BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Esofagitis adalah peradangan dari esofagus. Esofagitis sering terjadi pada
orang dewasa. Penyebab dari esofagitis ini sendiripun bermacam – macam.
Pembagian penyebab di latar belakangi oleh jenis dari esofagitisnya sendiri.
berdasarkan jenis dari esofagitisnya terdapat 4 macam esofagitis yaitu esofagitis
reflux, esofagitis infeksi, esofagitis karena bahan kimia dan esofagitis basa. Jenis
esofagitis yang paling sering terjadi adalah esofagitis reflux, sedangkan esofagitis
infeksi biasanya terjadi pada pasien yang mengalami penurunun kekebalan tubuh.
Prognosis dari esofagitis biasanya baik. Tetapi pada pasien yang mengalami
penurunan sistem imun dapat terjadi komplikasi – komplikasi lain yang jarang sekali
terjadi pada pasien yang tidak mengalami kelainan pada sistem imunnya, seperti
perforasi dari esofagus, atau pada esofagitis infeksi, mikroorganisme penginfeksi
dapat masuk ke peredaran darah.(3)
Upper Gastro Intestinal Tract terdiri dari esofagus, gaster/maag dan
duodenum (OMD). Untuk mendapatkan gambaran OMD, kita tidak dapat
menggunakan foto polos karena akan terlihat hitam semua sehingga diperlukan bahan
kontras. Esofagus dalam keadaan normal lumennya selalu kolaps, tidak tampak pada
pemeriksaan foto polos, yang tampak hanyalah udara dalam trakea. Oleh karena itu
digunakan bahan kontras melalui pemeriksaan Esofagografi.
Esofagografi (barium swallow) merupakan suatu teknik radiografis untuk
pemeriksaan esofagus dengan menggunakan media kontras (biasasanya adalah bar-
ium sulfat). Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras (hanya barium sulfat
saja) serta bisa juga double kontras dengan barium dan udara di mana pasien diberi
kristal baking-soda (mirip dengan Alka-Seltzer) untuk lebih meningkatkan kualitas
gambar.
1
Barium sulfat merupakan senyawa metalik yang muncul pada sinar-X dan
digunakan untuk membantu melihat kelainan pada esofagus dan lambung. Sinar-X
diperlukan untuk melihat jalur dari sistem pencernaan yang sudah dipenuhi oleh
kontras.
X-ray (radiograf) adalah tes medis invasif yang membantu dokter dalam
mendiagnosa dan mengobati kondisi medis. Pencitraan dengan sinar-X menggunakan
dosis kecil radiasi pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Sinar-X
merupakan bentuk tertua dan paling sering digunakan dalam pencitraan medis.
Selain sinar-X, dapat digunakan fluoroskopi yang memungkinkan untuk
melihat organ-organ internal dalam gerakan. Bila saluran pencernaan bagian atas
dilapisi dengan barium, radiolog dapat melihat dan menilai anatomi dan fungsi dari
esofagus, lambung, dan duodenum
Esofagografi dilakukan untuk memeriksa pasien yang secara klinis diduga
mengalami kelainan esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia,
maupun metabolik, mencakup hiatal hernia, achalasia, atresia esofagus, spasme esofa-
gus, striktura esofagus, divertikula esofagus, varises esophagus, dan esofagitis. (2)
Pemeriksaan esofagografi ini merupakan pemeriksaan yang relatif aman,
meskipun demikian setiap pemeriksaan dapat menyebabkan komplikasi tertentu
seperti alergi terhadap barium sehingga menyebabkan reaksi anafilaksis dan dapat
menyebabkan obstipasi.
