RANGKUMAN KESEPAKATAN
DALAM
KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU
DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR
PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS.
POKJA PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
KABUPATEN BOGOR
BOGOR, 21 Juli 2016
I PENDAHULUAN
Kabupaten Bogor, dengan jumlah penduduk 5,3 Jiwa, menempatkan kabupaten Bogor sebagai
Kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Jawa Barat (Pemda Kabupaten Bogor, 2014).
Dan tahun 2015 terdapat 124.529 kelahiran hidup di kabupaten Bogor, sementara kematian Ibu
di kabupaten Bogor pada tahun yang sama tercatat 69 ibu (Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat, 2015), kondisi ini menempatkan Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan
jumlah kematian Ibu tertinggi di Jawa Barat, meskipun secara ratio AKI di Kabupaten Bogor
adalah 55,41 per Seratus Ribu Kelahiran Hidup,jauh dibawah AKI secara Nasional.
Kondisi tsb menjadi salah satu pertimbangan Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, untuk menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah Kabupaten yang
mendapatkan pendampingan Program EMAS dengan bantuan USAID.
Pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor dimaksudkan untuk mengembangkan model
Program Penyelamatan Ibu dan Bayi baru lahir, yang akan dijadikan percontohan bagi
Kabupaten/kota lainnya, khususnya di Wilayah Pembangunan 1, disamping Kabupaten
Karawang , untuk wilayah pembangunan 2,Kabupaten Cirebon,untuk wilayah pembangunan 3
dan Kabupaten Bandung, untuk wilayah pembangunan 4.
Pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor dimulai tahun 2013, dan berakhir pada 30
Juni 2016, dalam kurun waktu tsb telah dilaksanakan pengembangan model Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir meliputi 3 komponen utama yaitu:
1. Peningkatan kulaitas Pelayanan klinis gawat darurat Ibu dan bayi baru lahir
2. Penguatan system rujukan yang efektif dan efisien serta berkeadilan
3. Penguatan akuntabilitas pelayanan public dalam Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Pendampingan Program EMAS tsb dilaksanakan pada 4 RSU Daerah (RSUD Ciawi, RSUD
Cibinong, RSUD Leuwiliang dan RSUD Cileungsi), 1 RS Swasta (RS Sentosa), 9 Puskesmas PONED
(Puskesmas Jasinga, Puskesmas Rumpin, Puskesmas Parung, Puskesmas Naringgul, Puskesmas
Cileungsi, Puskesmas Tanjung sari, Puskesmas Cigombong, Puskesmas Ciomas, Puskesmas
Cibungbulang) dan 1 Puskesmas DTP (Puskesmas Citeureup).
Hasil pendampingan dalam kurun waktu tsb dapat sebagaiman tsb dalam bab berikutnya.
Mengingat hasil pendampingan tsb, serta SE Gubernur Jawa Barat no 437/36/Yansos 2015,
tanggal 18 Agustus 2015, tentang Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi baru Lahir di Provinsi
Jawa Barat. Maka Tim Pokja Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor
bersepakat, untuk melanjutkan program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir pasca Program
EMAS dengan kegiatan kegiatan sebagaimana tsb pada Bab berikutnya.
II KONSEP PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS
Konsep Pendampingan Program EMAS dibuat dan disepakati bersama antara Program
EMAS,USAID, Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi dan Organisasi Profesi
terkait.
