Download - Referat - Embriologi Saluran Pencernaan

Transcript
  • REFERAT

    EMBRIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

    Pembimbing:

    dr. Hermanto, Sp.B, Sp.BA

    Penyusun:

    Affannul Hakim, S.Ked

    I 11108034

    SMF ILMU BEDAH

    RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOEDARSO

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TANJUNGPURA

    PONTIANAK

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Embriologi berasal dari kata embryo dan logos. Embryo yaitu pembentukan pertumbuhan

    pada tingkat permulaan dan perkembangan suatu makhluk hidup. Sedangkan logos berarti ilmu.

    Sehingga embriologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari seluruh proses

    pembentukan pertumbuhan pada tingkat permulaan dan perkembangan suatu makhluk hidup.

    Sedngkan embriogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini

    merupakan tahap perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi.

    Embriologi sistem pencernaan merupakan tahap awal pembentukan dan perkembangan sistem

    pencernaan. Awal sistem pencernaan merupakan perkembangan dari pelipatan kantong kuning

    telur yang dilapisi endoderm ke arah sefalo kaudal membentuk usus primitif, yang akan menjadi

    sistem pencernaan. Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya dibahas

    dalam 3 bagian, yaitu (a) Usus depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung faring dan

    membentang hingga ke tunas hati; (b) Usus tengah, mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan

    berjalan ke suatu tempat kedudukan, yang pada orang dewasa membentuk pertemuan dua pertiga

    kanan dan sepertiga kiri kolon tranversum; dan (c) Usus belakang, yang membentang dari

    sepertiga kiri kolon tranversum hingga ke memrana kloakalis. Sedangkan mesoderm akan

    membentuk jaringan ikat, komponen otot, dan komponen peritoneum pada sistem pencernaan.

    Embriologi Sistem pencernaan penting untuk dipelajari untuk mengetahui proses

    pembentukan berbagai organ-organ sistem pencernaan dan bagaimana organ-organ tersebut dapat

    berada pada posisinya masing-masing. Selain itu embriologi sistem pencernaan juga penting untuk

    dipelajari, sebagai dasar untuk mengetahui berbagai kelaianan kongenital yang terjadi pada sistem

    pencernaan. Beberapa kelainan kongenital yang dapat terjadi seperti atresia esophagus, hernia

    hiatus esophagus, stenosis pylorus, atresia saluran empedu ekstrahepatik, pancreas

    anularis,omfalokel, gastroskisis, atresia rektoanalis, dan berbagai kelainan kongenital lainnya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Susunan pencernaan manusia mulai terbentuk pada kehidupan mudigah hari ke-22 sebagai

    akibat dari pelipatan mudigah kearah sefalokaudal dan lateral. Sebagian dari rongga kuning telur

    yang dilapisi endoderm bergabung ke dalam mudigah dan membentuk usus primitif.

    Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya dibahas dalam 3 bagian,

    yaitu (a) Usus depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung faring dan membentang hingga ke

    tunas hati; (b) Usus tengah, mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke suatu tempat

    kedudukan, yang pada orang dewasa membentuk pertemuan dua pertiga kanan dan sepertiga kiri

    kolon tranversum; dan (c) Usus belakang, yang membentang dari sepertiga kiri kolon tranversum

    hingga ke memrana kloakalis. Sedangkan mesoderm akan membentuk jaringan ikat, komponen

    otot, dan komponen peritoneum pada sistem pencernaan.

    Tabung usus disanggah pada bagian dorsal oleh mesenterium (mesenterium dorsal yang

    menggantung dari bagian bawah esofagus ke daerah kloaka usus belakang, mesogastrium

    dorsal/omentum mayus yang menggantung lambung, mesoduodenum dorsalis menggantung

    bagian duodenum, dan mesenterium proprius yang menggantung illeum dan jejunum) yang akan

    menjadi jalur pembuluh darah, saraf, dan getah bening ke bagian abdomen viseral. Sedangkan

    mesenterium ventral yang terdapat pada bagian esofagus terminal, lambung, bagian atas duodenum

    dari septum trensversum (mesenterium ventral: omentum minus, dari bawah esofagus , lambung,

    bagian atas duodenum hati, ligamentum falsiformis, dari hati ke dinding ventral tubuh.

