Download - Referat Divertikel Kolon Fix

Transcript
Page 1: Referat Divertikel Kolon Fix

DIVERTIKEL KOLON

I. PENDAHULUAN

Divertikulosis merupakan suatu keadaan pada kolon yang dicirikan

dengan adanya hernasi mukosa melalui muskularis yang membentuk kantong

seperti botol. Bila satu kantong atau lebih mengalami peradangan, keadaan ini

disebut sebagai divertikulitis.1

Divertikulosis sangat sering dijumpai pada masyarakat Amerika dan

Eropa, diperkirakan sekitar separuh populasi dengan umur lebih dari 50 tahun

memiliki divertikula kolon. Kolon sigmoid adalah tempat yang paling sering

terjadinya divertikulosis Divertiklosis kolon merupakan penyebab yang

umum dari perdarahan saluran cerna bagian bawah, berperan hingga 40%

sampai 55% dari semua kasus perdarahan. Divertikula kolon merupakan lesi

yang diperoleh secara umum dari usus besar pada perut.2

Gambar 1. Diverticulosis pada

Kolon

Dikutip dari kepustakaan 3

Divertikulosis diperkirakan sebagai kelainan yang didapat, tetapi

etiologinya tidak terlalu dipahami. Teori yang paling banyak diterima adalah

tentang kurangnya dietary fiber yang menghasilkan volume feses yang kecil,

Page 2: Referat Divertikel Kolon Fix

sehingga membutuhkan tekanan intraluminal yang tinggi dan regangan

dinding kolon yang tinggi untuk propulsi.2,3

II. EPIDEMIOLOGI

Insidensi divertikulosis secara keseluruhan tinggi, penyakit ini

menyerang sekitar 10% penduduk menurut sebagian besar pemeriksaan

mayat. Divetikulosis jarang terjadi pada usia dibawah 35 tahun, tetapi

meningkat seiring bertambahnya usia sehingga pada usia 85 tahun, duapertiga

penduduk mengalami penyakit ini. Lokasi terjadinya divertikulosis yang

paling sering adalah kolon sigmoid yaitu sekitar 90% kasus.1

Menurut jenis kelamin, divertikulosis pada usia <50 tahun, lebih banyak

ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan, usia 50-70 tahun, perempuan

sedikit lebih banyak dibanding laki-laki, dan usia >70 tahun perempuan lebih

sering daripada laki-laki.4

Pada pemeriksaan kolonoskopi terhadap 876 pasien di RS. Pendidikan

Makassar, ditemukan 25 pasien (2,85%), penyakit divertikular dengan

perbandingan laki-laki dan perempuan 5:3, umur rata-rata 63 tahun dengan

persentase terbanyak pada kelompok umur 60-69 tahun. Hematokezia

merupakan gejala terbanyak dan lokalisasinya terutama di kolon bagian kiri

(kolon sigmoid atau kolon desendens).4

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI

a. Anatomi Kolon

Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan

panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani.

Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar

6,5 cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.1

Usus besar dimulai dari valvula ileocaecal sampai anus, usus besar dibagi

menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan

apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosaekal mengendalikan aliran

kimus dari ileum ke dalam sekum dan menceah terjadinya aliran balik bahan

Page 3: Referat Divertikel Kolon Fix

fekal dari usus besar ke usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden,

transversum, desenden dan sigmoid. Tempat kolon membentuk kelokan tajam

pada abdomen kanan dan kiri atau berturut-turut disebut sebagai fleksura

hepatica dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan

membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri

sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum.1,2

Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti

yang ditemukan pada bagian usus lain. Lapisan otot longitudinal usus besar

tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut taenia coli.

Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik dan

berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra.

Apendises epiplopika adalah kantong-kantong kecil peritonium berisi lemak

dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh jauh lebih

tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau

rugae. Kripte Lieberkuhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan

mempunyai lebih banyak sel goblet dibandungkan usus halus.1,2,5

Page 4: Referat Divertikel Kolon Fix

Gambar 2. Anatomi Kolon dan Potongan Melintang Kolon

Dikutip dari Kepustakaan 5

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan

berdasarkan suplai darah yang diterima. Sekum, kolon asendens dan bagian

kanan kolon trensversum diperdarahi oleh cabang arteri mesenterika superior

yaitu arteri ileokolika, arteri kolika dekstra, dan arteri kolika media,

sedangkan kolon trasversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid

dan sebagian besar rektum diperdarahi oleh arteri mesenterika inferior

melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid dan arteri hemoroidalis superior.

