Download - REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Transcript
Page 1: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2015

UNIVERSITAS PATTIMURA

PENGARUH HYPERBARIC TERHADAP KARSINOMA

NASOFARING

Disusun oleh :

Moren Sahertian (2008-83-016)

Wineti Damamain (2008-83-028)

Fransisca Tentua (2008-83-045)

Jasmine F. Hatane (2008-83-046)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DI BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2015

1

Page 2: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

A. Karsinoma Nasofaring....................................................................................4

I. Pendahuluan ..........................................................................................4

II. Anatomi ..................................................................................................4

III. Epidemiologi dan Etiologi......................................................................5

IV. Patofisiologi............................................................................................6

V. Manifestasi Klinis...................................................................................8

VI. Diagnosa..................................................................................................8

VII. Klasifikasi................................................................................................9

VIII. Protokol Penaganan KNF........................................................................10

IX. Radioterapi KNF.....................................................................................11

X. Respon Tumor Terhadap Radiasi............................................................12

XI. Prognosis.................................................................................................12

XII. Follow up.................................................................................................13

B. Peran Oksigen Hiperbarik Dalam Pengopbatan Kanker................................13

I. Pendahuluan ...........................................................................................13

II. Oksigen Hiperbarik.................................................................................15

III. Oksigen dan Angiogenesis Tumor..........................................................17

IV. OHB dan Karsinoma Nasofaring ...........................................................19

2

Page 3: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

V. Penelitian Hubungan OHB dalam Treatment Karsinoma Nasofaring....20

VI. Pembahasan.............................................................................................22

VII. Kesimpulan..............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................25

3

Page 4: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

A. Karsinoma Nasofaring

I. PENDAHULUAN

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang

paling banyak dijumpai diantara tumor ganas THT di Indonesia,

dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas,

dengan frekuensi tertinggi (bersama tumor ganas serviks uteri,

tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit), sedangkan

didaerah kepala dan leher menduduki tempat  pertama (KNF

mendapat persentase hampir 60% dari tumor di daerah kepala

dan leher, diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring

16%, dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase

rendah).

II. ANATOMI

Tumor ini berasal dari fossa Rosenmuller pada nasofaring yang

merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi

epitel skuamosa.

4

Page 5: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Gambar 1. Anatomi Nasofaring

III. EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Tumor ini lebih sering ditemukan pada pria dibanding wanita dengan

rasio 2-3:1, dan apa sebabnya belum dapat diungkapkan dengan pasti,

mungkin ada hubungannya dengan faktor genetik, kebiasaan hidup,

pekerjaan dan lain-lain.

Distribusi umur pasien dengan KNF berbeda-beda pada daerah dengan

insiden yg bervariasi. Pada daerah dengan insiden rendah, insisden KNF

meningkat sesuai dengan meningkatnya umur, pada daerah dengan insiden

tinggi KNF meningkat setelah umur 30 tahun, puncaknya pada umur 40-

59 tahun dan menurun setelahnya

5

Page 6: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Ras mongoloid merupakan faktor dominan timbulnya KNF, sehingga

kekerapan cukup tinggi pada penduduk Cina bagian selatan, Hongkong,

Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia.

Dijumpainya Epstein-Barr Virus (EBV), pada hampir semua kasus

KNF mengaitkan terjadinya kanker ini dengan keberadaan virus tersebut.

Selain itu Banyak faktor lain yang sangat mempengaruhi timbulnya

karsinoma nasofaring seperti letak geografis, rasial, jenis kelamin,

pekerjaan, lingkungan kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, dan

lain-lain.

Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin, merokok, terkena paparan asap

polutan seperti asap rokok, dupa, bahan kimia, ventilasi yang buruk, dan

masih banyak lagi merupakan faktor risiko timbulnya karsinoma

nasofaring.