Dalam pelaksanaannya pendampingan Program EMAS dilaksanakan oleh 5 organisasi yang
mendapatkan mandate, yaitu Jhpiego, afiliasi Johns Hopkins University, Rumah Sakit Budi
Kemuliaan, Organisasi Islam Muhammadiyah, Save The Children dan Research Triangle Institute
(RTI). Ke 5 organisasi tsb, melalui staf yang bekerja di Program EMAS Provinsi Jawa Barat,
bekerjasama dgn DinasKesehatan Provinsi Jawa Barat, Pemda Provinsi Jawa Barat, Organisasi
Profesi terkait di Provinsi Jawa Barat dan stakeholders lainnya yang tergabung dalam Tim
Koordinasi Penyelamatan Ibu dan bayi baru lahir Provinsi Jawa Barat (SK Gubernur Jawa Barat
no 441.8/Kep.1076-Dinkes/2014), memilih Kabupaten kabupaten dengan jumlah kematian Ibu
dan bayi yang tinggi, serta memiliki sumberdaya yang cukup dan komitmen pemda setempat
yang tinggi, untuk dijadikan sebagai Kabupaten percontohan yang akan mendapatkan
pendampingan dari program EMAS, dimana salah satunya adalah Kabupaten Bogor.
Kerangka Kerja Program EMAS dalam pendampingan adalah sbb:
Penerapan Konsep tsb di Kabupaten Bogor dilaksanakan oleh seluruh staf terkait di Dinas
Kesehatan Kabupaten Bogor, RSUD di Kab Bogor, RS Swasta (RS Sentosa), Puskesmas PONED
jejaring yg terpilih, Pemda Kab Bogor, organisasi masyarakat sipil yg tergabung dalam Forum
Masyarakat Madani (FMM).
Penerapan Kegiatan pendampingan tsb dikoordinasikan oleh POKJA Program Penyelamatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, sesuai SK Bupati Kabupaten Bogor no
441.8/138/Kpts/Per-UU/2014, tentang Pembentukan kelompok Kerja Program Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor.
Pelaksanaan kegiatan sehari hari dilaksanakan dengan pendampingan Program EMAS Jawa
Barat, melalui proses mentoring, yang salah satu hasil dari kegiatan tsb antara lain
mendapatkan staf pada instansi terkait yang mampu untuk menjadi mentor dan
mengembangkan pencapaian kegiatan pada fasilitas kesehatan lain di Kabupaten Bogor
maupun diluar Kabupaten Bogor, dihasilkan Fasilitas Kesehatan yang siap menjadi model untuk
percontohan, Forum Masyarakat Madani (FMM) yg terdiri dari berbagai organisasi masyarakat
sipil terkait, dan Motivator KIA di Desa terpilih, serta berbagai regulasi terkait di Kabupaten
Bogor dan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, yang siap
untuk terus “mengawal” dan mengembangkan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
di Kabupaten Bogor.
Rencana tindaklanjut pasca Program EMAS yang disepakati dalam POKJA Program
Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor adalah sebagaimana tsb dalam
dokumen kesepakatan pertemuan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
tanggal 21 Juni 2016 ini.
III HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS DI KABUPATEN BOGOR
Dalam kurun waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS,Kabupaten Bogor telah memiliki 4
RSUD, 1 RS Swasta (RS Sentosa),9 Puskesmas PONED dan 1 Puskesmas DTP sebagai model
kesatuan fasilitas jejaring rujukan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang terstandar dan
siap untuk menjadi percontohan bagi fasilitas kesehatan lainnya di kabupaten Bogor, maupun
Kabupaten/Kota lainnya.
Dalam kurun waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS, Kabupaten Bogor memiliki 42
orang Mentor Klinis, 21 Mentor System Rujukan, 27 Organisasi Masyarakat Sipil yang
tergabung dalam FMM dan 86 Motivator kesehatan ibu dan Anak (MKIA). Mentor mentor tsb
siap untuk mendampingi fasilitas kesehatan lainnya di Kabupaten Bogor, sehingga seluruh
fasilitas kesehatan di Kabupaten Bogor dapat terstandar dan berjejaring sebagai satu jejaring
rujukan pelayanan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Bogor maupun
Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.