    Gambar 2.11. Gambaran skematik mesenterium

  • Gambar 2.2. perkembangan sistem pencernaan janin di minggu ke 4 dan 5

    2.1. USUS DEPAN

    2.1.1 ESOFAGUS

    Pada minggu ke-4, dinding ventral usus depan terdapat divertikulum respiratorium (tunas

    paru) yang berbatasan dengan faring. Diventrikulum berangsur-angsur terpisah dari bagian dorsal

    usus depan melalui sebuah pembatas, yaitu septum esofagotrakealis sehingga usus depan terbagi

    menjadi bagian ventral yaitu primodium pernapasan dan bagian dorsal yaitu esofagus.

    Pada mulanya esofagus sangat pendek, akan tetapi dengan gerak turun jantung dan paru-

    paru esafagus kemudian memanjang dengan cepat. Lapisan otot yang terbentuk oleh mesenterium

    sekitarnya. Dua pertiga bagian kranial berupa otot lurik yang dipersarafi oleh nervus vagus,

    sedangkan 1/3 bagian kaudal sisanya berupa otot polos yang dipersarafi pleksus splangnikus.

    Gambar 2.3. Perkembangan Divertikulum Respiratorium dan Esofagus. A. Akhir minggu

    ke-3, B dan C. Minggu ke-4

  • 2.1.2. LAMBUNG

    Pada minggu ke-4, lambung merupakan suatu pelebaran usus depan berbentuk fusiformis.

    Pada minggu-minggu berikutnya, bentuk kedudukannya banyak berubah akibat perbedaan

    kecepatan pertumbuhan pada berbagai bagian dindingnya dan perubahan kedudukan organ-organ

    di sekitarnya. Perubahan kedudukan lambung paling mudah dijelaskan dengan menganggap

    bahwa organ ini berputar mengelilingi sumbu panjang dan sumbu anteroposterior.

    Pada sumbu memanjangnya, lambung melakukan perputaran 90 searah jarum jam, sehingga

    sisi kirinya menghadap depan dan sisi kanannya menghadap belakang. Oleh karena itu, nervus

    vagus kiri yang tadinya mempersarafi dinding kiri, menjadi mempersarafi dinding depan;

    demikian pula yang terjadi pada dinding lambung belakang yang dipersarafi oleh nervus vagus

    kanan. Selama perputaran ini, bagian belakang lambung tumbuh lebih cepat dari bagian depan

    sehingga terbentuklah kurvatura mayor dan kurvatura minor.

    Gambar 2.4. Perputaran Lambung 90O serta Pembentukan Kurvatura Mayor dan

    Kurvatura Minor

    Ujung sefalik dan kaudal lambung yang tadinya terletak pada garis tengah akan bergerak

    memutari sumbu anteroposterior sehingga badan kaudalnya (pilorus) bergerak ke kanan atas dan

    badan sefaliknya (kardia) bergerak ke arah kiri bawah. Dengan demikian lambung mencapai

    kedudukannya yang terakhir, dan sumbu panjangnya berjalan dari kiri atas ke kanan bawah

  • Gambar 2.5. Kedudukan Akhir Lambung

    Lambung menempel pada dinding tubuh dorsal melalui mesogastrium dorsal dan ke dinding

    tubuh ventral melalui mesogastrium ventral, rotasi dan pertumbuhan yang tidak proporsional

    mengubah kedudukan mesenterium-mesentrium ini. Rotasi mengelilingi sumbu longitudinal

    menarik mesentrium dorsal ke kiri, sehingga menciptakan sebuah ruang yang disebut bursa

    omentalis (sakus peritonealis minor).

