Download - Referat Leptospirosis Lala

Transcript

BAB IPENDAHULUAN

Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit occupational ini. 1Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan bersifat alkalis. 2Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported sejak beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah diagnosis dan nonfatal. 2Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150 kasus leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai. Di Indonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau Boyolali.2Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang juga dilaporkan terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak berkembang biak di daerah pesisir pasang surut seperti Riau, Jambi dan Kalimantan.1Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%. Infeksi ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam kategori ini. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita immunocompromised mempunyai resiko tinggi terjadinya kematian.1Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 DefinisiLeptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang disertai ikterus ini dengan penyakit lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya dikenal sebagai Weils disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slamp fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.1Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk emerging infectious disease.1,4

II.2 EtiologiEtiologi Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira interrogansdengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi atas serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang piaraan seperti anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun binatang liar seperti tikus, musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi dengan air, tanah, lumpur dan sebagainya yang telah terjemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi leptospira.1,2,3 Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, family treponemataceae, suatu mikororganisme spirochaeta. Ciri khas organism ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, letaknya 0,-0,2 um. Salah satu ujung organism sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Sprichaeta ini demikian halus sehingga dalam mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). 3

Gambar 2.1 Bakteri leptospira menggunakan mikroskop elektron tipe scanning Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis

Genus leptospira terdiri dari 2 kelompok atau kompleks, yang patogen L.interrogans, dan yang non pathogen atau saprofit L.biflexs kelompok patogen terdapat pada manusia dan hewan. Kelompok yang patogen atau L.interrogans terdiri dari sub grup yang masing-masingnya terbagi lagi atas berbagai serotype (serovar) yang jumlahnya sangat banyak. Saat ini telah ditemukan 240 serotipe yang tergabung dalam 23 serogrup. Sub grup yang dapat menginfeksi manusia di antaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L. javanica, L. celledoni, L. canicola, L ballum, L. pyrogenes, L. cynopteri, L. automnalis, L. australis, L. pomona, L. grippothyphosa, L. hebdomadis, L. bataviae, L. tarassovi, L. panama, L. bufonis, L. andamana, L. shermani, L. ranarum, L. copenhageni.3 Beberapa seropati menyebabkan panyakit dengan gejala yang berat, bahkan dapat berakhir fatal seperti L.icterohaemorrhagiae, tetapi ada serogrup atau seropati dengan gejala yang ringan, misalnya infeksi L. automnalis, L. bataviae, L. pyrogenes, dan sebagainya. 3Menurut beberapa peneliti yang tersering menginfeksi manusia adalah L.icterohaemorrhagiae, dengan reservoir tikus, L.canicola, dengan reservoirnya anjing dan L. pomona dengan reservoirnya sapi dan babi.3 II.3 EpidemiologiDikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit occupational ini. 1Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan bersifat alkalis. 2Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported sejak beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah diagnosis dan nonfatal. 2Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150 kasus leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai. Di Indonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau Boyolali.2Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang juga dilaporkan terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak berkembang biak di daerah pesisir pasang surut seperti Riau, Jambi dan Kalimantan.1Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%. Infeksi ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam kategori ini. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita immunocompromised mempunyai resiko tinggi terjadinya kematian.1Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi.1Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 30-50% kasus. Kelompok yang berisiko utama adalah para pekerja pertanian, peternakan, penjual hewan, bidang agrikultur, rumah jagal, tukang ledeng, buruh tambang batubara, militer, tukang susu, dan tukang jahit. Risiko ini berlaku juga bagi yang mempunyai hobi melakukan aktivitas di danau atau sungai, seperti berenang atau rafting.3Penelitian menunjukkan pada penjahit prevalensi antibodi leptospira lebih tinggi dibandingkan kontrol. Diduga kelompok ini terkontaminasi terhadap hewan tikus. Tukang susu dapat terkena karena terkena pada wajah saat memerah susu. Penelitian seroprevalensi pada pekerja menunjukan antibodi positif pada rentang 8-29%.3 Meskipun penyakit ini sering terjadi pada para pekerja, ternyata dilaporkan peningkatan sebagai penyakit saat rekreasi. Aktifitas yang beresiko meliputi perjalanan rekreasi ke daerah tropis seperti berperahu kano, mendaki, memancing, selancar air, berenang, ski air, berkendara roda dua melalui genangan, dan kegiatan olahraga lain yang berhubungan dengan air yang tercemar. Berkemah dan bepergian ke daerah endemik juga menambahkan resiko.3