Dalam kurun Waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS:
-- 17,828 Ibu telah mendapatkan manfaat pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang
didampingi oleh Program EMAS
-- 8,613 kasus gawat darurat telah dirujuk melalui SiJariEmas
-- 1.286 Ibu hamil telah didampingi oleh motivator KIA
-- 1,764 tenaga kesehatan telah terdaftar SiJariEmas
-- 5 R U M A H S A K I T siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal yang
terstandar
-- 9 P U S K E S M A S PONED siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal
yang terstandar
-- 1 Puskesmas DTP siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal yang
terstandar
-- 10 Kebijakan yang terkait dengan programpenyelamatan Ibu dan bayi baru Lahir telah
diterbitkan
-- Terdapat Call center yang siap beroperasi 24 jam, 7 hari dalam seminggu yang
dioperasionalkan oleh 8 orang bidan, untuk menerima dan melanjutkan informasi gawat
darurat kebidanan dan bayi baryu lahir.
-- Rata-rata kinerja sistem rujukan : dari 60% menjadi 91%
-- Rata-rata kinerja klinis rumah sakit : dari 34% menjadi 92%
-- Rata-rata kinerja klinis puskesmas: dari 19% menjadi 84
Dalam satu tahun terakhir (2015-2016):
94% dari 209 kasus Pre-Eklampsia Berat atau Eklampsia di puskesmas sudah mendapat MgSO4
87% dari 836 kasus Pre-Eklampsia Berat atau Eklampsia di rumah sakit sudah mendapat MgSO4
98% dari 8.024 persalinan telah diberikan uterotonic pada kala tiga persalinan
63% dari 380 ibu melahirkan dengan usia kehamilan 24-34 minggu telah diberikan Antenatal
Corticosteroids
78% dari 7.933 bayi baru lahir dilakukan IMD
Dampaknya:
Ratio kematian ibu terhadap persalinan:
0,57% (thn 2014) turun menjadi 0,56% (Thn 2015)
Rate kematian bayi baru lahir (≥2000gr):
19 /1000 kelahiran hidup (thn 2014) turun menjadi 13 /1000 kelahiran hidup di thn 2015
IV KESEPAKATAN POKJA PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
KABUPATEN BOGOR DALAM KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN
BAYI BARU LAHIR
Dalam pertemuan evaluasi dan rencana tindak lanjut Program Penyelamatan Ibu dan bayi baru
lahir yang diadakan pada tanggal 21 Juni 2016 di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor,
disepakati bahwa:
• Kab Bogor sudah menunjukan upaya yang baik (“on tract”) dalam menurunkan AKI dan
AKB sebagai Bagian dari Upaya peningkatan IPM
• Program EMAS telah melakukan pendampingan, sehingga Kab Bogor bisa memiliki
fasilitas “model” pelayanan klinis gawat darurat maternal neonatal berkualitas, system
rujukan maternal neonatal yang efektif dan efisien yang didukung oleh akuntabilitas
publik.
Tim Pokja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor menyepakati hal hal
sebagai berikut:
1. Hasil pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor telah dirasakan manfaatnya,
karena itu upaya yang sudah dibangun dengan pendampingan Program EMAS tsb perlu
dilanjutkan, dengan memperluas cakupan fasilitas pelayanan maternal dan neonatal
yang berkualitas dan akuntabel pada RS, Puskesmas, Bidan Praktek Mandiri dan Klinik
Pratama lainnya di Seluruh Kabupaten Bogor.
2. Berbagai kebijakan pendukung untuk Program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Kabupaten Bogor sudah dan sedang di selesaikan, termasuk Raperda Kesehatan Ibu dan
Anak yang perlu dipercepat penyelesaiannya, sebagai landasan hukum dan acuan dalam
memperkuat pelaksaaan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di kabupaten
Bogor.
3. Dalam aspek kelembagaan Pokja Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, yang sudah
ditetapkan dengan SK Bupati Kabupaten Bogor No 441.8/138/Kpts/Per-UU/2014,
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
Kabupaten Bogor, bertanggung jawab terhadap kerlangsungan Program Penyelamatan
Ibu dan Bayi Baru Lahir, untuk meningkatkan IPM Kabupaten Bogor.
