Download - referat patah tulang.docx

Transcript
Page 1: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 1/25

1

BAB I

PENDAHULUAN

Sekarang ini, merupakan zaman dimana meningkatnya keterlibatan individu

didalam berkendara dengan kecepatan tinggi baik darat, laut dan udara, kompleks

industri dan olahraga kompetisi atau rekreasional, dan bisa juga idsebut sebagai jaman

Trauma ( age of trauma ). Insidens dari trauma sekarang ini meningkat dan terus

meningkat seiring waktu. Diamerika utara trauma merupakan nomor satu penyebab

kematian tersering pada dewasa muda.

Dari seluruh trauma signifikan yang didapat, sekitar 2/3 nya mengenai sistem

muskuloskeletal, termasuk fraktur, dislokasi, dan berkaitan dengan cedera jaringan

lunak. Walaupun trauma pada sistem muskuloskeletal jarang fatal tetapi akan bisa

serius jika menyebabkan penderitaan fisik berlebihan, tekanan mental dan kehilangan

waktu penderita atau bisa juga disebut mortalitas rendah tetapi morbiditas tinggi.

Tetapi jika sudah menjadi multipel injuries maka akan fatal pada penderita atau

mortalitas tinggi tetapi morbiditas rendah.

Dari hasil meningkatnya masa hidup seseorang maka semakin banyak orang

 pada usia tua yang rentan terjatuh dan mengakibatkan trauma pada sistem

muskuloskeletalnya. Dan juga semakin tua seseorang maka semakin tinggi

kemungkinan osteoporosis tulangnya sehingga dengan cedera minor saja bisa

menyebabkan fraktur.

Fraktur terbuka merupakan salah satu jenis fraktur dimana tulang yang

mengalami fraktur menonjol keluar dan merusak kulit serta jaringan lunak 

disekitarnya. Sepertiga fraktur terbuka merupakan multipel injuries. Dan setiap luka

yang terdapat di segment yang sama dengan terjadinya fraktur bisa disebut fraktur 

terbuka sampai bisa dibuktikan bahwa itu bukan fraktur terbuka.

Fraktur terbuka merupakan kedaruratan di bidang bedah karena risiko untuk 

terjadinya infeksi sangat tinggi. Fraktur terbuka harus ditangani dengan segera jika

tidak dapat mengalami komplikasi yang parah dan dapat menimbulkan kematian.1 

Page 2: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 2/25

2

BAB II

ANATOMI

A.  Sistem Skeletal

a.  Anatomi Tulang 

Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”

menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.Proses

mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium..Ada 206 tulang dalam tubuh

manusia,ulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

1).   Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang

disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis

terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang

tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang

tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan

oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang

dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone

(cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis,

lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan,estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama

dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang

memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum

tulang.

2).   Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

3).   Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan

lapisan luar adalah tulang concellous.

4).   Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

5).   Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang

 berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya

 patella (kap lutut).

Page 3: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 3/25

3

Tulang tersusun atas sel, matriks

 protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas,

osteosit dan osteoklas. Osteoblas

 berfungsi dalam pembentukan tulang

dengan mensekresikan matriks tulang.

Matriks tersusun atas 98% kolagen dan

2% subtansi dasar (glukosaminoglikan,

asam polisakarida) dan proteoglikan).

Matriks merupakan kerangka dimana

garam-garam mineral anorganik 

ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa

yang terlibat dalam pemeliharaan

fungsi tulang dan terletak dalam osteon

(unit matriks tulang ). Osteoklas adalah

sel multinuclear ( berinti banyak) yang

 berperan dalam penghancuran, resorpsi

dan remosdeling tulang.

Osteon merupakan unik fungsional

mikroskopis tulang dewasa. Ditengah

osteon terdapat kapiler. Dikelilingi

kapiler tersebut merupakan matriks

tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh

nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang

menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan

 periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh,

selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf,

 pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung

osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum

tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang

melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan

dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).

Gambar.1

Page 4: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 4/25

4

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 %

endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat

kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam

terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion

magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen

melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan

tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam

menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa

 pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama

hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan

 jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel 

 pembentuk tulang yaitu osteoblas.

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon

terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu

 pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu

atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan

disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit

dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan

osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.

Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian

ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap

Gambar. 2

Page 5: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 5/25

5

sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat

antara tulang, cairan interstisium, dan darah.

Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan

dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang

disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari

sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan

 berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis.

Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan

memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas

menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong

tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah

diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang

terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling . Pada anak dan remaja, aktivitas

osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan

menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih

dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya

setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas

osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang.

Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi.

Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat

menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan

osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga

dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang.

Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme

 pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah

 promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang

dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut.

Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti

tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang).

Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang.

Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.

Page 6: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 6/25

6

Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung

dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang

 penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang

mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan

kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian,

vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan

akan menyebabkan absorpsi tulang.

Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol

oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang

terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat

sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid

meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk 

membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara

umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.

Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.

Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan

menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi

ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D

di ginjal bergantung pada hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu

hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan

kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan

 pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga

menurunkan kadar kalsium serum.

b.  Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1).  Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2).  Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan

lunak.

3).  Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

 pergerakan).

4).   Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema

topoiesis). 

5).  Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

Page 7: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 7/25

7

BAB III

PENGELOMPOKAN DAN PENGGOLONGAN

Fraktur

i.  Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontunyuitas jaringan tulang dan / atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung. Misalnya benturan pada

lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa

trauma tidak langsung misalnya jatuh tertumpu pada tangan yang menyebabkan

tulang klavikula dan radius distal patah.2

ii.  Klasifikasi fraktur

Fraktur dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

dengan dunia luar yaitu fraktur terbuka dimana tulang yang patah terbuka sampai

menonjol keluar dan fraktur tertutup dimana tidak ada luka terbuka yang diakibatkan

oleh patahan tulang.3 

Fraktur juga dapat dibagi menurut garis frakturnya , misalnya fisura, fraktur 

sederhana (simpel), fraktur kominutif, fraktur segmental, fraktur  green stick, fraktur 

impaksi, fraktur kompresi dan fraktur patologis.

3

Ada jenis fraktur yang tidak disebabkan oleh trauma, tetapi disebabkan oleh

adanya proses patologis, misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis. Ini disebabkan

oleh kekuatan tulang yang berkurang dan disebut Fraktur patologis. 3

Ada juga Fraktur fisura yang disebabkan oleh beban lama atau trauma ringan

yang terus menerus yang disebut fraktur kelelahan ( repetitive fraktur ).

Berdasarkan patofisiologi dan perjalanan penyakitnya fraktur juga dibagi atas usia

yaitu fraktur pada anak, fraktur pada dewasa dan fraktur pada orang tua.

Patofisiologi dan penanganan terjadinya fraktur antara ketiganya sangat berbeda. 3

Menurut luas atau tidaknya fraktur dibagi menjadi komplit dan inkomplit . Menurut

tempat terjadinya fraktur dibagi menjadi fraktur diafisis, metafisis, epifisis atau intra

articular, dan jika berhubungan dengan dislokasi sendi disebut fraktur dislokasi.1

Page 8: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 8/25

8

iii.  Penyembuhan Normal dari Fraktur

Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut:

1. Fase Reaktif 

a. Fase hematom dan inflamasi

 b. Pembentukan jaringan granulasi

2. Fase Reparatif 

a. Fase pembentukan callus

 b. Pembentukan tulang lamellar 

3. Fase Remodelling

Dalam istilah-istilah histologi klasik, penyembuhan fraktur telah dibagi atas

 penyembuhan fraktur primer dan fraktur sekunder.

i.  Proses penyembuhan Fraktur Primer

Penyembuhan cara ini terjadi internal remodelling  yang meliputi upaya

langsung oleh korteks untuk membangun kembali dirinya ketika kontinuitas

terganggu. Agar fraktur menjadi menyatu, tulang pada salah satu sisi korteks

harus menyatu dengan tulang pada sisi lainnya (kontak langsung) untuk 

membangun kontinuitas mekanis.

