Download - referat BPH

Transcript

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 1/21

 

BAB I

PENDAHULUAN

Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior buli – buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami

pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan

terhambatnya aliran urin keluar dari buli – buli. Bentuknya sebesar buah kenari

dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. McNeal (1976) membagi

kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain : zona perifer, zona sentral,

zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretra. Sebagian

besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional.

Hiperplasi prostat benigna merupakan penyakit pada pria tua dan jarang

ditemukan pada usia yang kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dialami oleh 50%

pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun.

Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir 

sampai pubertas. Pada waktu itu ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang

kontinyu sampai usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa kelima, prostat dapat

mengalami perubahan hipertropi. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan

terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi.

Etiologi pasti hipertropi prostat benigna belum jelas, walaupun tampaknya

tidak terjadi pada pria yang dikastrasi sebelum pubertas, dan tidak berlanjut

setelah kastrasi. Kelainan ini bisa disertai dengan peningkatan dalam kandungan

dihidrotestoteron jaringan atau dengan perubahan rasio androgen terhadap

estrogen, yang diketahui berubah dengan penuaan. Sekitar 1 dalam 100 pria

akan memerlukan pembedahan untuk keadaan ini.

1

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 2/21

 

BAB II

HIPERPLASIA PROSTAT BENIGNA

ANATOMI KELENJAR PROSTAT

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli –

buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah

kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram.

Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam

beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional,

zona prepostatik sfingter, dan zona anterior. Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen stroma ini terdiri

atas otot polos, fibroblast, pembuluh darah, saraf, dan jaringan penyanggah yang

lain.

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen

dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara

di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain

pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh

volume ejakulat.

Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari

pleksus prostatikus. Pleksus prostatikus ( pleksus pelvikus ) menerima masukan

serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus

hipogastrikus ( T10-L2 ). Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar 

pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran

cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem

simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher 

buli – buli. Di tempat – tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergik – α.

Rangsangan simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos tersebut.

Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron,

yang di dalam sel – sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi

2

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 3/21

 

metabolit aktif dihidrotestoteron ( DHT ) dengan bantuan enzim 5α – reduktase.

Dihidrotestoteron inilah yang secara langsung memacu m – RNA di dalam sel –

sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor  yang memacu

pertumbuhan kelenjar prostat.

Jika kelenjar ini mengalami hiperplasi jinak atau berubah menjadi kanker 

ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi

saluran kemih.

Aliran Urin normal

3

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 4/21

 

Aliran urin dengan BPH

ETIOLOGI

BPH terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial dari glandula prostat

yang sering didapatkan gejala voiding.

Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan testosteron estrogen

karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi

estrogen pada jaringan adiposa di perifer.

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya

hyperplasia prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia

prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron ( DHT ) dan

proses aging ( menjadi tua ). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab

timbulnya hiperplasia prostat adalah :

1. Teori dihidrotestosteron

2. adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

3. interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat

4. berkurangnya kematian sel ( apoptosis )

5. teori stem sel

4

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 5/21

 

1. Teori Dihidrotestosteron

Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat

penting pada pertumbuhan sel – sel kelenjar prostat. Dibentuk dari

testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5α- reduktase dengan bantuan

koenzim NADPH. DHT yang telah terbentuk berikatan dengan reseptor 

androgen ( RA ) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya

terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel

prostat.

Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak

 jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH,

aktivitas enzim 5α- reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak

pada BPH. Hal ini menyebabkan BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga

replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.

2. Ketidakseimbangan Antara Estrogen – testosteron

Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen :

testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam

prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel – sel kelenjar prostat dengancara meningkatkan sensitifitas sel – sel prostat terhadap rangsangan hormon

androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah

kematian sel – sel prostat ( apoptosis ). Hasil akhir dari semua keadaan ini

adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel –sel baru akibat rangsangan

testosteron menurun, tetapi sel – sel prostat yang telah ada mempunyai umur 

yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.

