menyebabkan anak sesak nafas atau diare, yang dapat menyebabakan kematian.2
Morbili merupakan penyakit endemik dan sangat infeksius yang disebabkan
oleh virus yang umumnya menyerang anak-anak. Virus ini merupakan virus RNA,
termasuk dalam famili paramixovirus. Penularan penyakit morbili terjadi secara
droplet melalui udara. 2
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium,
yaitu stadium inkubasi, stadium prodromal, dan stadium erupsi. Nama lain untuk
penyakit ini adalah campak, measleas, atau rubela. 2
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Umur : 10 Bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 16 Oktober 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Demam
Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk dengan keluhan demam yang
dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik turun. Demam
turun dengan pemberian obat penurun panas namun kemudian demam naik lagi.
Demam tidak disertai kejang(-), menggigil(-). Tidak ada perdarahan gusi ataupun
mimisan. Pada siang hari sebelum masuk rumah sakit ibu pasien mengeluhkan
munculnya ruam kemerahan yang awalnya di lihat ibunya timbul di bagian leher
kemudian menjalar di bagian wajah, dada, punggung dan diseluruh badan. Mata
pasien sering beraira dan kemerahan. Selain itu, pasien juga mengalami batuk(+)
disertai lendir berwarna putih (+), beringus (+). Sesak nafas (-), Mual(-), Muntah
(-). Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
Kakak pasien mengalami keluhan yang sama yaitu muncul bintik
kemerahan pada seluruh tubuh sekitar 5 hari yang lalu.
Riwayat sosial-ekonomi :
Menengah ke bawah
Riwayat Kehamilan dan persalinan :
Pasien lahir di puskesmas dibantu oleh bidan, bayi lahir secara normal
dengan usia kehamilan cukup bulan. Pasien merupakan anak ke 3 dari 3
baersaudara. Berat Badan Lahir : 3.500 gram, Panjang Badan Lahir 50 cm.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi :
Mulai tengkurap usia 4 bulan, duduk di usia 7 bulan, muncul gigi 9
bulan. Berdiri usia 10 bulan.
Anamnesis Makanan :
ASI diberikan sejak lahir hingga sekarang. Bubur milna sejak 3 bulan
hingga sekarang.
Riwayat Imunisasi :
Pasien belum imunisasi campak
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
2. Pengukuran Tanda vital :
Nadi : 128 kali/menit, reguler
Suhu : 38,6 °C
Respirasi : 32 kali/menit
Berat badan : 9 kg
Tinggi badan : 77 cm
Lingkar Kepala : 49 cm
Status gizi : Gizi Baik
Z Score (-1,0 SD)
3. Kulit : Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali (< 2 detik)
Efloresensi : Macula eritemtosaa pada wajah, leher dan
seluruh tubuh
4. Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal,
alopesia (-)
5. Mata : Palpebra : edema (-/-)
Konjungtiva : hieremis (+/+)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+)
Refleks kornea : (+/+)
Cekung : (-/-)
6. Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
7. Mulut : Bibir : mukosa bibir basah, tidak hiperemis
Gigi : tidak ada karies
Gusi : tidak berdarah
8. Lidah : Tidak kotor
9. Leher
Pembesaran kelenjar leher : Getah bening -/-,
Pemesaran kelejar di ketiak : Getah bening -/-,
Faring : Tidak hiperemis
Tonsil : T1/T1 tidak hiperemis
10. Toraks
a. Dinding dada/paru :
Inspeksi : Bentuk simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Bronchovesikuler +/+, Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-)
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Gallop (-)
11. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : datar
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
12. Ekstremitas : akral hangat +/+, edema (-/-), Rumple leede test (-)
13. Genitalia : dalam batas normal
14. Otot-otot : hipotrofi (-), kesan normal
15. Refleks : fisiologis +/+, patologis -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah Rutin
- WBC 6,4 x 103 /uL
- RBC 4,71 x 106 /uL
- HGB 6,4 g/dL
- HCT 32,9 %
- PLT 119 x 103 /uL
V. RESUME
Pasien perempuan usia 10 bulan masuk rumah sakit dengan keluhan
demam yang dialami sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam naik
turun. Demam turun dengan pemberian obat penurun panas namun kemudian
demam naik lagi. Demam tidak disertai kejang(-), menggigil(-). Tidak ada
perdarahan gusi ataupun mimisan. Pada siang hari sebelum masuk rumah sakit
ibu pasien mengeluhkan munculnya ruam kemerahan yang awalnya di lihat
ibunya timbul di bagian leher kemudian menjalar di bagian wajah, dada,
punggung dan diseluruh badan. Mata pasien sering berair dan kemerahan.