Tidak ada hubungan dengan pembentukan kalus. Terjadi internal 

 Remodelling dari haversian system dan penyatuan tepi fragmen fraktur dari tulang

yang patah Ada 3persyaratanuntuk remodeling Haversian pada tempat fraktur 

adalah:

1. Pelaksanaan reduksi yang tepat

2. Fiksasi yang stabil

3. Eksistensi suplay darah yang cukup

Penggunaan plate kompresi dinamis dalam model osteotomi telah

diperlihatkan menyebabkan penyembuhan tulang primer. Remodeling haversian

aktif terlihat pada sekitar minggu ke empat fiksasi.

ii.  Proses Penyembuhan Fraktur Sekunder.

Page 9: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 9/25

9

Penyembuhan sekunder meliputi respon dalam periostium dan jaringan-

 jaringan lunak eksternal. Proses penyembuhan fraktur ini secara garis besar 

dibedakan atas 5 fase, yakni fase hematom (inflamasi), fase proliferasi, fase

kalus, osifikasi dan remodelling. 4

1. Fase Inflamasi:

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan

 berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan

yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung

fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah

terjadi hipoksia dan inflamasi yang menginduksi ekpresi gen dan

mempromosikan pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur untuk 

memulai penyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor pertumbuhan

spesifik, Sitokin, dapat membuat kondisi mikro yang sesuai untuk :

(1) Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast  dan osifikasi intra

membran pada tempat fraktur,

(2) Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan

(3) Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensiasi pada kalus lunak dengan

osifikasi endokondral yang mengiringinya.

Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan

 pembuluh darah lokal yang terfokus pada suatu tempat tertentu. Namun pada

 perkembangan selanjutnya hematom bukan hanya disebabkan oleh robekan

 pembuluh darah tetapi juga berperan faktor- faktor inflamasi yang

menimbulkan kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya proses ini

dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

2. Fase proliferasi

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-

 benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk 

revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast . Fibroblast dan osteoblast 

(berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan

kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.

Terbentuk jaringan ikat fibrous dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum,

tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh

Page 10: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 10/25

10

gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang

 berlebihan akan merusak struktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh

menunjukkan potensial elektronegatif. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2

 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.

3. Fase Pembentukan Kalus

Merupakan fase lanjutan dari fase hematom dan proliferasi mulai

terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai tumbuh

atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Sebenarnya tulang

rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar  dan wovenbone.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai

sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang

digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang rawan, dan tulang serat matur.

Bentuk kalus dan volume dibutuhkanuntuk menghubungkan efek secara

langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu

waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang

rawan atau jaringan fibrous. Secara klinis fragmen tulang tidak bisa lagi

digerakkan. Regulasi dari pembentukan kalus selama masa perbaikan fraktur 

dimediasi oleh ekspresi dari faktor-faktor pertumbuhan. Salah satu faktor yang

 paling dominan dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah Transforming

Growth Factor-Beta 1 (TGF-B1) yang menunjukkan keterlibatannya dalam

 pengaturan differensiasi dari osteoblast  dan produksi matriks ekstra seluler.

Faktor lain yaitu: Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang

 berperan penting pada proses angiogenesis selama penyembuhan fraktur.

Pusat dari kalus lunak adalah kartilogenous yang kemudian bersama

osteoblast akan berdiferensiasi membentuk suatu jaringan rantai osteosit, hal

ini menandakan adanya sel tulang serta kemampuan mengantisipasi tekanan

mekanis.

Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang kemudian berlanjut

sampai fase remodelling adalah masa kritis untuk keberhasilan penyembuhan

fraktur. Jenis-jenis Kalus Dikenal beberapa jenis kalus sesuai dengan letak 

kalus tersebut berada terbentuk kalus primer sebagai akibat adanya fraktur 

terjadi dalam waktu 2 minggu Bridging (soft) callus terjadi bila tepi-tepi

tulang yang fraktur tidak bersambung.  Medullary (hard) Callus akan

Page 11: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 11/25

11

melengkapi bridging callus secara perlahan-lahan. Kalus eksternal berada

 paling luar daerah fraktur di bawah periosteum periosteal callus terbentuk di

antara periosteum dan tulang yang fraktur. Interfragmentary callus

merupakan kalus yang terbentuk dan mengisi celah fraktur di antara tulang

yang fraktur. Medullary callus terbentuk di dalam medulla tulang di sekitar 

daerah fraktur.

4. Stadium Konsolidasi

Dengan aktifitas osteoklast  dan osteoblast  yang terus menerus, tulang

yang immature (woven bone) diubah menjadi mature (lamellar bone).