1.2 Tujuan Penulisan
Mengetahui gambaran radiologi Esofagitis Dengan Modalitas Esofagografi
1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan tambahan literature, khususnya bagi
penulis mengenai gambaran radiologi Esofagitis Dengan Modalitas Esofagografi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi dan Fungsi Esofagus
Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan
Hipofaring dengan lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar
2 cm (pada keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai
dari batas bawah Kartilago Krikoidea kira-kira setinggi Vertebra Servikal VI
kemudian akan berakhir di Orifisium Kardia Gaster setinggi Vertebra Thorakal
XI. Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa segmen :
1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I )
2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th I-V )
3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th X )
4. Segmen abdominalis 2,5 – 3 cm ( Th.XI )
Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu: mukosa yang merupakan
epitel skuamosa, submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastis dan
merupakan lapisan yang terkuat dari dinding esofagus, serta otot-otot esofagus
yang terdiri dari otot sirkuler bagian dalam dan longitudinal bagian luar dimana
2/3 bagian atas dari esofagus merupakan otot skelet dan 1/3 bagian bawahnya
merupakan otot polos.(3)
Pada bagian leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interna dan
trunkus tiroservikal. Pada bagian mediastinum, perdarahan esofagus disuplai oleh
a. esofagus dan cabang dari a. bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus,
esofagus menerima darah dari a. phrenikus inferior, dan bagian yang berdekatan
dengan gaster di suplai oleh a. gastrika sinistra. Darah dari kapiler-kapiler
esofagus akan berkumpul pada v. esofagus, v. tiroid inferior, v. azygos, dan v.
gastrika.
Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan:
Daerah krikofaringeal, setinggi Vertebra Servikal VI.
Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan
bagian yang paling sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling
3
ditakuti ahli esofagoskopi.
Daerah persilangan aorta (Arkus Aorta), setinggi Vertebra Thorakal
IV.
Daerah persilangan bronkus kiri, setinggi Vertebra Thorakal V.
Daerah diafragma (Hiatus Esofagus), setinggi Vertebra Thorakal X.
4
5
Gambar 1. Anatomi Esofagus
Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (Nervus
Vagus) dari pleksus esofagus atau yang biasa disebut Pleksus Mienterik
Auerbach yang terletak di antara otot longitudinal dan otot sirkular sepanjang
esofagus. (4)
Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian fungsional paling atas
adalah Upper Esophageal Sphincter (Sfingter Esofagus Atas), suatu cincin otot
yang membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan
tenggorokan. Sfingter ini selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian
utama esofagus masuk ke dalam tenggorokan. Bagian fungsional utama dari
esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot yang panjangnya
kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu Lower
Esophageal Sphincter (Sfingter Esophagus Bawah), suatu cincin otot yang
6
terletak di pertemuan antara esofagus dan lambung.
Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk
mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali naik atau regurgitasi ke
dalam badan esofagus. Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan
agar makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas dari badan esofagus.
Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter
berkontraksi, menekan makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus.
Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan
saliva untuk turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai
pada sfingter bawah, maka sfingter bawah akan membuka dan makanan masuk
ke dalam lambung (3)
Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke
gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus
makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri dari
tiga fase yaitu:
Fase Oral: makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik
bergerak (voluntary) pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum
mole, dan bagian atas dinding posterior faring terangkat.
Fase Faringeal: terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan
laring bergerak ke atas oleh karena kontraksi m. stilofaringeus, m.
salfingofaring, m.tiroid, dan m. Palatofaring. Aditus laring tertutup
oleh epiglotis dan sfingter laring.
Fase Esofageal: fase menelan (involuntary) perpindahan bolus
makanan ke distal oleh karena relaksasi m. krikofaring, di akhir fase
sfingter esofagus bawah terbuka dan tertutup kembali saat makanan
sudah lewat.
2.2 Definisi Esofagitis
Suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan, dapat
terjadi secara akut maupun kronik. Kondisi ini dapat menyebabkan terbentuknya
7
ulkus, kesulitan menelan, dan sakit tenggorokan. Esofagitis disebabkan oleh in-
feksi atau iritasi dari esofagus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
2.3 Epidemiologi
Esofagitis biasa terjadi pada orang dewasa dan jarang pada anak – anak.