IV. PATOFISIOLOGI

6

EBV

Karsinoma Nasofaring

Genetik Lingkungan

Gambar 2. Bagan Patofisiologi KNF

Page 7: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

1. Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr dapat menimbulkan

beberapa kemungkinan yaitu :

- Sel menjadi mati bila terinfeksi dengan virus epstein-barr dan virus

mengadakan replikasi, atau

- Virus epstein-barr yang menginfeksi sel dapat mengakibatkan

kematian virus sehingga sel kembali menjadi normal atau dapat

terjadi transformasi sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga

mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel sehingga terjadi

transformasi sel menjadi ganas sehingga terbentuk sel kanker

2. Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi

kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat

tertentu relatif menonjol dan memiliki agregasi familial

3. Ikan asin dan makanan lain yang diawetkan mengandung sejumlah

besar nitrosodimethyamine (NDMA), N-nitrospurrolidene (NPYR) dan

nitrospiperidine (NPIP), yang mungkin merupakan faktor karsinogenik

karsinoma nasofaring. Selain itu merokok dan perokok pasif yang

terkena paparan asap rokok yang mengandung formaldehide dan yang

terpapar debu kayu diakui faktor risiko karsinoma nasofaring dengan

cara mengaktifkan kembali infeksi dari EBV.

7

Page 8: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

V. MANIFESTASI KLINIS

Gejala di bagi dalam empat kelompok :

1. Gejala nasofaring sendiri, berupa epistaksis ringan, pilek, atau

sumbatan hidung.

2. Gejala telinga berupa tinnitus, rasa tidak nyaman sampai nyeri di

telinga.

3. Gejala saraf berupa gangguan saraf otak, seperti diplopia, parestesia

daerah pipih, neuralgia trigeminal, paresis/paralysis arkus faring,

kelumpuhan otot bahu dan sering tersedak.

4. Gejala di leher berupa benjolan. Komplikasi berupa metastasis jauh ke

tulang, hati, dan paru dengan gejala khas nyeri pada tulang, batuk-

batuk dan gangguan fungsi hati

VI. DIAGNOSA

Persoalan diagnostik sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan

CT-Scan daerah kepala dan leher, sehingga pada tumor primer yang

tersembunyi pun tidak akan terlalu sulit untuk ditemukan.

Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IgA anti VCA untuk infeksi

virus EBV telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma

nasofaring.

8

Page 9: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi nasofaring.

Biopsi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dari hidung atau dari mulut.

Cunam biopsy dimasukkan melalui rongga hidung menyelusuri konka

media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan

biopsi.

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateter nelaton

yang dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter yang berada di dalam

mulut ditarik keluar dan diklem bersama ujung kateter yang ada di hidung.

Biopsi karsinoma nasofaring umumnya menggunakan analgesik topikal

dengan Xylocain 10%.

VII. KLASIFIKASI

Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang direkomendasikan oleh

WHO pada tahun 1991,hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1) Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous

Cell Carcinoma).

2) Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma). Tipe ini

dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi

(radiosensitive)

9

Page 10: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

VIII. PROTOKOL PENANGANAN KNF

Protokol penanganan KNF yang diajukan oleh Brennan (2003) sebagai

berikut:

Stadium I : Radioterapi dosis tinggi pada tumor primer di

nasofaring dan radiasi profilaktik di daerah leher

Stadium Il :

1) Kemo-radioterapi, atau

2) Radioterapi dosis tinggi pada tumor primer di nasofaring dan

radiasi profilaktik di leher

Stadium III :

1) Kemo-radioterapi, atau

2) Radioterapi dosis tinggi/teknik hiperfraksinasi ditujukan pada

tumor primer di nasofaring dan kelenjar leher bilateral (bila ada)

3) Diseksi leher mungkin dapat dikerjakan misalnya pada tumor

leher persisten atau rekuren asalkan tumor primer di nasofaring

sudah terkontrol

Stadium IV :

1) Kemo-radioterapi, atau

10

Page 11: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

2) Radioterapi dosis tinggi / teknik hiperfraksinasi ditujukan pada

tumor primer di nasofaring dan kelenjar leher bilateral (klinis

positif)