Suplai tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan

inferior yang dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis.2,5,6

Gambar 3. Pembuluh Darah Arteri pada Kolon

Dikutip dari kepustakaan 5

Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Aliran darah

vena disalurkan melalui vena mesenterika superior untuk kolon ascendens

dan kolon transversum dan melalui vena mesenterika inferior untuk kolon

Page 5: Referat Divertikel Kolon Fix

descendens, sigmoid dan rektum. Keduanya bermuara ke dalam vena porta,

tetapi vena mesenterika inferior melalui vena lienalis. Aliran vena dari kanalis

analis menuju ke vena kava inferior.2,5,6

Gambar 4. Pembuluh Darah Arteri pada Kolon

Dikutip dari kepustakaan 5

Kelenjar getah bening umumnya dikelompokkan tergantung pada

lokasinya. Kelenjar Epicolic terletak di sepanjang dinding usus dan appendiks

epiploica. Kelenjar paraclic yang berdekatan dengan arteri marginal. Kelenjar

intermediate terletak di sepanjang cabang utama dari pembuluh darah besar,

Kelenjar principal (utama) terletak di arteri mesenterika superior atau inferior.

Aliran limfe kolon sejalan dengan aliran darahnya. Hal ini penting diketahui

sehubungan dengan penyebaran keganasan dan kepentingannya dalam reseksi

keganasan kolon. Sumber aliran limfe terdapat pada muskularis mukosa. 5,6

Page 6: Referat Divertikel Kolon Fix

Gambar 5. Aliran pada Kolon

Dikutip dari kepustakaan 5

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom kecuali sfingter

eksterna yang berada dalam pengendalian voluntar. Kolon dipersarafi oleh

serabut saraf simpatis yang berasal dari nervus splanknikus dan pleksus

presakralis serta serabut saraf simpatis yang berasal dari nervus vagus.

Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi serta merangsang

sfringter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang

berlawanan.1,6

b. Fisiologi Kolon

Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit,

eksresi mukus serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya

keluar. Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan

berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi yang paling penting dalah

absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon

dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang enampung feses

yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.1,6

Kolon mengabsorpsi sekitar 800 ml air perhari, bandingkan dengan

usus halus yang mengabsorpsi sekitar 8000 ml. Namun demikian,

kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 1500-2000 ml/hari. Bila

jumlah ini dilampaui (misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari

ileum) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan per

hari sekitar 200 g dan 80-90% diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari

residu makanan yang tidak terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang terlepas

dan mineral yang tidak terabsorpsi.1

Sejumlah kecil penecernaan dalam usus besar terutama disebabkan

oleh bakteri dan bukan oleh kerja enzim. Usus besar menyekresi mukus

alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untum melumas

Page 7: Referat Divertikel Kolon Fix

dan melindungi mukosa. Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2,

H2, H2S dan CH4 membantu pembentukan gas (flatus) dalam kolon,

fermentasi bakteri pada sisa karbonhidrat juga melepaskan CO2, H2 dan

CH4 yang juga beperan dalm pembentukan flatus dalam kolon. Dalam

sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus.1,5

Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus

besar yang khas adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau

haustra meregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan

berkontraksi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif, tetapi

menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga

memberi cukup waktu untuk terjadinya absorpsi.1,5

Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: 1) kontraksi lambat dan

tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak kedepan,

menyumbat beberapa haustra, dan 2) peristaltik massa, merupakan

kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini

menggerakkan massa feses ke depan dan akhirnya merangsang defekasi.1

IV. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Menurut Painter dan Burkitt pada tahun 1960, penyebab terjadinya

penyakit divertikel adalah kurangnya serat dan rendahnya residu dalam

makanan yang dikonsumsi sehingga menyebabkan perubahan milieu interior

dalam kolon, pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian-penelitian

selanjutnya dimana terbukti bahwa kurangnya serat dalam makanan

merupakan faktor utama terjadinya penyakit divertikel sehingga disebut juga

penyakit defisiensi serat.4,7

Pada mereka yang mengkonsumsi kurang serat akan menyebabkan

penurunan massa feses menjadi kecil-kecil dan keras, waktu transit kolon

yang lebih lambat sehingga menyebabkan absorpsi air lebih banyak dan

output menurun menyebabkan tekanan dalam kolon meningkat untuk

mendorong massa feses mengakibatkan segmentasi kolon yang berlebihan.