3. Interaksi Stroma – Epitel 

Cunha ( 1973 ) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel – sel stroma melalui

suatu mediator ( growth factor ) tertentu. Setelah sel – sel stroma

mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel – sel stroma mensintesis

5

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 6/21

 

suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel – sel epitel secara

parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel – sel epitel

maupun sel stroma.

4. Berkurangnya Kematian Sel Prostat 

Program kematian sel ( apoptosis ) pada sel prostat adalah mekanisme

fisiologi untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada

apoptosis terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel –sel

yang mengalami apoptosis akan difagositosis oleh sel – sel di sekitarnya

kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.

Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel

dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada

prostat dewasa, penambahan jumlah sel – sel prostat baru dengan yang mati

dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel – sel prostat yang

mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel – sel prostat secara

keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa

prostat.

5. Teori Sel StemUntuk mengganti sel – sel yang telah mengalami apoptosis, selalu

dibentuk sel – sel baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu

sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan

sel ini sangat tergantung pada keberadaan hormon androgen, sehingga jika

hormon ini kadarnya menurun seperti yang terjadi pada kastrasi,

menyebabkan terjadinya apoptosis. terjadinya proliferasi sel – sel pada BPH

dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi

produksi yang berlebihan sel stroma atau sel epitel.

6

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 7/21

 

PATOFISIOLOGI

Biasanya ditemukan gejala dan tanda obstruksi serta iritasi. Gejala dan

tanda obstruksi saluran kemih berarti penderita harus menunggu pada

permulaan miksi, miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran miksi

menjadi lemah dan rasa belum puas sehabis miksi. Gejala iritasi disebabkan

hipersensitivitas otot detrusor berarti bertambahnya frekuensi miksi, nokturia,

miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal

berkontraksi cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi

terputus – putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna

pada saat miksi atau pembesaran miksi atau pembesaran prostat menyebabkan

rangsangan pada kandung kemih sehingga vesika sering berkontraksi meskipun

belum penuh. Gejala dan tanda ini diberi skor untuk menentukan berat keluhan

klinis.

Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga

pada akhir miksi masih di dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas

pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut, pada suatu saat akan terjadi

kemacetan total sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi

urin terus terjadi, pada suatu saat vesika tidak mampu lagi menampung urin

sehingga tekanan intra vesika terus meningkat. Apabila tekanan vesika menjadi

menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter dan obstruksi, akan terjadi

inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko-ureter,

hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat

bila terjadi infeksi. pada waktu miksi, penderita harus selalu mengedan sehingga

lama kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid.

Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam

kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan

hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks,

dapat terjadi pielonefritis.

7

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 8/21

 

Hiperplasia Prostat

Penyempitan lumen uretra posterior 

↓Tekanan intravesikal ↑

Buli – buli Ginjal dan ureter 

- Hipertrofi otot detrusor - Refluks vesiko-ureter 

- Trabekulasi - Hidroureter 

- selula - Hidronefrosis- divertikel buli – buli - Pionefrosis pilonefritis

- Gagal ginjal

GEJALA KLINIS

Biasanya gejala – gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower 

Urinary Tract Symptoms ( LUTS ), dan dapat dibedakan menjadi :

1. Gejala iritatif 

• Frekuensi : sering miksi

Frekuensi terutama terjadi pada malam hari ( nokturia ) karena

hambatan normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan

uretra berkurang selama tidur.

• Nokturia : terbangun untuk miksi pada malam hari

Nokturia dan frekuensi terjadi karena pengosongan yang tidak

lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar miksi lebih pendek.

• Urgensi : perasaan miksi yang sangat mendesak

8

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 9/21

 

• Disuria : nyeri pada saat miksi

Urgensi dan disuria jarang terjadi, jika ada disebabkan oleh

ketidaksatabilan detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter.