3) Diseksi leher dapat dikerjakan bila tumor leher persisten atau

rekuren asalkan tumor primer di nasofaring sudah terkontrol

4) Kemoterapi untuk KNF stadium IV C

IX. RADIOTERAPI KNF

Radioterapi sampai sekarang masih merupakan terapi pilihan

utama untuk penderita KNF. Radioterapi sebagai terapi utama untuk

KNF yang belum ada metastasis jauh. Radiasi yang diberikan

diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang

kelangsungan hidup penderita : KNF termasuk dalam golongan

penyakit kanker yang dapat disembuhkan dengan penyinaran

(radiocurable), terutama bila masih dini (stadium I, II).

Pertimbangan pemilihan radiasi sebagai pengobatan pilihan

utama untuk KNF terutama didasarkan fakta bahwa secara

histopatologis kebanyakan (75%-95%) KNF dari jenis karsinoma

undifferensiated (WHO tipe 3) dan karsinoma non keratinisasi (WHO

tipe 2) yang sangat radiosensitif.

Alasan lainnya adalah faktor anatomi nasofaring yang terletak

didasar tengkorak dengan banyak organ vital menyebabkan tindakan

11

Page 12: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

pembedahan ekstensif untuk memperoleh daerah bebas tumor (free

margin) sangat sulit dikerjakan.

X. RESPON TUMOR TERHADAP RADIASI

Respon tumor terhadap radioterapi yang diberikan bervariasi,

rata-rata respon secara keseluruhan (overall response rate / ORR)

sekitar 25% - 65%.

Respon radioterapi untuk KNF stadium dini sangat baik yaitu

complete local clearence (RL) untuk T1 sebesar 96% dan T2 sebesar

88%. Pada KNF stadium lanjut, kegagalan radioterapi dalam

memberantas sel kanker secara lokal maupun regional (loco-regional

failure) sangat tinggi yaitu sekitar 40% - 80%.

XI. PROGNOSIS

Angka ketahanan hidup 5 tahun pasca radioterapi konvensional

untuk KNF stadium dini (I, II) cukup tinggi yaitu 76%. Sedangkan

untuk KNF stadium lanjut loko-regional, kurang dari 40%.

XII. FOLLOW UP

Tidak seperti keganasan kepala leher yang lainnya, karsinoma

nasofaring mempunyai resiko terjadinya rekurensi, dan follow up

jangka panjang diperlukan. Kekambuhan tersering terjadi kurang dari

5 tahun, 5-15% kekambuhan sering terjadi antara 5-10 tahun, sehingga

pasien KNF perlu di follow up setidaknya 10 tahun setelah terapi.

12

Page 13: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

B. PERAN OKSIGEN HIPERBARIK DALAM PENGOBATAN KANKER

I. PENDAHULUAN

Keadaan yang hipoksia adalah suatu ciri khas daripada solid tumor

yang menyebabkan tumor mengalami pertahanan diri, angiogenesis,

metabolisme glycolytic, dan metastasis.

Terapi oksigen hiperbarik (OHB) telah banyak digunakan untuk

mengobati berbagai penyakit yang disebabkan kondisi hipoksia dan

iskemia, dengan merangsang kelarutan oksigen didalam plasma dan

meningkatkan pengiriman O2 kedalam jaringan.

Tumor yang hipoksia berkembang dikarenakan kelainan struktual dan

fungsional dari pembuluh darah tumor sehingga menyebabkan tumor dapat

beradaptasi dengan kondisi tersebut untuk meningkatkan pasokan oksigen

Dulunya hipoksia dipercaya sebagai faktor yang membatasi

pertumbuhan tumor dengan mengurangi kemampuan dari sel untuk

membelah. Namun, akhir-akhir ini dilaporkan bahwa hipoksia berperan

dalam patofisiologi yang menyebabkan pertumbuhan tumor. Hipoksia

dilaporkan memberikan respon seluler yang akan meningkatkan oksigenasi

viabilitas yang menyebabkan terjadinya angiogenesis, dan perubahan

metabolisme dengan meningkatkan glikolisis dan regulasi gen yang

berperan dalam apoptosis atau pertahanan tumor. Hipoksia juga dilaporkan

meningkatkan ketidakstabilan genetik, mengaktifkan pertumbuhan yang

invasiv, dan menyebabkan kondisi yang tidak stabil dari sel.

