BAB I
PENDAHULUAN
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu
jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan, sangat khusus, dan
kompleks.Fungsi utama sistem ini adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat
untuk bergerak. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua
fungsi tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit
yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal
dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan
jiwa.
Osteomielitis adalah infeksi tulang dan sumsum tulang.Osteomielitis akut
terutama ditemukan pada anak-anak. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian
distal, tibia bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal,
serta vertebra.1Mikroorganisme memasuki tulang dengan cara penyebarluasan secara
hematogen, secara penyebaran dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau pun
melalui luka penetrasi.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bay i dan neona tu s . I n s iden d i amer ika 1 da r i 5000
anak , dan 1 da r i 1000 pada neonatal. Pada keseluruhan insiden
terbanyak pada negara berkembang. Osteomyelitis pada anak sering
bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomyelitis
pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik
yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan
lunak.5,6Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
anak perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah
tulang-tulang panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula.
Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena pada
1
tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah.5,6Faktor-faktor pasien seperti perubahan
pertahanan netrofil, imunitas humoral, danimunitas selular dapat meningkatkan resiko
osteomielitis.6
Organisme spesifik yang diisolasi dari ostemielitis serngkali dihubungkan
dengan usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang menyertainya (trauma atau
riwayat operasi) Staphylococcus aureus terlibat pada kebanyakan pasien dengan
osteomyelitis hematogenous akut dan bertanggung jawab atas 90% kasus pada anak-
anak yang sehat. Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis
dan siphilis melalui proses spesifik,oleh jamur seperti aktinomikosis yang pada
awalnya seringkali bersifat kronik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus.4,7,9
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari timbulnya
gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya
onset penyakit dalam 7-14 hari.Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari
sampai 3 bulan. Sedangkan osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang
perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Untuk lebih mengenal dan mengetahui
lebih dalam mengenai penyakit osteomyelitis, maka pada makalah ini akan dibahas
mengenai definisi hingga tatalaksana osteomyelitis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteomielitis (osteo-berasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti tulang,
myelo artinya sumsum, dan-itis berarti peradangan) secara sederhana berarti infeksi
tulang atau sumsum tulang.5
Berdasarkan kamus kedokteran Dorland, osteomielitis ialah radang tulang
yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga
dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui
tulang, melibatkan sum-sum, korteks, dan periosteum.10
2.2 Insidens
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II, tetapi dapat pula
ditemukan pada bay i dan neona tu s . I n s iden d i amer ika 1 da r i 5000
anak , dan 1 da r i 1000 pada neonatal. Pada keseluruhan insiden
terbanyak pada negara berkembang. Osteomyelitis pada anak sering
bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomyelitis
pada orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik
yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak.5,6
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak
perempuan dengan perbandingan 4:1.Lokasi yang tersering ialah tulang-
tulang panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun
tibia menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya
terdapat sedikit pembuluh darah.5,6Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan
3
netrofil, imunitas humoral, danimunitas selular dapat meningkatkan resiko
osteomielitis.6
Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus
(89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii
dan Eschericia coli (1-2%).