Tipe paling sering dari esofagitis adalah tipe reflux. Sedangkan pada esofagitis
infeksi yang paling sering adalah esofagitis karena candida.
Pevalensi dari esofagitis infeksi tertinggi adalah pada pasien dengan
AIDS, leukemia, dan limfoma, sedangkan pada populasi secara general,
prevalensinya rendah. Esofagitis candida adalah jenis esofagitis yang tersering, di
ikuti oleh Herpes simplex tipe I. Penelitian terbaru juga menunjukan bahwa
CMV (cytomegalovirus) juga merupakan salah satu penyebab dari esofagitis.
Pasien AIDS adalah pasien yang tersering terkena esofagitis infeksi.
Tetapi prevalensi dari esofagitis infeksi pada pasien AIDS menurun karena
penggunaan terapi antiviral.(3)(4)
2.4 Macam-macam Esofagitis
a. Esofagitis Peptik (Refluks)
Inflamasi mukosa esofagus yang disebabkan oleh refluks cairan lambung atau
duodenum esofagus. Cairan ini mengandung asam, pepsin atau cairan empedu.
b. Esofagitis Refluks basa
Terjadinya refluks cairan dari duodenum langsung ke esofagus, misalnya pada
pos gastrekstomi total dengan esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.
c. Esofagitis infeksi
Esofagitis Candida
Terjadi karena gangguan sistem kekebalan motilitas esofagus, metabolisme hidrat
arang terutama proses menua.
Esofagitis herpes
Disebabkan oleh infeksi virus herpes zoster / herpes simpleks.
d. Esofagitis yang disebabkan oleh bahan kimia
Esofagitis korosif
Terjadi karena masuknya bahan kimia yang korosifke dalam esofagus. Hal ini
8
biasanya terjadi karena kecelakaan atau dalam usaha bunuh diri.
Esofagitis karena obat (pil esofagitis)
Disebabkan oleh pil atau kapsul yang ditekan karena tertahan di esofagus dan ke-
mudian mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi
2.5 Tanda dan gejala
Kehilangan selera makan
Menderita Rasa Panas Dalam Perut
Mengalami kesulitan menelan
Mual
Muntah-muntah
Rasa sakit saat menelan
Sakit tenggorokan
Suara serak
2.6 Pemeriksaan Penunjang
2.6.1 Esofagografi ( Barium Swallow )
Diagnosis klinis sebaiknya didukung oleh prosedur pencitraan yang tepat.
2.6.2 Definisi
Esofagografi merupakan pemeriksaan esofagus dengan memasukkan ba-
han kontras. Umumnya dilakukan dengan bahan kontras (+) tunggal tetapi dapat
dilakukan juga dengan kontras ganda. Esofagografi ialah pemeriksaan sinar-X
yang digunakan untuk menentukan anatomi dari traktus digestif bagian atas.
Wanita yang sedang hamil sebaiknya memberitahu dokter yang meminta
pemeriksaan serta staf radiologi saat prosedur ini dilakukan. Pemeriksaan ini
9
meliputi pengisian dari esofagus dengan cairan putih (Barium). Hasilnya disebut
Esofagogram.(3)
2.6.3 Tujuan Esofagografi
Untuk menilai kelainan fungsi dan anatomis yang terdapat pada esofagus.
2.6.4 Teknik Pemeriksaan Esofagografi
A. Media Kontras : Kontras positif (Barium Sulfat)
Merupakan kontras media positif untuk orang dewasa. Diencerkan den-
gan air sesuai kebutuhan. Pada esofagus, lumen dengan aliran kuat dan cepat,
konsentrasi kontras harus tinggi (1:1 atau 1:2) atau pekat agar aliran cepat dan
perlumuran dinding esofagus menjadi tepat sehingga adanya defek dapat terde-
teksi.Pada bayi kurang dari setahun, keluhan muntah dan proyektil, digunakan
cairan yang mudah diserap (water soluble), dimasukkan lewat dot/sendok/sonde
misalnya gastrografin. Dilakukan pada posis supine sehingga perlumuran bagus.(6)(7)
Esofagus normal memiliki dinding lumen yang sangat jelas dan outline
jelas.(6)
10
B. Premedikasi : tidak diberikan
C. Persiapan Pasien
Tidak diperlukan persiapan secara khusus.