Keadaan tulang ini menjadi lebih kuat sehingga osteoklast  dapat menembus

 jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang akan mengisi

celah di antara fragmen dengan tulang yang baru.

Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum

tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.

5. Stadium Remodelling.

Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan

 bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan

 bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang

yang terus menerus lamella yang tebal akan terbentuk pada sisi dengan

tekanan yang tinggi. Rongga medulla akan terbentuk kembali dan diameter 

tulang kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati

 bentuk semulanya, terutama pada anak-anak. Pada keadaan ini tulang telah

sembuh secara klinis dan radiologi.4

Page 12: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 12/25

12

Gambar 3. Fase-fase didalam penyembuhan tulang

 Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender (2005) 

iv.  Penyembuhan abnormal dari fraktur

Penyembuhan Fraktur yang bisa menyebabkan ketidak normalan

 penyembuhan fraktur yaitu :

1.  Fraktur telah sembuh secara normalnya sesuai waktunya tetapi posisinya tidak sesuai

dengan posisi awal dikarenakan ada sisa dari deformitas saat terjadi fraktur ( mal 

union) 

2.  Fraktur telah sembuh secara normal, tetapi membutuhkan waktu lebih lama di

 banding normal ( delayed union ) 

3.  Fraktur benar-benar tidak sembuh atau menyambung lagi (non union ) yang

menghasilkan pembentukan fibrous union atau sendi palsu ( pseudoartroshis). 

Page 13: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 13/25

13

B.  FRAKTUR TERBUKA

i.  Definisi

Fraktur tulang terbuka mengacu pada gangguan pada tulang dimana tulang

tampak keluar dari kulit dan jaringan lunak yang dapat dilihat langsung. Sepertiga pasien dari fraktur terbuka adalah multiple trauma. Setiap luka yang terjadi pada

segmen tungkai yang sama seperti patah tulang harus dicurigai sebagai akibat dari

fraktur terbuka. Cedera jaringan lunak pada fraktur terbuka harus mungkin memiliki

tiga konsekuensi penting :

1.  Kontaminasi luka dan patah tulang oleh paparan eksternal

2.  Crushing, pengupasan dan devascularisasi pada jaringan lunak dan peningkatan

kerentanan terhadap infeksi.

3.  Penghancuran atau kehilangan dari jaringan lunak dapat mempengaruhi metode

imobilisasi penyembuhan fraktur (misalnya kontribusi dari osteoprogenitor sel) dandilaporkan juga ada kehilangan dari fungsi otot, tendon, saraf, vascular, ligament,

atau kerusakan kulit.2 

ii.  Klasifikasi fraktur terbuka

Gustilo and Anderson (Open Fractures)

Tabel 1

Page 14: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 14/25

14

Klasifikasi ini awalnya dibuat untuk mengklasifikasikan cedera jaringan lunak yang

 berkaitan dengan fraktur terbuka tulang tibia dan kemudian menjadi keseluruh lokasi

fraktur.

Grade I:  Luka bersih < 1 cm, biasanya dari dalam keluar; cedera otot minimal;

transversal atau fraktur oblik 

Grade II:  Laserasi >1 cm, dengan kerusakan jaringan luas,;crushing minimal sampai

sedang ; transversal atau fraktur oblik dengan komunitif minimal

Grade III: Kerusakan jaringan luas, termasuk otot, kulit dan struktur neurovaskular,

sering kali dengan trauma dengan energi tinggi dengan kerusakan komponen.IIIA:  Laserasi jaringan lunak luas,fraktur segmental, trauma tembakan,.periosteal

stripping.

IIIB:  Trauma jaringan lunak luas dengan periosteal stripping dan biasanya

dihubungkan dengan kontaminasi.

IIIC:  Trauma vaskular 

Klasifikasi Fraktur Terbuka Tscherne

Klasifikasi ini berdasarkan ukuran luka, derajat kontaminasi dan mekanisme fraktur.

Page 15: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 15/25

15

Grade I :  Luka kecil tanpa kontusio kontaminasi bakteri diabaikan, mekanisme fraktur 

dengan energi rendah.

Grade II :  :Laserasi kecil, kontusio kulit dan jaringan lunak, kontaminasi bakteri sedang,

menkanisme trauma bervariasi.