2.3 Etiologi
Organisme spesifik yang diisolasi dari ostemielitis serngkali dihubungkan
dengan usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang menyertainya (trauma atau
riwayat operasi) Staphylococcus aureus terlibat pada kebanyakan pasien dengan
osteomyelitis hematogenous akut dan bertanggung jawab atas 90% kasus pada anak-
anak yang sehat. Penyebab osteomyelitis pada anak-anak ialah Staphylococcus
aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella
typhi dan Escherichia coli (1-2%).Bakteri penyebab osteomyelitis kronik terutama
adalah Staphylococcus aureus, E coli, Proteus atau Pseudomonas aeruginosa.Pada
kasus-kasus operasi ortopedi yang menggunakan implan, bakteri terbanyak
menyebabkan osteomyelitis kronik adalah S epidermidis.5,6,9
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat
disebabkan olehinfeksi bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan
siphilis melalui proses spesifik,oleh jamur seperti aktinomikosis yang pada
awalnya seringkali bersifat kronik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus.4,7,9
4
2.4 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi secara :
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan operasi pada tulang
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya.11
5
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan secara
hematogen, bisa secara penyebaran dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau
karena luka penetrasi. Trauma, iskemia, dan benda asing meningkatkan kerentanan
tulang akan terjadinya invasi mikroba pada lokasi yang terbuka (terekspos) yang
dapat mengikat bakteri dan menghambat pertahanan host. Fagosit mencoba untuk
menangani infeksi dan, dalam prosesnya, enzim dilepaskan sehingga melisiskan
tulang. Bakteri melarikan diri dari pertahanan host dengan menempel kuat pada
tulang yang rusak, dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan
melapisi tubuh dan lapisan yang mendasari tubuh mereka sendiri dengan pelindung
biofilm yang kaya polisakarida. Nanah menyebar ke dalam saluran pembuluh darah,
meningkatkan tekanan intraosseous dan mempengaruhi aliran darah. Disebabkan
infeksi yang tidak diobati sehingga menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang
menghasilkan pemisahan fragmen devaskularisasi yang besar (sequester). Ketika
nanah menembus korteks, subperiosteal atau membentuk abses pada jaringan lunak,
dan peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru (involucrum) sekitar
sequester.12
Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan kongesti atau tersumbatnya
pembuluh darah merupakan temuan histologis utama osteomielitis akut.Fitur yang
membedakan dari osteomielitis kronis, yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh
tidak adanya osteosit yang hidup.Terdapat sel mononuklear yang dominan pada
infeksi kronis, dan granulasi dan jaringan fibrosa menggantikan tulang yang telah
diserap kembali oleh osteoklas. Pada tahap kronis, organisme mungkin terlalu sedikit
untuk dilihat pada pewarnaan.12
Jumlah infeksi secara hematogen terjadi sekitar 20% dari kasus osteomielitis
dan terutama menyerang anak-anak, pada tulang panjang yang terinfeksi, dan orang
dewasa yang lebih tua dan pengguna narkoba secara intavena, dan pada tulang
belakang yang merupakan tempat yang paling umum terjadinya infeksi.12
6
Infeksi sering hanya melibatk3an satu tulang, paling sering tibia, femur, atau
humerus pada anak-anak dan pada badan vertebra pada pengguna narkoba suntik dan
orang dewasa yang lebih tua. Bakteri menetap pada metafisis yang memiliki perfusi
yang baik, jaringan sinusoid vena memperlambat aliran darah, dan fenestrasi dalam
kapiler memungkinkan organisme untuk melarikan diri menuju ruang extravascular.
Disebabkan terjadi perubahan anatomi vaskular seiring dengan bertambahnya usia,
infeksi pada tulang panjang secara hematogen jarang terjadi pada orang dewasa dan,
ketika itu terjadi, biasanya melibatkan diafisis dari tulang.12
Manifestasi klinisnya, anak dengan osteomielitis biasanya muncul secara akut,
dengan demam, menggigil, nyeri lokal, dan dalam banyak kasus terjadi pembatasan
gerak atau kesulitan menopang badan.Eritema dan bengkak menunjukkan perluasan
nanah melewati korteks.Selama masa bayi dan setelah pubertas, infeksi dapat
menyebar melalui epiphysis ke ruang sendi. Pada anak-anak usia lain, perluasan
infeksi melewati korteks menghasilkan keterlibatan sendi jika metafisis intracapsular.