13

Page 14: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Pada kondisi hipoksia dilaporkan telah menginduksi transisi sel kanker dari

sel epitel ke mesenkimal yang menyebabkan sel kanker menjadi invasiv

dan metastasis.

Gambar 3. Pengaruh Kondisi Hipoksia

14

Page 15: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Gambar 4. Patofisiologi Hipoksia Terhadap Transisi Sel Kanker

II. OKSIGEN HIPERBARIK

Oksigen hiperbarik (OHB) adalah suatu cara terapi dimana

penderita harus berada dalam suatu ruangan bertekanan, bernafas

dengan oksigen pada suasana tekanan ruangan yang lebih besar dari 1

ATA yang dilakukan didalam suatu ruang udara bertekanan tinggi.

Efek terapeutik oksigen hiperbarik adalah pada tekanan 2-3 ATA.

Penelitian dengan hewan coba dengan tekanan > 3 ATA menunjukkan

gangguan neurologis berupa kejang.

15

Page 16: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Terapi oksigen hiperbarik menyebkan oksigen larut dalam plasma,

dengan meningkatkan transfer O2 melalui hemoglobin. Seperti pada

jaringan normal, PO2 pada jaringan kanker juga akan meningkat

selama paparan OHB. Elevasi dari PO2 secara klinis dapat terlihat 30

menit setelah paparan OHB.

Terapi hiperbarik memiliki berbagai macam efek terhadap tubuh

manusia. Salah satunya adalah Melancarkan supply oksigen ke

berbagai tempat dalam tubuh yang membutuhkan atau bisa juga

dengan pembentukan pembuluh darah baru atau disebut juga

neovaskularisasi. Hal ini dapat mengubah keadaan hipoksia menjadi

hiperoksia dengan terapi hiperbarik.Keadaan hipoksia terjadi pada

berbagai proses patologis seperti stroke, jaringan iskemik, inflamasi,

serta pertumbuhan tumor.

Oksigen juga dipercaya berperan dalam perbaikan luka, sehingga

lebih tahan terhadap infeksi, mengaktifkan fibroblast, deposisi

kolagen, angiogenesis, dan epitelisasi.Dan yang selama ini masih

ditakutkan adalah efek HBO dalam meningkatkan proliferasi sel

kanker.Nyatanya, setelah dilakukan penelitian secara eksperimental

dan klinis dengan menggunakan berbagai tipe sel kanker yang berbeda

dengan atau tanpa terapi tambahan, OHB tidak menyebabkan

16

Page 17: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

pertumbuhan sel kanker, dan penggunaan OHB pada pasien dengan

keganasan adalah aman.

III. OKSIGEN DAN ANGIOGENESIS TUMOR

1) Pada dasarnya oksigen memang berperan dalam proses

angiogenesis sehingga mempercepat penyembuhan luka, sehingga

kita berpikir bahwa apabila tumor terpapar oksigen maka akan

mempercepat angiogenesis pada tumor yang menyebabkan tumor

bertambah ganas. Nyatanya proses angiogenesis pada jaringan

yang luka dan angiogenesis pada tumor berbeda dalam beberapa

jalur.

2) Perbedaanya terdapat pada makrofag di jaringan luka vs tumor.

Di jaringan luka, makrofag berperan utama dalam menginduksi

proses angiogenesis. Di tumor, makrofag hanyalah salah satu

faktor dari banyak faktor yang lain, dimana mayoritas berasal dari

populasi sel tumor dan stroma di sekelilingnya.