Pada segmentasi yang meningkat akan terjadi oklusi pada kedua ujung

Page 8: Referat Divertikel Kolon Fix

segmen sehingga tekanan intraluminal meningkat secara berlebihan dan

menyebabkan terjadi herniasi mukosa/submukosa dan terbentuk divertikel.2,4,7

Divertikel saluran cerna paling sering ditemukan dikolon, khususnya

disigmoid. Divertikel kolon adalah divertikel palsu karena terdiri atas mukosa

yang menonjol melalui lapisan otot seperti hernia kecil. Divertikel ini disebut

divertikel pulsi (pukulan) karena disebabkan oleh tekanan tinggi di usus

bagian distal ini. Besarnya berkisar antara beberapa milimeter sampai dua

sentimeter, leher atau pintu dari divertikel biasanya sempit, tetapi mungkin

lebar dan kadang terbentuk fekolit didalamnya. Tekanan intralumen

bergantung pada kepadatan feses yang meningkat bila kekurangan serat.3,6

Divertikula sebenarnya adalah hernisi mukosa usus dari defek kecil

dilapisan dinding usus yang merupakan tempat keluarnya arteri ke appendiks

epiplopika, tempat tersebut terdapat antara taenia mesenterika dan

antimesenterika.5,8

V. GEJALA KLINIS

Penyakit divertikular atau duvertikulosis, pada umumnya tidak

memberikan gejala klinik pada 70-75% pasien, divertikulosis umumnya

ditandai dengan gejala nyeri perut yang tidak spesifik tanpa adanya bukti

proses inflamasi. Gejala Divertikulosis sering dipicu saat makan, seperti rasa

kram atau nyeri pada perut bawah, kembung dan konstipasi yang lebih sering

terjadi dibandingkan diare, nyeri palpasi kuadran kiri bawah disekitar kolon

sigmoid. Gejala-gejala tersebut nonspesifik tersebut tumpang tindih dengan

gejala inflamatory bowel syndrome yang baru dapat ditegakkan sebagai suatu

divertikulosis setelah melakukan pemeriksaan tambahan.4,9,10

Saat ini, tidak ada klasifikasi yang disepakati secara universal mengenai

penyakit divertikular, pasien dengan divertikulosis ditemukan kadang tidak

bergejala, gejala yang berulang dan dapat disertai komplikasi.11

Klasifikasi Deskripsi

Divertikulosis asimptomatic Pasien dengan divertikula dan tidak adanya tanda

atau gejala peradangan

Page 9: Referat Divertikel Kolon Fix

Divertikulosis symptomatic

uncomplicated

Pasien dengan gejala divertikula tetapi tanpa

gejala peradangan

Divertikulosis symptomatic

recurrent

Pasein dengan gejala divertikula yang berulang

(lebih dari 1 serangan pertahun) tanpa gejala

peradangan

Divertikulosis complicated Pasien dengan gejala divertikula yang

menunjukkan tanda peradangan disertai

komplikasi (perdarahan, abses, plegmon,

perforasi, purulen, dan peritonisis fecal, striktur,

fistula)

Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Divertikular Kolon

Dikutip dari kepustakaan 11

VI. DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis divertikulosis, dilakukan anamnesis yang cermat

mengenai keluhan utama, menanyakan riwayat perubahan pola defekasi,

frekuensi dan konsistensi feses. Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada

kelainan kolon adalah dispesia, hematokezia, anemia, benjolan dan obstruksi

karena radang dan keganasan.10

Pada pemeriksaan fisis didapatkan nyeri tekan lokal ringan dan sigmioid

sering dapat diraba sebagai struktur padat. Tidak ada demam maupun

leukositosis bila tidak ada radang. Bisa teraba tegang pada kuadran kiri

bawah, dapat teraba massa seperti sosis yang tegang pada sigmoid yang

terkena. Pada pemeriksaan fisis dilakukan rectal toucher untuk mengetahui

adanya nyeri tekan, penyumbatan maupun darah.6

Pada penyakit divertikel yang asimptomatik, diagnosis biasa ditemukan

secara kebetulan pada pemeriksaan barium enema, endoskopi atau pada

pemeriksaan CT Scan untuk tujuan lain. Pada pemeriksaan x-ray abdomen,

pasien divertikulitis akut 30-50% dapat ditemukan kelainan berupa dilatasi

Page 10: Referat Divertikel Kolon Fix

usus kecil/usus besar yang merupakan tanda ileus, tanda-tanda obstruksi,

densitas jaringan lemak

mengindikasikan adanya

plegmon/abses.4,12

Gambar 6. Diverticulosis Kolon Sigmoid pada Pemeriksaan Barium Enema

Dikutip dari kepustakaan 2

Selama bertahun-tahun pemeriksaan barium enema menjadi pemeriksaan

standar pada pasien dengan gejala penyakit kolon. Pemeriksaan dengan

barium dapat memberikan informasi tentang jumlah dan lokasi dari

divertikula kolon, tapi dapat membedakan gejala klinis yang ada.12

Page 11: Referat Divertikel Kolon Fix

Pemeriksaan dengan CT Scan dapat memberikan gambaran yang lebih

defenitif dengan evaluasi keadaan usus dan mesenterium yang lebih baik

dibandingkan dengan pemeriksaan USG abdomen, dengan sensitivitas 69-

89% dan spesifitas 75-100%. Hasil pemeriksaan CT dapat ditemukan

penebalan dinding kolon, streaky mesenteric fat dan tanda abses/plegmon.4

Pemeriksaan endoskopi (flexibel sigmoidoscope) merupakan

pemeriksaan dengan kontraindikasi relatif berhubung pada pemompaan udara

ke dalam kolon akan meningkatkan tekanan sehingga dapat terjadi perforasi.

Pendapat ahli merekomendasikan semua pasien dengan gejala penyakit

divertikular dilakukan pemeriksaan kolonoskopi kecuali pada pasien

neoplastik.9

Gambar 7. Diverticulosis Kolon pada Kolonoskopi

Dikutip dari kepustakaan 2

VII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan konservatif penyakit divertikular dilakukan dengan

konsumsi makanan tinggi serat dan sehat, asupan cairan yang baik.

Pemberiaan makanan berserat sebagai suplemen dalam makanan pada

pengobatan asimptomatik dan simptomatik penyakit divertikular, tidak hanya

Page 12: Referat Divertikel Kolon Fix

dapat mencegah terjadinya divertikel namun sekaligus dapat mengurangi dan

memperbaiki gejala-gejala serta mencegah timbulnya komplikasi.4,9,10,12

Cereal bran paling bermanfaat dalam menurunkan waktu transit di

sepanjang saluran cerna.

Mengurangi makanan daging dan lemak

Memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan

Tambahan serat 30-40 gram/hari atau pemberian laktulosa yang dapat

meningkatkan berat feses (sebagai osmotik laksatif pada simptomatik

divertikulosis) 2x15 ml/hari.

Pemberian antibiotik rifaximin yang kurang diabsorbsi ditambah

suplemen serat, dapat mengurangi gejala divertikulosis yang tidak

berkomplikasi.

Kasus ringan tanpa tanda perforasi diobati dengan diet cair atau

pemberian cairan intravena (IV), pelunak feses, tirah baring dan antibiotik

spektrum luas. Antibiotik yang bermanfaat melawan bakteri gram negatif

anaerob dapat diberikan pada penderita yang diduga mengalami perforasi

atau abses. Insisi dan drainase abses mungkin diperlukan setelah fase akut

diindikasikan pemberian diet residu tinggi.1,8,9

Page 13: Referat Divertikel Kolon Fix

Tabel 2. Pendekatan Terapi: Symptomatic Diverticular Disease

Dikutip dari kepustakaan 11

Tindakan operasi pada divertikulosis dilakukan baik operasi elektif

maupun operasi darurat berdasarkan keadaan sebagai berikut: a).Perforasi

bebas dengan peritonitis generalisata, b).Obstruksi, c).Abses yang tidak

dapat diresolusi melalui piranti perkutan, d).Fistula, e).Pengobatan

konservatif tidak berhasil dan keadaan pasien yang makin memburuk.4,8

Pembedahan hanya diperlukan pada penyakit yang berat, luas atau pada

komplikasi. Pembedahan yang diperlukan adalah reseksi kolon yang sakit

disertai anastomosis untuk memulihkan kontuinitas.13

Pasien yang memerlukan operasi segera adalah yang menunjukkan tanda-

tanda peritonitis atau obstruksi total, dilakukan dengan cara reseksi segmen

usus yang sakit, biasanya kolon sigmoid, dan pengangkatan kolon

(kolostomi) tepat disebelah proksimal titik reseksi. Rektum biasanya ditutup

dengan stapler.13

Pembedahan elektif kolon sebelah kiri tanpa peritonitis: reseksi segmen

yang terlibat dan sambungkan ujung-ujungnya (anastomosis primer),

pembedahan darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis difus: reseksi