Jadi, arthritis septik pada siku, bahu, dan pinggul dapat mempersulit osteomielitis
pada radius proksimal, humerus, dan femur, masing-masing.Pada anak-anak, sumber
bakteremia biasanya tidak jelas.Riwayat yang sering diperoleh adalah adanya trauma
tumpul yang terjadi baru-baru ini, diduga, hasil dari kondisi ini terjadi hematoma
intraosseous yang kecil atau penyumbatan pembuluh darah yang mempengaruhi
terjadinya infeksi. Orang dewasa dengan osteomielitis hematogen dapat terjadi baik
disebabkan predisposisi dari infeksi tempat lain (misalnya, saluran pernafasan atau
kemih, katup jantung, atau sebuah situs kateter intravaskuler) atau bakteremia tanpa
sumber yang jelas.12
7
Keadaan Infant Anak-Anak Orang Dewasa
Lokalisasi
Involucrum
Sekuestrasi
Keterlibatan Sendi
Abses Jaringan
Lunak
Fraktur Patologis
Fistula
Metafisis dengan
ekstensi ke epifisis
Common
Common
Common
Common
Not Common
Not Common
Metafisis
Common
Common
Not Common
Common
Not Common
Variabel
Epifisis
Not Common
Not Common
Common
Not Common
Common*
Common
Tabel 2.1 Osteomielitis hematogen dari tulang berbentuk pipa 4
* pada kasus yang tidak diobati
2.5 Klasifikasi Osteomielitis
Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendeskripsikan
ostemielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dari timbulnya
gejala : akut, subakut, dan kronik. Osteomielitis akut diidentifikasi dengan adanya
onset penyakit dalam 7-14 hari. Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses
hematogen pada anak. Namun, pada dewasa juga dapat berkembang infeksi
hematogen akut khususnya setelah pemasangan prosthesa dan sebagainya.13
Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan.
Sedangkan osteomielitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya
8
terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang
pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus involukrum.13
Sistem klasifikasi lainnya dikembangkan oleh Waldvogel yang
mengkategorisasikan infeksi muskuloskeletal berdasarkan etiologi dan kronisitasnya :
hematogen, penyebaran kontinyu (dengan atau tanpa penyakit vaskular) dan kronik.
Penyebaran infeksi hematogen dan kontinyu dapat bersifat akut meskipun penyebaran
kontinyu berhubungan dengan adanya trauma atau infeksi lokal jaringan lunak yang
sudah ada sebelumnya seperti ulkus diabetikum.14
Cierny-Mader mengembangkan suatu sistem staging untuk osteomielitis yang
diklasifikasikan berdasarkan penyebaran anatomis dari infeksi dan status fisiologis
dari penderitanya. Stadium 1 – medular, stadium 2 – korteks superfisial, stadium 3 –
medular dan kortikal yang terlokalisasi, dan stadium 4 – medular dan kortikal difus.14
2.6 Manifestasi Klinis
Osteomielitis akut
Biasanya osteomielitis akut disertai dengan gejala septikemia, seperti febris,
malaise dan anoreksia.Infeksi dapat pecah ke subperiosteum, kemudian menembus
subkutis dan menyebar menjadi selulitis, atau menjalar melalui rongga subperiosteum
ke diafisis.Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis
medularis. Penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan merusak pembuluh darah
yang ke diafisis sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester.
Periosteum akan membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut.
Tulang baru yang menyelimuti tulang mati tersebut dinamakan involukrum.15
Perubahan jaringan lunak dapat terjadi secara nyata, terutama pada
bayi.Pembengkakan, dengan edema dan timbunan lemak yang kabur dapat
terlihat.Osteoporosis dapat dilihat antara hari kesepuluh sampai empat belas dari
onset timbulnya penyakit. Pada anak-anak seringkali terjadi pada metafisis.4
9
Involucrum dapat terlihat setelah tiga minggu dan terjadi lebih banyak pada
bayi dan anak-anak daripada orang dewasa.Tempat keluarnya dan dekompresi pus
yang terjadi dapat mencegah kompresi vaskuler dan terjadinya infark, dan
penyembuhan.CT yang konvensional tidak dapat mendeteksi sekuester. Sekuester
terlihat sebagai fragmen-fragmen dari tulang padat diantara proses destruksi tulang
lokal. Pengobatan dengan antibiotik dan/atau pembedahan, memberi pengaruh pada
perjalanan penyakitnya dengan pembentukan tulang baru yang dapat ditemukan. 4
Dengan terapi yang adekuat pada bayi dan anak-anak, harapan untuk kembali
normal besar kecuali terjadi kerusakan pada lempeng epifisis dan epifisis, sehingga
pertumbuhan tulang yang abnormal dapat terjadi.Pada orang dewasa, pengaruhnya
tulang sering menyisakan daerah sklerotik dan bentuk yang ireguler. Gambaran
radiografi tidak pernah bisa kembali normal pada kasus yang terlambat diketahui.4
Secara klinis, penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri
biasanya terlokalisasi meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya.
Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut, maka sendi panggul juga
harus dievaluasi akan adanya arthritis. Penderita biasanya akan menghindari
menggunakan bagian tubuh yang terkena infeksi.
Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokal dan pergerakan sendi
yang terbatas, namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula disertai
gejala sistemik seperti demam, menggigil, letargi, dan nafsu makan menurun pada
anak.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan dramatis dari CRP,
LED, dan leukosit. Pada pemeriksaan kultur darah tepi, ditemukan organisme
penyebab infeksi. Pada pemeriksaan foto polos pada awal gejala didapatkan hasil
yang negatif. Seminggu setelah itu dapat ditemukan adanya lesi radiolusen dan
elevasi periosteal. Sklerosis reaktif tidak ditemukan karena hanya terjadi pada infeksi
kronis. Presentasi radiologi dari Osteomielitis hematogen akut mirip dengan
gambaran neoplasma seperti Leukimia limfositik akut, Ewing’s sarkoma, dan
10
histiositosis Langerhans’. Karena itu, dibutuhkan biopsi untuk menentukan diagnosis
pasti.
Osteomielitis Subakut
Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini
biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki
gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan
kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan
adanya osteolisis dan elevasi periosteal. Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan
adanya zona sirkumferensial tulang yang sklerotik. Apabila osteomielitis subakut
mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit membedakannya dengan
Histiositosis Langerhans’ atau Ewing’s Sarcoma.
Osteomielitis Kronik
Osteomielitis kronis merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang
tidak diobati. Kondisi ini dapat terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat dari
trauma tembus. Infeksi kronis seringkali berhubungan dengan implan logam ortopedi
yang digunakan untuk mereposisi tulang. Inokulasi langsung intraoperatif atau
perkembangan hematogenik dari logam atau permukaan tulang mati merupakan
tempat perkembangan bakteri yang baik karena dapat melindunginya dari leukosit
dan antibiotik. Pada hal ini, pengangkatan implan dan tulang mati tersebut harus
dilakukan untuk mencegah infeksi lebih jauh lagi. Gejala klinisnya dapat berupa
ulkus yang tidak kunjung sembuh, adanya drainase pus atau fistel, malaise, dan
fatigue.
Panjangnya gejala klinis, periode diam (quiescence) yang panjang, dan
eksaserbasi berulang merupakan ciri khas dari osteomielitis kronis.Saluran sinus
antara tulang dan kulit dapat menghasilkan material yang purulent dan kadang-
kadang membuat potongan-potongan tulang yang nekrotik.Peningkatan produksi
11
material yang purulent, nyeri, atau bengkak sebagai tanda suatu eksaserbasi, disertai
dengan peningkatan kadarC reactive protein (CRP) dan ESR.Demam jarang terjadi
kecuali bila obstruksi dari saluran sinus menyebabkan infeksi jaringan
lunak.Komplikasi akhir yang jarang ialah fraktur patologis, karsinoma sel skuamosa
pada saluran sinus, dan amiloidosis. 3
2.7 Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
radiologis. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi
periosteal akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang tampak lebih
jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang
masif dan adanya involukrum, yang membungkus fokus sklerotik dari tulang
yang nekrotik yaitu sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf
kecuali apabila terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat
infeksi yang menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya ‘gas
gangrene’. Udara pada jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area
radiolusen, analog dengan udara usus pada foto abdomen.
12
b. Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul.
13
c. Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi osteomielitis akut. Pencitraan ini sangat
sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya,
infeksi tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress
fracture, infeksi jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat
membantu untuk mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan
prosedur invasif dilakukan.
d. CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk menidentifikasi
sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense
dibanding involukrum disekelilingnya.