II.4 PatogenesisLeptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan di sana dan dilepaskan melalui urin.4Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu. Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis; invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.4

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada bebrapa organ. Lesi yang muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan anatara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit, dan sel plasma. Pada kasus yang erat terjadi kerusakan kapiler dengan pedarahan yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile. Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata.4Leptospira dapat masuk ke dalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi akibat komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot, dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ:8a. GinjalInterstisial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear merupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis, dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.b. HatiHati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan proliferasi sel kupfer dan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian ditemukan leptospira dalam hepar. Biasnya organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim.c. JantungEpikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat fokal atau difus berupa interstisiil edema dengan infiltrasi sel mononuklear dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium da endokarditis.d. Otot rangkaPada otot rangka terfadi perubahan-perubahan berupa lokal nekrotis, vakuolisasi, dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.e. MataLeptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan bertahan beberapa bulan walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis.f. Pembuluh darahTerjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/ptekie pada mukosa, permukaan serosa, dan alat-alat visera dan perdarahan dibawah kulit.g. Susunan saraf pusatLeptospira mudah masuk ke dalam CSF dan dikaitkan dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon antibodi, tidak pada saat memasuki CSF. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meningens dengan sedikit peningkatan sel mononuklear arakhnoid, Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptik, biasanya paling sering disebabkan oleh L. canicola.

Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenesa leptospirosis, yaitu : invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non-spesifik, dan rekasi imunologi.

Masuk melalui luka di kulit, konjungtiva,Selaput mukosa utuh

Multiplikasi kuman dan menyebar melalui aliran darah

Kerusakan endotel pembuluh darah kecil : ekstravasasi Sel dan perdarahan

Perubahan patologi di organ/jaringan- Ginjal : nefritis interstitial sampai nekrosis tubulus, perdarahan.- Hati: gambaran non spesifik sampai nekrosis sentrilobular disertai hipertrofi dan hiperplasia sel Kupffer.- Paru: inflamasi interstitial sampai perdarahan paru- Otot lurik: nekrosis fokal- Jantung: petekie, endokarditis akut, miokarditis toksik- Mata: dilatasi pembuluh darah, uveitis, iritis.

II.5 Penularan(1,2,3)Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini, bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menularkan leptospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan, atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.9

II.6 Manifestasi KlinisMasa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2 20 hari, biasanya 7 - 12 hari dan rata-rata 2 - 20 hari.Gambaran klinik pada leptospirosis :5 Yang sering : demam, menggigil, sakit kepala,anoreksia, mialgia, Konjungtivitis, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia. Yang jarang: pneumonitis, hemaptoe, delirium, perdarahan, diare, edema, splenomegali, gagal ginjal,asites, miokarditis.

Manifestasi klinik Gambaran klinis leptospirosis dibagi atas 3 fase yaitu :a. Fase Leptospiremia Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot, hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi silier mata. Fase ini berlangsung 4-9 hari dan berakhir dengan menghilangnya gejala klinis untuk sementara. 9