    Gambar 2.6. Pembentukan Bursa Omentalis pada Mesentrium Dorsal

    Pada minggu ke-5 primordium limpa terbentuk sebagai proliferasi mesoderm di antara kedua

    lembaran mesogastrium dorsal. Dengan berlanjutnya rotasi lambung, mesogastrium dorsal

    memanjang dan bagian yang berada di antara limpa dan garis tengah bagian yang berada di antara

    limpa dan garis tengah bagian dorsal membelok ke kiri dan menyatu dengan peritoneum dinding

    abdomen posterior, dan bagian yang menyatu ini akan berdegenerasi. Limpa yang berkedudukan

    intraperitoneal kemudian dihubungkan dengan dinding tubuh di daerah ginjal kiri oleh ligamentum

    lienorenalis dan ke lambung oleh gastrolienalis.

    Pemanjangan dan bersatunya mesogastrium dorsal ke dinding posterior tubuh juga

    menentukan posisi akhir pankreas. Mula-mula, organ ini tumbuh ke dalam mesoduodenum dorsal,

  • namun akhirnya pada kauda memanjang ke mesograstrium dorsal. Karena bagian mesogastrium

    dorsal ini menyatu dengan dinding tubuh dorsal, kauda pankreas terletak di daerah ini. Begitu

    lembaran posterior mesogastrium dorsal dan peritoneum dinding tubuh posterior berdegenerasi di

    sepanjang garis penyatuan ini, kauda pankreas dibungkus oleh peritoneum hanya pada permukaan

    anteriornya dan karena itu terletak di posisi retroperitoneal (organ-organ semacam pankreas yang

    mula-mula dibungkus oleh peritoneum tetapi kemudian menyatu dengan dinding tubuh posterior

    sehingga menjadi retroperitoneal disebut sebagai retroperitoneal sekunder)

    Gambar 2.7. Perubahan Letak Limped dan Pankreas Selama Minggu ke-5

    Hasil dari rotasi lambung di sekeliling aksis anteroposteriornya, mesogastrium dorsal

    menonjol ke arah bawah. Pertumbuhannya kemudian terus berlanjut ke arah bawah dan

    membentuk sakus berlapis ganda, memanjang sampai kolon tranversum dan gelung usus kecil,

    struktur ini dikenal sebagai omentum mayus.

    Gambar 2.8. Perkembangan Omentum Mayus yang Berasal dari Mesogastrium Dorsal

    pada Akhir Bulan ke-3

  • Sakus berlapis ganda, kemudian menyatu membentuk lembaran tunggal yang tergantung dari

    kurvatura mayor lambung. Lapisan posterior dari omentum mayus juga bersatu dengan

    mesenterium kolon transversum.

    Gambar 2.9. Penyatuan Sakus Berlapis Ganda Omentum Mayus pada (A) Bulan ke-4 dan

    (B) Saat Kelahiran

    Omentum minus dan ligamentum falsiformis yang berasal dari dari mesogastrium ventral.

    Korda hepatik tumbuh ke dalam septum sehingga korda ini menjadi menipis untuk membentuk:

    a) Peritoneum hati

    b) Ligamen falsiformis (memanjang dari hati ke ventral dinding tubuh) tepi bebas berisi

    vena umbilikalis yang setelah lahir berobliterasi untuk membentuk ligamentum rotundum

    dari hati (ligamentum teres hepatis).

    c) Omentum minus (memanjang dari lambung dan duodenum atas ke hati) Tepi bebasnya

    menghubungkan duodenum dan hati (ligamentum hepatoduodenalis) berisi duktus biliaris,

    vena porta, dan artei hepatika (triad porta).

    Gambar 2.10. Perkembangan Mesogastrium Ventral pada Akhir Minggu ke-5

  • 2.1.3. DUODENUM

    Bagian saluran usus ini dibentuk dari bagan akhir usus depan dan bagian sefalik usus tengah.

    Titik pertemuan krdua bagian ini terletak tepat di sebelah distal pangkal tunas hati. Karena

    duodenum terbentuk dari gabungan usus depan dan usus tengah, sehingga duodenum juga

    diperdarahi oleh cabang-cabang dari arteri Seliaka yang juga memperdarahi usus depan dan arteri

    Mesentrika Superior yang juga memperdarahi usus tengah.