Pasien minum BaSO4, 1 sendok makan ditunggu 2 menit kemu-
dian difoto AP dan Lateral.
D. Persiapan Alat dan Bahan :
Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
Baju Pasien
Gonad Shield
Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
Grid
X-Ray marker
Tissue / Kertas pembersih
Bahan kontras
Air Masak
Sendok / Straw ( pipet )
E. Posisi Pasien
Erect di antara meja pemeriksaan yang diatur vertikal dengan la-
yar fluoroskopi.
Diberikan Barium Sulfat, instruksikan untuk minum beberapa
teguk, proses ini diikuti dengan posisi recumbent. Posisi ini
memungkinkan pengisian esofagus lebih sempurna terutama
bagian proksimal dan diperlukan pada klinis esofagus.
F. Teknik Pemeriksaan
Pengambilan gambar Radiografi dilakukan secara penuh/spot foto
pada daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan dengan posisi:
AP/PA, Oblik (biasanya RAO), Lateral.
Bila pemeriksaan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan
yang di atas, tetapi pada larutan Barium dimasukkan kristal-kristal
CO2 atau dapat juga ditelan sebelum meminum cairan Barium.
11
a) Proyeksi AP/PA
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari esofagus.
Faktor teknik :
Film 30 x 40 cm memanjang
Moving / Stationary Grid
Shielding : Region Pelvic
Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / Erect
Posisi Object :
MSP pada pertengahan meja / kaset
Shoulder dan Hip tidak ada rotasi
Tangan kanan memegang gelas Barium. Tepi atas film 5 cm di
atas Shoulder.
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm Infe-
rior Jugular Notch
FFD : 100 cm
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
Catatan :
Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose.
Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum
Barium dengan straw langsung expose dilakukan setelah
pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria radiograf :
Struktur : Esofagus terisi Barium
Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular Joint
simetris )
12
Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lapangan penyinaran.
Faktor eksposi :
Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus
superimposed dengan Th-Vertebra.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
Gambar 3. Posisi AP
b) Proyeksi Lateral
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor
& struktur dari esofagus.
Faktor teknik :
Film 30 x 40 cm memanjang
Moving / Stationary Grid
Shielding : Region Pelvic
Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai
karena pengisian lebih baik)
Posisi Objek :
Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi,
elbow flexi
13
Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset.
Shoulder dan Hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
Tangan kanan memegang gelas Barium
Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm Inferior Jugu-
lar Notch
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
Catatan :
Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian di-
expose
Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan straw langsung expose di-
lakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria radiograf :
Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral
dan jantung
Posisi :
True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior.
Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
Esofagus terisi media kontras.
Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
Faktor eksposi :
Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus
secara jelas yang terisi dengan kontras.
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
14
c) Proyeksi RAO (Right Anterior Oblique)
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor &
struktur dari esofagus
Faktor teknik :
Film 30 x 40 cm memanjang
Moving / Stationary Grid
Shielding : Region Pelvic
Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena
pengisian lebih baik)
Posisi Objek :
Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi Prone dengan sisi kanan de-
pan tubuh menempel meja / film.
Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan
kepala pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada
mulut pasien.
15
Gambar 4. Posisi Lateral
Lutut kiri flexi untuk tumpuan.
Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR
/ meja. Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder.
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular
notch
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
Catatan :
Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
diekspose
Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan sedotan langsung expose di-
lakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria radiograf :
Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral
dan jantung ( RAO menunjukan gambaran lebih jelas antara
Vertebra dan jantung dibandingkan LAO )
Posisi :
Rotasi yang cukup akan menampakkan esofagus di-
antara C. Vert. & Jantung, jika esofagus superimposed
diatas spina, rotasi perlu ditambah.
Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus
Esofagus terisi media kontras.
Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
Faktor eksposi :
Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus
secara jelas yang terisi dengan kontras.
16
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
d) Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)
Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor &
struktur dari esofagus
Faktor teknik :
Film 30 x 40 cm memanjang
Moving / Stationary Grid
Shielding : Region Pelvic
Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1
Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1
PP : Recumbent / Erect ( Recumbent lebih disukai karena pengisian
lebih baik )
Posisi Objek :
Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan
tubuh menempel meja / film
17
Gambar 5. Posisi RAO
Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan
kepala pasien, memegang gelas Barium, dengan straw pada
mulut pasien.
Lutut kanan flexi untuk tumpuan.
Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR
/ meja
Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder
CR : Tegak lurus terhadap kaset
CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular
notch
FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )
Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm
Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium
Catatan :
Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian
diekspose
Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien
minum Barium dengan sedotan langsung expose di-
lakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria radiograf :
Struktur : Esofagus terisi Barium terlihat diantara sekitar hilus
paru dan C.Vertebral
Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus, esoph-
agus terisi media kontras.
Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran
Faktor eksposi :
Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus
secara jelas yang terisi dengan kontras, menembus
bayangan jantung.
18
Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan
pasien saat eksposi.
2.6.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Esofagografi
2.6.5.1 Indikasi:
Esofagografi (Barium Swallow) dilakukan untuk memeriksa pasien yang
secara klinis diduga mengalami kelainan esofagus baik karena infeksi,
kongenital, trauma, neoplasia, maupun metabolik. Indikasi esofagografi antara
lain (5)(7),(9)
1. Atresia Esofagus
Biasanya diketahui pada waktu pemberian minuman pertama kali pada
saat bayi lahir. Setelah minum bayi tersebut akan muntah. Pada esofagografi akan
tampak esogafus yang buntu.
19
Gambar 6. Posisi LAO
2. Fistula Tra kh eo-Esofagei
Fistula Trakeo-Esofagei ialah terdapatnya hubungan antara esofagus dan
trakhea. Pada bayi ini, saat pertama kali diberi minum ASI akan terjadi refleks
batuk dan muntah. Pada pemeriksaan ini tidak boleh menggunakan kontras
BaSO4 karena tidak larut dalam air, yang dapat masuk ke trakea menuju paru-
paru dan merangsang terjadinya pneumonia. Bahan kontras yang dipakai harus
larut dalam air, seperti: dionosil, gastrografin.
20
Gambar 7. Atresia Esofagus
Gambar 8. Fistula Trakheo-Esofagei
3. Ulkus Esofagus
Ulkus esofagus merupakan ulkus pada dinding esofagus yang disebabkan
oleh asam lambung yang disekresi oleh sel-sel lambung. Pembentukan ulkus juga
berhubungan dengan bakteri H. Pylori di lambung, obat-obat anti inflamasi, dan
merokok. Nyeri pada ulkus biasanya tidak berhubungan dengan luas atau
beratnya lesi.
Dapat dijumpai dalam bentuk bentuk: additional defect, star formation,
dan spastik (mengkerut). Bila terdapat ulkus pada esofagus misalnya pada posisi
jam 12 dan bila difoto dengan posisi jam 3 atau 9 akan terlihat penonjolan ke luar
dinding (additonal defect), sedang bila difoto pada posis jam 6 tampak lubang
dengan garis-garis di sekitarnya dan membentuk gambaran bintang (star forma-
tion), di mana garis-garis tersebut sebenarnya adalah sikatriks. Selain itu dapat
pula terlihat di sekitar dinding ulkus terdapat dinding esofagus yang tidak mau
berkontraksi (spastik).
