Download - Referat Glaukoma Akut Final a4

Transcript
Page 1: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

REFERAT

GLAUKOMA AKUTDISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS DAN MELENGKAPI SYARAT DALAM MENEMPUH

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER

ILMU PENYAKIT MATA RSUD KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH :CLEMENT DREW

406107045

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

PERIODE 21 MARET 2011 – 23 APRIL 2011

SEMARANG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

i

Page 2: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Clement Drew

NIM : 406107045

Universitas : Tarumanagara

Fakultas : Kedokteran Umum

Tingkat : Program Studi Profesi Dokter

Diajukan : 9 April 2011

Bagian : Ilmu Penyakit Mata

Judul : Glaukoma Akut

Bagian Ilmu Penyakit Mata

RSUD Kota Semarang

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui

Ketua SMF Ilmu Penyakit Mata Pembimbing

RSUD Kota Semarang

dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp. M dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp. M

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

ii

Page 3: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh bimbingan dan kasih

karunia-Nya, sehingga penulis sanggup menulis referatnya dengan judul “GLAUKOMA

AKUT“, sehingga referat ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Ilmu Penyakit

Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Semarang periode 21 Maret 2011 sampai dengan 23 April 2011. Selain itu, besar harapan

dari penulis bilamana referat ini dapat membantu proses pembelajaran dari pembaca

sekalian.

Dalam penulisan referat ini, penulis telah mendapat bantuan, bimbingan, dan

kerjasama dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. dr. dr. Jhoni Abimanyu, MM. selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Semarang

2. dr. Djoko Trihadi, Sp.PD FCCP, selaku Ketua Diklat Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Semarang

3. dr. Nanik Sri Mulyani, Sp M, selaku Wakil Direktur bagian Pelayanan Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Semarang dan selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Semarang.

4. dr. Hj. Siar Dyah Priyantini, Sp.M, selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Semarang dan selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Semarang.

5. Ibu Farida Faisal dan Bapak Puriyoso Siswartono selaku staf Poliklinik Mata di Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Semarang

6. Rekan-rekan Anggota Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Semarang periode 21 Maret 2011 sampai dengan 23 April 2011.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

iii

Page 4: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Penulis menyadari bahwa referat ini tidak luput dari kekurangan karena

kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis

mengharapakan kritik dan saran yang bermanfaat untuk mencapai referat yang sempurna.

Akhir kata, semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, April 2011

Penulis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

iv

Page 5: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii

KATA PENGANTAR............................................................................................. iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................1

BAB II. EPIDEMIOLOGI....................................................................................3

BAB III. ETIOLOGI.............................................................................................6

BAB IV. PATOFISIOLOGI....................................................................................7

BAB V. MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS.......................................................9

BAB VI. PEMERIKSAAN...................................................................................17

BAB VII. DIAGNOSIS.........................................................................................15

BAB VIII. DIAGNOSIS BANDING........................................................................22

BAB IX. PENCEGAHAN....................................................................................23

BAB X. PENATALAKSANAAN..........................................................................26

BAB XI. PROGNOSIS........................................................................................37

BAB XII. RINGKASAN........................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................39

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

v

Page 6: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada dasarnya, pengelihatan manusia bergantung dari anatomi bola mata, histologi

jaringan mata, dan fisiologi dari proses pengelihatan itu sendiri. Kelainan dari anatomi bola

mata manusia, contohnya saja anoftalmi, tentu akan menyebabkan kebutaan yang

permanen, sebab secara anatomis, bola mata yang digunakan untuk melihat, tidak

terbentuk. Ataupun kelainan pada jaringan bola mata, contohnya keratitis dengan infiltrat

yang terletak tepat di jalur pengelihatan, tentunya akan mengganggu pembentukan

bayangan yang baik untuk ditangkap retina dan diproses oleh otak manusia. Kelainan dari

fungsi bola mata, contohnya pada glaukoma dimana terjadi penekanan pada saraf optik

sehingga stimulus yang seharusnya dapat disampaikan untuk diproses di otak menjadi

terganggu bahkan sampai menyebabkan kebutaan.1,2)

Pada kesempatan ini, penulis akan membahas mengenai glaukoma, salah satu

kelainan mata yang dimana terdapat kelainan pada ketiga faktor utama yang telah

disebutkan diatas. Glaukoma sendiri berasal dari kata yunani “ glaukos” yang berarti hijau

kebiruan, yang terkesan pada pemeriksaan pupil dari penderita glaukoma.1,2) Glaukoma

merupakan kelainan dimana terjadinya peningkatan tekanan intra okuler yang

menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pengelihatan dari penderita glaukoma.

Namun glaukoma tidak selalu membutuhkan tekanan intra okuler yang lebih tinggi dari

normalnya untuk dapat menimbulkan gangguan pengelihatan, contohnya saja pada

penderita low-tension glaukoma, dimana tekanan intra okuler tidak mencapai batas yang

patut dicurigai glaukoma namun terjadi proses penurunan kemampuan melihat pasien

seperti pada glaukoma yang klasik.

Glaukoma sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan proses

perajalanan penyakitnya, yakni glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

1

Page 7: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Keduanya memiliki tanda dan gejala yang berbeda, namun dasar terapi glaukoma pada

keduanya tetap sama, yaitu menurunkan tekanan intra okuler dari bola mata. Tekanan bola

mata dipengaruhi oleh dua hal, yakni produksi dari aqueos humor dan pengeluarannya.

Penulis akan memfokuskan pembahasan referat in pada glaukoma akut, dimana menurut

patofisiologinya terjadi karena glaukoma sudut tertutup.4)

Pada glaukoma akut, serangannya dapat terjadi secara mendadak disertai dengan

gejala yang sifatnya berat, seperti nyeri yang hebat pada mata yang terkena, penurunan

pengelihatan mendadak, hiperemia pada mata yang terkena, pupil yang cenderung

midriasis, kornea keruh, fotofobi, terdapat halo ketika melihat ke suatu sumber cahaya. Hal-

hal tersebut terjadi secara mendadak dan dapat segera membuat penderita menjadi buta

karenanya. Oleh karena itu, pengenalan tanda dan gejala glaukoma akut merupakan hal

yang harus dimengerti dan dikenali oleh petugas-petugas medis. Jikalau pasien datang ke

fasilitas medis yang kurang lengkap, selekasnya pasien dirujuk ke rumah sakit dengan

fasilitas yang memadai untuk melakukan terapi sedini mungkin untuk meminimalisir

kerusakan yang terjadi.1,2)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

2

Page 8: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB II

EPIDEMIOLOGI

II. 1. EPIDEMIOLOGI

DI indonesia glaukoma kurang dikenal oleh masyarakat, padahal angka kebutaan

yang terjadi karena glaukoma termasuk tinggi. Umumnya pada kelainan glaukoma kronik

atau glaukoma sudut terbuka, penurunan kemampuan melihat dari pasien turun secara

perlahan, sehingga sering kali pasien tidak menyadarinya sampai kerusakan saraf yang

terjadi sudah sangat lanjut. Namun glaukoma akut atau glaukoma sudut tertutup sering kali

juga terlewatkan karena kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam mengenali tanda

dan gejala dari glaukoma akut. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

indonesia menyebabkan pasien menjadi lebih pasif dalam mencari bantuan medis, sehingga

sebagai seorang dokter, harus dapat menjadi seseorang yang proaktif dalam mendeteksi

dan mencegah terjadinya kebutaan karena glaukoma dengan cara melakukan screening

tekanan bola mata secara rutin.3)

Diperkirakan 50000 orang di Amerika Serikat menderita kebutaan karena glaukoma.

Prevalensi glaukoma secara acak pada orang berusia lebih dari 40 tahun adalah 1,5%.