3) Tekanan O2 dalam OHB yang diperlukan untuk sintetis kolagen

dan hidroksilasi pada proses penyembuhan luka hipoksia yang

kronishanya berkisar 30-40 mmHg dan disini terapi OHB hanya

sebagai adjuvant. Mekanisme yang sama tidak dijumpai pada

pembentukan tumor stroma.

4) Proses angiogenesis tumor dan jaringan luka biasa berbeda dalam

hal :

17

Page 18: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Dimana pada jaringan yang luka terdapat negative space,

sehingga pada proses penyembuhannya membutuhkan

jaringan baru untuk mengisi negative space tersebut,

sedangkan untuk sel tumor biasanya sudah tumbuh pada

jaringan yang sudah ada, sehingga pertumbuhan sel tumor

membutuhkan kolagen untuk melarutkan membrane basal

dan jaringan normal sehinggan sel-sel tumor dapat

berkembang dan proliferasi.

Proliferasi jaringan baru pada proses penyembuhan luka

diatur oleh negatif feedback yang membatasi pertumbuhan

jaringan baru apabila sudah cukup. Tetapi pada proliferasi

sel tumor tidak diatur oleh negative feedback sehingga

menyebabkan pertumbuhan sel tumor tidak terkontrol.

Proses neovaskularisasi (arteri-arteriol-kapiler-venule-vena)

pada sel tumor terganggu dan berbeda dengan jaringan yang

mengalami luka biasa. Pada tumor terdapat kapiler dan

arteriovenous yang besar tanpa kapiler penghubung,

sehingga darah mengalir dari satu vena ke vena yang lain.

18

Page 19: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

IV. OHB DAN KARSINOMA NASOFARING

Radioterapi sampai sekarang masih merupakan terapi pilihan

utama untuk penderita KNF. Radioterapi sebagai terapi utama untuk

KNF yang belum ada metastasis jauh. Radiasi yang diberikan

diharapkan dapat memperbaiki kuaiitas hidup dan memperpanjang

kelangsungan hidup penderita : KNF termasuk dalam golongan

penyakit kanker yang dapat disembuhkan dengan penyinaran

(radiocurable), terutama bila masih dini (stadium I, II). Pertimbangan

pemilihan radiasi sebagai pengobatan pilihan utama untuk KNF

terutama didasarkan fakta bahwa secara histopatologis kebanyakan

(75%-95%) KNF dari jenis karsinoma undifferensiated (WHO tipe 3)

dan karsinoma non keratinisasi (WHO tipe 2) yang sangat

radiosensitif. Alasan lainnya adalah faktor anatomi nasofaring yang

terletak didasar tengkorak dengan banyak organ vital menyebabkan

tindakan pembedahan ekstensif untuk memperoleh daerah bebas tumor

(free margin) sangat sulit dikerjakan. Radiasi eksterna (teleterapi) pada

KNF stadium loko-regional harus diberikan dengan dosis yang cukup

tinggi (sekitar 7000 cGy), ditujukan pada tumor primer di nasofaring

dan daerah perluasan maupun metastasisnya di kelenjar getah bening

leher.Radioterapi dikatakan berhasil bila tercapai eradiasi semua sel

kanker yang viable .

19

Page 20: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Penggunaan OHB dengan radioterapi dimaksudkan untuk 2 hal :

(1) sebagai terapi untuk luka akibat radioterapi (2) sebagai

radiosensitizer untuk meningkatkan efek radioterapi.

Radioterapi bisa mematikan sel secara langsung dan tidak

langsung. Efek radiasi terbagi 3 yaitu : efek segera, intermedia, dan

efek lambat. Radioterapi menyebabkan jaringan mengalami jejas

termis berulang yang diiringi oleh respon jaringan terhadap jejas

berupa repair-redistribusi-repopulasi-reoksigenasi. Jaringan tumor

akan mati, sedangkan jaringan normal akan tetap bertahan. Efek

sampingnya jaringan yang hidup yang mendapat radiasi dosis tinggi

akan mengalami hipoksia, hiposelular, dan hipovaskular.