    Gambar 2.11. Letak duodenum pada minggu ke-4

    Ketika lambung berputar, duodenum melengkung seperti huruf C dan memutar ke kanan.

    bersamaan dengan tumbuhnya kaput pankreas, menyebabkan duodenum membelok dari posisi

    tengahnya yang semula ke arah sisi kiri rongga abdomen. Duodenum dan kaput pankreas ditekan

    ke dinding dorsal badan, dan permukaan kanan mesoduodenum dorsal menyatu dengan

    peritoneum kemudian keuda lapisan menghilang dan duodenum serta kaput pankreas menjadi

    terfiksasi di posisi retroperitoneal. Mesoduodenum dorsal menghilang sama sekali kecuali di

    daerah pilorus lambung, dimana sebagian kecil duodenum (tutup duodenum) tetap intraperitoneal.

    Gambar 2.12. Kedudukan Duodenum Ketika Terjadi Perputaran Lambung

  • 2.1.3. HATI DAN KANDUNG EMPEDU

    Pada pertengahan minggu ke-3, primodium hati tampak sebagai pertumbuhan epitel

    endoderm pada ujung distal usus depan. Pertumbuhan ini dikenal sebagai divertikulum hepatis

    atau tunas hati, terbentuk dari sel-sel yang berproliferasi dengan cepat dan menembus septum

    transversum, yaitu lempeng mesoderm antara rongga perikardium dan tangkai kantung kuning

    telur.

    Gambar 2.13. Perkembangan Divertikulum Hepatis Menembus Septum Tranversum

    Sementara sel hati terus menembus septum trasnsversum, hubungan antara divertikulum

    hepatis dan usus depan (duodenum) menyempit, sehingga membentuk saluran empedu. Sebuah

    tonjolan kecil ke arah ventral terbentuk dari saluran empedu ini, dan pertumbuhan ini

    menghasilkan kantung empedu dan duktus sistikus. Pada perkembangan selanjutnya, epitel korda

    hati saling berbelit dengan vena vitellina dan vena umbilikalis, membentuk sinusoid-sinusoid hati.

    Korda hati berdiferensiasi menjadi parenkim dan membentuk jaringan yang melapisi duktus

    biliaris. Sel-sel hemopoetik, sel Kupffer, dan sel-sel jaringan penyambung berasal dari mesoderm

    septum transversum.

    Ketika hati sudah menginvasi seluruh septum transversum sehingga organ ini menonjol ke

    arah kaudal ke dalam rongga abdomen, mesoderm septum transversum yang terletak di antara hati

    dan usus depan, serta hati dan dinding ventral perut menjadi membran, sehingga masing-masing

    membentuk omentum minus dan ligamentum falsiformis. Bersama-sama mereka membentuk

    hubungan peritoneal antara usus depan dan dinding abdomen ventral dan dikenal sebagai

  • mesograstrium ventral. Mesoderm pada permukaan hati berdiferensiasi menjadi peritoneum

    viseral kecuali pada permukaan kranialnya yang disebut dengan pars afiksa hepatis, di mana hati

    tetap berhubungan dengan sisa septum transversum asli, bagian sekat ini terdiri atas gumpalan

    mesoderm yang padat dan akan membentuk pars tendinosa diafragma.

    Gambar 2.14. Perkembangan Hati pada Minggu ke-5

    Pada minggu ke-10, berat hati kurang lebih 10% dari berat badan seluruhnya. Fungsi

    hemopoietik-nya: Sarang-sarang besar sel berproliferasi, yang menghasilkan sel darah merah dan

    putih, ditemukan di antara sel-sel hati dan pada dinding pembuluh darah. Kegiatan ini berangsur-

    angsur berkurang pada dua bulan terakhir kehidupan dalam rahim, dan hanya tersisa pulau-pulau

    kecil pembentuk darah pada saat lahir. Berat hati pada saat itu hanya 5% dari berat badan

    seluruhnya.

    Pada minggu ke-12, empedu dibentuk oleh sel-sel hati. Sementara itu, oleh karena kandung

    empedu dan duktus sistikus telah berkembang dan duktus sistikus telah bersatu dengan duktus

    saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, isinya menjadi berwarna hijau gelap. Karena perubahan

    kedudukan duodenum, muara duktus koledokus berangsur-angsur bergeser dari posisinya semula

    di depan menjadi di belakang, dan sebagai akibatnya, duktus koledokus didapati berjalan

    menyilang di belakang duodenum.