segmen yang terlibat, tutup usus distal (yaitu: rektum bagian atas) dan

keluarkan usus proksimal sebagai ujung kolostomi (prosedur hartmann).

Pada pembedahan darurat pada kasus divertikulosis dengan komplikasi

seperti abses yag luas, peritonitis, obstruksi total dan perdarahan hebat. Pada

kasus ini dilakukan pembedahan 2 kali dimana pada operasi pertama

dilakukan pembersihan cavum peritonium, reseksi segmen kolon yang

terkena, dan dilakukan kolostomi temporer kemudan beberapa bulan

dilakukan operasi kedua dan pada operasi ini dilakukan penyambungan

kembali kolon (re-anastomosis).13

Pembedahan darurat kolon sebelah kiri dengan peritonitis minimal atau

tapa peritontis, reseksi segmen yang terlibat dan sambungkan ujung-

ujungnya (anastomosis primer).13

Page 14: Referat Divertikel Kolon Fix

Pada kasus divertikulosis raksasa, dilakukan reseksi divertikula yang

dilanjutkan dnegan reseksi segmen kolon yang terlibat. Pada beberapa kasus

dapat dilakukan reseksi divertikula atau diverticulectomy. Namun tindakan

ini tidak dianjurkan karena jika terdapat suatu massa pada kolon, akan

memicu suatu reaksi inflamasi dan pengangkatan seluruhnya dari sumber

inflamasi yang akan menyebabkan komplikasi adalah hal yang terpenting.13

Page 15: Referat Divertikel Kolon Fix

Gambar 8. Prosedur operasi 2 tahap dengan Hartmann Prosedur, Reseksi usus dan

colostomy dan reanastomosis

Dikutip dari kepustakaan 13

Gambar 9. Prosedur

operasi 3 tahap pada

divertikulitis

Dikutip dari kepustakaan 13

Page 16: Referat Divertikel Kolon Fix

VIII. DIFFENTIAL DIAGNOSIS

a. Sindrom Usus Iritatif (Irritable bowel syndrome)

Merupakan suatu penyakit gastrointestinal fungsional dengan gejala nyeri

perut, distensi abdomen, gangguan pola defekasi tanpa adanya gangguan

organik. Banyak faktor yang menyebabkan sindrom ini antara lain: gangguan

motilitas usus, intoleransi makanan, hipersensitivitas viseral, pasca infeksi

usus. Diagnosis IBS sendiri didasarkan pada konsensus yang tervalidasi dan

tidak ada pemeriksaan khusus untuk menegakkan diagnosis dari IBS tersebut.

Saat ini yang digunakan adalah Kriteria Rome II yang didasarkan pada

adanya keluhan berupa:2,4,7

Rasa tidak nyaman atau nyeri yang telah berlangsung selama 12 minggu

(tidak perlu berurutan) dan telah berlangsung dalam 12 bulan terakhir dan

tidak bisa dijelaskan oleh adanya abnormalitas secara kelainan struktur

maupun biokimia.

Terdapat 2 dari 3 gejala:

Nyeri hilang setelah defekasi

Perubahan frekuensi dari defekasi (diare atau konstipasi)

Perubahan bentu feses

b. Penyakit Inflamasi Usus (Inflamatory Bowel Disease)

Merupakan penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan

penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui. Secara garis besar, IBD

terdiri dari 3 jenis: Kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, Inderterminate Colitis.

Gejala klinis yang paling umum adalah diare kronis yang disertai dengan atau

tanpa nyeri perut dan hematokezia. Untuk membedakan dengan

divertikulosis, dapat dilakukan pemeriksaan kolonoskopi. Pada pemeriksaan

kolonoskopi didapatkan, lesi inflamasi pada kolon (hiperemis, ulserasi, dll),

lesi mudah berdarah, ada keterlibatan rektum dll.2,7

c. Karsinoma Kolorektal

Page 17: Referat Divertikel Kolon Fix

Karsinoma kolorektal umumnya juga terjadi pada usia diatas 50 tahun.