Grade III: Laserasi luas dengan kontaminasi bakteri berat, kerusakan jaringan lunak luas,

diasoiasikan dengan trauma arteri dan neural.

Grade IV:  Amputasi komplit atau inkomplit dengan berbagai prognosis berdasarkan lokasi

trauma yang mendasari.

iii.  Diagnosis Fraktur terbuka

Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas

empat langkah: tanyakan (anamnesis, adakah cedera khas), lihat (inspeksi,

 bandingkan kiri dan kanan), raba (analisis nyeri), dan gerakan (akif dan/atau pasif).

Page 16: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 16/25

16

BAB IV

PEMERIKSAAN OPEN FRACTURE

1. Riwayat pasien ( Anamnesis )

Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena

 jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur 

tidak disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama

 patah yang disertai dislokasi fragmen yang minimal. Dalam persepsi penderita trauma

tersebut bisa dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasakan

ringan meskipun sebenarnya berat.

Diagnosis fraktur juga dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu,

seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma tersebut. Anamnesis

dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-

kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Selain riwayat trauma, biasanya

didapati keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmen patahannya stabil, kadang

tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak fraktur mempunyai cedera yang khas.

Perlu ditanyakan mengenai keluhan penderita dan lokasi keluhannya. Keluhan klasik 

fraktur komplet adalah sakit, bengkak, deformitas, dan penurunan fungsi. Sakit akan

 bertambah apabila bagian yang patah digerakkan. Deformitas fraktur harus dijelaskan

dengan lengkap. Kita harus mengetahui bagaimana terjadinya kecelakaan, tempat

yang terkena dan kemungkinan adanya faktor presipitasi fraktur (misal, tumor tulang,

dll). Untuk itu, perlu ditanyakan riwayat pasien sebelumnya, apakah pasien

mengalami osteoporosis, hipertensi, mengkonsumsi kortikosteroid, dll. Perlu pula

diketahui riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan,

obat-obatan yang dikonsumsi, merokok, riwayat alergi, dan riwayat osteoporosis serta

 penyakit lain.1

2. Pemeriksaan fisik 

a. Inspeksi / look 

Pada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya

asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien

merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat

 pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga

Page 17: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 17/25

17

terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan

 perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur 

terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan

dengan sisi yang sehat.

 b. Palpasi / feel

 Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara

objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri

tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang

 patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi

yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan

 palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas

dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi.

 Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya,

 pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test),

sensibilitas.

Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan,

gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status

vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa

warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah

sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.

c. Gerakan / moving

Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan

nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif 

termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat

fungsi t erganggu (Loss of function).

3. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan radiologis dengan pembuatan foto Rontgen dua arah 90 o 

didapatkan gambaran garis patah. Pada patah yang fragmennya mengalami dislokasi,

gambaran garis patah biasanya jelas. Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak 

dimaksudkan untuk diagnostik karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk 

menentukan pengelolaan yang tepat dan optimal. Sehingga pemeriksaan radiologi

Page 18: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 18/25

18

untuk fraktur ini dapat digunakan untuk diagnosis, konfirmasi diagnosis dan

 perencanaan terapi, serta untuk mengetahui prognosis trauma.

Pada tulang, panjang persendian proksimal maupun yang distal harus turut

difoto. Bila ada kesangsian atas adanya fraktur atau tidak, sebaiknya dibuat foto yang

sama dari anggota gerak yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh

kepastian adanya kelainan, seperti fisura, sebaiknya foto diulang setelah satu minggu,

retak akan menjadi nyata karena hiperemia setempat sekitar tulang yang retak itu akan

tampak sebagai “dekalsifikasi”. 

Radiologis untuk lokasi fr aktur harus menurut “rule of two”, terdiri dari : 

a. Memuat 2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

 b. Memuat 2 sendi di proksimal dan distal fraktur 

c. Memuat gambaran foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang tidak terkena cedera

(pada anak)

d. Dilakukan foto sebanyak 2 kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan1

Page 19: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 19/25

19

BAB V

PENANGANAN OPEN FRACTURE

iv.  Prinsip Dasar Tatalaksana Fraktur terbuka

Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedokteran

 pada umumnya, yaitu yang pertama dan utama adalah jangan cederai pasien (primum

non nocere). Cedera iatrogen tambahan pada pasien terjadi akibat tindakan yang salah

dan/atau tindakan yang berlebihan. Yang kedua, pengobatan didasari atas diagnosis

yang tepat dan prognosisnya. Ketiga, bekerja sama dengan hukum alam, dan keempat,

memilih pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu.