Namun pengaruh ras juga sangat besar, karena prevalensi glaukoma pada orang berkulit

hitam berusia 45-65 tahun, 15 kali lebih besar dari orang berkulit putih.4)

Di Indonesia, glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga, dengan

prevalensi glaukoma sebesar 0,4% dan menyebabkan kebutaan sehingga 0,16% dari

keseluruhan penduduk Indonesia. Ras asia memiliki kecenderungan untuk mengalami

glaukoma sudut tertutup yang lebih besar dibandingkan dengan ras lainnya.5)

Berdasarkan umur, glaukoma akut lebih sering terjadi ketika seseorang sudah

berumur lebih dari 50 tahun dan jarang terjadi bila usiannya dibawah 50 tahun. Ras

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

3

Page 9: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

mongolia, vietnam-amerika, jepang, dan cina memiliki kecenderungan yang lebih besar

dibandingkan dengan ras lainnya.5)

II. 2. FAKTOR RESIKO

Sesuai dengan penyebab terjadinya glaukoma akut, dimana terjadinya

penyempitan bahkan penyumbatan dari sudut pengeluaran aqueous humor, maka ada

faktor-faktor predisposisi yang mempengaruhi prevalensi glaukoma pada ras-ras tertentu.

Contohnya bila seseorang memiliki lensa yang letaknya sangat dekat dengan iris, maka

sudut antara iris dan lensa akan semakin sempit dan mengganggu aliran keluar dari aqueous

humor dan meningkatlah tekanan intra okuler. Dapat juga terjadi pada seseorang yang

memiliki sudut iris dan kornea yang sempit, sehingga proses pengeluaran aqueous humor

juga terhambat.4)

Dapat dijabarkan beberapa faktor resiko yang dapat mendukung terjadinya

glaukoma akut, berikut adalah sebagian dari faktor-faktor yang diketahui mempengaruhi

terjadinya glaukoma akut :

Tekanan darah

Fenomena autoimun

Iris pasien yang tebal

Penuaan

Riwayat glaukoma di keluarga

Miopia berpotensi terjadinya glaukoma sudut terbuka

Hipermetropia berpotensi terjadinya glaukoma sudut tertutup

Operasi yang berkomplikasi

Selain itu, faktor-faktor berikut ini yang akan memperberat perjalanan penyakit

glaukoma, yakni :

Tekanan bola mata, dimana semakin tinggi tekanannya akan semakin berat

dampaknya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

4

Page 10: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Usia yang semakin tua akan membatasi kemampuan kompensasi fisiologis tubuh

Ras kulit hitam umumnya lebih mudah mengalami glaukoma sampai 7 kali

dibandingkan ras berkulit putih

Pada pasien penderita hipertensi, juga cenderung lebih sering mengalami glaukoma

sampai 6 kali lebih sering

Pekerja las juga lebih sering terkena sampai 4 kali lebih sering

Diabetes Mellitus juga meningkatkan resiko hingga 2 kali lebih sering

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

5

Page 11: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB III

ETIOLOGI

Pada dasarnya glaukoma merupakan sebuah keadaan dimana tekanan intra okuler

meningkat melebihi kemampuan kompensasi jaringan saraf dan vaskuler di bola mata hal

tersebut dapat disebabkan oleh dua kemungkinan yaitu terjadinya peningkatan produksi

aqueous humor dan terganggunya proses pengeluaran aqueous humor. Penyebab dari

kedua hal tersebut bisa berbagai macam, namun tetap memiliki dampak yang sama, dimana

terjadinya disc cupping atau penggaungan dari diskus optikus yang pada akhirnya

menyebabkan kebutaan yang permanen.2)

Glaukoma sendiri juga dapat dicetuskan dari penyakit atau keadaan lain, contohnya

seperti uveitis, dimana terjadi proses peradangan dan infiltrasi leukosit pada jaringan

trabekula, sehingga mengganggu proses pengeluaran aqueous humor dan pada orang yang

mengalami katarak stadium imatur, dimana terjadi intumesensi yang menyebabkan lensa

mencembung dan menekan iris ke anterior dan mengobstruksi jalur keluar aqueous humor

ke coa ataupun menyebabkan penyempitan sudut coa.4)

Kelainan anatomis juga dapat mempengaruhi terbentuknya glaukoma, seperti pada

marfan syndrome, dimana terdapat dislokasi lensa.6) Kelainan fisiologis yang dapat terjadi

contohnya pada saat keadaan membaca atau terdapatnya proses akomodasi dan pelebaran

pupil, hal ini akan menyebabkan obstruksi pada jalur sirkulasi aqueous humor.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

6

Page 12: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB IV

PATOFISIOLOGI

Tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi aqueous humor oleh badan

siliar dan hambatan pengeluaran aqueous humor pada jaringan trabekula. Tekanan

intraokuler berperan penting dalam terjadinya glaukoma, karena itu pembahasan mengenai

proses produksi dan pengeluaran aqueous humor sangat penting untuk dapat mengerti

patofisiologi glaukoma akut.3,4)

Aqueous humor merupakan cairan hasil difusi dari plasma darah, dimana ia

memiliki komposisi yang hampir serupa, namun terdapat perbedaan beberapa konsentrasi

zat. Proses difusi dari sirkulasi darah ke dalam rongga coa ini terjadi pada jonjot-jonjot siliar.

Hasil difusi ini akan terkumpul pada rongga cop yang kemudian akan melalui pupil untuk

masuk kedalam rongga coa. Aqueous humor di dalam coa kemudian diserap kembali ke

dalam peredaran darah melalui canalis schlemm dan jaringan trabekula. Terdapat juga

sirkulasi uveoscleral, dimana aqueous humor diserap melalui pembuluh darah uvea dan

sklera.4) Umumnya pada glaukoma sudut terbuka atau glaukoma kronik, permasalahannya

terletak pada jaringan trabekula, sedangkan pada glaukoma sudut tertutup atau glaukoma

akut, permasalahannya terletak pada teretutupnya sudut bilik mata depan sehingga jaringan

trabekula dan canalis schlemmnya terhambat.3,4)

Glaukoma akut terjadi karena penutupan sudut yang terjadi secara tiba-tiba

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler yang tajam, rasa nyeri yang hebat,

pengaburan visus, hiperemi konjungtiva dan palpebra. Serangan glaukoma akut dapat

terjadi pada keadaan yang gelap atau keadaan pupil yang lebar. Umumnya terjadi secara

unilateral, namun terdapat kecenderungan untuk terjadi glaukoma pada mata yang satunya

setelah satu sampai beberapa tahun kemudian.1)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

7

Page 13: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Pemberian obat midriatik juga dapat menyebabkan terjadinya glaukoma akut,

karena proses midriasis menyebabkan penebalan dari iris perifer dan hal tersebut akan

menutup sudut mata dan meningkatkan tekanan intraokuler.4)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

8

Page 14: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB V

MANIFESTASI DAN GEJALA KLINIS

Manifestasi glaukoma berbeda-beda sesuai jenisnya, berikut adalah jenis-jenis

glaukoma dengan penyebab-penyebabnya :

A. Glaukoma Primer :

1. Glaukoma sudut terbuka - disebut juga glaukoma simpleks, glaukoma simpleks

menahun, Bentuk ini adalah yang paling sering dijumpai.