  • Gambar 2.15. Pergeseran Duktus Koledokus Seiring Perubahan Kedudukan Duodenum

    2.1.4. PANKREAS

    Pankreas dibentuk oleh dua tunas yang berasal dari lapisan endoderm duodenum:

    1) Tunas pankreas dorsal terletak di dalam mesenterium dorsal

    2) Tunas pankreas ventral terletak di dekat duktus koledokus.

    Ketika duodenum berputar ke kanan dan membentuk huruf C, tunas pankreas ventral

    bermigrasi ke dorsal dengan cara serupa dengan bergesernya muara duktus koledokus. Akhirnya,

    tunas pankreas ventral tepat berada di bawah dan di belakang tunas pankreas dorsal. Parenkim dan

    susunan saluran dalam tunas pankreas dorsal dan ventral bersatu.

    Gambar 2.16. Pergeseran Tunas Pankreas Ventral ke Arah Dorsal

    Tunas ventral membentuk prosesus unsinatus dan bagian bawah kaput pancreas, sedangkan

    bagian kelenjar lainnya berasal dari tunas dorsal. Duktus pankreatikus mayor (Wirsungi) terbentuk

    dari bagian distal saluran pankreas dorsal dan seluruh saluran pankreas ventral. Bagian proksimal

    saluran pankreas dorsal menutup atau tetap dipertahankan sebagai saluran kecil, yaitu duktus

    pankreatikus asesorius (Santorini). Duktus pankreatikus mayor, bersama duktus koledous,

    bermuara dalam duodenum di papila mayor; muara duktus asesorius (bila ada) terletak pada papilla

    minor.

  • Gambar 2.17. Kedudukan dan Perkembangan Akhir Pankreas

    Pada bulan ke-3, Pulau Langerhans berkembang dari jaringan parenkim pankreas dan tersebar

    di seluruh kelenjar tersebut. [pada bulan ke-5] Sekresi insulin dimulai kurang lebih. Sel-sel yang

    mengeluarkan glukagon dan somatostatin juga berkembang dari sel parenkim. Mesoderm

    splangnik yang mengelilingi tunas pankreas membentuk jaringan penyambung kelenjar tersebut.

    2.2. USUS TENGAH

    Pada minggu ke-5, usus tengah menggantung pada dinding dorsal abdomen dorsal oleh

    sebuah mesentrium pendek dan berhubungan dengan kantung kuning telur melalui duktus vitelinus

    atau tangkai kuning telur. Pada orang dewasa, usus tengah dimulai tepat di sebelah distal muara

    dukus biliaris ke dalam duodenum dan berahkir di antara dua pertiga proksimal kolon transversum

    dan sepertiga distalnya. Seluruh panjang usus tengah diperdarahi oleh arteri mesentrika superior.

    Gambar 2.18. Lokasi Usus Tengah

  • Perkembangan usus tengah ditandai dengan pemanjangan cepat usus dan mesentriumnya

    sehingga terbentuk gelung usus primer. Di bagian puncaknya, saluran usus ini tetap berhubungan

    langsung dengan kanong kuning telur melalui duktus vitelinus yang sempit. Bagian kranial dari

    lengkung berkembang menjadi bagian distal duodenum,jejunum,dan sebagian ileum. Sedangkan

    bagian kaudal menjadi bagian bawah ileum,sekum,apendiks, kolon ascendens,dan dua pertiga

    proksimal kolon transversum.

    Gambar 2.19. Pembentukan Gelung Usus Primer pada Usus Tengah

    Perkembangan gelung usus primer ditandai oleh pemanjangan yang pesat, terutama dibagian

    kranial. Sebagai akibat pertumbuhan yang cepat ini dan membesarnya hati yang terjadi secara

    serentak, rongga abdomen untuk sementara menjadi terlalu kecil untuk menampung semua

    usus,dan gelung tersebut masuk ke rongga selom ekstraembrional di dalam tali pusat selama

    minggu ke-6 (hernia umbilikalis fisiologis). Bersamaan dengan pertumbuhan panjangnya, gelung

    usus primer berputar melalui sebuah poros yang dibentuk oleh arteri mesentrika superior. Apabila

    diihat dari depan, perputaran ini berlawanan arah dengan jarum jam. Perputaran yang terjadi

    selama proses herniasi kira-kira 90o.