Adapun keluhan yang paling sering berupa: perubahan pola BAB,

hematokezia, dan kosntipasi. Pada kasus karsinoma kolorektal yang

perkembangannya lamban, keluhan dan tanda-tanda fisik yang timbul seperti

gejala obstruksi. Pada obstruksi parsial awalnya ditandai dengan nyeri

abdomen, namun pada obstruksi total dapat menyebabkan nausea, vomiting ,

distensi abdomen dan obstipasi. Untuk membedakan dengan divertikulosis,

perlu dilakukan pemeriksaan kolonoskopi.2,7

IX. KOMPLIKASI

Berikut komplikasi yang dapat muncul pada divertikulosis antara lain:

a. Divertikulitis

Seperti balon, divertikulum yang mengembang membentuk dinding yang

tipis dibandingkan bagian usus besar. Usus besar merupakan tempat

banyak bakteri yang menguntungkan bagi pencernaan, namun keadaan

dinding usus yang tipis menyebabkan bakteri dapat masuk ke lumen usus

dan menyebabkan infeksi yang disebut divertikulitis, pada divertikulitis

akut, ditemukan demam, leukositosis, nyeri dan nyeri tekan pada kuadran

kiri bawah abdomen, selama serangan akut, dapat terjadi perdarahan dari

jaringan granulasi vaskular namun biasanya ringan.3,13,14

Gambar 10. Stadium

Divertikulitis

Dikutip dari kepustakaan 13

Page 18: Referat Divertikel Kolon Fix

Klasifikasi stadium divertikulitis menurut hinchey:

Stadium 1: Peridivertikular plegmon dan mikroabses mesenterika

Stadium 2: Perikolik atau pelvik makroabses

Stadium 3: Peritonitis generalisata purulen akibat abses pecah

Stadium 4: Peritonitis feculen generalisata dengan feses

b. Perdarahan

Perdarahan dapat terjadi masif karena erosi menembus pembuluh darah

besar di dekat divertikula. Perdarahan sendiri merupakan komplikasi yang

jarang terjadi, dilaporkan sekitar 3-5% penderita dengan divertikulosis

mengalami perdarahan rektum.3,10,14

c. Abses, Perforasi, Peritonitis

Divertikula yang meradang akut mengalami ruptur. Bila perforasi yang

terjadi kecil, dapat mengakibatkan pembentukan abses dekat divertikulum

yang mengalami perforasi, bila perforasi besar, feses dapat masuk ke

dalam peritonium dan menyebabkan bentuk peritonitis yang paling

berbahaya dengan morlalitas tinggi. Peritonitis adalah komplikasi yang

paling jarang tetapi paling serius.2,6,14

d. Fistula

Jika infeksi karena divertikulitis menyebar keluar kolon, maka jaringan

kolon dapat menempel ke jaringan didekatnya. Organ yang paling sering

terkena adalah kandung kemih membentuk fistula kolovesika, dan pada

wanita terbentuk fistula antara kolon dan vagina membentuk fistula

kolovagina.1,13

e. Obstruksi Usus

Jaringan fibrosis akibat infeksi bisa menyebabkan penyumbatan kolon

parsial maupun total. Jika hal ini terjadi, maka kolon tidak mampu

mendorong isi usus secara normal. Obstruksi dapat juga disbabkan kaena

pembetukan abses atau edema, akibat striktur kolon setelah serangan

divertikulitis rekurns. Obstruksi pada usus halus juga umum terjadi

khususnya pada keadaan dimana terbentuk abses peridivertikuler yang

berukuran besar.1,12,14

Page 19: Referat Divertikel Kolon Fix

X. PROGNOSIS

Penyakit divertikular merupakan keadan yang jinak, tetapi memiliki

mortalitas dan morbiditas yang signifikan apabila terjadi komplikasi. Sebagai

dokter, komplikasi awal berupa divertikulitis dapat dideteksi lebih dini dan dapat

dilakukan pencegahan dan pengobatan untuk mencegah komplikasi yang lebih

berat. Perforasi dan peritonitis dapat menyebabkan angka kematian meningkat

dan memerlukan tindakan bedah segera.13,14