2. Glaukoma sudut tertutup – disebut juga glaukoma sudut sempit

a) Akut

b) Subakut atau menahun

c)Iris plateau

B. Glaukoma Kongenital :

1. Glaukoma kongenital primer, glaukoma bayi, trabekulodisgenesis

2. Glaukoma yang berkaitan dengan anomali kongenital :

a) Glaukoma berpigmen

b) Aniridia

c)Sindrom Axenfeld

d) Sindrom Sturge – Weber

e) Glaukoma bayi yang terbentuknya kemudian

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

9

Page 15: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

f) Sindrom Marfan

g) Neurofibromatosis

h) Sindrom Lowe

i) Mikrokornea atau Megalokornea

C. Glaukoma Sekunder

1. Karena Kelainan Lensa

a) Dislokasi

b) Intumesensi

c)Fakolitik

d) Sindrom Eksfoliasi

2. Karena Kelainan Uvea

a) Sinekia anterior perifer ( SAP ) ( Sudut tertutup tanpa hambatan pupil )

b) Iridosiklitis

c)Tumor

d) Atrofi Iris esensial

3. Karena cedera

a) Perdarahan masif ke dalam bilik mata depan

b) Perdarahan masif ke dalam bilik mata belakang

c)Robekan kornea atau limbus dengan penonjolan iris ke dalam luka

d) Pergeseran akar iris ke belakang pasca benturan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

10

Page 16: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

4. Pascabedah

a) Pertumbuhan epitel ke dalam bilik mata depan

b) Kegagalan restorasi bilik mata depan pasca ekstraksi katarak

5. Berkaitan dengan rubeosis

6. Berkaitan dengan eksoftalmus berdenyut

7. Berkaitan dengan kortikosteroid topikal

8. Penyebab-penyebab glaukoma sekunder lain yang langka

1,2,4,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

11

Page 17: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Seperti yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, etiologi glaukoma dapat

bergantung pada banyak hal, namun pada umumnya sebabnya tidak diketahui secara pasti,

terutama glaukoma primer. Umumnya pasien dengan glaukoma primer memiliki faktor

predisposisi berupa kelainan pertumbuhan bilik mata depan ( goniodisgenesis ),

trabekulodisgenesis, iridodisgenesis, atau korrneodisgenesis. Trabekulodisgenesis

merupakan kelainan dimana terdapatnya membran yang menutupi permukaan trabekula

dan bersifat persisten, dan juga didapatkan iris yang berinsersi pada permukaan trabekula

tepat pada skleral spur atau agak lebih ke depan. Umumnya, glaukoma primer bersifat

bilateral dan tidak selalu simetris dengan sudut bilik mata terbuka ataupun tertutup.1,2)

Pada pasien yang menderita Glukoma primer atau glaukoma simpleks kronik

( glaukoma sudut terbuka ) umumnya pasien tidak memiliki keluhan yang akut atau tidak

menyadari adanya penurunan visus, karena pada glaukoma ini pasien tidak merasakan

gejala apapun sampai pengelihatan yang tersisa hanyalah pengelihatan sentral ( tunnel

vision ). Tanda yang dapat dilihat tentunya ada peningkatan tekanan intraokuler yang tidak

ekstrim, namun sudah cukup untuk membuat penurunan visus yang progresif.6)

Pada glaukoma akut atau glaukoma sudut tertutup terbagi menjadi 4 fase, yakni fase

prodormal, akut, absolut, dan terakhir fase degeneratif :

Glaukoma akut fase prodormal

Pengelihatan menjadi kabur, ketika melihat cahaya dapat melihat halo, mata terasa

berat. Umumnya gejala menghilang ketika pasien beristirahat atau melihat sinar yang

terang, karena miosis pupil akan menyebabkan proses sirkulasi aqueous humor lebih

mudah.

Dapat berlangsung antara 30 menit sampai dengan 2 jam.

Karena serangannya dapat menjadi reda, umumnya pasien akan mencoba mengobati

dirinya sendiri dengan analgetik dan istirahat, tapi perubahan akomodasi akan tetap

ada, sehingga pasien biasanya membutuhkan kacamata dekat yang baru.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

12

Page 18: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Gejala diatas dapat diperberat bergantung pada keadaan pasien, contohnya insomnia,

stress, penggunaan obat midriatik, asupan air yang terlalu banyak.

Fase ini dapat terjadi berulang kali bila mengalami resolusi terus-menerus dengan

intensitas yang semakin berat.

Glaukoma akut fase akut

Penurunan visus yang mendadak

Nyeri yang hebat dengan penjalaran yang sesuai saraf ke V

Mual, muntah

Injeksi silier dan konjungtiva yang ekstensif

Palpebra yang membengkak, kemosis

Kornea keruh

COA dangkal, terdapatnya floaters pada COA

pupil yang cenderung ke arah midriasis

TIO yang sangat tinggi ( dapat mencapai 60-70 mmHg )

Umumnya pasien akan sangat kesakitan, dan biasanya perlu bantuan orang lain

untuk dituntun ke rumah sakit

Serangan ini dapat terjadi secara mendadak dan umumnya terjadi pada malam hari

karena TIO umumnya meningkat sesuai dengan siklus diurnal

Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat penggaungan dari diskus optikus, namun

umumnya bila sedang terjadi fase akut, penilaian sulit dilakukan karena umumnya

korneanya keruh

Pigmen pada iris dapat terlepas dan menyebabkan kekeruhan pada coa dan pada

kornea

Glaukoma fase absolut

Pasien sudah menjadi buta karena kerusakan saraf yang terjadi

Mata pasien sangat keras seperti batu karenan TIO yang sangat tinggi

Dapat terasa nyeri yang terus menerus yang dikenal sebagai absolut dolorosa

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

13

Page 19: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Tanda-tanda kongesti sudah hilang

Kornea dapat jernih atau keruh bila terdapat pigmen-pigmen dari iris

Pupil midriasis dan tidak responsif

Iris menjadi atrofi, kelabu, dan tipis

COA menjadi dangkal dan keruh

Funduskopi menunjukan disc cupping dan atrofi saraf

Glaukoma fase degeneratif

Visus = 0, atau buta

Dapat terjadi resorbsi badan vitreus yang menyebabkan atrofi bulbi

Degenerasi kornea

Dapat terjadi stafiloma pada skelra, dimana bila vesikel-vesikelnya pecah dapat

menimbulkan ulkus kornea yang menyebabkan mudahnya terjadi infeksi sehingga

dapat berlanjut menjadi perforasi, iridosiklitis, endoftalmitis, panoftalmitis, yang

berakhir pada atrofi bulbi

Bisa didapatkan sinekia anterior perifer

1,2,4,6)

Untuk pasien penderita glaukoma sekunder, gejala yang timbul bergantung pada

penyakit yang mendahului, tapi umumnya tercipta glaukoma akut, contohnya pada uveitis,

dimana terjadi infiltrasi leukosit pada jaringan trabekular dan proses peradangan yang

cenderung mempermudah terjadinya sinekia posterior yang kemudian memperberat

tekanan intraokuler. Jadi pada glaukoma et kausa katarak, gejala yang terjadi serupa dengan

glaukoma akut, pada uveitis glaukoma terjadi dengan gejala-gejala peradangan seperti pada

uveitis.4)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

14

Page 20: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

TABEL 1. GLAUKOMA

GLAUKOMA SUDUT

TERTUTUP

GLAUKOMA

SIMPLEKS

GLAUKOMA

INFANTIL

Serangan Dekade ke-5 Dekade ke-6 Bayi

Bilik Mata Depan Dangkal Normal Dalam sekali

Sudut Bilik Mata

DepanSempit Biasanya terbuka Kelainan kongenital

Halo + - -

Papil Ekskavasi bila lanjutDapat terjadi

penggaunganDalam sekali

Tekanan Naik bila diprovokasi Variasi diurnal tinggi Tinggi

Pengobatan Dini, iridektomi

Medikamentosa, bila

gagal dilakukan

operasi filtrasi

Goniotomi

Prognosis Bila dini, baik Sedang-buruk Buruk

1,2,4,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

15

Page 21: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Tabel 2. STADIUM GLAUKOMA AKUT

PRODORMAL AKUT ABSOLUT DEGENERATIF

Visus MenurunSangat

Menurun0 0

Halo + + - -

Konjungtiva Normal/Kemotik Kemotik - -

Injeksi Silier ringan Mixed injection Mixed Injection -

Kornea

Agak keruh

dengan edema

ringan

Keruh dengan

edema beratKeruh

Degenerasi

( keratoplasty

bullosa )

COA Dangkal Dangkal Dangkal

Sinekia anterior

perifer dan

penyebaran

pigmen iris

IrisNormal/sedikit

edemaKelabu, edema

Atrofi, bulat,

pucatAtrofi

Pupil Sedikit melebarMelebar dan

lonjong

Sangat melebar

dan umumnya

berwarna hijau

Sangat melebar

dan hijau

TIO Meningkat Meningkat Meningkat Menurun

1,2,4,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

16

Page 22: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB VI

PEMERIKSAAN

Pada tingkat pelayanan kesehatan mata primer pemeriksaan untuk glaukoam

umumnya hanya menggunakan senter dan lup. Pada pemeriksaan dengan senter dan lup,

umumnya dapat dilihat mata merah, bengkak, berair, dan korena suram karena edema. Bilik

mata depan dangkal dan pupil lebar, pada pemeriksaan ini juga dapat dilihat bila glaukoma

ini disebabkan karena penyakit lain, contohnya pada uveitis ataupun katarak imatur.