2. Gejala obstuktif 

• Pancaran melemah

• Rasa tidak lampias sehabis miksi

• Terminal dribbling : menetes setelah miksi

Terminal dribbling dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi

karena jumlah residu urin yang banyak dalam buli – buli.

• Hesitancy : bila mau miksi harus menunggu lama

Terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk

dapat melawan resistensi uretra.

• Straining : harus mengedan jika miksi

• Intermittency: kencing terputus – putus

Terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra

sampai akhir miksi

• Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin

dan inkontinen karena overflow.

Keluhan ini biasanya disusun dalam bentuk score symptom. Terdapat

beberapa jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan

menentukan tingkat beratnya penyakit, diantaranya adalah score internasional

gejala-gejala prostat WHO ( Internasional Prostate Symptom Score, IPSS) dan

score Madsen Iversen.

9

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 10/21

 

Skor Madsen – Iversen dalam bahasa Indonesia

Pertanyaan 0 1 2 3 4

Pancaran Normal Berubah –

ubah

Lemah Menetes

Mengedan

pada saat

berkemih

Tidak Ya

Harus

menunggu

saat akan

miksi

Tidak Ya

BAK terputus – putus

Tidak Ya

Miksi tidak

lampias

Tidak tahu Berubah –

ubah

Tidak

lampias

1x retensi > 1x

retensi

Inkontinensia Ya

BAK sulit

ditunda

Tidak ada Ringan Sedang Berat

Miksi malam

hari

0 – 1 2 3-4 >4

BAK siang

hari

> 3 jam

sekali

Setiap

2 – 3 jam

sekali

Setiap

1 – 2 jam

sekali

< 1 jam

sekali

Skor Internasional gejala – gejala prostat WHO

( Internasional Prostate Symptom Score, IPSS )

10

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 11/21

 

Keluhan pada bulan

terakhir 

Tidak

sama

sekali

< 1 - 5x

> 5 -

< 15x

15x > 15x Hampi

selalu

Adakah anda merasa buli

 – buli tidak kosong setelah

BAK

0

Berapa anda hendak BAK

lagi dalam waktu 2 jam

setelah BAK

0 1 2 3 4 5

Berapa kali terjadi air 

kencing berhenti sewaktu

BAK

0 1 2 3 4 5

Berapa kali anda tidakdapat menahan keinginan

BAK

0 1 2 3 4 5

Berapa kali arus air seni

lemah sekali sewaktu BAK

0 1 2 3 4 5

Berapa kali terjadi anda

mengalami kesulitan

memulai BAK (harus

mengejan)

0 1 2 3 4 5

Berapa kali anda bangun

untuk BAK diwaktu malam

0 1x 2x 3 x 4 x 5 x

Andaikata hal yang anda

alami sekarang akan tetap

berlangsung seumur hidup,

bagaimana perasaan anda

Sangat

senang

Cukup

senang

Biasa

saja

Agak

tidak

senang

Tidak

menyen

angkan

Sangat

tidak

menyen

angkan

Jumlah nilai :

0 = baik sekali

1 = baik

2 = kurang baik

3 = kurang

4 = buruk

11

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 12/21

 

5 = buruk sekali

Sistem skoring I-PSS terdiri dari tujuh pertanyaan yang berhubungan

dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan

kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan dihubungkan dengan keluhan miksi

diberi nilai dari 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut

kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 sampai 7.

Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu

(1) ringan : skor 0-7, (2) sedang : skor 8-19, (3) berat : skor 20-35.

Mild or No Symptoms. Skor IPSS 7 atau di bawah 7, pada umumnya

memilih watchfull   waiting  sekalipun prostat mereka membesar. Perlu diingat,

bagaimanapun obstruksi traktus urinaria dapat memperlihatkan pembesaran

prostat sekalipun tidak mempunyai gejala, maka ada beberapa resiko dengan

pilihan ini, walaupun itu kecil.