21
22
Gambar 9. Ulkus Esofagus
4. Diverti k ula Esofagus
Pada foto dengan kontras BaSO4 terlihat gambaran additional defect
berupa kantong-kantong pada dinding esofagus. Divertikula disebabkan oleh
traction atau tarikan keluar, yaitu bila ada radang/abses yang sudah sembuh dan
kemudian terjadi jaringan fibrotik. Jaringan fibrotik inilah yang akan menarik
dinding esofagus. Selain itu divertikula dapat disebabkan oleh pulsion atau
dorongan dari dalam, yaitu jika ada proses radang atau benda asing yang tidak di-
ambil setelah beberapa bulan.
Gambar 10. Divertikula Esofagus
5. Spasme Esofagus
23
Penyempitan esofagus bagian distal, biasanya terdapat pada dewasa
muda. Terjadinya spasme ini disebabkan oleh faktor psikis. Jadi, tidak ada ke-
lainan anatomis. Letak spasme biasanya pada 1/3 distal esofagus.
Gambar 11. Spasme Esofagus
6. Sriktur Esofagus
Dapat terjadi pada semua umur. Terjadi kelainan anatomis dengan gam-
baran pada foto berupa mouse tail appearance (ekor tikus). Untuk membedakan
striktur dengan spasme dapat diberikan muscle relaxan (buscopan i.v). jika mele-
bar berarti spasme sedangkan bila tetap kecil atau sempit berarti striktura. Selain
itu pada striktura, dinding tidak licin. Penyebab striktur esofagus dapat berupa
peradangan, trauma, atau proses keganasan.
24
Gambar 12. Striktur Esofagus
7. Achalasia Esofagus
Striktura dengan kelainan anatomis kongenital. Kelainan terjadi pada
Pleksus Aeurbachi Mesentericus, bila letaknya lebih bawah disebut achlasia gas-
trik. Terdapat gambaran mouse tail appearance karena tidak terjadi peristaltik
dan dilatasi regio diatas bagian yang aganglionik. Kelainan ini mirip dengan
megakolon kongenital.
25
Gambar 13. Achalasia Esofagus
8. Varises Esofagus
Biasanya terjadi pada orang dewasa tua, keadaan sirosis hepatis, gizi bu-
ruk, kurus, dan muntah darah. Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal es-
ofagus. Terjadi susunan yang berbentuk batu bata disebut cobble stone appear-
ance. Terdapat filling defect berupa lusensi. Pada valsava test tampak gambaran
di atas yang menetap. Caranya lubang hidung ditutup kemudian berusaha men-
geluarkan nafas sehingga rongga Thoraks membesar, akibatnya vasa esofagus
juga membesar sehingga tampak gambaran cobble stone appearance.
Varises esofagus disebabkan oleh Hipertensi portal. Di sini tekanan men-
jadi meningkat sehingga terjadi bendungan sirkulasi portal dan cabang-cabang
berikutnya membentuk lingkaran yang memberi gambaran bentuk cacing (worm
like). Varises esofagus merupakan komplikasi tersering dari sirosis hepatis.
26
Gambar 14. Varises Esofagus
9. Massa (tumor) Esofagus
a) Tumor Jinak
Berupa polip (tunggal), poliposis (banyak), batas tepi jelas, dan tidak ter-
jadi erosi dasar.
b) Tumor Ganas (Carcinoma Esofagus)
Biasanya terdapat pada orang tua, laki-laki > wanita, pada esofagus 1/3
distal. Tipe yang terbanyak berupa adenokarsinoma.
Gambaran Radiologis:
Outline mukosa menjadi ireguler dan terjadi defek multipel
pada lumen.
Bila tumornya pada satu sisi disebut fungioid, dua sisi dise-
but annulair, bila pertumbuhannya menyerupai polip dise-
but polipoid.
27
Bagian esofagus sebelah proksimal dari tumor akan melebar sedan-
gkan bagian yang ada tumornya menyempit. Daerah lesi bila diberi
buscopan tidak melebar.