2.8 Diagnosis
Diagnosis dari osteomielitis pada awalnya didasarkan pada
penemuan klinik, melalui data dari riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan laboratorium memberikan data dimana respon terapi
dapat diukur.Lekositosis, peningkatan laju endapdarah, dan C-reaktif protein harus
diperhatikan. Kultur darah akan positif pada setengah dari anak-anak dengan
osteomielitis akut.4Jika tulang teraba, maka evaluasi mikrobiologi dan histologi
langsung dilakukanuntuk mengkonfirmasi terdapatnya osteomielitis, setelah itu
pengobatannya. Pemeriksaan penunjang lainnya tidak diperlukan lagi.7
Pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi merupakan gold
standarddalam mendiagnosa osteomielitis.Kultur dari sediaan sinus tidak
dapat dipercaya sepenuhnya untuk mengidentifikasi etiologi dari
osteomielitis, sehingga biopsi merupakan anjuran untuk menentukan
e t i o log i da r i o s t eomie l i t i s . Namun keaku ra t an b iops i
s e r i ngka l i terbatas oleh kurangnya pengumpulan spesimen yang sama dan
penggunaan antibiotik sebelumnya.7
14
2.9 Diagnosa Banding
Diagnosis banding pada masa akut adalah demam reumatik dan
selulitis.Pada demam reumatik, nyeri cenderung berpindah dari satu sendi
ke s end i l a i nnya . B i sa terdapat carditis, nodul-nodul rematik, atau erythema
marginatum.Pada selulitis, terdapat kemerahan superfisial yang melebar, terjadi
l imfang i t i s . Ar th r i t i s supu ra t i f aku t dibedakan dari osteomyelitis
hematogen akut berdasarkan adanya nyeri yang difus , dansemua pergerakan
sendi terbatas karena adanya spasme otot.6
PadaGaucher’s Disease.Pseudo-osteitis dapat timbul dengan manifestasi
klinisyang sangat mirip dengan osteomielitis. Diagnosis ditegakkan
terutama dengan adanya pambesaran hati dan lien.6
Gambaran Rad io log ik o s t eomie l i t i s dapa t menye rupa i
gamba ran penyak i t - penyakit lain pada tulang, diantaranya yang terpenting
adalah tumor ganas primer tulang. Destruksi tulang, rekasi periosteal, pembentukan
tulang ba ru , dan pembengkakan jaringan lunak, dijumpai juga pada
osteosarkoma dan Ewing sarkoma.9
Osteosarkoma, seperti halnya osteomielitis, biasanya mengenai metafisis
tulang panjang sehingga pada stadium dini sangat sukar dibedakan dengan
osteomielitis.Padastadium yang lebih lanjut, kemungkinan untuk
membedakan lebih besar karena padaosteosarkoma biasanya ditemukan
pembentukan tulang yang lebih banyak serta adanyainfiltrasi tumor yang
disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak. Juga
padaosteosarkoma ditemukan segitigaCodman.9
Pada tulang panjang, Ewing sarcoma biasanya mengenai diafisis; tampak
destruksi tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang
menyerupai kulit bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar.9
15
2.10 Terapi
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi
subperiosteum atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan
untuk tirahbaring, keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan
antipiretik bila demam, dan ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis
biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan
perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan
osteomielitis. LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk
memantau keberhasilan terapi. Pasien dengan peningkatan LED dan CRP yang
persisten pada masa akhir pemberian antibiotik yang direncanakan mungkin memiliki
infeksi yang tidak dapat ditatalaksana secara komplit. Kondisi dapat terjadi pada
pasien dengan retensi alat ortopedi, debridemen jaringan nekrotik yang inkomplit,
immunocompromised, atau resistensi terhadap antibiotik. Idealnya, eksplorasi bedah
harus dilakukan pada pasien ini untuk menentukan apakah dibutuhkan terapi
tambahan.
Keberhasilan terapi pada infeksi muskuloskeletal membutuhkan intervensi
bedah untuk menghilangkan jaringan mati dan benda asing. Jaringan nekrotik
melindungi kuman dari leukosit dan anitibiotik. Pada fraktur terbuka, semua soft
tissues yang mati dan semua fragmen tulang bebas harus dibersihkan dari luka. Pada
osteomielitis kronik, sequestrum harus dibuang seluruhnya dengan meninggalkan
involukrum tetap ditempatnya. Kulit, lemak subkutan, dan otot harus didebridemen
secara tajam hingga berdarah. Untuk mendeteksi viabilitas dari cancellous bone,
ditandai dengan adanya perdarahan dari permukaan trabekula.
Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-
satunya tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa. Bila proses akut
16
telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan diberikan. Kapan
aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat. Pada
infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya
fraktur patologis.
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila
involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Kegagalan pemberian antibiotika dapat disebabkan oleh :
a. Pemberian antibiotika yang tidak sesuai dengan mikroorganisme
penyebab
b. Dosis yang tidak adekuat
c. Lama pemberian tidak cukup
d. Timbulnya resistensi
e. Kesalahan hasil biakan
f. Antibiotika antagonis
g. Pemberian pengobatan suportif yang buruk
h. Kesalahan diagnostik
2.11 Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
a. Abses tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur
d. Selulitis
e. Fistel
17
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sumsum tulang, biasanya disebabkanoleh
bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi
umumnyamengenai anak-anak dan orang tua.Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri,
diantaranyadari species staphylococcus dan stertococcus.Selain bakteri, jamur dan virus juga
dapatmenginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus
,radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan
tulangyang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang banyak
vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut, subakut dan
kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka danmembengkak, dan
pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun seringmenyebabkan nyeri tulang,
infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluarannanah yang menetap atau hilang
timbul dari kulit.Pengeluaran nanah terjadi jika nanah daritulang yang terinfeksi menembus
permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.Oteomielitis
didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebabmemiliki gambaran radiologik
yang mirip.
Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihatsetelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan
memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis, sekuestrum dan involukrum.Osteomielitis dapat diobati
dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengandebridement.Prognosis osteomielitis
bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untukyangakut prognosisnya umumnya baik, tetapi
yang kronis umumnya buruk. Oleh karena itu penanganan serta penatalaksanaan terhadap kasus
osteomielitis perlu dilakukan secara komprehensif dan akurat guna mencegah keparahan lebih lanjut.
18
DAFTAR PUSTAKA
1 . R a s j a d C . Struktur dan fungsi Tulang . Dalam Pengantar Ilmu
Bedah Ortopedi.Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
2 . A n a t o m i T u l a n g . www.HealthForAll.com. Last update March 2009
3 . R a s j a d C . , Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi. Edisi 3.Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132- 41.
4 . J o n g W . , S j a m s u h i d a y a t R . 2 0 0 5 . Infeksi Muskuloskeletal . I n
Buku A ja r I lmu Bedah.Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal
903 – 910.
5 . S i r e g a r P . Osteomielitis. Da l am Kumpu lan Ku l i ah I lmu
Bedah .Bagian BedahStaff Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995.
Hal 472 – 474
6 . K i n g R . , J o h n s o n D . Osteomyelitis.www.emedicine.com. Las t
upda t ed : Nov 4 , 2008
7 .Lew, Dan i e l P . , Wa ldvoge l , F r anc i s A .
1997 . Osteomyelitis . The New EnglandJournal of Medicine.
8 . K h o s h h a l K . , L e t t s R . M . S u b a c u t e
O s t e o m y e l i t i s ( B r o d i e A b s c e s s ) . www.emedicine.com. Last updated: Jul
18, 2008.
9 . R a s a d S . , K a r t o l e k s o n o S , E k a y u d a I . I n f e k s i T u l a n g d a n
S e n d i . R a d i o l o g i Diagnostik.Bagian Radilogi FKUI. Jakarta. 1995. Hal: 62-72.
19
10. Dorland, W.A Newman. 2010.Kamus Kedokteran Dorland Ed.31(Alih Bahasa :
AlbertusAgung Mahode ). Jakarta : EGC
11. Robin, Cotrans. Pathologic Basis of Disease 7th Edition. 2007
12.Daniel, Lew, et al. 2012. “Review Article Current Concepts OSTEOMYELITIS”
available from :“http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406”
13.Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in
Emergency Medicine.Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/785020-overview#showall
14.Calhoun JH, Manring MM. Adult osteomyelitis. Infect Dis Clin North Am. Dec
2005;19(4):765-86.
15.Roesgen M, Hierholzer G, Hax PM. Post-traumatic osteomyelitis.
Pathophysiology and management.Arch Orthop Trauma Surg. 1989;108(1):1-9.
20