PEMERIKSAAN KLINIS

1. Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination ( DRE )

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting, DRE dapat memberikan

gambaran tonus sfingter ani, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti

benjolan di dalam rektum dan tentu saja meraba prostat. Pada perabaan

prostat harus diperhatikan :

- Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal

- Adakah asimetri

- Adakah nodul pada prostat

- Apakah batas atas dapat diraba dan apabilabatas atas masih dapat diraba biasanya besar prostat diperkirakan <

60 gr.

Pada BPH akan ditemukan prostat yang lebih besar dari normal atau

normal ( ingat tidak ada korelasi antara besar prostat dengan obstruksi

yang ditimbulkannya ), permukaan licin dan konsistensi kenyal.

12

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 13/21

 

Pada akut retensi, buli-buli penuh ( ditemukan massa supra pubis )

yang nyeri dan pekak pada perkusi.

Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinis

Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah

diraba

< 50 ml

II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat

dicapai

50 – 100 ml

III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml

IV Retensi urin total

 

2. Derajat berat obstruksi

Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin

setelah miksi spontan. Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih

dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan

melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. Sisa urin lebih dari 100

cc biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi melakukan intervensi pada

hipertrofi prostat.

Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur pancaran urin

pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri.

Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran

maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun

antara 6 – 8 ml/detik, sedangkan maksimal pancaran menjadi 15 ml/detik atau

kurang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

13

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 14/21

 

Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk melihat

adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus

diperhatikan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi

saluran kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria.

Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah merupakan informasi dasar 

dari fungsi ginjal dan status metabolik.

Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen ( PSA ) dilakukan sebagai dasar 

penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai

PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi. Sedangkan bila nilai PSA 4 – 10 ng/ml,

hitunglah Prostate Spesifik Antigen Density ( PSAD ) yaitu PSA serum dibagi

dengan volume prostat. Bila PSAD ≥ 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi

prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml.

2. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen, pielografi

intra vena, USG dan sistoskopi. Tujuan pemeriksaan pencitraan ini adalah

untuk memperkirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi buli - buli

dan volume residu urin, dan mencari kelainan patologi lain, baik yang

berhubungan maupun tidak dengan BPH.Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius,

pembesaran ginjal atau buli – buli. Dapat juga dilihat lesi osteoblastik sebagai

tanda metastasis dari keganasan prostat serta osteoporosis akibat kegagalan

ginjal.

Dari pielografi intra vena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal,

hidronefrosis dan hidroureter, fish hook appearance ( gambaran ureter 

berbelok-belok di vesica ), indentansi pada dasar buli – buli, divertikel, residu

urin, atau filling defect di vesica.

Cara pencitraan yang lain ialah pemeriksaan USG. Cara pemeriksaan ini

untuk prostat hipertrofi dianggap sebagai pemeriksaan yang baik oleh karena

ketepatannya dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak adanya bahaya

radiasi dan juga relatif murah. Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara

14

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 15/21

 

trans abdominal atau transrektal ( TRUS = Trans Rectal Ultrasonografi ).

TRUS dianggap lebih baik untuk pemeriksaan kelenjar prostat apalagi bila

menggunakan transducer yang ’biplane’. Selain untuk mengetahui adanya

pembesaran prostat pemeriksaan USG dapat pula mendeteksi volume buli,

mengukur sisa urin, dan patologi lain seperti divertikel, tumor buli yang besar,

batu buli. TRUS dapat pula mengukur besarnya prostat yang diperlukan

untuk menentukan jenis terapi yang tepat yaitu apabila besarnya lebih dari 60

gr digolongkan besar sehingga kalau akan dilakukan operasi dipilih operasi

buka. Perkiraan besarnya prostat dapat pula dilakukan dengan USG

suprapubik atau trans urethral tetapi cara transuretral dianggap terlalu invasif.