  • Gambar 2.20. Herniasi Umbilikalis Fisiologis dan Rotasi Gelung Usus Primer

    Pada minggu ke-10, menghilangnya mesonefros, berkurangnya pertumbuhan hati, dan

    bertambah luasnya rongga abdomen membuat gelung usus yang mengalami herniasi kembali ke

    dalam rongga abdomen. Kembalinya gelung usus ke dalam rongga abdomen juga diikuti dengan

    perputaran gelung usus sebesar 180o. Sehingga total rotasi yang terjadi pada gelung usus selama

    proses herniasi umbilikalis dan kembali lagi ke dalam rongga abdomen adalah sebesar 270o.

    Bagian proksimal jejunum, merupakan bagian pertama yang masuk kembali ke dalam rongga

    abdomen,kemudian mengambil tempat di disisi kiri. Gelung usus yang masuk berikutnya secara

    bertahap semakin ke sisi kanan. Tunas sekum yang muncul pada minggu ke-6 sebagai suatu

    pelebaran kecil berbentuk kerucut pada bagian kaudal gelung usus primer adalah bagian

    terakhir usus yang masuk ke dalam rongga abdomen. Untuk sementara bagian ini berada pada

    kuadaran kanan atas tepat dibawah lobus kanan hati. Dari sini, bagian tersebut bergerak turun ke

    dalam fosa iliaka kanan, sehingga membuat kolon asendens dan fleksura hepatika menjadi terletak

    di sebelah kanan rongga abdomen .Selama proses ini ujung distal tunas sekum membentuk sebuah

    divertikulum yang sempit, yang disebut Appendiks primitif.

  • Gambar 2.21. Pandangan Anterior Gelung-Gelung Usus yang Masuk Kembali ke Dalam

    Rongga Perut setelah Proses Herniasi Umbilikalis Fisiologis

    Mesentrium pada gelung usus primer, mesentrium proprius, mengalami perubahan yang

    banyak sekali bersama dengan peristiwa rotasi dan pemutaran gelung usus. Ketika bagian kaudal

    usus tersebut bergerak ke sisi kanan rongga perut, mesentrium dorsal melilit di sekitar pangkal

    arteri mesentrika superior. Kemudian ketika bagian asendens dan desendens mulai menapatkan

    kedudukan yang sebenarnya, mesentriumnya didesak menempel ke peritoneum di dinding

    abdomen posterior. Setelah penyatuan lapisan-lapisan ini, kolon asendens dan desendens

    tertambat permanen di sisi retroperitonium. Sedangkan apendiks ujung bawah sekum dan kolon

    sigmoid tetap mempertahankan ujung bebasnya.

    Pada mesokolon tranversum, usus ini menyatu dengan dinding posterior omentum mayus

    tetapi tetap mempertahankan mobilitasnya garis perlekatannya membentang dari fleksura hepatica

    kolon asendens sampai ke fleksura lienalis kolon desendens. Sedangkan mesentrium gelung usus

    jejunoileal mula-mula bersambungan dengan mesentrium kolon asendens. Ketika mesentrium

    mesokolon asendens menyatu dengan dinding abdomen posterior, mesentrium gelung jejunoileal

    mendapatkan garis perlekatan baru, yang berjalan dari daerah dimana duodenum terletak

    intraperitoneum sampai ke persambungn ileosekalis.

  • Gambar 2.22. Kedudukan Akhir Gelung-Gelung Usus Dalam Rongga Abdomen

    2.3. USUS BELAKANG

    Usus belakang membentuk sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, sigmoid,

    rektum, bagian atas kanalis ani. Selain itu endoderm usus belakang ini juga membentuk lapisan

    dalam kandung kemih dan uretra. Bagian akhir usus belakang bermuara ke dalam kloaka yaitu

    suatu rongga yang dilapisi oleh endoderm yang bertemu langsung dengan ektoderm permukaan.