V. PENELITIAN HUBUNGAN OHB DALAM TREATMENT

KARSINOMA NASOFARING

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keadaan hipoksia

mengakibatkan tumor menjadi resisten terhadap terapi radiasi dan

kemoterapi. Keadaan hipoksia mengakibatkan peningkatan dari

metabolisme sel tumor, angiogenesis, pertumbuhan serta metatastasis

tumor.

Terapi hiperbarik meningkatkan sensitifitas radioterapi untuk

membunuh sel kanker. Penelitian menunjukkan bahwa terapi

Hiperbarik dapat menurunkan angka mortalitas dan rekurensi pada

pasien dengan keganasan pada kepala dan leher.

20

Page 21: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Radioterapi dapat menyebabkan perubahan suplai oksigen ke

jaringan yang terkena efek radioterapi. Hal ini dikarenakan radioterapi

memberi pengaruh tidak hanya pada sel kanker, tapi juga sel normal di

sekitar sel kanker. Hal ini menyebabkan terjadinya resiko nekrosis

akibat kurangnya pasokan oksigen. Terapi hiperbarik meningkatkan

suplai oksigen ke daerah tersebut, sehingga terjadi neovaskularisasi

dan jaringan tersebut dapat disembuhkan.

Penelitian membandingkan antara pasien kanker kepala leher post

radioterapi yang diberi terapi hiperbarik dengan tidak diberi terapi

hiperbarik. Hasilnya terjadi penurunan angka kekambuhan serta

berkurangnya efek samping radioterapi pada pasien yang diterapi

dengan terapi hiperbarik.

Percobaan pada tikus yang ditanam tumor di daerah abdomen

dengan menggunakan terapi hiperbarik tanpa disertai dengan terapi

radioterapi dengan tekanan 2,1 ATA dalam waktu 90 menit per hari

selama 8 hari menyatakan tidak ada perubahan dari tumor.

Penelitian utnuk menyembuhkan salah satu efek samping

radioterapi pada pasien karsinoma nasofaring yaitu mandibular

nekrosis dengan terapi hiperbarik pada tekanan 1,9 – 2,5 ATA

menunjukkan keberhasilan yang tinggi pada tekanan 2,4 ATA dalam

waktu 90 menit.

21

Page 22: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

Penelitian untuk melihat efek terapi hiperbarik dikombinasikan

dengan kemoterapi (menggunakan obat 5-Fluorouracil) terhadap

proliferasi dan metastasis karsinoma nasofaring menunjukkan hasil

bahwa pengobatan OHB sederhana setelah 48 jam dan 72 jam dapat

menghambat proliferasi sel karsinoma nasofaring, selain itu terdapat

sinergisme antara terapi hiperbarik dengan pemberian 5-FU setelah

48-72 jam pengobatan dalam menghambat proliferasi sel kanker

nasofaring.

VI. PEMBAHASAN

Sampai saat ini pemberian radioterapi merupakan gold standard

bagi pasien yang menderita karsinoma nasofaring, terutama mereka

yang menderita stadium dini (stadium 1 dan 2), dikarenakan pada

stadium ini, tumor bersifat radiosensitif. Efek radioteapi bagi pasien

yang menderita karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi dua;

1) Manfaat pada pasien post radioterapi

Kita mengetahui bahwa terkadang jaringan yang awalnya normal

dan tumbuh di sekitar sel kanker akanterkena efek radiasi dan

menjadi rusak akibat hipoksia, hiposeluler, dan hipovaskular,

khususnya bagi pasien yang menjalani radioterapi. OHB disini

berperan untuk menyembuhkan luka pada jaringan normal yang

rusak akibat radiasi melalui mekanisme dengan memodulasi nitrit

okside (NO) pada sel endotel. Pada sel endotel ini OHB juga

22

Page 23: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

meningkatkan intermediet vascular endothelial growth factor

(VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi peningkatan NADH yang

memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast yang diperlukan untuk

sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan memacu

kolagen sintesis pada proses remodeling, yang merupakan salah

satu tahap dalam proses penyembuhan luka.