Table. 2

Enam prinsip umum pengobatan fraktur 

Jangan membuat keadaan lebih jelek 

Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

Menghilangkan nyeri

Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

Mengembalikan fungsi secara optimal

Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatanSeleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Untuk frakturnya sendiri, prinsipnya adalah mengembalikan posisi patahan

tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa

 penyembuhan fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai

keadaan sepenuhnya seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk 

menyesuaikan bentuknya kembali seperti bentuk semula (remodeling/proses

swapugar). Kelayakan reposisi suatu dislokasi fragmen ditentukan oleh adanya dan

 besarnya dislokasi ad aksim, ad peripheriam, dan kum kontraktione, yang berupa

rotasi, atau perpendekan.

Secara umum, angulasi dalam bidang gerak sendi sampai kurang lebih 20-30

derajat akan dapat mengalami swapugar, sedangkan angulasi yang tidak dalam bidang

gerak sendi tidak akan mengalaminya. Akan tetapi, rotasi antara 2 fragmen tidak 

 pernah terkoreksi sendiri oleh proses swapugar. Ada tidaknya rotasi fragmen tidak 

dapat diketahui dari foto Rontgen, melainkan harus diketahui dari pemeriksaan klinis.Cara yang termudah untuk memeriksa rotasi ini adalah dengan membandingkan rotasi

Page 20: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 20/25

20

anggota yang patah dengan rotasi anggota yang sehat. Pemendekan anggota yang

 patah disebabkan oleh tarikan tonus otot sehingga fragmen patahan tulang berada

sebelah menyebelah. Pemendekan anggota atas pada orang dewasa dan pemendekan

 pada anggota atas maupun bawah pada anak, umumnya tidak menimbulkan masalah.

Macam-macam cara untuk penanganan fraktur :

1. Proteksi tanpa reposisi dan imobilisasi

Digunakan pada penanganan fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang

minimal atau dengan dislokasi yang tidak akan menyebabkan kecacatan di kemudian

hari. Contoh cara ini adalah fraktur costa, fraktur clavicula pada anak, dan fraktur 

vertebra dengan kompresi minimal.

2. Imobilisasi dengan fiksasi

Dapat pula dilakukan imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan

imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan

fraktur tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi

Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada

fraktur radius distal.

4. Reposisi dengan traksi

Dilakukan secara terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu,

dan kemudian diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada fraktur yang bila

direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali di dalam gips. Cara ini

dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur.

5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar

Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang ditusukkan pada

fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan

logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator ekstern.

6.  Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada

tulang secara operatif 

Misalnya reposisi fraktur collum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif 

dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan pen ke dalam collum

femur secara operatif.

7.  Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan

pemasangan fiksasi interna

Page 21: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 21/25

21

Ini dilakukan misalnya, pada fraktur femur, tibia, humerus, atau lengan bawah.

Fiksasi interna yang dipakai bisa berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa

 juga berupa plat dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara

operatif adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna yang

kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi dipasang gips dan segera bisa dilakukan

mobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini mengundang resiko infeksi

tulang.

8. Eksisi fragmen fraktur dan menggantinya dengan prosthesis

Dilakukan pada fraktur collum femur. Caput femur dibuang secara operatif 

dan diganti dengan prostesis. Ini dilakukan pada orang tua yang patahan pada collum

femur tidak dapat menyambung kembali.

Pengelolaan fraktur terbuka perlu memperhatikan bahaya terjadinya infeksi,

 baik infeksi umum (bakteremia) maupun infeksi terbatas pada tulang yang

 bersangkutan (osteomyelitis). Untuk menghindarinya perlu ditekankan disini

 pentingnya pencegahan infeksi sejak awal pasien masuk rumah sakit, yaitu perlu

dilakukannya debridement yang adekuat sampai ke jaringan yang vital dan bersih.