Pengukuran volume prostat sering disebut volumetri dan biasanya memakai

rumus volume = 0,52 x d1 x d2 x d3, bila kita anggap bahwa bentuk

prostatelipsoid dan d adalah jarak panjang, lebar ( pada potongan

transversal ), dan panjang prostat adalah potongan sagital. Dari USG dapat

diperkirakan besarnya prostat, memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu

urin, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli – buli.

3. Sistoskopi 

Sistoskopi sebaiknya dilakukan pada anamnesa ditemukan adanyahematuri atau pada pemeriksaan urin ditemukan adanya mikrohematuri,

untuk mengetahui adanya kemungkinan tumor di dalam vesica atau sumber 

perdarahan dari atas yang dapat dilihat apabila darah datang dari muara

ureter, atau adanya batu kecil yang radiolusent di dalam vesica. Selain itu

sistoskopi dapat juga memberi keterangan mengenai besar prostat dengan

mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat penonjolan prostat

kedalam uretra.

4. CT – Scan atau MRI 

Pencitraan dengan CT – Scaning dan Magnetic Resonance Imaging / MRI

dalam praktek jarang dipakai karena cara pemeriksaan ini mahal dan

keterangan yang diperoleh tidak terlalu banyak dibandingkan cara lain.

15

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 16/21

 

DIAGNOSIS BANDING

Proses miksi bergantung pada kekuatan kontraksi detrusor, elastisitas

leher kandung kemih dengan tonus ototnya dan resistensi uretra. Setiap

kesulitan miksi disebabkan oleh salah satu dari ketiga faktor tersebut.

Kelemahan detrusor dapat disebabkan oleh kelainan saraf ( kandung kemih

neurologik ), misalnya pada lesi medula spinalis, neuropatia diabetes, bedah

radikal yang mengorbankan persarafan di daerah pelvis, penggunaan obat

penenang, obat penghambat reseptor ganglion da parasimpatolitik. Kekakuan

leher vesika disebabkan oleh proses fibrosis, sedangkan resistensi uretra

disebabkan oleh pembesaran prostat jinak atau ganas, tumor di leher kandung

kemih, batu di uretra atau striktur uretra. Kelainan tersebut dapat dilihat dengan

sistokopi.

Diagnosis banding obstruksi saluran kemih karena hipertrofi prostat 

16

 

Kelemahan detrusor kandung kemih :

- Gangguan neurologik

o Kelainan medula spinalis

o neuropati diabetes mellitus

o pascabedah radikal di pelvis

o farmakologik ( obat penenang, penghambat alfa, parasimpatolitik )

- Kekakuan leher kandung kemih

o fibrosis

- Resistensi uretra

o hipertrofi prostat ganas atau jinak

o kalainan yang menyumbat uretra

o uretralitiasis

o uretritis akut atau kronik

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 17/21

 

PENATALAKSANAAN

Penderita datang ke dokter bila hipertrofi prostat telah memberikan

keluhan klinis. Derajat berat gejala klinis dibagi menjadi empat gradasi

berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin.

WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi

yang disebut WHO PSS ( WHO Prostate Symptom Score ). Skor ini dihitung

berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi.

Terapi nonbedah dilakukan jika WHO PSS tetap di bawah 15. Untuk itu

dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah

dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.

Di dalam praktek pembagian besar prostat derajat I – IV digunakan untuk

menentukan cara penanganan.

DERAJAT I

Belum memerlukan tindak bedah, diberikan tindakan konservatif, misalnya

dengan penghambat adrenoreseptor alfa seperti alfazosin, prazosin dan

17

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 18/21

 

terazosin. Keuntungan obat penghambat adrenoreseptor alfa ialah efek positif 

segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasia prostat

sedikit pun. Kekurangannya ialah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian

lama.

DERAJAT II

Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan. Biasanya dianjurkan reseksi

endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection = TUR ). Mortalitas TUR

sekitar 1% dan morbiditas sekitar 8%. Kadang derajat dua dapat dicoba dengan

pengobatan konservatif.