2) OBH meningkatkan sensitivitas radioterapi

Karena pada saat hipoksia sensitivitas sel tumor menurun,

sehingga dengan OHB yang meningkatkan perfusi akan tercipta

kondisi hiperoksia yang menyebabkan sensitivitas sel tumor

meningkat.

Pengobatan pasien dengan stadium 3 dan 4, terapinya berbeda

dengan pasien stadium 1,2. Tidak hanya berfokus pada pemberian

radioterapi, tetapi juga harus dikombinasikan dengan obat-obatan

kemoterapi dan pembedahan. Beberapa peneliti melaporkan

melakukan nasofaringektomi pada penderita KNF. Menurut Wei

(2003) nasofaringektomi terutama di indikasikan untuk KNF stadium

dini yang persisten atau mengalami kekambuhan (rekuren) setelah

menjalani radioterapi dosis lengkap. Pembedahan berupa diseksi

leher radikal (RND) dapat dilakukan bila dijumpai tumor persisten

atau rekurensi di kelenjar leher, dengan persyaratan bila tumor primer

di nasofaring sudah terkontrol.

23

Page 24: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

VII. KESIMPULAN

1. Pemberian radioterapi masih menjadi pilihan utama bagi

penderita karsinoma nasofaring.

2. Berbagai pendapat mengenai pengaruh OHB pada penderita

karsinoma sampai saat ini masih belum jelas.

3. Berbagai penelitian yang ada mengatakan penggunaan OHB

pada pasien kanker sangat aman.

4. Meskipun penggunaan OHB pada beberapa penelitian berhasil

meningkatkan efek untuk membunuh sel kanker, terapi OHB

hanya sebagai adjuvant, terapi untuk pasien kanker harus

dikombinasikan dengan obat-obatan, kemoterapi, hormonal,

dan pembedahan.

24

Page 25: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Majalah Kedokteran Tropis Indonesia Volume 14, Nomor 2, Juli 2003.

2. Damayanti B S, dkk. 2015. Bcl-2 Immunosupression as Radiotheraphy

Response Predictor in Undifferentiated Nasopharynx Carcinoma. Journal of

Medicine and Health. Vol 1. No. 1. Department of Pathology Anatomy

Faculty of Medicine Padjajaran University. Bandung. Hal 1-10.

3. Jain KK, 1996. Text Book of Hyperbaric Medicine. Toronto : Hogrefe and

Huber, p 12-23, p 61-64, p 331-334.

4. Moen Inggrid, E. B. Stuhr Linda. 2012. Hyperbaric oxygen therapy and

cancer-a review. Springer. Norway.

5. Oktaviani, Tisusilo Salean. 2009. Referat Karsinoma Nasofaring.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Kristen

Universitas Indonesia. Jakarta.

6. Hockel Michael, Vaupel Peter.2001.Tumor Hypoxia: Definitions and Current

Clinical,Biologic, and Molecular Aspects. Journal of the National Cancer

Institute (JNCI).

7. Widiasstuti dkk. 2011. Ekspresi protein Cox-2 pada Karsinoma Nasofaring

Respon Tinggi dan Respon Rendah Pasca Radioterapi. JBP. Vol 13. No.2.

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Jawa Tengah. Hal 105-13.

8. J.Feldemeier, U.Carl, K. Hartmann, P.Sminia. UHM 2003. Vol. 30 No 1.

Hyperbaric oxygen amd cancer growth.

25

Page 26: REFERAT HIPERBARIK PADA KARSINOMA NASOFARING.docx

9. Terapi HBOT (Hiperbaric Oxygen Theraphy).

http://elektromedik.blogspot.com/2012/11/terapi-hbot-hiperbaric-oxygen-

theraphy.html

26