Selain itu, pasien juga mengalami batuk(+) disertai lendir berwarna putih (+),
beringus (+). Buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. Pemeriksaan
fisik : Keadaan umum tampak sakit sedang; Kesadaran compos mentis; BB 8
kg; TB 77 cm; LK 49 cm. Tanda-tanda vital nadi : 128 kali/menit, regular;
suhu 38,6 °C; respirasi 32 kali/menit. Pada kulit ditemukan ruam (+), macula
eritema pada wajah, leher dan seluruh tubuh. Pada pemeriksaan konjungtiva
sitemukan hiperemis (+/+). Pada pemeriksaan thorax ditemukan
bronchovesikuler +/+. Pada abdomen Peristaltik + kesan normal. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin WBC 6,4 x 103 /uL; RBC 4,71x 106 /uL; HGB 10,3
g/dL; HCT 32,9 %; PLT 119 x 103 /uL.
VI. DIAGNOSIS : Morbili
VII. TERAPI
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x ¾ sendok teh
- GG 1/3 tab
- Salbutamol 0,8 g 3 x 1 pulv
VIII. ANJURAN
- Pemeriksaan isolasi virus (apusan mukosa hidung)
- Pemeriksaan serologi
IX. FOLLOW UP
Tanggal : 17 Oktober 2015
Subjek (S) : Demam (+), Batuk (+), beringus (+), ruam kemerahan di
seluruh tubuh
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 132 kali/menit
- Respirasi : 40 kali/menit
- Suhu : 38 0C
Kulit : tampak ruam macula eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x ¾ sendok teh
- GG 1/3 tab
- Salbutamol 0,8 g 3 x 1 pulv
FOLLOW UP
Tanggal : 18 Oktober 2015
Subjek (S) : Demam (+), Batuk (+), beringus (+), ruam kemerahan di
seluruh tubuh
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 114 kali/menit
- Respirasi : 32 kali/menit
- Suhu : 37,7 0C
Kulit : tampak ruam macula eritematosa pada wajah, leher,
perut, punggung, tangan dan kaki
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
- IVFD RL 12 tpm
- Cotrimoxazole sirup 2 x ¾ sendok teh
- Paracetamol sirup 4 x ¾ sendok teh
- GG 1/3 tab
- Salbutamol 0,8 g 3 x 1 pulv
FOLLOW UP
Tanggal 19 Oktober 2015
Pasien pulang paksa atas permintaan orang tua
DISKUSI
Virus penyabab campak merupakan virus RNA, termasuk dalam genus
Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Kondisi anak yang belum mendapatkan
vaksinasi merupakan faktor terbesar penularan penyakit ini disebabkan belum adanya
antibodi yang terbentuk dalam tubuh anak selain itu dapat pula diakibatkan kegagalan
vaksinasi akibat berbagai kemungkinan contohnya adanya antibodi yang dibawa sejak
lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, vaksinnya rusak
akibat pemberian Ig yang diberikan bersama-sama.3
Virus campak ditularkan melalui infeksi droplet, masuk ke saluran nafas dan
berkembang biak di epitel nasofaring. Manifestasi klinis morbili terbagi menjadi
beberapa stadium yaitu : (1) stadium inkubasi sekitar10-12 hari tanpa gejala, (2)
stadium prodromal dengan gejala demam ringan samapi sedang, coryza, batuk,
konjungtivitis, bercak koplik dimukosa bukalis dan batuk, (3) stadium erupsi, dengan
rash makulopapular yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tangan, kaki,
dan badann yang disertai dengan demam tinggi, (4) stadium konvalensi, dimana rash
akan menghilang mulai dari daerah awal timbulnya rash dan terjadi hiperpigmentasi
pada kulit.4
Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatannya hanya bersifat
simptomatik, seperti harus diberikan cukup cairan dan kalori, dengan pemberian
antipiretik, antitusif ekspektoran, dan antikonvulsan bila perlu, untuk mengurangi
gejala yang muncul dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi. Pasien campak
tanpa penyulit dapat berobat jalan. Sedangkan pada pasien dengan penyulit pasien
perlu dirawat inap.
Dalam penatalaksanaan campak tindakan yang paling penting dilakukan
adalah pencegahan:
1. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat
awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap
prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan
memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh
2. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat
pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit
campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan
pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat
melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.
3. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat
kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini
sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas
penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan,
yaitu:
a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan
fisik atau darah.
b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk
sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak
pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan
melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari
pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat
mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya.
c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita
yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk.
Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah
komplikasi. Pada kasus ini anak diberikan perawatan sebagai berikut :
Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam, pada pasien ini
diberikan Paracetamol dengan dosis 10-15mg/kgBB perdosis, setiap 6
jam sehari. Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi
penanganan demam dan nyeri sebagai antipiretik dan analgetik.
Parasetamol digunakan bagi nyeri yang ringan sampai sedang. Semua
obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan
siklooksigenase. Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga
konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu.
Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada
aspirin, inilah yang menyebabkan Parasetamol menjadi obat antipiretik
yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol
mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-
anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan
Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.
Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi
Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam
daripada jika diberikan sendiri-sendiri
Dosis yang akan diberikan adalah
Dosis terendah = 8 (kgBB) x 10 (mg/kgBB) = 80 mg.
Dosis tertinggi = 8 (kgBB) x 15 (mg/kgBB) = 120 mg
Dapat menggunakan rumus A=( X : Y) x BA : takaran obat yang akan diberikan (dalam ml)B : jumlah takaran tiap kandungan dalam obat (dalam ml)X : kebutuhan obat sesuai BB anak (dalam mg)Y : kandungan obat dalam tiap takaran (dalam mg)Jadi
Dosis = ( 80 mg : 120 mg ) x 5 ml = 3.3 ml
= ( 120 mg : 120 mg ) x 5 ml = 5 ml
Antibiotik diberikan untuk infeksi sekunder dari ruam makulaeritema
dan mencegah komplikasi infeksi sekunder lain. Anti biotik yang
diberikan adalah Cortimoxazole yang mengandung trimetropin dan
sulfametoksazol dengan dosis anak 8 mg/ hari trimetropin dan 40
mg/hari sulfametoksazol. Dengan frekuensi pemberian adalah 2 kali
sehari. Antibiotik ini adalah obat lini pertama untuk kasus infeksi
bakteri.
Dosis :
Dosis terendah = 8 (kgBB) x 8 (mg/kgBB) = 64 mg/hari (32 mg/12h)
Dosis tertinggi = 8 (kgBB) x 40 (mg/kgBB) = 320 mg/hari (160
mg/12h)
Dosis pemberian (ml) : 240/5ml = 192/x ml
Dosisnya = 4 ml
Untuk salbutamol digunakan untuk merangsang reseptor B2
adrenergik terutama pada otot bronkus.5 Efek utama yang diharapkan
adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan akibat relaksasi otot
bronkus. Dosis yang diberikan untuk anak usia dibawah 2 tahun adalah
0,1mg/kgBB sampai 0,15 mg/kgBB setiap 6 jam secara orang. Untuk
pasien sesuai dengan berat badan kita dapat memberikan 0,8 mg-1,2
mg.
GG (Glyceril Guaiacolate) ini bekerja sebagai ekspectoran dengan
meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang
terdapat pada di trakea dan bronki. Dapat meningkatkan reflek batuk
dan memudahkan untuk membuang sputum. Untuk dosis pada anak
dibawah usia 2 tahun secara individual hanya diberikan 25 mg sampai
50 mg setiap 4 jam secara oral.
Terapi cairan Ringer Laktat digunakan untuk rehidrasi cairan. Dengan
jumlah pemberian :
TPM : BB x keb. Cairan/hari x f. tetesan
Lama pemberian x 60
Tpm : 8 kg x 100 ml/kgBB x 20
24 x 60
Tpm : 12 kali.
d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi
terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,
ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat
ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. Apabila terdapat
penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang
timbul, yaitu :
Bronkopneumoni : diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/ hari
dalam 4 dosis iv dikombinasi dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/
hari iv dalam 4 dosis. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam
reda. 1
Enteritis : pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi.
Pemberian cairan intravena harus dipertimbangkan. 1
Otitis media : sering disebabkan oleh infeksi sekunder, sehingga
perlu diberikan antibiotik kotrimoksazol.1
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun
secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan
imunitas mereka.. Vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan
hingga 1 tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A
diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer
IgG dan jumlah limfosit total.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmono, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S., 2002. Buku Ajar Ilmu
kesehatan Anak. Jakarta. IDAI
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 1985. Imu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia
3. Katzung, 2009, Farmakologi Dasar dan Klinik, ed II, ECG, Jakarta
4. Rampengan, H.T 2006, Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. EGC, Jakarta
5. Penyakit Tropik Dan Infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran, Ed III jilid 2
FKUI. 2004
6. Berhrman, Richard E.2003. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB
Saunders Company