b.Fase Imun Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaran klinis bervariasi dari demam tidak terlalu tinggi, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta gangguan hemostatis dengan manifestasi perdarahan spontan. c.Fase Penyembuhan Fase ini terjadi pada minggu ke 2 - 4 dengan patogenesis yang belum jelas. Gejala klinis pada penelitian ditemukan berupa demam dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, ikterik, sakit kepala, batuk, hepatomegali, perdarahan dan menggigil serta splenomegali. Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi untuk pendekatan diagnosis klinis dan penanganannya, para ahli lebih senang membagi penyakit ini menjadi leptospirosis anikterik (non ikterik) dan leptospirosis ikterik. 7a. Leptospirosis anikterik Mulai fase awal / septikemia mendadak, dengan demam, mengigil kedinginan, nyeri kepala berat, malaise, mual, muntah, dan sering nyeri otot hebat yang melemahkan. Kolaps sirkulasi tidak bisa, tetapi beberapa penderita menderita bradikardi dan hipotensi. Khas, anak lesu, dengan deheidrasi ringan smapai sedang. Tanda-tanda fisik tambahan meliputi nyeri otot ekstrim, yang paling mencolok di tungkai bawah, spina lumbosacral dan perut. Manifestasi yang jarang adalah faringitis, pneumonitis, artritis, karditis, koless\istitis dan orkitis.Fase kedua atau fase imun dapat menyertai masa singkat tidak bergejala dan ditandai dengan demam berulang. Meningitis septik ini merupakan tanda utama dari fase imun. Walaupun profil CSS abnormal pada 80 % anak terinfeksi, hanya 50 % mempunyai manifestasi meningeal. Gejala-gejala yang dapat dihubungkan dengan SSS sembuh secara spontan dalam satu minggu / lebih. Uveitis dapat terjadi selama fase ini, uveitis ini dapat bilateral / unilateral dan biasanya sembuh sendiri, jarang menyebabkan gangguan penglihatan permanen.b. Leptospirosis ikterik (Penyakit Weil / Weil Disease)Bentuk leptospirosis berat ini terjadi pada < 10 % anak yang terkena. Manifestasi awal serupa dengan manifestasi awal yang digambarkan pada leptospirosis anikterik. Namun, fase imun, berbeda, ditandai dengan bukti adanya disfungsi hati dan ginjal secara klinis dan laboratorium. Pada kasus yang mendadak berat, fenomen hemorragik dan kolaps kardiovaskular juga terjadi. Kelainan hati meliputi nyeri kuadran atas, hepatomegali, hiperbilirubinemia direk dan indirek, dan kenaikan sedang enzim hati serum. Demam biasanya menetap antara fase septikemia dan fase imun. Demam pada fase imun lebih tinggi dan lebih lama daripada demam leptospirosis anikterik. Ikterus tampak mulai hari ke-3 atau mulai pada minggu ke -2. Kadar bilirubin dapat mencapai 60-80 mg/dl, tapi sebagian besar kurang dari 20 mg/dl. 6Manifestasi ginjal lazim ada, dapat mendominasi gambaran klinis, dan merupakan penyebab utama kematian pada kasus yang mematikan, semua penderita mempunyai tanda-tanda kelainan pada analisis urin (hematuria, proteinuria dan silinder ) dan azotemia sering ada, disertai dengan oligouria dan anuria.6II.7 Diagnosis Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien biasanya datang dengan meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, syndrome syok toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan diathesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sebagai pancreatitis. Pada anamnesis, penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok resiko tinggi. Gejala/keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardi, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain- lain. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normal atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum, dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopeni terdapat pada 50% kasus. Diagnosis pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.5

AnamnesisPada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data epidemiologis penderita harus jelas karena berhubungan dengan lingkungan pasien, serta jangan lupa menanyakan ada riwayat kontak langsung dengan binatang atau dengan tanah atau air yang terkontaminasi dengan kencing binatang. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan, yaitu ; demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual, muntah, nafsu makan menurun, dan merasa mata makin lama makin bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.5,6 Pemeriksaan Fisik Gejala klinik menonjol : ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta conjungtival suffusion. Gejala klinis yang paling sering ditemukan : conjungtival suffusion dan mialgia. Conjungtival suffusion bermanifestasi bilateral dipalpebra pada hari ketiga selambatnya hari ke-7 terasansakit dan sering disertai perdarahan konjungtiva unilateral ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan infeksi faring, faring terlihat merah dan bercak-bercak. Mialgia dapat snagat hebat, pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri hebat dan hiperestesi kulit. 5,6 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium : a) Pemeriksaan darah : leukosit normal atau menurun, peningkatan netrofil, trombositopenia ringan, LED meninggi, pada kasus berat ditemukan anemia hipokrom mikrositik akibat perdarahan yang biasa terjadi pada stadium lanjut perjalanan penyakit.b) Pemeriksaan fungsi hati : jika tidaka ada gejala ikterik : fungsi hati normal, gangguan fungsi hati, SGOT, SGPT dapat meningkat.c) Pemeriksaan laboratorium khusus : pemeriksaan bakteriologis dan serologis. Pemeriksaan bakteriologis, dilakukan dengan cara : bahan biakan / kultur leptospira degan medium kultur Stuart, Fletcher, dan Korthof. Diagnosa dapat ditegakkan dalam waktu 2-4 minggu terdapat leptospira dalam kultur. Gold standard pemeriksaan serologis adalah MAT (Mikroskopik Aglutination Test), suatu pemeriksaan aglutinasi secara mikroskopik untuk mendeteksi titer antibody aglutinasi dan dapat mengidentifikasi jenis resevoar. Pemeriksaan serologis ini dilakukan pada fase ke-2 (hari ke-6-12). Dengan diagnosis leptospirosis didapatkan jika titer antibody > 1:100 dengan gejala klinis yang mendukung.