Umumnya glaukoma sering kali didiagnosa sebagai radang biasa oleh tenaga medis yang

belum berpengalaman.

Selain dengan mengukur TIO, terdapat berbagai metode pemeriksaan yang lain

untuk menentukan diagnosa glaukoma yakni, pemeriksaan luas lapang pandang, gonioskopi,

funduskopi, tonografi, visus, tes provokasi. Namun lebih dari itu semua, tenaga kesehatan

harus jeli dalam melihat dan mengenali tanda dan gejala glaukoma akut.4)

Visus

Pemeriksaan visus pada glaukoma perlu diberikan perhatian khusus, sebab pada

penderita glaukoma kronik atau glakuoma sudut terbuka, pengelihatan sentral pasien

akan tetap baik sampai tahap lanjut baru pengelihatan sentralnya menghilang.

Fenomena dimana pengelihatan sentral baik namun pengelihatan perifernya buruk,

disbeut dengan tunnel vision.

Tonometri

Tonometri merupakan jenis pemeriksaan yang vital dan selalu dilakukan untuk

penunjang diagnosa glaukoma sebab patofisiologi dan derajat dari glaukoma

bergantung dari peningkatan TIO yang dipengaruhi oleh sirkulasi aqueous humor.

Tonometri sendiri juga dapat dilakukan dengan berbagai alat, misalnya tonometri

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

17

Page 23: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

schiotz, aplanasi goldman, air puff, tono-pen, ataupun hanya dengan menggunakan jari.

Umumnya tekanan bola mata berkisar diantara 10 – 21 mmHg dengan rata – rata 17,3

mmHg, seseorang dikatakan beresiko memiliki glaukoma bila tekanannya lebih dari 23

mmHg dan suspek glaukoma bila lebih dari 25 mmHg. Namun pada pasien tertentu bisa

didapatkan tekanan yang tinggi namun tidak terdapat pengurangan luas lapang

pandang ataupun penggaungan diskus optikus, dan bisa juga tekanannya normal namun

telah terjadi proses pengurangan luas lapang pandang dan ekskavasi diskus optikus.

Schiotz

Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler dengan tonometer schiotz berdasarkan dengan

kelenturan kornea, dimana alat tonometer schiotz diletakan tepat diatas kornea,

dan dengan beban tertentu akan menunjukan skala tahanan dari kornea terhadap

beban tadi. Pemeriksaan ini sangat bergantung dengan ketebalan kornea pasien,

maka umumnya pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunak 2 beban yang

berbeda. Prosedur dari pemeriksaan dengan tonometer schiotz yakni dengan

mempersiapkan pasien berbaring, kemudian meneteskan pantokain 1-2% satu kali,

pasien kemudian diminta untuk terus melihat ke atas dan fokus pada satu titik, lalu

tonometer schiotz diletakan tepat dikornea pasien, lalu pemeriksa membaca skala

schiotz yang ditunjukan dan melihat referensi nilai skala schiotz.

Tonometri digital

Pemeriksaan ini sangat bergantung pada pengalaman dari tenaga medis yang

memeriksa, sebab pada pemeriksaan ini, pemeriksa akan menekan bola mata

pasien dan merasakan tekanan yang ditimbulkan sebagai respon tekanan jari

pemeriksa.

Gonioskopi

Gonioskopi merupakan pemeriksaan dimana pemeriksa mencoba melihat sudut dari

coa pasien. Pada pemeriksaan ini pemeriksa dapat menentukan jenis glaukoma dan

derajat dari penyakit pasien, contohnya pemeriksa dapat melihat adanya PAS

( Peripheral Anterior Synechiae ). Umumnya pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan

menyinari mata pasien dari samping dan melihat iris pasien, bilamana coa dengan sudut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

18

Page 24: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

normal akan menunjukan iris secara keseluruhan terkena sinar, sedangkan pada coa

dengan sudut yang sempit hanya iris bagian sumber sinar yang terkena cahaya. Selain

itu pemeriksaan ini juga dapat menggunakan prisma goniolens yang dapat digunakan

untuk melihat struktur anatomis pada sudut coa, seperti schwalbe line, trabecular

meshwork, canalis schlemm, scleral spur, dan badan siliar.

Funduskopi

Pada pemeriksaan ini, pemeriksa akan menilai tingkat ekskavasi diskus optikus pasien

dan juga keadaan retina pasien. Pada penderita glaukoma, umumnya terjadi

peningkatan cup:disc ratio yang berarti terjadinya disc cupping atau ekskavasi diskus

optikus. Pada retina pasien penderita glaukoma juga dapat dilihat nasalisasi pembuluh

darah, perdarahan peripapiler, dan serat-serat saraf yang mengalami atrofi

Pemeriksaan luas lapang pandang

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kerusakan saraf pasien, dapat

dilakukan dengan perimeter goldman, campimetri, tangent screen. Untuk pemeriksaan

lapang pandang dapat digunakan beberapa tabir seperti layar bjernum untuk visus

sentral dan goldman atau octopus untuk visus perifer. Penurunan luas lapang pandang

bergantung pada derajat kerusakan saraf pasien, dengan skotoma relatif atau absolut

yang terletak pada daerah 30° sentral sebagai gejala paling dini. Kemudian dapat

muncul blind spot dan bertambah luasnya blind spot tersebut. Umumnya pasien tidak

menyadari menghilangnya luas visusnya karena visus sentralnya umumnya terkena

paling akhir.8)

Tonografi

Tonografi mengukur daya pengaliran aqueous humor yang dikeluarkan mata melalui

trabecular meshwork dalam satu kurun waktu tertentu. Cara pemeriksaanya adalah

dengan meletakan tonometer di permukaan kornea selama 4 menit dan tekanan

intraokulernya dicatat dalam sebuah grafik.

Uji Provokasi

Untuk glaukoma sudut terbuka

o Tes minum air

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

19

Page 25: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Penderita diminta berpuasa dan menghentikan medikasi selama 24 jam.

Kemudian diminta meminum air sebanyak 1L air dalam 5 menit. Tekanan

intraokuler kemudian dikur setiap 15 menit selama 1 jam 30 menit. Kenaikan

lebih dari atau sama dengan 8 mmHg dianggap memiliki glaukoma

o Pressure congestion test

Pasien dipasngkan tensimeter pada lengannya dan dipompa sampai 50-60

mmHg selama 1 menit. Setelah itu diukur tekanan intraokulernya, peningkatan

hingga 9 mmHg dianggap mencurigakan dan bila lebih dari 11 mmHg dianggap

patologis

o Kombinasi tes minum air dan pressure congestion

Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestion test,

kenaikan 11 mmHg dianggap mencurigakan dan bila mencapai 39 mmHg

dianggap patologis

o Tes steroid

Diteteskan larutan dexamethasone 3-4 dd gtt I selama 2 minggu. Kenaikan 8

mmHg dianggap mempunyai glaukoma

Untuk glaukoma sudut tertutup

o Tes kamar gelap Siedel

Pada tes ini, pasien diletakan di sebuah kamar gelap, yang akan menyebabkan

mata pasien mengalami midriasis. Midriasis akan menyebabkan blokade outflow

aqueous humor sehingga tekanan intraokuler meningkat. Pasien diminta diam di

dalam ruang gelap selama 1 jam dan dibantu untuk tidak tidur, kenaikan

intraokuler lebih dari 10 mmHg menunjukan glaukoma dan kenaikan sampai 8

mmHg mencurigakan

o Tes membaca

Tes ini dilakukan dengan cara meminta pasien untuk membaca huruf kecil pada

jarak dekat selama 45 menit, kenaikan 10 – 15 mmHg adalah patologis

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

20

Page 26: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

o Tes midriasis

Tes ini dilakukan dengan meneteskan midriatikum pada mata pasien untuk

membuat mata pasien mengalami midiriasis. Tekanan bola mata diukur tiap 15

menit selama 1 jam dan diikuti dengan pemeriksaan gonioskopi. Bila tekanan

bola mata naik mencapai 8 mmHg dianggap mengalami glaukoma sudut sempit.