Bagian esofagus yang tersering ialah pada anastomose anterior esofa-
gus dan gaster (esofagogaastric junction).
terjadi pada 1/3 distal esofagus karena terjadi perubahan epitel dari
squamos-kolumner yang menjadi tidak terkendali dan mengalami pe-
rubahan ke arah keganasan.
Gambar 15. Tumor Esofagus
28
2.6.5.2 Kontra Indikasi :
Megaesofagus
Regurgitasi
Pasien dengan suspek perforasi
2.6.6 Komplikasi Esofagografi
Esofagografi biasanya merupakan pemeriksaan yang aman, namun seperti
pemeriksaan lainnya, kadang-kadang dapat ditemui komplikasi. Dokter
sebaiknya dapat mengenali gejalanya sehingga dapat segera diberikan terapi.
Komplikasi esofagografi di antaranya:
Reaksi alergi atau anafilaksis dapat terjadi pada orang yang alergi
terhadap Barium yang diminum.
Konstipasi.
Aspirasi Barium pada trakea.
29
BAB III
KESIMPULAN
Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan Hipofaring
dengan lambung. . Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada
keadaan yang paling lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah
Kartilago Krikoidea kira-kira setinggi Vertebra Servikal VI kemudian akan berakhir
di Orifisium Kardia Gaster setinggi Vertebra Thorakal XI. Esofagus berfungsi
membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu proses menelan,
dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi
yang lunak.
Untuk mengetahui adanya kelainan esofagus secara anatomi, sebagai
penunjang suatu diagnosa penyakit, dapat digunakan pemeriksaan Esofagografi.
Esofagografi (Barium Swallow) merupakan suatu teknik Radiografis untuk
pemeriksaan esofagus dengan menggunakan media kontras positif (biasanya berupa
Barium Sulfat). Hasilnya disebut Esofagogram.
Teknik ini dipergunakan untuk memeriksa pasien yang secara klinis diduga
memiliki kelainan esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia,
maupun metabolik, mencakup hiatal hernia, achalasia, atresia esofagus, spasme
esofagus, striktura esofagus, divertikula esofagus, varises esofagus dan esofagitis.
Sedangkan pada pasien dengan suspek perforasi dan regurgitasi merupakan hal yang
dikontraindikasikan.
Pengambilan gambar Radiografi dilakukan secara penuh/spot foto pada
daerah-daerah yang dicurigai ada kelainan dengan posisi: AP/PA, Oblik (biasanya
RAO), Lateral. Pemeriksaan Esofagografi merupakan pemeriksaan yang relatif aman,
meskipun demikian setiap pemeriksaan dapat menyebabkan komplikasi tertentu
seperti alergi terhadap kontras. Adapun diperlukan persiapan, posisi maupun teknik
pemeriksaan yang tepat untuk memperoleh hasil yang baik guna membantu
menegakkan sebuah diagnosa penyakit.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjahriar Rasad. 2008. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.
2. Corr, Petter. 2010. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Alih Bahasa : dr.
Dian Ramadhani. Jakarta : EGC.
3. Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit Vol.2
Edisi 6. Jakarta EGC
4. David Sutton. 2006. Textbook of Radiology and Imaging Seventh Edition Vol-
ume I. USA : Elsevier Churchill.
5. Robert D. Halpert. 2006. Gastrointestinal Imaging Third Edition. USA :
Mosby Elsevier.
6. Holger Petterson, MD. 1995. A Global TextBook of Radiology. N. Norway :
The NICER Institute.
7. http://radiology.rsna.org/content/237/2/414.full.pdf Accessed on April 3, 2013
8. http://www.noseandsinus.net/PDF%20Documents/Esophagoscopy_PT-
INFO.pdf Accessed on April 3, 2013
9. http://www.google.co.id/search?
um=1&hl=en&biw=1280&bih=685&tbm=isch&sa=X&ei=uYEVUKbAAYzN
rQeH_IGACw&ved=0CEMQvwUoAQ&q=esophagography&spell=1 Ac-
cessed on April 3, 2013
31