    Daerah pertemuan ini disebut membran kloaka.

    Pada perkembangan selanjutnya, timbul suatu rigi melintang, yaitu Septum urorektal, pada

    sudut antara allantois dengan usus belakang. Sekat ini tumbuh ke arah kaudal membagi kloaka

    menjadi: sinus urogenitalis primitif pada bagian anterior dan kanalis anorektalis pada bagian

    posterior. Pada minggu ke-7 septum urorektal mencapai membran kloaka dan membentuk korpus

    perinealis. Membran kloaka kemudian terbagi menjadi:

    1. Membrana Urogenitalis (pada bagian depan).

    2. Membrana analis (pada bagian belakang)

    Gambar 2.23. Perkembangan Bagian Akhir Usus Belakang

  • Sementara itu, membrana analis ini dikelilingi tonjolan-tonjolan mesenkim, dan pada minggu ke-

    8 selaput ini terletak di dasar cekungan ektoderm, membentuk celah anus atau proktodeum. Pada

    minggu ke-9 membrana analis koyak sehingga rektum berhubungan dengan dunia luar. Bagian

    atas kanalis analis berasal dari endoderm yang diperdarahi oleh pembuluh darah yang juga

    memperdarahi usus belakang, yaitu Arteri mesenterika inferior. Sedangkan sepertiga bagian

    bawah kanalis analis berasal dari ectoderm dan diperdarahi oleh Aa. Rektales yang merupakan

    cabang dari arteri pudenda interna. Bagian pertemuan endoderm dan ektoderm, disebut linea

    pektinata. Pada linea pektinata terjadi perubahan epitel dari epitel torak menjadi epitel berlapis

    gepeng.

    Gambar 2.24. Perkembangan dan Pembentukan Celah Anus

  • BAB III

    KESIMPULAN

    Susunan pencernaan manusia mulai terbentuk pada kehidupan mudigah hari ke-22 sebagai

    akibat dari pelipatan mudigah kearah sefalokaudal dan lateral. Sebagian dari rongga kuning telur

    yang dilapisi endoderm bergabung ke dalam mudigah dan membentuk usus primitif.

    Perkembangan embriologi sistem pencernaan dan turunannya biasanya dibahas dalam 3 bagian,

    yaitu (a) Usus depan, yang terletak di sebelah kaudal tabung faring dan membentang hingga ke

    tunas hati; (b) Usus tengah, mulai dari sebelah kaudal tunas hati dan berjalan ke suatu tempat

    kedudukan, yang pada orang dewasa membentuk pertemuan dua pertiga kanan dan sepertiga kiri

    kolon tranversum; dan (c) Usus belakang, yang membentang dari sepertiga kiri kolon tranversum

    hingga ke memrana kloakalis. Sedangkan mesoderm akan membentuk jaringan ikat, komponen

    otot, dan komponen peritoneum pada sistem pencernaan.

    Pada proses perkembangan selanjutnya, usus depan akan membentuk esophagus, lambung,

    duodenum, hati, limpe, dan pancreas. Usus tengah akan membentuk jejunum, ileum, sekum,

    apendiks, dan kolon asendens, dan dua per tiga proksimal kolon tranversum. Sedangkan Usus

    belakang akan membentuk sepertiga distal kolon tranversum, kolon desendens, kolon sigmoid,

    rectum, dan anus.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Crygmle and Presley. Embrylogy, Second Edition. London: Baillere Tindal; 1975.

    Ganong, W.F. Review of Medical Physiology. 21th Ed. San Francisco: Lange Medical Book;

    2003.

    Guyton, A.C. and Hall, J.E. Textbook of Medical Physiology, 11th Ed, Philadelphia: Elsevier

    Inc; 2006.

    Sadler TW. Langmans medical embryology: system-based embryology: muscular system,

    respiratory system, urogenital system. 11th ed. Philadelphia: Lippincott

    Williams&Wilkins; 2010.