IgM elisa merupakan tes yang berguna untuk mendiagnosa secara dini, tes akan positif pada hari ke-2 sakit ketika manifestasi klinis mungkin tidak khas. Tes ini sangat sensitive dan efektif (93%). Tes penyaring yang sering dilakukan di Indonesia adalah lepto Dipstik asay, lepto tekanan dridot dan lepto tekanan lateral flow.10

KulturDengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Kadng-kadang kultur urin masih positif selama memerapa bulan atau tahun setelah sakit. Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh, digunakan medium Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur , karena leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11 hari. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan.10SerologiJenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaktion (PCR), silver stain, atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap.10II.8 PencegahanPencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang mempunyai resiko tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara amerika di hutan panama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2 % menjadi 0,2%, dan efikasi pencegahan 95%.7Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama direkomendasikan tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memrlukan penelitian lebih lanjut.7

II.9 Terapi KuratifTerapi pilihan (drug of choice) untuk leptospirosis sedang dan berat adalah penilicin G parenteral 6-8 juta u/m2 / 24 jam, terbagi dalam 6 dosis selama 7 hari.5,6Pada penderita yang alergi terhadap penisilin, tetrasiklin (10-20 mg/kg/24 jam) harus diberikan secara oral/intravena terbagi dalam 4 dosis selama 7 hari. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah perawatan suportif. Pemasukan cairan dan balans elektrolit harus diperhatikan. Keadaan seperti gagal ginjal akut, dehidrasi dan kegagalan sirkulasi memerlukan penanganan yang spesifik dan cermat.5,6Antibiotik sebaiknya diberikan sebelum organisme merusak endotel pembuluh darah dari berbagai organ atau jaringan. Leptospira merupakan penyakit self limiting dengan prognosis yang cukup baik. Bahkan pasien dengan leptospirosis ikterus yang berat sembuh tanpa pengobatan spesifik. Beberapa peneliti menunjukkan tak jelasnya efek antibiotik terhadap beratnya penyakit atau pencegahan terjadinya gangguan susunan saraf pusat, hati, ginjal atau penyulit perdarahan. Juga dibuktikan bahwa lamanya leptospiremia dan adanya organisme dalam cairan serebrospinal tidak terpengaruh oleh pengobatan. 9 Tabel 1. Pilihan antibiotik pada terapi LeptospirosisLeptospirosis AnikterikLeptospirosis Ikterik

Antibiotik Pilihan pertama- Ampisilin 75 100 mg/kgBB/hari.-Amoksisilin 50mg/kgBB/hari, oral, tiap 6-8 jam, selama 7 hari- Penisilin G 100,000 U/kgBB/hari, intravena, tiap 6 jam,- Ampisilin 200mg/kgBB/hari, intravena, tiap 6 jam-Amoksisilin 200mg/kgBB/hari, intravena, tiap 6 jam

Pilihan kedua-Doksisiklin 40mg/kgBB/hari, oral, dua kali -Eritromisin 50 mg/kgBB/hari, intravena

Alergi Penisilin-Doksisiklin 40mg/kgBB/hari,oral,2x sehari, selama 7 hari (tidak direkomendasikan untuk umur dibawah 8 tahun)- Eritromisin 50 mg /kgBB/hari, intravena (data penelitian in-vitro)

Penanganan khusus61. Hiperkalemia : diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin (10-20 u regular insulin dalam infuse dextrose 40%)Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena menyebabkan cardiac arrest.2. Asidosis metabolic : diberikan natrium bikarbonat dengan dosis (0,3 x kgBB x deficit HC03 plasma dalam MEq/L)3. Hipertensi : diberikan antihipertensi4. Gagal jantung : pembatasan cairan, digitalis dan diuretic5. KejangDapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati dan sirkulasi. Penting untuk menangani kausa primernya, mempertahankan oksigenasi/sirkulasi darah ke otak, dan pemberian obat anti konvulsi.6. Perdarahan : transfusePerdarahan terjadi akibat timbunan bahan-bahan toksik dan akibat trombositopeni7. Gagal ginjal akut : hidrasi cairan dan elektrolit, dopamine, diuretic, dialysis.

II.10 Komplikasi4,5,6 Gagal Ginjal AkutGagal ginjal akut pada leptospirosis disebut sindroma pseudohepatorenal. Selama periode demam ditemukan albuminuria, piuria, hematuria, azotemia, bilirubinuria, urobilinuria.Manifestasi klinik gagal ginjal akut pada leptospirosis ada 2 tipe, yaitu gagal ginjal akut oliguri dan gagal ginjal akut non-oliguri dengan tipe katabolic, dimana produksi ureum > 60 mg% / 24 jam gagal ginjal oliguri bila produksi urin