Namun karena resiko menimbulkan glaukoma sudut akut, tes ini sudah

ditinggalkan.

o Tes bersujud ( prone position test )

Pada pemeriksaan ini, pasien diminta bersujud selama 1 jam, kenaikan TIO

antara 8 – 10 mmHg menunjukan pasien memiliki glaukoma sudut sempit.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

21

Page 27: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB VII

DIAGNOSIS

Diagnosis dari glaukoma berdasarkan dari trias glaukoma, yakni peningkatan TIO,

penurunan luas lapang pandang, dan ekskavasi dari diskus optikus pasien. Pada pasien

dengan glaukoma kronik, umumnya pasien datang ketika derajat penyakitnya sudah lanjut

dan terlambat, karena itu screening rutin pada orang-orang dengan faktor resiko

merupakan salah satu cara pendeteksian dini untuk glaukoma kronik. Pada glaukoma akut,

pasien dapat segera datang atau terlambat, karena pada glaukoma akut didapatkan tanda-

tanda peradangan yang nyata. Diagnosis ditegakan bila pasien datang dengan tanda dan

gejala yang telah disebutkan di bab sebelumnya dan ketika dilakukan pemeriksaan

penunjang ditemukan tanda-tanda glaukoma.4)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

22

Page 28: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB VIII

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding untuk glaukoma akut adalah semua penyakit mata dengan tanda

peradangan yang nyata, contohnya berupa konjungtivitis akut, iridosiklitis akut, keratitis,

skleritis. Namun pada umumnya glaukoma memiliki ciri khas yang khusus, dimana coanya

didapatkan dangkal dan TIO yang sangat meningkat dibandingkan dengan peradangan mata

lainnya.6,8)

Pada uveitis, nyeri yang dirasa tidak sehebat dengan glaukoma akut, selain itu

pupilnya cenderung mengalami miosis dibandingkan dengan glaukoma yang umumnya

mengalami midriasis. Fotofobia pada iridosiklitis lebih hebat dibandingkan glaukoma akut,

selain itu TIO umumnya tidak meningkat sehebat glaukoma, pupil kecil, kornea mengkilat

dan tidak terdapat edema, “flare” serta serbukan sel radang terlihat di coa dan terdapat

injeksi siliar dalam. Penetapan diagnosa antara glaukoma dan iridosiklitis harus jelas, karena

terapi keduanya bertolak belakang.6)

Pada konjungtivitis akut, nyeri bisa tidak ada atau ringan dan umumnya visus

pasien tidak menurun. Terdapat sekret pada konjungtivitis dan injeksi kongjuntiva tapi

umumnya tidak terdapat injeksi silier. Pupil normal, kornea jernih, dan TIO umumnya tidak

meningkat.6)

Pada keratitis, visus penderita dapat menurun bergantung pada jenis dan letak dari

infiltratnya. Terdapat injeksi silier, pupil normal, coa normal dan TIO juga umumnya normal.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

23

Page 29: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

Tabel 3. DIAGNOSIS BANDING GLAUKOMA AKUT

Konjungtivitis

akutIridosiklitis akut Keratitis Glaukoma akut

Riwayat

penyakitGatal, ngeres Sakit Sakit Sakit

Fotofobi - + + +

Sakit Ringan SedangSedang sampai

berat

Berat dan

menyebar

Serangan Perlahan Perlahan Perlahan Akut

Visus NormalMenurun atau

normal

Dapat menurun

atau normalSangat menurun

Injeksi Konjungtiva Silier Silier Mixed injection

Sekret

Mukoid,

purulen, serous,

mukopurulen

- - -

Kornea JernihKeratik

presipitat

Infiltrat /

fluorescein +Edema

Suar / flare - ++ + / - -

Pupil Normal Miosis Miosis Midriasis

Iris Normal Muddy Normal Abu-abu hijau

COA NormalDalam dan

keruhNormal

Dangkal dan

keruh

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

24

Page 30: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

TIO NormalDapat menurun

atau meningkatNormal

Sangat

meningkat

Gejala sistemik - - - Mual, muntah

Pemeriksaan

sekret

Bisa didapatkan

kuman

penyebab

-

Bisa didapatkan

kuman

penyebab

-

Pengobatan AntibiotikSteroid +

sikloplegik

Antibiotik +

sikloplegik

Miotikum, CAI,

pembedahan

Uji Kultur - Sensibilitas Tonometri

1,2,4,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

25

Page 31: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB IX

PENCEGAHAN

Pada umumnya glaukoma dapat terjadi secara tiba-tiba bergantung dari faktor-

faktor resiko yang dimiliki pasien, yang dapat dilakukan adalah peningkatan pengetahuan

mengenai glaukoma dan melakukan screening rutin untuk orang-orang dengan faktor

resiko. Selain dari kesigapan tenaga medis, dapat juga dilakukan iridektomi untuk

mempermudah aliran aqueous humor dari cop ke coa.1,2,4,6)

Saran-saran pencegahan yang dapat diberikan berupa nasihat, seperti pasien

diminta untuk menjaga emosi, karena emosi dapat menimbulkan serangan akut, membaca

dekat dapat menyebabkan serangan akut, pengunaan obat simpatomimetik yang tidak

diawasi juga dapat menyebabkan glaukoma, dan berbagai aktivitas yang membebani mata

seperti menonton tv dan banyak membaca.1,2)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

26

Page 32: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB X

PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan untuk glaukoma akut adalah pembedahan, namun

untuk persiapan pembedahan harus menurunkan tekanan intraokuler terlebih dahulu

sebelum dilakukan prosedur, terapi yang diberikan juga memiliki perbedaan pada tingkat

pelayanan kesehatan yang berbeda, yakni :

PELAYANAN KESEHATAN MATA PRIMER ( PEC )

Pertolongan pertama adalah menurunkan TIO secepatnya dengan memberikan

serentak obat-obatan yang terdiri dari :

o Asetazolamide HCl 500 mg dilanjutkan 4 x 250 mg/hari

o KCl 0,5 gr 3 x sehari

o Timolol 0,5% 2 x 1 tetes sehari

o Tetes mata kombinasi kortikosteroid + antibiotik 4 – 6 x 1 tetes sehari

o Terapi simptomatik

Rujuk segera ke dokter spesialis mata atau pelayanan tingkat sekunder dan tersier

setelah diberikan pertolongan pertama tersebut

PELAYANAN KESAHATAN MATA SEKUNDER ( SEC )

1. Glaukoma akut sudut tertutup primer

Penatalaksanaannya dapat dibagi dalam 4 tujuan, yakni :

i. Segera menghentikan serangan akut dengan obat-obatan ( medikamentosa

inisial )

ii. Melakukan iridektomi perifer pada mata yang mengalami serangan sebagai

terapi definitif ( tindakan bedah inisial )

iii. Melindungi mata sebelahnya dari kemungkinan serangan akut

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

27

Page 33: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

iv. Menangani sequelae jangka panjang akibat serangan serta jenis tindakan

yang dilakukan

Ad 1. Medikamentosa inisial

Terapi medikamentosa segera

Penderita segera diberikan kombinasi obat-obatan :

o Pilokarpin 2% 1 tetes tiap ½ - 1 jam pada mata yang mengalami serangan dan

3 x 1 tetes pada mata sebelahnya

o Timolol 0,5% 2 x 1 tetes per hari

o Kombinasi kortikosteroid dan antibiotik 6 x 1 tetes / hari

o Asetazolamide 500 mg diikuti 4 x 250 mg, KCl 3 x 0,5 gr / hari

o Obat hiperosmotik dapat diberikan bila penderita dirawat, berupa gliserin

50% 3 x 100 – 150 cc ( sesuai dengan berat badan ) oral / hari

o Obat-obat simpatomatik

Ad 2. Tindakan bedah inisial

Setelah 24 jam pemberian medikamentosa

Iridektomi perifer pada mata yang bersangkutan

Ad 3. Terapi medikamentosa pada mata sebelahnya ( Fellow eye )

Terapi pilokarpin 1 – 2% 1 tetes / hari sampai iridektomi pencegahan dilakukan

Ad 4. Glauoma residual

Dapat diberikan terapi medikamentosa dan bila TIO tetap belum normal maka

dilakukan trabekulotomi

2. Glaukoma akut sekunder

Pengobatan glaukoma akut sekunder adalah segera menurunkan TIO dan mengobati

penyakit penyebabnya atau mekanismenya baik dengan terapi medikamentosa atau

terapi bedah.