Diberikan pula antibiotik profilaksis selain imunisasi tetanus. Selain itu, lakukan

fiksasi yang kokoh pada fragmen fraktur. Dalam hal ini, fiksasi dengan fiksator 

eksterna lebih baik daripada fiksasi interna.

Page 22: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 22/25

22

BAB VI

KOMPLIKASI OPEN FRACTURE

Infeksi : Fraktur terbuka bisa mengakibatkan selulitis atau osteomyelitis,

 penganganannya juga harus lebih agresif, debridement yang berkelanjutan, antibiotik 

yang sesuai, dan perawatan luka yang intensif. Kontaminasi kasar pada saat

terjadinya cedera merupakan penyebabnya , meskipun benda asingnya sudah

dibuang, kompensasi jaringan lunak dan cedera multisistem merupakan faktor risiko

terjadinya infeksi.

Sindrom kompartment : Merupakan komplikasi lanjut yang diakibatkan oleh

kehilangan fungsi yang parah khususnya kompartmen fasia otot yang rapat misalnya

lengan dan kaki. Hal ini bisa dicegah dengan cara memeriksa neurovaskular yang

terdiri dari monitoring tekanan kompartment, deteksi cepat sindrom kompartment ,

dan waktu pembukaan fasia saat pembedahan. 2

Page 23: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 23/25

23

Penutup

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi

dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Osteosit adalah sel

dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon

(unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang

 berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kuntinuitas jaringan tulang dan /

atau kartilago yang umumnya disebabkan oleh trauma.

Fraktur dapat dibagi menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang

dengan dunia luar yaitu fraktur terbuka dimana tulang yang patah terbuka sampai

menonjol keluar dan fraktur tertutup dimana tidak ada luka terbuka yang diakibatkan

oleh patahan tulang.

Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya patah tulang terdiri atas

empat langkah: tanyakan (anamnesis, adakah cedera khas), lihat (inspeksi,

 bandingkan kiri dan kanan), raba (analisis nyeri), dan gerakan (akif dan/atau pasif).

Dalam banyak hal, pemeriksaan radiologis tidak dimaksudkan untuk 

diagnostik karena pemeriksaan klinisnya sudah jelas, tetapi untuk menentukan

 pengelolaan yang tepat dan optimal. Sehingga pemeriksaan radiologi untuk fraktur ini

dapat digunakan untuk diagnosis, konfirmasi diagnosis dan perencanaan terapi, serta

untuk mengetahui prognosis trauma.

Prinsip tata laksana pengelolaan fraktur adalah Jangan membuat keadaan lebih

 jelek ,Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat ,Seleksi

 pengobatan dengan tujuan khusus ( Menghilangkan nyeri, Memperoleh posisi yang

 baik dari fragmen, Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang, Mengembalikan

fungsi secara optimal ), Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami,

Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan, Seleksi pengobatan

sesuai dengan penderita secara individual.

Page 24: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 24/25

24

REFERENSI

1.  Salter, Robert Bruce. 1999. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal 

 system 3rd ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins.

2.  Sjamsuhidjat, R. wim de jong.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.ed 2. Jakarta : Penerbit

 buku kedokteran, EGC.

3.  Sjamsuhidajat,R ; Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. Jakarta : EGC

4.  Jay. R. liberman, M. D. and Gary E Friedlaender.2005.  Bone Regeneration and Repair 

and Biology Clinical Applications. New Jersey : Humana Press. 

5.  Mostofi, Seyed Behrooz. 2006.  Fractures Clasifications in Clinical Practices. 

London : Springer-verlag.

6.  DR. Tse Lung Fung.  Management of Open Fractures in AADO/HKSSH conjoint

scientific meeting 2009.

Page 25: referat patah tulang.docx

7/28/2019 referat patah tulang.docx

http://slidepdf.com/reader/full/referat-patah-tulangdocx 25/25

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

1.  Gambar 1. Anatomi Tulang………………………………………………………3

2.  Gambar 2 Tulang Femur…………………………………………………………4

3.  Gambar 3 Proses Penyembuhan Fraktur………………………………………...12

4.  Tabel .1 Klasifikasi Fraktur Terbuka Gustilo dan Anderson……………………13

5.  Tabel .2 Prinsip Pengobatan Fraktur……………………..……………………...19