Untuk itu Tim Pokja akan bertemu secara rutin satu bulan satu kali dan diperkuat agar
lebih independen. Tim Pokja sebagai suatu lembaga akan mengkoordinasikan kegiatan
Tim Mentor program Penyelamatan Ibu dan bayi baru lahir.
4. Forum Masyarakat Madani (FMM), sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antara 27
organisasi masyarakat sipil di Kabupaten Bogor yang peduli pada Kesehatan Ibu dan
Anak, mendukung Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, melalui pemantauan
akuntabilitas pelayanan fasilitas kesehatan Ibu dan Anak, meskipun bersifat
independen, tetapi dalam pelaksanaannnya tetap berkoordinasi dgn Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor, memberikan input dan umpan balik pendapat warga terhadap
kualitas pelayanan Ibu dan Bayi Baru Lahir, karenanya untuk operasional kepuasan
warga diperlukan dana operasional dan diusulkan bisa dialokasikan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor. Untuk Itu FMM perlu disinkronkan dengan pencapaian keluarga
sehat.
5. Untuk kegiatan MKIA, bisa dintergrasikan dgn kegiatan Desa Siaga dibawah koordinasi
BPMPD dan didukung kegiatannya melalui Dana Desa.
6. Dalam kaitan dgn Pembiayaan program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, agar
dimasukan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang program Penyelamatan ibu dan
Bayi Baru Lahir, mentor, sebagai inovasi Daerah, agar dapat dialokasi anggrannya oleh
Bapeda.
7. Untuk kegiatan mentor, manfaatkan dana kapitasi untuk meningkatkan kapsitas mentor.
Demikian pula di RS perlu dialokasikan dana untuk meningkatkan kapasitas mentor.
8. Penugasan mentor akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor atas nama
POKJA
9. Untuk perluasan jejaring pelayanan yang berkualitas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor
akan menambah 5 Puskesmas PONED/tahun yg akan didampingi mentor, sedangkan
untuk penambahan RS Swasta yang berkualitas akan dikoordinasikan dgn PERSI wilayah
Bogor dan menjadi kewajiban persyaratan perijinan RS dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor
10. Call center SiJariEMAS Kabupaten Bogor akan ditingkatkan kapasitasnya dengan
perluasan cakupan kegiatannya, mulai dari deteksi Ibu hamil dengan resiko tinggi,
pencatatan di RS dan koordinasi dgn MKIA di desa terkait. Untuk itu Sijariemas akan
berubah nama menjadi SiJariBunda (system jaringan Informasi Ibu, Neonatal dan Anak).
11. Perlu diupayakan terobosan dalam meringankan biaya untuk Ibu bersalin agar dapat
kepastian persalinan “gratis”, apakah melalui BPJS, asuransi lain, atau bantuan biaya
Pemda dalam bentuk hibah pada RS Swasta, sebagai pengganti biaya persalinan, hal ini
perlu di bahas lebih lanjut dari aspek legal formal-nya.
12. Pokja juga merekomendasikan agar dalam kesempatan tertentu rapat Pokja bisa dihadiri
oleh Ibu Bupati secara pribadi.
13. Lain lain: saran dari IBI, agar STR yang masih dalam proses perpanjangan bisa di berikan
keterangan dan digunakan untuk penerbitan SIP bidan ybs.
V PENUTUP
Demikian kesepakatan Tim POKJA Program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru
Lahir Kabupaten Bogor, sebagai acuan dalam Keberlanjutan Program Penyelamatan Ibu
dan Bayi Baru Lahir.
Semoga, melalui koordinasi Team Pokja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir,
Kabupaten Bogor dapat menekan kematian Ibu dan Bayi dan sekaligus meningkatkan
IPM Kabupaten Bogor dan mencapai Visi Kabupaten Bogor sebagai Kabupaten Termaju
di Indonesia.
TEAM POKJA PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
KABUPATEN BOGOR.
dr. Hj. Camalia W Sumaryana, MKM.
NIP : 195806101985112001
Top Related