PELAYANAN KESEHATAN MATA TERSIER ( TEC )

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

28

Page 34: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

1. Glaukoma akut sudut tertutup primer

Penanganannya mirip dengan penanganan di fasilitas sekunder

i. Medikamentosa inisial

ii. Tindakan bedah inisial

iii. Tindakan iridektomi perifer dapat dilakukan dengan bedah insisional atau laser

argon-YAG atau diode. Tindakan tersebut dapat didahului dengan

gonioplasti/iridoplasti

iv. Terapi bedah trabekulotomi, bila iridektomi perifer tidak efektif

2. Glaukoma akut sekunder

Penanganannya mirip dengan penanganan pada fasilitias sekunder

Sebelum diputuskan untuk melakukan pembedahan, harus diupayakan menurunkan

tekanan intraokuler dengan obat-obatan semaksimal mungkin. Tujuan pengobatan adalah

untuk mencegah berlanjutnya gangguan pengelihatan atau lapangan pandang pengelihatan

yang telah hilang pada glaukoma tidak akan dapat menjadi normal kembali. Tekanan yang

direndahkan tidak berarti memperbaik pengelihatan, akan tetapi bertujuan

mempertahankan sisa pengelihatan agar kebutaan tidak terjadi. Obat-obatan yang biasanya

digunakan adalah osmotik, miotik, dan asetazolamide. 1,2,4,6)

Pengobatan glaukoma akut harus segera berupa pengobatan topikal dan sistemik.

Tujian pengobatan pada serangan glaukoma akut ialah merendahkan tekanan bola mata

secepatnya kemudian bila tekanan bola mata normal dan mata tenang dilakukan

pembedahan. 1,2,4,6)

Agen hiperosmotik, misalnya urea, manitol, dan gliserin digunakan untuk

menurunkan tekanan intraokuler dengan membuat plasma hipertonis terhadap cairan mata.

Obat-obatan ini biasanya digunakan pada penatalaksanaan glaukoma ( sudut tertutup )

akut, dan kadang-kadang pada pra- dan pasca bedah apabila tekanan intraokuler harus

diturunkan. Gliserin ( gilserol ) yang diberikan secara oral, 1 ml/kg BB dalam larutan 50%

dicampur dengan air jeruk dingin, hampir selalu dapat mengatasi serangan akut karena

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

29

Page 35: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

plasma darah menjadi hipertonis dan manarik cairan dari mata. Bila pengobatan dengan

gliserin tidak berhasil atau bila penderita mual, bisa diberikan manitol hipertonis ( 20% )

intravena 1,5 – 3 gr/kg BB yang mungkin efektif, hati-hati kelainan ginjal. 1,2,4,6)

Miotik berguna untuk mengalirkan cairan mata keluar bola mata, contohnya

pilokarpin, karbakol, phospholine iodide. Pilokarpin 2% 2 tetes tiap 15 menit selama

beberapa jam, akan menciutkan pupil dan menarik iris dari trabekel, sehingga memungkinan

cairan mata mengalir keluar lagi ( kecuali jika telah terjadi perlekatan menetap ). Karbakol

mempunyai efek yang sama dengan pilokarpin dan dipergunakan bila toleransi terhadap

pilokarpin berkurang. Karbakol memiliki efek yang lebih lama dibanding pilokarpin. Namun

pemberian miotika juga dapat menimbulkan efek samping bagi penderita. Miotika

memberikan keluhan sakit periorbita, sakit di daerah dahi, dan dalam mata, yang hilang

setelah beberapa hari. Penglihatan kabur disertai rabun jauh. Akibat miotika mengecilkan

pupil dan terjadi gangguan melihat di tempat gelap sehingga pasien sering mengeluhkan

pengelihatan redup terutama di malam hari. Miotika dapat memberikan keluhan hidung

tersumbat, berkeringat, ngiler, dan keluhan gastrointestinal. Jarang terjadi ablasi retina,

kecuali pada miopia. Ocusert yang merupakan membran pilokarpin yang ditaruh dibawah

konjungtiva dan diganti setiap 5 hari kurang memberikan gejala pengelihatan kabur.

Pilokarpin gel yang dipakai waktu tidur kurang mempunyai efek mengecilkan pupil. Efek

samping pilokarpin pada mata adalah rasa pedas, iritasi lokal, dan sakit pada mata. 1,2,4,6)

Mata yang tidak dalam serangan juga diberikan miotik untuk mencegah serangan.

Perawatan pada mata yang tidak menunjukan gejala dilakukan dengan miotik bila mata

sebelahnya masih dalam serangan akut. Iridektomi dipertimbangkan bila mata yang

mendapat serangan sudah tidak terancam lagi. 1,2,4,6)

Bila penderita merasa mual, bisa diberikan asetazolamide ( diamox ) 500 mg IV yang

disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang. Asetazolamide

termasuk dalam golongan penghambat anhidrase karbonik. Efek penghambat anhidrase

karbonik di dalam badan siliar adalah mengurangi sekresi cairan mata. Penggunaan CAI oral

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

30

Page 36: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

terutama berkhasiat dalam menurunkan tekanan intraokuler pada kasus – kasus glaukoma

sudut terbuka selektif dan dapat dipergunakan pada glaukoma sudut tertutup dengan

beberapa efek. CAI memberikan efek samping diuresis dan rasa kesemutan pada ujung jari

kaki dan tangan yang hilang dalam beberapa hari. Kulit gatal, merah, dan dermatitis

eksfoliatif. Dapat terbentuk batu ginjal dan anemia aplastik. Hilang kalium akibat pemakaian

bersama digitalis, steroid, atau diuretik klortiazid. Depresi, lelah, letargi dapat terjadi tanpa

disadari. Dapat pula terjadi keluhan gastrointestinal, diare, asidosis, pernapasan pendek,

impotensi, dan berat badan menurun. 1,2,4,6)

Anestesi retrobulbar xylocaine 2% dapat mengurangi produksi aqueous humor selain

mengurangi rasa sakit. Rasa sakit yang sangat dapat dikurangi dengan pemberian morfin 50

mg subkutis. Biasanya dengan pengobatan ini tekanan bola mata turun sesudah 30 menit

atau bebrapa jam kemudian. 1,2,6)

Dapat diberikan pula tetes mata kortikosteroid dan antibiotik untuk mengurangi

reaksi inflamasi. Dan bila perlu diberikan analgesik dan antiemetik. 10)

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi TIO dan keadaan

matanya. Bila TIO tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya diberikan infus manitol

20%, 300-500 ml, 60 tetes/menit. Bila jelas menurun, operasi ditunda sampai mata lebih

tenang dengan tetap memantau TIO. Jenis operasi, iridektomi, atau filtrasi ditentukan

berdasarkan hasil pemeriksaan gonioskopi setelah pengobatan medikamentosa. Sebagai

pencegahan dilakukan juga iridektomi perifer pada mata sebelahnya. 10)

Serangan glaukoma akut biasanya terjadi unilateral. Nasib mata sebelahnya yang

masih sehat menurut beberapa laporan terdapat resiko 60% terjadinya glaukoma akut

dalam 5 tahun mendatang. Ini merupakan alasan untuk melakukan iridektomi perifer

preventif. 1,2,4,6)

Harus dicari penyebabnya pada bentuk sekunder dan diobati sesuai penyebabnya.