DERAJAT III

Reseksi endoskopik dapat dikerjakan oleh pembedah yang cukup

berpengalaman. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga

reseksi tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan pembedahan.

Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal, retropubik

atau perineal. Pada operasi melalui kandung kemih dibuat sayatan perut bagian

bawah menurut pfannenstiel ; kemudian prostat dienukleasi dari dalam

simpainya. Keuntungan teknik ini adalah dapat sekaligus untuk mengangkat batubuli – buli atau divertikelektomi apabila ada divertikulum yang cukup besar. Cara

pembedahan retropubik menurut milin dikerjakan melalui sayatan kulit

pfannenstiel dengan membuka kandung kemih, kemudian prostat dienukleasi.

Cara ini mempunyai keunggulan yaitu tanpa membuka kandung kemih sehingga

pemasangan kateter tidak lama seperti bila membuka vesika. Kerugiannya, cara

ini tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari

dalam kandung kemih. Kedua cara pembedahan terbuka tersebut masih kalah

dibandingkan dengan cara TUR, yaitu morbiditasnya yang lebih lama, tetapi

dapat dikerjakan tanpa memerlukan alat endoskopi yang khusus, dengan alat

bedah baku. Prostatektomi melalui sayatan perineal tidak dikerjakan lagi.

DERAJAT IV

18

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 19/21

 

Tindakan yang pertama harus dikerjakan adalah membebaskan penderita dari

retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitif 

dengan TUR atau pembedahan terbuka.

Penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan untuk dilakukan

pembedahan, dapat diusahakan pengobatan konservatif dengan memberikan

obat penghambat adrenoreseptor alfa. Efek samping obat ini adalah gejala

hipotensi, seperti pusing, lemas, palpitasi dan rasa lemah.

Pengobatan konservatif ialah dengan pemberian obat antiandrogen yang

menekan produksi LH. Kesulitan pengobatan konservatif adalah menetukan

berapa lama obat harus diberikan dan efek samping obat.

Pengobatan lain yang invasif minimal adalah pemanasan prostat dengan

gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang

dipasang pada ujung kateter. Dengan cara yang disebut transurethral micro

wave thermotherapy ( TUMT ) ini, diperoleh hasil perbaikan kira –kira 75 % untuk

gejala objektif.

Pada penanggulangan invasif minimal lain, yang disebut transurethral

ultrasound guided laser induced prostatectomy ( TULIP ) digunakan cahaya

laser. Dengan cara ini, diperoleh juga hasil yang cukup memuaskan.Uretra di daerah prostat dapat juga didilatasi dengan balon yang

dikembangkan didalamnya ( trans urethral ballon dilatation = TUBD ). TUBD ini

biasanya memberi perbaikan yang bersifat sementara.

KOMPLIKASI

Apabila buli – buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin.

Karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mapumenampung urin sehingga tekanan intra vesika meningkat, dapat timbul

hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat

 jika terjadi infeksi.

Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam buli

 – buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria.

19

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 20/21

 

Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi

pielonefritis.

Pada waktu miksi pasien harus mengedan shingga lama kelamaan dapat

menyebabkan hernia atau hemoroid.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery.

8

th

Edition. Singapore : The McGraw-Hill Companies,Inc;2005.

2. Mansjoer, Arif, Suprohaita, Wardhani, Wahyu Ika. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Dua. Jakarta : Media Aesculapius; 2000.

3. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta :

Sagung Seto.

20

5/11/2018 referat BPH - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/referat-bph-55a0c75f518b6 21/21

 

4. Ramon P, Setiono, Rona, Buku Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran ; 2002: 203-7

5. Sabiston, David. Sabiston : Buku Ajar Bedah. Alih bahasa : Petrus. Timan.

EGC. 1994.

6. Samsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, 2003.

7. Sapardan Subroto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bagian Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

21