Dilakukan operasi hanya bila perlu dan jenisnya bergantung penyebab. Misalnya pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

31

Page 37: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

hifema dilakukan parasentesis, pada kelainan lensa dilakukan ekstraksi lensa, pada uveitis

dilakukan iridektomi atau operasi filtrasi. 10)

Meskipun tindakan pembedahan dapat ditunda beberapa jam untuk memberi

kesempatan kepada kornea agar menjernih, namun pembedahan tetap diperlukan, baik

tekanan sudah bisa diturunkan maupun belum. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada

mata dengan glaukoma sudut sempit karena srangan akan berulang lagi pada suatu saat.

Tindakan pembedahan dilakukan pada saat TIO sudah terkontrol, mata tenang, persiapan

pembedahan sudah cukup. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas terlebih dahulu

tentang bedah laser pada glaukoma. Bedah laser dilakukan pada berbagai jenis glaukoma

dan dapat dilakukan sebagai tambahan pengobatan medis. Susunan mata yang terdiri atas

kornea yang jernih akan mengakibatkan mudahnya sinar laser diarahkan pada jaringan yang

akan diperbaiki di dalam mata. Bedah laser dapat memberikan hasil cepat, sederhana, yang

biasanya tidak sakit. Beberapa pendapat terakhir pada glaukoma pengobatan dini dapat

dimulai dengan bedah laser ini. Pada kasus tertentu, bedah laser tidak dipertimbangkan

karena bila pengelihatan menurun dengan cepat dan pengobatan laser gagal menurunkan

tekanan bola mata maka pembedahan adalah cara yang terbaik untuk pasien. 5)

Bedah laser untuk glukoma sudut tertutup adalah iridotomi laser. Pada glaukoma

sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengaliran keluar cairan dari bilik mata belakang

melalui pupil ke bilik mata depan. Iridotomi merupakan suatu tindakan bedah glaukoma

yang paling sering dilakukan pada glaukoma. Tindakan laser dilakukan untuk mendapatkan

lubang pada bagian iris yang berwarna. Pada keadaan ini dibuat sebuah lubang kecil pada

selaput iris perifer. Iridektomi laser adalah prosedur yang terbaik dilakukan pada glaukoma

sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup secara rutin tidak dipakai obat tetes mata

kecuali bila tekanan tinggi. Pada keadaan akan kemungkinan terjadinya glaukoma sudut

tertutup maka dilakukan iridotomi perifer. 5)

Beberapa pendapat terakhir menyatakan bahwa pengobatan dengan laser

merupakan pilhan alternatif yang efektif dibandingkan dengan pemberian medikamentosa

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

32

Page 38: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

sebagai pengobatan dini glaukoma. Tidak ada satupun dari laser atau obat yang merupakan

pengobatan ampuh untuk glaukoma. Efek samping pengobatan laser setelah bertahun-

tahun tidaklah nyata, berlainan dengan pemakaian obat pada glaukoma akan memberikan

efek samping yang mengganggu. 5)

Beberapa penderita glaukoma tidak dapat diatasi dengan pengobatan tetes mata,

tablet, dan laser untuk menurunkan tekanan bola mata. Keadaan ini dapat ditolong dengan

tindakan bedah untuk menurunkan tekanan bola mata. Tujuan pembedahan pada glaukoma

adalah membuat filtrasi jalan keluar air mata. Pemilihan jenis operasi yang baik untuk setiap

pasien bergantung pada banyak faktor seperti tipe dan beratnya glaukoma yang diderita

pasien. Setiap tindakan bedah, maka operasi glaukoma dapat saja membverikan penyulit

atau komplikasi, misalnya infeksi, perdarahan, perubahan tekanan bola mata yang tidak

diharapkan., dan bahkan hilangnya pengelihatan. 1,2,6)

Pembedahan pada glaukoma terdiri dari iridektomi perifer, siklodestruksi, dan bedah

filtrasi. Yang termasuk bedah filtrasi pada glaukoma adalah iridenkleisis, transfiksi, trepanasi

elliot, sklerotomi, trabekulotomi. Bedah filtrasi dilakukan pada glaukoma sudut tertutup

atau pada glaukoma sudut terbuka yang tidak taat pada pengobatan medikamentosanya. 1,2,6)

Iridektomi perifer dilakukan pada glaukoma akut fase prodormal, juga pada stadium

akut yang baru terjadi sehari ( glaukoma kongestif akut dini ) jadi belum ada sinekia anterior

perifer. Juga dilakukan pada mata sebelahnya sebagai tindakan pencegahan. Bila pada satu

mata didapatkan glukoma absolut, pada mata sehatnya dilakukan iridektomi perifer sebagai

tindakan pencegahan. Pada umumnya dipakai sebagai pegangan, hasil dari tonografi

tonometri. Bila tekanan dibawah 21 mmHg dengan hasil tonografi C = 0.13 atau lebih, maka

dilakukan iridektomi perifer. Prinsip iridektomi perifer adalah dibuat lubang di bagian perifer

iris. Maksudnya adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi perifer ini biasanya

dibuat di sisi temporal atas. Pada tindakan ini dibuat insisi kornea pada bagian perifer. Pada

tempat insisi kornea ini iris dipegang dengan pinset lalu ditarik keluar. Iris yang keluar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

33

Page 39: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

digunting. Pada iris akan didapatkan celah untuk mengalirnya cairan bilik mata dari cop ke

coa. Ada pula yang melaukan iridektomi setelah dibuat flap konjungtiva dan sayatan

korneoskleral. 1,2,6)

Pada glaukoma masalahnya adalah terdapatnya hambatan filtrasi ( pengeluaran )

cairan mata keluar bola mata yang tertimbun dalam mata sehingga TIO meningkat.

Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah berlangsung lama atau penderita

sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik. 1,2,6)

Iridenkleisis merupakan iridektomi totalis disertai dengan pembuatan lubang pada

sklera. Pada operasi iridenkleisis dibuat flap konjungtiva kemudian dilakukan sayatan kornea

di jam 12, melalui luka ini iris dijepit dan ditarik keluar, lalu dipotong dan dijepit di luka

kornea. Konjungtiva kemudian dijahit kembali. Cairan bilik mata berjalan dari COA melalui

luka iridenkleisis, masuk ke subkonjungtiva. Pada mata tampak koloboma pada iris dan pupil

tampak sebagai lubang kunci yang terbalik, dapat menimbulkan astigmatisme, sehingga

dapat menimbulkan penurunan visus. Juga katarak dipercepat terjadinya kurang lebih 2 – 3

tahun. Kalau tensi baik setelah 6 bulan, maka akan terus membaik. 8)

Transfiksi dilakukan pada glaukoma akibat terdapatnya iris bombé yang disebabkan

oleh seklusio pupil. Tindakan yang dilakukan adalah dengan memakai pisau transfiksi

ditembus bagian-bagian iris yang bombé. Pada keadaan ini maka akan terbuka pengaliran

cairan bilik mata belakang ke bilik mata depan. 1)

Pada operasi trepanasi elliot dibuat sebuah lubang kecil berukuran 1.5 mm di daerah

korneo-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar aqueous humor

mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva. 3)

Pada operasi sklerotomi scheie diharapkan terjadi pengaliran langsung cairan bilik

mata depan ke bawah konjuntiva. Tindakan yang dilakukan adalah membuat flap

konjungtiva di limbus atas, dan membuat insisi ke dalam bilik mata depan. Untuk

mempertahankan insisi ini tetap terbuka, maka scheie melakukan kauterisasi di tepi luka

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

34

Page 40: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

insisi. Kemudian flap konjungtiva ini ditutup. Pada akhir operasi maka akan terjadi filtrasi

cairan ke bawah konjungtiva. 1)

Trabekulotomi merupakan tindakan pembedahan dimana trabekulum diangkat

sehingga cairan bilik mata depan mengalir langsung ke dalam kanal schlemm. Pada

pembedahan ini dibuat flap konjungtiva di bagian atas dan dibuat flap sklera sebesar 4x4

mm dengan dasar di bagian kornea atau sentral. Sejajar dengan keduat tepi kanal schlemm

dibuat sayatan 2 mm sehinggal canal schlemm terangkat sepanjang 2 mm. flap sklera dijahit

kembali dan demikian pula flap konjungtiva. Mungkin akibat tindakan ini terjadi

pengeluaran cairan bilik mata depan melalui kanal schlemm langsung, filtrasi pada sklera,

merembesa ke bawa konjungtiva ataupun mengalir melalui suprakoroid akibat terjadinya

siklodialisis akibat manipulasi operasi. 1,2,6)

Pada siklodialisis diharapkan cairan bilik mata depan masuk ke dalam suprakoroid

dan cairan ini diserap oleh jaringan suprakoroid. Tindakan yang dilakukan ialah dengan

membuat flap konjungtiva terlebih dahulu dan kemudian dilakukan insisi 5 mm dari limbus

sehingga terlihat jaringan koroid. Ke daerah suprakoroid ini dimasukan spatula yang

berjalan menuju bilik mata depan dan dilepaskan jaringan badan siliar dengan sklera

diatasnya. Akibat tindakan ini cairan bilik mata akan masuk langsung ke dalam suprakoroid

dan diserap pembuluh episklera. 5)

Pada saat ini dikenal juga operasi dengan menanam bahan penolong pengaliran

( implant surgery ). Pada keadaan tertentu tidak mungkin untuk membuat filtrasi secara

umum sehingga perlu dibuatkan saluran buatan ( artificial ) yang ditanamkan ke dalam mata

untuk drainase cairan mata keluar. Beberapa ahli berusaha membuat alat yang dapat

mempercepat keluarnya cairan dari bilik mata depan. 5)

Telah dibicarakan upaya mengalirkan cairan bola mata yang berlebihan dengan

melakukan tindakan bedah filtrasi. Tindakan lain adalah mengurangi produksi cairan mata

oleh badan siliar yang masuk ke dalam bola mata. Diketahui bahwa cairan air mata ini

dikeluarkan terutama oleh pembuluh darah di bagian siliar dalam bola mata. Pada

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

35

Page 41: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

siklodestruksi dilakukan pengerusakan sebagian badan siliar sehingga produksi cairan mata

berkurang. 5)

Pembedahan alternatif yang dapat dilakukan pada glaukoma sudut tertutup adalah

trabekuloplasti laser. Trabekuloplasti laser dilakukan dengan membakar daerah anyaman

trabekulum yang akan mempercepat pengaliran cairan mata keluar. Tindakan ini dilakukan

dengan berobat jalan dimana tindakan laser memakan waktu tidak lebih dari 1 jam, tanpa

memberikan rasa sakit. 5)

Pasca bedah pasien harus memakai penutup mata dan mata yang dibedah tidak

boleh terkena air. Untuk sementara pasien pasca bedah glaukoma dilarang bekerja berat.

Tindakan operatif dilakukan bila TIO yang tinggi sudah dapat ditenangkan. Bila operasi

dilakukan ketika TIO masih tinggi dapat menyebabkan glaukoma maligna, di samping adanya

kemungkianan prolaps dari isi bulbus okuli dan pendarahan. Segera setelah operasi, TIO

menjadi sangat tinggi , lensa, iris, dan pupil terdorong ke depan, sehingga aquous humor

terkumpul di bilik mata belakang dan badan kaca. Penutupan pupil dan sudut bilik mata

depan membuat keadaan menjadi bertambah buruk lagi. Prognosis untuk pengelihatannya

buruk. 1,2,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

36

Page 42: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB XI

PROGNOSIS

Glaukoma akut adalah sebuah penyakit yang dapat menimbulkan kebutaann bila

tidak ditangani dengan cepat dan tepat, bila pasien dapat diberikan penanganan yang tepat

maka prognosisnya baik. Bila terjadi kelalaian dalam pemberian terapai untuk penderita

glaukoma akut, besar kemungkinan terjadinya kebutaan, bila tidak, bisa terjadi glaucom

flecken, sinekia, dan yang berujung pada kerusakan permanen organ mata.1,2,4,6)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

37

Page 43: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

BAB XII

KESIMPULAN

Glaukoma akut merupakan penyakit yang tergolong darurat dengan potensi

menurunnya angka kualitas hidup. Glaukoma akut juga sering kali terlewati oleh

ketidakcakapan tenaga medis yang memeriksa dan kurangnya pengetahuan masyarakat

mengenai penyakit ini. Pada ras asia jenis yang terjadi adalah glaukoma sudut tertutup atau

yang akut. Selain itu pada orang-orang dengan faktor predisposisi anatomis juga lebih

mudah mengalami glaukoma.

Glaukoma merupakan penyakit dengan trias yang khas, yakni peningkatan TIO,

penurunan lapangan pandang, dan ekskavasi dari diskus optikus. Patofisiologi dasarnya

adalah terjadinya peningkatan produksi aqueous humor atau pengurangan proses

pengeluarannya dari COA. Berdasarkan besar sudutnya dibagi menjadi dua, yakni sudut

terbuka yang bersifat kronis dan sudut tertutup yang bersifat akut.

Glaukoma akut dibagi menjadi 4 tahap, yakni fase prodormal, akut, absolut, dan

degenratif. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda.

Tanda dan gejala dari glaukoma akut berupa visus turun mendadak, mata merah,

pupil yang cenderung midriasis dan berbentuk lonjong, nyeri kepala yang hebat, mual

muntah, kornea dan COA yang keruh, ekskavasi diskus optikus, penurunan luas lapangan

pandang pasien. Terapi terpenting berupa tindakan pembedahan dengan medikamentosa

untuk menurunkan TIOnya terlebih dahulu. Obat-obatan yang dapat dipakai berupa

parasimpatomimetik seperti pilocarpine, antagonis protaglandin seperti latanoprost, CAI

seperti asetazolamide, hiperosmotik seperti gliserin 50%.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

38

Page 44: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Mata Merah Dengan Visus Menurun. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi

Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005; 6 :

91 – 4

2. Ilyas S. Mata Merah Dengan Pengelihatan Turun Mendadak. Ilmu Penyakit Mata Edisi

Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005; 6 :

167 – 8

3. Ilyas S, Maliangkay H, Taim HGB, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS. Glaukoma.

Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum Dan Mahasiswa Edisi Kedua. Jakarta :

Sagung Seto ; 2002 ; 15 : 239 – 62

4. Vaughan DG, Asbury T. Glaucoma. General Ophtalmology 17th Edition. Connecticut :

Appleton Lange ; 2008 ; 11 : 212 – 27

5. Ilyas S. Kerusakan Saraf Mata Akibat Glaukoma. Glaukoma Tekanan Bola Mata Tinggi

Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung Seto ; 2007 ; 7 : 19-22

6. Wijana N. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keenam. Jakarta : Sagung Seto ;

1993 ; 12 : 167 – 87

7. Ilyas S. Glaukoma Akut. Kedaruratan Dalam Mata. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia ; 2000 ; 2 : 97 – 100

8. Ilyas S. Glaukoma. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua.

Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2006 : 179-223

9. Gondhowiardjo TD, Simanjutntak GWS. Glaukoma Akut. Panduan Manajemen Klinis

Perdami. Jakarta : CV ONDO ; 2006 ; 7 : 36 – 40

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

39

Page 45: Referat Glaukoma Akut Final a4

Glaukoma Akut Clement Drew (406107045)

10. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani Wi, Setiowulan W. Ilmu Penyakit Mata.

Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia ; 2000 ; 2 : 59-60

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 21 Maret 2011 – 23 April 2011

40